Вы находитесь на странице: 1из 40

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keluarga Berencana adalah suatu evaluasi alami gaya hidup kontemporer
yang berorientasi pada upaya untuk menciptakan kesejahteraan (Bobak, 2005).
Keluarga berencana (KB) adalah keluarga yang direncanakan dan tujuanya untuk
membantu individu atau pasangan membantu objek-objek tertentu kemudian
menghindari kehamilan yang tidak diinginkan.
Pelayanan Keluarga Berencana yang merupakan salah satu layanan di dalam
paket Pelayanan Kesehatan Reproduksi Esensial perlu mendapatkan perhatian yang
serius, karena dengan mutu pelayanan Keluarga Berencana berkualitas diharapkan
akan dapat meningkatkan tingkat kesehatan dan kesejahteraan. Dengan telah
berubahnya paradigma dalam pengelolaan masalah kependudukan dan
pembangunan dari pendekatan pengendalian populasi dan penurunan fertilitas
menjadi pendekatan yang berfokus pada kesehatan reproduksi serta hak reproduksi.
Maka pelayanan Keluarga Berencana harus menjadi lebih berkualitas serta
memperhatikan hak-hak dari klien atau masyarakat dalam memilih metode
kontrasepsi yang diinginkan.
Sebenarnya ada cara yang baik dalam pemilihan alat kontrasepsi bagi ibu.
Sebelumnya ibu mencari informasi terlebih dahulu tentang cara-cara KB
berdasarkan informasi yang lengkap, akurat dan benar. Untuk itu dalam
memutuskan suatu cara kontrasepsi sebaiknya mempertimbangkan penggunaan
kontrasepsi yang rasional, efektif dan efisien.
Bidan mempunyai peran yang penting dalam memberikan informasi yang
lengkap, akurat dan benar mengenai metode-metode kontrasepsi, cara penggunaan
kontrasepsi, dan hal lain yang berkaitan dengan kontrasepsi sebagai penunjang
pelaksaanaan Asuhan Kebidanan Pelayanan Keluarga Berencana. Pelayanan
Keluarga Berencana dapat dilakukan di fasilitas-fasilitas kesehatan yang ada.
Oleh karena itu, laporan praktikum ini disusun sebagai awal untuk
pelaksanaan praktik Asuhan Kebidanan Pelayanan Keluarga Berencana yang akan
dilaksanakan di Pukesmas II Denpasar Selatan.

1
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan masalah dalam
penulisan laporan praktikum ini adalah:
1. Bagaimana asuhan kebidanan dalam pelayanan keluarga berencana?
C. Tujuan
Adapun tujuan dari praktik ini adalah agar mahasiswa memiliki kemampuan
untuk mengaplikasikan asuhan kebidanan pada pelayanan keluarga berencana
secara komprehensif yang sesuai dengan ruang lingkup kewenangan mandiri,
kemitraan/kolaborasi atau rujukan yang berdasarkan evidence based kebidanan
yang meliputi:
1. Konsep Kependudukan dan KB
2. Layanan KB Berbagai Metode Kontrasepsi
3. Layanan KB Pada Situasi Khusus dan Gawat Darurat
4. KIE/Konseling KB dalam Pelayanan KB
5. Evidence Based dalam Asuhan KB
6. Pendokumentasian Pelayanan KB
D. Metode Praktik
Dalam melakukan praktikum di Puskesmas II Denpasar Selatan , terdapat
beberapa metode praktik yang digunakan, antara lain :
1. Studi Kepustakaan
Metode kepustakaan dilakukan melalui penelitian langsung ke perpustakaan,
guna mencari informasi dan teori-teori yang berkaitan dengan asuhan kebidanan
berupa buku-buku serta dokumen yang ada relevansinya dengan asuhan
kebidanan pada pelayanan keluarga berencana.
2. Observasi
Metode observasi merupakan suatu cara untuk memperoleh data dengan
mengadakan pengamatan yang sistematis, pengamatan yang dimaksud bisa
secara langsung pada dokumen atau catatan khusus. Dengan metode observasi,
mahasiswa melakukan pengamatan yang sistematis terhadap asuhan kebidanan
pada pelayanan keluarga berencana.
3. Studi Dokumentasi

2
Metode studi dokumentasi merupakan metode dengan mencari data mengenai
hal-hal atau variabel yang berupa catatan, buku, surat kabar, majalah, agenda
dan sebagainya. Dalam metode ini mahasiswa mencari data mengenai
pelayanan yang diberikan oleh bidan dari catatan maupun buku-buku yang ada.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Kendudukan dan KB
1. Pengertian Penduduk
Penduduk adalah Orang yang secara hukum berhak tinggal di dalam suatu
daerah. Dengan kata lain orang yang mempunyai surat resmi untuk tinggal di daerah
tersebut. Misalkan bukti kewarganegaraan, tetapi memilih tinggal di daerah lain.
Dalam sosiologi, penduduk adalah kumpulan manusia yang menempati wilayah
geografi dan ruang tertentu.
Pada hakekatnya, pengertian mengenai penduduk lebih ditekankan pada
komposisi penduduk. Pengertian ini mempunyai arti yang sangat luas, tidak hanya
meliputi pengertian umur, jenis kelamin dan lain-lain, tetapi juga klasifikasi tenaga
kerja dan watak ekonomi, tingkat pendidikan, agama, ciri sosial, dan angka statistik
lainnya yang menyatakan distribusi frekuensi.
Penduduk atau warga suatu negara atau daerah bisa didefinisikan menjadi dua:
a. Orang yang tinggal di daerah tersebut.
b. Orang yang secara hukum berhak tinggal di daerah tersebut.
Dengan kata lain orang yang mempunyai surat resmi untuk tinggal di situ. Misalkan
bukti kewarganegaraan, tetapi memilih tinggal di daerah lain.
Ilmu yang mempelajari tentang masalah kependudukan adalah Demografi. Istilah
Demografi pertama sekali ditemukan oleh Achille Guillard. John Graunt adalah
seorang pedagang di London yang menganalisis data kalahiran dan kematian,
migrasi dan perkawinan yang berkaitan dalam proses pertumbuhan penduduk.
Sehinnga John Graunt dianggap sebagai bapak Demografi.
2. Dinamika Penduduk
Dinamika kependudukan adalah perubahan kependudukan untuk suatu
daerah tertentu dari waktu ke waktu. pertumbuhan penduduk akan selalu dikaitkan
dengan tingkat kelahiran, kematian dan perpindahan penduduk atau migrasi baik
perpindahan ke luar maupun ke luar.
Pertumbuhan penduduk adalah peningkatan atau penurunan jumlah
penduduk suatu daerah dari waktu ke waktu. Pertumbuhan penduduk yang minus
berarti jumlah penduduk yang ada pada suatu daerah mengalami penurunan yang

