Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
ISTC edisi 3
Oleh:
Preseptor:
dr. Yessy Susanty Sabri, Sp.P (K) FISR
dr. Fenty Anggrainy, Sp.P
BAGIAN PARU
PADANG
2018
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
ekstrapulmoner, tuberkulosis yang disebabkan oleh organisme Mycobacterium
tuberculosis (M. Tuberculosis) yang resistan terhadap obat, dan tuberkulosis yang
dikombinasikan dengan infeksi HIV dan ko-morbiditas lainnya. 1
1.2 Tujuan
4
Makalah ini bertujuan untuk menambah pengetahuan tentang penerapan
“ISTC” sehingga dapat menangani penyakit Tuberkulosis dengan baik sehingga
dapat menekan angka prevalensi serendah mungkin.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
ISTC terdiri dari enam standar diagnosis (standar 1-6), tujuh standar untuk
pengobatan (standar 7-13), empat standar untuk penanganan TB dengan infeksi
HIV dan komorbid lain (standar 14-17), serta empat standar untuk pelayanan
kesehatan masyarakat.
STANDAR 1
5
Untuk memastikan diagnosis dini, pemberi pelayanan kesehatan harus
menyadari individu dan kelompok yang beresiko untuk TB dan melakukan
evaluasi klinis yang cepat dan tes diagnostik yang tepat untuk orang dengan gejala
dan temuan yang mengarah kepada TB.
Ada tiga alasan utama keterlambatan dalam mendiagnosis TB: orang yang
terkena tidak mencari atau tidak memiliki akses ke tempat perawatan; pemberi
pelayanan kesehatan tidak mencurigai penyakit; dan kurang tersedianya
sensitivitas dari tes diagnostik yang paling umum, mikroskopik sputum (atau
spesimen lainnya). Pendekatan untuk mengurangi penundaan ini agak berbeda.
Dalam mengurangi penundaan perawatan orang yang terkena, memerlukan
ketersediaan fasilitas perawatan kesehatan yang mudah diakses, meningkatkan
kesadaran individu dan masyarakat, dan secara aktif penemuan kasus pada semua
populasi risiko tinggi yang sebagian besar di luar lingkup dokumen ini.
Mengurangi keterlambatan pemberi pelayanan kesehatan merupakan pendekatan
terbaik dalam meningkatkan kesadaran dari risiko serta gejala TBC dan tes
diagnostik yang disetujui WHO yang sesuai dan tersedia dalam komunitas
mereka. Rapid molecular test yang meningkatkan kecepatan dan sensitivitas untuk
mengidentifikasi Mycobacterium tuberculosis yang semakin tersedia dan dalam
6
beberapa situasi seperti yang dijelaskan dalam Standar 3, 5, dan 6, merupakan tes
awal yang direkomendasikan untuk diagnostik.
7
meningkatkan risiko tuberkulosis pada seorang individu. Risiko ini dirangkum
dalam pedoman WHO untuk skrining TBC. Kelompok yang rentan seperti orang
yang dengan HIV dan penyakit penyerta lainnya, anak-anak,dan populasi pada
berisiko tinggi seperti tahanan dan orang yang tinggal di tempat yang angka
kejadiannya yang tinggi, perkotaan memerlukan perhatian khusus, bahkan tanpa
adanya gejala yang khas, seperti dicatat kemudian.
STANDAR 2
8
diindikasikan dalam kelompok berisiko, terutama di daerah di mana ada
prevalensi penyakit yang tinggi dan pada populasi yang tinggi seperti individu
dengan peningkatan kerentanan, seperti orang dengan HIV.
9
Meskipun banyak pasien dengan TB paru memiliki batuk, gejala ini tidak
spesifik untuk TB; itu dapat terjadi dalam berbagai kondisi pernafasan, termasuk
infeksi akut saluran pernapasan, asma, dan penyakit paru obstruktif kronik. Batuk
dalam durasi 2 minggu atau lebih berfungsi sebagai kriteria untuk mendefinisikan
diduga tuberkulosis dan paling digunakan dalam pedoman nasional dan
internasional, terutama di daerah dengan prevalensi TB sedang sampai tinggi,
sebagai indikasi untuk memulai evaluasi untuk penyakit ini. Dalam sebuah survei
yang dilakukan di layanan kesehatan primer dari 9 negara berpenghasilan rendah
dan menengah dengan prevalensi rendah infeksi HIV, keluhan pernafasan,
termasuk batuk, menyumbangkan rata-rata 18,4% dari gejala yang mendorong
kunjungan ke pusat kesehatan untuk orang yang berumur lebih dari 5 tahun. Dari
kelompok ini, 5% dari pasien secara keseluruhan dikategorikan sebagai mungkin
memiliki TBC karena adanya batuk yang tidak jelas penyebabnya selama lebih
dari 2-3 minggu. Persentase ini bervariasi agak tergantung pada apakah ada
pertanyaan pro-aktif mengenai adanya batuk. Kondisi pernafasan, oleh karena itu,
merupakan sebagian besar dari beban penyakit pada pasien untuk pelayanan
kesehatan primer.
10
lebih sensitif untuk mengidentifikasi M. tuberculosis yaitu rapid molecular test,
dengan cepat memperoleh penerimaan sebagai kinerja dan penerapan mereka
11
semakin dimengerti. Tabel 2 menyajikan ringkasan singkat dari kinerja dan bukti
dasar untuk berbagai tes diagnostik untuk tuberkulosis.
12
Tabel 1
13
Tabel 2
Perfomance of chest radiography as a diagnostic test for tuberculosis
STANDAR 3
14
Xpert®MTB / RIF * di laboratorium yang telah teruji kualitasnya. Pasien yang
beresiko resistensi obat, yang memiliki risiko HIV, atau yang sakit serius, harus
diperiksa Xpert MTB / RIF dilakukan sebagai uji diagnostik awal. Tes serologi
darah dan interferon-gamma release assay tidak boleh digunakan untuk diagnosis
TB aktif.
