Вы находитесь на странице: 1из 106

BAB I

LATAR BELAKANG

1.1 Gambaran Umum Desa Pangkalan

1.1.1 Keadaan Umum Secara Geografis

Desa Pangkalan terletak ± 0,5 km dari pusat Pemerintahan Kecamatan Teluk Naga
dengan jarak ± 10 menit dan ± 50 km dari pusat kota pemerintahan Kabupaten Tangerang,
dengan jarak ± 2 jam. Luas wilayah Desa Pangkalan 798,975 Ha yang terdiri dari lahan
pertanian seluas 349,180 Ha dan lahan pemukiman seluas 449,795 Ha. Desa Pangkalan
merupakan salah satu desa binaan dari Puskesmas Tegal Angus. Terdapat enam desa binaan
Puskesmas Tegal Angus, yaitu sebagai berikut (RPJM Desa Pangkalan, 2015) :
a) Desa Lemo
b) Desa Tanjung Pasir
c) Desa Tanjung Burung
d) Desa Pangkalan
e) Desa Tegal Angus
f) Desa Muara

Gambar 1.1 Peta Desa Pangkalan


Sumber : Puskesmas Tegal Angus Tahun 2015

1
1.1.2 Batas Wilayah

Batas – batas wilayah Desa Pangkalan seperti yang terlihat pada gambar adalah
sebagai berikut :
1) Sebelah utara berbatasan dengan Desa Tanjung Pasir
2) Sebelah timur berbatasan dengan Desa Tegal Angus, Kampung Besar, Melayu
Barat
3) Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Kampung Melayu Barat
4) Sebelah barat berbatasan dengan Desa Tanjung Burung

Gambar 1.2 Peta Batas Wilayah Desa Pangkalan


Sumber : Laporan Puskesmas Tegal Angus Tahun 2015

1.1.3 Gambaran Secara Demografi


1.1.3.1 Kependudukan

Desa Pangkalan sampai dengan tahun 2015 tercatat sebanyak 17.152 jiwa,
dengan jumlah rumah tangga 5.362 rumah tangga, jumlah terdiri dari laki-aki 8824 jiwa
dan perempuan 8.328 jiwa. Berdasarkan data dari Kecamatan Teluk Naga pada tahun
2015, jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Tegal Angus adalah 54.711 jiwa yang
tersebar di 6 desa seperti yang tercantum pada tabel dibawah ini:

2
Tabel 1.1 Jumlah Penduduk di Wilayah Kerja Puskesmas Tegal Angus
No Desa/Kelurahan Luas Jumlah Jumlah Jumlah Rata-rata Kepadatan
Wilayah Penduduk KK Rumah jiwa/rumah Penduduk
(km )2
(jiwa) (per km2)

1 Pangkalan 7.54 17.152 5.362 3.229 4.08 2.24


2 Tanjung Burung 5.24 7.911 2.685 1572 4.5 1.48
3 Tegal Angus 2.83 9.488 2.900 1895 4.6 3.31
4 Tanjung Pasir 5.64 9.975 1.823 2319 4.6 1.73
5 Muara 5.14 3.563 492 793 4.4 6.86
6 Lemo 3.61 6.622 655 1408 4.4 1.82
Jmlh 30.02 54.711 13.917 10.745 4.6 10.364
Sumber : Kantor Statistik Puskesmas Tegal Angus, 2015

1.1.3.2 Kondisi Sosial Ekonomi

Lapangan pekerjaan penduduk di Desa Pangkalan cukup beragam. Mata pencaharian


penduduk didominasi oleh petani, buruh, dan pedagang. Namun masih banyak penduduk
yang tidak memiliki pekerjaan.

Tabel 1.2 Tingkat Kesejahteraan Masyarakat (dalam KK/Jiwa)


Ekonomi Ekonomi Ekonomi
Tinggi Sedang Rendah
15% 35% 50%
Sumber : Buku Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa Pangkalan, tahun 2015

1.1.3.3 Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan masyarakat sangat berperan dalam membentuk sikap dan


perilaku masyarakat terhadap program kesehatan, sehingga pendidikan sangat berperan
dalam pembangunan kesehatan.

3
Tabel 1.3 Sarana Pendidikan Desa Pangkalan
Sarana Pendidikan Jumlah
TK (sederajat) 2 Unit
SD (sederajat) 6 Unit
SMP (sederajat) 2 Unit
SMA (sederajat) 1 Unit
Perguruan Tinggi 1 Unit
Lembaga Keterampilan (kursus) 1 Unit
Sumber: Buku Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa Pangkalan, tahun 2015

Tingkat pendidikan di Desa Pangkalan masih tergolong rendah. Dari 16.247 jiwa
penduduk Desa Pangkalan, hanya sedikit yang menyelesaikan jenjang pendidikan sarjana.

Tabel 1.4 Tingkat Pendidikan di Desa Pangkalan


Tidak Tamat SD SD SMP SMA Sarjana
672 1.820 879 231 15
Sumber : Buku Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa Pangkalan, tahun 2015

1.1.3.4 Lapangan Pekerjaan

Lapangan pekerjaan penduduk di wilayah kerja Puskesmas Tegal Angus cukup


beragam, hal ini berhubungan dengan geografis kecamatan Tegal Angus dimana terdapat
persawahan dan berbatasan dengan laut serta daerah kota Tangerang dan akses ke daerah
Jakarta. Sebagian besar wilayah kerja Puskesmas Tegal Angus belum berkembang secara
ekonomi. Mata pencaharian penduduk didominasi oleh nelayan, petani dan buruh dengan
pendapatan yang tidak tetap. Jumlah penduduk miskin di wilayah kerja Puskesmas Tegal
Angus pada tahun 2015 adalah 31.898 jiwa yaitu 59.3% dari jumlah penduduk 53.822
jiwa.

4
Tabel 1.5 Lapangan Pekerjaan Penduduk
No. Lapangan Kerja Penduduk Jumlah
1 Buruh 4592
2 Buruh industri 13757
3 Industri rakyat 13536
4 Nelayan 386
5 Pedagang 6373
6 Pengangguran 4004
7 Pensiunan PNS 45
8 Pensiunan TNI/POLRI 43
9 Perangkat Desa 141
10 Pertukangan 4109
11 Petani Pemilik 13316
12 Petani Penggarap 6063
13 PNS 222
14 TNI/POLRI 65
Sumber : Kantor Statistik Puskesmas Tegal Angus, tahun 2015

1.1.3.5 Sarana Kesehatan

Berikut adalah sarana kesehatan yang ada di Desa Pangkalan :


Tabel 1.6 Sarana Kesehatan di Desa Pangkalan
Sarana Kesehatan Jumlah
Apotek 1 Unit
Balai Pengobatan 2 Unit
Klinik Khitan 1 Unit
Poliklinik 3 Unit
Praktik Bidan 3 Unit
Praktik Dokter 2 Unit
Sumber : Buku Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa Pangkalan, tahun 2015

5
1.1.4 Puskesmas Tegal Angus

1.1.4.1 Visi dan Misi

Dalam Mendukung terwujudnya Visi Kabupaten Tangerang dan pembangunan


Pemerintah Tangerang dan khususnya Kecamatan Teluk Naga dalam bidang kesehatan
maka dirumuskannya Visi Pembangunan Kesehatan Puskesmas Tegal Angus yaitu:

“MENUJU PELAYANAN PRIMA”

Untuk mewujudkan hal tersebut diatas, ditetapkan 4 Misi pembangunan kesehatan


sebagai berikut:
1) Menggerakkan pembangunan berwawasaan kesehatan di wilayah kerjanya.
2) Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat di wilayah
kerjanya.
3) Memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan, dan keterjangkauan pelayanan
kesehatan yang diselenggarakan.
4) Memilihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga, dan masyarakat
beserta lingkungannya.

1.1.4.2 Wilayah Kerja

Wilayah kerja Puskesmas Tegal Angus berada di wilayah Kecamatan Teluk


Naga bagian utara yang terdiri dari enam desa binaan yaitu Desa Pangkalan, Tanjung
Burung, Tegal Angus, Tanjung Pasir, Muara dan Lemo.

Gambar 1.3 Peta Wilayah Kerja Puskesmas Tegal Angus Tahun 2015
Sumber : Laporan Kinerja Puskesmas Tegal Angus Tahun 2015

6
1.1.4.3 Program Kerja

a. Upaya kesehatan wajib yaitu upaya promosi kesehatan, kesehatan lingkungan,


kesehatan ibu dan anak termasuk keluarga berencana, perbaikan gizi masyarakat,
pencegahan dan pemberantasan penyakit menular, dan pengobatan.
b. Upaya kesehatan pengembangan yang ditetapkan puskesmas bersama dinas
kesehatan kabupaten sesuai dengan permasalahan, kebutuhan dan kemampuan
Puskesmas Tegal Angus seperti lansia, napza, kesehatan remaja, dan pengembangan
gigi dan mulut.
c. Pelaksanaan manajemen puskesmas yang meliputi:
1) Proses penyusunan perencanaan, pelaksanaan lokakarya mini, dan pelaksanaan
penilaian kinerja.
2) Manajemen sumber daya termasuk manajemen alat, obat, keuangan dan lain –
lain.
d. Mutu pelayanan puskesmas yang meliputi: penilaian input pelayanan berdasarkan
standar yang ditetapkan, penilaian proses pelayanan kesehatan dengan menilai
tingkat kepatuhan terhadap standar pelayanan yang ditetapkan, penilaian output
pelayanan berdasarkan upaya kesehatan yang diselenggarakan, dan penilaian
outcome pelayanan antara lain pengukuran kepuasan pengguna jasa puskesmas.

1.1.4.4 Kesehatan Lingkungan

Kesehatan lingkungan merupakan aspek yang penting di bidang kesehatan, upaya


peningkatan kualitas lingkungan merupakan langkah yang tepat dalam meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat dan keluarga yang lebih baik. Berikut ini upaya – upaya
peningkatan kualitas lingkungan bagi kesehatan yang dilakukan di Puskesmas Tegal
Angus :

1) Perilaku Hidup Bersih Sehat


Pembinaan perilaku hidup bersih dan sehat di Puskesamas dilakukan melalui
program promosi kesehatan yaitu penyebarluasan informasi kesehatan untuk
meningkatkan derajat kesehatan. Perilaku hidup bersih dan sehat di masyarakat dapat
menggambarkan derajat kesehatan wilayah tersebut, hal ini dapat disajikan dengan
indikator PHBS, adapun dari hasil kajian PHBS di wilayah Puskesmas Tegal Angus di
Desa Pangkalan pada Tahun 2016 digambarkan sebagai berikut dengan jumlah 210 Kepala

7
Keluarga :
1) Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan (57,6%)
2) Pemberian ASI eksklusif (42,4%)
3) Penimbangan bayi dan balita (91,9%)
4) Penggunaan air bersih (95,7%)
5) Cuci tangan dengan air bersih, mengalir, dan sabun (70%)
6) Penggunaan jamban sehat (66,6%)
7) Rumah yang bebas jentik (61,4%)
8) Olahraga atau melakukan aktifitas fisik setiap hari (33,3%)
9) Konsumsi makanan seimbang (57%)
10) Tidak merokok dalam rumah (33,5%)

Berdasarkan kajian PHBS di atas didapat ada beberapa yang cakupannya masih
rendah hal ini dikarenakan:
a. Penduduk miskin masih banyak, sehingga yang mempunyai jamban sehat sedikit
b. Tingkat pendidikan yang masih rendah sehingga kurangnya kesadaran tentang ASI
eksklusif, aktifitas fisik, dan merokok di dalam rumah
c. Kurangnya kader jumantik sehingga kegiatan pemeriksaan jentik berkala kurang
optimal.

2) Penyehatan Perumahan
Rumah merupakan tempat berkumpul dan beristirahat bagi semua anggota keluarga
dan untuk menghabiskan sebagian besar waktunya, sehingga kondisi kesehatan perumahan
dapat berperan sebagai media penularan penyakit diantara anggota keluarga atau tetangga
sekitarnya.
Rumah sehat adalah rumah tinggal yang memenuhi syarat kesehatan, hasil
pemantauan selama tahun menunjukkkan dari 1260 rumah yang diperiksa sebanyak 33,3%
yang memenuhi syarat kesehatan.
Hal ini menunjukkan bahwa masih banyak masyarakat yang ada di wilayah
Puskesmas Tegal Angus mempunyai rumah yang tidak sehat, hal ini dikarenakan tingkat
ekonomi dan pendidikan yang masih rendah, pengetahuan tentang rumah sehat yang
kurang. Perlu kerjasama lintas sektoral untuk meningkatkan jumlah rumah sehat.

8
3) Pemenuhan Kebutuhan Sarana Sanitasi Dasar
Pemenuhan kebutuhan sarana sanitasi dasar di wilayah Puskesmas Tegal Angus
sangat kurang sekali seperti yang terlihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 1.7 Laporan Cakupan Keluarga Dengan Kepemilikan Sarana Sanitasi Dasar Triwulan IV
TEMPAT SAMPAH
JUMLAH JUMLAH
NO PUSKESMAS DESA
PENDUDUK KK % % %
JKM JKP JKS
JKM JKP KKS
Tanjung
Tegal Angus 7,754 2,685 618 91 33 23.01 14.72 36.26
Burung

Pangkalan 16,871 5,362 1,035 219 98 19.30 21.15 44.74

Tegal
9,378 2,900 720 74 29 24.82 10.28 39.19
Angus
Tanjung
9,738 1,823 447 66 40 24.52 14.77 60.61
Pasir

Muara 3,524 492 124 25 18 25.20 20.16 72.00

Lemo 6,557 655 162 30 21 24.73 18.52 70.00

JUMLAH 53,822 13,917 3,106 500 239 22.31 16.10 47.80

Puskesmas Tegal Angus Tahun 2016


Sumber : Data Program Kesling PKM Tegal Angus, tahun 2016

Keterangan:
JKM : Jumlah KK Memiliki
JKP : Jumlah KK Periksa
JKS : Jumlah KK Sehat

Seperti yang terlihat pada tabel di atas bahwa dari jumlah rumah yang diperiksa
mengalami penurunan, hal ini dikarenakan tidak adanya sanitarian di Puskesmas Tegal
Angus sehingga kurang tenaga untuk memeriksa sanitasi dasar. Dilihat dari jumlah
kepala keluarga di Desa Pangkalan yang memiliki hanya 19,3% KK yang memiliki
tempat sampah, kemudian dari jumlah KK yang diperiksa jumlah yang memiliki tempat
sampah sehat hanya 44,74%. Jumlah tersebut masih kurang karena tidak mencapai angka
target yaitu 50%. Berbagai faktor seperti tingkat pengetahuan, pendidikan, ekonomi,
sosial, dan kesadaran penduduk yang masih rendah menyebabkan sulitnya meningkatkan
kesehatan sanitasi masyarakat.

9
4) Penyehatan Tempat Tempat Umum (TTU)
Pengawasan terhadap TTU dilakukan untuk meminimalkan faktor resiko sumber
penularan bagi masyarakat yang memanfaatkan TTU. Bentuk kegiatan yang dilakukan
antara lain meliputi pengawasan kualitas lingkungan TTU secara berkala, bimbingan,
penyuluhan, dan sarana perbaikan. Tidak adanya tenaga sanitarian dan kurangnya tenaga
di Puskesmas Tegal Angus menyebabkan pembinaan di TTU tidak dapat dilakukan.

5) Penyehatan Makanan dan Minuman


Makanan dan minuman adalah kebutuhan pokok manusia dan sumber utama
kehidupan bagi umat manusia, maka dengan itu makanan yang tidak dikelola dengan
baik justru akan menjadi sumber media yang sangat efektif didalam penularan penyakit
saluran pencernaan.

1.1.4.5 Sepuluh Besar Penyakit

Berdasarkan hasil laporan bulanan penyakit (LBI) Puskesmas Tegal Angus


didapatkan gambaran pola penyakit yang terjadi di Puskesmas Tegal Angus pada tahun
2015 menurut golongan semua umur seperti grafik berikut ini :

Grafik 1.1 Sepuluh Besar Penyakit Puskesmas Tegal Angus Tahun 2016

450
400
350
300
250
200
150
100
50
0

Sumber : Data Surveillance Puskesmas Tegal Angus, 2016

Dari grafik 1 di atas didapatkan ISPA masih menjadi angka kesakitan tertinggi dan
diare termasuk 10 besar penyakit terbanyak di Puskesmas Tegal Angus. Penyakit terbanyak

10
adalah penyakit-penyakit menular seperti ISPA, disusul dengan penyakit sakit kepala dan
demam yang tidak diketahui penyebabnya. Dari grafik diatas penyakit dengan angka
kunjungan yang paling banyak adalah ISPA dengan 38,1 %, disusul dengan sakit kepala 9
%, dermatitis 8 %, Hipertensi essensia 7,5 %, TB (suspek) 7%, gastritis 6,9 %, demam 6,7
%, gangguan gigi 6,5 %, myalgia 4,8 % dan batuk 4,6 %.

1.2 Gambaran Keluarga Binaan

Keluarga binaan berada di Desa Pangkalan, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten


Tangerang, Provinsi Banten. Keluarga binaan kelompok kami terdiri dari lima kepala
keluarga, yaitu:

1. Keluarga Tn. Slamet Riyadi


2. Keluarga Tn. Nurwahyudin
3. Keluarga Tn. Diding
4. Keluarga Tn. Marsita
5. Keluarga Tn. Enin
Adapun lokasi pemukiman keluarga binaan kelompok kami adalah sebagai berikut:

Gambar 1.4 Denah Lokasi Rumah Keluarga Binaan,


Desa Pangkalan, Kecamatan Tegal Angus, Kabupaten Tangerang, Februari 2017

11
1.2.1 Keluarga Tn. Slamet Riyadi

1. Data Dasar Keluarga Tn. Slamet Riyadi

Keluarga binaan pertama adalah Tn. Slamet. Terdapat empat orang anggota keluarga,
yaitu Tn. Slamet sebagai kepala keluarga, Ny. Perawati sebagai ibu rumah tangga dan 2
anak laki-laki bernama An. Dendi dan An. Fadhilah.

Tabel 1.8 Data Dasar Keluarga Tn. Slamet Riyadi


No Nama Status Jenis Usia Pendidikan Pekerjaan
Keluarga Kelamin (tahun) Terakhir
(L/P)

1. Tn. Slamet Kepala L 37 SMP Buruh


Keluarga Pabrik

2. Ny. Qomariah Istri P 33 SD Ibu Rumah


Tangga

3. An. Dendi Anak pertama L 9 SD Pelajar

4. An. Fadhilah Anak kedua L 1 - -

Keluarga Tn. Slamet bertempat tinggal di Desa Pangkalan, RT 02 RW 03, Kecamatan


Teluk Naga, Kabupaten Tangerang. Keluarga tersebut terdiri dari suami, istri, dan 2 orang
anak. Tn. Slamet sebagai kepala keluarga, berusia 37 tahun dan bekerja sebagai buruh
pabrik. Sedangkan Ny. Perawati sebagai istri sekaligus ibu rumah tangga, berusia 29 tahun
dan bekerja sebagai ibu rumah tangga. An. Dendi sebagai anak pertama berusia 9 tahun
serta An. Fadhilah sebagai anak kedua berusia 1 tahun.
Tn. Slamet bekerja sebagai buruh pabrik dengan penghasilan Rp 1.500.000,00 / bulan.
Pendidikan terakhir Tn. Slamet adalah sekolah menengah pertama. Sedangkan Ny. Perawati
tidak bekerja dan pendidikan terakhirnya adalah sekolah dasar. Tn. Slamet, Ny. Perawati,
dan An. Dendi dapat membaca dan menulis. Pasangan ini menikah saat Tn. Slamet berumur
27 tahun dan Ny. Perawati berusia 23 tahun. Saat hamil Ny. Perawati memeriksakan
kehamilannya di bidan dekat rumahnya dan dilahirkan di bidan tersebut.

12
2. Bangunan Tempat Tinggal
Keluarga Tn. Slamet tinggal di perumahan yang padat. Rumah ini milik sendiri, dengan
luas tanah sekitar 45 m2 dan luas bangunan berukuran 5m x 9m. Rumah ini merupakan
rumah yang dibangun dari tanah orang tua sejak tahun 2016. Bangunan rumah ini tidak
bertingkat, dinding rumah ini terbuat dari batu bata, berlantai keramik, atap rumah
menggunakan asbes. Rumah Tn. Slamet terdiri dari dua ruang kamar tidur, satu ruang
keluarga, satu dapur, tidak memiliki kamar mandi.
Ruang keluarga berukuran 2m x 2,5m beralaskan lantai, terdapat TV, lemari dan rak
sepatu.Di dalam rumah terdapat dua kamar tidur dengan ukuran masing-masing sekitar 2m
x 2m yang dipisahkan hanya oleh dinding dari batu bata dan satu kamar tidur berukuran
sekitar 2m x 1,5m. Ventilasi hanya ada di satu kamar tidur berupa jendela kaca, sedangkan
satu kamar lainnya tidak memiliki ventilasi tetapi mempunyai balok kaca untuk penerangan
cahaya matahari sertaditiap kamar ada penerangan lampu.Dapur Tn. Slamet berukuran
sekitar 1m x 0,5m. Dapur terlihat rapi dan memiliki ventilasi langsung dari keluar rumah.
Sumber air terlihat tidak jernih dan relatif keruh.Air berwarna kekuningan dan sedikit
berbau tanah.Pada air juga terlihat serpihan-serpihan pasir halus berwarna keputihan.
Ketersediaan air dirumah dicukupi dari pasokan dari air sumur menggunakan mesin air.