4
bisa disebabkan oleh banyak hal. Pertumbuhan penduduk meningkat jika jumlah
kelahiran dan perpindahan penduduk dari luar ke dalam lebih besar dari jumlah
kematian dan perpindahan penduduk dari dalam ke luar.
Hal-hal yang diperlukan dalam pengukuran dinamika kependudukan adalah :
a. Indikator
Indikator dalam demografi terdiri dari beberapa hal, yaitu :
1) Jumlah penduduk.
2) Komposisi penduduk menurut jenis kelamin, umur, suku bangsa,
pendidikan, agama, pekejaan, dan lain-lain.
3) Proses demografi yang mempengaruhi jumlah dan komposisi penduduk.
2. Parameter
Ukuran atau satuan yang memberikan penilaian kuantitatif. Ada dua macam
pengukuran, yaitu :
1) Angka Absolut
2) Angka Relatif
Manfaat dari memahami dinamika penduduk adalah sebagai berikut.
1) Mengetahui jumlah penduduk pada suatu waktu dan wilayah tertentu.
2) Memahami perkembangan dari keadaan dahulu, sekarang dan perkiraan
yang akan datang.
3) Mempelajari hubungan sebab akibat keadaan penduduk dengan aspek
kehidupan lain misalnya ekonomi, pendidikan, sosial, kesehatan dan lain-
lain.
4) Merancang antisipasi menghadapi perkembangan kependudukan yang
terjadi baik hal yang menguntungkan maupun merugikan.

3. Faktor-Faktor Demografi Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Penduduk


a. Angka Kelahiran (Fertilitas)
Fertilitas dalam pengertian demografi adalah kemampuan seorang wanita secara
riil untuk melahirkan yang diwujudkan dalam jumlah bayi yang senyatanya
dilahirkan. Faktor pendorong kelahiran (pronatalitas)
1) Anggapan bahwa banyak anak banyak rezeki.
2) Sifat alami manusia yang ingin melanjutkan keturunan.

5
3) Pernikahan usia dini (usia muda).
4) Adanya anggapan bahwa anak laki-laki lebih tinggi nilainya, jika
dibandingkan dengan anak perempuan, sehingga bagi keluarga yang belum
memiliki anak laki-laki akan berusaha untuk mempunyai anak laki-laki.
5) Adanya penilaian yang tinggi terhadap anak, sehingga bagi keluarga yang
belum memiliki anak akan berupaya bagaimana supaya memiliki anak.
Faktor penghambat kelahiran (antinatalitas)
1) Adanya program keluarga berencana (KB).
2) Kemajuan di bidang iptek dan obat-obatan.
3) Adanya peraturan pemerintah tentang pembatasan tunjungan anak bagi
PNS.
4) Adanya uu perkawinan yang membatasi dan mengatur usia pernikahan.
5) Penundaan usia pernikahan karena alasan ekonomi, pendidikan dan karir
6) Adanya perasaan malu bila memiliki banyak anak
b. Angka kematian (mortalitas)
Angka kematian dibedakan menjadi tiga macam yaitu angka kematian kasar,
angka kematian khusus, dan angka kematian bayi.
1) Angka kematian kasar (crude death rate/cdr)
Angka kematian kasar yaitu angka yang menunjukkan banyaknya
kematian setiap 1.000.
2) Angka kematian khusus (age specific death rate/asdr)
Angka kematian khusus yaitu angka yang menunjukkan banyaknya
kematian setiap 1.000 penduduk pada golongan umur tertentu dalam waktu
satu tahun.
3) Angka kematian bayi (infant mortality rate/imr)
Angka kematian bayi yaitu angka yang menunjukkan banyaknya kematian
bayi (anak yang umurnya di bawah satu tahun) setiap 1.000 kelahiran bayi
hidup dalam satu tahun.
Faktor pendorong kematian (promortalitas)
1) Adanya wabah penyakit seperti demam berdarah, flu burung dan sebagainya
2) Adanya bencana alam seperti gempa bumi, tsunami, banjir dan sebagainya.
3) Kesehatan serta pemenuhan gizi penduduk yang rendah.

6
4) Adanya peperangan, kecelakaan, dan sebagainya.
5) Tingkat pencemaran yang tinggi sehingga lingkungan tidak sehat.
Faktor penghambat kematian (antimortalitas)
1) Tingkat kesehatan dan pemenuhan gizi masyarakat yang sudah baik.
2) Negara dalam keadaan aman dan tidak terjadi peperangan.
3) Adanya kemajuan iptek di bidang kedokteran sehingga berbagai macam
penyakit dapat diobati.
4) Adanya pemahaman agama yang kuat oleh masyarakat sehingga tidak
melakukan tindakan bunuh diri atau membunuh orang lain, karena ajaran
agama melarang hal tersebut.
c. Migrasi
Migrasi merupakan salah satu faktor yang memengaruhi angka pertumbuhan
penduduk. Migrasi adalah perpindahan penduduk. Orang dikatakan telah
melakukan migrasi apabila orang tersebut telah melewati batas administrasi
wilayah lain.
Migran menurut dimensi waktu adalah orang yang berpindah ketempat lain
dengan tujuan untuk menetap dalam waktu 6 bulan atau lebih. Terdapat beberapa
kriteria migran diantaranya:
1) Migran seumur hidup (life time migrant)
2) Migran Risen (recent migrant)
3) Migran total (total migrant)
d. Rasio Ketergantungan
Rasio ketergantungan (Depedency Ratio) adalah perbandingan antara jumlah
penduduk berumur 0-14 tahun, ditambah dengan jumlah penduduk 65 tahun keatas
dibandingkan dengan jumlah penduduk usia 15-64 tahun. Rasio ketergantungan
dapat dilihat menurutr usia yakni rasio ketergantungan muda dan rasio
ketergantungan tua.
e. Angka Perkawinan Umum (APU)
Angka perkawinan umum (APU) menunjukan proporsi penduduk yang
berstatus kawin terhadap jumlah penduduk usia 15 tahun ke atas pada pertengahan
tahun untuk satu tahun tertentu.

7
f. Pengaruh Program KB
Berikut ini adalah beberapa istilah yang digunakan dalam analisa keluarga
berencana (KB) beserta definisinya.
1) Pasangan Usia Subur (PUS) adalah pasangan suami istri yang istrinya
berusia 15-49 tahun.
2) Pemakai alat/cara KB adalah seseorang yang sedang atau pernah memakai
alat/cara KB.
3) Pernah memakai alat/cara KB (ever user) adalah seseorang yang pernah
memakai alat/cara KB.
4) Pemakai alat/cara KB aktif (Current User) adalah seseorang yang sedang
memakai alat/cara KB.
5) Alat/cara KB adalah alat/cara yang digunakan untuk mengatur kelahiran.
Kebutuhan KB yang tidak dipenuhi (Unment need) adalah presentase
perempuan usia subur yang tidak ingin mempunyai anak lagi, atau ingin
menunda kelahiran berikutnya, tetapi tidak memakai alat/cara KB.
g. Transisi Penduduk
Transisi demografi adalah perubahan terhadap fertilitas dan mortilitas yang
besar. Perubahan atau transisi tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :
Pada gambar diatas terlihat transisi penduduk ada posisi stabil pada tingkat
kelahiran tinggi, menjadi turun ke stabil pada kelahiran dan kematian rendah.
1) Pada keadaan I
Tingkat kelahiran dan kematian tinggi antara 40 sampai 50.
2) Pada keadaan II
Angka kematian turun lebih dahulu akibat peningkatan pembangunan dan
teknologi, misalnya dibidang kesehatan, lingkungan, perumahan dan lain-
lain.
3) Pada keadaan III
Terjadi perubahan akibat pembangunan dan juga upaya pengendalian
penduduk, maka sikap terhadap fertilitas berubah menjadi cenderung punya
anak sedikit, maka turunnya tingkat kematian juga diikuti turunnya tingkat
kelahiran sehingga pertumbuhan penduduk menjadi tidak tinggi lagi.