15
Rekomendasi WHO juga menunjukkan bahwa Xpert MTB / RIF dapat digunakan
sebagai tes awal pada semua pasien jika sumber daya yang tersedia.
STANDARD 4
16
Ringkasan Rasional dan Bukti
Mengingat temuan ini disarankan agar Xpert MTB / RIF dapat digunakan
sebagai pengganti tes mikroskopis konvensional, kultur, dan / atau histopatologi
17
untuk pengujian cairan lavage lambung dan specimens non respiratori yang
spesifik. Namun, pasien yang diduga menderita TB extra paru tetapi dengan hasil
18
Xpert MTB / RIF-negatif tunggal harus menjalani tes diagnostik lebih lanjut, dan
mereka dengan kecurigaan klinis tinggi untuk TB (terutama anak-anak) harus
diperlakukan bahkan jika Xpert MTB / hasil RIF negatif atau jika tes tidak
tersedia. Pada pasien yang memiliki penyakit yang kompatibel dengan
tuberkulosis (paru dan / atau extra paru) yang parah atau mengalami progresivitas
pesat, memulai pengobatan tidak harus ditunda sambil menunggu hasil
pemeriksaan mikrobiologi. Bahkan tes terbaik bisa saja tidak mendeteksi TB
ketika ada basiler yang rendah seperti terjadi pada meningitis TB, pada pasien
dengan infeksi HIV, dan pada anak-anak. Dalam situasi ini atau pada pasien sakit
kritis yang diduga TBC, penilaian klinis mungkin membenarkan pengobatan
empiris sambil menunggu hasil tes akhir, atau bahkan ketika hasil tes negatif.
STANDAR 5
Pada pasien yang diduga menderita TB paru dengan sputum BTA negatif,
uji Xpert MTB / RIF dan / atau kultur dahak harus dilakukan. Di antara pasien
dengan BTA negatif dengan pemeriksaan Xpert MTB / RIF yang negatif namun
memiliki bukti klinis sangat mendukung ke arah TB, pengobatan anti tuberkulosis
harus dimulai setelah pengumpulan spesimen untuk pemeriksaan kultur.
19
RIF. Karena pasien dengan infeksi dan tuberkulosis HIV sering memiliki BTA
negatif, dan karena diagnosis banding yang luas, termasuk pneumonia
Pneumocystis jiroveci dan bakteri dan infeksi jamur saluran
20
napas bawah, maka pendekatan sistematis untuk diagnosis sangat penting. Seperti
ditunjukkan dalam Standar 3, orang yang memiliki risiko HIV, atau yang sakit
parah, Xpert MTB / RIF harus dilakukan sebagai uji diagnostik awal.
21
untuk infeksi saluran pernapasan telah dikaitkan dengan keterlambatan dalam
inisiasi terapi antituberkulosis yang tepat dan terjadinya resistensi terhadap
22
fluoroquinolones. Ketiga, menerapkan semua langkah dalam algoritma mungkin
mahal dan mencegah pasien dalam melanjutkan dengan evaluasi diagnostik.
Mengingat semua kekhawatiran ini, penerapan urutan langkah diagnostik pada
pasien dengan setidaknya dua pemeriksaan dahak spesimen negatif dan / atau satu
tes Xpert MTB / RIF negatif harus dilakukan dengan cara yang fleksibel.
Idealnya, evaluasi TB BTA-negatif harus dipandu oleh pendekatan lokal
divalidasi, sesuai dengan kondisi lokal, dan kebutuhan (keuangan atau sebaliknya)
dari pasien.
Idealnya, jika Xpert MTB / RIF negatif, kultur harus dimasukkan dalam
algoritma untuk mengevaluasi pasien dengan BTA negatif. Sebuah positif Xpert
MTB / RIF akan sangat mengurangi waktu untuk diagnosis dan memulai
pengobatan yang tepat, mungkin menyelamatkan uang serta waktu staf. Kultur
menambahkan signifikansi dari kompleksitas dan biaya tetapi juga meningkatkan
sensitivitas, yang harus menghasilkan deteksi dini pada kasus penyakit.
Umumnya, hasil kultur tidak tersedia sampai setelah keputusan untuk memulai
perawatan harus dibuat, pengobatan dapat dihentikan selanjutnya jika hasil kultur
dari laboratorium terbukti negatif, pasien tidak menanggapi secara klinis, dan
dokter telah dicari bukti lain dalam menegakkan diagnosis banding. Harus
ditegaskan bahwa, untuk pasien sakit parah (terutama pasien dengan infeksi HIV),
keputusan klinis untuk memulai pengobatan sering harus dilakukan tanpa
menunggu hasil kultur. Pasien tersebut dapat meninggal jika perawatan yang tepat
tidak dimulai segera. Sebuah tes molekuler cepat seperti Xpert MTB / RIF,
meskipun kurang sensitif dibandingkan kultur pada media cair (tapi sama dalam
sensitivitas terhadap kultur pada media padat), terutama untuk spesimen BTA-
negatif, memiliki keuntungan yang jelas memberikan hasil yang sangat cepat,
sehingga , memungkinkan perawatan yang tepat secara tepat.
Radiografi dada juga dapat berperan penting dalam evaluasi orang yang
diduga menderita TB yang memiliki BTA negatif. Batuk adalah gejala tidak
spesifik; radiografi dada dapat membantu dalam menentukan penyebab batuk
pada orang dengan mikroskopik dahak negatif. Umumnya, di daerah di mana
23
fasilitas radiografi yang memadai tersedia radiografi dada diperoleh sebagai
pemeriksaan pertama. Menemukan kelainan konsisten dengan TB harus meminta
24
pemeriksaan spesimen sputum. Meskipun radiografi merupakan tambahan yang
berguna dalam mendiagnosis TB, seperti disebutkan di atas, radiografi saja tidak
bisa membangun diagnosis. Namun, dalam kombinasi dengan penilaian klinis,
radiografi dapat memberikan bukti penting untuk diagnosis.
