Вы находитесь на странице: 1из 16

BAB 4.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil dari penelitian ini terdiri dari empat bagian. Bagian pertama diuraikan
tentang hasil pengamatan struktur domain magnet, kemudian diamati tentang
struktur domain setiap diameter. Diameter kritis ditentukan berdasarkan
perubahan struktur domain. Analisa terhadap energi sistem yang berkontribusi
dilakukan untuk melihat daerah transisi dari bahan CoFeB. Analisa energi sistem
juga dilakukan agar memperjelaskan diameter kritis dari bahan CoFeB.
Bagian kedua menjelaskan tentang pengamatan yang dilakukan untuk
mengamati kurva histerisis. Kurva histerisis yang diperoleh selanjutnya dianalisa
untuk menentukan besar medan saturasi dan medan koersivitas dari bahan CoFeB.
Bagian ketiga diuraikan tentang hasil pengamatan untuk menentukan temperature
Curie. Hasil yang diperoleh selanjutnya akan digunakan untuk menentukan
temperature Curie dari bahan CoFeB. Bagian keempat menjelaskan pengamatan
untuk pengaruh heat assisted pada kurva histerisis yang terbentuk. Hasil yang
diperoleh selanjutnya dianalisa tentang pengaruh heat assisted terhadap medan
saturasi dan medan koersivitas yang ada.

4.1 Diameter Kritis


Pengamatan struktur domain magnet pada keadaan tanpa medan magnet
eksternal lebih difokuskan pada bentuk struktur domain yang stabil setelah
mencapai energi minimum. Struktur domain yang terbentuk mempunyai
hubungan dengan energi sistem yang dihasilkannya. Analisa dari energi sistem
lebih difokuskan pada perubahan yang terjadi pada energi demagnetisasi, total dan
exchange terhadap variasi diameter. Energi system diamati untuk memperjelas
tentang keadaan struktur domain yang terbentuk. Energi demagnetisasi lebih
mendominasi dibandingkan energi yang lain pada saat struktur domain yang
37

terbentuk cenderung single-domain. Energi exchange lebih mendominasi


dibandingkan dengan energi demagnetisasi pada saat struktur domain yang
terbentuk adalah vortex. Hasil simulasi yang dihasilkan menunjukkan profil energi
sistem yang teramati pada CoFeB, yang dapat dibagi menjadi 3 bagian, seperti
ditunjukkan gambar 4.1. Bagian pertama adalah daerah pada diameter 5 nm
sampai dengan 10 nm. Struktur domain yang terbentuk pada daerah ini cenderung
adalah single-domain. Daerah ini memperlihatkan bahwa energi demagnetisasi
lebih besar dibandingkan energi exchenge. Diameter 10 nm merupakan diameter
kritis dari bahan CoFeB.

Gambar 4.1 Grafik energi sistem dari bahan CoFeB terhadap variasi diameter

Pada bagian kedua merupakan daerah energi transisi. Daerah ini terletak
pada diameter 15 nm sampai dengan 20 nm. Daerah ini menjelaskan bahwa energi
exchange cenderung bertambah naik, sedangkan energi demagnetisasi cenderung
menurun seiring dengan bertambahnya diameter. Struktur domain yang terbentuk
pada daerah ini berada dalam keadaan vortex. Daerah yang terakhir adalah daerah
38

ketiga yang terletak pada diameter 20 nm sampai dengan 60 nm. Daerah ini
memiliki perubahan energi yang stabil, baik itu energi exchange maupun energi
demagnetisasi. Daerah ini memperlihatkan bahwa energi exchange lebih besar
dibandingkan dengan energi demagnetisasi. Struktur domain yang terbentuk pada
daerah ini berupa vortex. Grafik energi sistem pada daerah 1, 2 dan 3 dapat lihat
secara jelas pada lampiran A.
Hasil simulasi yang dilakukan memperlihatkan bahwa terdapat dua struktur
domain magnet yang terbentuk yaitu single-domain dan vortex. Hasil pengamatan
menunjukkan adanya transisi struktur domain dari single-domain ke vortex. Batas
diameter transisi inilah yang dikenal sebagai diameter kritis. Diameter kritis
merupakan ukuran maksimum dari keadaan single-domain. Hasil simulasi
menunjukkan bahwa pada diameter 15 nm struktur domain sudah berada pada
keadaan vortex. Hal ini menunjukkan bahwa analisa diameter kritis yang
terbentuk sesuai dengan energi sistem. Struktur domain yang terbentuk dapat
dilihat pada gambar 4.2.
39