8
4) Pada keadaan IV
Bila penurunan tingkat kelahiran dan kematian berlangsung terus menerus,
maka akan mengakibatkan pertumbuhan yang stabil pada tingkat yang
rendah indonesia sedang menuju/mengharap tercapainya kondisi ini yaitu
penduduk bertambah sangat rendah atau tanpa pertumbuhan.

B. Layanan KB dengan Berbagai Metode Kontrasepsi


1. Metode Sederhana
a. Metode Kalender
Metode kalender atau pantang berkala adalah metode kontrasepsi sederhana
yang dilakukan oleh pasangan suami istri dengan tidak melakukan senggama atau
hubungan seksual pada masa subur atau ovulasi.
Manfaat dari metode kalender atau pantang berkala selain sebagai kontrasepsi
maupun konsepsi adalah sebagai alat pengendalian kelahiran atau mencegah
kehamilan dan dapat digunakan oleh para pasangan untuk mengharapkan bayi
dengan melakukan hubungan seksual saat masa subur atau ovulasi. Metode
kalender atau pantang berkala mempunyai keuntungan sebagai berikut :
1) Metode kalender atau pantang berkala dapat digunakan oleh setiap wanita yang
sehat dan lebih sederhana.
2) Tidak membutuhkan alat atau pemeriksaan khusus dalam penerapannya.
3) Tidak mengganggu pada saat berhubungan seksual.
4) Dapat menghindari risiko kesehatan yang berhubungan dengan kontrasepsi.
5) Tidak memerlukan biaya dan tidak memerlukan tempat pelayanan kontrasepsi.
Sebagai metode sederhana (alami), metode kalender atau pantang berkala ini
juga memiliki keterbatasan, antara lain :
1) Memerlukan kerjasama yang baik antara suami maupun istri dan harus ada
motivasi serta disiplin pasangan dalam menjalankannya.
2) Pasangan suami istri tidak dapat melakukan hubungan seksual setiap saat.
3) Pasangan suami istri harus mengetahui masa subur dan masa tidak subur.
4) Harus mengamati siklus menstruasi minimal 6 kali siklus
5) Lebih efektif bila dikombinasikan dengan metode kontrasepsi lain.

9
Berdasarkan penelitian dr. Johnson dan kawan-kawan di Sidney, metode
kalender akan efektif tiga kali lipat bila dikombinasikan dengan metode
simptothermal. Angka kegagalan metode ini adalah 14 per100 wanita pertahun.
b. Metode Amenore Laktakasi (MAL)
Metode amenore laktasi (MAL) merupakan jenis kontrasepsi sederhana yang
mengandalkan pemberian ASI secara eksklusif tanpa pemberian makanan ataupun
minuman tambahan, untuk menghambat ovulasi sehingga dapat berfungsi sebagai
kontrasepsi.MAL dapat dipakai sebagai kontrasepsi apabila menyusui lebih efektif
dengan pemberian ASI >8 kali sehari, umur bayi <6 bulan dan ibu belum haid.
Mekanisme kerja dari metode amenore laktasi ini dengan cara, isapan pada
putting susu ibu dapat merangsang ujung saraf sensorik, rangsangan dilanjutkan ke
hypothalamus merangsang hipofise anterior untuk menghasilkan hormone
prolaktin sehingga merangsang alveoli memproduksi ASI. Hypothalamus juga
merangsang hipofise anterior untuk menghasilkan hormone oksitosin yang
merangsang kontraksi uterus sehingga ASI dapat keluar dan ovulasi juga
terhambat.Isapan bayi merangsang penurunan produksi gonadotropin sehingga LH
menurun dan ovulasi terhambat. Adapun keuntungan dari Metode Amenore Laktasi
(MAL) ini yaitu :
Keuntungan untuk bayi :
1) Kekebalan pasif.
2) Perolehan gizi yang baik dan terhindar dari kontaminasi.
3) Keuntungan untuk ibu :
4) Mengurangi perdarahan pascapersalinan.
5) Mengurangi resiko anemia dan meningkatkan psikologi ibu dalam
menjalani perannya
6) Keuntungan sebagai kontrasepsi :
7) Efektifitas tinggi, tidak mengganggu proses senggama dan tidak ada efek
samping.
Metode kontrasepsi MAL ini tidak bisa digunakan apabila sudah mendapat haid,
tidak menyusui secara eksklusif dan umur bayi lebih dari 6 bulan. Adapun hal-hal
yang harus disampaikan kepada klien (akseptor) sebagai berikut :

10
1) Seberapa sering bayi menyusui dan waktu antara pengosongan kedua
payudara tidak lebih dari 4 jam.
2) Jangan menghentikan isapan bayi bila bukan kemauannya sendiri.
3) Bayi terus disusukan walau ibu sedang sakit dan ASI dapat disimpan di
lemari pendingin.
4) Waktu yang tepat dalam memberikan Makanan Pendamping ASI (MP ASI).
5) Ketika ibu haid segera menggunakan kontrasepsi lain.
c. Metode Suhu Basal Tubuh
Teknik dari metode suhu basal badan dapat dilakukan dengan cara mengukur
suhu ibu pada waktu yang sama setiap pagi (sebelum bangkit dari tempat tidur) dan
catat suhu ibu pada kartu yang telah disediakan. Pakai catatan suhu pada kartu
tersebut untuk 10 hari pertama dari siklus haid ibu untuk menentukan suhu tertinggi
dari suhu yang normal dan rendah. Abaikan setiap suhu tinggi yang disebabkan oleh
demam atau gangguan lain. Tarik garis pada 0,05-0,10C diatas suhu tertinggi dari
suhu 10 hari tersebut, ini dinamakan garis pelindung (cover line) atau garis suhu.
Untuk menjadi indikasi adanya ovulasi peningkatan suhu harus menetap selama 3
hari dan harus meningkat minimal 0,20C paling tidak pada satu hari. Pantang
senggama mulai dari awal siklus sampai sore hari ketiga berturut-turut setelah suhu
berada di atas garis pelindung (cover line), ketika mulai masa tak subur tidak perlu
untuk mencatat suhu basal ibu, ibu dapat berhenti mencatat sampai haid berikut
mulai dan bersenggama sampai hari pertama haid berikutnya. Pengukuran
dilakukan secara oral (3 menit), rektal (1 menit) dan vaginal.
Efektifitas dari metode suhu basal badan adalah angka kegagalan 0,3-6,6
kehamilan pada 100 wanita pertahun. Peninggian suhu basal badan 0,2-0,50C pada
waktu ovulasi. Peninggian suhu basal badan dimulai dari 1-2 hari setelah ovulasi
yang disebabkan olwh tingginya kadar hormone progesteron.
d. Metode Lendir Serviks atau Metode Ovulasi Billings
Perubahan siklus dari lendir serviks yang terjadi karena perubahan kadar
estrogen. Lendir Type-E (Estrogenik) di produksi pada fase akhir pra-ovulasi dan
fase ovulasi.Sifat dari lendir ini yaitu, banyak, tipis, seperti air (jernih), elastisitas
besar dan spermatozoa dapat menembus lendir ini. Lendir Type G (Gestagenik) di
produksi pada awal pra-ovulasi dan setelah ovulasi, sifatnya kental viskositas