Gambar 1.5 Denah Rumah Keluarga Tn. Slamet

3. Lingkungan Pemukiman
Rumah Tn. Slamet terletak di pemukiman yang padat penduduk. Di bagian depan dan
kanan rumah terdapat jalan setapak, saluran air penuh sampah dan halaman pembakaran
sampah, sebelah kiri dan bagian belakang rumah langsung berhadapan dengan rumah

13
penduduk lainnya. Keluarga Tn. Slamet biasanya membuang sampah di sekitar rumah
tetangga yang mempunya tempat pembuangan sampah.

4. Pola Makan
Keluarga Tn. Slamet memiliki kebiasaan makan kurang lebih 3 kali perhari. Keluarga
Tn. Slamet biasanya memilih menu makanan nasi dengan lauk tahu, tempe, ikan atau ayam.
Keluarga Tn. Slamet mengonsumsi air minum menggunakan air galon isi ulang.

5. Riwayat Obstetrik dan Pola Asuh Ibu dan Anak


Ny. Perawati saat ini menggunakan KB. Saat hamil Ny. Perawati rutin memeriksakan
kandungannya di bidan terdekat. Anak pertama pasangan Tn. Slamet dan Ny. Perawati
berjenis kelamin laki-laki berusia 9 tahun. Lahir normal dibantu oleh bidan terdekat dari
rumah dengan usia kehamilan 9 bulan. Pertumbuhan normal sesuai usia.
Anak kedua berjenis kelamin laki-laki berusia 1 tahun. Lahir normal dibantu oleh bidan
dekat rumahnya dengan usia kehamilan 9 bulan. Pertumbuhan normal sesuai usia dan masih
menggunakan ASI. Anak yang pertama dan kedua diakui sudah mendapatkan imunisasi
lengkap.

6. Kebiasaan Berobat
Ketika ada anggota keluarga yang sakit, keluarga ini biasanya memilih berobat dengan
menggunakan obat warung serta ke puskesmas terdekat dengan rumah.

7. Riwayat Penyakit
Biasanya penyakit-penyakit yang sering di derita oleh keluarga Tn. Slamet adalah
demam, batuk dan pilek.

8. Perilaku Dan Aktivitas Sehari-Hari


Tn. Slamet dapat menghabiskan 1 bungkus rokok dalam satu hari, ia juga sering
merokok di dalam rumah. Keluarga Tn. Slamet tidak memiliki kebiasaan berolahraga. Tiap
anggota keluarga mandi kurang lebih 2 kali sehari dan memiliki kebiasaan mencuci tangan
dengan sabun dan air sebelum makan dan sesudahnya. Air yang digunakan keluarga Tn.
Slamet adalah air sumur dengan warna yang agak kekuningan. Keluarga Tn. Slamet
melakukan aktivitas mandi, BAB dan BAK, terkadang mencuci pakaian di masjid maupun
jamban umum. Selain itu keluarga Tn. Slamet mencuci pakaian di sungai berada diseberang

14
rumahnya dan menjemur pakaian menumpang dirumah tetangganya karena tidak
mempunyai lahan untuk menjemur pakaian disekitar rumahnya. Tn. Slamet memiliki
kebiasaan membuang sampah di depan rumahnya yang disatukan dengan sampah-sampah
penduduk sekitar rumah dan langsung dibakar jika dirasa sudah cukup penuh.

Tabel 1.9 Faktor Internal Keluarga Tn. Slamet

No Faktor Internal Permasalahan

1 Olah raga Semua anggota keluarga tidak memiliki kebiasaan


berolahraga.

2 Pola Makan Tn. Slamet memasak makanan sendiri dengan


mengkonsumsi nasi, tahu, tempe, dan terkadang ikan, ayam,
dan mengonsumsi sayur–sayuran.

3 Pola Pencarian Apabila sakit, mereka berobat dengan menggunakan obat


Pengobatan warung serta melakukan pengobatan di puskesmas terdekat
dari rumah.

4 Aktivitas sehari- a. Ny. Qomariah bekerja sebagai ibu rumah tangga.

hari b. Tn. Slamet bekerja sebagai kuli bangunan, bekerja jam 9


sampai jam 6

c. An. Dendi sebagai pelajar SD

d. An. Fadhilah masih balita

5 Alat kontrasepsi Ny. Perawati menggunakan kontrasepsi suntik

15
Tabel 1.10 Faktor Eksternal Keluarga Tn. Slamet
No Kriteria Permasalahan

1. Luas Bangunan Luas rumah 5 m x 9 m.

2. Ruangan dalam Di dalam rumah terdapat dua kamar tidur dengan ukuran
rumah masing-masing sekitar 2m x 2m yang dipisahkan hanya oleh
dinding dari batu bata dan satu kamar tidur berukuran
sekitar 2m x 1,5m. Untuk ruang keluarga berukuran 2m x
2,5m. Dapur Tn. Arsin berukuran sekitar 1m x 0,5m. Tidak
memiliki kamar mandi.

3. Jamban Keluarga Tn.Slamet tidak memiliki jamban di rumahnya.

4. Ventilasi Terdapat ventilasi udara pada di kamar tidur, dapur, dan


ruang keluarga.

5. Pencahayaan a. Terdapat 1 lampu pada ruang keluarga

b. Terdapat 1 lampu pencahayaan di tiap kamar tidur

c. Terdapat 1 lampu pada dapur

6. Sumber Air Air terlihat tidak jernih dan relatif keruh.Air berwarna
kekuningan dan sedikit berbau tanah.Pada air juga terlihat
serpihan-serpihan pasir halus berwarna keputihan.
Ketersediaan air dirumah dicukupi dari pasokan dari air
sumur menggunakan mesin air.

7. Saluran Terdapat saluran pembuangan limbah, air limbah dialirkan


pembuangan ke selokan samping rumah.
limbah

8. Tempat Sampah rumah tangga dikumpulkan dan dibuang di rumah


pembuangan tetangga yang memiliki lubang pembuangan sampah.
sampah

16
No Kriteria Permasalahan

9. Lingkungan sekitar Di bagian depan dan kanan rumah terdapat jalan setapak
rumah dan saluran air yang penuh sampah, bagian belakang dan
kiri rumah langsung berhadapan dengan rumah penduduk
lainnya.

1.2.2. Keluarga Tn. Nurwahyudin


A. Data Dasar Keluarga Tn. Nurwahyudin
Keluarga binaan kedua adalah Tn Nurwahyudin. Terdapat lima orang anggota keluarga,
yaitu Tn. Nurwahyudin sebagai kepala keluarga, Ny. Neneng sebagai ibu rumah tangga,
dengan seorang anak laki-laki bernama An. Rifky serta Ny. Saidah sebagai ibu dari Tn.
Nurwahyudin, dan Tn. Sahrul sebagai adik dari Tn. Nurwahyudin.

Tabel 1.11 Data Dasar Keluarga Tn. Nurwahyudin

Jenis
Status Pendidikan
No Nama Kelamin Usia Pekerjaan
Keluarga Terakhir
(L/P)

Kepala
1. Tn. Nurwahyudin L 25 th SMA Satpam
Keluarga
Ibu Rumah
2. Ny. Neneng Istri P 23 th SMP
Tangga
3. An. Rifky Anak L 2 th - -
4. Ny. Saidah Ibu P 50 th Tidak Sekolah Kuli Sawah
Pelayan
5. Tn. Sahrul Adik L 19 th SMA
Restoran

Keluarga Tn. Nurwahyudin bertempat tinggal di Desa Pangkalan, RT/RW 004/05,


Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang. Keluarga tersebut terdiri dari suami, istri, 1
orang anak, ibu dan adik Tn. Nurwahyudin. Tn. Nurwahyudin sebagai kepala keluarga
berusia 25 tahun dan bekerja sebagai satpam. Sedangkan Ny. Neneng sebagai istri sekaligus
ibu rumah tangga, berusia 23 tahun. An. Rifky sebagai anak pertama dari pasangan Tn.
Nurwahyudin dan Ny. Neneng yang berusia 2 tahun. Ibu dari Tn. Nurwahyudin yaitu

17
Ny.Saidah berumur 50 tahun dan adik dari Tn. Nurwahyudin yaitu Tn. Sahrul berumur 19
tahun bekerja sebagai pelayan restoran.
Tn. Nurwahyudin bekerja sebagai satpam dengan penghasilan Rp. 2.900.000/bulan.
Pendidikan terakhir Tn. Nurwahyudin adalah Sekolah Menengah Kejuruan. Sedangkan Ny.
Neneng bekerja sebagai kuli sawah dengan penghasilan 25.000/hari dengan pendidikan
terakhirnya adalah Sekolah Menengan Pertama.Tn. Sahrul bekerja sebagai pelayan restoran
dengan penghasilan Rp. 2.900.000/bulan, dengan pendidikan terakhir Sekolah Menengah
Atas.

B. Bangunan Tempat Tinggal


Keluarga Tn. Nurwahyudin tinggal di perumahan padat. Rumah ini merupakan
pemberian dari Ibu dari Tn. Nurwahyudin, yaitu Ny. Saidah, dengan luas tanah sekitar 15
m2 dan luas bangunan berukuran 6 m x 6 m. Bangunan rumah ini tidak bertingkat, dinding
dan atap rumah terbuat dari anyaman bambu, lantai rumah hanya sebagian yang terdiri dari
keramik. Rumah Tn. Nurwahyudin terdiri dari dua ruang kamar tidur, satu ruang keluarga,
satu dapur, dan satu tempat untuk mencuci piring, rumah Tn. Nurwahyudin tidak
mempunyai kamar mandi ataupun jamban.
Ruang keluarga berukuran 2 m x 3 m beralaskan lantai keramik, terdapat TV dan 2
lemari berukuran kecil dan besar. Di dalam rumah terdapat dua kamar tidur dengan besar
yang sama yaitu sekitar 2 m x 2 m dan hanya dipisahkan oleh dinding yang terbuat dari
anyaman bambu. Kamar pertama berlantaikan keramik, sedangkan kamar kedua
berlantaikan semen dan hanya di lapisi oleh terpal. Dari kedua kamar tersebut tidak
terdapat pencahayaan ataupun ventilasi yg cukup karena tidak terdapat jendela kaca. Untuk
penerangan kamar terdapat lampu disetiap kamar. Dapur Tn. Nurwahyudin berukuran 4 m x
2 m, dapur terlihat berantakan dengan banyak nya peralatan dapur yang tidak tersusuh rapi,
ventilasi didapat dari celah-celah dinding yang terbuat dari anyaman bambu dan penerangan
dari lampu.
Rumah keluarga Tn. Nurwahyudin tidak memiliki kamar mandi ataupun jamban,
namum memiliki ruangan untuk mencuci piring yang berukuran 2 m x 1,5 m, terdapat
beberapa ember untuk menampung air mencuci piring. Air untuk mencuci piring bersumber
dari sanyo, air terlihat tidak jernih dan berwarna kekuningan. Ketersediaan air hanya untuk
mencuci piring, sedangkan untuk minum keluarga Tn. Nurwahyudin membeli air minum isi
ulang yang dibeli didepan rumahnya, sedangkan untuk mandi, mencuci bajum BAB dan

18
BAK dilakukan di sumur dekat Mushola yang terletak di belakang rumah Tn. Nurwahyudin.
Untuk pembuangan limbah yaitu ke selokan air yang terletak didepan rumahnya.

Gambar 1.6 Denah Rumah Keluarga Tn. Nurwahyudin

C. Lingkungan Pemukiman
Rumah Tn. Nurwahyudin terletak di pemukiman yang padat penduduk, Di bagian
depan rumah terdapat halaman kecil yang digunakan untuk menumpuk sampah rumah
tangga serta terdapat selokan untuk pembuangan limbah. Sebelah kiri dan kanan rumah
bersebelahan langsung dengan rumah penduduk lainya. Bagian belakang rumah terdapat
halaman kecil yang digunakan untuk membakar sampah yang digunakan bersama oleh
penduduk sekitar.

D. Pola Makan
Keluarga Tn. Nurwahyudin memiliki kebiasaan makan 2x/hari. yaitu pada pagi dan
malam hari. Keluarga Tn. Nurwahyudin biasanya memilih makanan nasi dengan lauk tahu,
tempe, ikan asin serta sayur yang hanya sesekali saja bila ada. Keluarga Tn. Nurwahyudin
mengonsumsi air minum dari air minum isi ulang.

E. Riwayat Obstetrik dan Pola Asuh Ibu dan Anak


Ny. Neneng saat menggunakan KB suntik 3 bulan. Saat hamil, Ny. Neneng rutin
memeriksakan kandungannya sebulan sekali di bidan terdekat. Anak pertama pasangan Tn.

19
Nurwahyudin dan Ny. Neneng berjenis kelamin laki-laki berusia 2 tahun. Lahir normal
dibantu oleh bidan terdekat dari rumah dengan usia kehamilan 9 bulan. Pertumbuhan
normal sesuai usia dan berhenti minum ASI saat usia 1 tahun.

F. Kebiasaan Berobat
Ketika ada anggota keluarga yang sakit, biasanya keluarga ini memilih berobat ke
klinik terdekat rumah.

G. Riwayat Penyakit
Ibu dari Tn. Nurwahyudin, yaitu Ny. Neneng mempunyai riwayat penyakit hipertensi,
Anak dari Tn. Nurwahyudin yaitu An. Rifky mempunyai riwayat diare pada bulan
Desember 2016. Sedangkan penyakit-penyakit yang sering di derita oleh keluarga Tn.
Nurwahyudin yaitu demam, batuk, pilek, dan pusing.

H. Perilaku dan Aktivitas Sehari-Hari


Tn. Nurwahyudin dan Tn. Sahrul memiliki kebiasaan merokok 1 bungkus rokok satu
hari, namun tidak pernah merokok di dalam rumah. Keluarga Tn. Nurwahyudin tidak
memiliki kebiasaan berolahraga. Tiap anggota keluarga mandi kurang lebih 2-3x sehari dan
memiliki kebiasaan mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudah makan.
Untuk Ny. Saidah memiliki kebiasaan mencuci tangan setelah pulang dari sawah. Air yang
digunakan keluarga Tn. Nurwahyudin adalah air sanyo yang berwarna keruh kekuningan
yang digunakan hanya untuk mencuci piring. Keluarga Tn. Nurwahyudin melakukan
aktivitas mandi, mencuci baju, BAB dan BAK di sumur dekat Mushola yang berada
dibelakang rumah. Keluarga Tn. Nurwahyudin menjemur pakaian di halaman depan rumah
dekat tempat untuk menampung sampah rumah tangga. Tn. Nurwahyudin tidak mempunyai
tempat sampah di dalam rumahnya sehingga memiliki kebiasaan membuang sampah rumah
tangga dihalaman depan rumahnya, sampah kemudian ditumpuk selama seharian kemudian
ketika sore dipindahkan kehalaman belakang untuk dibakar. Pembakaran sampah dilakukan
sehari sekali setiap hari.

20
Tabel 1.12 Faktor Internal Keluarga Tn. Nurwahyudin
No Faktor Internal Permasalahan

1 Olah raga Semua anggota keluarga tidak memiliki kebiasaan berolahraga.

2 Pola Makan Tn. Nurwahyudin memasak makanan sendiri dengan


mengkonsumsi nasi, tahu, tempe, dan terkadang ikan asin

3 Pola Pencarian Apabila sakit keluarga Tn. Nurwahyudin pergi ke puskesmas


Pengobatan terdekat

4 Aktivitas sehari –hari  Tn Nurwahyudin bekerja sebagai satpam


 Ny. Neneng bekerja sebagai ibu rumah tangga
 Ny. Sahid bekerja sebagai kuli sawah
 Tn. Sahrul bekerja sebagai pelayan restoran

5 Alat kontrasepsi Saat ini Ny. Neneng menggunakan KB suntik 3 bulan

Tabel 1.13 Faktor Eksternal Keluarga Tn. Nurwahyudin


No Kriteria Permasalahan
1. Luas Bangunan Luas rumah 6 m x 6 m

2. Ruangan dalam rumah Di dalam rumah terdapat dua kamar tidur dengan ukuran
keduanya sekitar 2 m x 2 m yang dipisahkan hanya oleh
anyaman bambu. Untuk ruang keluarga berukuran 2 m x 3 m.
Dapur Tn. Nurwahyudin berukuran sekitar 4 m x 2 m. Tempat
untuk mencuci piring 2 m x 1,5 m

3. Jamban Keluarga Tn. Nurwahyudin tidak memiliki jamban di rumahnya.

4. Ventilasi Tidak terdapat ventilasi udara pada kedua kamar tidur

5. Pencahayaan  Terdapat 1 lampu pada ruang keluarga


 Terdapat 1 lampu pada tiap kamar tidur
 Terdapat 1 lampu pada dapur
 Terdapat 1 lampu pada tempat cuci piring

21
No Kriteria Permasalahan

6. Sumber Air Sumber air keluarga Tn. Nurwahyudin berasal dari sanyo, air
berwarna kuning keruh dan hanya digunakan untuk mencuci
piring. Untuk minum, keluarga Tn. Nurwahyudin membeli air
minum isi ulang yang dibeli didepan rumah. Untuk mandi,
mencuci baju, BAK, dan BAB keluarga Tn. Nurwahyudin
melakukan di sumur dekat musholah yang berlokasi di belakang
rumah.

8. Saluran pembuangan Terdapat saluran pembuangan limbah, air limbah dialirkan ke


limbah selokan depan rumah.

9. Tempat pembuangan Sampah rumah tangga dikumpulkan di depan rumah selama


sampah seharian, lalu pada sore hari dibawa ke halaman belakang
rumah untuk dibakar

10. Lingkungan sekitar Di bagian depan rumah terdapat halaman kecil yang digunakan
rumah untuk menumpuk sampah rumah tangga serta terdapat selokan
untuk pembuangan limbah. Sebelah kiri dan kanan rumah
bersebelahan langsung dengan rumah penduduk lainya. Bagian
belakang rumah terdapat halaman kecil yang digunakan untuk
membakar sampah yang digunakan bersama oleh penduduk
sekitar.

1.2.3. Keluarga Tn. Diding


A. Data Dasar Keluarga Tn. Diding
Keluarga binaan ketiga adalah Tn. Diding. Terdapat empat orang anggota keluarga,
yaitu Tn. Diding sebagai kepala keluarga, Ny. Sunarsih sebagai ibu rumah tangga dan 2
anak perempuan bernama An. Siti Sahara dan An. Rahma Nur Aulia.

22
Tabel 1.14 Data Dasar Keluarga Tn. Diding
Jenis
Status Usia Pendidikan
No Nama Kelamin Pekerjaan
Keluarga (tahun) Terakhir
(L/P)

1. Tn. Diding Kepala L 36 SMP Buruh


Keluarga Pabrik

2. Ny. Sunarsih Istri P 33 SD Ibu Rumah


Tangga

3. An. Siti Sahara Anak pertama P 9 SD Pelajar

4. An. Rahma Nur Anak kedua P 3 - -

Keluarga Tn. Diding bertempat tinggal di Desa Pangkalan kebon Jamblang, RT 04 RW


05, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang. Keluarga tersebut terdiri dari suami,
istri, dan 2 orang anak. Tn. Diding sebagai kepala keluarga, berusia 36 tahun dan bekerja
sebagai buruh pabrik. Sedangkan Ny. Sunarsih sebagai istri sekaligus ibu rumah tangga,
berusia 33 tahun memiliki pekerjaan sampingan dengan menjual gorengan. An. Siti Sahara
sebagai anak pertama berusia 9 tahun serta An. Rahma Nur Aulia sebagai anak kedua
berusia 3 tahun.
Tn. Diding bekerja sebagai buruh pabrik dengan penghasilan Rp 3.000.000,00 / bulan.
Pendidikan terakhir Tn. Diding adalah sekolah menengah pertama. Sedangkan Ny. Sunarsih
yang memiliki pekerjaan menjual gorengan dengan pendapatan Rp 150.000,00 – 100.000,00
/ hari dan pendidikan terakhirnya adalah sekolah dasar. Tn. Diding, Ny. Sunarsih dan An.
Siti Sahara dapat membaca dan menulis. Pasangan ini menikah saat Tn. Diding berumur 25
tahun dan Ny. Sunarsih berusia 22 tahun. Saat hamil Ny. Sunarsih memeriksakan
kehamilannya di bidan dekat rumahnya dan dilahirkan di bidan tersebut.

B. Bangunan Tempat Tinggal


Keluarga Tn. Diding tinggal di perumahan yang padat. Rumah ini milik sendiri, dengan
luas tanah sekitar 35 m2 dan luas bangunan berukuran 5 m x 7 m. Rumah ini merupakan
rumah yang dibangun dari tanah orang tua sejak tahun 2013. Bangunan rumah ini tidak
bertingkat, dinding rumah ini terbuat dari batu bata, berlantai semen, atap rumah

23
menggunakan genteng dan terpal. Rumah Tn. Diding terdiri dari dua ruang kamar tidur,
satu ruang keluarga, satu ruang tamu, satu dapur, memiliki kamar mandi dengan ember
sebagai penampung air dan tanpa jamban.
Ruang keluarga berukuran 2,5 m x 4 m beralaskan lantai, terdapat TV, kulkas dan
terdapat ayunan buatan untuk bermain anak. Di dalam rumah terdapat satu kamar tidur
besar dengan ukuran sekitar 2,5 m x 2 m, satu kamar tidur anak dengan ukuran sekitar 2,5 m
x 2 m beralaskan semen dan berdinding batu bata. Ruang tamu berukuran 2,5 m x 1,5 m
beralaskan semen dan berdinding batu bata. Ventilasi cukup dengan adanya lubang ventilasi
dan jendela diruang tidur dan diruang tamu. Didalam ruang keluarga terdapat balok kaca
yang berfungsi sebagai penerangan cahaya matahari serta di setiap ruangan terdapat lampu
sebagai penerangan. Dapur Tn. Diding berukuran sekitar 3 m x 2 m. Dapur terlihat sedikit
berantakan namun tidak terdapat ventilasi langsung dari keluar rumah.
Kamar mandi berukuran 1,5 m x 1,5 m tidak disertai jamban. Terdapat 1 ember
berukuran menengah sebagai alat penampung air. Air terlihat tidak jernih dan relatif keruh.
Air berwarna kekuningan dan sedikit berbau tanah. Ketersediaan air dirumah dicukupi dari
pasokan dari air sumur menggunakan mesin air. terdapat barang barang tak terpakai didalam
kamar mandi Tn. Diding. Air sumur digunakan untuk mandi, mencuci alat dapur dan
membersihkan rumah. Sedangkan untuk minum,mencuci sayuran, dan makan digunakan air
galon isi ulang. Untuk mencuci pakaian, Tn. Diding biasanya mencuci pakaian di sumur
yang berada didekat mushola. Untuk BAB Tn. Diding biasanya dilakukan dijamban dekat
rumahnya.

