Вы находитесь на странице: 1из 9

Journal of Information Systems for Public Health, Vol. 1, No.

2, Agustus 2016 52

Journal of Information Systems for Public Health Volume 1 No. 2 Agustus 2016 Halaman 52 - 60

Analisis Distribusi Spasial Kematian Ibu


di Kabupaten Banjarnegara Tahun 2011 – 2013
Aii Setiawan1, Lutfan Lazuardi2, Mohammad Hakimi2
1
Binsaryankes, Dinas Kesehatan Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah
2
Departemen Kebijakan dan Manajemen Kesehatan, Fakultas Kedokteran, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
3
Departemen Biostatistika, Epidemiologi, dan Kesehatan Populasi, Fakultas Kedokteran
Universitas Gadjah Mada,Yogyakarta
1
setiabara@gmail.com, 2lutfanl@yahoo.com, 3moh.hakimi@ugm.ac.id

Received: 28 Februari 2015 Accepted: 17 Februari 2016 Published online : 28 September 2017

ABSTRAK the spatial depiction on maternal mortality in


Latar Belakang: Ketersediaan fasilitas kesehatan sudah Banjarnegara District and the risk factors that influenced
cukup merata di hampir semua wilayah Kabupaten especially related to the accessibility to health facilities.
Banjarnegara. Selain itu pencapaian target kegiatan Methods: This study was using case control design to
program KIA selalu meningkat setiap tahunnya. Akan observe the incidence distribution of maternal mortality
tetapi angka kematian ibu masih menjadi masalah di was using GIS. The population was all maternal mortality
Kabupaten Banjarnegara. Penelitian ini bertujuan untuk incidences in Banjarnegara District as a case and post-
mengetahui gambaran spasial kematian ibu di Kabupaten delivery woman who didn’t die as a control during 2011 to
Banjarnegara dan hubungan faktor risiko yang 2013. The sample were 108, consisted of 85 cases and 85
mempengaruhinya khususnya yang terkait dengan controls. The spatial analysis was using Average Nearest
aksesibilitas fasilitas kesehatan. Neighbor. Bivariate analysis was done using Chi-square.
Metode Penelitian: Penelitian ini menggunakan desain Multivariat analysis was done using Logistic regression.
kasus kontrol dan mempelajari distribusi kasus kematian Results: Maternal mortality incidences and health
ibu dengan menggunakan SIG. Populasi penelitian adalah facilities were dispersedly distributed. Statistic test
seluruh kasus kematian ibu dan ibu pasca melahirkan showed that income had correlation (OR=4,56;p=0.00),
yang tidak meninggal di Kabupaten Banjarnegara dari residence had no correlation (p=0.43) and distance to
tahun 2011 sampai 2013. Sampel berjumlah 108 terdiri health facility had correlation but as protective factor
dari 54 kasus dan 54 kontrol. Analisis spasial (OR=0,32;p=0,01). Physical accessibility of the health
menggunakan Average Nearrest Neighbor. Analisis data facilities was considered based on time to travel and
bivariat menggunakan uji Chi-Square dan analisis distance.
multivariat menggunakan uji Regresi Logistik serta besar Conclusion: The incidence of maternal mortality was
risiko menggunakan Odds Ratio. Hasil: Kasus kematian scattered, was not grouped. Economic level had
ibu dan fasilitas kesehatan memiliki pola menyebar. correlation to maternal mortality. Residence location had
Perhitungan statistik menunjukkan bahwa pendapatan no correlation to maternal mortality. Distance to health
memiliki hubungan (OR=4,59;p=0,00), domisili tidak facility had correlation to maternal mortality but as
memiliki hubungan (p=0,43) dan jarak memiliki hubungan protective factor. Referral was centered to regional
tetapi sebagai faktor protektif (OR=0,32;p=0,01). general hospital.
Kesimpulan: Kasus kematian ibu dan fasilitas kesehatan
menyebar rata tidak mengelompok. Tingkat ekonomi Keywords : Geographical information system, Maternal
memiliki hubungan dengan kematian ibu. Jarak fasilitas mortality, Referral, Spatial analysis.
kesehatan juga memiliki hubungan dengan kasus kematian
ibu tetapi sebagai faktor protektif (pelindung). Rujukan
terpusat pada rumah sakit umum daerah.
PENDAHULUAN
Tujuan akhir Millenium Development Goals-MDGs
untuk kesejahteraan masyarakat sudah lebih dari 10 tahun
Kata Kunci: Analisis spasial, Kematian ibu, Rujukan,
dicanangkan di Perserikatan Bangsa Bangsa. Indonesia
Sistem informasi geografis
sesuai dengan MDGs 5 mempunyai tujuan utama
meningkatkan kesehatan ibu dengan target menurunkan
ABSTRACT Angka Kematian Ibu (AKI) hingga tiga perempat dalam
Background: The availability of health facilities was tahun 1990 - 2015 dan mewujudkan akses kesehatan
already distributed evenly in almost all Banjarnegara reproduksi bagi semua pada tahun 2015. Target
District areas. But maternal mortality was still a problem pencapaian MDGs 2015 yaitu AKI 102 per 100.000
in Banjarnegara District. This study was aimed to know kelahiran hidup1. Angka ini masih jauh lebih tinggi
Journal of Information Systems for Public Health, Vol. 1, No. 2, Agustus 2016 53