11
tinggi, keruh, dibuat karena peninggian kadar progesteron dan spermatozoa tidak
dapat menembus lendir ini. Adapun efektifitas angka kegagalan 0,4-39,7 kehamilan
pada 100 wanita pertahun.
Hal-hal yang perlu disampaikan kepada ibu (akseptor) :
1) Ibu dapat mengenali masa subur dengan memantau lendir serviks yang
keluar dari vagina.
2) Dalam menggunakan MOB ini, seorang wanita harus belajar mengenali
pola kesuburan dan pola dasar ketidak suburan. Untuk menghindari
kekeliruan dan untuk menjamin keberhasilan pada awal masa belajar,
pasangan diminta secara penuh tidak bersenggama pada satu siklus haid,
untuk mengetahui pola kesuburan dan pola ketidak suburan.
Metode MOB ini juga menggunakan sistem pengkodean. Merah (M) untuk
perdarahan. Hijau (K) untuk perasaan kering. Biru (S) untuk memperlihatkan lendir
subur yang basah, jernih licin, dan mulur. Kuning (L) untuk memperlihatkan lendir
yang tak subur, kental, putih keruh dan lengket.
e. Barier
Kondom merupakan selubung atau sarung karet yang dapat terbuat dari
berbagai bahan diantaranya lateks (karet), plastic (vinil), atau bahan alami
(produksi hewani) yang dipasang pada penis saat hubungan seksual.Pada umumnya
standar ketebalan kondom yaitu 0,02mm.Kondom untuk pria sudah cukup dikenal
namun untuk kondom wanita tidak cukup populer dengan aladan ketidaknyamanan.
1) Cara Kerja Alat Kontrasepsi Kondom
Kondom menghalangi terjadinya pertemuan sperma dan sel telur dengan cara
mengemas sperma di ujung selubung karet yang dipasang pada penis, sehingga
sperma tersebut tidak tercurah ke dalam saluran reproduksi perempuan (kanalis
servikalis). Selain itu, kondom juga mampu mencegah penularan mikroorganisme
(IMS termasuk HBV dan HV/AIDS) dari satu pasangan kepada pasangan yang lain.
2) Efek Samping Penggunaan Kondom dan Penanganannya
Kondom rusak atau diperkirakan bocor (sebelum berhubungan), kondom bocor
atau dicurigai ada curahan di vagina saat berhubungan jika dicurigai ada kebocoran,
pertimbangkan pemberian Morning After Pill, dicurigai adanya reaksi alergi reaksi
alergi meskipun jarang, dapat sangat mengganggu dan bisa berbahaya jika keluhan

12
menetap sesudah berhubungan dan tidak ada gejala IMS, berikan kondom alami
(produk hewani : lamb skin atau gut) atau bantu klien memilih metode lain,
mengurangi kenikmatan hubungan seksual jika penurunan kepekaan tidak bisa
ditolerir biarpun dengan kondom yang lebih tipis, anjurkan pemakaian metode lain.
Barier Intra Vaginal
Metode ini merupakan metode untuk menghalangi masuknya spermatozoa
ke dalam traktus genitalia interna wanita dan mematikan spermatozoa oleh
spermisidnya.
1) Keuntungan
Mencegah kehamilan dan mengurangi insiden penyakit akibat hubungan
seks.
2) Kerugian
Angka kegagalan relatif tinggi, aktifitas hubungan seks harus dihentikan
sementara untuk memasang alatnya, perlu dipakai secara konsisten, hati-
hati dan terus-menerus pada setiap senggama
3) Cara kerja
Alat kontrasepsi metode barier yang berupa diafragma ini mempunyai cara
kerja untuk mencegah masuknya sperma melalui kanalis servikalis ke uterus
dan saluran telur, sebagai alat untuk menempatkan spermisida.
f. Metode Sintotermal
Metode simtothermal merupakan keluarga berencana alamiah (KBA) yang
mengidentifikasi masa subur dari siklus mentruasi wanita.Metode simtothermal
mengkombinasikan metode suhu basal dan mukosa serviks. Metode simtothermal
akan lebih akurat memprediksikan hari aman pada wanita dari pada menggunakan
salah satu metode saja.
Manfaat Metode simtothermal memiliki manfaat sebagai alat kontrasepsi
maupun konsepsi.Manfaat Kontrasepsi Metode sim to thermal digunakan sebagai
alat kontrasepsi atau menghindari kehamilan dengan tidak melakukan hubungan
seksual ketika berpotensi subur.Manfaat Konsepsi Metode sim to thermal
digunakan sebagai konsepsi atau menginginkan kehamilan dengan melakukan
hubungan seksual ketika berpotensi subur.

13
Metode simptothermal mempunyai keuntungan antara lain: Tidak ada efek
fisik seperti obat-obatan, alat, bahan kimia atau operasi yang dibutuhkan, Aman
saat digunakan, ekonomis, meningkatkan hubungan kerjasama antar pasangan,
dapat langsung dihentikan apabila pasangan menginginkan kehamilan, tidak
memerlukan tindak lanjut atau alat kontrasepsi lain setelah belajar metode
simptothermal dengan benar.
Metode simptothermal mempunyai keterbatasan antara lain: Tidak cocok
digunakan oleh wanita yang mempunyai bayi, berpenyakit, pasca perjalanan
maupun konsumsi alkohol, metode simptothermal kurang efektif karena pengguna
harus mengamati dan mencatat suhu basal tubuh maupun perubahan lendir serviks,
metode simptothermal memerlukan kerjasama antara pasangan suami istri,
pengguna harus mendapatkan pelatihan atau instruksi yang benar.
g. Metode Coitus Interuptus
Coitus interuptus adalah suatu metode kontrasepsi dimana sanggama diakhiri
sebelum terjadinya ejakulasi intra-vaginal.Ejakulasi terjadi jauh dari genetalia
eksterna wanita. Hal-hal penting yang harus diketahui oleh akseptor:
Sebelum senggama, cairan pra-ejakulasi pada ujung penis harus dibersihkan
terlebih dahulu.
1) Bila pria merasa akan ber-ejakulasi, ia harus segera mengeluarkan penisnya
dari dalam vagina, dan selanjutnya ejakulasi dilakukan jauh dari orifisium
vagina.
2) Coitus interuptus bukan merupakan metode kontrasepsi yang baik bila
pasangan suami-istri menginginkan senggama yang berulang kali, karena
semen yang masih dapat tertinggal di dalam cairan pada ujung penis.
3) Coitus interuptus cukup tepat untuk suami yang tidak mempunyai perembesan
dari cairan pra-ejakulasi sebelum senggama.
4) Coitus interuptus masih merupakan metode kontrasepsi yang lebih baik dari
pada sama sekali tidak memakai metode apapun.