Gambar 1.7 Denah Rumah Keluarga Tn. Diding

24
C. Lingkungan Pemukiman
Rumah Tn. Diding terletak di pemukiman yang padat penduduk. Di bagian depan
rumah terdapat jalan setapak, disebelah kanan rumah terdapat sawah, sebelah kiri dan
bagian belakang rumah langsung berhadapan dengan rumah penduduk lainnya. Keluarga
Tn. Diding biasanya membuang sampah di depan rumahnya di lubang khusus untuk
membuang sampah.

D. Pola Makan
Keluarga Tn. Diding memiliki kebiasaan makan kurang lebih 3 kali perhari. Keluarga
Tn. Diding biasanya memilih menu makanan nasi dengan lauk tahu, tempe, ikan dan
sayuran. Keluarga Tn. Diding mengonsumsi air minum menggunakan air galon isi ulang.

E. Riwayat Obstetrik dan Pola Asuh Ibu dan Anak


Ny. Sunarsih saat ini menggunakan alat KB suntikan 3 bulan. Saat hamil Ny. Sunarsih
rutin memeriksakan kandungannya di bidan terdekat. Anak pertama pasangan Tn. Diding
dan Ny. Sunarsih berjenis kelamin perempuan berusia 9 tahun. Lahir normal dibantu oleh
bidan terdekat dari rumah dengan usia kehamilan 9 bulan. Pertumbuhan normal sesuai usia
dan berhenti minum ASI saat usia 2 tahun.
Anak kedua pasangan Tn. Diding dan Ny. Sunarsih berjenis kelamin perempuan
berusia 3 tahun. Lahir normal dibantu oleh bidan dekat rumahnya dengan usia kehamilan 9
bulan. Pertumbuhan normal sesuai usia dan berhenti minum ASI saat usia 2 tahun. Anak
yang pertama dan kedua diakui sudah mendapatkan imunisasi lengkap.

F. Kebiasaan Berobat
Ketika ada anggota keluarga yang sakit, keluarga ini biasanya memilih berobat dengan
menggunakan obat warung terlebih dahulu apabila belum sembuh setelah beberapa hari
keluarga yang sakit dibawa ke puskesmas terdekat dengan rumah.

G. Riwayat Penyakit
Biasanya penyakit - penyakit yang sering di derita oleh keluarga Tn. Diding adalah
demam, batuk dan pilek.

25
H. Perilaku Dan Aktivitas Sehari - Hari
Tn. Diding dapat menghabiskan 1 bungkus rokok dalam satu hari, ia juga sering
merokok di dalam rumah. Keluarga Tn. Diding tidak memiliki kebiasaan berolahraga. Tiap
anggota keluarga mandi kurang lebih 2 kali sehari dan memiliki kebiasaan mencuci tangan
dengan sabun dan air sebelum makan dan sesudahnya. Air yang digunakan keluarga Tn.
Diding adalah air sumur dengan warna yang agak kekuningan. Keluarga Tn. Diding
melakukan aktivitas mandi dan BAK di kamar mandi miliknya dengan air tersebut. Selain
itu keluarga Tn. Diding mencuci pakaian di sumur yang berada didekat mushola dekat
rumahnya dan menjemur pakaian didepan rumahnya berdekatan dengan tempat membakar
sampah. Tn. Diding memiliki kebiasaan membuang sampah didepan atau dibelakang
rumahnya setelah itu dibakar untuk menyingkirkan sampahnya.

Tabel 1.15 Faktor Internal Keluarga Tn. Diding

No Faktor Internal Permasalahan

Semua anggota keluarga tidak memiliki kebiasaan


1 Olah raga
berolahraga.
Tn. Diding memasak makanan sendiri dengan mengkonsumsi
2 Pola Makan
nasi, tahu, tempe, ikan, dan mengonsumsi sayur–sayuran.
Apabila sakit, mereka berobat dengan menggunakan obat
Pola Pencarian
3 warung serta melakukan pengobatan di puskesmas terdekat
Pengobatan
dari rumah apabila dalam beberapa hari belum sembuh.
a. Tn. Diding bekerja sebagai buruh pabrik, berkerja sesuai
jam kerja pagi atau sore.
Aktivitas sehari b. Ny. Sunarsih bekerja sebagai ibu rumah tangga yang
4
–hari memiliki pekerjaan sampingan menjual gorengan.
c. An. Siti Sahara sebagai pelajar SD
d. An. Rahma Nur Aulia masih balita
Ny. Sunarsih sedang memakai alat kontrasepsi suntik selama
5 Alat kontrasepsi
3 bulan sekali.

26
Tabel 1.16 Faktor Eksternal Keluarga Tn. Diding
No Kriteria Permasalahan

Luas Luas rumah 5 m x 7 m.


1.
Bangunan

2. Di dalam rumah terdapat dua kamar tidur dengan ukuran


sekitar 2,5 m x 2 m, Ruang tamu berukuran 2,5 m x 1,5 m.
Ruangan Ruang keluarga berukuran 2,5 m x 4 m. Dapur Tn. Diding
dalam rumah berukuran sekitar 3 m x 2 m. Kamar mandi berukuran 1,5 m x
1,5 m.

3. Jamban Keluarga Tn. Diding tidak memiliki jamban di rumahnya.

Terdapat ventilasi udara pada dua kamar tidur dan ruang


4. Ventilasi
tamu.

a. Terdapat 1 lampu pada ruang keluarga

b. Terdapat 1 lampu pencahayaan di tiap kamar tidur


5. Pencahayaan
c. Terdapat 1 lampu pada dapur

d. terdapat 1 lampu pada kamar mandi

Air terlihat tidak jernih dan relatif keruh. Air berwarna


kekuningan dan sedikit berbau tanah. Ketersediaan air
dirumah dicukupi dari pasokan dari air sumur menggunakan
mesin air. Air sumur digunakan untuk mandi dan BAK,
6. Sumber Air mencuci alat dapur dan membersihkan rumah. Sedangkan
untuk minum, mencuci sayuran dan makan digunakan air
galon isi ulang. Untuk mencuci pakaian, Tn. Diding biasanya
mencuci pakaian di sumur yang berada didekat mushola dekat
rumahnya.

Saluran Terdapat saluran pembuangan limbah, air limbah dialirkan ke


7. pembuangan selokan depan rumah.
limbah

27
No Kriteria Permasalahan

Tempat Sampah rumah tangga dikumpulkan dan dibuang di depan


9. pembuangan rumah yang memiliki lubang tempat pembuangan sampah.
sampah

Di bagian depan rumah terdapat jalan setapak, bagian kanan


Lingkungan
10. rumah terdapat sawah, bagian belakang dan kiri rumah
sekitar rumah
langsung berhadapan dengan rumah penduduk lainnya.

1.2.4 Keluarga Tn. Marsita

A. Data Dasar Keluarga Tn. Marsita

Keluarga binaan keempat adalah Tn. Marsita. Terdapat dua orang anggota keluarga,
yaitu Tn. Marsita sebagai kepala keluarga dan Ny. Kartina sebagai ibu rumah tangga.

Tabel 1.17 Data Dasar Keluarga Tn. Marsita


Jenis
Status Usia Pendidikan
No Nama Kelamin Pekerjaan
Keluarga (tahun) Terakhir
(L/P)

Kondektur
Kepala
1. Tn. Marsita L 25 SMP Angkutan
Keluarga
Umum

Buruh Pabrik
2. Ny. Kartina Istri P 21 SD
Konveksi

Keluarga Tn. Marsita bertempat tinggal di Desa Pangkalan, RT 06 RW 02, Kecamatan


Teluk Naga, Kabupaten Tangerang. Keluarga tersebut terdiri dari suami dan istri. Tn.
Marsita sebagai kepala keluarga, berusia 25 tahun dan bekerja sebagai kondektur angkutan
umum. Sedangkan Ny. Kartina sebagai istri berusia 21 tahun dan bekerja sebagai buruh
pabrik konveksi.
Tn. Marsita bekerja sebagai kondektur angkutan umum dengan penghasilan Rp
1.000.000,00 / bulan. Pendidikan terakhir Tn. Marsita adalah Sekolah Menengah Pertama.

28
Sedangkan Ny. Kartina bekerja sebagai buruh pabrik konveksi dengan penghasilan Rp
1.200.000,00 / bulan dan pendidikan terakhirnya adalah Sekolah Dasar. Tn. Marsita dan Ny.
Kartina dapat membaca dan menulis. Pasangan ini menikah saat Tn. Marsita berumur 25
tahun dan Ny. Kartina berusia 21 tahun.

B. Bangunan Tempat Tinggal


Keluarga Tn. Marsita tinggal di perumahan yang padat. Rumah ini milik sendiri,
dengan luas tanah sekitar 30 m2 dan luas bangunan berukuran 5 m x 6 m. Rumah ini
merupakan rumah yang dibangun dari tanah orang tua sejak tahun 1990. Bangunan rumah
ini tidak bertingkat, dinding rumah ini terbuat dari batu bata, berlantai keramik, atap rumah
menggunakan genteng dan terpal sebagai plafon. Rumah Tn. Marsita terdiri dari satu ruang
kamar tidur, satu ruang keluarga, satu dapur, memiliki kamar mandi dengan ember
penampung air dan jamban.
Ruang keluarga berukuran 2 m x 3 m beralaskan lantai, terdapat TV dan lemari. Di
dalam rumah terdapat satu kamar tidur dengan ukuran sekitar 3 m x 2,5 m yang dipisahkan
hanya oleh dinding dari batu bata. Ventilasi hanya ada di ruang tamu sedangkan satu kamar
lainnya tidak memiliki ventilasi tetapi mempunyai balok kaca untuk penerangan cahaya
matahari dan ada penerangan lampu. Dapur Tn. Marsita berukuran sekitar 3 m x 2 m. Dapur
terlihat rapi.
Kamar mandi berukuran 1 m x 1,5 m dengan jamban jongkok. Terdapat 1 ember
berukuran menengah sebagai alat penampung air. Air terlihat tidak jernih dan relatif keruh.
Air berwarna kekuningan dan sedikit berbau tanah . Pada air juga terlihat serpihan -
serpihan pasir halus berwarna keputihan. Ketersediaan air dirumah dicukupi dari pasokan
dari air sumur menggunakan mesin air. Air sumur digunakan untuk mandi, BAB dan BAK,
mencuci alat dapur, mencuci pakaian dan membersihkan rumah. Sedangkan untuk minum,
mencuci sayuran, dan makan digunakan air minum isi ulang.

29
Gambar 1.8 Denah Rumah Keluarga Tn. Marsita

C. Lingkungan Pemukiman
Rumah Tn. Marsita terletak di pemukiman yang padat penduduk. Di bagian depan dan
kanan rumah terdapat jalan setapak dan sawah. Sebelah kanan dan kiri rumah langsung
berbatasan dengan rumah penduduk lainnya. Bagian belakang rumah berbatasan langsung
dengan kebun. Keluarga Tn. Marsita biasanya membuang sampah di depan rumahnya yang
mempunyai lubang pembuangan dan pembakaran sampah.

D. Pola Makan
Keluarga Tn. Marsita memiliki kebiasaan makan kurang lebih 2 kali perhari. Keluarga
Tn. Marsita biasanya memilih menu makanan nasi dengan lauk tahu, tempe, ikan atau ayam.
Keluarga Tn. Marsita mengonsumsi air minum menggunakan air galon isi ulang.

E. Riwayat Obstetrik dan Pola Asuh Ibu dan Anak


Ny. Kartina tidak pernah menggunakan KB. Saat ini Ny. Kartina belum memiliki anak.

F. Kebiasaan Berobat
Ketika ada anggota keluarga yang sakit, keluarga ini biasanya memilih berobat dengan
menggunakan obat warung serta ke puskesmas terdekat dengan rumah.

30
G. Riwayat Penyakit
Biasanya penyakit - penyakit yang sering di derita oleh keluarga Tn. Marsita adalah
demam, batuk dan pilek.

H. Perilaku Dan Aktivitas Sehari - Hari


Tn. Marsita tidak merokok Keluarga ini Tn. Marsita tidak memiliki kebiasaan
berolahraga. Tiap anggota keluarga mandi kurang lebih 2 kali sehari dan memiliki
kebiasaan mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum makan dan sesudahnya. Air yang
digunakan keluarga Tn. Marsita adalah air sumur dengan warna yang agak kekuningan.
Keluarga Tn. Marsita melakukan aktivitas mandi, BAB dan BAK, dan mencuci pakaian di
kamar mandi miliknya dengan air tersebut. Selain itu keluarga Tn. Marsita menjemur
pakaian di depan rumah dekat dengan tempat penampungan sampah karena tidak
mempunyai lahan untuk menjemur pakaian disekitar rumahnya. Tn. Marsita memiliki
kebiasaan mengumpulkan sampah di dalam plastik lalu membuang dan membakar sampah
tersebut di lubang sampah yang terdapat di depan rumahnya.

Tabel 1.18 Faktor Internal Keluarga Tn. Marsita

No Faktor Internal Permasalahan

1 Olah raga Semua anggota keluarga tidak memiliki kebiasaan berolahraga.

Tn. Marsita memasak makanan sendiri dengan mengkonsumsi


2 Pola Makan nasi, tahu, tempe, dan terkadang ikan, ayam, dan mengonsumsi
sayur–sayuran.

Apabila sakit, mereka berobat dengan menggunakan obat


Pola Pencarian
3 warung serta melakukan pengobatan di puskesmas terdekat dari
Pengobatan
rumah.

a. Tn. Marsita bekerja sebagai kondektur angkutan umum.


Aktivitas sehari –
4
hari b. Ny. Kartina bekerja sebagai buruh pabrik konveksi

5 Alat kontrasepsi Tidak ada yang menggunakan alat kontrasepsi

31
Tabel 1.19 Faktor Eksternal Keluarga Tn. Marsita
No Kriteria Permasalahan

1. Luas Bangunan Luas rumah 5 m x 6 m.

Di dalam rumah terdapat ruang keluarga dengan ukuran

2. 2m x 3m, satu kamar tidur dengan ukuran 3 m x 2,5 m


Ruangan dalam
yang dipisahkan hanya oleh dinding dari batu bata.
rumah
Dapur Tn. Marsita berukuran sekitar 3m x 2m. Kamar
mandi berukuran 1,5m x 1m.

3. Jamban Keluarga Tn. Marsita memiliki jamban di rumahnya.

4. Ventilasi Terdapat ventilasi udara pada ruang keluarga

a. Terdapat 1 lampu pada ruang keluarga

b. Terdapat 1 lampu pencahayaan di kamar tidur


5. Pencahayaan
c. Terdapat 1 lampu pada dapur

d. terdapat 1 lampu pada kamar mandi

Air terlihat tidak jernih dan relatif keruh. Air berwarna


kekuningan dan sedikit berbau tanah. Pada air juga
terlihat serpihan - serpihan pasir halus berwarna
keputihan. Ketersediaan air dirumah dicukupi dari
pasokan dari air sumur menggunakan mesin air. Air
6. Sumber Air
sumur digunakan untuk mandi, BAB dan BAK,
mencuci pakaian, mencuci alat dapur dan
membersihkan rumah. Sedangkan untuk minum,
mencuci sayuran dan makan digunakan air minum isi
ulang.

Saluran pembuangan Terdapat saluran pembuangan limbah, air limbah


8.
limbah dialirkan ke selokan depan rumah.

32
No Kriteria Permasalahan

Rumah Tn. Marsita tidak memiliki tempat sampah.


Sampah rumah tangga dikumpulkan di dalam kantong
plastik, tidak dipisahkan antara sampah organik dan
nonorganik, kemudian dibuang ke dalam lubang tempat
penampungan sampah yang berada di depan rumah.
Tempat pembuangan
9. Namun masih banyak sampah yang berserakan di
sampah
depan rumah dan sekitar lubang sampah. Pada malam
hari sampah dibakar. Apabila lubang tempat sampah
telah penuh dan tidak dapat menampung sampah lagi,
maka dibuat lagi galian lubang di lahan tanah
sekitarnya.

Di bagian depan dan kanan rumah terdapat jalan


setapak dan sawah. Sebelah kanan dan kiri rumah
Lingkungan sekitar
10. langsung berbatasan dengan rumah penduduk lainnya.
rumah
Bagian belakang rumah berbatasan langsung dengan
kebun.

1.2.4 Keluarga Tn. Enin

A. Data Dasar Keluarga Tn. Enin


Keluarga binaan kelima adalah Tn. Enin. Terdapat tujuh orang anggota keluarga
namum yang tinggal dalam satu rumah hanya empat orang, yaitu Tn. Enin sebagai kepala
keluarga, Ny. Mariani sebagai ibu rumah tangga dan 2 anak bernama An. Elda dan An.
Mario.

Tabel 1.20 Data Dasar Keluarga Tn. Enin


Jenis
Status Usia Pendidikan
No Nama Kelamin Pekerjaan
Keluarga (tahun) Terakhir
(L/P)

Kepala
1. Tn. Enin L 65 - Petani
Keluarga

33
Jenis
Status Usia Pendidikan
No Nama Kelamin Pekerjaan
Keluarga (tahun) Terakhir
(L/P)

Ibu Rumah
2. Ny. Mariani Istri P 45 SD
Tangga

Karyawan
3. An. Elda Anak keempat P 18 SD
Swasta

4. An. Mario Anak kelima L 12 SD Pelajar

Keluarga Tn. Enin bertempat tinggal di Desa Pangkalan, RT 06 RW 02, Kelurahan


Pangkalan, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang. Keluarga tersebut terdiri dari
suami, istri, dan 2 orang anak. Tn. Enin sebagai kepala keluarga, berusia 65 tahun dan
bekerja sebagai petani. Sedangkan Ny. Mariani sebagai istri sekaligus ibu rumah tangga,
berusia 45 tahun dan bekerja sebagai ibu rumah tangga. An. Elda sebagai anak keempat
berusia 18 tahun, bekerja sebagai karyawan swasta serta An. Mario sebagai anak kelima
berusia 12 tahun.
Tn. Enin bekerja sebagai petani dengan penghasilan berupa tanaman hasil berkebun.
Tn.Enin tidak pernah bersekolah sehingga tidak bisa membaca dan menulis. Sedangkan Ny.
Marini tidak bekerja dan pendidikan terakhirnya adalah sekolah dasar. Ny. Mariani, An.
Eldan dan An. Mario dapat membaca dan menulis. Pasangan ini menikah saat Tn. Enin
berumur 37 tahun dan Ny. Mariah berusia 12 tahun. Saat hamil Ny. Mariani memeriksakan
kehamilannya di bidan puskesmas dekat rumahnya dan dilahirkan di rumahnya dengan
bantuan dukun beranak.

B. Bangunan Tempat Tinggal


Keluarga Tn. Enin tinggal di perumahan yang padat. Rumah ini milik sendiri, dengan
luas tanah sekitar 42 m2 dan luas bangunan berukuran 6 m x 7 m. Rumah ini merupakan
rumah yang dibangun dari tanah orang tua sejak tahun 1990. Bangunan rumah ini tidak
bertingkat, dinding rumah ini terbuat dari batu bata, berlantai keramik, atap rumah
menggunakan genteng dan terpal sebagai plafon. Rumah Tn. Enin terdiri dari dua ruang
kamar tidur, satu ruang keluarga, satu dapur dan tidak memiliki kamar mandi.

34
Ruang keluarga berukuran 3 m x 4 m beralaskan lantai, terdapat lemari. Di dalam
rumah terdapat dua kamar tidur dengan ukuran sekitar 3 m x 4 m, terdapat tempat tidur, tv
dan meja rias. Ukuran kamar yang lain sekitar 3 m x 4 m, terdapat kasur, kulkas dan rak
buku. Kedua kamar dipisahkan oleh dinding dari batu bata. Ventilasi dan jendela terdapat di
ruang keluarga ada di salah satu kamar tidur, sedangkan satu kamar lainnya tidak memiliki
ventilasi tetapi mempunyai balok kaca untuk penerangan cahaya matahari serta ditiap kamar
ada penerangan lampu. Tidak terdapat kamar mandi maupun jamban, apabila ingin mandi
dan ke jamban maka keluarga Tn. Enin menumpang ke tetangganya.
Dapur Tn. Enin berukuran sekitar 1 m x 0,5 m. Dapur terlihat berantakan dan tidak
memiliki ventilasi. Air terlihat tidak jernih dan relatif keruh. Air berwarna kekuningan.
Ketersediaan air dirumah dicukupi dari pasokan air sumur menggunakan mesin air. Air
sumur digunakan untuk mencuci alat dapur dan membersihkan rumah. Sedangkan untuk
minum,mencuci sayuran, dan makan menggunakan air minum isi ulang. Untuk mencuci
pakaian, Tn. Arsin biasanya mencuci pakaian di sungai yang berjarak kurang lebih 2 km
dari rumahnya

Gambar 1.9 Denah Rumah Keluarga Tn. Enin

C. Lingkungan Pemukiman
Rumah Tn. Enin terletak di pemukiman yang padat penduduk. Di bagian depan rumah
terdapat jalan setapak dan sawah., sebelah kanan langsung berbatasan dengan rumah
penduduk lainnya. sebelah kiri terdapat tanah kosong dan bagian belakang rumah
berbatasan dengan kebun. Keluarga Tn. Enin biasanya membuang sampah di didepan rumah
yang mempunyai lubang sementara untuk pembuangan dan pembakaran sampah.