dibandingkan dengan target di Filipina yaitu menurunkan untuk menggambarkan masing-masing variabel penelitian
AKI hingga 52 per 100.000 kelahiran hidup2. dan selanjutnya disajikan dalam bentuk tabel, narasi dan
Berdasarkan SDKI 2012, rata-rata angka kematian ibu grafik. Analisis bivariat menggunakan uji Chi Square
(AKI) tercatat mencapai 359 per 100.000 kelahiran hidup. untuk melihat hubungan antara dua variabel. Analisis
Rata-rata kematian ini jauh melonjak dibandingkan hasil multivariat menggunakan uji Regresi Logistik serta besar
SDKI 2007 yang hanya 228 per 100.000 kelahiran hidup3. risiko menggunakan Odds Ratio.
Angka kematian ibu di Propinsi Jawa Tengah selama
periode 2008 sampai dengan 2012 mengalami fluktuasi HASIL
tetapi cenderung mengalami kenaikan yaitu dari 114,4 1. Persebaran Kasus Kematian Ibu Maternal
menjadi 116,3 per kelahiran hidup. Pada tahun 2010 Kasus kematian ibu terjadi hampir menyebar di semua
mengalami penurunan angka kematian ibu menjadi 104,97 kecamatan yang ada kecuali Kecamatan Wanayasa dan
per 100.000 kelahiran hidup4. Kecamatan Pandanarum. Dalam tiga tahun terakhir terjadi
Angka kematian ibu di Kabupaten Banjarnegara fluktuatif jumlah kasus kematian. Kecamatan dengan
terjadi secara fluktuatif dimana pada tahun 2008 sampai kasus terbesar selama tiga tahun adalah Kecamatan
tahun 2010 cenderung terjadi penurunan dari 140,3 Purwanegara dengan 8 kasus kematian ibu.
menjadi 61,2 per 100.000 kelahiran hidup. Sedangkan
pada tahun 2010 sampai 2012 cenderung naik dari 61,2 Tabel 1. Kasus kematian ibu berdasarkan waktu dan lokasi
menjadi 140,6 per kelahiran hidup. Pada tahun 2013 angka di Kabupaten Banjarnegara
kematian ibu di Kabupaten Banjarnegara kembali turun No Kecamatan 2011 2012 2013
menjadi 116,5 per 100.000 kelahiran hidup5. 1 Susukan - 2 -
Beberapa faktor resiko kematian ibu yang terkait 2 Pwj Klampok - 2 -
dengan demografi dan aksesbilitas seperti jarak, wilayah 3 Mandiraja 1 1 3
4 Purwanegara 1 3 4
domisili dan pendapatan keluarga. Dari ketiga hal tersebut 5 Bawang - - 2
telah telah terjadi perubahan yang cukup signifikan 6 Banjarnegara 1 2 1
dimana terdapat peningkatan infrastruktur baik jalan 7 Pagedongan 1 - -
maupun fasilitas kesehatan sehingga aksesibilitas ke 8 Sigaluh - 2 -
9 Madukara 1 - 1
fasilitas kesehatan semakin mudah. Sedangkan dari faktor 10 Banjarmangu 2 1 2
pendapatan keluarga terkait dengan akses terhadap 11 Wanadadi - - 1
pelayanan kesehatan sudah banyak dibantu dengan adanya 13 Punggelan 2 3 2
jamkesda, jampersal maupun askeskin. 14 Karangkobar 1 - 1
15 Wanayasa - - -
Akan tetapi dari keadaan tersebut di atas, kasus 16 Kalibening - 1 -
kematian ibu di Kabupaten Banjarnegara masih menjadi 17 Pandanarum - - -
salah satu masalah utama di bidang kesehatan yang belum 18 Pejawaran - 3 -
terselesaikan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui 19 Pagentan 1 1 -
20 Batur 1 2 1
gambaran spasial kematian ibu di Kabupaten Banjarnegara Total 12 23 19
dan faktor risiko yang mempengaruhinya khususnya yang Sumber : Dinas Kesehatan Kab. Banjarnegara
terkait dengan aksesibilitas fasilitas kesehatan (jarak,
domisili, pendapatan). 2. Sebaran Fasilitas Kesehatan
Dengan membuat pemetaan kasus kematian ibu Kabupaten Banjarnegara terdapat fasilitas kesehatan
dengan faktor risikonya serta melakukan analisis spasial berupa Puskesmas mampu PONED sebanyak 22 buah,
diharapkan dapat memberikan informasi baru yang dapat Puskesmas Non PONED sebanyak 13 buah dan Rumah
mendukung dalam perencanaan program maupun Sakit PONEK 3 buah. Puskesmas sudah tersebar di seluruh
pengambilan keputusan6. kecamatan sedangkan rumah sakit hanya terdapat di
Kecamatan Banjarnegara, Kecamatan Bawang dan
METODE Kecamatan Purworejo Klampok.
Penelitian ini menggunakan rancangan studi kasus
kontrol dengan pendekatan Sistem Informasi Geografi 3. Analisis Spasial
(SIG). Populasi penelitian adalah semua kasus kematian Hasil analisis tetangga terdekat (Avarage Nearest
ibu selama kehamilan sampai 42 hari setelah melahirkan Neighbor) terhadap kasus kematian ibu menunjukkan nilai
sebagai kelompok kasus dan ibu pasca melahirkan yang NNI = 1,148; Z score = 2,084; dan p-value = 0,037. Pola
tidak meninggal sebagai kelompok kontrol pada tahun sebaran kasus kematian ibu di Kabupaten Banjarnegara
2011 sampai dengan tahun 2013 yang tercatat di Dinas memiliki pola menyebar (dispersed) karena memiliki nilai
Kesehatan Kabupaten Banjarnegara. Jumlah sampel 108 indeks lebih dari satu.
yang terdiri dari 54 kasus dan 54 kontrol. Hasil analisis Average Nearest Neighbor untuk pola
Variabel penelitian ini terdiri dari variabel terikat sebaran fasilitas kesehatan (Puskesmas dan rumah sakit) di
yaitu kejadian kematian ibu dan variabel bebas yaitu Kabupaten Banjarnegara menunjukkan nilai NNI = 1,632;
aksesibilitas (jarak, domisili, penghasilan). Z score = 4,274; dan p-value = 0,000. Pola sebaran fasilitas
Analisis dilakukan dengan menggunakan analisis kesehatan (Puskesmas dan rumah sakit) di Kabupaten
spasial untuk melihat distribusi kasus kematian ibu dan Banjarnegara memiliki pola menyebar (dispersed) karena
determinan perantarannya. Analisis deskriptif digunakan memiliki nilai indeks sama dengan satu. Analisis spasial
Journal of Information Systems for Public Health, Vol. 1, No. 2, Agustus 2016 54

