Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
LATAR BELAKANG
Desa Pangkalan terletak ± 0,5 km dari pusat Pemerintahan Kecamatan Teluk Naga
dengan jarak ± 10 menit dan ± 50 km dari pusat kota pemerintahan Kabupaten Tangerang,
dengan jarak ± 2 jam. Luas wilayah Desa Pangkalan 798,975 Ha yang terdiri dari lahan
pertanian seluas 349,180 Ha dan lahan pemukiman seluas 449,795 Ha. Desa Pangkalan
merupakan salah satu desa binaan dari Puskesmas Tegal Angus. Terdapat enam desa binaan
Puskesmas Tegal Angus, yaitu sebagai berikut (RPJM Desa Pangkalan, 2015) :
a) Desa Lemo
b) Desa Tanjung Pasir
c) Desa Tanjung Burung
d) Desa Pangkalan
e) Desa Tegal Angus
f) Desa Muara
1
1.1.2 Batas Wilayah
Batas – batas wilayah Desa Pangkalan seperti yang terlihat pada gambar adalah
sebagai berikut :
1) Sebelah utara berbatasan dengan Desa Tanjung Pasir
2) Sebelah timur berbatasan dengan Desa Tegal Angus, Kampung Besar, Melayu
Barat
3) Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Kampung Melayu Barat
4) Sebelah barat berbatasan dengan Desa Tanjung Burung
Desa Pangkalan sampai dengan tahun 2015 tercatat sebanyak 17.152 jiwa,
dengan jumlah rumah tangga 5.362 rumah tangga, jumlah terdiri dari laki-aki 8824 jiwa
dan perempuan 8.328 jiwa. Berdasarkan data dari Kecamatan Teluk Naga pada tahun
2015, jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Tegal Angus adalah 54.711 jiwa yang
tersebar di 6 desa seperti yang tercantum pada tabel dibawah ini:
2
Tabel 1.1 Jumlah Penduduk di Wilayah Kerja Puskesmas Tegal Angus
No Desa/Kelurahan Luas Jumlah Jumlah Jumlah Rata-rata Kepadatan
Wilayah Penduduk KK Rumah jiwa/rumah Penduduk
(km )2
(jiwa) (per km2)
3
Tabel 1.3 Sarana Pendidikan Desa Pangkalan
Sarana Pendidikan Jumlah
TK (sederajat) 2 Unit
SD (sederajat) 6 Unit
SMP (sederajat) 2 Unit
SMA (sederajat) 1 Unit
Perguruan Tinggi 1 Unit
Lembaga Keterampilan (kursus) 1 Unit
Sumber: Buku Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa Pangkalan, tahun 2015
Tingkat pendidikan di Desa Pangkalan masih tergolong rendah. Dari 16.247 jiwa
penduduk Desa Pangkalan, hanya sedikit yang menyelesaikan jenjang pendidikan sarjana.
4
Tabel 1.5 Lapangan Pekerjaan Penduduk
No. Lapangan Kerja Penduduk Jumlah
1 Buruh 4592
2 Buruh industri 13757
3 Industri rakyat 13536
4 Nelayan 386
5 Pedagang 6373
6 Pengangguran 4004
7 Pensiunan PNS 45
8 Pensiunan TNI/POLRI 43
9 Perangkat Desa 141
10 Pertukangan 4109
11 Petani Pemilik 13316
12 Petani Penggarap 6063
13 PNS 222
14 TNI/POLRI 65
Sumber : Kantor Statistik Puskesmas Tegal Angus, tahun 2015
5
1.1.4 Puskesmas Tegal Angus
Gambar 1.3 Peta Wilayah Kerja Puskesmas Tegal Angus Tahun 2015
Sumber : Laporan Kinerja Puskesmas Tegal Angus Tahun 2015
6
1.1.4.3 Program Kerja
7
Keluarga :
1) Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan (57,6%)
2) Pemberian ASI eksklusif (42,4%)
3) Penimbangan bayi dan balita (91,9%)
4) Penggunaan air bersih (95,7%)
5) Cuci tangan dengan air bersih, mengalir, dan sabun (70%)
6) Penggunaan jamban sehat (66,6%)
7) Rumah yang bebas jentik (61,4%)
8) Olahraga atau melakukan aktifitas fisik setiap hari (33,3%)
9) Konsumsi makanan seimbang (57%)
10) Tidak merokok dalam rumah (33,5%)
Berdasarkan kajian PHBS di atas didapat ada beberapa yang cakupannya masih
rendah hal ini dikarenakan:
a. Penduduk miskin masih banyak, sehingga yang mempunyai jamban sehat sedikit
b. Tingkat pendidikan yang masih rendah sehingga kurangnya kesadaran tentang ASI
eksklusif, aktifitas fisik, dan merokok di dalam rumah
c. Kurangnya kader jumantik sehingga kegiatan pemeriksaan jentik berkala kurang
optimal.
2) Penyehatan Perumahan
Rumah merupakan tempat berkumpul dan beristirahat bagi semua anggota keluarga
dan untuk menghabiskan sebagian besar waktunya, sehingga kondisi kesehatan perumahan
dapat berperan sebagai media penularan penyakit diantara anggota keluarga atau tetangga
sekitarnya.
Rumah sehat adalah rumah tinggal yang memenuhi syarat kesehatan, hasil
pemantauan selama tahun menunjukkkan dari 1260 rumah yang diperiksa sebanyak 33,3%
yang memenuhi syarat kesehatan.
Hal ini menunjukkan bahwa masih banyak masyarakat yang ada di wilayah
Puskesmas Tegal Angus mempunyai rumah yang tidak sehat, hal ini dikarenakan tingkat
ekonomi dan pendidikan yang masih rendah, pengetahuan tentang rumah sehat yang
kurang. Perlu kerjasama lintas sektoral untuk meningkatkan jumlah rumah sehat.
8
3) Pemenuhan Kebutuhan Sarana Sanitasi Dasar
Pemenuhan kebutuhan sarana sanitasi dasar di wilayah Puskesmas Tegal Angus
sangat kurang sekali seperti yang terlihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 1.7 Laporan Cakupan Keluarga Dengan Kepemilikan Sarana Sanitasi Dasar Triwulan IV
TEMPAT SAMPAH
JUMLAH JUMLAH
NO PUSKESMAS DESA
PENDUDUK KK % % %
JKM JKP JKS
JKM JKP KKS
Tanjung
Tegal Angus 7,754 2,685 618 91 33 23.01 14.72 36.26
Burung
Tegal
9,378 2,900 720 74 29 24.82 10.28 39.19
Angus
Tanjung
9,738 1,823 447 66 40 24.52 14.77 60.61
Pasir
Keterangan:
JKM : Jumlah KK Memiliki
JKP : Jumlah KK Periksa
JKS : Jumlah KK Sehat
Seperti yang terlihat pada tabel di atas bahwa dari jumlah rumah yang diperiksa
mengalami penurunan, hal ini dikarenakan tidak adanya sanitarian di Puskesmas Tegal
Angus sehingga kurang tenaga untuk memeriksa sanitasi dasar. Dilihat dari jumlah
kepala keluarga di Desa Pangkalan yang memiliki hanya 19,3% KK yang memiliki
tempat sampah, kemudian dari jumlah KK yang diperiksa jumlah yang memiliki tempat
sampah sehat hanya 44,74%. Jumlah tersebut masih kurang karena tidak mencapai angka
target yaitu 50%. Berbagai faktor seperti tingkat pengetahuan, pendidikan, ekonomi,
sosial, dan kesadaran penduduk yang masih rendah menyebabkan sulitnya meningkatkan
kesehatan sanitasi masyarakat.
9
4) Penyehatan Tempat Tempat Umum (TTU)
Pengawasan terhadap TTU dilakukan untuk meminimalkan faktor resiko sumber
penularan bagi masyarakat yang memanfaatkan TTU. Bentuk kegiatan yang dilakukan
antara lain meliputi pengawasan kualitas lingkungan TTU secara berkala, bimbingan,
penyuluhan, dan sarana perbaikan. Tidak adanya tenaga sanitarian dan kurangnya tenaga
di Puskesmas Tegal Angus menyebabkan pembinaan di TTU tidak dapat dilakukan.
Grafik 1.1 Sepuluh Besar Penyakit Puskesmas Tegal Angus Tahun 2016
450
400
350
300
250
200
150
100
50
0
Dari grafik 1 di atas didapatkan ISPA masih menjadi angka kesakitan tertinggi dan
diare termasuk 10 besar penyakit terbanyak di Puskesmas Tegal Angus. Penyakit terbanyak
10
adalah penyakit-penyakit menular seperti ISPA, disusul dengan penyakit sakit kepala dan
demam yang tidak diketahui penyebabnya. Dari grafik diatas penyakit dengan angka
kunjungan yang paling banyak adalah ISPA dengan 38,1 %, disusul dengan sakit kepala 9
%, dermatitis 8 %, Hipertensi essensia 7,5 %, TB (suspek) 7%, gastritis 6,9 %, demam 6,7
%, gangguan gigi 6,5 %, myalgia 4,8 % dan batuk 4,6 %.
11
1.2.1 Keluarga Tn. Slamet Riyadi
Keluarga binaan pertama adalah Tn. Slamet. Terdapat empat orang anggota keluarga,
yaitu Tn. Slamet sebagai kepala keluarga, Ny. Perawati sebagai ibu rumah tangga dan 2
anak laki-laki bernama An. Dendi dan An. Fadhilah.
12
2. Bangunan Tempat Tinggal
Keluarga Tn. Slamet tinggal di perumahan yang padat. Rumah ini milik sendiri, dengan
luas tanah sekitar 45 m2 dan luas bangunan berukuran 5m x 9m. Rumah ini merupakan
rumah yang dibangun dari tanah orang tua sejak tahun 2016. Bangunan rumah ini tidak
bertingkat, dinding rumah ini terbuat dari batu bata, berlantai keramik, atap rumah
menggunakan asbes. Rumah Tn. Slamet terdiri dari dua ruang kamar tidur, satu ruang
keluarga, satu dapur, tidak memiliki kamar mandi.
Ruang keluarga berukuran 2m x 2,5m beralaskan lantai, terdapat TV, lemari dan rak
sepatu.Di dalam rumah terdapat dua kamar tidur dengan ukuran masing-masing sekitar 2m
x 2m yang dipisahkan hanya oleh dinding dari batu bata dan satu kamar tidur berukuran
sekitar 2m x 1,5m. Ventilasi hanya ada di satu kamar tidur berupa jendela kaca, sedangkan
satu kamar lainnya tidak memiliki ventilasi tetapi mempunyai balok kaca untuk penerangan
cahaya matahari sertaditiap kamar ada penerangan lampu.Dapur Tn. Slamet berukuran
sekitar 1m x 0,5m. Dapur terlihat rapi dan memiliki ventilasi langsung dari keluar rumah.
Sumber air terlihat tidak jernih dan relatif keruh.Air berwarna kekuningan dan sedikit
berbau tanah.Pada air juga terlihat serpihan-serpihan pasir halus berwarna keputihan.
Ketersediaan air dirumah dicukupi dari pasokan dari air sumur menggunakan mesin air.