14
2. Metode Hormonal
a. Oral Kontrasepsi
1) Jenis Pil Kombinasi
a) Monofasik : 21 tab estrogen/progestin dalam dosis sama, 7 tablet tanpa
hormon aktif
b) Bifasik : 21 tab estrogen/progestin dengan 2 dosis beda, 7 tablet
tanpa hormon aktif
c) Trifasik : 21 tab estrogen/progestin dengan 3 dosis beda, 7 tablet
tanpa hormon aktif
2) Pil Progestin/Minipil
a) Kemasan isi 34 pil : 300 µg levonorgestrel / 350 µg noretindron
b) Kemasan isi 28 pil : 300 µg norgestrel
3) Cara Kerja Oral Kontrasepsi
Mencegah ovulasi (pematangan dan pelepasan sel telur), meningkatkan
kekentalan lendir leher rahim sehingga menghalangi masuknya sperma ,
membuat dinding rongga rahim tidak siap menerima hasil pembuahan.
4) Indikasi dan Kontraindikasi
a) Indikasi Pil Kombinasi : Usia reproduksi, tidak menyusui, pasca abortus,
nyeri haid hebat, siklus haid tidak teratur, anemia, riwayat kehamilan
ektopik, telah/belum memiliki anak, gemuk/kurus, menderita TBC
(kecuali sedang minum rifampicin), PRP, endometriosis, varises vena.
b) Indikasi Minipil : Tidak hamil, usia reproduksi, tidak/ menyusui, pasca
abortus, telah/blm memiliki anak, tidak boleh menggunakan estrogen,
perokok.
c) Kontraindikasi Pil Kombinasi : Dicurigai hamil, menyusui eksklusif,
perdarahan pervaginam yang tidak diketahui penyebabnya, hepatitis, DM
> 20 Tahun, penyakit jantung, stroke, hipertensi > 180/110 mmHg,
dicurigai kanker payudara, migraine.
d) Kontraindikasi Minipil: Dicurigai hamil, perdarahan pervaginam yang
tidak diketahui penyebabnya, riwayat stroke, sering lupa minum pil,
penyakit jantung, stroke, menggunakan obat TBC, dicurigai kanker
payudara, miom uterus.

15
b. Injeksi atau Suntikan
Kontrasepsi suntikan adalah cara untuk mencegah terjadinya kehamilan dengan
melalui suntikan hormonal. Jenis-jenis alat KB suntik yang sering digunakan di
Indonesia antara lain: suntikan / bulan: cyclofem dan suntikan/3 bulan: Depo
provera, Depo progeston.
Indikasi pemakaian kontrasepsi suntik antara lain:
1) Usia reproduksi
2) Nulipara atau telah memiliki anak
3) Telah memiliki anak yang cukup tapi tidak ingin kontap
4) Menghendaki kontrasepsi jangka panjang yang memiliki efektivitas tinggi
5) Menyusui ASI pasca persalinan > 6 bulan
6) Setelah melahirkan anak tidak menyusui
7) Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi yangs sesuai
8) Anemia
9) Perokok
10) Mempunyai tekanan darah <180/119 mmHg dengan masalah gangguan
pembekuan darah atau anemia bulan sabit
11) Menggunakan obat tubercolusis atau epilepsi
12) Nyeri haid hebat
13) Haid teratur
14) Riwayat kehamilan ektopik
15) Setelah abortus atau keguguran
16) Sering lupa menggunakan pil kontrasepsi
Kontraindikasi pemakaian kontrasepsi suntik antara lain :
1) Ibu sedang hamil
2) Ibu yang menderita sakit kuning (liver), kelainan jantung, varises (urat kaki
keluar), mengidap tekanan darah tinggi, kanker payudara atau organ
reproduksi, atau menderita kencing manis
3) Ibu yang merupakan perokok berat
4) Sedang dalam persiapan operasi
5) Pengeluaran darah yang tidak jelas dari vagina
6) Sakit kepala sebelah (migrain)

16
3. AKBK
Alat kontrasepsi bawah kulit adalah suatu alat yang disusupkan di bawah kulit
lengan atas sebelah dalam yang dapat mencegah kehamilan.Jenis-jenis AKBK
yaitu:
a. Norplant
1) Terdiri dari 6 batang silastik lembut berongga
2) panjang 3,4 cm dengan diameter 2.4 mm
3) berisi 36 mg levonorgestrel
4) lama kerjanya 5 tahun.
b. Implanon
1) Terdiri dari 1 batang lentur
2) panjang kira-kira 40 mm, dan diameter 2 mm,
3) berisi dengan 68 mg 3-Keto-desogestrel
4) lama kerjanya 3 tahun.
c. Jadena dan indoplant
1) Terdiri dari 2 batang kapsul
2) Berisi 75 mg levonorgestrel
3) lama kerjanya 3 tahun
d. Kondisi yang tidak boleh menggunakan Implan yaitu:
1) Hamil atau diduga hamil
2) Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya
3) Mioma uterus
4) Tidak dapat menerima perubahan pola haid yang terjadi
5) Menderita kanker payudara atau riwayat kanker payudara
6) Gangguan toleransi glukosa.
e. Efek Samping
1) Bercak atau Haid Ringan
2) Haid Tidak Teratur
3) Tidak Ada Haid

17
4. AKDR
Alat kontrasepsi dalam rahim adalah AKDR adalah suatau usaha pencegahan
kehamilan dengan menggulung secarik kertas, diikat dengan benang lalu
dimasukkan ke dalam rongga rahim (Prawirohardjo, 2005).
a. Jenis-Jenis AKDR Penguat Kontrasepsi
1) Copper-releasing:
a) Copper T 380A
b) Nova T
c) Multiload 375
2) Progestin-releasing:
a) Progestasert
LevoNova (LNG-20)
b) Mirena
b. Waktu Pemasangan AKDR yaitu:
1) Setiap saat selama 7 hari pertama menstruasi atau dalam siklus berjalan bila
diyakini klien tidak hamil
2) Pascapersalinan (segera setelah melahirkan, selama 48 jam pertama atau
setelah 4 sampai 6 minggu atau setelah 6 bulan menggunakan MLA)
3) Pascakeguguran (segera atau selama 7 hari pertama) selama tidak ada
komplikasi infeksi/radang panggul
c. Efek Samping yaitu:
1) IUD dengan tembaga:
a) Darah haid lebih banyak
b) Perdarahan tidak teratur atau hebat
c) Spasme menstruasi
d) Dismenore/kram haid yang lebih dari biasanya
2) IUD dengan progestin:
a) Amenore atau perdarahan bercak (spotting)