juga digunakan untuk melihat hubungan antara variabel sebagian besar memiliki pendapatan yang rendah atau di
domisili dengan variabel kasus kematian ibu maternal bawah UMR dan tersebar di seluruh wilayah Kabupaten
dengan menggunakan aplikasi Geoda dengan hasil tidak Banjarnegara. Keluarga ibu meninggal dengan pendapatan
ada hubungan antara kedua variabel. yang tinggi atau di atas UMR berada di wilayah tengah dan
utara Kabupaten Banjarnegara.
4. Overlay (Tumpang Susun) Peta Pendapatan tinggi diperoleh karena profesi pekerjaan
Hasil overlay (tumpang susun) peta pendapatan mereka seperti petani salak, petani kentang, pegawai
terhadap peta kematian ibu maternal diperoleh peta negeri maupun pegawai pabrik. Sedangkan pendapatan
sebaran / distribusi tingkat ekonomi pada kasus kematian rendah sebagian besar bekerja di sektor informal seperti
ibu. Keluarga yang mengalami kasus kematian ibu buruh tani dan kerja serabutan.

Gambar 1. Peta Sebaran Pendapatan Keluarga

Hasil overlay peta jarak fasilitas kesehatan dengan Domisili adalah lokasi rumah tinggal kasus
kasus kematian ibu maka diperoleh peta distribusi atau berdasarkan klasifikasi desa / keluarga oleh BPS.
sebaran kasus dengan jarak fasilitas kesehatan di Klasifikasi pembagian wilayah domisili berdasarkan
Kabupaten Banjarnegara. Kasus kematian ibu dengan Peraturan Kepala Badan Pusat Statistik Nomor 37 Tahun
jarak jauh atau > 3 km dari fasilitas kesehatan terdekat 2010 tentang Klasifikasi Pedesaan dan Perkotaan di
dijumpai di daerah utara wilayah Kabupaten Banjarnegara Indonesia.
karena lokasinya yang berupa dataran tinggi dan Aksesibilitas fasilitas kesehatan dapat dilihat secara
pegunungan. Jarak yang digunakan adalah jarak terdekat fisik dari jarak dan waktu tempuh. Jarak dapat diukur /
antara rumah ibu dengan fasilitas kesehatan yang ada. dianalisis menggunakan analisis buffer maupun analisis
Lokasi geografis yang demikian menyebabkan akses jaringan menggunakan aplikasi ArcGis. Hasil analisis
jarak ke fasilitas kesehatan semakin jauh karena banyak menggunakan buffer fasilitas kesehatan menunjukkan
jalan yang ditemui harus memutar dan naik turun. bahwa apabila menggunakan buffer 3 km masih banyak
Persebaran penduduk yang tidak merata sehingga ada wilayah yang belum tercover pelayanan kesehatan yang
sebagian pemukiman yang terpisah atau terpencil sehingga ada. Penggunaan buffer 5 km sebagai pelayanan maksimal
agak susah untuk mendapatkan akses pelayananan fasilitas kesehatan menunjukkan bahwa hampir semua
kesehatan. Adapun rinciannya dapat dilihat pada gambar 2 wilayah tercover oleh pelayanan fasilitas kesehatan baik
. berupa rumah sakit maupun Puskesmas.
Hasil overlay (Tumpang Susun) peta domisili dengan Waktu tempuh perjalanan juga dapat diperhitungkan
kasus kematian ibu maka diperoleh gambaran distribusi dan dimodelkan dengan menggunakan aplikasi AccesMod
kematian ibu berdasarkan wilayah pedesaan dan dengan jalan menggabungkan peta penggunaan lahan,
perkotaan. Sebagian besar wilayah Kabupaten ketinggian, jaringan jalan/sungai, barier penghalang dan
Banjarnegara dikategorikan sebagai wilayah pedesaan. skenario perjalanan yang ada. Hasil analisis time travel
Kasus kematian ibu banyak terjadi di wilayah pedesaan. (waktu perjalanan) menggunakan aplikasi AccesMod yang
dikembangkan oleh WHO diperoleh bahwa seluruh
Journal of Information Systems for Public Health, Vol. 1, No. 2, Agustus 2016 55

wilayah Kabupaten Banjarnegara membutuhkan waktu perhitungan menggunakan AccessMod yang terbesar
kurang dari dua jam perjalanan menuju fasilitas kesehatan nilainya adalah sebesar 119 menit khususnya daerah yang
terdekat. Waktu perjalanan yang diperoleh dari hasil memiliki wilayah topografi berupa pegunungan.

Gambar 2. Peta Sebaran Jarak Kasus terhadap Fasilitas Kesehatan

Gambar 3. Peta Domisili dan Kasus Kematian Ibu


Journal of Information Systems for Public Health, Vol. 1, No. 2, Agustus 2016 56

Gambar 4. Buffer Cakupan Pelayanan Fasilitas Kesehatan

Gambar 5. Peta Waktu Perjalanan ke Fasilitas Kesehatan

5. Rute Rujukan terlambat mengambil keputusan rujukan maupun


Alur rujukan yang biasanya terjadi adalah dari pasien ketersediaan ruang di rumah sakit rujukan...
dirujuk ke Puskesmas (PPK 1), kemudian dirujuk ke Ada beberapa kasus rujukan yang sebenarnya bisa
rumah sakit (PPK 2) yang ada di Kabupaten Banjarnegara diberikan alternatif pada pemilihan jalur maupun lokasi
baru rujukan lanjutan ke rumah sakit (PPK 3) di luar fasilitas kesehatan yang dituju. Analisis ini menggunakan
Kabupaten Banjarnegara. Tapi ada beberapa kasus rujukan analisis jaringan pada aplikasi ArcGis yang bermanfaat
yang langsung ke rumah sakit di luar kota karena untuk mencari rute jalan yang terdekat antar titik. Selain
keterbatasan kamar maupun lokasi rujukan yang lebih itu juga dapat digunakan untuk mencari lokasi fasilitas
dekat. Kapasitas kamar di rumah sakit yang terbatas kesehatan terdekat dari suatu kejadian. Dengan pemilihan
menjadi kendala utama rujukan di Kabupaten alur rujukan yang lebih pendek dan hemat waktu sehingga
Banjarnegara. Rujukan sering terlambat baik karena kematian ibu dapat dikurangi maupun dihindari.
................................................................................
Journal of Information Systems for Public Health, Vol. 1, No. 2, Agustus 2016 57

