Вы находитесь на странице: 1из 33

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka


2.1.1 Diagnosis dan Intervensi Komunitas
Diagnosis dan intervensi komunitas adalah suatu kegiatan untuk
menentukan adanya suatu masalah kesehatan di komunitas atau
masyarakat dengan cara pengumpulan data di lapangan dan kemudian
melakukan intervensi sesuai dengan permasalahan yang ada.
Diagnosis dan intervensi komunitas merupakan suatu prosedur atau
keterampilan dari ilmu kedokteran komunitas. Dalam melaksanakan
kegiatan diagnosis dan intervensi komunitas perlu disadari bahwa
yang menjadi sasaran adalah komunitas atau sekelompok orang
sehingga dalam melaksanakan diagnosis komunitas sangat ditunjang
oleh pengetahuan ilmu kesehatan masyarakat (epidemiologi,
biostatistik, metode penelitian, manajemen kesehatan, promosi
kesehatan masyarakat, kesehatan lingkungan, kesehatan kerja dan
gizi) (Notoatmodjo, 2007)

2.1.2 Pengetahuan
2.1.2.1 Definisi Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu
seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata,
hidung, telinga, dan sebagainya). Dengan sendirinya pada waktu
penginderaan sehingga menghasilkan pegetahuan tersebut sangat
dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek.
Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau
tingkat yang berbeda-beda (Notoatmodjo, 2014).

63
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2003) pengetahuan
adalah segala sesuatu yang diketahui berkenaan dengan hal.
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan,
penciuman, rasa, dan raba. Pengatahuan atau kognitif merupakan
domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang.
Menurut Bloom dan Skinner, pengetahuan adalah kemampuan
seseorang untuk mengungkapkan kembali apa yang diketahuinya
dalam bentuk bukti jawaban baik lisan atau tulisan, bukti atau tulisan
tersebut merupakan suatu reaksi dari suatu stimulasi yang berupa
pertanyaan baik lisan atau tulisan (Notoatmodjo, 2003). Pengetahuan
dapat membentuk keyakinan tertentu, sehingga seseorang berperilaku
sesuai dengan keyakinannya tersebut.

2.1.2.2 Cara Memperoleh Pengetahuan


Cara untuk memperoleh pengetahuan dapat dikelompokkan
menjadi dua, yakni:

a. Cara tradisional atau non ilmiah, yaitu cara yang dilakukan tanpa
melalui penelitian ilmiah.
i. Cara coba salah (trial and error)
Cara coba-coba ini dilakukan dengan menggunakan
kemungkinan tersebut tidak berhasil, dicoba kemungkinan
yang lain. Apabila tidak berhasil, maka akan dicoba
kemungkinan yang lain lagi sampai didapatkan hasil
mencapai kebenaran.

ii. Cara kekuasaan atau otoritas


Pengetahuan diperoleh berdasarkan pada otoritas
atau kekuasaan baik tradisi, otoritas pemerintahan, otoritas
pemimpin agama, maupun ahli ilmu pengetahuan.

64
iii. Berdasarkan pengalaman pribadi
Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali
pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan
permasalahan yang dihadapi pada masa lalu. Apabila
dengan cara yang digunakan tersebut orang dapat
memecahkan masalah yang sama, orang dapat pula
menggunakan cara tersebut.

iv. Melalui jalan pikiran


Manusia telah mampu menggunakan penalarannya
dalam memperoleh pengetahuannya. Dengan kata lain,
dalam memperoleh kebenaran pengetahuan, manusia telah
menggunakan jalan pikiran.

b. Cara modern atau cara ilmiah, yaitu melalui proses penelitian


ilmiah. Sedangkan secara modern atau ilmiah dilakukan dengan
observasi langsung dan pencatatan hasil observasi dijadikan dasar
pengambilan kesimpulan atau generalisasi (Notoatmodjo, 2012).
Pengetahuan seseorang sendiri biasanya diperoleh dari
pengalaman yang berasal dari berbagai macam sumber, misalnya:
media massa, media elektronik, buku petunjuk, petugas
kesehatan, media poster, kerabat dekat dan sebagainya.

2.1.2.3 Proses Terjadinya Pengetahuan


Menurut Notoatmodjo (2012) pengetahuan atau kognitif
merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya
tindakan seseorang. Sebelum orang mengadopsi perilaku baru
(berperilaku baru di dalam diri seseorang terjadi proses yang
berurutan), yakni:

a. Awareness (kesadaran)
Dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui

65
terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).

b. Interest (merasa tertarik)


Tertarik terhadap stimulus atau objek tersebut, disini sikap
subjek sudah mulai timbul.

c. Evaluation (menimbang-menimbang)
Terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya.

d. Trial (mencoba)
Dimana subyek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai
dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus.

e. Adoption
Dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan
pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus

Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku


melalui proses seperti ini, dimana didasari oleh pengetahuan,
kesadaran dan sikap yang positif, maka perilaku tersebut akan
bersifat langgeng (longlasting). Sebaliknya, apabila perilaku
itu tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran, maka tidak
akan berlangsung lama. Jadi, pentingnya pengetahuan disini
adalah dapat menjadi dasar dalam merubah perilaku sehingga
perilaku itu langgeng.

2.1.2.4 Tingkat Pengetahuan


Menurut Notoatmodjo (2012) ada 6 tingkatan pengetahuan,
yaitu:

a. Tahu (Know)
Tahu dapat diartikan sebagai mengingat suatu materi
yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk juga
mengingat kembali suatu yang spesifik dari seluruh bahan
yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima dengan

66
cara menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, dan
sebagainya.

b. Memahami (Comprehention)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan
untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang
diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut
secara benar. Orang yang telah paham terhadap obyek atau
materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan,
menyimpulkan, merencanakan, dan sebagainya terhadap
objek yang telah dipelajari.

c. Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk
menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi
sebenarnya. Aplikasi dapat diartikan sebagai penggunaan
hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya.

d. Analisis (Analysis)
Analisis merupakan suatu kemampuan untuk
menjabarkan suatu materi ke dalam komponen-komponen,
tetapi masih di dalam struktur organisasi tersebut yang
masih ada kaitannya antara satu dengan yang lain. Dapat
ditunjukan dengan menggambarkan, membedakan,
mengelompokkan, dan sebagainya.

e. Sintesis (Synthesis)
Sintesis merupakan suatu kemampuan untuk
meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam
suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain,
sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun
formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.

67
f. Evaluasi (Evaluation)
Berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
penilaian terhadap suatu materi penelitian didasarkan pada
suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau kriteria yang
sudah ada. Pengetahuan diukur dengan wawancara atau
angket tentang materi yang akan diukur dari objek
penelitian.