18
C. Layanan KB dalam Situasi Khusus dan Gawat Darurat Bencana
1. Kesehatan Reproduksi pada Kondisi Darurat Bencana
Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan fisik, mental dan sosial yang utuh,
bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan dalam segala aspek yang
berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi serta prosesnya baik pada laki-laki
maupun perempuan. (UU No 36 tahun 2009, pasal 71 ayat 1).
Kesehatan reproduksi merupakan hak asasi manusia, seperti hak
asasi manusia lainnya. Untuk mewujudkan hak tersebut, penduduk yang
terkena dampak bencana harus memiliki akses terhadap informasi dan
pelayanan kesehatan reproduksi yang memungkinkan setiap individu dapat
bebas dari masalah kesehatan reproduksi.
Pelayanan kesehatan reproduksi pada penanggulangan krisis kesehatan dilak-
sanakan melalui Paket Awal Pelayanan Minimum (PPAM) Kesehatan Reproduksi
yang diselenggarakan sesegera mungkin pada awal bencana yaitu pada tanggap
darurat krisis kesehatan untuk men- cegah dampak lanjut krisis kesehatan.
Sedangkan pada tahap prakrisis kesehatan dan pascakrisis kesehatan, pelayanan
ke- sehatan reproduksi dilaksanakan melalui pelayanan kesehatan reproduksi
komprehensif pada situasi normal.
Pelayanan kesehatan reproduksi pada situasi krisis dapat digambarkan melalui
table berikut ini :
Tahap Bencana Kegiatan

Pembentukan tim kesehatan reproduksi,


Prakrisis kesehatan Pelatihan PPAM, Advokasi, Sosialisasi,
Penyusunan Kebijakan, Penyusunan
Pedoman, dll
Tanggap darurat Penerapan Paket Pelayanan Awal Minimum
krisis kesehatan Kesehatan Reproduksi

Perencanaan Kesehatan Reproduksi


Pascakrisis kesehatan Komprehensif, Perbaikan fasilitas PONED
dan PONEK, dll

19
2. Tujuan PPAM Pelayanan Kesehatan Reproduksi
a. Mengidentifikasi koordinator PPAM kesehatan reproduksi:
1) Menetapkan seorang koordinator pelayanan kesehatan reproduksi untuk
mengkoordinir lintas program, lintas sektor, lembaga lokal dan
internasional dalam pelaksanaan PPAM kesehatan reproduksi
2) Melaksanakan pertemuan koordinasi untuk mendukung dan menetapkan
penanggung jawab pelaksana di setiap komponen PPAM (SGBV, HIV,
Maternal dan Neonatal serta Logistik)
3) Melaporkan isu-isu dan data terkait kesehatan reproduksi, ketersediaan
sumberdaya serta logistik pada pertemuan koordinasi
b. Mencegah dan menangani kekerasan seksual:
1) Melakukan perlindungan bagi penduduk yang terkena dampak, terutama
pada perempuan dan anak-anak
2) Menyediakan pelayanan medis dan dukungan psikososial bagi penyintas
perkosaan
3) Memastikan masyarakat mengetahui informasi tersedianya pelayanan
medis, psikososial, rujukan perlindungan dan bantuan hukum
4) Memastikan adanya jejaring untuk pencegahan dan penanganan
kekerasan seksual
c. Mengurangi penularan HIV:
1) Memastikan tersedianya transfusi darah yang aman
2) Memfasilitasi dan menekankan penerapan kewaspadaan standar
3) Memastikan ketersediaan kondom
d. Mencegah meningkatnya kesakitan dan kematian maternal dan neonatal:
1) Memastikan adanya tempat khusus untuk bersalin di beberapa tempat
seperti pos kesehatan, di lokasi pengungsian atau di tempat lain yang
sesuai
2) Memastikan tersedianya pelayanan persalinan normal dan
kegawatdaruratan maternal dan neonatal (PONED dan PONEK) di
fasilitas pelayanan kesehatan dasar dan rujukan

20
3) Membangun sistem rujukan untuk memfasilitasi transportasi dan
komunikasi dari masyarakat ke puskesmas dan puskesmas ke ru- mah
sakit
4) Tersedianya perlengkapan persalinan yang diberikan pada ibu hamil
yang akan melahirkan dalam waktu dekat
5) Memastikan masyarakat mengetahui adanya layanan pertolongan
persalinan dan kegawatdaruratan maternal dan neonatal
e. Merencanakan pelayanan kesehatan reproduksi komprehensif dan
terintegrasi ke dalam pelayanan kesehatan dasar ketika situasi stabil.
Mendukung lembaga/organisasi untuk:
1) Mengidentifikasi kebutuhan logistik kesehatan reproduksi berdasarkan
estimasi sasaran
2) Mengumpulkan data riil sasaran dan data cakupan pelayanan
3) Mengidentifikasi fasilitas pelayanan kesehatan untuk
4) Menyelenggarakan pelayanan kesehatan reproduksi yang komprehensif
5) Menilai kemampuan tenaga kesehatan untuk memberikan pelayanan
kesehatan reproduksi yang komprehensif dan merencanakan pelatihan
3. Pelayanan KB pada Situasi Bencana
Pelayanan keluarga berencana bukan merupakan bagian dari pelaksanaan
Paket Pelayanan Awal Minimum (PPAM) Kesehatan Reproduksi namun pelayanan
ini harus dipertimbangkan jika program PPAM sudah dapat terlaksana.
Pelayanan kontrasepsi dibutuhkan untuk memastikan kesinambungan dalam
penggunaan alkon pada PUS untuk mencegah kehamilan yang tidak diinginkan dan
risiko aborsi yang tidak aman. Jika bencana dalam skala kecil (SDM, sarana dan
prasarana memungkinkan) diharapkan semua pelayanan kesehatan reproduksi
termasuk KB dapat tetap dilakukan. Ketika indikator PPAM terpenuhi mulailah
pelayanan kontrasepsi komprehensif termasuk pelayanan KB.
Masalah mengenai KB yang perlu diwaspadai diantaranya :
 Keinginan utk melanjutkan metoda KB yg telah dipergunakan
 Tekanan pd perempuan utk melahirkan demi mengembalikan jml populasi
atau anak yg meninggal/hilang
 Ibu tidak ingin hamil dlm situasi tidak stabil/hrs berpindah-pindah