3. Lingkungan Pemukiman
Rumah Tn. Slamet terletak di pemukiman yang padat penduduk. Di bagian depan dan
kanan rumah terdapat jalan setapak, saluran air penuh sampah dan halaman pembakaran
sampah, sebelah kiri dan bagian belakang rumah langsung berhadapan dengan rumah
13
penduduk lainnya. Keluarga Tn. Slamet biasanya membuang sampah di sekitar rumah
tetangga yang mempunya tempat pembuangan sampah.
4. Pola Makan
Keluarga Tn. Slamet memiliki kebiasaan makan kurang lebih 3 kali perhari. Keluarga
Tn. Slamet biasanya memilih menu makanan nasi dengan lauk tahu, tempe, ikan atau ayam.
Keluarga Tn. Slamet mengonsumsi air minum menggunakan air galon isi ulang.
6. Kebiasaan Berobat
Ketika ada anggota keluarga yang sakit, keluarga ini biasanya memilih berobat dengan
menggunakan obat warung serta ke puskesmas terdekat dengan rumah.
7. Riwayat Penyakit
Biasanya penyakit-penyakit yang sering di derita oleh keluarga Tn. Slamet adalah
demam, batuk dan pilek.
14
rumahnya dan menjemur pakaian menumpang dirumah tetangganya karena tidak
mempunyai lahan untuk menjemur pakaian disekitar rumahnya. Tn. Slamet memiliki
kebiasaan membuang sampah di depan rumahnya yang disatukan dengan sampah-sampah
penduduk sekitar rumah dan langsung dibakar jika dirasa sudah cukup penuh.
15
Tabel 1.10 Faktor Eksternal Keluarga Tn. Slamet
No Kriteria Permasalahan
2. Ruangan dalam Di dalam rumah terdapat dua kamar tidur dengan ukuran
rumah masing-masing sekitar 2m x 2m yang dipisahkan hanya oleh
dinding dari batu bata dan satu kamar tidur berukuran
sekitar 2m x 1,5m. Untuk ruang keluarga berukuran 2m x
2,5m. Dapur Tn. Arsin berukuran sekitar 1m x 0,5m. Tidak
memiliki kamar mandi.
6. Sumber Air Air terlihat tidak jernih dan relatif keruh.Air berwarna
kekuningan dan sedikit berbau tanah.Pada air juga terlihat
serpihan-serpihan pasir halus berwarna keputihan.
Ketersediaan air dirumah dicukupi dari pasokan dari air
sumur menggunakan mesin air.
16
No Kriteria Permasalahan
9. Lingkungan sekitar Di bagian depan dan kanan rumah terdapat jalan setapak
rumah dan saluran air yang penuh sampah, bagian belakang dan
kiri rumah langsung berhadapan dengan rumah penduduk
lainnya.
Jenis
Status Pendidikan
No Nama Kelamin Usia Pekerjaan
Keluarga Terakhir
(L/P)
Kepala
1. Tn. Nurwahyudin L 25 th SMA Satpam
Keluarga
Ibu Rumah
2. Ny. Neneng Istri P 23 th SMP
Tangga
3. An. Rifky Anak L 2 th - -
4. Ny. Saidah Ibu P 50 th Tidak Sekolah Kuli Sawah
Pelayan
5. Tn. Sahrul Adik L 19 th SMA
Restoran
17
Ny.Saidah berumur 50 tahun dan adik dari Tn. Nurwahyudin yaitu Tn. Sahrul berumur 19
tahun bekerja sebagai pelayan restoran.
Tn. Nurwahyudin bekerja sebagai satpam dengan penghasilan Rp. 2.900.000/bulan.
Pendidikan terakhir Tn. Nurwahyudin adalah Sekolah Menengah Kejuruan. Sedangkan Ny.
Neneng bekerja sebagai kuli sawah dengan penghasilan 25.000/hari dengan pendidikan
terakhirnya adalah Sekolah Menengan Pertama.Tn. Sahrul bekerja sebagai pelayan restoran
dengan penghasilan Rp. 2.900.000/bulan, dengan pendidikan terakhir Sekolah Menengah
Atas.
18
BAK dilakukan di sumur dekat Mushola yang terletak di belakang rumah Tn. Nurwahyudin.
Untuk pembuangan limbah yaitu ke selokan air yang terletak didepan rumahnya.
C. Lingkungan Pemukiman
Rumah Tn. Nurwahyudin terletak di pemukiman yang padat penduduk, Di bagian
depan rumah terdapat halaman kecil yang digunakan untuk menumpuk sampah rumah
tangga serta terdapat selokan untuk pembuangan limbah. Sebelah kiri dan kanan rumah
bersebelahan langsung dengan rumah penduduk lainya. Bagian belakang rumah terdapat
halaman kecil yang digunakan untuk membakar sampah yang digunakan bersama oleh
penduduk sekitar.
D. Pola Makan
Keluarga Tn. Nurwahyudin memiliki kebiasaan makan 2x/hari. yaitu pada pagi dan
malam hari. Keluarga Tn. Nurwahyudin biasanya memilih makanan nasi dengan lauk tahu,
tempe, ikan asin serta sayur yang hanya sesekali saja bila ada. Keluarga Tn. Nurwahyudin
mengonsumsi air minum dari air minum isi ulang.
19
Nurwahyudin dan Ny. Neneng berjenis kelamin laki-laki berusia 2 tahun. Lahir normal
dibantu oleh bidan terdekat dari rumah dengan usia kehamilan 9 bulan. Pertumbuhan
normal sesuai usia dan berhenti minum ASI saat usia 1 tahun.
F. Kebiasaan Berobat
Ketika ada anggota keluarga yang sakit, biasanya keluarga ini memilih berobat ke
klinik terdekat rumah.
G. Riwayat Penyakit
Ibu dari Tn. Nurwahyudin, yaitu Ny. Neneng mempunyai riwayat penyakit hipertensi,
Anak dari Tn. Nurwahyudin yaitu An. Rifky mempunyai riwayat diare pada bulan
Desember 2016. Sedangkan penyakit-penyakit yang sering di derita oleh keluarga Tn.
Nurwahyudin yaitu demam, batuk, pilek, dan pusing.
20
Tabel 1.12 Faktor Internal Keluarga Tn. Nurwahyudin
No Faktor Internal Permasalahan
2. Ruangan dalam rumah Di dalam rumah terdapat dua kamar tidur dengan ukuran
keduanya sekitar 2 m x 2 m yang dipisahkan hanya oleh
anyaman bambu. Untuk ruang keluarga berukuran 2 m x 3 m.
Dapur Tn. Nurwahyudin berukuran sekitar 4 m x 2 m. Tempat
untuk mencuci piring 2 m x 1,5 m
21
No Kriteria Permasalahan
6. Sumber Air Sumber air keluarga Tn. Nurwahyudin berasal dari sanyo, air
berwarna kuning keruh dan hanya digunakan untuk mencuci
piring. Untuk minum, keluarga Tn. Nurwahyudin membeli air
minum isi ulang yang dibeli didepan rumah. Untuk mandi,
mencuci baju, BAK, dan BAB keluarga Tn. Nurwahyudin
melakukan di sumur dekat musholah yang berlokasi di belakang
rumah.
10. Lingkungan sekitar Di bagian depan rumah terdapat halaman kecil yang digunakan
rumah untuk menumpuk sampah rumah tangga serta terdapat selokan
untuk pembuangan limbah. Sebelah kiri dan kanan rumah
bersebelahan langsung dengan rumah penduduk lainya. Bagian
belakang rumah terdapat halaman kecil yang digunakan untuk
membakar sampah yang digunakan bersama oleh penduduk
sekitar.
22
Tabel 1.14 Data Dasar Keluarga Tn. Diding
Jenis
Status Usia Pendidikan
No Nama Kelamin Pekerjaan
Keluarga (tahun) Terakhir
(L/P)
23
menggunakan genteng dan terpal. Rumah Tn. Diding terdiri dari dua ruang kamar tidur,
satu ruang keluarga, satu ruang tamu, satu dapur, memiliki kamar mandi dengan ember
sebagai penampung air dan tanpa jamban.
Ruang keluarga berukuran 2,5 m x 4 m beralaskan lantai, terdapat TV, kulkas dan
terdapat ayunan buatan untuk bermain anak. Di dalam rumah terdapat satu kamar tidur
besar dengan ukuran sekitar 2,5 m x 2 m, satu kamar tidur anak dengan ukuran sekitar 2,5 m
x 2 m beralaskan semen dan berdinding batu bata. Ruang tamu berukuran 2,5 m x 1,5 m
beralaskan semen dan berdinding batu bata. Ventilasi cukup dengan adanya lubang ventilasi
dan jendela diruang tidur dan diruang tamu. Didalam ruang keluarga terdapat balok kaca
yang berfungsi sebagai penerangan cahaya matahari serta di setiap ruangan terdapat lampu
sebagai penerangan. Dapur Tn. Diding berukuran sekitar 3 m x 2 m. Dapur terlihat sedikit
berantakan namun tidak terdapat ventilasi langsung dari keluar rumah.
Kamar mandi berukuran 1,5 m x 1,5 m tidak disertai jamban. Terdapat 1 ember
berukuran menengah sebagai alat penampung air. Air terlihat tidak jernih dan relatif keruh.
Air berwarna kekuningan dan sedikit berbau tanah. Ketersediaan air dirumah dicukupi dari
pasokan dari air sumur menggunakan mesin air. terdapat barang barang tak terpakai didalam
kamar mandi Tn. Diding. Air sumur digunakan untuk mandi, mencuci alat dapur dan
membersihkan rumah. Sedangkan untuk minum,mencuci sayuran, dan makan digunakan air
galon isi ulang. Untuk mencuci pakaian, Tn. Diding biasanya mencuci pakaian di sumur
yang berada didekat mushola. Untuk BAB Tn. Diding biasanya dilakukan dijamban dekat
rumahnya.
24
C. Lingkungan Pemukiman
Rumah Tn. Diding terletak di pemukiman yang padat penduduk. Di bagian depan
rumah terdapat jalan setapak, disebelah kanan rumah terdapat sawah, sebelah kiri dan
bagian belakang rumah langsung berhadapan dengan rumah penduduk lainnya. Keluarga
Tn. Diding biasanya membuang sampah di depan rumahnya di lubang khusus untuk
membuang sampah.
D. Pola Makan
Keluarga Tn. Diding memiliki kebiasaan makan kurang lebih 3 kali perhari. Keluarga
Tn. Diding biasanya memilih menu makanan nasi dengan lauk tahu, tempe, ikan dan
sayuran. Keluarga Tn. Diding mengonsumsi air minum menggunakan air galon isi ulang.
F. Kebiasaan Berobat
Ketika ada anggota keluarga yang sakit, keluarga ini biasanya memilih berobat dengan
menggunakan obat warung terlebih dahulu apabila belum sembuh setelah beberapa hari
keluarga yang sakit dibawa ke puskesmas terdekat dengan rumah.
G. Riwayat Penyakit
Biasanya penyakit - penyakit yang sering di derita oleh keluarga Tn. Diding adalah
demam, batuk dan pilek.