2.1.2.5 Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan


Menurut Notoatmodjo (2003), faktor-faktor yang
mempengaruhi terbagi atas dua, yaitu faktor internal dan
eksternal:

a. Faktor Internal
1) Usia
Usia individu terhitung mulai saat dilahirkan sampai
saat berulang tahun. Semakin cukup umur tingkat
kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang
dalam berpikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan
masyarakat, seseorang yang lebih dewasa akan lebih
dipercaya daripada orang yang belum cukup tinggi
kedewasaannya. Hal ini sebagai akibat dari pengalaman
dan kematangan jiwanya, makin tua seseorang maka
makin kondusif dalam menggunakan koping terhadap
masalah yang dihadapi (Azwar, 2009)

Pada penelitian Thomas Armstrong, dikatakan


bahwa masa remaja (usia 12-20 tahun) terjadi serangkaian
peristiwa biologis seperti pubertas dimana terjadi
perubahan dalam hal seksual, emosional, sosial budaya,
dan spiritual dimana pada masa ini mereka sedang dalam
proses pencarian jati diri. Masa dewasa awal (20-35 tahun)

68
mereka mulai mempunyai tanggung jawab yang harus
diselesaikan seperti dalam hal membangun keluarga atau
mendapatkan pekerjaan tetap. Masa dewasa menengah
(35-50 tahun) mereka mulai mengambil masa istirahat dari
tanggung jawab duniawi untuk merenungkan makna
kehidupan mereka lebih dalam lagi.

2) Pendidikan
Pendidikan adalah suatu kegiatan atau proses
pembelajaran untuk mengembangkan kepribadian dan
kemampuan tertentu sehingga sasaran pendidikan itu
dapat berdiri sendiri. Pendidikan mempengaruhi proses
belajar, makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah
orang tersebut untuk menerima informasi. Semakin
banyak informasi yang masuk semakin banyak pula
pengetahuan yang didapat (Notoatmodjo, 2003).

Pengetahuan sangat erat hubungannya dengan


pendidikan, dimana diharapkan bahwa dengan pendidikan
yang tinggi maka orang tersebut akan semakin luas pula
pengetahuannya. Akan tetapi perlu ditekankan bahwa
seseorang yang berpendidikan rendah belum tentu
berpengetahuan rendah pula (Dewi dan Wawan, 2011).

Peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh di


pendidikan formal, akan tetapi juga dapat diperoleh pada
pendidikan non formal. Pengetahuan seseorang tentang
suatu objek juga mengandung dua aspek yaitu aspek
positif dan aspek negatif. Kedua aspek inilah akhirnya
akan menentukan sikap seseorang terhadap objek tertentu.
Semakin banyak aspek positif dari objek yang diketahui,
maka akan menumbuhkan sikap makin positif terhadap

69
objek tersebut (Notoatmodjo, 2012).

Pendidikan dapat dikategorikan dalam beberapa


tingkatan diantaranya; pendidikan dasar yaitu pendidikan
minimum yang diwajibkan bagi semua warga negara
meliputi SD dan SMP, pendidikan menengah yaitu jenjang
pendidikan formal setelah pendidikan dasar yang meliputi
SMA/Sederajat dan pendidikan tinggi yaitu jenjang
pendidikan formal setelah pendidikan menengah yang
meliputi perguruan tinggi (akademi dan universitas)
(KBBI, 2002).

3) Pekerjaan
Pekerjaan memiliki pengaruh pada pengetahuan
seseorang. Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan
seseorang memperoleh pengalaman dan pengetahuan baik
secara langsung maupun secara tidak langsung.
Contohnya, seseorang yang mempunyai pekerjaan di
bidang kesehatan lingkungan tentunya akan lebih
memahami bagaimana cara menjaga kesehatan dirinya,
keluarganya, dan lingkungannya (Notoatmodjo, 2003).

4) Intelegensia
Intelegensia merupakan kemampuan yang dibawa
sejak lahir, yang memungkinkan seseorang berbuat
sesuatu dengan cara tertentu. Intelegensi merupakan salah
satu faktor yang mempengaruhi hasil dari proses belajar.
Secara umum, orang dengan intelegensi yang lebih tinggi
biasanya akan lebih mudah meneria suatu informasi atau
pesan (Notoatmodjo, 2003).

70
5) Minat
Minat diartikan sebagai suatu kecenderungan atau
keinginan yang tinggi terhadap sesuatu. Dengan adanya
pengetahuan yang tinggi didukung minat yang cukup dari
seseorang, sangatlah mungkin seseorang tersebut akan
berperilaku sesuai dengan apa yang diharapkan.

6) Pengalaman
Pengalaman sebagai sumber pengetahuan atau suatu
cara untuk mengetahui kebenaran pengetahuan dengan
cara mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh
dalam memecahkan masalah yang dihadapi masa lalu
(Notoatmodjo, 2003).

Pengalaman adalah suatu peristiwa yang dialami


seseorang (Middle Brook, 1974) yang dikutip oleh Azwar
(2009), mengatakan bahwa tidak adanya suatu
pengalaman sama sekali, suatu objek psikologis cenderung
akan bersikap negatif terhadap objek tersebut.

b. Faktor Eksternal
1) Status Ekonomi
Dalam memenuhi kebutuhan primer ataupun
sekunder, keluarga dengan status ekonomi baik lebih
mudah tercukupi dibanding dengan keluarga dengan status
ekonomi rendah. Hal ini akan mempengaruhi kebutuhan
akan informasi sehingga mempengaruhi pengetahuan
termasuk kebutuhan sekunder. Status sosial ekonomi
berpengaruh terhadap tingkah laku seseorang. Individu
yang berasal dari keluarga yang berstatus sosial ekonomi
baik, dimungkinkan lebih memiliki sikap positif

71
memandang diri dan masa depannya dibandingkan mereka
yang berasal dari keluarga dengan status ekonomi rendah
(Notoatmodjo, 2003).

Jadi, dapat disimpulkan bahwa ekonomi dapat


mempengaruhi pengetahuan seseorang tentang berbagai
hal. Pada penelitian ini menggunakan kategori tingkat
ekonomi berdasarkan angka upah minimal regional
(UMR) Kabupaten Tangerang tahun 2018 sebagai berikut:

Baik: ≥ UMR (≥ Rp.3.550.000,00)


Buruk: < UMR (< Rp.3.550.000,00)

2) Informasi
Informasi adalah keseluruhan makna, dapat
diartikan sebagai pemberitahuan seseorang adanya
informasi baru mengenai suatu hal memberikan landasan
kognitif baru bagi terbentuknya sikap terhadap hal
tersebut.

Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan


formal maupun non formal dapat memberikan pengaruh
jangka pendek (immediate impact) sehingga
menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan.
Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media
massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah,
mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan
pengetahuan seseorang (Notoatmodjo, 2003).

Selain itu, peran petugas kesehatan juga sangat


penting untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat
sehingga dapat timbul perilaku sehat di masyarakat,
termasuk juga disini undang-undang, peraturan-peraturan

72
baik dari pusat maupun pemerintah daerah yang terkait
dengan kesehatan. Dimana, salah satu tugas tenaga
kesehatan adalah memberikan informasi yang akurat dan
terkini pada masyarakat mengenai masalah kesehatan
dengan mengadakan penyuluhan kepada masyarakat di
wilayah kerjanya.

3) Kebudayaan/Lingkungan
Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang
tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan baik atau
buruk. Sosial termasuk di dalamnya pandangan agama,
kelompok etnis dapat mempengaruhi proses pengetahuan
khususnya dalam penerapan nilai-nilai keagamaan untuk
memperkuat kepribadiannya. Apabila dalam suatu
wilayah mempunyai budaya untuk selalu menjaga
kebersihan lingkungan maka sangat mungkin
berpengaruh dalam pembentukan sikap pribadi atau
sikap seseorang.

2.1.2.6 Pengukuran Pengetahuan


Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan
wawancara atau angket baik tertutup maupun terbuka
menggunakan alat pengumpul data seperti kuesioner berisi
materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden
ke dalam pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur
(Notoadmodjo, 2014).

Menurut Arikunto (2010) penentuan tingkat pengetahuan


dapat dibagi menjadi 3 kategori, yaitu baik, cukup dan kurang.
Baik, bila subjek mampu menjawab dengan benar 76% - 100%
dari seluruh pertanyaan. Cukup, bila subjek mampu menjawab
dengan benar 56% - 75% dari seluruh pertanyaan. Kurang, bila

73
subjek mampu menjawab dengan benar < 55% dari seluruh
pertanyaan.

2.1.2.7 Pengetahuan Kesehatan


Pengetahuan tentang kesehatan adalah mencangkup apa
yang diketahui seseorang terhadap cara memelihara kesehatan
(Notoatmodjo, 2007). Pengetahuan tentang cara cara
memelihara kesehatan ini meliputi:

a. Pengetahuan tentang penyakit (jenis penyakit dan tanda-


tandanya atau gejalanya, penyebabnya, cara penularannya,
cara mencegahnya, cara mengatasi atau menangani
sementara).
b. Pengetahuan tentang faktor-faktor yang terkait dan atau
mempengaruhi kesehatan, antara lain gizi makanan,
pembuangan sampah, perumahan sehat, dan lain-lain.
c. Pengetahuan tentang fasilitas pelayanan kesehatan.
d. Pengetahuan untuk menghindari kecelakaan.
e. Dan seterusnya.

2.1.3 Teori Pengelolaan Sampah Rumah Tangga


2.1.3.1 Definisi Sampah Rumah Tangga
Menurut definisi World Health Organization (WHO), sampah
adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi
atau sesuatu yang dibuang berasal dari kegiatan manusia dan tidak
terjadi dengan sendirinya (Chandra, 2007). Banyak sampah organik
masih mungkin digunakan kembali/pendaurulangan (re-using),
walaupun akhirnya akan tetap merupakan bahan/material yang tidak
dapat digunakan kembali.

Menurut UU No.18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah


mendefinisikan sampah rumah tangga sebagai sampah yang berasal

74
dari kegiatan sehari-hari dalam rumah tangga, tidak termasuk tinja dan
sampah spesifik (sampah yang mengandung bahan beracun).

Sampah dalam ilmu kesehatan lingkungan sebenarnya


hanya sebagian dari benda atau hal-hal yang dipandang tidak
digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi, atau harus dibuang,
sedemikian rupa sehingga tidak sampai mengganggu kelangsungan
hidup. Dari segi ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan
sampah ialah sebagian dari sesuatu yang tidak dipakai, disenangi atau
sesuatu yang harus dibuang, yang umumnya berasal dari kegiatan
yang dilakukan oleh manusia (termasuk kegiatan industri), tetapi yang
bukan biologis (karena human waste tidak termasuk didalamnya) dan
umumnya bersifat padat (karena air bekas tidak termasuk di
dalamnya).

2.1.3.2 Jenis-Jenis Sampah Rumah Tangga


Selajutnya Widyadmoko (2002), mengelompokkan sampah
rumah tangga yaitu sampah yang berasal dari kegiatan rumah tangga
yang terdiri dari bermacam-macam jenis sampah sebagai berikut:

a. Sampah basah atau sampah yang terdiri dari bahan organik yang
mudah membusuk yang sebagian besar adalah sisa makanan,
potongan hewan, sayuran, dan lain-lain.
b. Sampah kering yaitu sampah yang terdiri dari logam seperti besi tua,
kaleng bekas dan sampah kering non logam, misalnya kertas, kaca,
keramik, batu- batuan, dan sisa kain.
c. Sampah lembut, misalnya debu yang berasal dari penyapuan lantai
rumah, gedung dan penggergajian kayu.
d. Sampah besar atau sampah yang terdiri dari bangunan rumah tangga
yang besar, seperti meja, kursi, kulkas, radio dan peralatan dapur.

75
2.1.3.3 Definisi Pengelolaan Sampah
Menurut Undang-Undang No.18 Tahun 2008, pengelolaan
sampah adalah kegiatan yang sistematis, menyeluruh, dan
berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan
sampah. Pengaturan pengelolaan sampah ini bertujuan untuk:

a. Menjaga kelestarian fungsi lingkungan hidup dan kesehatan


masyarakat; dan
b. Menjadikan sampah sebagai sumber daya.

Pemerintah menyusun rencana pengelolaan sampah rumah


tangga, yaitu:

a. Pembatasan timbun sampah


b. Pendauran ulang sampah
c. Pemanfaatan kembali sampah
d. Pemilahan sampah
e. Pengumpulan sampah
f. Pengangkutan sampah
g. Pengolahan sampah
h. Pemrosesan akhir sampah
i. Pendanaan

Adapun usaha pengelolaan sampah menurut Slamet


(1994) baik skala besar maupun skala kecil, apabila sudah
tercapai tujuannya, yakni lingkungan dan masyarakat yang
sehat, maka faktor yang paling utama, yang harus diperhatikan
dalam hal ini adalah peran serta masyarakat. Masyarakat harus
mengerti dan mau berpartisipasi, bila perlu mengubah sikap
sehingga bersedia membantu mulai dari pengurangan volume
sampai perbaikan kualitas sampah, membuang sampah pada

76
tempatnya, membersihkan tempat sampah, sampai kepada
penyediaan lahan dan pemusnahan sampah.
Oleh karena itu, dalam menanggulangi sampah sudah
merupakan tanggung jawab pemerintah dan masyarakat dengan
melakukan pengelolaan sebaik mungkin agar tercipta
lingkungan yang sehat dan bersih. Partisipasi yang dapat
dilakukan masyarakat pemerintah dalam menanggulangi
masalah sampah yaitu dapat berupa memperbanyak tempat-
tempat sampah yang besar dan dikelola dengan baik, sehingga
hal-hal yang negatif bagi kehidupan tidak sampai terjadi.