Gambar 6. Peta Rute Rujukan Kasus Kematian Ibu 2013

Gambar 6 menunjukkan jalur atau rute rujukan kasus PEMBAHASAN


kematian ibu pada tahun 2013. Selama tahun 2013 terdapat 1. Pola Spasial dan Tren Kematian Ibu
19 kasus kematian ibu. Hampir sebagian besar melakukan Tren kematian ibu di Kabupaten Banjarnegara selama
proses rujukan walaupun ada yang mengalami tiga tahun terakhir cenderung menurun walaupun sempat
keterlambatan. Alur rujukan yang terjadi pada kasus melonjak kasusnya pada tahun 2012. Turunnya kematian
kematian ibu di Kabupaten Banjarnegara dapat ibu di Kabupaten Banjarnegara karena adanya
dikelompokkan menjadi beberapa bagian yang dapat pendampingan dari UNICEF, program Jampersal dan
dilihat pada tabel 7. Jamkesmas serta Dana Bantuan Operasional Kesehatan
(BOK). Ketika pendampingan dari UNICEF berhenti
Tabel 7. Alur Rujukan Kasus Kematian Ibu Tahun 2013 kasus kematian melonjak sedangkan pada saat digulirkan
No Alur Rujukan Jumlah Program Jamkesmas/Jampersal maupun Dana BOK kasus
1. Belum sempat dirujuk 1 kematian menurun.
2. Rumah  Puskesmas / Rumah 5
Sakit (RS)
3. Rumah  Puskesmas RS 6
2. Penyebab Kematian Ibu
4. Rumah  Puskesmas  RS  3 Penyebab kematian langsung terbanyak disebabkan
RS oleh pendarahan dan eklamsi. Sedangkan penyebab
5. Rumah  RS  RS 4 kematian tidak langsung terbanyak disebabkan penyakit
jantung dan TB paru. Ditemukannya penyakit jantung
6. Analisis Bivariat dan Multivariat sebagai salah satu penyebab kematian ibu sudah sesuai
Dari hasil analisis dengan uji Chi Square, diperoleh dengan perkembangan global penyakit penyebab kematian
nilai untuk pendapatan (p=0,000; OR=4,587; CI=1,866 – yang mulai bergeser dari penyakit menular menuju
11,473), jarak (p=0,008; OR=0,320; CI=0,123-0,807) dan penyakit tidak menular. Hal ini sejalan juga dengan
domisili (p=0,430; OR=1,367; OR=0,586-3,199). Hal ini penelitian yang menyatakan terjadi pergeseran penyebab
dapat diartikan bahwa faktor pendapatan dan jarak kematian ibu di Nigeria7.
memiliki hubungan yang bermakna dengan kasus
kematian ibu. Domisili tidak memiliki hubungan yang 3. Analisis Spasial
bermakna dengan kasus kematian ibu. Hasil analisis spasial dilakukan untuk mengetahui
Hasil analisis multivariat menggunakan uji regresi pola sebaran kasus kematian ibu maternal dan pola sebaran
logistik diperoleh bahwa variabel yang berhubungan fasilitas kesehatan yang ada di Kabupaten Banjarnegara.
bermakna dengan kejadian kematian ibu adalah Analisis pola sebaran ini menggunakan Avarage Nearest
pendapatan (p=0,000) dan jarak (p=0,004). Faktor terkuat Neighbor. Dari analisis tersebut diketahui bahwa pola
kejadian kematian ibu adalah pendapatan (p=0,000 , OR = sebaran kasus kematian ibu maternal yang terjadi di
5,4 dan CI = 2,5 – 13,2). Kabupaten Banjarnegara memiliki pola menyebar
(dispeared). Hal ini menunjukkan bahwa kematian ibu
maternal dapat terjadi dimana saja dan tidak terjadi
pengelompokan. Pola sebaran untuk fasilitas kesehatan
Journal of Information Systems for Public Health, Vol. 1, No. 2, Agustus 2016 58