25
H. Perilaku Dan Aktivitas Sehari - Hari
Tn. Diding dapat menghabiskan 1 bungkus rokok dalam satu hari, ia juga sering
merokok di dalam rumah. Keluarga Tn. Diding tidak memiliki kebiasaan berolahraga. Tiap
anggota keluarga mandi kurang lebih 2 kali sehari dan memiliki kebiasaan mencuci tangan
dengan sabun dan air sebelum makan dan sesudahnya. Air yang digunakan keluarga Tn.
Diding adalah air sumur dengan warna yang agak kekuningan. Keluarga Tn. Diding
melakukan aktivitas mandi dan BAK di kamar mandi miliknya dengan air tersebut. Selain
itu keluarga Tn. Diding mencuci pakaian di sumur yang berada didekat mushola dekat
rumahnya dan menjemur pakaian didepan rumahnya berdekatan dengan tempat membakar
sampah. Tn. Diding memiliki kebiasaan membuang sampah didepan atau dibelakang
rumahnya setelah itu dibakar untuk menyingkirkan sampahnya.
26
Tabel 1.16 Faktor Eksternal Keluarga Tn. Diding
No Kriteria Permasalahan
27
No Kriteria Permasalahan
Keluarga binaan keempat adalah Tn. Marsita. Terdapat dua orang anggota keluarga,
yaitu Tn. Marsita sebagai kepala keluarga dan Ny. Kartina sebagai ibu rumah tangga.
Kondektur
Kepala
1. Tn. Marsita L 25 SMP Angkutan
Keluarga
Umum
Buruh Pabrik
2. Ny. Kartina Istri P 21 SD
Konveksi
28
Sedangkan Ny. Kartina bekerja sebagai buruh pabrik konveksi dengan penghasilan Rp
1.200.000,00 / bulan dan pendidikan terakhirnya adalah Sekolah Dasar. Tn. Marsita dan Ny.
Kartina dapat membaca dan menulis. Pasangan ini menikah saat Tn. Marsita berumur 25
tahun dan Ny. Kartina berusia 21 tahun.
29
Gambar 1.8 Denah Rumah Keluarga Tn. Marsita
C. Lingkungan Pemukiman
Rumah Tn. Marsita terletak di pemukiman yang padat penduduk. Di bagian depan dan
kanan rumah terdapat jalan setapak dan sawah. Sebelah kanan dan kiri rumah langsung
berbatasan dengan rumah penduduk lainnya. Bagian belakang rumah berbatasan langsung
dengan kebun. Keluarga Tn. Marsita biasanya membuang sampah di depan rumahnya yang
mempunyai lubang pembuangan dan pembakaran sampah.
D. Pola Makan
Keluarga Tn. Marsita memiliki kebiasaan makan kurang lebih 2 kali perhari. Keluarga
Tn. Marsita biasanya memilih menu makanan nasi dengan lauk tahu, tempe, ikan atau ayam.
Keluarga Tn. Marsita mengonsumsi air minum menggunakan air galon isi ulang.
F. Kebiasaan Berobat
Ketika ada anggota keluarga yang sakit, keluarga ini biasanya memilih berobat dengan
menggunakan obat warung serta ke puskesmas terdekat dengan rumah.
30
G. Riwayat Penyakit
Biasanya penyakit - penyakit yang sering di derita oleh keluarga Tn. Marsita adalah
demam, batuk dan pilek.
31
Tabel 1.19 Faktor Eksternal Keluarga Tn. Marsita
No Kriteria Permasalahan
32
No Kriteria Permasalahan
Kepala
1. Tn. Enin L 65 - Petani
Keluarga
33
Jenis
Status Usia Pendidikan
No Nama Kelamin Pekerjaan
Keluarga (tahun) Terakhir
(L/P)
Ibu Rumah
2. Ny. Mariani Istri P 45 SD
Tangga
Karyawan
3. An. Elda Anak keempat P 18 SD
Swasta
34
Ruang keluarga berukuran 3 m x 4 m beralaskan lantai, terdapat lemari. Di dalam
rumah terdapat dua kamar tidur dengan ukuran sekitar 3 m x 4 m, terdapat tempat tidur, tv
dan meja rias. Ukuran kamar yang lain sekitar 3 m x 4 m, terdapat kasur, kulkas dan rak
buku. Kedua kamar dipisahkan oleh dinding dari batu bata. Ventilasi dan jendela terdapat di
ruang keluarga ada di salah satu kamar tidur, sedangkan satu kamar lainnya tidak memiliki
ventilasi tetapi mempunyai balok kaca untuk penerangan cahaya matahari serta ditiap kamar
ada penerangan lampu. Tidak terdapat kamar mandi maupun jamban, apabila ingin mandi
dan ke jamban maka keluarga Tn. Enin menumpang ke tetangganya.
Dapur Tn. Enin berukuran sekitar 1 m x 0,5 m. Dapur terlihat berantakan dan tidak
memiliki ventilasi. Air terlihat tidak jernih dan relatif keruh. Air berwarna kekuningan.
Ketersediaan air dirumah dicukupi dari pasokan air sumur menggunakan mesin air. Air
sumur digunakan untuk mencuci alat dapur dan membersihkan rumah. Sedangkan untuk
minum,mencuci sayuran, dan makan menggunakan air minum isi ulang. Untuk mencuci
pakaian, Tn. Arsin biasanya mencuci pakaian di sungai yang berjarak kurang lebih 2 km
dari rumahnya
C. Lingkungan Pemukiman
Rumah Tn. Enin terletak di pemukiman yang padat penduduk. Di bagian depan rumah
terdapat jalan setapak dan sawah., sebelah kanan langsung berbatasan dengan rumah
penduduk lainnya. sebelah kiri terdapat tanah kosong dan bagian belakang rumah
berbatasan dengan kebun. Keluarga Tn. Enin biasanya membuang sampah di didepan rumah
yang mempunyai lubang sementara untuk pembuangan dan pembakaran sampah.
35
D. Pola Makan
Keluarga Tn. Enin memiliki kebiasaan makan kurang lebih 2 kali perhari yaitu pada
siang dan malam hari. Keluarga Tn. Enin biasanya memilih menu makanan nasi dengan
lauk tahu, tempe, sayur-sayuran dan sesekali dengan ikan dan ayam. Keluarga Tn. Enin
mengonsumsi air minum menggunakan air galon isi ulang.
F. Kebiasaan Berobat
Ketika ada anggota keluarga yang sakit, keluarga ini biasanya memilih membeli obat
warung, namun apabila belum sembuh langsung berobat ke puskesmas. Seluruh anggota
keluarga memiliki kartu kesehatan.
36
G. Riwayat Penyakit
Penyakit yang sering diderita anggota keluarga Tn. Enin ialah batuk pilek disertai
meriang namun tidak pernah sampai berhari - hari.
37
Tabel 1.22 Faktor Eksternal Keluarga Tn. Enin
No Kriteria Permasalahan
limbah
38
No Kriteria Permasalahan
39
1.3.1.2 Keluarga Tn. Nurwahyudin
a. Masalah non medis
1. Kejernihan sarana air bersih kurang baik dan air berwarna kuning
2. Rumah tidak memiliki jamban
3. Rumah tidak memiliki ventilasi udara
4. Rumah tidak memiliki tempat sampah
b. Masalah medis
1. Riwayat hipertensi
2. Anak sedang mengalami diare
b. Masalah medis
1. ISPA sering dialami oleh keluarga binaan
b Masalah medis
1. ISPA sering dialami oleh keluarga binaan
40
3. Kebiasaan merokok dalam rumah
4. Kebiasaan tidak mencuci kaki setelah berativitas di luar rumah
5. Rumah tidak memiliki tempat sampah
6. Kebiasaan membakar sampah
b Masalah medis
1. ISPA sering dialami oleh keluarga binaan
2. Nyeri Kepala sering dialami oleh keluarga binaan
Berdasarkan pengamatan dan wawancara yang telah kami lakukan kepada masing -
masing keluarga binaan, didapatkan berbagai macam permasalahan yaitu :
1. Perilaku penglolaan sampah rumah tangga
2. Perilaku penggunaan jamban yang tidak sehat
3. Kebiasaan merokok dalam keluarga
4. Ventilasi dan pencahayaan pada rumah keluarga binaan
5. Perilaku penggunaan air
Sebagai pendekatan awal untuk mengetahui area masalah yaitu dengan melakukan
pengamatan, observasi, dan wawancara pada keluarga binaan di desa pangkalan. Kemudian
terdapat berbagai area permasalahan, yaitu:
1. Perilaku pengelolaan sampah rumah tangga
2. Perilaku penggunaan jamban yang tidak sehat
3. Kebiasaan merokok dalam keluarga
4. Ventilasi pada rumah keluarga binaan
5. Perilaku penggunaan air
Dari sekian masalah yang ada pada keluarga tersebut, maka diputuskan untuk
mengangkat permasalahan “Perilaku Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Pada Keluarga
Binaan Desa Pangkalan Kecamatan Teluk Naga Kabupaten Tangerang Provinsi Banten”
41
1.3.4 Alasan Pemilihan Area Masalah
Dari sekian masalah yang ada pada keluarga binaan tersebut, diputuskan untuk
mengangkat permasalahan “Perilaku Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Pada
Keluarga Binaan di Desa Pangkalan Kecamatan Teluk Naga Kabupaten Tangerang
Provinsi Banten”
Pemilihan area masalah ini didasarkan atas metode delphi dan melalui berbagai
pertimbangan yaitu berdasarkan hasil wawancara dari seluruh keluarga binaan, ditemukan
beberapa kesamaan permasalahan pada keluarga binaan yaitu perilaku mengelola sampah
yang kurang benar akibat dari kurangnya pengetahuan mengenai pengelolaan sampah,
kurangnya fasilitas kebersihan yang memadai dan faktor ekonomi yang mendukung.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa dengan semua kekurangan tersebut akan mempengaruhi
perilaku dalam pengelolaan sampah rumah tangga.
42
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
43
Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi
dua :
1. Perilaku tertutup (convert behavior)
Perilaku tertutup adalah respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk
terselubung atau tertutup (convert). Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih
terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang terjadi
pada orang yang menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati secara jelas
oleh orang lain.
2. Perilaku terbuka (overt behavior)
Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka.
Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek,
yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain.
44
antara sikap dan perilaku. Banyak studi sebelumnya dari hubungan ini yang menemukan
secara relative korespondensi yang rendah di antara sikap - sikap dan perilaku, serta
beberapa teori yang bertujuan menghapuskan sikap sebagai sebuah factor yang mendasari
perilaku.
Theory of Reasoned Action mengambil sebuah rangkaian sebab musabab yang
menghubungkan kepercayaan yang berhubungan dengan perilaku dan keyakinan norma
untuk tujuan yang berhubungan dengan perilaku dan tingkah laku, melalui sikap dan
norma subjektif. Ukuran dari komponen model dan hubungan sebab musabab di antara
komponen yang ditentukan dengan jelas. Semua tipe ukuran menggunakan 5 atau 7 titik
skala.