2.1.3.4 Pengelolaan Sampah Rumah Tangga


Pengelolaan sampah rumah tangga dapat dilihat dari
pendapat beberapa ahli dan Undang – Undang No. 18 Tahun
2008 yang dapat dibedakan atas 2 bagian yaitu meliputi:

a. Pengurangan sampah
1) Pengurangan sampah meliputi kegiatan:
 Pembatasan timbulan sampah;
 Pendauran ulang sampah; dan/atau
 Pemanfaatan kembali sampah.
2) Pemerintah dan pemerintah daerah wajib melakukan
kegiatan pengurangan sampah dengan cara:
 Menetapkan target pengurangan sampah secara
bertahap dalam jangka waktu tertentu;
 Memfasilitasi penerapan teknologi yang ramah
lingkungan;
 Memfasilitasi penerapan label produk yang
ramah lingkungan;
 Memfasilitasi kegiatan mengguna ulang dan
mendaur ulang; dan

77
 Memfasilitasi pemasaran produk-produk daur
ulang.
3) Pelaku usaha dalam melaksanakan pengurangan
sampah menggunakan bahan produksi yang
menimbulkan sampah sesedikit mungkin, dapat
diguna ulang, dapat didaur ulang atau mudah diurai
oleh proses alam.
Masyarakat dalam melakukan kegiatan pengurangan
sampah menggunakan bahan yang dapat diguna
ulang, didaur ulang atau mudah diurai oleh proses
alam.

b. Penanganan Sampah
Kegiatan penanganan sampah menurut UU No.18 Tahun
2008 meliputi:

 Pemilahan dalam bentuk pengelompokan dan


pemisahan sampah sesuai dengan jenis, jumlah,
dan/atau sifat sampah.
 Pengumpulan dalam bentuk pengambilan dan
pemindahan sampah dari sumber sampah ke tempat
penampungan sementara atau tempat pengolahan
sampah terpadu.
 Pengangkutan dalam bentuk membawa sampah dari
sumber dan/atau dari tempat penampungan sampah
sementara atau dari tempat pengolahan sampah terpadu
menuju ke tempat pemrosesan akhir;
 Pengolahan dalam bentuk mengubah karakteristik,
komposisi, dan jumlah sampah; dan/atau
 Pemrosesan akhir sampah dalam bentuk pengembalian
sampah dan/atau residu hasil pengolahan sebelumnya
ke media lingkungan secara aman.

78
2.1.3.5 Pengelolaan Sampah Rumah Tangga 3R Berbasis
Masyarakat
Konsep 3R adalah paradigma baru dalam pola konsumsi
dan produksi di semua tingkatan dengan memberikan prioritas
tertinggi pada pengelolaan limbah yang berorientasi pada
pencegahan timbulan sampah, minimisasi limbah dengan
mendorong barang yang dapat digunakan lagi dan barang yang
dapat didekomposisi secara biologi (biodegradable) dan
penerapan pembuangan limbah yang ramah lingkungan.
Pelaksanaan 3R tidak hanya menyangkut masalah sosial dalam
rangka mendorong perubahan sikap dan pola pikir menuju
terwujudnya masyarakat yang ramah lingkungan dan
berkelanjutan tetapi juga menyangkut pengaturan (manajemen)
yang tepat dalam pelaksanaannya. Prinsip pertama Reduce
adalah segala aktifitas yang mampu mengurangi dan
mencegah timbulan sampah. Prinsip kedua Reuse adalah
kegiatan penggunaan kembali sampah yang layak pakai untuk
fungsi yang sama atau yang lain. Prinsip ketiga Recycle adalah
kegiatan mengelola sampah untuk dijadikan produk baru.
Untuk mewujudkan konsep 3R salah satu cara penerapannya
adalah melalui pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis
masyarakat, yang diarahkan kepada daur ulang sampah
(recycle). Hal ini dipertimbangkan sebagai upaya mengurangi
sampah sejak dari sumbernya, karena adanya potensi
pemanfaatan sampah organik sebagai bahan baku kompos dan
komponen non organik sebagai bahan sekunder kegiatan
industri seperti plastik, kertas, logam, gelas, dan lain-lain.
Sesuai dengan Permen PU 21/PRT/M/2006 tentang kebijakan
dan strategi Nasional Pengembangan Sistem Pengelolaan
Persampahan, diperlukan suatu perubahan paradigma yang

79
lebih mengedepankan proses pengelolaan sampah yang ramah
lingkungan, yaitu dengan melakukan upaya pengurangan dan
pemanfaatan sampah sebelum akhirnya sampah dibuang ke
TPA (target 20% pada tahun 2014).

Reduce (R1) Reduce atau reduksi sampah merupakan


upaya untuk mengurangi timbulan sampah di lingkungan
sumber dan bahkan dapat dilakukan sejak sebelum sampah
dihasilkan, setiap sumber dapat melakukan upaya reduksi
sampah dengan cara merubah pola PEDOMAN UMUM 3R 6
hidup konsumtif, yaitu perubahan kebiasaan dari yang boros
dan menghasilkan banyak sampah menjadi hemat/efisien dan
sedikit sampah, namun diperlukan kesadaran dan kemauan
masyarakat untuk merubah perilaku tersebut.

Reuse (R2) Reuse berarti mengunakan kembali bahan


atau material agar tidak menjadi sampah (tanpa melalui proses
pengelolaan) seperti menggunakan kertas bolak-balik,
mengunakan kembali botol bekas ”minuman” untuk tempat air,
mengisi kaleng susu dengan susu refill dan lain-lain.

Recycle (R3) Recycle berarti mendaur ulang suatu bahan


yang sudah tidak berguna (sampah) menjadi bahan lain setelah
melalui proses pengolahan seperti mengolah sisa kain perca
menjadi selimut, kain lap, keset kaki, dsb atau mengolah
botol/plastik bekas menjadi biji plastik untuk dicetak kembali
menjadi ember, hanger, pot, dan sebagainya atau mengolah
kertas bekas menjadi bubur kertas dan kembali dicetak
menjadi kertas dengan kualitas sedikit lebih rendah dan lain-
lain.