35
D. Pola Makan
Keluarga Tn. Enin memiliki kebiasaan makan kurang lebih 2 kali perhari yaitu pada
siang dan malam hari. Keluarga Tn. Enin biasanya memilih menu makanan nasi dengan
lauk tahu, tempe, sayur-sayuran dan sesekali dengan ikan dan ayam. Keluarga Tn. Enin
mengonsumsi air minum menggunakan air galon isi ulang.

E. Riwayat Obstetrik dan Pola Asuh Ibu dan Anak


Ny. Mariani pernah menggunakan KB suntik setiap 3 bulan selama 10 tahun . Saat
hamil Ny. Mariani rutin memeriksakan kandungannya di bidan puskesmas terdekat dari
anak pertama sampai anak kelima. Anak pertama pasangan Tn. Enin dan Ny. Mariani
berjenis kelamin Laki-laki berusia 30 tahun. Lahir normal dibantu oleh dukun beranak
dengan usia kehamilan 9 bulan. Pertumbuhan normal sesuai usia dan berhenti minum ASI
saat usia 1 tahun.
Anak kedua pasangan Tn. Enin dan Ny. Mariani berjenis kelamin perempuan berusia
26 tahun. Lahir normal dibantu oleh dukun beranak dengan usia kehamilan 9 bulan.
Pertumbuhan normal sesuai usia dan berhenti minum ASI saat usia 6 bulan.
Anak ketiga pasangan Tn. Enin dan Ny. Mariani berjenis kelamin perempuan berusia
21 tahun. Lahir normal dibantu oleh dukun beranak dengan usia kehamilan 9 bulan.
Pertumbuhan normal sesuai usia dan berhenti minum ASI saat usia 8 bulan.
Anak keempat pasangan Tn. Enin dan Ny. Mariani berjenis kelamin perempuan berusia
18 tahun. Lahir normal dibantu oleh dukun beranak dengan usia kehamilan 9 bulan.
Pertumbuhan normal sesuai usia dan berhenti minum ASI saat usia 6 bulan.
Anak kelima pasangan Tn. Enin dan Ny. Mariani berjenis kelamin laki-laki berusia 12
tahun. Lahir normal dibantu oleh dukun beranak dengan usia kehamilan 9 bulan.
Pertumbuhan normal sesuai usia dan berhenti minum ASI saat usia 6 bulan. Anak pertama
sampai kelima diakui sudah mendapatkan imunisasi lengkap.

F. Kebiasaan Berobat
Ketika ada anggota keluarga yang sakit, keluarga ini biasanya memilih membeli obat
warung, namun apabila belum sembuh langsung berobat ke puskesmas. Seluruh anggota
keluarga memiliki kartu kesehatan.

36
G. Riwayat Penyakit
Penyakit yang sering diderita anggota keluarga Tn. Enin ialah batuk pilek disertai
meriang namun tidak pernah sampai berhari - hari.

H. Perilaku Dan Aktivitas Sehari – Hari


Tn. Enin menghabiskan 2 bungkus rokok dalam sehari, ia juga sering merokok di dalam
rumah. Tn. Enin tidak memiliki kebiasaan berolahraga. Tiap anggota keluarga mandi kurang
lebih 2 kali sehari dan tidak memiliki kebiasaan mencuci tangan dengan sabun dan air
mengalir sebelum makan dan sesudahnya. Air yang digunakan keluarga Tn. Enin adalah air
sumur dengan warna yang agak kekuningan. Air sumur digunakan untuk mencuci alat dapur
dan membersihkan rumah. Sedangkan untuk minum,mencuci sayuran, dan makan
menggunakan air minum isi ulang. Untuk mencuci pakaian, Tn. Arsin biasanya mencuci
pakaian di sungai yang berjarak kurang lebih 2 km dari rumahnya. Selain itu keluarga Tn.
Enin menjemur pakaian di depan rumah dekat dengan tempat penampungan sampah karena
tidak mempunyai lahan untuk menjemur pakaian disekitar rumahnya. Tn. Enin memiliki
kebiasaan membuang sampah di dalam plastik lalu membuang dan membakar sampah
tersebut setiap hari di lubang sampah yang terdapat di depan rumahnya.

Tabel 1.21 Faktor Internal Keluarga Tn. Enin

No Faktor Internal Permasalahan

1 Olah raga Semua anggota keluarga tidak memiliki kebiasaan berolahraga.

Keluarga Tn. Enin memasak makanan sendiri dengan


2 Pola Makan mengkonsumsi nasi, tahu, tempe, dan terkadang ikan, ayam, dan
mengonsumsi sayur–sayuran.

Apabila sakit, mereka berobat dengan menggunakan obat


Pola Pencarian
3 warung serta melakukan pengobatan di puskesmas terdekat
Pengobatan
dari rumah.

a. Tn. Enin sebagai petani


Aktivitas sehari –
4
hari b. Ny. Mariani bekerja sebagai Ibu Rumah Tangga

Ny. Mariani pernah melakukan KB dengan suntik setiap 3


5 Alat kontrasepsi bulan

37
Tabel 1.22 Faktor Eksternal Keluarga Tn. Enin
No Kriteria Permasalahan

1. Luas Bangunan Luas rumah 42 m.

Di dalam rumah terdapat ruang keluarga dengan ukuran 3m x


Ruangan dalam 4m, dua kamar tidur dengan ukuran 3 m x 4 m yang
2. rumah dipisahkan hanya oleh dinding dari batu bata. Dapur Tn.
Marsita berukuran sekitar 2m x 1m. Tidak terdapat kamar
mandi

3. Jamban Keluarga Tn. Enin tidak memiliki jamban di rumahnya.

4. Ventilasi Terdapat ventilasi udara pada ruang keluarga

a. Terdapat 1 lampu pada ruang keluarga


5. Pencahayaan b. Terdapat 1 lampu pencahayaan di kamar tidur

c. Terdapat 1 lampu pada dapur

Air terlihat tidak jernih dan relatif keruh. Air berwarna


kekuningan. Ketersediaan air dirumah dicukupi dari pasokan
air sumur menggunakan mesin air. Air sumur digunakan
untuk mencuci alat dapur dan membersihkan rumah.
6. Sumber Air
Sedangkan untuk minum,mencuci sayuran, dan makan
menggunakan air minum isi ulang. Untuk mencuci pakaian,
Tn. Arsin biasanya mencuci pakaian di sungai yang berjarak
kurang lebih 2 km dari rumahnya.

Saluran Terdapat saluran pembuangan limbah, air limbah dialirkan ke

8. pembuangan selokan depan rumah.

limbah

38
No Kriteria Permasalahan

Rumah Tn. Enin tidak memiliki tempat sampah. Sampah


rumah tangga dikumpulkan di dalam kantong plastik, tidak
dipisahkan antara sampah organik dan anorganik, kemudian
Tempat dibuang ke dalam lubang tempat penampungan sampah yang
9. pembuangan berada di depan rumah. Namun masih banyak sampah yang
sampah berserakan di depan rumah dan sekitar lubang sampah. Pada
malam hari sampah dibakar. Apabila lubang tempat sampah
telah penuh dan tidak dapat menampung sampah lagi, maka
dibuat lagi galian lubang di lahan tanah sekitarnya.

Di bagian depan rumah terdapat jalan setapak dan sawah,


sebelah kanan langsung berbatasan dengan rumah penduduk
lainnya. sebelah kiri terdapat tanah kosong dan bagian
Lingkungan
10. belakang rumah berbatasan dengan kebun. Keluarga Tn.
sekitar rumah
Enin biasanya membuang sampah di didepan rumah yang
mempunyai lubang sementara untuk pembuangan dan
pembakaran sampah.

1.3. Penentuan Area Masalah


1.3.1 Penjabaran Area Masalah Tiap Keluarga
1.3.1.1 Keluarga Tn. Slamet Riyadi
a. Masalah non medis
1. Kejernihan sarana air bersih kurang baik dan air berwarna kuning
2. Rumah tidak memiliki jamban
3. Rumah tidak memiliki ventilasi udara
4. Rumah tidak memiliki tempat sampah
5. Kebiasaan membakar sampah
b. Masalah medis
1. Penyakit diare yang terkadang di alami oleh anggota keluarga

39
1.3.1.2 Keluarga Tn. Nurwahyudin
a. Masalah non medis
1. Kejernihan sarana air bersih kurang baik dan air berwarna kuning
2. Rumah tidak memiliki jamban
3. Rumah tidak memiliki ventilasi udara
4. Rumah tidak memiliki tempat sampah
b. Masalah medis
1. Riwayat hipertensi
2. Anak sedang mengalami diare

1.3.1.3 Keluarga Tn. Diding


a. Masalah non medis
1. Kejernihan sarana air bersih kurang baik, air berwarna kuning
2. Rumah tidak memiliki jamban
3. Rumah tidak memiliki ventilasi udara
4. Rumah tidak memiliki tempat sampah
5. Kebiasaan membakar sampah

b. Masalah medis
1. ISPA sering dialami oleh keluarga binaan

1.3.1.4 Keluarga Tn. Marsita


a. Masalah non medis
1. Kejernihan sarana air bersih kurang baik, air berwarna kuning
2. Rumah tidak memiliki tempat sampah
3. Kebiasaan membakar sampah

b Masalah medis
1. ISPA sering dialami oleh keluarga binaan

1.3.1.5 Keluarga Tn. Enin


a. Masalah non medis
1. Kejernihan sarana air bersih kurang baik dan air berwarna kuning
2. Rumah tidak memiliki jamban

40
3. Kebiasaan merokok dalam rumah
4. Kebiasaan tidak mencuci kaki setelah berativitas di luar rumah
5. Rumah tidak memiliki tempat sampah
6. Kebiasaan membakar sampah

b Masalah medis
1. ISPA sering dialami oleh keluarga binaan
2. Nyeri Kepala sering dialami oleh keluarga binaan

1.3.2 Usulan Area Masalah

Berdasarkan pengamatan dan wawancara yang telah kami lakukan kepada masing -
masing keluarga binaan, didapatkan berbagai macam permasalahan yaitu :
1. Perilaku penglolaan sampah rumah tangga
2. Perilaku penggunaan jamban yang tidak sehat
3. Kebiasaan merokok dalam keluarga
4. Ventilasi dan pencahayaan pada rumah keluarga binaan
5. Perilaku penggunaan air

1.3.3 Penentuan Area Masalah

Sebagai pendekatan awal untuk mengetahui area masalah yaitu dengan melakukan
pengamatan, observasi, dan wawancara pada keluarga binaan di desa pangkalan. Kemudian
terdapat berbagai area permasalahan, yaitu:
1. Perilaku pengelolaan sampah rumah tangga
2. Perilaku penggunaan jamban yang tidak sehat
3. Kebiasaan merokok dalam keluarga
4. Ventilasi pada rumah keluarga binaan
5. Perilaku penggunaan air

Dari sekian masalah yang ada pada keluarga tersebut, maka diputuskan untuk
mengangkat permasalahan “Perilaku Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Pada Keluarga
Binaan Desa Pangkalan Kecamatan Teluk Naga Kabupaten Tangerang Provinsi Banten”

41
1.3.4 Alasan Pemilihan Area Masalah

Dari sekian masalah yang ada pada keluarga binaan tersebut, diputuskan untuk
mengangkat permasalahan “Perilaku Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Pada
Keluarga Binaan di Desa Pangkalan Kecamatan Teluk Naga Kabupaten Tangerang
Provinsi Banten”
Pemilihan area masalah ini didasarkan atas metode delphi dan melalui berbagai
pertimbangan yaitu berdasarkan hasil wawancara dari seluruh keluarga binaan, ditemukan
beberapa kesamaan permasalahan pada keluarga binaan yaitu perilaku mengelola sampah
yang kurang benar akibat dari kurangnya pengetahuan mengenai pengelolaan sampah,
kurangnya fasilitas kebersihan yang memadai dan faktor ekonomi yang mendukung.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa dengan semua kekurangan tersebut akan mempengaruhi
perilaku dalam pengelolaan sampah rumah tangga.

42
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Diagnosis dan Intervensi Komunitas


Diagnosis komunitas adalah suatu kegiatan untuk menentukan adanya suatu masalah
dengan cara pengumpulan data di masyarakat (lapangan). Dengan demikian diagnosis
komunitas merupakan kegiatan survey. Dengan melakukan diagnosis komunitas ini maka
masalah kesehatan di komunitas akan dapat diidentifikasi dan dibuat intervensi
pemecahannya. Dengan adanya diagnosis komunitas diharapkan dapat menerapkan prinsip
kedokteran pencegahan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Berdasarkan
latar belakang, profil keluarga binaan, penentuan area masalah dan hasil jawaban kuesioner
maka kami mengangkat diagnosis komunitas mengenai perilaku pengelolaan sampah rumah
tangga pada keluaarga binaan di desa Tanjung Pasir Kecamatan Teluk Naga Kabupaten
Tangerang Provinsi Banten.

2.1.2 Konsep Perilaku


2.1.2.1 Pengertian Perilaku
Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai
bentangan yang sangat luas antara lain : berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja,
kuliah, menulis, membaca dan sebagainya. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang
dimaksud perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang
diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar.
Menurut Skinner, seperti yang dikutip oleh Notoatmodjo (2011), merumuskan
bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus atau
rangsangan dari luar. Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus
terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut merespons, maka teori Skinner ini
disebut teori “S-O-R” atau Stimulus – Organisme – Respon.

43
Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi
dua :
1. Perilaku tertutup (convert behavior)
Perilaku tertutup adalah respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk
terselubung atau tertutup (convert). Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih
terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang terjadi
pada orang yang menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati secara jelas
oleh orang lain.
2. Perilaku terbuka (overt behavior)
Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka.
Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek,
yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain.

2.1.2.2 Klasifikasi Perilaku Kesehatan


Perilaku kesehatan adalah suatu respon seseorang (organisme) terhadap stimulus
atau objek yang berkaitan dengan sakit atau penyakit, sistim pelayanan kesehatan,
makanan, dan minuman, serta lingkungan. Dari batasan ini, perilaku kesehatan dapat di
klasifikasikan menjadi 3 kelompok (Notoatmodjo, 2003) :
1. Perilaku pemeliharaan kesehatan (health maintanance)
Adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga
kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit.
2. Perilaku pencarian atau penggunaan sistem atau fasilitas kesehatan, atau sering
disebut perilaku pencairan pengobatan (health seeking behavior)
Perilaku ini adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat menderita
penyakit dan atau kecelakaan.
3. Perilaku kesehatan lingkungan
Adalah apabila seseorang merespon lingkungan, baik lingkungan fisik maupun
sosial budaya, dan sebagainya.

2.1.2.3 Domain Perilaku


Theory of Reasoned Action (TRA) pertama kali diperkenalkan pada tahun 1967,
teori ini lebih memperhatikan hubungan antara kepercayaan yang berhubungan dengan
perilaku & norma, sikap, tujuan, dan perilaku. Pada tahun 1967, TRA mengalami
perkembangan (oleh Fishbein) yaitu sebuah usaha untuk mengerti/ memahami hubungan

44
antara sikap dan perilaku. Banyak studi sebelumnya dari hubungan ini yang menemukan
secara relative korespondensi yang rendah di antara sikap - sikap dan perilaku, serta
beberapa teori yang bertujuan menghapuskan sikap sebagai sebuah factor yang mendasari
perilaku.
Theory of Reasoned Action mengambil sebuah rangkaian sebab musabab yang
menghubungkan kepercayaan yang berhubungan dengan perilaku dan keyakinan norma
untuk tujuan yang berhubungan dengan perilaku dan tingkah laku, melalui sikap dan
norma subjektif. Ukuran dari komponen model dan hubungan sebab musabab di antara
komponen yang ditentukan dengan jelas. Semua tipe ukuran menggunakan 5 atau 7 titik
skala.
Dalam perkembangan selanjutnya oleh para ahli pendidikan dan untuk kepentingan
pengukuran hasil, ketiga domain itu diukur dari:

1. Pengetahuan (Knowledge)
Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seseorang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Tanpa pengetahuan seseorang tidak
mempunyai dasar untuk mengambil keputusan dan menentukan tindakan terhadap
masalah yang dihadapi. Ada empat macam pengetahuan (Widodo, 2006), yaitu:
a. Pengetahuan Faktual (Factual Knowledge)
Pengetahuan yang berupa potongan - potongan informasi yang terpisah-pisah
atau unsur dasar yang ada dalam suatu disiplin ilmu tertentu. Pengetahuan faktual
pada umumnya merupakan abstraksi tingkat rendah. Ada dua macam pengetahaun
faktual yaitu pengetahuan tentang terminologi (knowledge of terminology)
mencakup pengetahuan tentang label atau simbol tertentu baik yang bersifat verbal
maupun non verbal dan pengetahuan tentang bagian detail dan unsur-unsur
(knowledge of specific details and element) mencakup pengetahuan tentang
kejadian, orang, waktu dan informasi lain yang sifatnya sangat spesifik.
b. Pengetahuan Konseptual
Pengetahuan yang menunjukkan saling keterkaitan antara unsur-unsur dalam
struktur yang lebih besar dan semuanya berfunsi bersama-sama. Pengetahuan
konseptual mencakup skema, model pemikiran, dan teori baik yang implisit
maupun eksplisit. Ada tiga macam pengetahuan konseptual, yaitu pengetahuan
tentang kelasifikasi dan kategori, pengetahuan tentang prinsip dan generalisasi, dan
pengethauan tentang teori, model, dan struktur

45
c. Pengetahuan Prosedural
Pengetahuan tentang bagaimana mengerjakan sesuati, aik yang bersifat rutin
maupun yang baru. Seringkali pengetahuan prosedural berisi langkah-langkah atau
tahapan yang harus diikuti dalam mengerjakan suatu hal tertentu
d. Pengetahuan Metakognitif
Mencakup pengetahuan tentang kognisi secara umum dan pengetahuan
tentang diri sendiri. Penelitian-penelitian tentang metakognitif menunjukkan bahwa
seiring dengan perkembangannya siswa menjadi semakin sadar akan pikirannya
dan semakin banyak tahu tentang kognisi, dan apabila siswa bisa mencapai hal ini
maka mereka akan lebih baik lagi dalam belajar.

Faktor - faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang :


a. Faktor Internal
Merupakan faktor dari dalam diri sendiri, misalnya intelegensia, minat dan
kondisi fisik
b. Faktor Eksternal
Merupakan faktor dari luar diri, misalnya keluarga, masyarakat, atau sarana.
c. Faktor pendekatan belajar
Merupakan faktor yang berhubungan dengan upaya belajar, misalnya strategi dan
metode dalam pembelajaran.

Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan tercakup dalam domain kognitif


mempunyai 6 tingkatan yaitu:
 Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.
Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall)
sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah
diterima. Oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.
 Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang
objek yang diketahui, dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar.
Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan,

46
menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dansebagainya terhadap objek
yang dipelajari.
 Aplikasi (Aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi di sini dapat
diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip,
dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.
 Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke
dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi, dan
masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari
penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan (membuat bagan),
membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.
 Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan
kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari
formulasi-formulasi yang ada. Misalnya dapat menyusun, dapat merencanakan,dapat
meringkaskan, dapat menyesuaikan, dan sebagainya terhadap suatu teori atau
rumusan-rumusan yang telah ada.
 Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau
penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu didasarkan pada
suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah
ada.

2. Sikap
Sikap adalah determinan perilaku, karena mereka berkaitan dengan persepsi,
kepribadian, dan motivasi. Sebuah sikap merupakan suatu keadaan sikap mental, yang
dipelajari dan diorganisasi menurut pengalaman, dan yang menyebabkan timbulnya
pengaruh khusus atas reaksi seseorang terhadap orang-orang, objek-objek, dan situasi-
situasi dengan siapa ia berhubungan (Winardi, 2004).

47
Terdapat tiga komponen sikap, sehubungan dengan faktor-faktor lingkungan kerja,
sebagai berikut:
 Afeksi (affect) yang merupakan komponen emosional atau perasaan.
 Kognisi adalah keyakinan evaluatif seseorang. Keyakinan-keyakinan evaluatif,
dimanifestasi dalam bentuk impresi atau kesan baik atau buruk yang dimiliki
seseorang terhadap objek atau orang tertentu.
 Perilaku, yaitu sebuah sikap berhubungan dengan kecenderungan seseorang
untuk bertindak terhadap seseorang atau hal tertentu dengan cara tertentu
(Winardi, 2004).