Gambar 4.2 Struktur domain magnet bahan CoFeB dengan variasi diameter 5 nm – 60 nm.
40

Tabel 4.1 menginformasikan perbandingan antara hasil perhitungan


diameter kritis secara teori terhadap pengamatan dari simulasi pada bahan CoFeB.
DSD pada tabel 4.1, adalah nilai diameter kritis pada bahan CoFeB yang
mempunyai struktur single domain. DVS pada tabel 4.1 merupakan diameter
terjadinya struktur domain magnet berbentuk vortex-state. Hasil simulasi
memperlihatkan bahwa diameter kritis dari bahan CoFeB lebih sesuai dengan
persamaan (2.23).

Tabel 4.1 Perbandingan diameter kritis dari hasil perhitungan oleh persamaan
(2.21) (DC1), persamaan (2.22) (DC2), persamaan (2.23) (DC3)
terhadap hasil simulasi mikromagnetik
Bahan Teori (nm) Simulasi (nm)

DC1 DC2 DC3 DSD DVS

CoFeB 2.8 28.9 5.6 10 15

Tabel 4.2 Perbandingan nilai diameter transisi dari hasil perhitungan oleh
persamaan (2.24) (DC4) dan persamaan (2.25) (DC5) terhadap hasil
simulasi mikromagnetik

Bahan Teori (nm) Simulasi (nm)

DC4 DC5 DENERGI TRANSISI

CoFeB 36.5 418.9 20

Tabel 4.2 menjelaskan nilai diameter transisi dari bahan CoFeB, baik secara
teori maupun dari hasil simulasi. Diameter transisi adalah diameter dengan
kondisi keadaan energi yang stabil, yaitu ketika energi demagnetisasi lebih
dominan dibandingkan energi exchange, dan keadaan tersebut tidak berubah
terhadap variasi perubahan diameter.
41

4.2 Kurva Histerisis


Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai proses magnetisasi pada bahan
CoFeB. Proses magnetisasi dilakukan dengan memberikan medan magnet
eksternal bahan CoFeB pada suhu 0 K. Besarnya medan eksternal yang diberikan
sebesar - 4 T sampai 4 T dengan tahapan perubahan medan sebesar 0,1 T.
Diameter yang diberikan divariasi mulai dari 5 nm sampai 25 nm. Kurva histerisis
dihasilkan melalui proses perubahan magnetisasi terhadap pengaruh medan
magnet eksternal yang diberikan. Kurva histerisis yang terbentuk nantinya akan
dianalisa besar medan koersivitas dan medan saturasi.
Kurva histerisis magnetisasi terhadap medan magnet eksternal ditunjukkan
pada gambar 4.3. Kurva histerisis yang terbentuk memperlihatkan adanya
perubahan medan koersivitas dan medan saturasi terhadap variasi diameter.