STANDAR 6
25
mendiagnosis TB pada anak-anak yang direkomendasikan oleh WHO dirangkum
dalam Tabel 3.
26
Sebagai komponen dari mengevaluasi anak untuk TBC, situasi sosial dan
status gizi anak harus diperhitungkan dan kebutuhan untuk layanan dukungan
yang dinilai. Orang tua atau orang dewasa yang bertanggung jawab harus
diinformasikan mengenai pentingnya pengobatan agar menjadi pendukung
pengobatan yang efektif.
27
Pada anak-anak risiko TB meningkat bila ada yang kasus aktif (menular,
BTA positif tuberkulosis) di rumah yang sama, atau ketika anak kekurangan gizi,
terinfeksi HIV, atau telah memiliki campak di beberapa bulan yang lalu. Program
WHO Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS), yang secara luas digunakan
dalam fasilitas tingkat pertama pada negara dengan pendapatan rendah dan
menengah menyatakan bahwa tuberkulosis harus dipertimbangkan dalam setiap
anak dengan:
28
Penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan atau kegagalan untuk
tumbuh normal;
Demam yang tidak dapat dijelaskan, terutama ketika terus selama lebih
dari 2 minggu;
Batuk kronis;
Paparan dengan orang dewasa yang mungkin atau pasti terinfeksi TBC.
Cairan di salah satu sisi dada (mengurangi masuknya udara, redup pada
perkusi);
Pembesaran kelenjar getah bening yang tidak nyeri atau abses kelenjar
getah bening, terutama dileher;
Tanda-tanda meningitis, terutama berkembang dalam beberapa hari dan
cairan serebrospinal mengandung sebagian besar limfosit dan protein
tinggi;
Perut bengkak, dengan atau tanpa benjolan yang teraba;
Pembengkakan progresif atau deformitas pada tulang atau sendi, termasuk
tulang belakang.
STANDAR 7
29
Agar tanggung jawab kesehatan masyarakat terpenuhi dan juga tanggung
jawab kepada pasien secara individu maka penyedia layanan kesehatan harus
menyediakan rejimen yang tepat, memonitor kepatuhan pengobatan, dan jika
diperlukan dapat mengatasi faktor-faktor yang dapat menyebabkan pengobatan
berhenti atau terputus. Untuk memenuhi kewajiban ini maka diperlukan
koordinasi antara pemberi pelayanan kesehatan masyarakat daerah setempat dan
atau agen pelayanan kesehatan lainnya.
30
pasien. Seperti dijelaskan dalam pendahuluan, intervensi utama untuk mencegah
penyebaran TB di masyarakat adalah deteksi dini pasien dengan TB dan
penyediaan pengobatan yang efektif untuk memastikan obat yang cepat dan
jangka panjang. Akibatnya, pengobatan tuberkulosis tidak hanya masalah
kesehatan individu, misalnya : pengobatan hipertensi atau asma yang merupakan
masalah kesehatan masyarakat. Dengan demikian, semua penyedia pelayanan
kesehatan baik RS umum dan RS swasta, yang mengobati pasien dengan TB harus
memiliki pengetahuan untuk meresepkan rejimen pengobatan yang dianjurkan dan
sarana untuk menilai kepatuhan kepada paduan dan untuk mengatasi
ketidakpatuhan untuk memastikan perawatan yang komplit. Program TB Nasional
dan lokal umumnya memiliki cara dengan pendekatan dan alat-alat, termasuk
insentif dan enabler, serta bantuan lainnya guna untuk memastikan kepatuhan
pengobatan terorganisir dengan baik, hal ini dapat ditawarkan untuk penyedia
pelayanan kesehatan yang tidak mempunyai program. Kegagalan pelayanan
kesehatan untuk memastikan kepatuhan pengobatan sama seperti misalnya,
kegagalan dalam memastikan anak menerima imunisasi lengkap. Masyarakat dan
pasien dapat mengetahui dan yakin bahwa pelayanan kesehatan mengobati
tuberkulosis melakukannya sesuai dengan prinsip dan standar yang baik.
STANDAR 8
Semua pasien yang belum pernah mendapat terapi sebelumnya dan tidak
memiliki risiko resistensi obat dapat diobati dengan rejimen terapi standar WHO
yaitu menggunakan obat yang telah teruji kwalitasnya.Fase awal selama dua bulan
diberikan isoniazid, rifampisin, pirazinamid dan etambutol. Fase lanjutan
diberikan isoniazid dan rifamisin selama 4 bulan. Dosis obat anti tuberkulosis
mengikuti rekomendasi WHO. Pemberian dalam bentuk kombinasi dosis tetap
akan memberikan kemudahan dalam pemberian obat.
31
Ringkasan rasional dan bukti
Sebagian besar uji klinis yang dirancang dengan baik telah memberikan dasar
bukti untuk standar ini dan beberapa rekomendasi pengobatan, berdasarkan studi
32
ini yang telah diulis dalam beberapa tahun terakhir.Semua data ini menunjukkan
bahwa dengan pilihan pengobatan saat ini, rejimen mengandung rifampisin adalah
tulang punggung antituberkulosis kemoterapi dan sangat efektif dalam mengobati
tuberkulosis yang disebabkan oleh obat-obatan yang resistensi M. tuberculosis.
Hal ini juga jelas dari studi ini bahwa durasi minimal pengobatan tuberkulosis
smear- dan / atau kultur bakteri positif adalah enam bulan. Rejimen kurang dari
enam bulan memiliki tingkat kekambuhan sangat tinggi.Dengan demikian, saat ini
waktu standar internasional pengobatan tuberkulosis adalah minimal enam bulan.