Menurut Noroatmodjo (2003) sikap terdiri dari berbagai tingkatan, yaitu:


 Menerima (receiving), menerima diartikan bahwa subjek mau dan
memperhatikan stimulus yang diberikan.
 Merespon (responding), memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan,
dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.
 Menghargai (valuing), mengajak orang lain untuk mengerjakan atau
mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.
 Bertanggung jawab (responsible), bertanggungjawab atas segala suatu yang
telah dipilihnya dengan segala risiko merupakan sikap yang memiliki tingkatan
paling tinggi

3. Praktik atau tindakan (Practice)


Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior).
Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan yang nyata diperlukan faktor
pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas dan
faktor dukungan (support) praktik ini mempunyai beberapa tingkatan:
1. Persepsi (Perception)
Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan
diambil adalah merupakan praktik tingkat pertama.
2. Respon Terpimpin (Guide Response)
Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan
contoh adalah merupakan indikator praktik tingkat kedua.

48
3. Mekanisme (Mechanism)
Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara
otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah mancapai
praktik tingkat tiga
4. Adopsi (Adoption)
Adaptasi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang dengan
baik. Artinya tindakan itu sudah dimodifikasi tanpa mengurangi kebenaran
tindakan tersebut.

Pengukuran perilaku dapat dilakukan secara langsung yakni dengan wawancara


terhadap kegiatan - kegiatan yang telah dilakukan beberapa jam, hari atau bulan yang lalu
(recall). Pengukuran juga dapat dilakukan secara langsung, yakni dengan mengobservasi
tindakan atau kegiatan responden.
Menurut penelitian Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang
mengadopsi perilaku baru di dalam diri orang tersebut terjadi proses berurutan yakni:
1. Kesadaran (awareness)
Di mana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap
stimulus (objek)
2. Tertarik (interest)
Di mana orang mulai tertarik pada stimulus
3. Evaluasi (evaluation)
Menimbang - nimbang terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya.Hal
ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi
4. Mencoba (trial)
Di mana orang telah mulai mencoba perilaku baru.
5. Menerima (Adoption)
Di mana subyek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan
sikapnya terhadap stimulus.

2.1.2.4 Asumsi Determinan Perilaku


Menurut Spranger, membagi kepribadian manusia menjadi 6 macam nilai
kebudayaan. Kepribadian seseorang ditentukan oleh salah satu nilai budaya yang dominan
pada diri orang tersebut. Secara rinci perilaku manusia sebenarnya merupakan refleksi dari

49
berbagai gejala kejiwaan seperti pengetahuan, keinginan, kehendak, minat, motivasi,
persepsi, sikap dan sebagainya.
Namun demikian realitasnya sulit dibedakan atau dideteksi gejala kejiwaan
tersebut dipengaruhi oleh faktor lain diantaranya adalah pengalaman, keyakinan,
sarana/fasilitas, sosial budaya dan sebagainya. Beberapa teori lain yang telah dicoba untuk
mengungkap faktor penentu yang dapat mempengaruhi perilaku khususnya perilaku yang
berhubungan dengan kesehatan, antara lain :
1. Teori WHO (1984)
WHO menganalisis bahwa yang menyebabkan seseorang berperilaku tertentu
adalah :

 Pemikiran dan perasaan (thougts and feeling), yaitu dalam bentuk pengetahuan,
persepsi, sikap, kepercayaan dan penilaian seseorang terhadap objek (objek
kesehatan).
a. Pengetahuan diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain.
b. Kepercayaan sering atau diperoleh dari orang tua, kakek, atau nenek.
Seseorang menerima kepercayaan berdasarkan keyakinan dan tanpa adanya
pembuktian terlebih dahulu.
c. Sikap menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap objek. Sikap
sering diperoleh dari pengalaman sendiri atau orang lain yang paling dekat.
Sikap membuat seseorang mendekati atau menjauhi orang lain atau objek lain.
Sikap positif terhadap tindakan-tindakan kesehatan tidak selalu terwujud di
dalam suatu tindakan tergantung pada situasi saat itu, sikap akan diikuti oleh
tindakan mengacu kepada pengalaman orang lain, sikap diikuti atau tidak
diikuti oleh suatu tindakan berdasar pada banyak atau sedikitnya pengalaman
seseorang.
 Tokoh penting sebagai Panutan. Apabila seseorang itu penting untuknya, maka apa
yang ia katakan atau perbuat cenderung untuk dicontoh.
 Sumber - sumber daya (resources), mencakup fasilitas, uang, waktu, tenaga dan
sebagainya.
 Perilaku normal, kebiasaan, nilai-nilai dan penggunaan sumber-sumber di dalam
suatu masyarakat akan menghasilkan suatu pola hidup (way of life) yang pada
umumnya disebut kebudayaan. Kebudayaan ini terbentuk dalam waktu yang lama
dan selalu berubah, baik lambat ataupun cepat sesuai dengan peradapan umat

50
manusia.

2. Theory of Reasoned Action (TRA)


Teori ini pertama kali diperkenalkan pada tahun 1967, teori ini lebih
memperhatikan hubungan antara kepercayaan yang berhubungan dengan perilaku &
norma, sikap, tujuan, dan perilaku. Pada tahun 1967, TRA mengalami perkembangan
(oleh Fishbein) yaitu sebuah usaha untuk mengerti/ memahami hubungan antara sikap
dan perilaku. Banyak studi sebelumnya dari hubungan ini yang menemukan secara
relative korespondensi yang rendah di antara sikap - sikap dan perilaku, serta
beberapa teori yang bertujuan menghapuskan sikap sebagai sebuah factor yang
mendasari perilaku.
Theory of Reasoned Action mengambil sebuah rangkaian sebab musabab yang
menghubungkan kepercayaan yang berhubungan dengan perilaku dan keyakinan
norma untuk tujuan yang berhubungan dengan perilaku dan tingkah laku, melalui
sikap dan norma subjektif. Ukuran dari komponen model dan hubungan sebab
musabab di antara komponen yang ditentukan dengan jelas. Semua tipe ukuran
menggunakan 5 atau 7 titik skala.

3.Teori Lawrence Green (1980)


Green mencoba menganalisis perilaku manusia berangkat dari tingkat kesehatan.
Bahwa kesehatan seseorang dipengaruhi oleh 2 faktor pokok, yaitu faktor perilaku
(behavior causes) dan faktor di luar perilaku (non behavior causes). Faktor perilaku
ditentukan atau dibentuk oleh :

 Faktor predisposisi (predisposing factor), yang terwujud dalam pengetahuan,


sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai - nilai dan sebagainya.
 Faktor pendorong (enabling factor), yang terwujud dalam lingkungan fisik,
tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan,
misalnya puskesmas, obat-obatan, alat - alat steril dan sebagainya.
 Faktor pendukung (reinforcing factor) yang terwujud dalam sikap dan perilaku
petugas kesehatan atau petugas lain, yang merupakan kelompok referensi dari
perilaku masyarakat

51
4. Teori Snehandu B. Kar (1983)
Kar mencoba menganalisis perilaku kesehatan bertitik tolak bahwa perilaku
merupakan fungsi dari :
 Niat seseorang untuk bertindak sehubungan dengan kesehatan atau perawatan
kesehatannya (behavior itention)
 Dukungan sosial dari masyarakat sekitarnya (social support)
 Adanya atau tidak adanya informasi tentang kesehatan atau fasilitas kesehatan
(accesebility of information)
 Otonomi pribadi orang yang bersangkutan dalam hal mengambil tindakan atau
keputusan (personal au`tonomy)
 Situasi yang memungkinkan untuk bertindak (action situation).

2.1.3 Teori Pengelolaan Sampah Rumah Tangga


2.1.3.1 Definisi Sampah Rumah Tangga
Menurut UU No.18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah mendefinisikan
sampah rumah tangga sebagai sampah yang berasal dari kegiatan sehari-hari dalam rumah
tangga, tidak termasuk tinja dan sampah spesifik (sampah yang mengandung bahan
beracun).

2.1.3.2 Jenis-Jenis Sampah Rumah Tangga


Selajutnya Widyadmoko (2002), mengelompokkan sampah rumah tangga yaitu
sampah yang berasal dari kegiatan rumah tangga yang terdiri dari bermacam-macam jenis
sampah sebagai berikut:
1. Sampah basah atau sampah yang terdiri dari bahan organik yang mudah membusuk
yang sebagian besar adalah sisa makanan, potongan hewan, sayuran, dan lain-lain.
2. Sampah kering yaitu sampah yang terdiri dari logam seperti besi tua, kaleng bekas
dan sampah kering non logam, misalnya kertas, kaca, keramik, batu- batuan, dan
sisa kain.
3. Sampah lembut, misalnya debu yang berasal dari penyapuan lantai rumah, gedung
dan penggergajian kayu.
4. Sampah besar atau sampah yang terdiri dari bangunan rumah tangga yang besar,
seperti meja, kursi, kulkas, radio dan peralatan dapur.

52
2.1.3.3 Definisi Pengelolaan Sampah
Menurut Undang-Undang No.18 Tahun 2008, pengelolaan sampah adalah kegiatan
yang sistematis, menyeluruh, dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan
penanganan sampah. Pengaturan pengelolaan sampah ini bertujuan untuk:

1. Menjaga kelestarian fungsi lingkungan hidup dan kesehatan masyarakat; dan


2. Menjadikan sampah sebagai sumber daya.
Pemerintah menyusun rencana pengelolaan sampah rumah tangga, yaitu:
1. Pembatasan timbun sampah
2. Pendauran ulang sampah
3. Pemanfaatan kembali sampah
4. Pemilahan sampah
5. Pengeumpulan sampah
6. Pengangkutan sampah
7. Pengolahan sampah
8. Pemrosesan akhir sampah
9. Pendanaan

Adapun usaha pengelolaan sampah menurut Slamet (1994) baik skala besar maupun
skala kecil, apabila sudah tercapai tujuannya, yakni lingkungan dan masyarakat yang
sehat, maka faktor yang paling utama, yang harus diperhatikan dalam hal ini adalah peran
serta masyarakat. Masyarakat harus mengerti dan mau berpartisipasi, bila perlu mengubah
sikap sehingga bersedia membantu mulai dari pengurangan volume sampai perbaikan
kualitas sampah, membuang sampah pada tempatnya, membersihkan tempat sampah,
sampai kepada penyediaan lahan dan pemusnahan sampah.
Oleh karena itu, dalam menanggulangi sampah sudah merupakan tanggung jawab
pemerintah dan masyarakat dengan melakukan pengelolaan sebaik mungkin agar tercipta
lingkungan yang sehat dan bersih. Partisipasi yang dapat dilakukan masyarakat pemerintah
dalam menanggulangi masalah sampah yaitu dapat berupa memperbanyak tempat-tempat
sampah yang besar dan dikelola dengan baik, sehingga hal-hal yang negatif bagi
kehidupan tidak sampai terjadi.

53
2.1.3.4 Pengelolaan Sampah Rumah Tangga
Pengelolaan sampah rumah tangga dapat dilihat dari pendapat beberapa ahli dan
Undang – Undang No. 18 Tahun 2008 yang dapat dibedakan atas 2 bagian yaitu meliputi:
a. Pengurangan sampah
1 Pengurangan sampah meliputi kegiatan:
 pembatasan timbulan sampah;
 pendauran ulang sampah; dan/atau
 pemanfaatan kembali sampah.
2 Pemerintah dan pemerintah daerah wajib melakukan kegiatan pengurangan
sampah dengan cara:
 menetapkan target pengurangan sampah secara bertahap dalam jangka waktu
tertentu;
 memfasilitasi penerapan teknologi yang ramah lingkungan;
 memfasilitasi penerapan label produk yang ramah lingkungan;
 memfasilitasi kegiatan mengguna ulang dan mendaur ulang; dan
 memfasilitasi pemasaran produk-produk daur ulang.
3 Pelaku usaha dalam melaksanakan pengurangan sampah menggunakan bahan
produksi yang menimbulkan sampah sesedikit mungkin, dapat diguna ulang,
dapat didaur ulang atau mudah diurai oleh proses alam.
Masyarakat dalam melakukan kegiatan pengurangan sampah menggunakan bahan
yang dapat diguna ulang, didaur ulang atau mudah diurai oleh proses alam.

b. Penanganan Sampah

Kegiatan penanganan sampah menurut UU No.18 Tahun 2008 meliputi:


 Pemilahan dalam bentuk pengelompokan dan pemisahan sampah sesuai dengan
jenis, jumlah, dan/atau sifat sampah.
 Pengumpulan dalam bentuk pengambilan dan pemindahan sampah dari sumber
sampah ke tempat penampungan sementara atau tempat pengolahan sampah
terpadu.
 Pengangkutan dalam bentuk membawa sampah dari sumber dan/atau dari
tempat penampungan sampah sementara atau dari tempat pengolahan sampah
terpadu menuju ke tempat pemrosesan akhir;
 Pengolahan dalam bentuk mengubah karakteristik, komposisi, dan jumlah

54
sampah; dan/atau
 Pemrosesan akhir sampah dalam bentuk pengembalian sampah dan/atau residu
hasil pengolahan sebelumnya ke media lingkungan secara aman.

2.1.3.5. Pengelolaan Sampah Rumah Tangga 3R Berbasis Masyarakat


Konsep 3R adalah paradigma baru dalam pola konsumsi dan produksi disemua
tingkatan dengan memberikan prioritas tertinggi pada pengelolaan limbah yang
berorientasi pada pencegahan timbulan sampah, minimisasi limbah dengan mendorong
barang yang dapat digunakan lagi dan barang yang dapat didekomposisi secara biologi
(biodegradable) dan penerapan pembuangan limbah yang ramah lingkungan. Pelaksanaan
3R tidak hanya menyangkut masalah sosial dalam rangka mendorong perubahan sikap dan
pola pikir menuju terwujudnya masyarakat yang ramah lingkungan dan berkelanjutan
tetapi juga menyangkut pengaturan (manajemen) yang tepat dalam pelaksanaannya.
Prinsip pertama Reduce adalah segala aktifitas yang mampu mengurangi dan mencegah
timbulan sampah. Prinsip kedua Reuse adalah kegiatan penggunaan kembali sampah yang
layak pakai untuk fungsi yang sama atau yang lain. Prinsip ketiga Recyle adalah kegiatan
mengelola sampah untuk dijadikan produk baru. Untuk mewujudkan konsep 3R salah satu
cara penerapannya adalah melalui pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis masyarakat,
yang diarahkan kepada daur ulang sampah (recycle). Hal ini dipertimbangkan sebagai
upaya mengurangi sampah sejak dari sumbernya, karena adanya potensi pemanfaatan
sampah organik sebagai bahan baku kompos dan komponen non organik sebagai bahan
sekunder kegiatan industri seperti plastik, kertas, logam, gelas,dan lain-lain. Sesuai dengan
Permen PU 21/PRT/M/2006 tentang kebijakan dan strategi Nasional Pengembangan
Sistem Pengelolaan Persampahan, diperlukan suatu perubahan paradigma yang lebih
mengedepankan proses pengelolaan sampah yang ramah lingkungan, yaitu dengan
melakukan upaya pengurangan dan pemanfaatan sampah sebelum akhirnya sampah
dibuang ke TPA (target 20% pada tahun 2014).
Reduce (R1) Reduce atau reduksi sampah merupakan upaya untuk mengurangi
timbulan sampah di lingkungan sumber dan bahkan dapat dilakukan sejak sebelum
sampah dihasilkan, setiap sumber dapat melakukan upaya reduksi sampah dengan cara
merubah pola PEDOMAN UMUM 3R 6 hidup konsumtif, yaitu perubahan kebiasaan dari
yang boros dan menghasilkan banyak sampah menjadi hemat/efisien dan sedikit sampah,
namun diperlukan kesadaran dan kemauan masyarakat untuk merubah perilaku tersebut.

55
Reuse (R2) Reuse berarti mengunakan kembali bahan atau material agar tidak
menjadi sampah (tanpa melalui proses pengelolaan) seperti menggunakan kertas bolak-
balik, mengunakan kembali botol bekas ”minuman” untuk tempat air, mengisi kaleng susu
dengan susu refill dan lain-lain.
Recycle (R3) Recycle berarti mendaur ulang suatu bahan yang sudah tidak berguna
(sampah) menjadi bahan lain setelah melalui proses pengolahan seperti mengolah sisa kain
perca menjadi selimut, kain lap, keset kaki, dsb atau mengolah botol/plastik bekas menjadi
biji plastik untuk dicetak kembali menjadi ember, hanger, pot, dan sebagainya atau
mengolah kertas bekas menjadi bubur kertas dan kembali dicetak menjadi kertas dengan
kualitas sedikit lebih rendah dan lain-lain.

 Konsepsi Penanganan Sampah 3R Skala Rumah Tangga


Penanganan sampah hendaknya tidak lagi hanya bertumpu pada aktivitas
pengumpulan, pangangkutan dan pembuangan sampah. Penanganan sampah skala rumah
tangga diharapkan dapat menerapkan upaya minimisasi yaitu dengan cara mengurangi,
memanfaatkan kembali dan mendaur ulang sampah yang dihasilkan.
1. Pemilahan Sampah Non Organik.
Pemilahan sampah non organik di kawasan permukiman perlu dilakukan,
yaitu dengan cara memilah sampah kertas, plastik, dan logam/kaca di
masingmasing sumber dengan cara sederhana dan mudah dilakukan oleh
masyarakat, misalnya mengunakan kantong plastik besar atau karung kecil.
Khusus untuk sampah B3 rumah tangga, diperlukan wadah khusus yang
pengumpulannya dapat dilakukan sebulan sekali atau sesuai kebutuhan. Hasil
pemilahan sampah di sumber pada umumnya mempunyai kualitas yang lebih
baik dibandingkan apabila pemilahan sampah dilakukan di TPA.
2. Pengolahan Sampah Organik (Pembuatan Kompos)
Di bedakan antara sampah organik dari kebun (daun-daunan) dan sampah
organik dari dapur (nasi, daging, dll). Skenario pembuatan kompos secara
individu di sumber harus dilakukan dengan cara sederhana dan dapat mengacu
pada best practice yang telah ada. • Pembuatan kompos di sumber dapat
dilakukan misalnya seperti di Banjarsari dan Rawajati dengan metode lubang
(hanya dapat dilakukan untuk daerah yang tingkat kepadatan penduduknya
masih rendah), Gentong, Bin Takakura atau metode lain sebagai “composter”. •
Dengan “komposter gentong“ (alasnya di lubangi dan di isi kerikil serta sekam,

56
merupakan cara sederhana karena seluruh sampah organik dapat dimasukan
dalam gentong). • Dengan Bin Takakura (keranjang yang dilapisi kertas karton,
sekam padi dan kompos matang), memerlukan sedikit kesabaran karena
dibutuhkan sampah organik terseleksi dan pencacahan untuk mempercepat
proses pematangan kompos. Komposter takakura dapat ditempatkan didalam
rumah (tidak menimbulkan bau). • Produk kompos dapat digunakan untuk
program penghijauan dan penanaman bibit.
3. Daur Ulang
Daur ulang di sumber dilakukan mulai dengan melakukan pemilahan
sampah, sebaiknya dilakukan dengan cara yang sederhana agar mudah
dilakukan oleh masyarakat. Pemilahan sampah dapat dimulai dengan
memisahkan sampah menjadi sampah basah (organik) dan sampah kering (non
organik) atau langsung menjadi beberapa jenis (sampah organik, kertas, plastik,
kaleng, sampah B3 rumah tangga).

Kebiasaan membakar sampah memang sudah membudaya di masyarakat baik itu di


perdesaan maupun di perkotaan. Mereka belum menyadari bahwa jenis sampah saat ini
berbeda dengan sampah jaman dulu. Jenis-jenis sampah saat ini cenderung didominasi
oleh sampah sintetis kimia seperti plastik, karet, styrofoam, logam, kaca dll. Apabila
sampah tersebut dibakar maka akan mengeluarkan gas-gas beracun yang dapat
membahayakan kesehatan masyarakat yang menghirupnya dan memperburuk kualitas
lingkungan udara. Misalnya hasil pembakaran sampah plastik menghasilkan gas dioxin
yang mempunyai daya racun 350 kali dibandingkan asap rokok. Dioxin termasuk super
racun dan bersifat karsinogenik bila masuk kedalam jaringan tubuh manusia terutama
saraf dan paru-paru, sehingga dapat mengganggu sistem saraf dan pernafasan termasuk
penyebab kanker. Pembakaran styrofoam akan menghasilkan CFC yang dapat merusak
lapisan ozon dan berbahaya bagi manusia.
Timbunan sampah pada rempat pembuangan sampah sementara maupun tempat
pembuangan akhir akan menghasilkan lindi. Leachate/lindi adalah limbah cair yang
timbul akibat masuknya air eksternal ke dalam timbunan sampah, melarutkan dan
membilas materi-materi terlarut, termasuk juga materi organik hasil proses dekomposisi
biologis. Dari sana dapat diramalkan bahwa kuantitas dan kualitas lindi akan sangat
bervariasi dan berfluktuasi. Leachate/lindi yang tidak ditangani dengan baik yaitu tanpa
melalui pengolahan dapat memberikan dampak negative pada lingkungan antara lain

57
timbulnya bau sehingga menguranggi estetika, timbulnya penyakit. Vektor atau
pembawa penyakit yang ditimbulkan dari tempat sampah adalah thypus, disentri dengan
vector pembawa penyakit adalah lalat, kecoa, tikus dan lain sebagainya.

