Вы находитесь на странице: 1из 5

Penelitian

Pemetaan Kebutuhan Tenaga dan Sarana Prasarana Kesehatan


di Daerah Tertinggal

FAKULTAS KEDOKTERAN, KESEHATAN MASYARAKAT, DAN


KEPERAWATAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA

KEMENTERIAN DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL DAN


TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA
A. LATAR BELAKANG
Kesehatan merupakan salah satu inti dari kebijakan internasional yakni Sustainable
Development Goals (SDGs) dimana tercantum pada beberapa tujuan, diantaranya tujuan 3:
memastikan kehidupan yang sehat dan mendukung kesejatheraan bagi semua untuk semua
usia, tujuan 2: mengakhiri kelaparan, mencapai ketahanan pangan dan meningkatkan gizi serta
mendorong pertanian yang berkelanjutan, tujuan 6: Menjamin ketersediaan dan pengelolaan
air serta sanitasi yang berkelanjutan bagi semua orang, serta tujuan 10: Mengurangi
ketimpangan didalam dan antar negara. Selain itu, Nawacita dalam RPJMN 2015-2019 juga
mengutarakan berbagai agenda kesehatan yakni agenda 3: membangun Indonesia dari
pinggiran dan agenda ke-5: meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia.

Gambar 1. Sebaran Indeks Pembangunan Kesehatan Masyarakat (IPKM) di Daerah Tertinggal


Sumber: IPKM, Kemenkes 2013

Indonesia sebagai negara dengan kepulauan terbesar di dunia dengan memiliki luas
wilayah sebesar 1,904,569 km2 dengan jumlah pulau sebanyak 17.508 pulau menghadapi
disparitas status kesehatan yang tinggi antar daerah. Pada gambar 1 menunjukkan bahwa
semakin ke timur, Indeks Pembangunan Kesehatan Masyarakat di Indonesia semakin rendah,
terutama di daerah tertinggal. Hal ini dikarenakan adanya maldistribusi tenaga kesehatan yang
lebih cenderung berfokus pada daerah perkotaan, serta kurangnya fasilitas sarana dan prasarana
kesehatan di daerah tertinggal.
Oleh karena itu, untuk mendukung pelaksanaan pembangunan bidang kesehatan di daerah
tertinggal dan tercapainya tujuan tersebut, Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan
Keperawatan Universitas Gadjah Mada (FKKMK UGM) turut berpartisipasi dalam
pelaksanaan kegiatan pemetaan kebutuhan tenaga dan sarana prasarana kesehatan di daerah
tertinggal dari Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Republik
Indonesia (Kemendesa RI).
Teknologi kini berkembang dan memiliki peranan penting dalam meningkatkan status
kesehatan masyarakat. Kepakaran dalam kedokteran komunitas dapat dioptimalkan dengan
memanfaatkan teknologi. Pemanfaatan teknologi informasi untuk mengumpulkan data dan
menyusun profil derajat kesehatan daerah tertinggal baik dari SDM, sarana, maupun prasarana
kesehatan serta potensi dan tantangannya dapat digunakan terus menerus sebagai sarana
monitoring status kesehatan daerah secara real time dan uptodate (multiyears data) serta dapat
digunakan oleh instansi level nasional dan daerah. Data yang telah didapatkan kemudian diolah
dan divisualisasikan sehingga dapat memberikan gambaran yang uptodate serta dijadikan dasar
identifikasi permasalahan dan pembuatan prioritas/zona merah penanganan kesehatan di
daerah tertinggal, memberikan alternatif solusi pemecahan masalah kesehatan di daerah
tertinggal, dan dasar untuk pembuatan infografis data kesehatan daerah tertinggal.
FKKMK UGM telah merencanakan untuk mengadakan penelitian penysunan profil
kesehatan di daerah tertinggal secara digital dimana didalamnya akan memetakan kebutuhan
tenaga dan sarana prasarana kesehatan di daerah tertinggal dalam upaya meningkatkan
pelayanan dasar kesehatan masyarakat sesuai Standar Pelayanan Minimal (SPM). Dari
penelitian ini diharapkan dapat menganalisis permasalahan kesehatan prioritas daerah
tertinggal sebagai input perencanaan STRANAS (Strategi Nasional), RAN PDT (Rencana
Anggaran Nasional Pengembangan Daerah Tertinggal), daa RPJMN (Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasiona) 2020-2025 serta menghasilkan berbagai data, buku, website serta
infografis tentang potret kesehatan daerah tertinggal dan kebutuhan intervensi.

B. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan dari kegiatan ini secara umum adalah mendukung pelaksanaan pembangunan
bidang kesehatan di daerah tertinggal dan memberikan dukungan data dalam perumusan
maslah kesehatan prioritas, alternatif streategi dan rekomendasi kebijakan percepatan
pembangunan bidang kesehatan daerah tertinggal di daerah tertinggal.
Sedangkan tujuan khusus yang ingin dicapai adalah sebagai berikut:
1. Memetakan profil kesehatan daerah tertinggal secara digital
2. Memetakan kebutuhan tenaga dan sarana prasarana kesehatan di daerah tertinggal
dalam upaya meningkatkan pelayanan dasar kesehatan masyarakat sesuai Standar
Pelayanan Minimal (SPM).
3. Menganalisis permasalahan kesehatan prioritas daerah tertinggal untuk rekomendasi
kebijakan ke depannya.

C. RUANG LINGKUP

1. Jenis Data/Informasi
Data yang dikumpulkan untuk penelitian pemetaan kebutuhan tenaga dan sarana
prasarana kesehatan adalah:
a. Data Umum meliputi data geografi, kependudukan, dan sosial ekonomi
b. Data Infrastruktur meliputi rumah, sarana dan fasilitas kesehatan
c. Data Aksesibilitas meliputi jarak ke sarana kesehatan terdekat
d. Data Karakteristik Daerah meliputi karakteristik desa/kelurahan dan stunting
e. Data Ekonomi meliputi jaminan kesehatan nasional
f. Data Sumber Daya Manusia meliputi kader kesehatan
g. Data Kemampuan Keuangan Daerah
h. Data kualitatif meliputi penyakit utama, penyakit spesifik, dan stunting

2. Sumber data
Data untuk penelitian pemetaan kebutuhan tenaga dan sarana prasarana kesehatan
diperoleh dari:
a. Dokumen Profil Kesehatan Kabupaten/Kota (Dinas Kesehatan)
b. Dokumen Badan Pusat Statistik Kabupaten/Kota, Bappeda Kabupaten/Kora,
Dinas Pendidikan, dan Kantor Pengolahan Data Elektronik Kabupaten/Kota, dan
institusi terkait lainnya.
c. Dokumen Hasil Survei Kabupaten/Kota, Survei Provinsi atau Survei Nasional.
d. Wawancara mendalam dengan responden:
 Bupati,
 Kepala Dinas Kesehatan,
 Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa,
 Kepala Puskesmas dengan Angka Penyakit Utama Tertinggi (dari 10
penyakit besar),
 Kepala Puskesmas dengan Angka Masalah Kesehatan Spesifik Tertinggi,
 Kepala Puskesmas dengan Angka Stunting Tertinggi,
 Kepala Desa dengan Angka Penyakit Utama Tertinggi (dari 10 penyakit
besar),
 Kepala Puskesmas dengan Angka Masalah Kesehatan Spesifik Tertinggi,
 Kepala Desa dengan Angka Stunting Tertinggi.

Tabel 1. Penyakit Spesifik


NO PROVINSI KABUPATEN KET
1 Aceh Aceh Singkil Budaya berdapur (KIA)
2 Sumatera Utara Nias Barat
3 Sumatera Barat Kepulauan
Mentawai
4 Sumatera Selatan Musi Rawas Utara
5 Bengkulu Seluma
6 Lampung Pesisir Barat
7 Sulawesi Tengah Parigi Moutoung Filariasis
8 Sulawesi Tengah Tojo Una-una Filariasis
9 Sulawesi Tengah Donggala Filariasis
10 Sulawesi Tengah Sigi Schistosomiasis
11 Maluku Buru Selatan
12 Maluku Utara Kepulauan Sula
13 Maluku Utara Pulau Taliabu
14 Jawa Timur Sampang Jube (Kusta)
15 NTB Sumbawa Potret Kampung KB
16 NTT Malaka
17 NTT Rote Ndao
18 NTT Manggarai
19 NTT Alor
20 NTT Sumba Barat
21 Kalbar Kapuas Hulu Merkuri
22 Kalbar Melawi Tinea Imbrikarta
23 Maluku Seram bagian Timur Frambusia
24 Papua Barat Sorong Selatan
25 Papua Nabire

Вам также может понравиться