Gambar 4.3 Kurva histerisis dari bahan CoFeB terhadap variasi diameter

Hasil simulasi memperlihatkan bahwa terdapat perbedaan perubahan


medan koersivitas pada bahan CoFeB. Medan koersivitas pada diameter 5 nm
42

sampai 10 nm meningkat seiring bertambahnya diameter. Gambar 4.3


menunjukkan bahwa besarnya medan koersivitas pada diameter 5 nm sebesar 1 T,
sedangkan pada diameter 10 nm sebesar 2 T. Medan koersivitas yang terbentuk
pada diameter 5 nm cenderung kecil, hal ini dikarenakan diameter 5 nm berada
dibawah diameter kritis. Diameter 10 nm memiliki medan koersivitas yang paling
besar, yaitu sebesar 2 T. Medan koersivitas menunjukkan penurunan pada
diameter 15 nm sampai 25 nm. Perubahan medan koersivitas berbeda dari
perubahan sebelumnya yaitu pada diameter 5 nm sampai 10 nm. Medan
koersivitas pada diameter 15 nm sampai diameter 25 menurun seiring
bertambahnya diameter, hal ini dikarenakan diameter 10 nm merupakan diameter
kritis. Medan koersivitas pada diameter 15 nm berada pada 1,45 T. Diameter 20
nm menunjukkan medan koersivitas berada pada 1.25 T. Diameter 25 nm
menunjukkan medan koersivitas berada pada 1,05 T.
Kurva histerisis yang terbentuk menunjukkan besarnya medan yang
dibutuhkan untuk membuat medan menjadi saturasi berbeda-beda setiap
diameternya. Variasi diameter yang diberikan berpengaruh terhadap analisis dari
perubahan besarnya medan saturasi. Diameter 5 nm memperlihatkan bahwa
medan yang dibutuhkan untuk membuat medan menjadi saturasi cenderung kecil
yaitu 1,8 T, dibandingkan dengan diameter 15 nm yang membutuhkan medan
lebih besar yaitu 2,1 T dan diameter 20 nm yang membutuhkan medan sebesar 2
T. Medan yang dibutuhkan untuk menjadi saturasi paling besar sendiri berada
pada diameter 10 nm yaitu 2.5 T. Hasil simulasi ini secara garis besar sesuai
dengan penelitiaan sebelumnya yang dilakukan oleh Setiawan pada tahun 2013.
Setiawan melakukan penelitian pada bahan lapisan tipis CoFeB yang berukuran 1
nm dan 4 nm. Penelitian Setiawan mendapatkan bahwa bahan CoFeB medan
saturasi akan cenderung naik seiring bertambahnya diameter.
43

4.3 Penentuan Temperatur Curie

Bagian ini akan diuraikan tentang proses penentuan temperatur Curie pada
bahan CoFeB. Proses penentuan temperatur Curie dilakukan dengan memberikan
input suhu bahan CoFeB. Besarnya suhu yang diberikan sebesar 0 sampai 1000 K
dengan step perubahan 25 K. Proses penentuan temperature Curie juga dilakukan
dengan menvariasikan diameter yaitu 5 nm sampai dengan 25 nm. Proses ini
menghasilkan kurva magnetisasi terhadap variasi suhu yang diberikan. Analisa
perubahan magnetisasi terhadap suhu dilakukan berdasarkan kurva yang
terbentuk. Kurva magnetisasi terhadap suhu ditunjukkan pada gambar 4.4. Kurva
tersebut menunjukkan adanya perubahan magnetisasi terhadap variasi suhu.

Gambar 4.4 Kurva temperature Curie dari bahan CoFeB dengan variasi diameter
44

Simulasi yang dilakukan memperoleh nilai temperature Curie dari bahan


CoFeB. Hasil analisis kurva pada gambar 4.4 diketahui adanya transisi
magnetisasi hingga mendekati angka nol. Batas transisi magnetisasi inilah yang
dikenal dengan temperature Curie. Temperatur Curie merupakan batas suhu dari
bahan feromagnetik sebelum mengalami perubahan menjadi bahan paramagnetik
(Purnama et al., 2013). Bahan feromagnetik akan berubah menjadi bahan
paramagnetik jika dipanaskan melebihi temperature Curienya. Temperature Curie
pada bahan CoFeB berdasarkan hasil simulasi dapat diketahui bahwa berada pada
700 K. Perubahan magnetisasi cenderung konstan seiring penambahan suhu pada
temperature diatas 700 K. Hal ini menunjukkan bahwa diatas suhu 700 K bahan
CoFeB mempunyai sifat kemagnetan paramagnetik. Variasi diameter pada
penelitian digunakan untuk mengetahui pengaruh perubahan diameter terhadap
temperature Curie. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa temperatur Curie
yang terbentuk tidak dipengaruhi oleh adanya variasi diameter. Temperatur Curie
untuk semua diameter mempunyai nilai yang sama yaitu 700 K. Hasil simulasi ini
tidak jauh berbeda dari penelitian sebelumnya, dimana penelitian sebelumnya
dilakukan oleh Yamanouchi pada tahun 2012. Penelitian yang dilakukan
Yamanouchi pada tahun 2012 memperlihatkan temperatur Curie dari bahan
CoFeB adalah sebesar 728 K. Penelitian tersebut dilakukan pada diameter 1 nm.