80
 Konsepsi Penanganan Sampah 3R Skala Rumah Tangga
Penanganan sampah hendaknya tidak lagi hanya bertumpu
pada aktivitas pengumpulan, pangangkutan dan pembuangan
sampah. Penanganan sampah skala rumah tangga diharapkan
dapat menerapkan upaya minimisasi yaitu dengan cara
mengurangi, memanfaatkan kembali dan mendaur ulang sampah
yang dihasilkan.

1. Pemilahan Sampah Non Organik.


Pemilahan sampah non organik di kawasan permukiman
perlu dilakukan, yaitu dengan cara memilah sampah kertas,
plastik, dan logam/kaca di masing-masing sumber dengan cara
sederhana dan mudah dilakukan oleh masyarakat, misalnya
mengunakan kantong plastik besar atau karung kecil. Khusus
untuk sampah B3 rumah tangga, diperlukan wadah khusus yang
pengumpulannya dapat dilakukan sebulan sekali atau sesuai
kebutuhan. Hasil pemilahan sampah di sumber pada umumnya
mempunyai kualitas yang lebih baik dibandingkan apabila
pemilahan sampah dilakukan di TPA.

2. Pengolahan Sampah Organik (Pembuatan Kompos)


Dibedakan antara sampah organik dari kebun (daun-
daunan) dan sampah organik dari dapur (nasi, daging, dll).
Skenario pembuatan kompos secara individu di sumber harus
dilakukan dengan cara sederhana dan dapat mengacu pada best
practice yang telah ada. Produk kompos dapat digunakan untuk
program penghijauan dan penanaman bibit. Pembuatan kompos
di sumber dapat dilakukan misalnya seperti di Banjarsari dan
Rawajati dengan metode lubang (hanya dapat dilakukan untuk
daerah yang tingkat kepadatan penduduknya masih rendah),
Gentong, Bin Takakura atau metode lain sebagai “komposter”.

81
 Dengan “komposter gentong“ (alasnya dilubangi dan
diisi kerikil serta sekam, merupakan cara sederhana
karena seluruh sampah organik dapat dimasukan dalam
gentong).
 Dengan Bin Takakura (keranjang yang dilapisi kertas
karton, sekam padi dan kompos matang), memerlukan
sedikit kesabaran karena dibutuhkan sampah organik
terseleksi dan pencacahan untuk mempercepat proses
pematangan kompos. Komposter takakura dapat
ditempatkan di dalam rumah (tidak menimbulkan bau).
3. Daur Ulang
Daur ulang di sumber dilakukan mulai dengan melakukan
pemilahan sampah, sebaiknya dilakukan dengan cara yang
sederhana agar mudah dilakukan oleh masyarakat. Pemilahan
sampah dapat dimulai dengan memisahkan sampah menjadi
sampah basah (organik) dan sampah kering (non organik) atau
langsung menjadi beberapa jenis (sampah organik, kertas,
plastik, kaleng, sampah B3 rumah tangga).

Kebiasaan membakar sampah memang sudah


membudaya di masyarakat baik itu di perdesaan maupun di
perkotaan. Mereka belum menyadari bahwa jenis sampah saat
ini berbeda dengan sampah jaman dulu. Jenis-jenis sampah
saat ini cenderung didominasi oleh sampah sintetis kimia
seperti plastik, karet, styrofoam, logam, kaca dll. Apabila
sampah tersebut dibakar maka akan mengeluarkan gas-gas
beracun yang dapat membahayakan kesehatan masyarakat
yang menghirupnya dan memperburuk kualitas lingkungan
udara. Misalnya hasil pembakaran sampah plastik
menghasilkan gas dioxin yang mempunyai daya racun 350 kali
dibandingkan asap rokok. Dioxin termasuk super racun dan

82
bersifat karsinogenik bila masuk ke dalam jaringan tubuh
manusia terutama saraf dan paru-paru, sehingga dapat
mengganggu sistem saraf dan pernafasan termasuk penyebab
kanker. Pembakaran styrofoam akan menghasilkan CFC yang
dapat merusak lapisan ozon dan berbahaya bagi manusia.
Timbunan sampah pada rempat pembuangan sampah
sementara maupun tempat pembuangan akhir akan
menghasilkan lindi. Leachate/lindi adalah limbah cair yang
timbul akibat masuknya air eksternal ke dalam timbunan
sampah, melarutkan dan membilas materi-materi terlarut,
termasuk juga materi organik hasil proses dekomposisi
biologis. Dari sana dapat diramalkan bahwa kuantitas dan
kualitas lindi akan sangat bervariasi dan berfluktuasi.
Leachate/lindi yang tidak ditangani dengan baik yaitu tanpa
melalui pengolahan dapat memberikan dampak negatif pada
lingkungan antara lain timbulnya bau sehingga menguranggi
estetika dan timbulnya penyakit. Vektor atau pembawa
penyakit yang ditimbulkan dari tempat sampah adalah thypus,
disentri dengan vektor pembawa penyakit adalah lalat, kecoa,
tikus dan lain sebagainya.
Secara umum keuntungan pengelolaan sampah mandiri
berbasis masyarakat antara lain menumbuhkan kesadaran
masyarakat untuk mengelola sampah dengan benar,
membangun kebiasaan dalam mengurangi, memilah dan
mendaur ulang sampah, membuka peluang usaha dan
masyarakat tidak harus membayar iuran untuk pengambilan
sampah bahkan memberikan pemasukan untuk kas dusun atau
organisasi lainnya. Manfaat yang paling penting adalah
pengelolaan sampah mandiri dapat mengurangi polusi air,
tanah dan udara serta sumber-sumber penyakit yang
berbahaya.

83
2.1.3.6 Dampak Jika Sampah Tidak Dikelola
Menurut Gelbert dkk (1996:46-48), jika sampah tidak
dikelola dengan baik akan menimbulkan dampak negatif
terhadap manusia dan lingkungan, yaitu:

1. Dampak terhadap Kesehatan


Lokasi dan pengelolaan sampah yang kurang
memadai (pembuangan sampah yang tidak terkontrol)
merupakan tempat yang cocok bagi beberapa organisme dan
menarik bagi berbagai binatang seperti lalat dan anjing yang
dapat menjangkitkan penyakit. Potensi bahaya kesehatan
yang dapat ditimbulkan adalah sebagai berikut (Gelbert dkk
1996:46-48):

a. Penyakit diare, kolera, tifus menyebar dengan cepat


karena virus yang berasal dari sampah dengan
pengelolaan tidak tepat dapat bercampur air minum.
b. Penyakit jamur dapat juga menyebar (misalnya jamur
kulit).
c. Penyakit yang dapat menyebar melalui rantai makanan.
Salah satu contohnya adalah suatu penyakit yang
dijangkitkan oleh cacing pita (taenia). Cacing ini
sebelumnnya masuk ke dalam pencernakan binatang
ternak melalui makanannya yang berupa sisa
makanan/sampah.
d. Sampah beracun: Telah dilaporkan bahwa di Jepang
kira-kira 40.000 orang meninggal akibat
mengkonsumsi ikan yang telah terkontaminasi oleh
raksa (Hg). Raksa ini berasal dari sampah yang dibuang
ke laut oleh pabrik yang memproduksi baterai dan
akumulator.