 Bank Sampah
Bank sampah merupakan model pengelolaan sampah madiri seperti pada pengelolan
keuangan di bank pada umumnya (Cecep Dani Sucipto, 2012). Masyarakat dihimbau
untuk menabung dalam bentuk sampah. Seperti halnya bank pada umumnya, bank
sampah ini juga terdapat penanggung jawab pelaksana, ketua pelaksana, teller sampah,
petugas penimbang sampah, buku tabungan, bendahara pemegang keuangan. Sistem
yang dilakukan pada bank sampah ini 5 adalah, masyarakat sebagai nasabah bank
memasokkan sampah yang telah dipilah kemudian diterima oleh petugas penimbangan
dan kemudian diterima oleh teller sampah untuk dicatat di buku tabungan. Yang tercatat
dalam buku tabungan sampah adalah berat sampah yang nantinya akan dijual oleh
pengelola dan masyarakat akan menerima 80 % dari hasil penjualan dan 20 % untuk
pengelola. Hasil penjualan sampah ini ditabung dan biasanya baru diambil pada saat
lebaran tiba. Bank sampah dapat dikelola oleh pemerintahan tingkat desa, dusun maupun
organisasi yang lain misalnya organisasi pemuda, kelompok PKK, dasawisma dan dapat
juga dikelola oleh personal yang peduli terhadap pengelolaan sampah. Pihak-pihak yang
terkait dengan bank sampah antara lain anggota masyarakat (sebagai nasabah sampah),
kepala desa/dusun/penanggung jawab program, pengepul(pembeli sampah), pelaksana
operasional pengelolaan sampah, pembeli hasil daur ulang sampah dan lain-lain.

Pelaksana Pengelolaan Bank sampah:

1. Penanggung jawab pelaksana program bertugas sebagai koordinator pelaksanaan


program
2. Divisi Humas (1-3 orang), bertugas sebagai customer service, mensosialisasikan
tentang bank sampah kepada masyarakat umum, melakukan koordinasi dan
menjual sampah terpilah maupun hasil daur ulang.
3. Divisi Penimbangan Sampah (1-2 orang), menimbang sampah yang diantar oleh
masyarakat ke bank.
4. Teller (1-2 0rang), bertugas mencatat keluar masuknya sampah dari para
penyetor(nasabah sampah) dan pengepul sampah.
5. Divisi Quality Control (1-2 orang), bertugas mengontrol hasil pemilahan sampah

58
yang telah disetor ke bank sampah.

Contoh ketentuan-ketentuan yang harus disepakati bersama dalam bank sampah:

1. Sampah yang di setor harus terpilah dengan benar, kantong I berisi sampah kertas,
kantong II berisi sampah plastik, kantong III berisi sampah logam, kantong IV
berisi plastik kresek, kantong V berisi plastik bekas kemasan.
2. Hasil nilai ekonomi sampah yang disetor ke bank sampah akan dipotong
20 %(10 % untuk biaya operasional dan 10% masuk ke kas pengelola).
3. Penyetoran sampah hanya akan dilayani setiap hari sabtu dan minggu pada pukul
15.00-17.00
4. Uang dapat dicairkan minimal setelah menyetor sampah selama 3 bulan
5. Untuk sementara sampah berupa sampah organik masih dikelola oleh
masingmasing warga.

Secara umum keuntungan pengelolaan sampah mandiri berbasis masyarakat antara


lain menumbuhkan kesadaran masyarakat untuk mengelola sampah dengan benar,
membangun kebiasaan dalam mengurangi, memilah dan mendaur ulang sampah,
membuka peluang usaha dan masyarakat tidak harus membayar iuran untuk pengambilan
sampah bahkan memberikan pemasukan untuk kas dusun atau organisasi lainnya.
Manfaat yang paling penting adalah pengelolaan sampah mandiri dapat mengurangi
polusi air, tanah dan udara serta sumber-sumber penyakit yang berbahaya.

2.1.3.6. Dampak Jika Sampah Tidak Dikelola


Menurut Gelbert dkk (1996:46-48), jika sampah tidak dikelola dengan baik akan
menimbulkan dampak negatif terhadap manusia dan lingkungan, yaitu:

1. Dampak terhadap Kesehatan


Lokasi dan pengelolaan sampah yang kurang memadai (pembuangan sampah
yang tidak terkontrol) merupakan tempat yang cocok bagi beberapa organisme dan
menarik bagi berbagai binatang seperti lalat dan anjing yang dapat menjangkitkan
penyakit. Potensi bahaya kesehatan yang dapat ditimbulkan adalah sebagai berikut
(Gelbert dkk 1996:46-48):
a. Penyakit diare, kolera, tifus menyebar dengan cepat karena virus yang berasal
dari sampah dengan pengelolaan tidak tepat dapat bercampur air minum.

59
b. Penyakit jamur dapat juga menyebar (misalnya jamur kulit).
c. Penyakit yang dapat menyebar melalui rantai makanan. Salah satu contohnya
adalah suatu penyakit yang dijangkitkan oleh cacing pita (taenia). Cacing ini
sebelumnnya masuk ke dalam pencernakan binatang ternak melalui makanannya
yang berupa sisa makanan/sampah.
d. Sampah beracun: Telah dilaporkan bahwa di Jepang kira-kira 40.000 orang
meninggal akibat mengkonsumsi ikan yang telah terkontaminasi oleh raksa
(Hg). Raksa ini berasal dari sampah yang dibuang ke laut oleh pabrik yang
memproduksi baterai dan akumulator.

2. Dampak terhadap Lingkungan


Cairan rembesan sampah (lindi) yang masuk ke dalam drainase atau sungai akan
mencemari air. Berbagai organisme termasuk ikan dapat mati sehingga beberapa
spesies akan lenyap, hal ini mengakibatkan berubahnya ekosistem perairan biologis
(Gelbert dkk., 1996). Penguraian sampah yang dibuang ke dalam air akan
menghasilkan asam organik dan gas cair organik, seperti metana. Selain berbau
kurang sedap, gas ini dalam konsentrasi tinggi dapat meledak (Gelbert dkk., 1996).

3. Dampak terhadap Keadaan Sosial dan Ekonomi


Dampak-dampak tersebut menurut Gelbert dkk, 1996 adalah sebagai berikut:

A. Pengelolaan sampah yang kurang baik akan membentuk lingkungan yang kurang
menyenangkan bagi masyarakat: bau yang tidak sedap dan pemandangan yang
buruk karena sampah bertebaran dimana-mana.
B. Memberikan dampak negatif terhadap kepariwisataan.
C. Pengelolaan sampah yang tidak memadai menyebabkan rendahnya tingkat
kesehatan masyarakat. Hal penting disini adalah meningkatnya pembiayaan
secara langsung (untuk mengobati orang sakit) dan pembiayaan secara tidak
langsung (tidak masuk kerja, rendahnya produktivitas).
D. Pembuangan sampah padat ke badan air dapat menyebabkan banjir dan akan
memberikan dampak bagi fasilitas pelayanan umum seperti jalan, jembatan,
drainase, dan lain-lain.
E. Infrastruktur lain dapat juga dipengaruhi oleh pengelolaan sampah yang tidak
memadai, seperti tingginya biaya yang diperlukan untuk pengelolaan air. Jika

60
sarana penampungan sampah yang kurang atau tidak efisien, orang akan
cenderung membuang sampahnya di jalan. Hal ini mengakibatkan jalan perlu
lebih sering dibersihkan dan diperbaiki.

2.1.3 Ajaran Islam dalam Aspek Kesehatan Lingkungan

Manusia tidak dapat menjalani kehidupan tanpa adanya petunjuk. Agama Islam
merupakan tuntunan hidup bagi manusia. Ajaran Islam mengatur semua hal, salah satunya
yaitu berhubungan dengan kesehatan masyarakat.

1. Kesehatan Lingkungan
Kesehatan masyarakat melingkupi beberapa disiplin ilmu. Salah satunya yaitu
kesehatan lingkungan. Ilmu Kesehatan lingkungan adalah ilmu yang mempelajari
hubungan timbal balik antara faktor kesehatan dan faktor lingkungan.
Menurut Undang undang No.11 tentang Hygiene. Dalam Undang-undang
Hygiene tahun 1966 dijelaskan yang dimaksud dengan hygiene adalah kesehatan
masyarakat yang khusus meliputi segala usaha untuk melindungi, memelihara dan
mempertinggi derajat kesehatan dengan tujuan memberi dasar-dasar kelanjutan hidup
yang sehat serta mempertinggi kesejahteraan dan daya guna perikehidupan manusia.
Dalam Undang-undang no.4 tahun 1982 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok
Pengelolaan Lingkungan Hidup, dijelaskan bahwa kesehatan lingkungan adalah suatu
kondisi lingkungan yang mampu menopang keseimbangan ekologis yang dinamis
antara manusia dan lingkungan untuk mendukung tercapainya kualitas hidup manusia
yang sehat, sejahtera dan bahagia.
Menurut UU no 32 tahun 2009, Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan
semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya,
yang mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan perikehidupan, dan kesejahteraan
manusia serta makhluk hidup lain.
Ruang lingkup kesehatan lingkungan meliputi lingkungan hidup, pencemaran
lingkungan, ekologi, ekosistem, toksikologi, AMDAL, ANDAL, pencemaran B3, dan
sanitasi.

2. Hubungan Islam dengan Kesehatan Lingkungan


Islam merupakan agama yang sangat memerhatikan tentang lingkungan dan

61
keberlanjutan kehidupan di dunia. Banyak ayat Al quran dan Al hadist yang
menjelaskan, menganjurkan bahkan mewajibkan setiap manusia untuk menjaga
kelangsungan kehidupannya dan kehidupan makhluk lain dibumi.
Proses kerusakan lingkungan di darat dan lautan telah disitir dalam Alqur’an surat
30 (Ar-rum) ayat 41:”Telah terjadi (tampak) kerusakan di darat dan di laut karena
perbuatan tangan manusia, supaya Allah akan merasakan kepada mereka sebagian
(akibat tindakan mereka) agar mereka kembali (ke jalan yang benar)”. Selanjutnya
masih banyak lagi ayat-ayat Alqur’an (misalnya: surat 2 ayat 60 dan 205; surat 5 ayat
64; surat 7 ayat 85; dan beberapa surat lainnya) yang juga menegaskan tentang
peranan manusia dalam kerusakan lingkungan, melarang manusia untuk merusak
lingkungan, dan sekaligus mengajak manusia memelihara lingkungan. Dari ayat-ayat
tersebut ada dua hal pokok yang menjadi dasar pandangan Islam dalam issu
pencemaran lingkungan. Pertama, Islam menyadari bahwa telah dan akan terjadi
kerusakan lingkungan baik di daratan dan lautan yang berakibat pada turunnya
kualitas lingkungan tersebut dalam mendukung hajat hidup manusia. Kedua, Islam
memandang manusia sebagai penyebab utama kerusakan dan sekaligus pencegah
terjadinya kerusakan tersebut.
Oleh karena itu perlu adanya penyelamatan dan konservasi lingkungan (alam)
yang menyatu tak terpisahkan dengan konsep keesaan Tuhan (tauhid), syariah, dan
akhlak. Islam mempunyai konsep yang sangat jelas tentang pentingnya konservasi,
penyelamatan, dan pelestarian lingkungan. Konsep Islam tentang lingkungan ini
ternyata sebagian telah diadopsi dan menjadi prinsip ekologi yang dikembangkan oleh
para ilmuwan lingkungan. Prinsip-prinsip ekologi tersebut telah pula dituangkan
dalam bentuk beberapa kesepakatan dan konvensi dunia yang berkaitan dengan
lingkungan.
Pada masa kekhalifahan, peradaban Islam di Semenanjung Arab memiliki dan
menjaga kawasan konservasi yang disebut Hima. Hima merupakan zona yang tak
boleh disentuh atau digunakan untuk apapun bagi kepentingan manusia. Tempat
tersebut digunakan sebagai konservasi alam, baik untuk kehidupan binatang liar
maupun tumbuh-tumbuhan.
Selain itu di dalam ajaran Islam, dikenal juga dengan konsep yang berkaitan
dengan penciptaan manusia dan alam semesta yakni konsep Khilafah dan Amanah.
Konsep khilafah menyatakan bahwa manusia telah dipilih oleh Allah di muka bumi
ini (khalifatullah fil’ardh). Sebagai wakil Allah, manusia wajib untuk bisa

62
merepresentasikan dirinya sesuai dengan sifat-sifat Allah. Salah satu sifat Allah
tentang alam adalah sebagai pemelihara atau penjaga alam (rabbul’alamin). Jadi
sebagai wakil (khalifah) Allah di muka bumi, manusia harus aktif dan bertanggung
jawab untuk menjaga bumi. Artinya, menjaga keberlangsungan fungsi bumi sebagai
tempat kehidupan makhluk Allah termasuk manusia sekaligus menjaga keberlanjutan
kehidupannya.
Penjelasan tersebut tercantum dalam surat Al An’am ayat 141-142, yang intinya
manusia mempunyai hak atau diperbolehkan untuk memanfaatkan apa-apa yang ada
di muka bumi (sumber daya alam) yang tidak melampaui batas atau berlebihan.
Surat Al An’am ayat 141-142

Sebagai agama yang rahmatan lil alamin (kasih bagi alam semesta; surat 21 ayat
107), maka sudah sewajarnya apabila Islam menjadi pelopor bagi pengelolaan
lingkungan sebagai manifestasi dari rasa kasih bagi alam semesta tersebut. Selain
melarang membuat kerusakan di muka bumi, Islam juga mempunyai kewajiban untuk
menjaga lingkungan yang bersih, karena kebersihan merupakan bagian hidup

63
masyarakat Islam seperti diutarakan oleh nabi Muhammad SAW dengan hadistnya
yang berbunyi:
“Kebersihan merupakan bagian dari iman”. Nabi Muhammad SAW juga melarang
manusia untuk membuang air seni ke dalam sumber mata air, jalanan, di tempat
teduh, dan di dalam liang (tempat hidup) binatang”.
Dan sebuah hadits Rasulullah SAW yang maksudnya
''Islam itu bersih maka hendaklah kamu suka membersihkan diri kamu, tidak akan
masuk surga kecuali orang-orang yang bersih'' (HR.Dailami),

Larangan tersebut dapat dimanifestasikan lebih lanjut sebagai larangan Islam


dalam membuang sampah atau produk-produk berbahaya ke dalam lingkungan yang
kemungkinan besar akan merusak atau menurunkan mutu lingkungan tersebut. Islam
mengajak manusia untuk secara aktif mengelola lingkungan tersebut, misalnya
dengan membuang sampah pada tempatnya. Hal ini sesuai dengan filsafah Islam yang
umumnya bersifat lebih suka mencegah perbuatan atau kejadian yang buruk
ketimbang mengobati kejadian atau perbuatan buruk yang terjadi. Namun, Islam juga
tidak berpangku tangan apabila telah terjadi suatu kejadian buruk atau kejahatan
seperti misalnya tertuang dalam hukum agama (syar’i) yang mengatur hukuman bagi
pelanggar aturan.
Bukti bahwa adanya ajaran Islam untuk menjaga kesehatan adalah adanya sunnah
Rasul yang mengajarkan do’a untuk meminta kesehatan kepada Allah yaitu
sebagaimana sebuah hadits “Dari 'Abdullah bin 'Umar, dia berkata, "Di antara doa
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam adalah:
َ‫َطك‬ َ ِ‫اللَّ ُه َّم إِنِى أَعُوذ ُ بِكَ ِم ْن زَ َوا ِل نِ ْع َمتِكَ َوت َ َح ُّو ِل َعافِيَتِكَ َوفُ َجا َءةِ نِ ْق َمتِكَ َو َج ِميع‬
ِ ‫سخ‬

“Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari hilangnya kenikmatan yang
telah Engkau berikan, dari berubahnya kesehatan yang telah Engkau anugerahkan,
dari siksa-Mu yang datang secara tiba-tiba, dan dari segala kemurkaan-Mu”
(HR.Muslim no. 2739)
Salah satu faedah hadits di atas adalah agar manusia selalu meminta kesehatan
(tidak berubah menjadi penyakit) pada pendengaran, penglihatan dan anggota tubuh
lainnya. Kebutuhan hidup yang tersedia tidak akan berguna apabila tidak diiringi
dengan kesehatan badan. Dalam hal ini Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda

64
”Perhatikanlah lima perkara ini sebelum datang lima perkara yaitu: 1. Hidupmu
sebelum datang ajalmu; 2. Jagalah kesehatanmu sebelum datang sakitmu; 3.
Manfaatkan sebaik-baiknya kesempatanmu sebelum datang kesibukanmu; 4.
Manfaatkan masa mudamu sebelum datang masa tuamu; 5. Manfaatkan kekayaanmu
sebelum datang masa fakirmu." (HR. Ahmad dan Baihaqi).
Islam mengajarkan prinsip-prinsip kesehatan, kebersihan dan kesucian lahir dan
batin. Antara kesehatan jasmani dengan kesehatan rohani merupakan kesatuan sistem
yang terpadu, sebab kesehatan jasmani dan rohani menjadi syarat bagi tercapainya
suatu kehidupan yang sejahtera di dunia dan kebahagiaan di akhirat.
Sistem kesehatan dalam Islam tercermin dalam ajaran syariat yang mewajibkan
perbuatan membersihkan diri dari kotoran (najis), dari hadats dan dari kotoran hati
semua itu berada dalam satu paket ibadah seperti wudhu', mandi, shalat dan lain
sebagainya.

3. Hubungan Agama Islam dengan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat


Salah satu kajian penting dalam Kesehatan Lingkungan adalah sanitasi. Salah
satu program terkait sanitasi yaitu Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM), yang
terdiri dari 5 pilar. Sanitasi Total tersebut akan dicapai bila seluruh rumah tangga dalam
suatu komunitas telah melaksanakan ke lima pilar, yaitu:
a. Mempunyai akses dan menggunakan jamban yang sehat.
b. Mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun pada waktu sebelum makan, setelah
buang air besar, sebelum memegang bayi, setelah menceboki anak dan sebelum
menyiapkan makanan.
c. Mengelola dan menyimpan air minum dan makanan yang aman.
d. Mengelola limbah rumah tangga.
e. Pengelolaan Sampah berwawasan lingkungan

Dalil dalam Islam yang berhubungan dengan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat, yaitu:
1) Tentang Larangan Buang Air Besar di Sembarang Tempat
a) Ittaqul mal’uunata anits tsalasati, albaroozu fil mawaaridi wa faarighotit thoriiqi
wadzzilli.
Artinya: Takutlah tiga tempat yang dilaknat, buang kotoran pada sumber air yang
mengalir, di jalan dan tempat berteduh. (HR.Abu Dawud dan Ibnu Majjah).
b) Man atal Ghoitho fal yastatir.

65
Artinya: Barang siapa yang datang ke jamban (BAB) maka tutupilah. (HR Abu
Dawud).
c) Laa Yakhrujur rijlaani yadhribaanil ghooithi kaasyifaini ‘an uarotihimaa
yatahadditsaani fainnallooha yamqutu ‘alaa dzaalika.
Artinya: Janganlah dua orang yang sedang duduk buang air besar dimana
auratnya terbuka bercakap-cakap, sesungguhnya Allah benci yang demikian itu.
(HR Ahmad dan Abu Dawud)

2) Tentang Cuci Tangan


Idzastaiqodzo ahadukum min naumihi falyaghsil yadahu.
Artinya: Apabila salah satu darimu bangun tidur maka hendaknya dia mencuci
tangannya. (HR.Muslim)

3) Tentang Kebersihan
a) Innallaha yuhibbuttawwaabiin wa yuhibbul mutathohhiriin
Artinya: Sesungguhnya Allah mencintai orang yang taubat dan mencintai orang-
orang yang menjaga kebersihan. (Al Baqoroh ayat 222)
b) Fainnallaaha ta’aala banal Islaama ‘alan nadhoofati. Walan yadkhulal jannata
illa kullu nadhiifii
Artinya: Sesungguhnya Allah membangun Islam diatas kebersihan. Dan tidak
akan masuk surga kecuali orang-orang yang memelihara kebersihan. (HR.
Thabraani)
c) Wayunazzillu ‘alaikum minassamaa i maa alliyuthohhirokumbihi
Artinya: Dan Dia menurunkan air hujan kepadamu untuk mensucikan kamu.
(Surat Al-Anfal ayat 11)
d) Miftaahush sholaati thohaarrotu laa tuqbalu sholaatun bighoiri thohuurin
Artinya: Kunci sholat adalah suci, tidak diterima sholat apabila tidak suci. (HR
Abu Dawud)
e) Wa syiabaka fathohhir
Artinya: ..dan pakaianmu bersihkanlah. (Al Mudatstsir ayat 3)
f) Maa yuridulloohu liyaj’ala ‘alaikum min harojin walaakin yuriidu
liyuthohhirokum Artinya: Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia
hendak membersihkan kamu. (Al Maaidah ayat 6).

66
4) Tentang Lingkungan
a) Thoharol fasadu fil barri wal bahri bimaa kasabat aidinnaasi liyudziiqohum
ba’dholladzii a’miluu la ‘allahum yarji’uun
Artinya: Telah nampak kerusakan di darat dan di Laut disebabkan karena
perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari
perbuatan mereka, agar mereka kembali kejalan yang benar. (Arrum : 41)
b) Walaa tabghil fasaada fil ardhi innallaha laayuhibbul mufsidiin
Artinya: Dan janganlah kalian berbuat kerusakan di muka bumi, sesungguhnya
Allah tidak menyukai orang orang yang berbuat kerusakan. (Al Qashas.77)
c) Laa dhiroro walaa dhororo
Artinya: Tidak boleh membuat mudhorot dan tidak boleh memudhorotkan orang
lain. (Al Hadist)
Dari Surat Al Qashas.77 dan Arrum 41, bahwa Allah melarang berbuat kerusakan
dan Allah membenci orang yang berbuat kerusakan. Dan bahwa akibat perbuatan
merusak itu akan ada dampak buruk yang akan dirasakan agar manusia tidak lagi
membuat kerusakan. Tetapi masih banyak manusia yang melakukan perusakan
hutan, penggalian tambang yang tidak terkendali, pengotoran sungai dengan
berbagai limbah, termasuk tinja manusia dan lain lain. Akibat buruknya seperti
banjir bandang, kebakaran hutan, tanah longsor dan juga penyebaran penyakit
menular, termasuk wabah diare yang seringkali berakibat kematian bagi yang
terkena. Bisa saja yang tertimpa musibah adalah orang-orang yang tidak berdosa,
yang tidak melakukan perusakan.