yang terdiri dari Puskesmas dan rumah sakit yang ada di untuk mengalami kematian maternal bila dibandingkan
Kabupaten Banjarnegara memiliki pola menyebar dengan jumlah pendapatan keluarga sesuai dengan UMR
(dispeared). Pola penempatan pelayanan kesehatan di atau lebih(9).
Kabupaten Banjarnegara telah memenuhi pemerataan 5. Domisili dengan Kasus Kematian Ibu penelitian ini
dimana di masing-masing kecamatan memiliki antara 1 diperoleh
sampai 2 Puskesmas. Hal ini didukung hasil perhitungan Di daerah pedesaan di Kabupaten Banjarnegara rata-
sebaran lokasi Puskesmas yang menyatakan bahwa pola rata sudah terdapat bidan di masing-masing desa. Tetapi
sebaran Puskesmas adalah menyebar. Dengan penyebaran yang belum ada adalah sarana fasilitas kesehatan yang
Puskesmas berarti kebutuhan pelayanan kesehatan di dapat menangani kasus kegawatdaruratan seperti
Kabupaten Banjarnegara terjamin kemudahan aksesnya Puskesmas PONED maupun Rumah Sakit PONEK.
secara keruangan dan non keruangan untuk jumlah Dengan adanya keterbatasan fasilitas kesehatan yang
fasilitas dan kemudahan menjangkau fasilitas kesehatan mampu menangani kegawatdaruratan obstetri, maka akan
tersebut. Distribusi fasilitas kesehatan menyebar di semua mempengaruhi penanganan maupun rujukan kasus
wilayah sehingga kebutuhan masyarakat akan pelayanan tersebut.
kesehatan terpenuhi. Hal ini sejalan dengan penelitian di Zambia yang
Penelitian ini sejalan dengan penelitian di Kabupaten menyatakan bahwa akses terhadap layanan
Sleman yang menyatakan bahwa distribusi Puskesmas kegawatdaruratan kebidanan di wilayah pedesaan masih
menyebar di semua wilayah (R>1) sehingga kebutuhan rendah9. Angka kematian yang rendah ditemukan di
masyarakat akan pelayanan kesehatan terpenuhi8. daerah perkotaan di Nigeria karena di perkotaan tersedia
Walaupun fasilitas kesehatan sudah menyebar dan tenaga medis penolongan persalinan dan akses yang
hampir menjangkau seluruh wilayah Kabupaten mudah menuju fasilitas kesehatan10.
Banjarnegara, kasus kematian ibu masih tetap terjadi dan Penelitian yang dilakukan di India menyatakan
menyebar di semua kecamatan yang ada. bahwa kematian ibu di daerah pedesaan sebesar 77,5 %
dari total kematian ibu11. Hal ini juga sejalan dengan
4. Tingkat Ekonomi dengan Kasus Kematian Ibu penelitian di Sudan yang menyatakan bahwa ada variasi
Pendapatan keluarga mencerminkan kemampuan kematian ibu di daerah perkotaan (34,6%) dan pedesaan
keluarga dalam memenuhi kebutuhan hidupnya termasuk (65,4%) 12.
kesehatan dan pemenuhan zat gizi. Rendahnya tingkat Analisis pola spasial menunjukkan adanya tren /
pendapatan keluarga menyebabkan rendahnya pembelian kecenderungan kasus kematian ibu dan bayi di Kabupaten
kebutuhan makanan sehari-hari sehingga mengurangi Tana Toraja terdapat pada karakteristik pedesaan(14).
jumlah kualitas makanan bagi ibu yang dapat berdampak Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa tidak ada
memperbesar risiko anemia pada ibu hamil dan hubungan secara statistik antara domisili dengan kasus
memperberat risiko ibu untuk mengalami komplikasi kematian ibu sehingga domisili bukan sebagi faktor risiko
kehamilan. Komplikasi kehamilan secara tidak langsung kematian ibu maternal di Kabupaten Banjarnegara. Hal ini
dapat menyebabkan kematian ibu. bisa disebabkan yang dilihat adalah lokasi rumah ibu yang
Sejalan dengan penelitian yang dilakukan di Nigeria, meninggal bukan lokasi terjadinya kematian ibu. Hampir
bahwa kematian ibu lebih sedikit dijumpai pada wanita semua kasus kematian ibu maternal di Kabupaten
dengan tingkat ekonomi yang tinggi dibandingkan dengan Banjarnegara ditemukan di fasilitas kesehatan terutama
pada wanita dengan tingkat ekonomi yang rendah7. rumah sakit. Selain itu kontrol diambil pada wilayah kerja
Kemiskinan dapat mengakibatkan rendahnya akses Puskesmas yang ada kasus kematian ibu sehingga
masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan. diperoleh proporsi yang hampir sama.
Hasil penelitian di Indonesia menyatakan perbedaan yang Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan di
besar pada penggunaan tenaga kesehatan terlatih sebagai Kabupaten Cilacap yang menyatakan bahwa wilayah
penolong persalinan menurut tingkatan ekonomi. tempat tinggal bukan merupakan faktor risiko kematian
Hal ini menunjukkan ketimpangan dalam akses finansial maternal(9).
untuk mendapatkan pelayanan kesehatan dasar dan dalam
distribusi tenaga kesehatan bermutu. Dengan semakin 6. Jarak dengan Kasus Kematian Ibu
tingginya penghasilan keluarga maka kemampuan untuk Kasus kematian ibu lebih banyak dijumpai pada jarak
membiaya pengobatan dan biaya persalinan akan < 3 km dari fasilitas kesehatan yang ada. Jarak maksimal
meningkat pula. Kemiskinan memiliki dampak pada pelayanan suatu fasilitas kesehatan adalah 5 km dengan
kematian ibu dan keputusan wanita dalam memanfaatkan jangkauan pelayanan maksimal adalah 3 km. Posisi wanita
pelayanan kesehatan. hamil sebaiknya tidak boleh lebih dari 5 km jaraknya dari
Pada hasil analisis bivariat bahwa ada hubungan fasilitas kesehatan ibu untuk mencegah kematian akibat
antara pendapatan dengan kasus kematian ibu maternal keterlambatan mengakses fasilitas tersebut 13.
dimana pendapatan rendah memiliki risiko 4,6 kali lebih Sejalan dengan penelitian yang dilakukan di Nigeria
besar untuk mengalami kematian maternal bila bahwa jarak dengan fasilitas kesehatan terdekat tidak
dibandingkan dengan pendapatan tinggi. memiliki hubungan yang signifikan dengan kematian ibu7.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan di Pola kematian ibu dalam menggunakan penggunaan
Cilacap yang menyatakan bahwa jumlah pendapatan fasilitas kesehatan tidak disebabkan oleh faktor jarak
kurang dari UMR memiliki risiko 2,3 kali lebih besar terdekat saja tapi bisa disebabkan faktor lain seperti
Journal of Information Systems for Public Health, Vol. 1, No. 2, Agustus 2016 59