Dalam perkembangan selanjutnya oleh para ahli pendidikan dan untuk kepentingan
pengukuran hasil, ketiga domain itu diukur dari:
1. Pengetahuan (Knowledge)
Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seseorang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Tanpa pengetahuan seseorang tidak
mempunyai dasar untuk mengambil keputusan dan menentukan tindakan terhadap
masalah yang dihadapi. Ada empat macam pengetahuan (Widodo, 2006), yaitu:
a. Pengetahuan Faktual (Factual Knowledge)
Pengetahuan yang berupa potongan - potongan informasi yang terpisah-pisah
atau unsur dasar yang ada dalam suatu disiplin ilmu tertentu. Pengetahuan faktual
pada umumnya merupakan abstraksi tingkat rendah. Ada dua macam pengetahaun
faktual yaitu pengetahuan tentang terminologi (knowledge of terminology)
mencakup pengetahuan tentang label atau simbol tertentu baik yang bersifat verbal
maupun non verbal dan pengetahuan tentang bagian detail dan unsur-unsur
(knowledge of specific details and element) mencakup pengetahuan tentang
kejadian, orang, waktu dan informasi lain yang sifatnya sangat spesifik.
b. Pengetahuan Konseptual
Pengetahuan yang menunjukkan saling keterkaitan antara unsur-unsur dalam
struktur yang lebih besar dan semuanya berfunsi bersama-sama. Pengetahuan
konseptual mencakup skema, model pemikiran, dan teori baik yang implisit
maupun eksplisit. Ada tiga macam pengetahuan konseptual, yaitu pengetahuan
tentang kelasifikasi dan kategori, pengetahuan tentang prinsip dan generalisasi, dan
pengethauan tentang teori, model, dan struktur
45
c. Pengetahuan Prosedural
Pengetahuan tentang bagaimana mengerjakan sesuati, aik yang bersifat rutin
maupun yang baru. Seringkali pengetahuan prosedural berisi langkah-langkah atau
tahapan yang harus diikuti dalam mengerjakan suatu hal tertentu
d. Pengetahuan Metakognitif
Mencakup pengetahuan tentang kognisi secara umum dan pengetahuan
tentang diri sendiri. Penelitian-penelitian tentang metakognitif menunjukkan bahwa
seiring dengan perkembangannya siswa menjadi semakin sadar akan pikirannya
dan semakin banyak tahu tentang kognisi, dan apabila siswa bisa mencapai hal ini
maka mereka akan lebih baik lagi dalam belajar.
46
menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dansebagainya terhadap objek
yang dipelajari.
Aplikasi (Aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi di sini dapat
diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip,
dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.
Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke
dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi, dan
masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari
penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan (membuat bagan),
membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.
Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan
kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari
formulasi-formulasi yang ada. Misalnya dapat menyusun, dapat merencanakan,dapat
meringkaskan, dapat menyesuaikan, dan sebagainya terhadap suatu teori atau
rumusan-rumusan yang telah ada.
Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau
penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu didasarkan pada
suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah
ada.
2. Sikap
Sikap adalah determinan perilaku, karena mereka berkaitan dengan persepsi,
kepribadian, dan motivasi. Sebuah sikap merupakan suatu keadaan sikap mental, yang
dipelajari dan diorganisasi menurut pengalaman, dan yang menyebabkan timbulnya
pengaruh khusus atas reaksi seseorang terhadap orang-orang, objek-objek, dan situasi-
situasi dengan siapa ia berhubungan (Winardi, 2004).
47
Terdapat tiga komponen sikap, sehubungan dengan faktor-faktor lingkungan kerja,
sebagai berikut:
Afeksi (affect) yang merupakan komponen emosional atau perasaan.
Kognisi adalah keyakinan evaluatif seseorang. Keyakinan-keyakinan evaluatif,
dimanifestasi dalam bentuk impresi atau kesan baik atau buruk yang dimiliki
seseorang terhadap objek atau orang tertentu.
Perilaku, yaitu sebuah sikap berhubungan dengan kecenderungan seseorang
untuk bertindak terhadap seseorang atau hal tertentu dengan cara tertentu
(Winardi, 2004).
48
3. Mekanisme (Mechanism)
Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara
otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah mancapai
praktik tingkat tiga
4. Adopsi (Adoption)
Adaptasi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang dengan
baik. Artinya tindakan itu sudah dimodifikasi tanpa mengurangi kebenaran
tindakan tersebut.
49
berbagai gejala kejiwaan seperti pengetahuan, keinginan, kehendak, minat, motivasi,
persepsi, sikap dan sebagainya.
Namun demikian realitasnya sulit dibedakan atau dideteksi gejala kejiwaan
tersebut dipengaruhi oleh faktor lain diantaranya adalah pengalaman, keyakinan,
sarana/fasilitas, sosial budaya dan sebagainya. Beberapa teori lain yang telah dicoba untuk
mengungkap faktor penentu yang dapat mempengaruhi perilaku khususnya perilaku yang
berhubungan dengan kesehatan, antara lain :
1. Teori WHO (1984)
WHO menganalisis bahwa yang menyebabkan seseorang berperilaku tertentu
adalah :
Pemikiran dan perasaan (thougts and feeling), yaitu dalam bentuk pengetahuan,
persepsi, sikap, kepercayaan dan penilaian seseorang terhadap objek (objek
kesehatan).
a. Pengetahuan diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain.
b. Kepercayaan sering atau diperoleh dari orang tua, kakek, atau nenek.
Seseorang menerima kepercayaan berdasarkan keyakinan dan tanpa adanya
pembuktian terlebih dahulu.
c. Sikap menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap objek. Sikap
sering diperoleh dari pengalaman sendiri atau orang lain yang paling dekat.
Sikap membuat seseorang mendekati atau menjauhi orang lain atau objek lain.
Sikap positif terhadap tindakan-tindakan kesehatan tidak selalu terwujud di
dalam suatu tindakan tergantung pada situasi saat itu, sikap akan diikuti oleh
tindakan mengacu kepada pengalaman orang lain, sikap diikuti atau tidak
diikuti oleh suatu tindakan berdasar pada banyak atau sedikitnya pengalaman
seseorang.
Tokoh penting sebagai Panutan. Apabila seseorang itu penting untuknya, maka apa
yang ia katakan atau perbuat cenderung untuk dicontoh.
Sumber - sumber daya (resources), mencakup fasilitas, uang, waktu, tenaga dan
sebagainya.
Perilaku normal, kebiasaan, nilai-nilai dan penggunaan sumber-sumber di dalam
suatu masyarakat akan menghasilkan suatu pola hidup (way of life) yang pada
umumnya disebut kebudayaan. Kebudayaan ini terbentuk dalam waktu yang lama
dan selalu berubah, baik lambat ataupun cepat sesuai dengan peradapan umat
50
manusia.
51
4. Teori Snehandu B. Kar (1983)
Kar mencoba menganalisis perilaku kesehatan bertitik tolak bahwa perilaku
merupakan fungsi dari :
Niat seseorang untuk bertindak sehubungan dengan kesehatan atau perawatan
kesehatannya (behavior itention)
Dukungan sosial dari masyarakat sekitarnya (social support)
Adanya atau tidak adanya informasi tentang kesehatan atau fasilitas kesehatan
(accesebility of information)
Otonomi pribadi orang yang bersangkutan dalam hal mengambil tindakan atau
keputusan (personal au`tonomy)
Situasi yang memungkinkan untuk bertindak (action situation).
52
2.1.3.3 Definisi Pengelolaan Sampah
Menurut Undang-Undang No.18 Tahun 2008, pengelolaan sampah adalah kegiatan
yang sistematis, menyeluruh, dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan
penanganan sampah. Pengaturan pengelolaan sampah ini bertujuan untuk:
Adapun usaha pengelolaan sampah menurut Slamet (1994) baik skala besar maupun
skala kecil, apabila sudah tercapai tujuannya, yakni lingkungan dan masyarakat yang
sehat, maka faktor yang paling utama, yang harus diperhatikan dalam hal ini adalah peran
serta masyarakat. Masyarakat harus mengerti dan mau berpartisipasi, bila perlu mengubah
sikap sehingga bersedia membantu mulai dari pengurangan volume sampai perbaikan
kualitas sampah, membuang sampah pada tempatnya, membersihkan tempat sampah,
sampai kepada penyediaan lahan dan pemusnahan sampah.
Oleh karena itu, dalam menanggulangi sampah sudah merupakan tanggung jawab
pemerintah dan masyarakat dengan melakukan pengelolaan sebaik mungkin agar tercipta
lingkungan yang sehat dan bersih. Partisipasi yang dapat dilakukan masyarakat pemerintah
dalam menanggulangi masalah sampah yaitu dapat berupa memperbanyak tempat-tempat
sampah yang besar dan dikelola dengan baik, sehingga hal-hal yang negatif bagi
kehidupan tidak sampai terjadi.
53
2.1.3.4 Pengelolaan Sampah Rumah Tangga
Pengelolaan sampah rumah tangga dapat dilihat dari pendapat beberapa ahli dan
Undang – Undang No. 18 Tahun 2008 yang dapat dibedakan atas 2 bagian yaitu meliputi:
a. Pengurangan sampah
1 Pengurangan sampah meliputi kegiatan:
pembatasan timbulan sampah;
pendauran ulang sampah; dan/atau
pemanfaatan kembali sampah.
2 Pemerintah dan pemerintah daerah wajib melakukan kegiatan pengurangan
sampah dengan cara:
menetapkan target pengurangan sampah secara bertahap dalam jangka waktu
tertentu;
memfasilitasi penerapan teknologi yang ramah lingkungan;
memfasilitasi penerapan label produk yang ramah lingkungan;
memfasilitasi kegiatan mengguna ulang dan mendaur ulang; dan
memfasilitasi pemasaran produk-produk daur ulang.
3 Pelaku usaha dalam melaksanakan pengurangan sampah menggunakan bahan
produksi yang menimbulkan sampah sesedikit mungkin, dapat diguna ulang,
dapat didaur ulang atau mudah diurai oleh proses alam.
Masyarakat dalam melakukan kegiatan pengurangan sampah menggunakan bahan
yang dapat diguna ulang, didaur ulang atau mudah diurai oleh proses alam.
b. Penanganan Sampah
54
sampah; dan/atau
Pemrosesan akhir sampah dalam bentuk pengembalian sampah dan/atau residu
hasil pengolahan sebelumnya ke media lingkungan secara aman.
55
Reuse (R2) Reuse berarti mengunakan kembali bahan atau material agar tidak
menjadi sampah (tanpa melalui proses pengelolaan) seperti menggunakan kertas bolak-
balik, mengunakan kembali botol bekas ”minuman” untuk tempat air, mengisi kaleng susu
dengan susu refill dan lain-lain.
Recycle (R3) Recycle berarti mendaur ulang suatu bahan yang sudah tidak berguna
(sampah) menjadi bahan lain setelah melalui proses pengolahan seperti mengolah sisa kain
perca menjadi selimut, kain lap, keset kaki, dsb atau mengolah botol/plastik bekas menjadi
biji plastik untuk dicetak kembali menjadi ember, hanger, pot, dan sebagainya atau
mengolah kertas bekas menjadi bubur kertas dan kembali dicetak menjadi kertas dengan
kualitas sedikit lebih rendah dan lain-lain.