84
2. Dampak terhadap Lingkungan
a. Pengelolaan sampah yang kurang baik menyebabkan
estetika lingkungan menjadi tidak indah dipandang
mata misalnya banyaknya tebaran-tebaran sampah
sehingga mengganggu kesegaran udara lingkungan
masyarakat.
b. Pembuangan sampah ke dalam saluran pembuangan air
akan menyebabkan aliran air akan terganggu dan
saluran air akan menjadi dangkal.
c. Proses pembusukan sampah oleh mikroorganisme akan
menghasilkan gas-gas tertentu yang menimbulkan bau
busuk.
d. Adanya asam organik dalam air serta kemungkinan
terjadinya banjir maka akan mempercepat terjadinya
kerusakan fasilitas pelayanan masyarakat antara lain
jalan, jembatan, saluran air, fasilitas jaringan dan lain-
lain.
e. Pembakaran sampah dapat menimbulkan pencemaran
udara dan bahaya kebakaran lebih luas.
f. Apabila musim hujan datang, sampah yeng menumpuk
dapat menyebabkan banjir dan mengakibatkan
pencemaran pada sumber air permukaan atau sumur
dangkal.
g. Air banjir dapat mengakibatkan kerusakan pada
fasilitas masyarakat, seperti jalan, jembatan, dan
saluran air.

3. Dampak terhadap Keadaan Sosial dan Ekonomi


Dampak-dampak tersebut menurut Gelbert dkk, 1996
adalah sebagai berikut:

85
a. Memberikan dampak negatif terhadap kepariwisataan
karena keadaan lingkungan yang kurang baik dan
jorok, akan menurunkan minat dan hasrat orang lain
(turis) untuk datang berkunjung ke daerah tersebut.
b. Pengelolaan sampah yang tidak memadai menyebabkan
rendahnya tingkat kesehatan masyarakat. Hal penting
disini adalah meningkatnya pembiayaan secara
langsung (untuk mengobati orang sakit) dan
pembiayaan secara tidak langsung (tidak masuk kerja,
rendahnya produktivitas).
c. Pembuangan sampah padat ke badan air dapat
menyebabkan banjir dan akan memberikan dampak
bagi fasilitas pelayanan umum seperti jalan, jembatan,
drainase, dan lain-lain.
d. Infrastruktur lain dapat juga dipengaruhi oleh
pengelolaan sampah yang tidak memadai, seperti
tingginya biaya yang diperlukan untuk pengelolaan air.
Jika sarana penampungan sampah yang kurang atau
tidak efisien, orang akan cenderung membuang
sampahnya di jalan. Hal ini mengakibatkan jalan perlu
lebih sering dibersihkan dan diperbaiki.
e. Penumpukan sampah di pinggir jalan menyebabkan
kemacetan lalu lintas yang dapat menghambat kegiatan
transportasi barang dan jasa.

2.1.4 Ajaran Islam dalam Aspek Kesehatan Lingkungan


Manusia tidak dapat menjalani kehidupan tanpa adanya
petunjuk. Agama Islam merupakan tuntunan hidup bagi manusia.
Ajaran Islam mengatur semua hal, salah satunya yaitu berhubungan
dengan kesehatan masyarakat.

86
A. Kesehatan Lingkungan
Kesehatan masyarakat melingkupi beberapa disiplin ilmu.
Salah satunya yaitu kesehatan lingkungan. Ilmu kesehatan
lingkungan adalah ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik
antara faktor kesehatan dan faktor lingkungan.

Menurut Undang-Undang No. 11 tentang Hygiene. Dalam


Undang-Undang Hygiene tahun 1966 dijelaskan yang dimaksud
dengan hygiene adalah kesehatan masyarakat yang khusus
meliputi segala usaha untuk melindungi, memelihara dan
mempertinggi derajat kesehatan dengan tujuan memberi dasar-
dasar kelanjutan hidup yang sehat serta mempertinggi
kesejahteraan dan daya guna perikehidupan manusia.

Dalam Undang-undang No. 4 tahun 1982 tentang


Ketentuan-Ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup,
dijelaskan bahwa kesehatan lingkungan adalah suatu kondisi
lingkungan yang mampu menopang keseimbangan ekologis yang
dinamis antara manusia dan lingkungan untuk mendukung
tercapainya kualitas hidup manusia yang sehat, sejahtera dan
bahagia.

Menurut UU No. 32 tahun 2009, lingkungan hidup adalah


kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk
hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi
alam itu sendiri, kelangsungan perikehidupan, dan kesejahteraan
manusia serta makhluk hidup lain.

Ruang lingkup kesehatan lingkungan meliputi lingkungan


hidup, pencemaran lingkungan, ekologi, ekosistem, toksikologi,
AMDAL, ANDAL, pencemaran B3, dan sanitasi.

B. Hubungan Agama Islam dengan Sanitasi Total Berbasis


Masyarakat

87
Salah satu kajian penting dalam kesehatan lingkungan
adalah sanitasi. Salah satu program terkait sanitasi yaitu Sanitasi
Total Berbasis Masyarakat (STBM), yang terdiri dari 5 pilar.
Sanitasi Total tersebut akan dicapai bila seluruh rumah tangga
dalam suatu komunitas telah melaksanakan ke lima pilar, yaitu:

i. Mempunyai akses dan menggunakan jamban yang sehat.


ii. Mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun pada
waktu sebelum makan, setelah buang air besar, sebelum
memegang bayi, setelah menceboki anak dan sebelum
menyiapkan makanan.
iii. Mengelola dan menyimpan air minum dan makanan yang
aman.
iv. Mengelola limbah rumah tangga.
v. Pengelolaan sampah berwawasan lingkungan

Dalil dalam Islam yang berhubungan dengan Sanitasi Total


Berbasis Masyarakat, yaitu:

1) Tentang Larangan Buang Air Besar di Sembarang Tempat


a) Ittaqul mal’uunata anits tsalasati, albaroozu fil
mawaaridi wa faarighotit thoriiqi wadzzilli.
Artinya: Takutlah tiga tempat yang dilaknat, buang
kotoran pada sumber air yang mengalir, di jalan dan
tempat berteduh. (HR.Abu Dawud dan Ibnu Majjah).
b) Man atal Ghoitho fal yastatir.
Artinya: Barang siapa yang datang ke jamban (BAB)
maka tutupilah. (HR Abu Dawud).
c) Laa Yakhrujur rijlaani yadhribaanil ghooithi kaasyifaini
‘an uarotihimaa yatahadditsaani fainnallooha yamqutu
‘alaa dzaalika.