67
2.2 Kerangka Teori

Konsep yang digunakan dalam penelitian ini diambil berdasarkan teori dari Lawrence
Green, perilaku kesehatan dengan bertitik tolak bahwa perilaku dibentuk oleh faktor
predisposisi (predisposing factor), faktor pendorong (enabling factor), faktor pendukung
(reinforcing factor).

Bagan 2.1 Kerangka Teori

Faktor Predisposisi
 Pengetahuan
 Sikap
 Faktor Ekonomi

Faktor Pendukung
 Fasilitas Kebersihan
(Sarana dan PERILAKU
prasarana)

Faktor Pendorong
 Petugas Kesehatan
 Tokoh Masyarakat

68
2.3 Kerangka Konsep

Berdasarkan teori sebelumnya, maka dapat dibuat suatu kerangka konsep yang
berhubungan dengan area permasalahan yang terjadi pada keluarga binaan Kerangka
konsep ini terdiri dari variabel independen dari kerangka teori yang dihubungkan dengan
area permasalahan.

Bagan 2.2 Kerangka Konsep

PENGETAHUAN
PERILAKU
PENGELOLAA
SIKAP
N SAMPAH
RUMAH
STATUS
TANGGA
EKONOMI
PADA
KELUARGA
KETERSEDIAAN
SARANA DAN BINAAN DI
PRASARANA DESA
PANGKALAN,
PERANAN TOKOH TELUK NAGA,
MASYARAKAT KABUPATEN
PERANAN TENAGA
TANGERANG,
KESEHATAN

69
2.4 Definisi Operasional

Untuk membatasi ruang lingkup atau pengertian variabel-variabel yang diamati atau
diteliti, variabel tersebut diberi batasan atau definisi operasional. Definisi operasional
merupakan suatu definisi yang didasarkan pada karakteristik yang dapat diobservasi dari apa
yang sedang didefinisikan atau “Mengubah konsep-konsep yang berupa konstruk” dengan
kata-kata yang menggambarkan perilaku atau gejala yang dapat diamati dan yang dapat diuji
dan ditentukan kebenarannya oleh orang lain.
Definisi operasional adalah mendefiniskan variable secara operasional berdasarkan
karakteristik yang diamati, sehingga memungkinkan untuk melakukan observasi atau atau
pengukuran secara cermat terhadap suatu objuek atau fenomena (Notoatmodjo, 2010).
Adapun definisi operasional dalam penelitian ini sebagai berikut :

70
Tabel 2.1 Definisi Operasional
SKALA
NO VARIABEL DEFINISI ALAT UKUR CARA UKUR HASIL UKUR
PENGUKURAN

1. Variabel Dependen Pengetahuan atau pola KUESIONER WAWANCARA Jika skor 4-7: Baik Ordinal
pikir responden dalam
Pengetahuan pengelolaan sampah Jika skor 0-3: Buruk
pengelolaan sampah rumah tangga
rumah tangga

2. Variabel Independen Segala sesuatu yang KUESIONER WAWANCARA Jika skor 5-9: Baik Ordinal
responden ketahui
Pengetahuan mengenai perilaku
pengelolaan sampah Jika skor 0-4: Buruk
rumah tangga

3. Sikap Respon atau KUESIONER WAWANCARA Jika skor 25-35: Mendukung Nominal
pandangan responden
terhadap perilaku Jika skor 0-24:
pengelolaan sampah Tidak Mendukung
rumah

4. Sarana dan Prasarana Segala sesuatu yang KUESIONER WAWANCARA Jika skor 3-6: Memadai Nominal
dapat dipakai untuk
mengelola sampah Jika skor 0-2:
rumah tangga
Tidak Memadai

5. Ekonomi Suatu keadaan yang KUESIONER WAWANCARA Jika >UMR (3.270.936) : Ordinal
menunjukkan finansial
keluarga dan Mampu
perlengkapan material

71
yang dimiliki. Aspek Jika <UMR (3.270.936) :
pendapatan dilihat dari
upah minimum Tidak Mampu
kebupaten Tangerang
Rp. 3.270.936,13

6. Peran Tokoh Kegiatan tokoh KUESIONER WAWANCARA Jika skor 1: Mendukung Nominal
Masyarakat masyarakat, yaitu
kepala RT dan RW, Jika skor 0:
serta petugas Tidak Mendukung
kesehatan dalam
menjalankan program
kesehatan lingkungan
seperti memberikan
penyuluhan perilaku
pengelolaan sampah
rumah tangga di
daerah binaan
puskesmas

7 Peran Tenaga KUESIONER WAWANCARA Jika skor 1: Mendukung Nominal


Kesehatan
Jika skor 0:

Tidak Mendukung

72
BAB III

METODE PENELITIAN

Tujuan umum dari pengumpulan data adalah untuk memecahkan masalah,


langkah - langkah yang ditempuh harus relevan dengan masalah yang telah ditetapkan
sebelumnya. Dalam setiap melaksanakan langkah tersebut harus dilakukan secara
objektif dan rasional.

3.1 Penentuan Instrumen Pengumpulan Data


Instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh
peneliti dalam kegiatan mengumpulkan data agar kegiatan tersebut menjadi sistematis
dan mudah.
Instrumen sebagai alat bantu dalam metode pengumpulan data merupakan sarana
yang dapat diwujudkan berupa benda atau alat, seperti checklist, kuesioner, perangkat
tes, pedoman wawancara, pedoman observasi, skala, kamera foto dan sebagainya.
Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data pada diagnosis komunitas adalah
kuesioner.

3.2 Pengumpulan Data


Pengumpulan data merupakan bagi antar penting dalam suatu langkah-langkah
diagnosis komunitas. Untuk mendapatkan data yang diperlukan, maka digunakan
beberapa metode dalam proses pengumpulan data.
Metode yang digunakan dalam mengumpulkan data adalah wawancara dengan
menggunakan instrumen kuesioner sebagai alat untuk mengumpulkan data – data.

3.2.1 Populasi Pengumpulan Data


Dalam kegiatan baik yang bersifat ilmiah maupun yang bersifat sosial, perlu
dilakukan pembatasan populasi dan cara pengambilan sampel. Populasi adalah
keseluruhan objek pengumpulan data. Dalam hal ini yang menjadi populasi adalah 5
keluarga binaan di Desa Pangkalan, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang,
Provinsi Banten.

73
3.2.2 Sampel Pengumpulan Data
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Dalam hal ini yang
menjadi sampel adalah 13 orang anggota keluarga binaan di Desa Pangkalan,
Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten.
Dalam hal ini yang menjadi sampel adalah anggota dari keluarga binaan yang
memenuhi kriteria inklusi. Kriteria inklusi mencakup usia > 17 tahun, sehat mental
dan tidak cacat fisik. Responden adalah sebagian sampel yang mau berpartisipasi
pada penelitian ini diambil dari peneliti langsung melakukan observasi ke rumah
keluarga binaan dan pengumpulan data dengan kuesioner.

3.2.3 Responden Pengumpulan Data


Responden kuesioner merupakan perwakilan dari setiap anggota keluarga
binaan yang kooperatif, usia di atas 17 tahun, sehat jasmani dan rohani yaitu
sebanyak 13 orang, yaitu: keluarga Tn. Slamet sebanyak 2 orang, Tn. Nurwahyudin
sebanyak 4 orang, Tn. Diding sebanyak 2 orang dan Tn. Marsita sebanyak 2 orang,
Tn. Enin sebanyak 3 orang.
Adapun kriteria inklusi dan eksklusi adalah sebagai berikut :
a. Kriteria inklusi
Kriteria inklusi adalah kriteria di mana subjek penelitian dapat mewakili dalam
sampel penelitian yang memenuhi syarat sebagai sampel yaitu :
- Bersedia untuk menjadi informan
- Merupakan anggota keluarga binaan
- Usia di atas 17 tahun
- Sehat jasmani dan rohani
b. Kriteria Ekslusi
Kriteria eksklusi merupakan kriteria di mana subjek penelitian tidak dapat
mewakili sampel karena tidak memenuhi syarat sebagai sampel penelitian, yaitu:
- Tidak bersedia menjadi informan
- Berusia di atas 65 tahun dan atau di bawah 17 tahun
- Anggota keluarga yang terlalu sibuk bekerja hingga sulit ditemui
- Memiliki gangguan mental

74
3.2.4 Jenis dan Sumber Data
3.2.4.1 Jenis Data
a. Data Kualitatif
Data kualitatif adalah data yang berbentuk kata-kata, bukan dalam bentuk
angka. Data kualitatif dari kelompok kami yaitu :
1. Observasi
Pada observasi kami dapatkan bahwa perilaku dari keluarga binaan kami
masuk ke kategori perilaku buruk dengan hasil yang ada dalam pre-survey
kami.
2. Wawancara
Pada wawancara keluarga binaan kami didapatkan nilai pengetahuan yang
baik dan sikap mendukung tentang pengelolaan sampah rumah tangga

b. Data Kuantitatif
Data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka atau bilangan. Sesuai
dengan bentuknya, data kuantitatif dapat diolah atau dianalisis menggunakan
teknik perhitungan matematika atau statistika. Data kuantitatif yang diperoleh
adalah berupa data diskrit dan data kontinu yaitu:
1. Data diskrit
Dalam penelitian ini terdapat 13 responden yang tercantum dalam diagram
4.1 mengenai jumlah perempuan dan laki - laki, diagram 4.3 mengenai
jumlah pekerjaan tiap-tiap anggota rumah tangga, diagram 4.4 mengenai
agama pada tiap-tiap anggota keluarga, dan 4.5 untuk data pendidikan.

2. Data kontinu diperoleh dari segi usia yang tercantum dalam diagram 4.2

3.2.4.2 Sumber Data


Sumber data dalam pengumpulan data ini adalah para responden yaitu lima
keluarga binaan di Desa Pangkalan, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang,
Provinsi Banten, Oktober 2016 :

75
1. Data primer
Data yang langsung didapat dari hasil observasi dan wawancara langsung ke
responden atau masyarakat yang menjadi objek penelitian, melalui hasil
wawancara terpimpin, analisis dan observasi pada keluarga binaandi Desa
Pangkalan, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten,
Oktober 2016.
Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Pengumpulan Data
TANGGAL KEGIATAN
Kamis, 23 Februari 2017 a. Perkenalan dan sambung rasa dengan keluarga
binaan
Jumat, 24 Februari 2017 a. Pengumpulan data dasar masing-masing keluarga
binaan
b. Diskusi kelompok menentukan area permasalahan
dengan menjabarkan permasalahan pada keluarga
binaan masing-masing.
"Perilaku Pengelolaan Sampah Rumah Tangga
pada Keluarga Binaan di Desa Pangkalan,
Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang,
Provinsi Banten"
Sabtu, 25 Februari 2017 a. Diskusi dengan dr. Husna
b. Pengumpulan data sekunder dari puskesmas Tegal
Angus tentang masalah terbanyak baik dari segi
medis dan non medis
c. Diskusi Kelompok:
1. Mengeumpulkan referensi yang berkaitan
dengan area masalah
2. Membuat kerangka teori dan pertanyaan
mengenai seputar faktor-faktor yang
berkalitan dengan area masalah
3. Menentukan teknik dan instrumen
pengumpulan data melalui wawancara
terpimpin, kuesioner, dan checklist

76
TANGGAL KEGIATAN
Selasa, 27 Februari 2017 a. Diskusi dengan drg. Detty
b. Diskusi Kelompok:
1. Membuat kerangka konsep
2. Membuat definisi operasional
3. Membuat kuesioner dan Checklist
4. Diskusi diagnosis dan intervensi komunitas
Kamis, 2 Maret 2017 a. Mengunjungi keluarga binaan untuk pengisian
kuisioner
Jumat, 3 Maret 2017 a. Diskusi dengan drg. Detty
b. Mengolah data yang diperoleh dari pengamatan
c. Menganalisis data dan menarik kesimpulan dari
hasil kuesioner dan checklist
d. Membuat laporan
Sabtu, 4 Maret 2017 e. Diskusi dengan drg. Detty
Kamis, 9 maret 2017 a. Melakukan intervensi ke keluarga binaan

3.3 Pengolahan Data dan Analisa Data


Untuk pengolahan data tentang Perilaku Pengelolaan Sampah Rumah Tangga
pada Keluarga Binaan di Desa Pangkalan, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten
Tangerang, Provinsi Banten, digunakan cara manual dan bantuan software
pengolahan data menggunakan Microsoft Word dan Microsoft Excel. Untuk
menganalisa data - data yang sudah didapat adalah dengan menggunakan analisa
univariat.
Analisa Univariat adalah analisa yang dilakukan untuk mengenali setiap variabel
dari hasil penelitian. Analisa univariat berfungsi untuk meringkas kumpulan data
sedemikian rupa sehingga kumpulan data tersebut berubah menjadi informasi yang
berguna. Peringkasan tersebut dapat berupa ukuran statistik, tabel, grafik. Pada
diagnosis dan intervensi komunitas ini, variabel independen yang diukur adalah :
1. Faktor Predesposisi
a. Pengetahuan pengelolaan sampah rumah tangga
b. Sikap Terhadap pengelolaan sampah rumah tangga

77
c. Perilaku pengelolaan sampah rumah tangga
2. Faktor Pemungkin
a. Ketersediaan sarana dan prasarana seperti tempat sampah
3. Faktor Penguat
a. Dukungan petugas kesehatan
b. Dukungan tokoh masyarakat

78
BAB IV

HASIL ANALISA

4.1 Analisis Univariat

4.1.1 Karakteristik Keluarga Binaan

Hasil analisis ini disajikan melalui bentuk diagram yang diambil dari data
karakteristik responden yang terdiri dari empat keluarga di Desa Pangkalan,
Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten yakni:
keluarga Keluarga Tn. Ahmad Suaib, keluarga Tn. Sardi, keluarga Tn. Aqim
keluarga Ny. Manis. Dengan jumlah 14 orang.

Jenis Kelamin

28,6 %
Perempuan
71,4 %
Laki-laki

Grafik 4.1 Pie Chart. Jenis Kelamin pada Keluarga Binaan di Desa Pangkalan, Kecamatan
Teluk Naga, Kabupaten Tangerang Provinsi Banten, September 2018

Berdasarkan dari grafik 4.1 tentang distribusi jenis kelamin pada keluarga binaan
didapatkan jumlah anggota keluarga yang terbanyak adalah yang berjenis kelamin Laki-
laki, yaitu sebanyak 10 orang (71,4 %).

79
Usia
70%
60%
50%
40%
30%
Usia
20%
10%
0%
<17 17-20 21-40 41-60 >60
tahun tahun tahun tahun tahun

Grafik 4.2 Diagram Garis. Usia pada Keluarga Binaan di Desa Pangkalan, Kecamatan Teluk
Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, September 2018

Berdasarkan dari grafik 4.2 tentang frekuensi berdasarkan usia pada keluarga
binaan didapatkan jumlah anggota keluarga terbanyak adalah yang berusia antara 21-
40 tahun yaitu sebanyak 6 orang.

Pekerjaan

Tidak Bekerja
21,4 %
Pelajar
Pegawai Swasta
50 %
14,2 % Petani
Buruh
Supir
7,2 %
7,2 %

Grafik 4.3 Pie Chart Pekerjaan pada Keluarga Binaan di Desa Pangkalan, Kecamatan Teluk
Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, September 2018

80
Berdasarkan dari grafik 4.3 tentang frekuensi berdasarkan pekerjaan pada
keluarga binaan didapatkan jumlah anggota keluarga yang bekerja terbanyak adalah
sebagai buruh yaitu 7 orang (50%).

Agama
14
12
10 100%
8
6 Agama
4
2
0
Islam kristen hindu budha

Grafik 4.4 Diagram Batang Agama pada Keluarga Binaan di Desa Pangkalan, Kecamatan
Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, September 2018

Berdasarkan dari grafik 4.4 tentang frekuensi berdasarkan agama pada


keluarga binaan didapatkan jumlah anggota keluarga yang beragama Islam terbanyak
adalah sebanyak 14 orang (100%).

Pendidikan

21,4 %
21,4 % Tidak Sekolah
SD
14,2 %
SMP
43% SMA/SMK

Grafik 4.5 Pie Chart Pendidikan pada Keluarga Binaan di Desa Pangkalan, Kecamatan
Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, September 2018

81
Berdasarkan dari grafik 4.5 tentang frekuensi berdasarkan pendidikan pada
keluarga binaan didapatkan jumlah anggota keluarga yang tamatan SD terbanyak
adalah sebanyak 6 orang (43%).

4.1.2 Hasil Analisis Data

Hasil analisis data disajikan dalam bentuk tabel dan diagram berdasarkan
variabel - variabel dalam check list dan kuesioner yang diambil langsung pada lima
rumah keluarga binaan pada bulan Februari 2017.

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Aspek Pengetahuan terhadap Pengelolaan Sampah Rumah
Tangga pada Keluarga Binaan di Desa Pangkalan, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten
Tangerang, Provinsi Banten, Februari 2017
Aspek Pengetahuan terhadap
Jumlah Persentase
Pengelolaan sampah rumah tangga
Baik 8 62 %
Buruk 5 38%
Total 13 100%

Berdasarkan dari Tabel 4.1 didapatkan bahwa sebanyak 8 responden (62%)


memiliki pengetahuan pengelolan sampah rumah tangga yang baik, 5 responden
(38%) buruk.

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Aspek Sikap terhadap Pengelolaan Sampah Rumah Tangga
pada Keluarga Binaan di Desa Pangkalan, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang,
Provinsi Banten, Februari 2017
Aspek Sikap terhadap
pengelolaan sampah rumah Jumlah Persentase
tangga
Mendukung 9 70 %
Tidak Mendukung 4 30 %
Total 13 100%

82
Berdasarkan dari Tabel 4.2 didapatkan bahwa sebanyak 9 responden (70%)
memiliki sikap mendukung pengelolaan sampah rumah tangga yang baik, 4 responden
(30%) tidak mendukung.

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Aspek Ketersediaan Sarana dan Prasarana terhadap
Pengelolaan Sampah Rumah Tangga pada Keluarga Binaan di Desa Pangkalan, Kecamatan
Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, Februari 2017
Aspek Sarana dan Prasarana terhadap Jumlah Persentase
Pengelolaan Sampah Rumah Tangga
Memadai 0 0%
Tidak Memadai 13 100 %
Total 13 100 %

Berdasarkan Tabel 4.3 didapatkan bahwa sebanyak 13 responden (100%)


memiliki sarana prasarana pengelolaan sampah yang tidak memadai.

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Aspek Status Ekonomi terhadap Pengelolaan Sampah Rumah
Tangga pada Keluarga Binaan di Desa Pangkalan, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten
Tangerang, Provinsi Banten, Februari 2017
Status Ekonomi terhadap Jumlah Persentase
Pengelolaan Sampah Rumah Tangga
Mampu 0 0%
Tidak Mampu 13 100 %
Total 13 100%

Berdasarkan Tabel 4.4 didapatkan bahwa sebanyak 13 responden (100%)


memiliki pendapatan dibawah UMR (Upah Minimum Regional).

83
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Aspek Perilaku Pengelolaan Sampah Rumah Tangga pada
Keluarga Binaan di Desa Pangkalan, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi
Banten, Februari 2017
Aspek Perilaku Jumlah Persentase
Baik 3 23%
Buruk 10 77%
Total 13 100 %

Berdasarkan Tabel 4.5 tampak bahwa masih rendahnya prilaku pengelolaan


sampah rumah tangga yang baik di keluarga binaan sebanyak 10 responden (77%).

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Aspek Pengaruh Peran Tokoh Masyarakat dalam Pengelolaan
Sampah Rumah Tangga pada Keluarga Binaan di Desa Pangkalan, Kecamatan Teluk Naga,
Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, Februari 2017
Aspek Peran Tokoh Msyarakat Jumlah Persentase
Mendukung 0 0%
Buruk 13 100%
Total 13 100 %

Berdasarkan Tabel 4.6 tampak bahwa 100% belum ada peran tokoh masyarakat
dan tenaga kesehatan dalam Pengelolaan Sampah Rumah Tangga pada Keluarga
Binaan di Desa Pangkalan, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi
Banten.

Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Aspek Pengaruh Peran Petugas Kesehatan dalam Pengelolaan
Sampah Rumah Tangga pada Keluarga Binaan di Desa Pangkalan, Kecamatan Teluk Naga,
Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, Februari 2017
Aspek Peran Tenaga Kesehatan Jumlah Persentase
Mendukung 0 0%
Buruk 13 100%
Total 13 100 %

Berdasarkan Tabel 4.7 tampak bahwa 100% belum ada peran tenaga kesehatan
dalam Pengelolaan Sampah Rumah Tangga pada Keluarga Binaan di Desa Pangkalan,
Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten.