Untuk aktu pengobatan enam bulan menjadi lebih efetif maka rejimen harus
menyertakan pirazinamid
Ada beberapa variasi dalam frekuensi pemberian obat yang telah terbukti
untuk menghasilkan hasil yang dapat diterima.administrasi intermiten obat
antituberkulosis memungkinkan pengawasan yang akan diberikan lebih efisien
dan ekonomis tanpa pengurangan khasiat, meskipun pemerintahan sehari-hari
memberikan batasan yang lebih besar keselamatan. Bukti efektivitas regimen
intermiten telah ditinjau.ulasan tersebut, berdasarkan beberapa percobaan,
menunjukkan bahwa pengobatan anti tuberkulosis dapat diberikan tiga kali
seminggu sepanjang terapi atau dua kali seminggu di fase lanjutan tanpa
kehilangan jelas efektivitas kecuali di antara orang dengan infeksi HIV
lanjut.Namun, WHO tidak merekomendasikan penggunaan rejimen intermiten dua
kali seminggu karena konsekuensi yang berpotensi besar kehilangan satu dari dua
dosis.
33
Dasar bukti untuk dosis obat antituberkulosis saat ini direkomendasikan
berasal dari percobaan manusia klinis, model hewan, dan studi farmakokinetik
34
dan toksisitas. Bukti pada dosis obat dan keselamatan dan dasar biologis untuk
rekomendasi dosis telah banyak diulas dalam publikasi oleh WHO, ATS, Centers
for Disease Control and Prevention (CDC), and the Infectious Diseases Society of
America (IDSA)dan lain-lain. Direkomendasikan setiap hari dan tiga kali dosis
mingguan ditunjukkan pada Tabel 3.
Tabel 3
Doses of the first-line antituberculosis drugs in adults and children
35
Pengobatan tuberkulosis dalam situasi klinis khusus seperti penyakit hati,
penyakit ginjal, kehamilan, dan infeksi HIV mungkin memerlukan modifikasi dari
rejimen standar atau perubahan dosis atau frekuensi pemberian obat. Untuk
panduan dalam situasi ini melihat pedoman pengobatan WHO dan ATS / CDC /
IDSA. Dalam percobaan klinis membandingkan kombinasi dosis tetap/fixed-dose
combination (FDC) dari isoniazid, rifampisin, etambutol, dan pirazinamid dengan
regimen obat yang sama diberikan sebagai pil terpisah, tidak ada perbedaan di
hasil pengobatan atau efek samping. Namun, karena FDC mengurangi jumlah pil
diminum setiap hari pada fase intensif pengobatan 9-16 3-4, kenyamanan pasien
meningkat dan potensi kesalahan pengobatan menurun.
36
STANDAR 9
Pendekatan yang dijelaskan dalam standar ini dirancang untuk mendorong dan
memfasilitasi kemitraan yang positif antara pelayan kesehatan dan pasien, bekerja
sama untuk meningkatkan kepatuhan. Kepatuhan terhadap pengobatan adalah
faktor penting dalam menentukan keberhasilan pengobatan.Sebuah hasil yang
sukses dari pengobatan tuberkulosis, dengan asumsi rejimen obat yang sesuai
yang diresepkan, tergantung pada kepatuhan pasien terhadap rejimen.Mencapai
kepatuhan bukanlah tugas yang mudah, baik untuk pasien atau penyedia.Rejimen
obatAntituberkulosis, seperti dijelaskan di atas, terdiri dari beberapa obat yang
diberikan selama minimal enam bulan, sering ketika pasien merasa baik (kecuali,
mungkin, untuk efek samping dari obat).Umumnya, perawatan semacam ini tidak
konsisten dengan latar belakang pasien budaya, sistem kepercayaan, dan keadaan
hidup.Akibatnya, tidak mengherankan bahwa, tanpa dukungan perawatan yang
tepat, proporsi yang signifikan dari pasien dengan TB tidak melanjutkan
pengobatan sebelum menyelesaikan durasi direncanakan atau tidak menentu
dalam mengambil obat.Namun, kegagalan untuk menyelesaikan pengobatan
tuberkulosis dapat menyebabkan infektivitas berkepanjangan, hasil yang buruk,
dan resistensi obat.
37
termasuk kemiskinan dan diskriminasi gender, konteks sosial, faktor pelayanan
kesehatan, dan faktor personal. Dari sintesis ini dapat disimpulkan bahwa
38
sekelompok faktor ini cenderung untuk meningkatkan kepatuhan pasien.Ini
tercantum dalam Tabel 7.Meskipun bukti sebaliknya, ada kecenderungan luas
untuk fokus pada faktor-faktor yang berhubungan dengan pasien sebagai
penyebab utama ketidakpatuhan.penelitian sosiologis dan perilaku selama 40
tahun terakhir telah menunjukkan bahwa pasien perlu didukung, bukan
menyalahkan. Kurang perhatian dibayar untuk penyedia dan kesehatan sistem
terkait faktor.Beberapa studi telah mengevaluasi berbagai intervensi untuk
meningkatkan kepatuhan terhadap terapi tuberkulosis. Di antara intervensi
dievaluasi, DOT telah dihasilkan perdebatan yang paling dan
kontroversi.Keuntungan utama dari DOT adalah bahwa pengobatan dilakukan
sepenuhnya di bawah dekat, pengawasan langsung.Ini menyediakan sebuah
penilaian yang akurat dari tingkat kepatuhan dan jaminan yang lebih besar bahwa
obat benar-benar telah tertelan.Ketika individu kedua langsung mengamati pasien
menelan obat ada kepastian yang lebih besar bahwa pasien benar-benar menerima
obat yang diresepkan.Juga, karena ada kontak dekat antara pasien dan pendukung
pengobatan, efek samping obat dan komplikasi lainnya dapat dikenali dengan
cepat dan dikelola dengan tepat dan kebutuhan untuk dukungan sosial tambahan
dapat diidentifikasi. Selain itu, manajemen kasus tersebut juga dapat berfungsi
untuk mengidentifikasidan membantu dalam mengatasi masalah-masalah lain
segudang dialami oleh pasien dengan TB seperti kurang gizi, perumahan yang
buruk, dan hilangnya penghasilan, untuk beberapa nama.