56
merupakan cara sederhana karena seluruh sampah organik dapat dimasukan
dalam gentong). • Dengan Bin Takakura (keranjang yang dilapisi kertas karton,
sekam padi dan kompos matang), memerlukan sedikit kesabaran karena
dibutuhkan sampah organik terseleksi dan pencacahan untuk mempercepat
proses pematangan kompos. Komposter takakura dapat ditempatkan didalam
rumah (tidak menimbulkan bau). • Produk kompos dapat digunakan untuk
program penghijauan dan penanaman bibit.
3. Daur Ulang
Daur ulang di sumber dilakukan mulai dengan melakukan pemilahan
sampah, sebaiknya dilakukan dengan cara yang sederhana agar mudah
dilakukan oleh masyarakat. Pemilahan sampah dapat dimulai dengan
memisahkan sampah menjadi sampah basah (organik) dan sampah kering (non
organik) atau langsung menjadi beberapa jenis (sampah organik, kertas, plastik,
kaleng, sampah B3 rumah tangga).
57
timbulnya bau sehingga menguranggi estetika, timbulnya penyakit. Vektor atau
pembawa penyakit yang ditimbulkan dari tempat sampah adalah thypus, disentri dengan
vector pembawa penyakit adalah lalat, kecoa, tikus dan lain sebagainya.
Bank Sampah
Bank sampah merupakan model pengelolaan sampah madiri seperti pada pengelolan
keuangan di bank pada umumnya (Cecep Dani Sucipto, 2012). Masyarakat dihimbau
untuk menabung dalam bentuk sampah. Seperti halnya bank pada umumnya, bank
sampah ini juga terdapat penanggung jawab pelaksana, ketua pelaksana, teller sampah,
petugas penimbang sampah, buku tabungan, bendahara pemegang keuangan. Sistem
yang dilakukan pada bank sampah ini 5 adalah, masyarakat sebagai nasabah bank
memasokkan sampah yang telah dipilah kemudian diterima oleh petugas penimbangan
dan kemudian diterima oleh teller sampah untuk dicatat di buku tabungan. Yang tercatat
dalam buku tabungan sampah adalah berat sampah yang nantinya akan dijual oleh
pengelola dan masyarakat akan menerima 80 % dari hasil penjualan dan 20 % untuk
pengelola. Hasil penjualan sampah ini ditabung dan biasanya baru diambil pada saat
lebaran tiba. Bank sampah dapat dikelola oleh pemerintahan tingkat desa, dusun maupun
organisasi yang lain misalnya organisasi pemuda, kelompok PKK, dasawisma dan dapat
juga dikelola oleh personal yang peduli terhadap pengelolaan sampah. Pihak-pihak yang
terkait dengan bank sampah antara lain anggota masyarakat (sebagai nasabah sampah),
kepala desa/dusun/penanggung jawab program, pengepul(pembeli sampah), pelaksana
operasional pengelolaan sampah, pembeli hasil daur ulang sampah dan lain-lain.
58
yang telah disetor ke bank sampah.
1. Sampah yang di setor harus terpilah dengan benar, kantong I berisi sampah kertas,
kantong II berisi sampah plastik, kantong III berisi sampah logam, kantong IV
berisi plastik kresek, kantong V berisi plastik bekas kemasan.
2. Hasil nilai ekonomi sampah yang disetor ke bank sampah akan dipotong
20 %(10 % untuk biaya operasional dan 10% masuk ke kas pengelola).
3. Penyetoran sampah hanya akan dilayani setiap hari sabtu dan minggu pada pukul
15.00-17.00
4. Uang dapat dicairkan minimal setelah menyetor sampah selama 3 bulan
5. Untuk sementara sampah berupa sampah organik masih dikelola oleh
masingmasing warga.
59
b. Penyakit jamur dapat juga menyebar (misalnya jamur kulit).
c. Penyakit yang dapat menyebar melalui rantai makanan. Salah satu contohnya
adalah suatu penyakit yang dijangkitkan oleh cacing pita (taenia). Cacing ini
sebelumnnya masuk ke dalam pencernakan binatang ternak melalui makanannya
yang berupa sisa makanan/sampah.
d. Sampah beracun: Telah dilaporkan bahwa di Jepang kira-kira 40.000 orang
meninggal akibat mengkonsumsi ikan yang telah terkontaminasi oleh raksa
(Hg). Raksa ini berasal dari sampah yang dibuang ke laut oleh pabrik yang
memproduksi baterai dan akumulator.
A. Pengelolaan sampah yang kurang baik akan membentuk lingkungan yang kurang
menyenangkan bagi masyarakat: bau yang tidak sedap dan pemandangan yang
buruk karena sampah bertebaran dimana-mana.
B. Memberikan dampak negatif terhadap kepariwisataan.
C. Pengelolaan sampah yang tidak memadai menyebabkan rendahnya tingkat
kesehatan masyarakat. Hal penting disini adalah meningkatnya pembiayaan
secara langsung (untuk mengobati orang sakit) dan pembiayaan secara tidak
langsung (tidak masuk kerja, rendahnya produktivitas).
D. Pembuangan sampah padat ke badan air dapat menyebabkan banjir dan akan
memberikan dampak bagi fasilitas pelayanan umum seperti jalan, jembatan,
drainase, dan lain-lain.
E. Infrastruktur lain dapat juga dipengaruhi oleh pengelolaan sampah yang tidak
memadai, seperti tingginya biaya yang diperlukan untuk pengelolaan air. Jika
60
sarana penampungan sampah yang kurang atau tidak efisien, orang akan
cenderung membuang sampahnya di jalan. Hal ini mengakibatkan jalan perlu
lebih sering dibersihkan dan diperbaiki.
Manusia tidak dapat menjalani kehidupan tanpa adanya petunjuk. Agama Islam
merupakan tuntunan hidup bagi manusia. Ajaran Islam mengatur semua hal, salah satunya
yaitu berhubungan dengan kesehatan masyarakat.
1. Kesehatan Lingkungan
Kesehatan masyarakat melingkupi beberapa disiplin ilmu. Salah satunya yaitu
kesehatan lingkungan. Ilmu Kesehatan lingkungan adalah ilmu yang mempelajari
hubungan timbal balik antara faktor kesehatan dan faktor lingkungan.
Menurut Undang undang No.11 tentang Hygiene. Dalam Undang-undang
Hygiene tahun 1966 dijelaskan yang dimaksud dengan hygiene adalah kesehatan
masyarakat yang khusus meliputi segala usaha untuk melindungi, memelihara dan
mempertinggi derajat kesehatan dengan tujuan memberi dasar-dasar kelanjutan hidup
yang sehat serta mempertinggi kesejahteraan dan daya guna perikehidupan manusia.
Dalam Undang-undang no.4 tahun 1982 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok
Pengelolaan Lingkungan Hidup, dijelaskan bahwa kesehatan lingkungan adalah suatu
kondisi lingkungan yang mampu menopang keseimbangan ekologis yang dinamis
antara manusia dan lingkungan untuk mendukung tercapainya kualitas hidup manusia
yang sehat, sejahtera dan bahagia.
Menurut UU no 32 tahun 2009, Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan
semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya,
yang mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan perikehidupan, dan kesejahteraan
manusia serta makhluk hidup lain.
Ruang lingkup kesehatan lingkungan meliputi lingkungan hidup, pencemaran
lingkungan, ekologi, ekosistem, toksikologi, AMDAL, ANDAL, pencemaran B3, dan
sanitasi.
61
keberlanjutan kehidupan di dunia. Banyak ayat Al quran dan Al hadist yang
menjelaskan, menganjurkan bahkan mewajibkan setiap manusia untuk menjaga
kelangsungan kehidupannya dan kehidupan makhluk lain dibumi.
Proses kerusakan lingkungan di darat dan lautan telah disitir dalam Alqur’an surat
30 (Ar-rum) ayat 41:”Telah terjadi (tampak) kerusakan di darat dan di laut karena
perbuatan tangan manusia, supaya Allah akan merasakan kepada mereka sebagian
(akibat tindakan mereka) agar mereka kembali (ke jalan yang benar)”. Selanjutnya
masih banyak lagi ayat-ayat Alqur’an (misalnya: surat 2 ayat 60 dan 205; surat 5 ayat
64; surat 7 ayat 85; dan beberapa surat lainnya) yang juga menegaskan tentang
peranan manusia dalam kerusakan lingkungan, melarang manusia untuk merusak
lingkungan, dan sekaligus mengajak manusia memelihara lingkungan. Dari ayat-ayat
tersebut ada dua hal pokok yang menjadi dasar pandangan Islam dalam issu
pencemaran lingkungan. Pertama, Islam menyadari bahwa telah dan akan terjadi
kerusakan lingkungan baik di daratan dan lautan yang berakibat pada turunnya
kualitas lingkungan tersebut dalam mendukung hajat hidup manusia. Kedua, Islam
memandang manusia sebagai penyebab utama kerusakan dan sekaligus pencegah
terjadinya kerusakan tersebut.
Oleh karena itu perlu adanya penyelamatan dan konservasi lingkungan (alam)
yang menyatu tak terpisahkan dengan konsep keesaan Tuhan (tauhid), syariah, dan
akhlak. Islam mempunyai konsep yang sangat jelas tentang pentingnya konservasi,
penyelamatan, dan pelestarian lingkungan. Konsep Islam tentang lingkungan ini
ternyata sebagian telah diadopsi dan menjadi prinsip ekologi yang dikembangkan oleh
para ilmuwan lingkungan. Prinsip-prinsip ekologi tersebut telah pula dituangkan
dalam bentuk beberapa kesepakatan dan konvensi dunia yang berkaitan dengan
lingkungan.
Pada masa kekhalifahan, peradaban Islam di Semenanjung Arab memiliki dan
menjaga kawasan konservasi yang disebut Hima. Hima merupakan zona yang tak
boleh disentuh atau digunakan untuk apapun bagi kepentingan manusia. Tempat
tersebut digunakan sebagai konservasi alam, baik untuk kehidupan binatang liar
maupun tumbuh-tumbuhan.
Selain itu di dalam ajaran Islam, dikenal juga dengan konsep yang berkaitan
dengan penciptaan manusia dan alam semesta yakni konsep Khilafah dan Amanah.
Konsep khilafah menyatakan bahwa manusia telah dipilih oleh Allah di muka bumi
ini (khalifatullah fil’ardh). Sebagai wakil Allah, manusia wajib untuk bisa
62
merepresentasikan dirinya sesuai dengan sifat-sifat Allah. Salah satu sifat Allah
tentang alam adalah sebagai pemelihara atau penjaga alam (rabbul’alamin). Jadi
sebagai wakil (khalifah) Allah di muka bumi, manusia harus aktif dan bertanggung
jawab untuk menjaga bumi. Artinya, menjaga keberlangsungan fungsi bumi sebagai
tempat kehidupan makhluk Allah termasuk manusia sekaligus menjaga keberlanjutan
kehidupannya.
Penjelasan tersebut tercantum dalam surat Al An’am ayat 141-142, yang intinya
manusia mempunyai hak atau diperbolehkan untuk memanfaatkan apa-apa yang ada
di muka bumi (sumber daya alam) yang tidak melampaui batas atau berlebihan.