88
Artinya: Janganlah dua orang yang sedang duduk buang
air besar dimana auratnya terbuka bercakap-cakap,
sesungguhnya Allah benci yang demikian itu. (HR
Ahmad dan Abu Dawud)

2) Tentang Cuci Tangan


Idzastaiqodzo ahadukum min naumihi falyaghsil yadahu.

Artinya: Apabila salah satu darimu bangun tidur


maka hendaknya dia mencuci tangannya. (HR.Muslim)

3) Tentang Kebersihan
a) Innallaha yuhibbuttawwaabiin wa yuhibbul
mutathohhiriin
Artinya: Sesungguhnya Allah mencintai orang yang taubat
dan mencintai orang-orang yang menjaga kebersihan. (Al
Baqoroh ayat 222)

b) Fainnallaaha ta’aala banal Islaama ‘alan nadhoofati.


Walan yadkhulal jannata illa kullu nadhiifii
Artinya: Sesungguhnya Allah membangun Islam diatas
kebersihan. Dan tidak akan masuk surga kecuali orang-
orang yang memelihara kebersihan. (HR. Thabraani)

c) Wayunazzillu ‘alaikum minassamaa i maa


alliyuthohhirokumbihi
Artinya: Dan Dia menurunkan air hujan kepadamu untuk
mensucikan kamu. (Surat Al-Anfal ayat 11)

d) Miftaahush sholaati thohaarrotu laa tuqbalu sholaatun


bighoiri thohuurin

89
Artinya: Kunci sholat adalah suci, tidak diterima sholat
apabila tidak suci. (HR Abu Dawud)

e) Wa syiabaka fathohhir
Artinya: ..dan pakaianmu bersihkanlah. (Al Mudatstsir a
yat 3)

f) Maa yuridulloohu liyaj’ala ‘alaikum min harojin


walaakin yuriidu liyuthohhirokum
Artinya: Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi
Dia hendak membersihkan kamu. (Al Maaidah ayat 6).

4) Tentang Lingkungan
a) Thoharol fasadu fil barri wal bahri bimaa kasabat
aidinnaasi liyudziiqohum ba’dholladzii a’miluu la
‘allahum yarji’uun

Artinya: Telah nampak kerusakan di darat dan di Laut


disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah
merasakan kepada mereka sebagian dari perbuatan mereka,
agar mereka kembali kejalan yang benar. (Arrum : 41)

b) Walaa tabghil fasaada fil ardhi innallaha laayuhibbul


mufsidiin

Artinya: Dan janganlah kalian berbuat kerusakan di muka


bumi, sesungguhnya Allah tidak menyukai orang orang yang
berbuat kerusakan. (Al Qashas.77)

c) Laa dhiroro walaa dhororo

Artinya: Tidak boleh membuat mudhorot dan tidak boleh


memudhorotkan orang lain. (Al Hadist)

90
Dari Surat Al Qashas.77 dan Arrum 41, bahwa Allah
melarang berbuat kerusakan dan Allah membenci orang yang
berbuat kerusakan. Dan bahwa akibat perbuatan merusak itu
akan ada dampak buruk yang akan dirasakan agar manusia
tidak lagi membuat kerusakan. Tetapi masih banyak manusia
yang melakukan perusakan hutan, penggalian tambang yang
tidak terkendali, pengotoran sungai dengan berbagai limbah,
termasuk tinja manusia dan lain lain. Akibat buruknya seperti
banjir bandang, kebakaran hutan, tanah longsor dan juga
penyebaran penyakit menular, termasuk wabah diare yang
seringkali berakibat kematian bagi yang terkena. Bisa saja
yang tertimpa musibah adalah orang-orang yang tidak
berdosa, yang tidak melakukan perusakan.

2.2 Kerangka Teori


Konsep yang digunakan dalam penelitian ini merujuk pada teori
pengetahuan Notoatmodjo (2003) yang menyatakan bahwa pengetahuan
dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal, yaitu :

Bagan 2. Kerangka Teori

91
2.3 Kerangka Konsep

Bagan 3. Kerangka Konsep

2.4 Definisi Operasional


Definisi operasional adalah mendefinisikan variabel secara operasional
berdasarkan karakteristik yang diamati, sehingga memungkinkan untuk
melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek
atau fenomena (Notoatmodjo, 2011). Adapun definisi operasional dalam
penelitian ini sebagai berikut :

92
Tabel 24. Definisi Operasional

No. VARIABEL DEFINISI ALAT CARA HASIL SKALA


OPERASIONAL UKUR UKUR
1. Pengetahuan Pemahaman responden Kuesioner Wawancara 1. Tinggi : Ordinal
Pengelolaan tentang pengertian jika skor
Sampah sampah; suatu yang > 75 %
tidak digunakan, tidak
dipakai, tidak disenangi 2. Sedang
yang berasal sari :
kegiatan manusia. jika skor
Tempat pembuangan 56% -
sampah yang baik; 75 %
mempunyai tutup, dan
ada tempat khusus 3. Rendah
untuk membuang : jika
sampah bahan skor <
berbahaya dan beracun. 56 %
Dapat mengenali
sampah organik adalah
sampah yang dapat
membusuk beserta
contohnya dan
anorganik sampah yang
tidak dapat membusuk
beserta contohnya, cara
mengelola sampah yang
baik yaitu dengan
memilahnya, dan
memanfaatkan sampah
yang masih dapat
digunakan serta
penyakit yang dapat
ditimbulkan akibat
pengelolaan sampah
yang tidak baik yakni,
demam berdarah, ISPA,
penyakit saluran
pencernaan (diare,
kolera, tifoid),
cacingan, penyakit
kulit.
2. Usia Usia responden saat Kuesioner Wawancara 1. 12-20 Ordinal
mengisi kuesioner. tahun

93
2. 21-35
tahun

3. ≥ 36
tahun
3. Pendidikan Jenjang pendidikan Kuesioner Wawancara 1. Tinggi : Ordinal
formal terakhir yang SMA -
ditamatkan oleh Perguruan
responden Tinggi

2.
Menengah
: SMP

3. Rendah:
SD -
Tidak
Sekolah
4. Pekerjaan Merupakan aktivitas Kuesioner Wawancara 1. Bekerja Nominal
sehari-hari untuk
mendapatkan 2. Tidak
penghasilan bulanan Bekerja
5. Ekonomi Aspek pendapatan Kuesioner Wawancara 1.Tinggi: Ordinal
dilihat dari upah ≥
minimum UMR
Kabupaten (≥Rp.3.55
Tangerang 0.00
0,00)