39
sama dan tingkat kesembuhan ditambah selesai pengobatan. Mereka
menyimpulkan bahwa pengamatan langsung menelan obat tidak meningkatkan
hasil. Yang lebih sistematis terbaru mencapai kesimpulan yang sama. Sebaliknya,
penilaian program di beberapa negara telah menemukan DOT terkait dengan
kesembuhan yang tinggi dan pengobatan selesai. Kemungkinan bahwa
inkonsistensi ini karena fakta bahwa studi utama sering tidak dapat memisahkan
efek DOT saja dari DOTS secara keseluruhan strategi.
40
TB, dukungan masyarakat juga penting dalam menciptakan lingkungan terapeutik
dan mengurangi stigma. Tidak hanya harus masyarakat berharap bahwa
pengobatan yang optimal untuk TB disediakan, tapi, juga, masyarakat harus
berperan dalam mempromosikan kondisi yang memfasilitasi dan membantu
memastikan bahwa pasien akan mematuhi rejimen yang ditentukan. Sejumlah
penelitian telah menunjukkan bahwa orang dengan TB mungkin menimbulkan
bencanabiaya dalam mencari diagnosis dan pengobatan yang tepat.asuransi
kesehatan, hibah cacat, dan skema perlindungan sosial lainnya tersedia di banyak
negara, meskipun mereka mungkin tidak mencakup seluruh penduduk. Orang
dengan TB mungkin memenuhi persyaratan untuk dukungan keuangan melalui
skema seperti itu, tapi mungkin tidak menyadari mereka atau memiliki
kemampuan untuk mengaksesnya. Penyedia layanan kesehatan harus membantu
pasien untuk mengakses skema yang ada, termasuk bantuan dengan prosedur
administrasi, mengeluarkan sertifikat sakit, dll.
STANDAR 10
41
pengobatan dan untuk mengidentifikasi efek samping obat. Untuk menilai respon
pengobatan tuberkulosis paru, metode yang paling cepat adalah sputum BTA.
Idealnya, di mana laboratorium kualitas terjamin yang tersedia, kultur dahak,
42
usapan, harus dilakukan untuk pemantauan tes molekuler, termasuk Xpert MTB /
RIF, tidak cocok untuk pemantauan pasien karena tes ini mendeteksi DNA sisa
dari basil non-layak. Namun, Xpert MTB / RIF berguna untuk mendeteksi
resistensi rifampisin pada pasien yang tetap BTA positif setelah 3 bulan atau lebih
pengobatan. Pasien yang diagnosis TB dikonfirmasi oleh Xpert MTB / RIF dan
yang telah organisme rentan rifampisin harus dipantau selama pengobatan dengan
sputum BTA. Untuk pasien ini, mikroskop harus dilakukan pada penyelesaian
fase intensif pengobatan lima bulan pengobatan dan pada akhir pengobatan sesuai
pedoman WHO. Pasien dengan TB dan resistensi rifampicin dikonfirmasi oleh
Xpert MTB / RIF dan disesuaikan pada pengobatan TB MDR harus dipantau
dahak dan kultur. Jika sumber daya memungkinkan, kultur bulanan selama
pengobatan dianjurkan.
Sekitar 80% pasien dengan sputum TB paru BTA positif harus memiliki
apusan negatif dahak pada saat tahap awal pengobatan (2 bulan terapi). Pasien
yang tetap BTA positif memerlukan perhatian khusus. BTA positif pada akhir fase
awal pengobatan harus memicu penilaian kepatuhan pasien dan reevaluasi-hati
untuk menentukan apakah kondisi co-morbid, terutama infeksi HIV atau bentuk
lain dari imunosupresi dan diabetes mellitus, yang hadir yang mungkin
mengganggu dengan respon terhadap pengobatan. Namun, BTA positif pada saat
penyelesaian tahap awal bukan merupakan indikasi untuk memperpanjang fase
pengobatan.Jika BTA positif bulan dua, pemeriksaan BTA harus diulang pada
bulan tiga. Memiliki BTA positif setelah selesai tiga bulan pengobatan
meningkatkan kemungkinan resistensi obat dan Xpert MTB / RIF, kultur, dan tes
kerentanan terhadap obat harus dilakukan di laboratorium kualitas terjamin.
43
STANDAR 11
Pasien dengan sputum masih tetap positif pada akhir bulan ketiga pengobatan,
pasien dengan gagal pengobatan, pasien yang tidak terlacak (putus pengobatan),
atau kambuh harus selalu dicurigai sebagai resisten obat. Pada pasien yang seperti
ini, maka Xpert MTB/RIF merupakan tes diagnostik awal Jika terdeteksi resisten
Rifampisin, maka kultur dan tes kepekaan harus segera dilakukan untuk isoniazid,
florokuinolon, dan obat-obat injeksi lini kedua. Konseling dan edukasi pasien
serta pemberian terapi empiris lini kedua harus diberikan sesegera mungkin untuk
meminimalisir kemungkinan penyebaran. Langkah-langkah pengendalian infeksi
yang tepat harus diterapkan
Resistensi obat sebagian besar disebabkan oleh ketidak patuhan pasien dan
menjadi penyebab tidak optimal pengobatan dan putus obat. Manifestasi klinis
yang umum muncul karena resistensi obat adalah : kegagalan untuk memberikan
suport pengobatan yang efektif dan menjamin kepatuhan, rejimen obat yang tidak
memadai, menambahkan obat baru tunggal apabila terdapat kegagalan dari
rejimen pengobatan dan kegagalan untuk mengenali resistensi obat yang ada.