21
 Perpisahan keluarga
 Kewenangan perempuan utk mengontrol kesuburan terkikis olh perubahan
sosial
 Kurangnya akses pelayanan KB menyebabkan meningkatnya KTD dan
aborsi yang tidak aman
a. Assessment adalah proses untuk menentukan dan mengatasi kebutuhan atau
“kesenjangan” antara kondisi saat ini dan kondisi yang diinginkan. Pada fase
awal respon bencana, assessment awal yang cepat dilakukan oleh para mitra
kemanusiaan. Dalam sistem koordinasi sektor/ cluster kesehatan, para petugas
kesehatan reproduksi harus memastikan bahwa mereka memperoleh informasi
mengenai:
1) jumlah dan lokasi penduduk yang memerlukan akses ke layanan
kesehatan reproduksi minimum;
2) jumlah dan lokasi staf pelayanan kesehatan yang memberikan, atau
mampu memberikan komponen-komponen layanan PPAM;
3) kesempatan-kesempatan supply logistik medis kesehatan
reproduksi;
4) kemungkinan-kemungkinan pendanaan PPAM.
b. Monitoring adalah proses pengumpulan dan analisa data yang sistematis dan
berkelanjutan selama proyek berjalan. Monitoring ditujukan pada pengukuran
kemajuan proyek ke arah pencapaian tujuan-tujuan program. Sistem informasi
yang sederhana dan rutin yang mengumpulkan data kesehatan reproduksi
minimum diperlukan sejak permulaan respon bencana hinggapelaksanaan
PPAM. Ketika respon berkembang dan lebih banyak komponen layanan
kesehatan reproduksi diperkenalkan, kebutuhan monitoring program-program
kesehatan reproduksi harus disesuaikan untuk mencerminkan perubahan
kebutuhan- kebutuhan atas komponen-komponen yang direncanakan, diatur
dan dilaksanakan, Data kesehatan dapat dikumpulkan sebagai bagian dari
sistem informasi kesehatan nasional (SIK) yang ada. Data kesehatan
reproduksi rutin harus dikumpulkan dari kombinasi sumber-sumber fasilitas
kesehatan dan masyarakat sebagai bagian dari Sistem Informasi Kesehatan
(SIK) yang lebih luas. Sumber-sumber data rutin mencakup:

22
1) Rekam medis pasien perorangan dan kartu- kartu (seperti partograf,
kartu antenatal, kartu keluarga berencana);
2) Register harian dan lembar perhitungan jumlah (seperti register
kelahiran, lembar perhitungan jumlah antenatal);
3) Formulir laboratorium (seperti tes HIV atau hasil skrining sifilis);
4) Formulir kajian kematian ibu (lihat Kotak 18);
5) Laporan tenaga kesehatan berbasis
c. Evaluasi adalah proses untuk menentukan apakah program telah memenuhi
tujuan- tujuan yang diharapkan dan/atau sejauh mana perubahan dalam hasil
dapat dihubungkan dengan program. Evaluasi menggunakan metode-metode
assessment sistematik dan mengukur baik aspek kualitatif maupun kuantitatif
dari penyelenggaraan layanan
Ketiga proses ini terhubung sepanjang penyelenggaraan layanan yang
berkelanjutan yang disebut dengan siklus proyek. Siklus proyek merupakan alat
bantu bagi petugas kesehatan reproduksi dan manajer kesehatan reproduksi
memahami bagaimana tugas- tugas dan fungsi manajemen harus dilakukanselama
masa pelaksanaan program kesehatan.

D. KIE atau Konseling KB dalam Pelayanan KB


1. Pengertian
Konseling adalah suatu proses pertukaran informasi dan interaksi positif antara
klien dan petugas untuk membantu klien mengenali kebutuhannya, memilih solusi
yang terbaik, dan membuat keputusan yang paling sesuai dengan kondisi yang
sedang dihadapi.
Di dalam proses konseling, harus terjali hubungan yang harmonis antara
konselor dan konseli. Seorang konselor harus memiliki pribadi yang baik ramah
bisa menjaga rahasia pribadi orang lain. Selain itu, seorang konselor juga harus
memiliki pribadi yang penuh pengertian dan mampu mendorong orang lain tumbuh
percaya diri dan bisa mengambil keputusan atas dasar berbagai pertimbangan.
Dalam prose konseling, seorang konselor merupakan pihak yang amat menentukan
bagi keberhasilan proses konseling.

23
2. Tujuan
Konseling KB bertujuan untuk klien dalam hal:
1) Menyampaikan pilihan dari pola reproduksi
2) Memilih metode yang diyakini
3) Menggunakan metode KB yang dipiluh secara aman dan efektif
4) Memulai dan melanjutkan KB
5) Memberikan informasi bila terjadi ketidakjelasan informasi tentang KB yang
tersedia
3. Prinsip Kerja
Prinsip konseling KB meliputi percaya diri, tidak memaksa, memperhatikan
hak klien, kewenangan, informed choice dan informed consent.
4. Alat dan Bahan
1) Alat Bantu Pengambilan Keputusan Ber-KB (ABPK)
2) Lembar informed choice dan informed consent]
3) Alat tulis
5. Prosedur Tindakan
Gallen dan Leitenmaier (1987) memberikan satu akronim yang dapat dijadikan
panduan bagi petugas klinik KB untuk melakukan konseling. Akronim tersebut
adalah GATHER yang merupakan singkatan dari:
1. G : Greet
Berikan salam, mengenalkan diri dan membuka komunikasi.
2. Ask atau Assess
Menanyakan keluhan atau kebutuhan pasien dan menilai apakah
keluhan/keinginan yang disampaikan memang sesuai dengan kondisi yang
dihadapi.
3. T : Tell
Beritahukan bahwa persoalan pokok yang dihadapi oleh pasien adalah
seperti yang tercermin dari hasil tukar informasi dan harus dicarikan upaya
penyelesaian masalah tersebut.
4. H : Help
Bantu pasien untuk memahami masalah utamanya dan masalah itu yang
harus diselesaikan. Jelaskan beberapa cara yang dapat menyelesaikan

24
masalah tersebut, termasuk keuntungan dan keterbatasan dari masing –
masing cara tersebut. Minta pasien untuk memutuskan cara terbaik bagi
dirinya.
5. E : Explain
Jelaskan bahwa cara terpilih telah diberikan atau dianjurkan dan hasil yang
diharapkan mungkin dapat segera terlihat atau diobservasi beberapa saat
hingga menampakkan hasil seperti yang diharapkan. Jelaskan pula siapa
dan dimana pertolongan lanjutan atau darurat dapat diperoleh.
6. R : Refer dan Return visit
Rujuk apabila fasilitas ini tidak dapat memberikan pelayanan yang sesuai
atau buat jadwal kunjungan ulang apabila pelayanan terpilih telah
diberikan.
Langkah – langkah Konseling KB yang dapat dilaksanakan oleh bidan
khususnya bagi calon akseptor KB baru dengan menerapkan 6 langkah yang sudah
dikenal dengan kata kunci SATU TUJU. Penerapan langkah tersebut tidak perlu
dilakukan secara berurutan karena petugas harus menyesuaikan diri dengan
kebutuhan klien. Beberapa klien membutuhkan lebih banyak perhatian pada
langkah yang satu dibandingkan dengan langkah lainnya. Kata kunci SATU TUJU
adalah sebagai berikut:
a. SA : sapa dan salam
Sapa dan salam kepada klien secara terbuka dan sopan. Berikan perhatian
sepenuhnya kepada mereka dan berbicara ditempat yan nyaman serta terjamin
privasinya.
b. T : Tanya
Tanyakan kepada klien informasi tentang dirinya. Bantu klien untuk berbicara
mengenai pengalaman keluarga berencana dan kesehatan reproduksi, tujuan,
kepentingan, harapan, serta keadaan kesehatan dan kehidupan keluarganya.
c. U: Uraikan
Uraikan kepada klien mengenai pilihannya dan beritahu apa pilihan
reproduksi yang paling mungkin, termasuk pilihan beberapa jenis kontrasepsi.