Surat Al An’am ayat 141-142
Sebagai agama yang rahmatan lil alamin (kasih bagi alam semesta; surat 21 ayat
107), maka sudah sewajarnya apabila Islam menjadi pelopor bagi pengelolaan
lingkungan sebagai manifestasi dari rasa kasih bagi alam semesta tersebut. Selain
melarang membuat kerusakan di muka bumi, Islam juga mempunyai kewajiban untuk
menjaga lingkungan yang bersih, karena kebersihan merupakan bagian hidup
63
masyarakat Islam seperti diutarakan oleh nabi Muhammad SAW dengan hadistnya
yang berbunyi:
“Kebersihan merupakan bagian dari iman”. Nabi Muhammad SAW juga melarang
manusia untuk membuang air seni ke dalam sumber mata air, jalanan, di tempat
teduh, dan di dalam liang (tempat hidup) binatang”.
Dan sebuah hadits Rasulullah SAW yang maksudnya
''Islam itu bersih maka hendaklah kamu suka membersihkan diri kamu, tidak akan
masuk surga kecuali orang-orang yang bersih'' (HR.Dailami),
“Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari hilangnya kenikmatan yang
telah Engkau berikan, dari berubahnya kesehatan yang telah Engkau anugerahkan,
dari siksa-Mu yang datang secara tiba-tiba, dan dari segala kemurkaan-Mu”
(HR.Muslim no. 2739)
Salah satu faedah hadits di atas adalah agar manusia selalu meminta kesehatan
(tidak berubah menjadi penyakit) pada pendengaran, penglihatan dan anggota tubuh
lainnya. Kebutuhan hidup yang tersedia tidak akan berguna apabila tidak diiringi
dengan kesehatan badan. Dalam hal ini Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda
64
”Perhatikanlah lima perkara ini sebelum datang lima perkara yaitu: 1. Hidupmu
sebelum datang ajalmu; 2. Jagalah kesehatanmu sebelum datang sakitmu; 3.
Manfaatkan sebaik-baiknya kesempatanmu sebelum datang kesibukanmu; 4.
Manfaatkan masa mudamu sebelum datang masa tuamu; 5. Manfaatkan kekayaanmu
sebelum datang masa fakirmu." (HR. Ahmad dan Baihaqi).
Islam mengajarkan prinsip-prinsip kesehatan, kebersihan dan kesucian lahir dan
batin. Antara kesehatan jasmani dengan kesehatan rohani merupakan kesatuan sistem
yang terpadu, sebab kesehatan jasmani dan rohani menjadi syarat bagi tercapainya
suatu kehidupan yang sejahtera di dunia dan kebahagiaan di akhirat.
Sistem kesehatan dalam Islam tercermin dalam ajaran syariat yang mewajibkan
perbuatan membersihkan diri dari kotoran (najis), dari hadats dan dari kotoran hati
semua itu berada dalam satu paket ibadah seperti wudhu', mandi, shalat dan lain
sebagainya.
Dalil dalam Islam yang berhubungan dengan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat, yaitu:
1) Tentang Larangan Buang Air Besar di Sembarang Tempat
a) Ittaqul mal’uunata anits tsalasati, albaroozu fil mawaaridi wa faarighotit thoriiqi
wadzzilli.
Artinya: Takutlah tiga tempat yang dilaknat, buang kotoran pada sumber air yang
mengalir, di jalan dan tempat berteduh. (HR.Abu Dawud dan Ibnu Majjah).
b) Man atal Ghoitho fal yastatir.
65
Artinya: Barang siapa yang datang ke jamban (BAB) maka tutupilah. (HR Abu
Dawud).
c) Laa Yakhrujur rijlaani yadhribaanil ghooithi kaasyifaini ‘an uarotihimaa
yatahadditsaani fainnallooha yamqutu ‘alaa dzaalika.
Artinya: Janganlah dua orang yang sedang duduk buang air besar dimana
auratnya terbuka bercakap-cakap, sesungguhnya Allah benci yang demikian itu.
(HR Ahmad dan Abu Dawud)
3) Tentang Kebersihan
a) Innallaha yuhibbuttawwaabiin wa yuhibbul mutathohhiriin
Artinya: Sesungguhnya Allah mencintai orang yang taubat dan mencintai orang-
orang yang menjaga kebersihan. (Al Baqoroh ayat 222)
b) Fainnallaaha ta’aala banal Islaama ‘alan nadhoofati. Walan yadkhulal jannata
illa kullu nadhiifii
Artinya: Sesungguhnya Allah membangun Islam diatas kebersihan. Dan tidak
akan masuk surga kecuali orang-orang yang memelihara kebersihan. (HR.
Thabraani)
c) Wayunazzillu ‘alaikum minassamaa i maa alliyuthohhirokumbihi
Artinya: Dan Dia menurunkan air hujan kepadamu untuk mensucikan kamu.
(Surat Al-Anfal ayat 11)
d) Miftaahush sholaati thohaarrotu laa tuqbalu sholaatun bighoiri thohuurin
Artinya: Kunci sholat adalah suci, tidak diterima sholat apabila tidak suci. (HR
Abu Dawud)
e) Wa syiabaka fathohhir
Artinya: ..dan pakaianmu bersihkanlah. (Al Mudatstsir ayat 3)
f) Maa yuridulloohu liyaj’ala ‘alaikum min harojin walaakin yuriidu
liyuthohhirokum Artinya: Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia
hendak membersihkan kamu. (Al Maaidah ayat 6).
66
4) Tentang Lingkungan
a) Thoharol fasadu fil barri wal bahri bimaa kasabat aidinnaasi liyudziiqohum
ba’dholladzii a’miluu la ‘allahum yarji’uun
Artinya: Telah nampak kerusakan di darat dan di Laut disebabkan karena
perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari
perbuatan mereka, agar mereka kembali kejalan yang benar. (Arrum : 41)
b) Walaa tabghil fasaada fil ardhi innallaha laayuhibbul mufsidiin
Artinya: Dan janganlah kalian berbuat kerusakan di muka bumi, sesungguhnya
Allah tidak menyukai orang orang yang berbuat kerusakan. (Al Qashas.77)
c) Laa dhiroro walaa dhororo
Artinya: Tidak boleh membuat mudhorot dan tidak boleh memudhorotkan orang
lain. (Al Hadist)
Dari Surat Al Qashas.77 dan Arrum 41, bahwa Allah melarang berbuat kerusakan
dan Allah membenci orang yang berbuat kerusakan. Dan bahwa akibat perbuatan
merusak itu akan ada dampak buruk yang akan dirasakan agar manusia tidak lagi
membuat kerusakan. Tetapi masih banyak manusia yang melakukan perusakan
hutan, penggalian tambang yang tidak terkendali, pengotoran sungai dengan
berbagai limbah, termasuk tinja manusia dan lain lain. Akibat buruknya seperti
banjir bandang, kebakaran hutan, tanah longsor dan juga penyebaran penyakit
menular, termasuk wabah diare yang seringkali berakibat kematian bagi yang
terkena. Bisa saja yang tertimpa musibah adalah orang-orang yang tidak berdosa,
yang tidak melakukan perusakan.
67
2.2 Kerangka Teori
Konsep yang digunakan dalam penelitian ini diambil berdasarkan teori dari Lawrence
Green, perilaku kesehatan dengan bertitik tolak bahwa perilaku dibentuk oleh faktor
predisposisi (predisposing factor), faktor pendorong (enabling factor), faktor pendukung
(reinforcing factor).
Faktor Predisposisi
Pengetahuan
Sikap
Faktor Ekonomi
Faktor Pendukung
Fasilitas Kebersihan
(Sarana dan PERILAKU
prasarana)
Faktor Pendorong
Petugas Kesehatan
Tokoh Masyarakat
68
2.3 Kerangka Konsep
Berdasarkan teori sebelumnya, maka dapat dibuat suatu kerangka konsep yang
berhubungan dengan area permasalahan yang terjadi pada keluarga binaan Kerangka
konsep ini terdiri dari variabel independen dari kerangka teori yang dihubungkan dengan
area permasalahan.
PENGETAHUAN
PERILAKU
PENGELOLAA
SIKAP
N SAMPAH
RUMAH
STATUS
TANGGA
EKONOMI
PADA
KELUARGA
KETERSEDIAAN
SARANA DAN BINAAN DI
PRASARANA DESA
PANGKALAN,
PERANAN TOKOH TELUK NAGA,
MASYARAKAT KABUPATEN
PERANAN TENAGA
TANGERANG,
KESEHATAN
69
2.4 Definisi Operasional
Untuk membatasi ruang lingkup atau pengertian variabel-variabel yang diamati atau
diteliti, variabel tersebut diberi batasan atau definisi operasional. Definisi operasional
merupakan suatu definisi yang didasarkan pada karakteristik yang dapat diobservasi dari apa
yang sedang didefinisikan atau “Mengubah konsep-konsep yang berupa konstruk” dengan
kata-kata yang menggambarkan perilaku atau gejala yang dapat diamati dan yang dapat diuji
dan ditentukan kebenarannya oleh orang lain.
Definisi operasional adalah mendefiniskan variable secara operasional berdasarkan
karakteristik yang diamati, sehingga memungkinkan untuk melakukan observasi atau atau
pengukuran secara cermat terhadap suatu objuek atau fenomena (Notoatmodjo, 2010).
Adapun definisi operasional dalam penelitian ini sebagai berikut :
70
Tabel 2.1 Definisi Operasional
SKALA
NO VARIABEL DEFINISI ALAT UKUR CARA UKUR HASIL UKUR
PENGUKURAN
1. Variabel Dependen Pengetahuan atau pola KUESIONER WAWANCARA Jika skor 4-7: Baik Ordinal
pikir responden dalam
Pengetahuan pengelolaan sampah Jika skor 0-3: Buruk
pengelolaan sampah rumah tangga
rumah tangga
2. Variabel Independen Segala sesuatu yang KUESIONER WAWANCARA Jika skor 5-9: Baik Ordinal
responden ketahui
Pengetahuan mengenai perilaku
pengelolaan sampah Jika skor 0-4: Buruk
rumah tangga
3. Sikap Respon atau KUESIONER WAWANCARA Jika skor 25-35: Mendukung Nominal
pandangan responden
terhadap perilaku Jika skor 0-24:
pengelolaan sampah Tidak Mendukung
rumah
4. Sarana dan Prasarana Segala sesuatu yang KUESIONER WAWANCARA Jika skor 3-6: Memadai Nominal
dapat dipakai untuk
mengelola sampah Jika skor 0-2:
rumah tangga
Tidak Memadai
5. Ekonomi Suatu keadaan yang KUESIONER WAWANCARA Jika >UMR (3.270.936) : Ordinal
menunjukkan finansial
keluarga dan Mampu
perlengkapan material
71
yang dimiliki. Aspek Jika <UMR (3.270.936) :
pendapatan dilihat dari
upah minimum Tidak Mampu
kebupaten Tangerang
Rp. 3.270.936,13
6. Peran Tokoh Kegiatan tokoh KUESIONER WAWANCARA Jika skor 1: Mendukung Nominal
Masyarakat masyarakat, yaitu
kepala RT dan RW, Jika skor 0:
serta petugas Tidak Mendukung
kesehatan dalam
menjalankan program
kesehatan lingkungan
seperti memberikan
penyuluhan perilaku
pengelolaan sampah
rumah tangga di
daerah binaan
puskesmas
Tidak Mendukung
72
BAB III
METODE PENELITIAN
73
3.2.2 Sampel Pengumpulan Data
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Dalam hal ini yang
menjadi sampel adalah 13 orang anggota keluarga binaan di Desa Pangkalan,
Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten.