kualitas pelayanan, jenis pelayanan yang tersedia,


pembiayaan dan faktor sosial budaya. 8. Sistem Rujukan
Akses berkaitan dengan jarak fisik antara pusat Sistem rujukan khususnya dalam pelayanan
layanan dengan wanita yang membutuhkan penanganan kegawatdaruratan kebidanan harus dilakukan secara tepat
termasuk didalamnya akses pembiayaan dan jenis dan harus menghindari tiga terlambat, yaitu keterlambatan
pelayanan yang memadai. Pelayanan kesehatan yang dalam pengambilan keputusan, keterlambatan dalam
memiliki akses sulit merupakan faktor penting yang mencapai tempat tujuan rujukan dan keterlambatan dalam
mempengaruhi hasil kehamilan termasuk kematian ibu memperoleh pelayanan di tempat rujukan. Faktor yang
bersalin14. memberikan kontribusi terhadap kematian ibu di Sudan
Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa tidak ada adalah terlambat merujuk, fasilitas kesehatan yang rendah
hubungan antara jarak rumah ke fasilitas kesehatan dengan dan masalah transportasi12.
kasus kematian ibu tetapi bukan sebagai faktor risiko
melainkan sebagai faktor pelindung (protektif) karena nilai KESIMPULAN DAN SARAN
OR < 1. Jarak ke fasilitas jauh menjadi faktor Kasus kematian ibu di Kabupaten Banjarnegara
pelindung/protektif terhadap kejadian kematian ibu hampir terjadi di semua wilayah dengan pola distribusi
maternal. Ibu yang memiliki jarak ke fasilitas kesehatan menyebar. Fasilitas kesehatan seperti rumah sakit dan
terdekat belum tentu memanfaatkan fasilitas kesehatan Puskesmas yang ada juga memiliki pola distribusi
tersebut dengan berbagai alasan seperti tidak tersedianya menyebar. Sebagian besar kasus kematian ibu terjadi pada
fasilitas kegawatdaruratan obstetri dan memilih fasilitas daerah pedesaan (75%), tingkat ekonomi yang rendah
yang ada di kota. Responden yang memiliki rumah jauh (65%), dan jarak rumah dekat dengan fasilitas kesehatan
dari fasilitas kesehatan sebagian besar lebih (64%). Hasil perhitungan statistik menunjukkan ada
mempersiapkan untuk menghadapi persalinan hubungan bermakna antara pendapatan (p=0,000) dan
dibandingkan dengan yang dekat. Hal – hal yang telah jarak fasilitas kesehatan terdekat (p=0,008) dengan kasus
disiapkan antara lain dengan mendekatkan ibu ke fasilitas kematian ibu. Sedangkan domisili (p=0,320) tidak
kesehatan, rutin memeriksakan kesehatan ke tenaga memiliki hubungan yang bermakna dengan kasus
kesehatan dan penyediaan sarana transportasi untuk kematian ibu. Hasil analisis multivariat menggunakan uji
rujukan. Untuk ibu yang rumahnya dekat beranggapan regresi logistik diperoleh bahwa variabel yang
bahwa persiapan bisa sewaktu-waktu karena mudah berhubungan bermakna dengan kejadian kematian ibu
menjangkau ke fasilitas kesehatan. adalah pendapatan (p=0,000) dan jarak (p=0,004). Faktor
terkuat kejadian kematian ibu adalah pendapatan (p=0,000