84
4.2 Rencana Intervensi Pemecahan Masalah

Setelah dilakukan analisis data hasil penelitian, untuk menentukan rencana


intervensi pemecahan masalah digunakan diagram fishbone. Tujuan pembuatan diagram
fishbone yaitu untuk mengetahui penyebab masalah sampai dengan akar - akar
penyebab masalah sehingga dapat ditentukan rencana intervensi pemecahan masalah
dari setiap akar penyebab masalah tersebut. Adapun diagram fishbone dapat dilihat
sebagai tabel berikut :

85
Sikap Pengetahuan Sarana prasarana
Sampah rumah tangga
Metode pengelolaan sampah rumah
tangga yang baik dan benar kurang warga dibuang di tempat
tersosialisasi yang tidak semestinya
Kurangnya pengetahuan warga Tidak ada petugas kebersihan dan TPS
setempat dalam memilah jenis
yang memadai untuk menampung
sampah dan mengelola sampah
sehingga semua jenis sampah sampah rumah tangga warga
dibakar
Kurangnya perhatian petugas
Tidak pernah dilakukan kebersihan terhadap
program penyuluhan mengenai ketersediaan tempat sampah
cara pemilahan jenis sampah pribadi warga dan TPS Perilaku Pengelolaan
dan bahaya membakar sampah Sampah Rumah Tangga
Pada Keluarga Binaan di
Tidak terjalinnya komunikasi Pendidikan masih rendah Desa Pangkalan
antara kader setempat dengan sehingga pekerjaan dan
puskesmas penghasilan rendah juga

Tidak adanya penyuluhan Penghasilan dibawah


mengenai pengelolaan serta UMR
bahaya sampah

Kurangnya peran tokoh Keluarga binaan termasuk


masyarakat dan petugas golongan masyarakat tidak
kesehatan mampu

Peran Petugas Peran Tokoh Ekonomi


Kesehatan Masyarakat

Gambar 4.1 Diagram fishbone

86
Tabel 4.6 Alternatif Pemecahan Masalah dan Rencana Intervens
No. Alternatif
Akar Penyebab Masalah Rencana Intervensi Intervensi Yang Dilakukan
Pemecahan Masalah
1. Kurangnya tingkat pendapatan Menambah pendapatan dengan Memberikan penyuluhan tentang Memberikan penyuluhan dan diskusi
cara menjual sampah ke bank penjualan sampah ke bank mengenai jenis sampah yang dapat
sampah sampah agar menambah dijual ke bank sampah.
pendapatan keluarga

2. Tidak pernah dilakukan Memberitahu tentang Memberikan sosialisasi, Memberikan penyuluhan, diskusi dan
program penyuluhan
macam-macam jenis sampah penyuluhan, dan pengetahuan demonstrasi kepada keluarga binaan
mengenai cara pemilahan
jenis sampah dan bahaya rumah tangga dan bahaya tentang pemilahan sampah rumah tentang cara pemilahan sampah rumah
membakar sampah tangga dan bahaya membakar tangga serta menonton video tentang
membakar sampah bagi
sampah bagi kesehatan bahaya membakar sampah
kesehatan

3. Kurangnya perhatian petugas Mengadakan sarana dan Memberikan sarana dan Memberikan tempat sampah ke
kebersihan terhadap prasarana yang dibutuhkan prasarana yang dibutuhkan untuk masing-masing keluarga binaan untuk
ketersediaan tempat sampah membedakan sampah kering dan
pribadi warga dan TPS (seperti tempat sampah dan pengelolaan sampah rumah
basah.
TPS) tangga yang baik

87
4. Kurangnya Peran Tokoh Memberikan penyuluhan di Memberikan penyuluhan dan Melakukan penyuluhan kepada keluarg
Masyarakat dan Petugas pendidikan tentang pengelolaan a binaan tentang pengelolaan sampah r
sekitar keluarga binaan
Kesehatan
sampah rumah tangga pada umah tangga
keluarga binaan

Bekerjasama dengan pemerintah


setempat untuk mendanai
program pengelolaan sampah
rumah tangga

88
BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 SIMPULAN
5.1.1 Area Masalah
Berdasarkan wawancara dan pengumpulan data dari kunjungan ke
keluarga binaan yang bertempat tinggal di Desa Pangkalan, Kecamatan
Teluk Naga Kabupaten Tangerang Provinsi Banten, maka dilakukanlah
diskusi kelompok dan merumuskan serta menetapkan area masalah yaitu
“Perilaku Pengelolaan Sampah Rumah Tangga pada Keluarga
Binaan di Desa Pangkalan, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten
Tangerang, Provinsi Banten,”

5.1.2 Akar Penyebab Masalah


1. Tidak pernah dilakukan program penyuluhan mengenai cara pemilahan
jenis sampah dan bahaya membakar sampah
2. Pendidikan keluarga binaan masih rendah sehingga lapangan pekerjaan
minim
3. Kurangnya perhatian petugas kebersihan terhadap ketersediaan tempat
sampah pribadi warga dan TPS
4. Tidak terjalinnya komunikasi antara kader setempat dengan puskesmas

5.1.3 Alternatif Pemecahan Masalah


1. Memberikan penjelasan kepada keluarga binaan tentang cara
pengelolaan sampah rumah tangga yang baik
2. Memberikan informasi kepada keluarga binaan mengenai cara
pemilahan jenis sampah rumah tangga
3. Memberikan edukasi kepada keluarga binaan tentang bahaya
membakar sampah

89
4. Mengadakan sarana dan prasarana yang dibutuhkan

5.1.4 Rencana Intervensi

1. Memberikan sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam pengelolaan


sampah rumah tangga
2. Memberikan sosialisasi, penyuluhan dan pengetahuan tentang cara
pengelolaan sampah rumah tangga dan bahaya membakar sampah

5.1.5 Intervensi yang Dilakukan


Memberikan referensi kepada keluarga binaan mengenai pentingnya pengolahan
sampah rumah tangga :
1. Penyediaan alat yang mendukung perilaku pengelolaan sampah rumah tangga
2. Memberikan penyuluhan, diskusi dan demonstrasi kepada keluarga binaan
mengenai pemilahan sampah rumah tangga
3. Melakukan penyuluhan kepada keluarga binaan melalui video tentang bahaya
membakar sampah bagi kesehatan

5.2 SARAN
1. Mengusulkan kepada pemerintah untuk pengadaan sarana dan prasarana yang
mendukung pengelolaan sampah rumah tangga
2. Mengusulkan kepada pemerintah untuk meningkatkan program - program yang
berhubungan tentang pengelolaan sampah rumah tangga
3. Peningkatan peran serta dari kader setempat dalam mengontrol pengelolaan
sampah rumah tangga secara berkala.

90
DAFTAR PUSTAKA

Ananda, Muhamad Riski. 2012. Kesehatan Lingkungan Menurut Pandangan Islam.


Aceh diakses dari http://therianda.blogspot.com/2012/11/kesehatan-lingkungan-
menurut-pandangan.html pada 4 September 2014.

Azwar A. 1990. Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan. Penerbit Mutiara Sumber


Widya. Jakarta.

Cecep Dani Sucipto, 2012. Teknologi Pengolahan Daur Ulang Sampah, Yogyakarta:
Gosyen Publishing

Faizah. 2008. Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Berbasis Masyarakat (Studi Kasus di
Kota Yogyakarta), Thesis, Semarang: Program Pasca Sarjana Ilmu Lingkungan
Universitas Diponegoro

Hudari, Muhammad`Saidul. 2013. Islam dan hubungannya dengan kesehatan


lingkungan. Kalimantan diakses dari http://lettre-de-
raphael.blogspot.com/2013/06/islam-hubungannya-dengan-kesehatan.html pada 4
September 2014

Mukono, H.J., 2006. Prinsip Dasar Kesehatan Lingkungan. Surabaya: Airlangga


University press.

Notoatmodjo S. 2003. Pendidilkan dan Ilmu Perilaku. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta
Prabowo. 1996. Memahami Penelitian Kualitatif. Penerbit Remaja Rodaskarya.
Bandung.
Notoatmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Prilaku. Jakarta : Rineka Cipta.

SNI 19-2454-2002 tentang Tata Cara Teknik Operasional Pengelolaan Sampah


Perkotaan.

Sri Muniati Djamaludin, Sri Wahyono tentang Pengomposan Sampah Skala Rumah
Tangga

TSSM Provinsi Jawa Timur. 2009. Materi Dakwah Sanitasi untuk Sanitasi Total
Berbasis Masyarakat. Surabaya. Diakses dari http://stbm-indonesia.org/wp/wp-

91
content/uploads/2009/12/Materi-Dakwah-Sanitasi-untuk-Sanitasi-Total-Berbasis-
Masyarakat.pdf pada 4 September 2014


 UU RI No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah

92
LAMPIRAN 1
PRE SURVEY

Nama Responden :
Usia :
Jenis Kelamin :

Pengetahuan

1. Apa yang anda ketahui mengenai sampah?


a. Sesuatu yang tidak dipakai dan tidak disenangi dan harus dibuang yang
umumnya berasal dari kegiatan manusia
b. Sesuatu yang berasal dari kegiatan manusia termasuk kotoran
c. Tidak tahu
2. Apa yang anda ketahui mengenai pembagian sampah menurut mudah tidaknya
membusuk?
a. Sampah organic dan anorganik
b. Sampah basah dan kering
c. Tidak tahu
3. Apa yang anda ketahui tentang sampah organic?
a. Sampah yang berupa sisa-sisa dapur seperti sayur-sayuran
b. Sampah plastic atau kaca
c. Tidak tahu
4. Dibawah ini manakah penyakit yang dapat ditimbulkan akibat membuang
sampah sembarangan?
a. TBC
b. Diare
c. Tidak tahu
5. Dibawah ini manakah sampah yang tidak dapat diurai?
a. Daun kering, sayur atau bahan dapur
b. Plastic bekas, botol dan kaleng bekas
c. Tidak tahu
6. Hal apakah yang dapat menyebabkan terjadinya gangguan pernafasan seperti
batuk batuk dan sesak ?
a. Tidak mencuci tangan setelah membuang sampah
b. Membakar sampah dekat rumah
c. Tidak tahu
7. Apakah yang anda ketahui tentang sampah apasaja yang dapat mudah terbakar?
a. Sisa nasi, kaca dan kayu

93
b. Kertas, plastic dan kardus
c. Kertas, kardus dan sisa buah
8. Apa yang anda ketahui tentang syarat tempat sampah yang baik?
a. Tidak terdapat penutup
b. Mudah dihinggapi lalat
c. Mudah dibersihkan
9. Dibawah ini manakah yang dapat terjadi pencemaran akibat pembuangan
sampah yang tidak teratur?
a. Air, udara, tanah
b. Udara dan tanah
c. Tidak terjadi pencemaran
10. Dibawah ini manakah yang bukan termasuk dalam program 3R?
a. Recycle (didaur ulang)
b. Repair (perbaikan)
c. Reuse (digunakan lagi)

Sikap

1. Apakah anda setuju setiap rumah tangga harus mempunyai tempat pembuangan
sampah sementara?
a. Setuju
b. Tidak setuju
2. Apakah anda setuju bahwa sampah harus dipisahkan antara yang mudah
membusuk dan tidak mudah membusuk?
a. Setuju
b. Tidak setuju
3. Apakah anda setuju sampah yang dihasilkan setiap rumah tangga sebisa
mungkin harus dikurangi jumlahnya untuk mengurangi dampak negative akibat
sampah?
a. Setuju
b. Tidak setuju
4. Apakah anda setuju bahwa pembakaran sampah merupakan cara terbaik untuk
mengelola sampah?
a. Setuju
b. Tidak setuju
5. Apakah anda setuju bahwa setiap desa memerlukan petugas kebersihan untuk
membersihkan sampah?
a. Setuju
b. Tidak setuju
6. Apakah anda setuju sampah yang menumpuk dapat menyebabkan berbagai
penyakit?
a. Setuju

94
b. Tidak setuju
7. Apakah anda setuju membakar sampah boleh dilakukan asal dengan api yang
besar dan tidak menimbulkan banyak asap?
a. Setuju
b. Tidak setuju
8. Apakah anda setuju jika tempat penampungan sampah harus tertutup rapat agar
tidak dihinggapi lalat dan kecoak?
a. Setuju
b. Tidak setuju
9. Apakah anda setuju jika membakar sampah dapat mencemari udara?
a. Setuju
b. Tidak setuju
10. Apakah anda setuju jika sebaiknya sampah yang mudah membusuk tidak
ditimbun didalam rumah?
a. Setuju
b. Tidak setuju

Perilaku

NO KOMPONEN YA TIDAK

1 Saya memiliki tempat sampah didalam rumah

2. Saya memiliki tempat penampungan sampah sementara

3. Saya membuang sampah pada tempatnya

4. Saya membersihkan sampah dengan cara dibakar

5. Saya membuang sampah ke TPS (Tempat pembuangan


sampah) setiap hari

6. Saya memilah sampah yang bisa diurai dengan yang


tidak bisa diurai

7. Saya membuang sampah ke saluran air

8. Saya menumpuk sampah seharian di rumah

9. Saya melakukan program 3R

10. Saya membuang sampah dengan cara ditimbun

95
LAMPIRAN II
KUESIONER

UPAYA PERUBAHAN PERILAKU PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH


TANGGA PADA KELUARGA BINAAN, DESA PANGKALAN, KECAMATAN
TELUK NAGA, KABUPATEN TANGERANG, PROPINSI BANTEN, MARET
2017

KARAKTERISTIK RESPONDEN

1. Nama :
2. Umur :
3. Jenis kelamin :
4. Status dalam keluarga :
5. Alamat :
6. Pekerjaan :
7. Pendidikan Terakhir :

Isilah sesuai pendapat anda :

ASPEK PENGETAHUAN
1. Apa yang anda ketahui mengenai sampah?
a. Sesuatu yang tidak dipakai dan tidak disenangi dan harus dibuang yang
umumnya berasal dari kegiatan manusia
b. Sesuatu yang berasal dari kegiatan manusia termasuk kotoran
c. Tidak tahu

2. Berikut ini manakah yang termasuk jenis-jenis sampah rumah tangga ?


a. Sampah Anorganik dan organik
b. Sampah lama dan sampah baru
c. Tidak Tahu

96
3. Manakah dibawah ini yang termasuk sampah basah (mudah terurai) ?
a. Sampah plastik
b. Sampah sayuran
c. Sampah botol kaca

4. Manakah dibawah ini yang termasuk sampah kering (sulit terurai)?


a. Sampah botol plastik
b. Sampah sisa makanan
c. Sampah daun kering

5. Dibawah ini merupakan salah satu cara mengelola sampah yang baik dan benar,
yaitu :
a. Sampah kaleng dibuang di saluran air
b. Sampah plastik ditimbun
c. Sampah kertas didaur ulang

6. Apa yang anda ketahui tentang salah satu syarat tempat sampah yang baik?
a. Memiliki penutup
b. Mudah dihinggapi lalat
c. Mudah hancur

7. Dalam pengelolaan sampah terdapat istilah 3R yaitu Reuse(menggunakan


kembali), Recycle (mendaur ulang) dan Reduce (mengurangi). Apakah tujuan
dari program tersebut?
a. Memilah sampah sehingga dapat mengurangi dampak buruk dari sampah
b. Mengurangi sampah yang akan dibuang
c. Tidak tahu

97
8. Dibawah ini manakah penyakit yang dapat ditimbulkan akibat membuang
sampah sembarangan?
a. TBC, dan pusing
b. Diare, dan tipes
c. Darah tinggi dan kencing manis

9. Menurut anda bagaimanakah proses pengelolaan sampah yang paling benar?


a. Di kumpulkan ditempat sampah rumah lalu dibawa oleh petugas ke tempat
pembuangan akhir
b. Dikumpulkan ditempat sampah rumah lalu ditimbun
c. Tidak tahu

ASPEK SIKAP
SANGAT
SANGAT RAGU- TIDAK
NO KOMPONEN SETUJU TIDAK
SETUJU RAGU SETUJU
SETUJU

1. Setiap rumah tangga harus


memiliki tempat sampah
sendiri

2. Sampah harus dipisahkan


menurut kelompok/jenis
sampahnya sebelum
dibuang ketempat sampah

3. penyakit dapat timbul


akibat sampah yang
ditumpuk atau didiamkan
dengan lama

4. sampah sebaiknya tidak


dibakar, dibuang ke kali
atau ke selokan

5. program bank sampah


(program yang mengatur
sampah bisa dijual
kembali) dapat membantu
mengurangi sampah rumah
tangga

98
6. sampah-sampah yang bisa
didaur ulang sebaiknya
tidak ikut dibuang namun
didaur ulang agar dapat
lebih bermanfaat

7. sampah yg mudah terurai


(organik) bisa dikelola
oleh anda sendiri dengan
cara dikubur

ASPEK PERILAKU

NO KOMPONEN YA TIDAK

1. Saya membuang sampah pada tempatnya

2. Saya membersihkan sampah dengan cara dibakar

3. Saya memilah sampah yang bisa diurai dengan yang


tidak bisa diurai

4. Saya membuang sampah ke saluran air

5. Saya menumpuk sampah seharian di rumah

6. Saya melakukan salah satu program 3R

7. Saya membuang sampah dengan cara ditimbun

ASPEK SARANA DAN PRASARANA


1. Apakah keluarga anda memiliki tempat sampah di dalam rumah?
a. Iya
b. Tidak

99
2. Apakah dilingkungan anda tinggal terdapat program bank sampah (program
yang mengatur sampah bisa dijual kembali)?
a. Iya
b. Tidak

3. Apakah terdapat tempat pembuangan sampah sementara disekitar lingkungan


anda?
a. Ada
b. Tidak

4. Apakah dilingkungan anda tinggal terdapat petugas kebersihan yang


mengangkut sampah rumah tangga anda ke tempat pembuangan sampah
selanjutnya?
a. Iya
b. Tidak

5. Seberapa sering petugas kebersihan mengangkut sampah dari rumah anda ?


a. Setiap minggu
b. Tidak pernah
c. Setip hari

6. Apa saja yang telah dilakukan petugas kebersihan terhadap sampah di lingkungan
anda?
a. Mengangkut sampah
b. Pembersihan kali
c. Tidak ada tindakan

ASPEK EKONOMI

1. Berapa penghasilan bapak/ibu (keluarga) perbulan ?


a. < Rp 500.000,00
b. Rp 500.000,00 – Rp 1.000.000,00
c. Rp 1.000.000,00 – Rp 1.500.000,00
d. > Rp 1.500.000,00

100
2. Seberapa besar biaya yang anda keluarkan untuk mengelola sampah rumah
tangga dalam sebulan ?
a. < Rp10.000,00
b. Rp 10.000,00 – Rp 50.000,00
c. > Rp 50.000,00
d.Tidak mengeluarkan biaya

ASPEK PERAN TOKOH MASYARAKAT

1. Apakah tokoh masyarakat setempat (Kepala desa, ketua RT/RW, lurah dan
camat) pernah memberikan penyuluhan mengenai pengelolaan sampah rumah
tangga yang benar ?

a. Pernah

b. Tidak pernah

ASPEK PERAN TENAGA KESEHATAN

1. Apakah tenaga medis puskesmas setempat pernah memberikan penyuluhan


mengenai bahaya maupun penyakit yang dapat ditimbulkan akibat sampah ?

a. Pernah

b. Tidak pernah

101
Skoring Kuesioner
1. Indikator Penilaian untuk Pengetahuan :
Jika jawaban BENAR nilai :1
Jika jawaban SALAH nilai :0
Total :
Jumlah total 5 – 9 : Pengetahuan BAIK
Jumlah total 0 – 4 : Pengetahuan BURUK
Total nilai = 9 Pengetahuan Baik

2. Indikator Penilaian untuk Sikap :


Jika jawaban SANGAT SETUJU nilai :5
Jika jawaban SETUJU nilai :4
Jika jawaban RAGU-RAGU nilai :3
Jika jawaban TIDAK SETUJU nilai :2
Jika jawaban SANGAT TIDAK SETUJU nilai :4
Total :
Jumlah total 25 - 35 : Sikap MENDUKUNG
Jumlah total 0 - 24 : Sikap TIDAK MENDUKUNG
Total nilai = 35 Sikap Mendukung

3. Indikator Penilaian untuk Perilaku :


Jika jawaban BENAR nilai :1
Jika jawaban SALAH nilai :0
Total :
Jumlah total 4 - 7 : Sikap BAIK
Jumlah total 0 - 3 : Sikap BURUK
Total nilai = 7 Perilaku Baik

4. Indikator Penilaian untuk Sarana Prasarana :


Jika jawaban YA nilai :1
Jika jawaban TIDAK nilai :0

102
Total :
Jumlah total 3 - 6 : Perilaku MEMADAI
Jumlah total 0 - 2 : Perilaku TIDAK MEMADAI
Total Nilai = 6 Memadai

5. Indikator Penilaian untuk Ekonomi :


UMR Kabupaten Tangerang 2017 : 3.270.936
Jika penghasilan > UMR : MAMPU
Jika penghasilan < UMR : TIDAK MAMPU

6. Indikator Penilaian untuk Peran Tokoh Masyarakat


Jika jawaban PERNAH nilai :1
Jika jawaban TIDAK PERNAH nilai :0
Total :
Jumlah total 1 : Perilaku MENDUKUNG
Jumlah total 0 : Perilaku TIDAK MENDUKUNG
Total Nilai = 1 Mendukung

7. Indikator Penilaian untuk Peran Tenaga Kesehatan


Jika jawaban PERNAH nilai :1
Jika jawaban TIDAK PERNAH nilai :0
Total :
Jumlah total 1 : Perilaku MENDUKUNG
Jumlah total 0 : Perilaku TIDAK MENDUKUNG
Total Nilai = 1 Mendukung

103
LAMPIRAN III

104
105
%

106

Вам также может понравиться