Dalam hal ini yang menjadi sampel adalah anggota dari keluarga binaan yang
memenuhi kriteria inklusi. Kriteria inklusi mencakup usia > 17 tahun, sehat mental
dan tidak cacat fisik. Responden adalah sebagian sampel yang mau berpartisipasi
pada penelitian ini diambil dari peneliti langsung melakukan observasi ke rumah
keluarga binaan dan pengumpulan data dengan kuesioner.
74
3.2.4 Jenis dan Sumber Data
3.2.4.1 Jenis Data
a. Data Kualitatif
Data kualitatif adalah data yang berbentuk kata-kata, bukan dalam bentuk
angka. Data kualitatif dari kelompok kami yaitu :
1. Observasi
Pada observasi kami dapatkan bahwa perilaku dari keluarga binaan kami
masuk ke kategori perilaku buruk dengan hasil yang ada dalam pre-survey
kami.
2. Wawancara
Pada wawancara keluarga binaan kami didapatkan nilai pengetahuan yang
baik dan sikap mendukung tentang pengelolaan sampah rumah tangga
b. Data Kuantitatif
Data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka atau bilangan. Sesuai
dengan bentuknya, data kuantitatif dapat diolah atau dianalisis menggunakan
teknik perhitungan matematika atau statistika. Data kuantitatif yang diperoleh
adalah berupa data diskrit dan data kontinu yaitu:
1. Data diskrit
Dalam penelitian ini terdapat 13 responden yang tercantum dalam diagram
4.1 mengenai jumlah perempuan dan laki - laki, diagram 4.3 mengenai
jumlah pekerjaan tiap-tiap anggota rumah tangga, diagram 4.4 mengenai
agama pada tiap-tiap anggota keluarga, dan 4.5 untuk data pendidikan.
2. Data kontinu diperoleh dari segi usia yang tercantum dalam diagram 4.2
75
1. Data primer
Data yang langsung didapat dari hasil observasi dan wawancara langsung ke
responden atau masyarakat yang menjadi objek penelitian, melalui hasil
wawancara terpimpin, analisis dan observasi pada keluarga binaandi Desa
Pangkalan, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten,
Oktober 2016.
Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Pengumpulan Data
TANGGAL KEGIATAN
Kamis, 23 Februari 2017 a. Perkenalan dan sambung rasa dengan keluarga
binaan
Jumat, 24 Februari 2017 a. Pengumpulan data dasar masing-masing keluarga
binaan
b. Diskusi kelompok menentukan area permasalahan
dengan menjabarkan permasalahan pada keluarga
binaan masing-masing.
"Perilaku Pengelolaan Sampah Rumah Tangga
pada Keluarga Binaan di Desa Pangkalan,
Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang,
Provinsi Banten"
Sabtu, 25 Februari 2017 a. Diskusi dengan dr. Husna
b. Pengumpulan data sekunder dari puskesmas Tegal
Angus tentang masalah terbanyak baik dari segi
medis dan non medis
c. Diskusi Kelompok:
1. Mengeumpulkan referensi yang berkaitan
dengan area masalah
2. Membuat kerangka teori dan pertanyaan
mengenai seputar faktor-faktor yang
berkalitan dengan area masalah
3. Menentukan teknik dan instrumen
pengumpulan data melalui wawancara
terpimpin, kuesioner, dan checklist
76
TANGGAL KEGIATAN
Selasa, 27 Februari 2017 a. Diskusi dengan drg. Detty
b. Diskusi Kelompok:
1. Membuat kerangka konsep
2. Membuat definisi operasional
3. Membuat kuesioner dan Checklist
4. Diskusi diagnosis dan intervensi komunitas
Kamis, 2 Maret 2017 a. Mengunjungi keluarga binaan untuk pengisian
kuisioner
Jumat, 3 Maret 2017 a. Diskusi dengan drg. Detty
b. Mengolah data yang diperoleh dari pengamatan
c. Menganalisis data dan menarik kesimpulan dari
hasil kuesioner dan checklist
d. Membuat laporan
Sabtu, 4 Maret 2017 e. Diskusi dengan drg. Detty
Kamis, 9 maret 2017 a. Melakukan intervensi ke keluarga binaan
77
c. Perilaku pengelolaan sampah rumah tangga
2. Faktor Pemungkin
a. Ketersediaan sarana dan prasarana seperti tempat sampah
3. Faktor Penguat
a. Dukungan petugas kesehatan
b. Dukungan tokoh masyarakat
78
BAB IV
HASIL ANALISA
Hasil analisis ini disajikan melalui bentuk diagram yang diambil dari data
karakteristik responden yang terdiri dari empat keluarga di Desa Pangkalan,
Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten yakni:
keluarga Keluarga Tn. Ahmad Suaib, keluarga Tn. Sardi, keluarga Tn. Aqim
keluarga Ny. Manis. Dengan jumlah 14 orang.
Jenis Kelamin
28,6 %
Perempuan
71,4 %
Laki-laki
Grafik 4.1 Pie Chart. Jenis Kelamin pada Keluarga Binaan di Desa Pangkalan, Kecamatan
Teluk Naga, Kabupaten Tangerang Provinsi Banten, September 2018
Berdasarkan dari grafik 4.1 tentang distribusi jenis kelamin pada keluarga binaan
didapatkan jumlah anggota keluarga yang terbanyak adalah yang berjenis kelamin Laki-
laki, yaitu sebanyak 10 orang (71,4 %).
79
Usia
70%
60%
50%
40%
30%
Usia
20%
10%
0%
<17 17-20 21-40 41-60 >60
tahun tahun tahun tahun tahun
Grafik 4.2 Diagram Garis. Usia pada Keluarga Binaan di Desa Pangkalan, Kecamatan Teluk
Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, September 2018
Berdasarkan dari grafik 4.2 tentang frekuensi berdasarkan usia pada keluarga
binaan didapatkan jumlah anggota keluarga terbanyak adalah yang berusia antara 21-
40 tahun yaitu sebanyak 6 orang.
Pekerjaan
Tidak Bekerja
21,4 %
Pelajar
Pegawai Swasta
50 %
14,2 % Petani
Buruh
Supir
7,2 %
7,2 %
Grafik 4.3 Pie Chart Pekerjaan pada Keluarga Binaan di Desa Pangkalan, Kecamatan Teluk
Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, September 2018
80
Berdasarkan dari grafik 4.3 tentang frekuensi berdasarkan pekerjaan pada
keluarga binaan didapatkan jumlah anggota keluarga yang bekerja terbanyak adalah
sebagai buruh yaitu 7 orang (50%).
Agama
14
12
10 100%
8
6 Agama
4
2
0
Islam kristen hindu budha
Grafik 4.4 Diagram Batang Agama pada Keluarga Binaan di Desa Pangkalan, Kecamatan
Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, September 2018
Pendidikan
21,4 %
21,4 % Tidak Sekolah
SD
14,2 %
SMP
43% SMA/SMK
Grafik 4.5 Pie Chart Pendidikan pada Keluarga Binaan di Desa Pangkalan, Kecamatan
Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, September 2018
81
Berdasarkan dari grafik 4.5 tentang frekuensi berdasarkan pendidikan pada
keluarga binaan didapatkan jumlah anggota keluarga yang tamatan SD terbanyak
adalah sebanyak 6 orang (43%).
Hasil analisis data disajikan dalam bentuk tabel dan diagram berdasarkan
variabel - variabel dalam check list dan kuesioner yang diambil langsung pada lima
rumah keluarga binaan pada bulan Februari 2017.
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Aspek Pengetahuan terhadap Pengelolaan Sampah Rumah
Tangga pada Keluarga Binaan di Desa Pangkalan, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten
Tangerang, Provinsi Banten, Februari 2017
Aspek Pengetahuan terhadap
Jumlah Persentase
Pengelolaan sampah rumah tangga
Baik 8 62 %
Buruk 5 38%
Total 13 100%
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Aspek Sikap terhadap Pengelolaan Sampah Rumah Tangga
pada Keluarga Binaan di Desa Pangkalan, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang,
Provinsi Banten, Februari 2017
Aspek Sikap terhadap
pengelolaan sampah rumah Jumlah Persentase
tangga
Mendukung 9 70 %
Tidak Mendukung 4 30 %
Total 13 100%
82
Berdasarkan dari Tabel 4.2 didapatkan bahwa sebanyak 9 responden (70%)
memiliki sikap mendukung pengelolaan sampah rumah tangga yang baik, 4 responden
(30%) tidak mendukung.
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Aspek Ketersediaan Sarana dan Prasarana terhadap
Pengelolaan Sampah Rumah Tangga pada Keluarga Binaan di Desa Pangkalan, Kecamatan
Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, Februari 2017
Aspek Sarana dan Prasarana terhadap Jumlah Persentase
Pengelolaan Sampah Rumah Tangga
Memadai 0 0%
Tidak Memadai 13 100 %
Total 13 100 %
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Aspek Status Ekonomi terhadap Pengelolaan Sampah Rumah
Tangga pada Keluarga Binaan di Desa Pangkalan, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten
Tangerang, Provinsi Banten, Februari 2017
Status Ekonomi terhadap Jumlah Persentase
Pengelolaan Sampah Rumah Tangga
Mampu 0 0%
Tidak Mampu 13 100 %
Total 13 100%
83
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Aspek Perilaku Pengelolaan Sampah Rumah Tangga pada
Keluarga Binaan di Desa Pangkalan, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi
Banten, Februari 2017
Aspek Perilaku Jumlah Persentase
Baik 3 23%
Buruk 10 77%
Total 13 100 %
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Aspek Pengaruh Peran Tokoh Masyarakat dalam Pengelolaan
Sampah Rumah Tangga pada Keluarga Binaan di Desa Pangkalan, Kecamatan Teluk Naga,
Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, Februari 2017
Aspek Peran Tokoh Msyarakat Jumlah Persentase
Mendukung 0 0%
Buruk 13 100%
Total 13 100 %
Berdasarkan Tabel 4.6 tampak bahwa 100% belum ada peran tokoh masyarakat
dan tenaga kesehatan dalam Pengelolaan Sampah Rumah Tangga pada Keluarga
Binaan di Desa Pangkalan, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi
Banten.
Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Aspek Pengaruh Peran Petugas Kesehatan dalam Pengelolaan
Sampah Rumah Tangga pada Keluarga Binaan di Desa Pangkalan, Kecamatan Teluk Naga,
Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, Februari 2017
Aspek Peran Tenaga Kesehatan Jumlah Persentase
Mendukung 0 0%
Buruk 13 100%
Total 13 100 %
Berdasarkan Tabel 4.7 tampak bahwa 100% belum ada peran tenaga kesehatan
dalam Pengelolaan Sampah Rumah Tangga pada Keluarga Binaan di Desa Pangkalan,
Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten.