4.4 Pengaruh Heat Assisted

Pengaruh heat assisted pada medan koersivitas bahan CoFeB akan


dijelaskan pada bagian ini. Pengaruh heat assisted dilakukan dengan memberikan
suhu panas pada bahan CoFeB. Besarnya suhu yang diberikan sebesar 100 K
sampai 800 K. Simulasi dilakukan pada diameter 5 nm sampai 25 nm. Simulasi
pengaruh heat assisted yang dilakukan, outputnya akan dibentuk kurva histerisis.
Kurva histerisis dihasilkan melalui proses magnetisasi terhadap pengaruh suhu
yang diberikan.
45

(b)
(a)

(d)
(c)

(e)

Gambar 4.5 Kurva histerisis dari bahan CoFeB pada suhu 0 K – 500 K terhadap
variasi diameter a) 5 nm b)10 nm c)15 nm d)20 nm e)25
nm

Kurva histerisis yang terbentuk nantinya akan dianalisa dan dibandingkan


besar medan koersivitas dan medan saturasi yang terbentuk sebelum dan sesudah
proses pemberian panas. Kurva histerisis pengaruh heat assisted ditunjukkan
46

pada gambar 4.5 di atas, untuk perubahan temperatur 0 K sampai dengan 500 K.
Kurva histerisis yang terbentuk memperlihatkan adanya perubahan medan
koersivitas dan medan saturasi sebelum dan sesudah diberikan suhu.

(a) (b)

(c) (d)

(e)

Gambar 4.6 Kurva histerisis dari bahan CoFeB pada suhu 600 K – 800 K terhadap
variasi diameter a) 5 nm b)10 nm c)15 nm d)20 nm e)25
nm
47

Hasil simulasi memperlihatkan bahwa terdapat perbedaan perubahan


medan koersivitas pada bahan CoFeB akibat pengaruh Heat Assisted. Pengaruh
Heat Assisted pada bahan CoFeB mempunyai 3 pola yang sama untuk semua
diameter. Pola pertama yaitu terjadi pada suhu 0 K sampai 100 K pada gambar
4.5. Medan koersivitas pada suhu 0 K sampai 100 K meningkat seiring
bertambahnya suhu namun ada juga yang menurun seiring bertambahnya suhu.
Perubahan medan koersivitas yang semakin besar ini terjadi pada 5 nm, 15 nm
dan 25 nm. Perubahan medan koersivitas yang semakin mengecil seiring
bertambahnya suhu ini terjadi pada 10 nm dan 20 nm. Pola kedua terjadi saat
medan koersivitas menunjukkan penurunan yaitu pada suhu 100 K sampai 500 K,
perubahan medan koersivitas ini sesuai dengan metode Heat assisted. Metode
Heat assisted digunakan untuk menurunkan medan koersivitas dari suatu bahan
dengan bantuan temperatur. Pengaruh penurunan medan koersivitas pada bahan
CoFeB yang diakibatkan Heat assisted untuk semua diameter mempunyai efek
yang sama, yaitu pada diameter 5 nm sampai 25 nm ketika bahan diberikan panas
dari luar, maka medan koersivitas yang terbentuk akan mengecil. Pola ketiga
berada pada suhu 600 K – 800 K, dimana pada rentang suhu tersebut kurva
histerisis pada bahan CoFeB menunjukkan bahwa medan koersivitas sudah rusak,
hal ini dapat dilihat pada gambar 4.6. Kerusakan ini diakibatkan karena pada suhu
tersebut bahan CoFeB sudah mendekati temperature Curie yang mengakibatkan
bahan CoFeB sudah mulai berubah sifatnya menjadi paramagnetik. Kurva
histerisis pada semua diameter ( 5 nm – 25 nm ) mempunyai efek perubahan yang
sama, hal ini berarti diameter tidak mempengaruhi dari perubahan medan
koersivitas pada suhu 600 K – 800 K. Hasil simulasi ini secara garis besar sudah
sesuai dengan konsep heat assisted, dimana konsep ini bertujuan untuk
menurunkan medan koersivitas. Kryder tahun 2008 menyatakan bahwa heat
assisted magnetic recording merupakan metode yang digunakan untuk membantu
memperkecil medan koersivitas pada bahan feromagnetik yang digunakan dalam
media penyimpanan data. Hasil simulasi ini juga sesuai dengan penelitian
48