STANDAR 12
44
diterapi dengan menggunakan rejimen obat anti tuberculosis lini kedua yang
terjamin efektifitasnya Dosis obat anti tuberculosis ini sesuai dengan rekomendasi
WHO. Pemilihan rejimen dapat yang telah terstandar baku atau berdasarkan
kecurigaan atau berdasarkan pola kepekaan obat. Sekurang-kurangnya lima obat –
pirazinamid dan empat obat lainnya yang diketahui atau diperkirakan masih peka
45
termasuk obat injeksi- harus digunakan dalam 6-8 bulan fase intensif dan
sekurang-kurangnya tiga obat yang diketahui atau diperkirakan masih peka harus
digunakan dalam fase lanjutan. Pengobatan diberikan dalam 18-24 bulan setelah
terjadi konversi kultur. Penilaian berfokus pada pasien, termasuk observasi
pengobatan, dibutuhkan agar patuh berobat. Konsultasi kepada spesialis yang
berpengalaman menangani pasien TB MDR/XDR harus dilakukan
STANDAR 13
Suatu sistem pencatatan yang sistematis dan mudah diakses meliputi obat-
obatan yang diberikan, respons bakteriologis, hasil akhir pengobatan, dan adanya
efek samping obat, harus dilaksanakan untuk setiap pasien.
46
diperlukan untuk memantau TB baik dari tingkat global, nasional, dan daerah,
memantau progres dalam pengobatan dan kualitas perawatan untuk pasien,
menjamin kelangsungan ketika pasien dirujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan,
untuk merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi program, untuk
mendukung advokasi dan pendanaan yang adekuat pada program kontrol TB.
47
Apabila data berkualitas tinggi, keberhasilan dapat didokumentasikan dan
tindakan korektif maka dapat diambil untuk mengatasi masalah yang
diiidentifikasi.
STANDAR 14
Tes HIV dan konseling harus diberikan pada semua pasien dengan atau masih
suspek memilki tuberkulosis,kecuali terdapat konfirmasi hasil tes negatif pada dua
bulan sebelumnya. Karena terdapat hubungan yang dekat anatara TB dengan
infeksi HIV, sehingga pendekatan terintegrasi untuk mencegah, diagnosis dan
tatalaksana tuberkulosis dan HIV direkomendasikan pada daerah yang memiliki
prevalensi HIV yang tinggi. Tes HIV merupakan suatu manajemen khusus untuk
pasien yang berada pada daerah dengan prevalensi HIV yang tinggi pada poplasi
umum, pada pasien dengan gejala dan atau tanda dari suatu kondisi yang berkaitan
dengan infeksi HIV dan pasien yang memiliki riwayat sugestif dengan resiko
tinggi terkena HIV .
48
TBC sangat terkait dengan infeksi HIV dan diperkirakan menyebabkan lebih
dariseperempat kematian di antara orang dengan HIV. Infeksi HIV meningkatkan
kemungkinan perkembangan dari infeksi M. Tuberculosisuntuk TB aktif.
49
Meskipun di negara prevalensi HIV yang rendah beberapa pasien tuberkulosis
memiliki hubungan cukup kuat untuk terinfeksi HIV, sehingga konseling dan tes
HIV harus selalu dilakukan. Di negara-negara yang memiliki prevalensi tinggi
infeksi HIV, diperlukan pemberian kotrimoksazoluntuk pencegahan infeksi
oportunistik di antara dugaankasus TB. Studi tuberkulosis terpadu dan layanan
HIV telah menunjukkan bahwa perawatanterpadu yang memfasilitasi deteksi dini
STANDAR 15
Pada orang dengan infeksi HIV dan TB yang memiliki imunosupresi yang
sangat berat (hitung CD4 <50sel/mm3), ART harus diinisisikan dalam 2 mkngu
saat tatalaksana untuk tb akan dimulai, kecuali terdapat menigitis tb. Untuk semua
pasien dengan HIV dan TB, tanpa memerhatikan hitung CD4, terapi anti retriviral
harus diinisiasikan dalam 8 minggu saat tatalaksana untuk TB akan dimulai.
Pasien dengan TB dan infeksi HIV juga seharusnya mendapatkan kotrimoksazol
sebagai profilaksis untuk infeksi lainnya.
50
baik jika rifampisindigunakan di seluruh dan pengobatan diberikan setiap hari
setidaknya di fase intensif. Pada pasien dengan TB terkait HIV, mengobati
tuberkulosis adalah prioritas pertama.Dalam pengaturan infeksi HIV lanjut, TB
yang tidak diobati dapat berkembang dan cepat mati. ART dapat menyelamatkan
nyawa pasien dengan infeksi HIV lanjut. Oleh karena itu, semua
51
pasientuberkulosis dan infeksi HIV harus menerima terapi antiretroviralsedini
mungkin terlepas dari hitung CD4.Dengan terapi ART terdapat hasil pengurangan
luar biasa dalam mortalitas dan morbiditas terkait AIDS,dan sangat meningkatkan
kelangsungan hidup dan kualitas hidup orang yang terinfeksi HIV.ART dimulai 2
minggu dibandingkan dengan 8 minggu setelah inisiasi tuberkulosispengobatan
pada pasien dengan imunosupresi berat (jumlah CD4 median dari 25sel / mm3)
0,232 Dengan demikian, bukti dari percobaan ini menunjukkan bahwa ART harus
dimulaidalam waktu 2 minggu setelah dimulainya pengobatan TB untuk pasien
dengan jumlah CD4 kurangdari 50 sel / mm3 dan sedini mungkin dalam waktu 8
minggu untuk yang lain HIV-positif TB. Perhatian harus diberikan untuk inisiasi
dini ART di HIV-positifmeningitis TB karena hubungannya dengan tingkat
kejadian yang tidak dikehendaki yang lebih tinggi daripada peristiwa dengan
inisiasi ART 2 bulan setelah dimulainya pengobatan tuberkulosis.
Ada beberapa isu penting terkait dengan terapi bersamaan untuk TBdan
infeksi HIV yang harus dipertimbangkan. Ini termasuk profil toksisitas yang
tumpang tindih untukobat yang digunakan, interaksi obat-obat (terutama dengan
rifampisin dan protease inhibitor),Potensi masalah dengan kepatuhan terhadap
beberapa obat, dan pemulihan kekebalan, dan reaksi inflamasi Ada beberapa
interaksi obat tuberkulosis dan obat nucleoside reverse transcriptase inhibitor
(NRTI).Pasien dengan tuberkulosis dan infeksi HIV juga harus menerima
kotrimoksazol (trimetoprim-sulfametoksazol)sebagai profilaksis untuk infeksi
lainnya. Beberapa studi telah menunjukkanmanfaat profilaksis kotrimoksazol, dan
intervensi ini saat dianjurkanoleh WHO sebagai bagian dari Tpaket manajemen
TB.