84
4.2 Rencana Intervensi Pemecahan Masalah
85
Sikap Pengetahuan Sarana prasarana
Sampah rumah tangga
Metode pengelolaan sampah rumah
tangga yang baik dan benar kurang warga dibuang di tempat
tersosialisasi yang tidak semestinya
Kurangnya pengetahuan warga Tidak ada petugas kebersihan dan TPS
setempat dalam memilah jenis
yang memadai untuk menampung
sampah dan mengelola sampah
sehingga semua jenis sampah sampah rumah tangga warga
dibakar
Kurangnya perhatian petugas
Tidak pernah dilakukan kebersihan terhadap
program penyuluhan mengenai ketersediaan tempat sampah
cara pemilahan jenis sampah pribadi warga dan TPS Perilaku Pengelolaan
dan bahaya membakar sampah Sampah Rumah Tangga
Pada Keluarga Binaan di
Tidak terjalinnya komunikasi Pendidikan masih rendah Desa Pangkalan
antara kader setempat dengan sehingga pekerjaan dan
puskesmas penghasilan rendah juga
86
Tabel 4.6 Alternatif Pemecahan Masalah dan Rencana Intervens
No. Alternatif
Akar Penyebab Masalah Rencana Intervensi Intervensi Yang Dilakukan
Pemecahan Masalah
1. Kurangnya tingkat pendapatan Menambah pendapatan dengan Memberikan penyuluhan tentang Memberikan penyuluhan dan diskusi
cara menjual sampah ke bank penjualan sampah ke bank mengenai jenis sampah yang dapat
sampah sampah agar menambah dijual ke bank sampah.
pendapatan keluarga
2. Tidak pernah dilakukan Memberitahu tentang Memberikan sosialisasi, Memberikan penyuluhan, diskusi dan
program penyuluhan
macam-macam jenis sampah penyuluhan, dan pengetahuan demonstrasi kepada keluarga binaan
mengenai cara pemilahan
jenis sampah dan bahaya rumah tangga dan bahaya tentang pemilahan sampah rumah tentang cara pemilahan sampah rumah
membakar sampah tangga dan bahaya membakar tangga serta menonton video tentang
membakar sampah bagi
sampah bagi kesehatan bahaya membakar sampah
kesehatan
3. Kurangnya perhatian petugas Mengadakan sarana dan Memberikan sarana dan Memberikan tempat sampah ke
kebersihan terhadap prasarana yang dibutuhkan prasarana yang dibutuhkan untuk masing-masing keluarga binaan untuk
ketersediaan tempat sampah membedakan sampah kering dan
pribadi warga dan TPS (seperti tempat sampah dan pengelolaan sampah rumah
basah.
TPS) tangga yang baik
87
4. Kurangnya Peran Tokoh Memberikan penyuluhan di Memberikan penyuluhan dan Melakukan penyuluhan kepada keluarg
Masyarakat dan Petugas pendidikan tentang pengelolaan a binaan tentang pengelolaan sampah r
sekitar keluarga binaan
Kesehatan
sampah rumah tangga pada umah tangga
keluarga binaan
88
BAB V
5.1 SIMPULAN
5.1.1 Area Masalah
Berdasarkan wawancara dan pengumpulan data dari kunjungan ke
keluarga binaan yang bertempat tinggal di Desa Pangkalan, Kecamatan
Teluk Naga Kabupaten Tangerang Provinsi Banten, maka dilakukanlah
diskusi kelompok dan merumuskan serta menetapkan area masalah yaitu
“Perilaku Pengelolaan Sampah Rumah Tangga pada Keluarga
Binaan di Desa Pangkalan, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten
Tangerang, Provinsi Banten,”
89
4. Mengadakan sarana dan prasarana yang dibutuhkan
5.2 SARAN
1. Mengusulkan kepada pemerintah untuk pengadaan sarana dan prasarana yang
mendukung pengelolaan sampah rumah tangga
2. Mengusulkan kepada pemerintah untuk meningkatkan program - program yang
berhubungan tentang pengelolaan sampah rumah tangga
3. Peningkatan peran serta dari kader setempat dalam mengontrol pengelolaan
sampah rumah tangga secara berkala.
90
DAFTAR PUSTAKA
Cecep Dani Sucipto, 2012. Teknologi Pengolahan Daur Ulang Sampah, Yogyakarta:
Gosyen Publishing
Faizah. 2008. Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Berbasis Masyarakat (Studi Kasus di
Kota Yogyakarta), Thesis, Semarang: Program Pasca Sarjana Ilmu Lingkungan
Universitas Diponegoro
Notoatmodjo S. 2003. Pendidilkan dan Ilmu Perilaku. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta
Prabowo. 1996. Memahami Penelitian Kualitatif. Penerbit Remaja Rodaskarya.
Bandung.
Notoatmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Prilaku. Jakarta : Rineka Cipta.
Sri Muniati Djamaludin, Sri Wahyono tentang Pengomposan Sampah Skala Rumah
Tangga
TSSM Provinsi Jawa Timur. 2009. Materi Dakwah Sanitasi untuk Sanitasi Total
Berbasis Masyarakat. Surabaya. Diakses dari http://stbm-indonesia.org/wp/wp-
91
content/uploads/2009/12/Materi-Dakwah-Sanitasi-untuk-Sanitasi-Total-Berbasis-
Masyarakat.pdf pada 4 September 2014
92
LAMPIRAN 1
PRE SURVEY
Nama Responden :
Usia :
Jenis Kelamin :
Pengetahuan
93
b. Kertas, plastic dan kardus
c. Kertas, kardus dan sisa buah
8. Apa yang anda ketahui tentang syarat tempat sampah yang baik?
a. Tidak terdapat penutup
b. Mudah dihinggapi lalat
c. Mudah dibersihkan
9. Dibawah ini manakah yang dapat terjadi pencemaran akibat pembuangan
sampah yang tidak teratur?
a. Air, udara, tanah
b. Udara dan tanah
c. Tidak terjadi pencemaran
10. Dibawah ini manakah yang bukan termasuk dalam program 3R?
a. Recycle (didaur ulang)
b. Repair (perbaikan)
c. Reuse (digunakan lagi)
Sikap
1. Apakah anda setuju setiap rumah tangga harus mempunyai tempat pembuangan
sampah sementara?
a. Setuju
b. Tidak setuju
2. Apakah anda setuju bahwa sampah harus dipisahkan antara yang mudah
membusuk dan tidak mudah membusuk?
a. Setuju
b. Tidak setuju
3. Apakah anda setuju sampah yang dihasilkan setiap rumah tangga sebisa
mungkin harus dikurangi jumlahnya untuk mengurangi dampak negative akibat
sampah?
a. Setuju
b. Tidak setuju
4. Apakah anda setuju bahwa pembakaran sampah merupakan cara terbaik untuk
mengelola sampah?
a. Setuju
b. Tidak setuju
5. Apakah anda setuju bahwa setiap desa memerlukan petugas kebersihan untuk
membersihkan sampah?
a. Setuju
b. Tidak setuju
6. Apakah anda setuju sampah yang menumpuk dapat menyebabkan berbagai
penyakit?
a. Setuju
94
b. Tidak setuju
7. Apakah anda setuju membakar sampah boleh dilakukan asal dengan api yang
besar dan tidak menimbulkan banyak asap?
a. Setuju
b. Tidak setuju
8. Apakah anda setuju jika tempat penampungan sampah harus tertutup rapat agar
tidak dihinggapi lalat dan kecoak?
a. Setuju
b. Tidak setuju
9. Apakah anda setuju jika membakar sampah dapat mencemari udara?
a. Setuju
b. Tidak setuju
10. Apakah anda setuju jika sebaiknya sampah yang mudah membusuk tidak
ditimbun didalam rumah?
a. Setuju
b. Tidak setuju
Perilaku
NO KOMPONEN YA TIDAK
95
LAMPIRAN II
KUESIONER
KARAKTERISTIK RESPONDEN
1. Nama :
2. Umur :
3. Jenis kelamin :
4. Status dalam keluarga :
5. Alamat :
6. Pekerjaan :
7. Pendidikan Terakhir :
ASPEK PENGETAHUAN
1. Apa yang anda ketahui mengenai sampah?
a. Sesuatu yang tidak dipakai dan tidak disenangi dan harus dibuang yang
umumnya berasal dari kegiatan manusia
b. Sesuatu yang berasal dari kegiatan manusia termasuk kotoran
c. Tidak tahu
96
3. Manakah dibawah ini yang termasuk sampah basah (mudah terurai) ?
a. Sampah plastik
b. Sampah sayuran
c. Sampah botol kaca
5. Dibawah ini merupakan salah satu cara mengelola sampah yang baik dan benar,
yaitu :
a. Sampah kaleng dibuang di saluran air
b. Sampah plastik ditimbun
c. Sampah kertas didaur ulang
6. Apa yang anda ketahui tentang salah satu syarat tempat sampah yang baik?
a. Memiliki penutup
b. Mudah dihinggapi lalat
c. Mudah hancur
97
8. Dibawah ini manakah penyakit yang dapat ditimbulkan akibat membuang
sampah sembarangan?
a. TBC, dan pusing
b. Diare, dan tipes
c. Darah tinggi dan kencing manis
ASPEK SIKAP
SANGAT
SANGAT RAGU- TIDAK
NO KOMPONEN SETUJU TIDAK
SETUJU RAGU SETUJU
SETUJU
98
6. sampah-sampah yang bisa
didaur ulang sebaiknya
tidak ikut dibuang namun
didaur ulang agar dapat
lebih bermanfaat
ASPEK PERILAKU
NO KOMPONEN YA TIDAK
99
2. Apakah dilingkungan anda tinggal terdapat program bank sampah (program
yang mengatur sampah bisa dijual kembali)?
a. Iya
b. Tidak
6. Apa saja yang telah dilakukan petugas kebersihan terhadap sampah di lingkungan
anda?
a. Mengangkut sampah
b. Pembersihan kali
c. Tidak ada tindakan
ASPEK EKONOMI
100
2. Seberapa besar biaya yang anda keluarkan untuk mengelola sampah rumah
tangga dalam sebulan ?
a. < Rp10.000,00
b. Rp 10.000,00 – Rp 50.000,00
c. > Rp 50.000,00
d.Tidak mengeluarkan biaya
1. Apakah tokoh masyarakat setempat (Kepala desa, ketua RT/RW, lurah dan
camat) pernah memberikan penyuluhan mengenai pengelolaan sampah rumah
tangga yang benar ?
a. Pernah
b. Tidak pernah
a. Pernah
b. Tidak pernah
101
Skoring Kuesioner
1. Indikator Penilaian untuk Pengetahuan :
Jika jawaban BENAR nilai :1
Jika jawaban SALAH nilai :0
Total :
Jumlah total 5 – 9 : Pengetahuan BAIK
Jumlah total 0 – 4 : Pengetahuan BURUK
Total nilai = 9 Pengetahuan Baik
102
Total :
Jumlah total 3 - 6 : Perilaku MEMADAI
Jumlah total 0 - 2 : Perilaku TIDAK MEMADAI
Total Nilai = 6 Memadai
103
LAMPIRAN III
104
105
%
106