7. Aksesibilitas Fasilitas Kesehatan , OR = 5,4 dan CI = 2,5 – 13,2). Rujukan ibu hamil
Hasil analisis menggunakan buffer fasilitas kesehatan cenderung ke arah pusat kota Banjarnegara dan belum
dengan jarak 5 km sudah mencakup hampir semua wilayah adanya zonasi rujukan.
Kabupaten Banjarnegara. Hanya sebagian daerah utara Bagi pemerintah daerah perlu meningkatkan
dan selatan yang tidak tercover pelayanan kesehatan. aksesibilitas dan kualitas fasilitas kesehatan yang sudah
Waktu tempuh menuju ke fasilitas kesehatan diolah ada. Menyediakan anggaran kesehatan bagi masyarakat
menggunakan aplikasi AccesMod dari WHO miskin khususnya untuk biaya pemeriksaan kehamilan dan
menghasilkan bahwa waktu tempuh untuk seluruh wilayah persalinan. Membuat sistem informasi rujukan beserta
Kabupaten Banjarnegara masih berada di bawah 2 jam jalur alternatif / zonasi rujukan sehingga akan
perjalanan untuk menuju fasilitas pelayanan kesehatan mempercepat proses rujukan.
terdekat. Berdasarkan kedua hal tersebut aksesibilitas fisik
fasilitas kesehatan di Kabupaten Banjarnegara sudah KEPUSTAKAAN
cukup baik berdasarkan jarak dan waktu tempuh. 1. BAPPENAS. Laporan Pencapaian Tujuan
Penelitian di Lampung Tengah juga menunjukkan Pembangunan Milineum Indonesia 2010. Jakarta:
bahwa aksesibilitas pelayanan kesehatan tidak hanya BAPPENAS; 2010.
dipengaruhi jarak dan waktu tempuh tetapi dipengaruhi 2. Huntington D, Banzon E, Recidoro ZD. A Systems
oleh kemampuan membayar dan transportasi15. Approach to Improving Maternal Health in The
Dalam konteks kemudahan pada akses pelayanan Philippines. Bull World Health Organ.
kesehatan ditentukan oleh dua hal yang dianggap penting 2012;90(2):104-110. doi:10.2471/BLT.11.092825.
yaitu jarak dan waktu perjalanan. Ada beberapa alasan 3. BPS, BKKBN, Kemenkes, ICF. Demographic and
menggunakan perhitungan waktu perjalanan lebih mudah Health Survey 2012. Jakarta: BPS, BKKBN,
daripada menggunakan jarak dalam aksesibilitas Kemenkes, and ICF International; 2013.
pelayanan kesehatan yaitu : 1) masyarakat lebih mudah 4. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. Buku Profil
berhubungan dengan waktu perjalanan dibandingkan Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2012.
dengan jarak geografis dalam pengambilan keputusan Semarang: Dinkes Prov Jateng; 2013.
mencari pelayanan, 2) waktu perjalaan lebih mudah 5. Dinkes Kab Banjarnegara. Buku Saku Dinas
dibandingkan daripada jarak karena dapat digunakan Kesehatan Dalam Angka (Visualisasi Data Kesehatan
sebagai perencanaan transportasi yang akan digunakan, 3) Kabupaten Banjarnegara). (Sub Bagian PEP, ed.).
tingkatan pelayanan yang diperlukan dalam keadaan Banjarnegara: Dinkes Kab Banjarnegara; 2013.
darurat biasanya diukur dengan waktu16. 6. Sukmawati FA, Purnami CT, Nugroho RD. Sistem
Journal of Information Systems for Public Health, Vol. 1, No. 2, Agustus 2016 60