STANDAR 16
Orang dengan infeksi HIV, setelah evaluasi yang ketat, tidak memiliki TB
harus di tatalaksana untuk dugaan infeksi TB laten , yaitu dengan isoniazid
sekurangnya 6 bulan.
52
Ringkasan rasional dan bukti
Identifikasi awal dari gejala yang konsisten dengan TB diikuti oleh tes
diagnostik cepat dan pengobatan yang tepat penyakit antara orang yang hidup
dengan HIVmeningkatkan kelangsungan hidup dan meningkatkan kualitas hidup.
Dengan demikian, skrining untuk gejala antara orangdengan infeksi HIV sangat
penting untuk mengidentifikasi kedua kasus tuberkulosis dan orang-orang
yangharus menerima terapi pencegahan isoniazid. Sebuah tinjauan sistematis
komprehensifdan meta-analisis ditemukan bahwa tidak adanya empat gejala:
batuk saat, keringat malam,demam, atau penurunan berat badan diidentifikasi
subset besar ODHA yang sangat tidak mungkin untuk memiliki TB aktif. Semua
orang dengan infeksi HIV harus secara teratur diperiksa untuk TBC menggunakan
algoritma klinis dengan empat gejala: batuk saat, keringat malam, demam
ataupenurunan berat badan, pada setiap kunjungan ke fasilitas kesehatan atau
kontak dengan petugas perawatan kesehatan. ODHA yang melaporkan salah satu
dari gejala harus dievaluasi untuk tuberkulosis danpenyakit lainnya. Demikian
pula, anak-anak yang hidup dengan HIV yang memiliki salah satu dari gejala
berikut miskin, berat badan, demam, batuk saat ini, atau riwayat kontak dengan
seseorang yangtelah didiagnosis TBC menular harus dievaluasi untuk tuberkulosis
dan kondisi lainnya.
53
memiliki infeksi TB laten atau yang memilikikontak dengan kasus tuberkulosis
menular.
STANDAR 17
54
dengan respon pengobatan TB. Ini harus diberikan secara gratis kepada
pasien.Karena prevalensi DM meningkat, sehingga diabetes mellitus adalah
perhatian utama. DM dapat meningkatakan tiga kali lipat risiko tuberkulosis dan
55
dapat meningkatkan keparahan tuberkulosis.Sebaliknya, TBC dapat memperburuk
kontrol glukosa darah pada orang dengan diabetes.
56
Hal ini diakui bahwa tidak semua layanan yang diperlukan saat ini tersedia di
daerah yang paling membutuhkan dukungan ini. Sejauh layanan ini tersedia, harus
dimanfaatkan sepenuhnyauntuk mendukung perawatan pasien tuberkulosis. Jika
tidak tersedia, berencana untuk meningkatkankapasitas yang relevan harus
dimasukkan ke dalam strategi pengendaliantuberkulosislokal, regional, dan
nasional.Penyakit lain dan perawatan, perawatan terutama imunosupresif seperti
kortikosteroid dan tumor necrosis factor (TNF) inhibitor alpha, meningkatkan
risiko tuberkulosis dan dapat mengubah fitur klinis dari penyakit. Dokter yang
merawat pasiendengan penyakit atau mengambil obat yang mengubah respon
kekebalan tubuh harus menyadaripeningkatan risiko tuberkulosis dan waspada
untuk gejala yang mungkin mengindikasikan kehadiran tuberkulosis. Pengobatan
pencegahan isoniazid dapat dipertimbangkan untuk pasien tersebut jikaTB aktif
terekslusi.
57
Penentuan prioritas untuk penyelidikan kontak didasarkan pada kemungkinan
bahwa kontak tersebut 1) telah terdiagnosis tuberkulosis; 2) berisiko tinggi
terkena tuberkulosis jikaterinfeksi; 3) berisiko mengalami TB berat jika penyakit
ini berkembang; dan 4) pada risiko tinggiyang telah erinfeksi oleh kasus indeks.
Risiko tertular infeksi M.TB berkorelasi dengan intensitas dan durasi paparan
seseorang dengan infeksiTBC, umumnya disebut kasus indeks. Kontak adalah
setiap orang yang telahterkena kasus indeks. Umumnya kontak dibagi menjadi
58
dua kelompok, rumah tanggadan non-rumah tangga. Seseorang yang berbagi
ruang hidup tertutup yang sama untuk satu malamataulebih, atau untuk waktu
yang sering atau beberapa hari dengan kasus indeks selama3 bulan sebelum
dimulainya episode pengobatan saat ini, didefinisikan sebagaikontak rumah
tangga. kontak non-rumah tangga juga berbagi ruang tertutup, sepertipertemuan
sosial tempat, tempat kerja, atau fasilitas, untuk waktu yang lama selama hari
dengankasus indeks selama 3 bulan sebelum dimulainya episode pengobatan saat
inidan dengan demikian juga berada pada risiko mengalami infeksi yang didapat
dengan M. tuberculosis. Penyelidikan kontakdianggap sebagai kegiatan yang
penting, baik untuk menemukan orang dengan sebelumnyatuberkulosis terdeteksi
dan orang yang adalah kandidat untuk pengobatan infeksi TB laten. Kurangnya
staf yang memadai dan sumber daya di banyak daerah membuat penyelidikan
kontak adalah tugas yang menantang.