2.Rendah:
<
UMR
(<Rp.3.55
0.00
0,00)
6. Pengalaman Pengalaman keluarga Kuesioner Wawancara Baik: ≥ Ordinal
binaan dalam 50%
pengelolaan sampah
rumah tangga. Buruk: <
Kebiasaan membuang 50%
sampah rumah tangga
yang buruk: di
lapangan atau halaman
rumah, serta anggapan
bahwa membuang
sampah rumah tangga

94
di laut dan
membakarnya
merupakan tindakan
yang dapat dibenarkan.
7. Paparan Sumber informasi yang Kuesioner Wawancara Baik: ≥ Ordinal
Media didapatkan tentang 50%
Massa informasi mengenai
pengelolaan sampah Buruk: <
rumah tangga yang 50%
baik. Paparan media
massa dapat melalui
penyuluhan, poster
yang tersedia di
puskesmas, televisi
ataupun radio.
8. Lingkungan Kebiasaan yang Kuesioner Wawancara Baik: ≥ Ordinal
dilakukan di tempat 50%
tinggal keluarga binaan
dan keluarga lain di Buruk: <
sekitarnya menyangkut 50%
dalam hal pengelolaan
sampah rumah tangga.

95

Вам также может понравиться

  • Bab 1-5-1
    Bab 1-5-1
    Документ106 страниц
    Bab 1-5-1
    BayuHernawanRahmatMuharia
    Оценок пока нет
  • Jurnal Radio
    Jurnal Radio
    Документ22 страницы
    Jurnal Radio
    BayuHernawanRahmatMuharia
    Оценок пока нет
  • Bab I
    Bab I
    Документ48 страниц
    Bab I
    BayuHernawanRahmatMuharia
    Оценок пока нет
  • Sistem Enhanced Cekal System
    Sistem Enhanced Cekal System
    Документ1 страница
    Sistem Enhanced Cekal System
    BayuHernawanRahmatMuharia
    Оценок пока нет
  • Jurding Radiologi
    Jurding Radiologi
    Документ13 страниц
    Jurding Radiologi
    BayuHernawanRahmatMuharia
    Оценок пока нет
  • Data Ga Penting
    Data Ga Penting
    Документ8 страниц
    Data Ga Penting
    BayuHernawanRahmatMuharia
    Оценок пока нет
  • Jurnal Radio
    Jurnal Radio
    Документ22 страницы
    Jurnal Radio
    BayuHernawanRahmatMuharia
    Оценок пока нет
  • Referat Hipertiroid 1
    Referat Hipertiroid 1
    Документ26 страниц
    Referat Hipertiroid 1
    BayuHernawanRahmatMuharia
    Оценок пока нет
  • Preskas FIX
    Preskas FIX
    Документ17 страниц
    Preskas FIX
    BayuHernawanRahmatMuharia
    Оценок пока нет
  • Ahmad Rizky - Hiperplasia Endometrium
    Ahmad Rizky - Hiperplasia Endometrium
    Документ17 страниц
    Ahmad Rizky - Hiperplasia Endometrium
    BayuHernawanRahmatMuharia
    Оценок пока нет
  • SK 4
    SK 4
    Документ32 страницы
    SK 4
    BayuHernawanRahmatMuharia
    Оценок пока нет
  • Dokumen
    Dokumen
    Документ17 страниц
    Dokumen
    BayuHernawanRahmatMuharia
    Оценок пока нет
  • Jurding Radiologi
    Jurding Radiologi
    Документ13 страниц
    Jurding Radiologi
    BayuHernawanRahmatMuharia
    Оценок пока нет
  • Agama Agama PDF
    Agama Agama PDF
    Документ13 страниц
    Agama Agama PDF
    BayuHernawanRahmatMuharia
    Оценок пока нет
  • Referat Hipertiroid 1
    Referat Hipertiroid 1
    Документ26 страниц
    Referat Hipertiroid 1
    BayuHernawanRahmatMuharia
    Оценок пока нет
  • M TB
    M TB
    Документ42 страницы
    M TB
    BayuHernawanRahmatMuharia
    Оценок пока нет
  • WRAP UP SK 2 (3) Emergency
    WRAP UP SK 2 (3) Emergency
    Документ57 страниц
    WRAP UP SK 2 (3) Emergency
    BayuHernawanRahmatMuharia
    Оценок пока нет
  • Presentasi Kasus
    Presentasi Kasus
    Документ28 страниц
    Presentasi Kasus
    BayuHernawanRahmatMuharia
    Оценок пока нет
  • Epi Lepsi
    Epi Lepsi
    Документ26 страниц
    Epi Lepsi
    BayuHernawanRahmatMuharia
    Оценок пока нет
  • Ketuban Pecah Dini
    Ketuban Pecah Dini
    Документ27 страниц
    Ketuban Pecah Dini
    BayuHernawanRahmatMuharia
    Оценок пока нет
  • Luka Bakar dan Penanganannya A-Z
    Luka Bakar dan Penanganannya A-Z
    Документ1 страница
    Luka Bakar dan Penanganannya A-Z
    BayuHernawanRahmatMuharia
    Оценок пока нет
  • Case Report Neuro
    Case Report Neuro
    Документ25 страниц
    Case Report Neuro
    BayuHernawanRahmatMuharia
    Оценок пока нет
  • Abses Otak
    Abses Otak
    Документ28 страниц
    Abses Otak
    BayuHernawanRahmatMuharia
    Оценок пока нет
  • Grading ulkus decubitus berdasarkan klasifikasi NPUAP
    Grading ulkus decubitus berdasarkan klasifikasi NPUAP
    Документ2 страницы
    Grading ulkus decubitus berdasarkan klasifikasi NPUAP
    BayuHernawanRahmatMuharia
    100% (1)
  • Encephalitis
    Encephalitis
    Документ19 страниц
    Encephalitis
    BayuHernawanRahmatMuharia
    Оценок пока нет
  • Case Report Neuro
    Case Report Neuro
    Документ25 страниц
    Case Report Neuro
    BayuHernawanRahmatMuharia
    Оценок пока нет
  • Encephalitis
    Encephalitis
    Документ19 страниц
    Encephalitis
    BayuHernawanRahmatMuharia
    Оценок пока нет
  • Vertigo
    Vertigo
    Документ33 страницы
    Vertigo
    BayuHernawanRahmatMuharia
    Оценок пока нет
  • Cedera Kepala
    Cedera Kepala
    Документ40 страниц
    Cedera Kepala
    BayuHernawanRahmatMuharia
    Оценок пока нет