sebelumnya yang dilakukan oleh Alzate pada tahun 2014. Pada penelitian Alzate
tahun 2014 diperoleh hasil bahwa pada lapisan multilayer, medan koersivitas
bahan CoFeB akan semakin menurun dengan seiring bertambahnya temperatur.
Bahan feromagnetik yang memiliki magnetisasi pada umumnya akan
mengalami perubahan ketika adanya pengaruh medan luar. Gambar 4.7 dibawah
menggambarkan proses perubahan magnetisasi dari bahan CoFeB dibawah
diameter kritis (5 nm).

a) b)

c) d)

Gambar 4.7 Proses perubahan magnetisasi bahan CoFeB pada diameter 5 nm


dengan suhu a) 0 K b) 100 K c) 200 K d) 300 K
49

Gambar 4.8 dibawah ini merupakan proses perubahan magnetisasi dari


bahan CoFeB pada diameter 15 nm, serta pada gambar 4.9 merupakan proses
perubahan magnetisasi dari bahan CoFeB pada diameter 25 nm.

a) b)

c) d)

Gambar 4.8 Proses perubahan magnetisasi bahan CoFeB pada diameter 15 nm


dengan suhu a) 0 K b) 100 K c) 200 K d) 300 K
50

a) b)

c) d)

Gambar 4.9 Proses perubahan magnetisasi bahan CoFeB pada diameter 25 nm


dengan suhu a) 0 K b) 100 K c) 200 K d) 300 K

Pengamatan di awali dari arah sumbu-x positif pada titik ke-1, dimana
magnetisasi memiliki spin atom yang searah, hal ini dapat dilihat pada titik ke-1
cenderung dominan satu warna. Arah spin pada titik ini yaitu keatas. Saat medan
eksternal dikurangi terjadi perubahan magnetisasi pada bahan CoFeB. Titik 2
merupakan batas dari keadaan magnetisasi sebelum berubah, hal ini dapat dilihat
dari magnetisasi yang semakin berkurang dan namun arah spin atom masih tetap
sama. Titik 3 dan 4 merupakan keadaan dimana magnetisasi mulai berubah, hal
ini dapat dilihat dari arah spin atom yang mulai acak, dimana spin sudah mulai
51

tidak searah keatas lagi. Titik 5 merupakan keadaan saat magnetisasi mulai
berubah. Magnetisasi pada titik ini, memiliki arah spinnya kebawah yang
cenderung dominan satu warna. Titik 6 merupakan titik kebalikan dari titik 1,
dimana pada titik ini magnetisasi memiliki arah spin atom yang sudah kebawah.
Titik 7 merupakan batas dimana magnetisasi akan mengalami perubahan kembali.
Titik ini mempunyai arah spin atom yang cenderung kebawah. Titik 8 dan 9
merupakan keadaan dimana magnetisasi mengalami perubahan. Hal ini dapat
dilihat dari magnetisasi yang berubah. Magnetisasi pada titik ini, memiliki arah
spin atom yang cenderung tidak sepenuhnya kebawah, melainkan acak. Titik 10
merupakan titik dimana magnetisasi kembali seperti pada awalnya. Pada titik ini
magnetisasi lebih dominan memiliki arah spin atom keatas yang cenderung
mempunyai satu warna. Perubahan magnetisasi ini proses perubahannya sama
untuk setiap variasi diameter maupun variasi suhu.

Вам также может понравиться