Informasi Geografis Jejaring Rujukan Ibu Dirujuk dan SA, Abdelfattah AI. Maternal Mortality in Kassala
Karakteristiknya di Kota Semarang Tahun 2011 State - Eastern Sudan : Community-Based Study
(Studi Kasus di Wilayah Kecamatan Genuk dan Using Reproductive Age Mortality Survey ( RAMOS
Pedurungan). J Kesehat Masy. 2012;1. ). BMC Pregnancy Childbirth. 2011:2-7.
7. Manyeh AK. Spatial Patterns and Trends of Maternal 13. Nwokocha EE. Widowers ’ accounts of Maternal
Mortality Over a Five Year Periode and Their Mortality Among Women of Low Socioeconomic
associated Risk Factors In Infakara Health and Status in Nigeria. Afr J Reprod Health.
Demographic Surveillance Site (IHDSS). 2012;16(September):101-118.
2012;(November). 14. Simoes PP, Almeida RMVR. Geographic
8. Widagdo A. Analisis aksesbilitas Pelayanan Accessibility to Obstetric Care and Maternal
Puskesmas di Kabupaten Sleman. 2009. Mortality in a Large Metropolitan Area of Brazil. Int
9. Gabrysch S, Simushi V, Campbell OMR. Availability J Gynaecol Obstet. 2011;112(1):25-29.
and Distribution of, and Geographic Access to doi:10.1016/j.ijgo.2010.07.031.
Emergency Obstetric Care in Zambia. Int J Gynaecol 15. Sutikno. Aksesibilitas Pelayanan Kesehatan di
Obstet. 2011;114(2):174-179. Kabupaten Lampung Tengah Kajian Dengan Access
doi:10.1016/j.ijgo.2011.05.007. Mod 3. 2013.
10. Ebeniro J. The Geography of Maternal Mortality in 16. Ray N, Ebener S. AccessMod 3.0: Computing
Nigeria. 2012. Geographic Coverage and Accessibility to Health
11. Khumanthem PD, Chanam MS, Samjetshabam RD. Care Services Using Anisotropic Movement of
Maternal Mortality and Its Causes in a Tertiary Patients. Int J Health Geogr. 2008;7:63.
Center. J Obstet Gynaecol India. 2012;62(2):168-171. doi:10.1186/1476-072X-7-63.
doi:10.1007/s13224-012-0169-1.
12. Mohammed A, Elnour MH, Mohammed EE, Ahmed

Korespondensi
Aji Setiawan
setiabara@gmail.com
Jl. Mayjend Soetojo No.83, Dinas Kesehatan Banjarnegara

Вам также может понравиться