Manfaat utama dari penyelidikan kontak untuk kontak dari MDR kasus index /
XDR adalah deteksi awalTB aktif yang harus menghasilkan penurunan transmisi
organisme MDR / XDR. Dalam review sistematis, lebih dari 50% dari kontak
dengan TB aktifmemiliki profil kerentanan terhadap obat yang sesuai dengan
kasus indeks. Namun, tidak ada rekomendasi saat ini untuk pengobatan infeksi
laten yang diduga organisme MDR / XDR
STANDAR 19
Anak-anak usia <5 tahun dan orang-orang pada semua umur dengan
infeksi HIV yng memiliki kontak dekat dengan orang yangbterinfeksi tuberkulosis
dan yang setelah evaluasi ketat tidak memiliki tuberkulosis aktif, seharusnya
dilakukan tatalaksana untuk mencegah adanya infeksi TB laten dengan isoniazid
minimal 6 bulan.
59
Anak-anak (terutama yang berusia di bawah lima tahun) adalah kelompok
rentan karenakemungkinan tinggi dari infeksi laten menjadi TB aktif. Anak-anak
terutama jika sangat muda, juga lebih mungkin untuk berkembangnya TB yang
berat seperti meningitis TB. Untuk alasan ini disarankan bahwa, setelah TBC
60
aktifdikecualikan, anak-anak di bawah usia lima tahun yang tinggal di rumah yang
samasebagai pasien TB BTA positif dahak harus ditangani dengan isoniazid, 10
mg /kg / hari (hingga maksimum 300 mg), selama 6 bulan dengan anggapan
bahwa mereka telahterinfeksi oleh kasus indeks. Skrining anak untuk TB aktif
dapatdicapai dengan riwayat medis yang cermat dan pemeriksaan fisik. Demikian
juga, ODHA sangat rentan untuk mengembangkan TB jika terinfeksi dan, dengan
demikian,harus dievaluasi cermat untuk kehadiran TB aktif. Orang dengan
HIVinfeksi harus dievaluasi dan diobati seperti yang dijelaskan dalam Standar 16,
Monitoring dan evaluasi IPT sebagai intervensi program harus dilakukan seperti
yang dijelaskan dalamRekomendasi Investigasi Kontak Penyandang Infeksi
Tuberkulosis dinegara berpenghasilan rendah dan menengah.
Pada anak usia<5 tahun dan ODHA, tes kulit tuberkulin danuji pelepasan
interferon-gamma dapat digunakan untuk mengidentifikasi mereka pada
peningkatan risiko untukTB aktif dan yang karena itu adalah prioritas utama untuk
pengobatan Infeksi sekali TB aktif adalah excluded. Karena manfaat kesehatan
masyarakat pengobatanuntuk infeksi TBlaten, selain untuk anak-anak dan ODHA,
di negaraberpenghasilan rendah dan menengahtidak terbukti, itu tidak dianjurkan
sebagai pendekatan programatik. Namun, sebagai bagian dari perawatan untuk
individu dengan faktor risiko TB yang terpapar dengan TBC menular, dokter
dapat memilih untuk menguji untuk infeksi latendengan tes tuberkulin kulit atau
interferon-gamma release assay dan, jika hasilnya positifdan TBC aktif
dieksklusikan, diberikan pengobatan untuk infeksi TB laten sebagai intervensi
pencegahan
STANDAR 20
61
Ringkasan rasional dan bukti
62
dalam program yang mengelolakebanyakan pasien dengan TB di masyarakat
dibandingkan dengan program-program yang secara rutinmemanfaatkan rawat
63
inap. Intervensi harus konsisten dengan dan melengkapi upaya pengendalian
infeksi umum secara keseluruhan dan, khususnya, upaya tersebut menargetkan
lainnya udarainfeksi.
fasilitas administratif. Termasuk skrining yang cermat dan identifikasi awal pasien
dengan, atau diduga memiliki, tuberkulosis dan memisahkan merekadari pasien
lain, terutama dari pasien yang sangat rentan terhadap TBC.Pengorganisasian
aliran pasien melalui bagian dari fasilitas, misalnya, identifikasi cepatbatuk
pasien, penggunaan sistematis masker bedah untuk batuk pasien, dan
mengarahkanpasien ini jauh dari daerah tunggu ramai (fast-tracking) dapat
meminimalkan potensiuntuk eksposur dan transmisi. Pemisahan pasien yang
diduga menderita tuberkulosisakan menurunkan risiko untuk pasien lain dan akan
memungkinkan petugas kesehatan untuk mengambil tindakan pencegahanyang
tepat. Pasien dengan infeksi HIV dan bentuk lain dari imunosupresi, harus secara
fisik dipisahkan dari pasien yang diduga atau telah dikonfirmasiTBC menular.
Pasien yang memiliki atau berisiko memiliki MDR TBharus dipisahkan dari
pasien lain, termasuk pasien lain dengantuberkulosis.Pasien diajarkan etiket batuk
yang tepat akanberfungsi untuk mengurangi penyebaran aerosol menular.
Pengumpulan Prompt sputum spesimen untuk mikroskopi atau evaluasi
64
Semua petugas kesehatan harus diberikan informasi yang tepat dan
didorong untuk menjalaniskrining rutin untuk TB dan tes HIV dan konseling.
Mereka yang terinfeksi HIV harus diberikan layanan pencegahan dan perawatan
yang tepat. Petugas kesehatan denganInfeksi HIV tidak harus bekerja di daerah di
65
mana paparan TB yang kemungkinan tidak diobati dan terutama tidak harus
merawat pasien dengan MDR dan XDR TBC,atau dalam pengaturan di mana
resistensi obat mungkin terjadi.Pekerja tersebut harus disediakan dengan
pekerjaandi daerah risiko yang lebih rendah.
STANDAR 21
66
Semua penyedia layanan harus melaporkan baik kasus baru maupun TB
yang berulang dan hasil pengobatannya ke otoritas kesehatan masyarakan
lokalsesuai dengan persyaratan hukum dan kebijakan yang berlaku.
67
Ringkasan rasional dan bukti
68
mengobati MDR TB, sehingga pharmacovigilance penting dalam kelompok
ini juga.
KESIMPULAN
Semua usia
BTA positif atau negatif
Ekstra paru
MDR/XDR
Ko – infeksi TB – HIV
70
DAFTAR PUSTAKA
71