25
d. TU : Bantu
Bantulah klien menentukan pilihannya. Bantulah klien berfikir mengenai apa
yang paling sesuai dengan keadaan dan kebutuhannya.
e. J : Jelaskan
Jelaskan secara lengkap bagaimana menggunakan kontrasepsi pilihannya
setelah klien memilih jenis kontrasepsinya, jika diperlukan perlihatkan alat/
obat kontrasepsinya.
4) U : Kunjungan Ulang
Perlunya dilakukan kunjungan ulang. Bicarakan dan buatlah perjanjian, kapan
klien akan kembali untuk melakukan pemeriksaan atau permintaan
kontrasepsi jika dibutuhkan.

E. Evidence Based dalam Asuhan KB


1. Pengertian
Menurut David Sackett Evidence-based medicine is the integration of best
research evidence with clinical expertise and patient values atau EBM adalah
penggabungan dari penelitian, keahlian klinik, dan pengalaman pasien yang
paling terbaik.
2. Langkah-langkah pelaksanaan EBM
a. Step 1: Rumuskan masalah klinis pasien
eMerumuskan masalah dengan menggunakan PICO
b. Step 2: Cari literatur
Mencari di sumber buku ataupun secara elektronik di jurnal jurnal ilmiah.
c. Step 3: Lakukan critical appraisal
d. Step 4: Terapkan bukti
e. Step 5: Evaluasi kinerja penerapan bukti
Pembaruan Kriteria Penggunaan Kontrasepsi (US MEC) Berdasarkan CDC,
2010 Revisi Metode Penggunaan Kontrasepsi Selama Masa Postpartum.
Penggunaan kontrasepsi selama masa postpartum penting dilakukan untuk
mencegah kehamilan yang tidak diinginkan dan memperpanjang interval kelahiran,
yang dapat menimbulkan masalah kesehatan ibu dan anak. Pada tahun 2010, CDC
telah mempublikasikan U.S. Medical Eligibility Criteria for Contraceptive Use (US

26
MEC) yang merupakan pedoman penggunaan kontrasepsi, yang dilengkapi dengan
evidence-based sebagai pertimbangan dalam pemilihan metode kontrasepsi. Dalam
pemilihan metode kontrasepsi ini, keamanan penggunaan menjadi hal utama yang
harus diperhatikan khususnya untuk wanita yang dengan karakteristik atau kondisi
kesehatan tertentu, termasuk wanita yang masih dalam masa postpartum. Baru ini,
CDC telah melakukan penilaian terhadap evidence yang memberikan informasi
mengenai keamanan penggunaan kontrasepsi hormonal pada masa postpartum.
Laporan ini merupakan ringkasan dari penilaian tersebut dan hasil dari revisi
pedoman penggunaan kontrasepsi. Revisi rekomendasi ini berisi bahwa wanita post
partum tidak boleh menggunakan kontrasepsi hormonal kombinasi selama masa 21
hari setelah melahirkan oleh karena resiko tinggi untuk mendapatkan tromboemboli
vena (TEV) selama masa ini. Masa 21-42 hari postpartum, pada umumnya wanita
tanpa faktor resiko TEV dapat memulai penggunaan kontrasepsi hormonal
kombinasi, tetapi wanita yang memiliki resiko TEV (riwayat TEV sebelumnya atau
post melahirkan secara caesar), tidak boleh menggunakan metode kontrasepsi ini.
Nanti, setelah masa 42 hari postpartum, barulah tidak ada pembatasan penggunaan
kontrasepsi hormonal kombinasi yang berdasarkan pada keadaan pasien tersebut
setelah melahirkan.
Publikasi kriteria penggunaan kontrasepsi (US MEC) dilakukan pertama kali
pada tahun 2010 oleh CDC Amerika Serikat. Laporan ini diadaptasi dari Medical
Eligibility Criteria for Contraceptive Use yang dipublikasikan oleh WHO, yang
disebarluaskan secara global sebagai pedoman penggunaan kontrasepsi
berdasarkan evidence sejak tahun 1996. Meskipun demikian pedoman yang dibuat
oleh CDC ini mengadaptasi sejumlah kecil rekomendasi WHO dan ditambahkan
beberapa rekomendasi baru untuk tenaga medis di Amerika Serikat. Namun,
umumnya rekomendasi antara pedoman WHO dan US MEC adalah sama.
Rekomendasi yang diperoleh menggunakan kategori 1-4. Rekomendasi ini
berdasarkan pada pertimbangan keuntungan dan kerugian signifikan dari keamanan
penggunaan kontrasepsi itu sendiri bagi wanita dengan keadaan atau karakteristik
kesehatan tertentu. Kategori 1 mewakili kelompok pasien yang bisa menggunakan
kontrasepsi tanpa adanya pembatasan sedangkan kategori 4 merupakan kelompok
yang sama sekali tidak bisa menggunakan alat kontrasepsi apapun. CDC merevisi

27
pedoman penggunaan kontrasepsi ini untuk menjamin bahwa rekomendasi tersebut
berdasarkan pada bukti scientific terbaik yang tersedia berupa indentifikasi bukti
baru atau berdasarkan pada update evidence-based yang dibuat sesuai dengan
pedoman WHO.

F. Pendokumentasian dalam Pelayanan KB


1. Pencatatan dan Pelaporan Pelayanan Keluarga Berencana
Pencatatan dan pelaporan keluarga vberencana adalah suatu kegiatan
mencatat dan melaporkan berbagai aspek yang berkaitan dengan pelayanan
kontrasepsi yang dilakukan oleh klinik KB, BPS, atau tempat pelayanan lainnya.
Pelayanan kelurga berencana yang bermutu meliputi hal-hal antara lain:
a. Pelayanan perlu disesuaikan dengan kebutuhan klien
b. Klien harus dilayani secara profesional dan memenuhi standard pelayanan
c. Kerahasiaan dan privasi perlu dipertahankan
d. Upayakan agar klien tidak menunggu terlalu lam untuk dilayani
e. Petugas harus memberi informasi tentang pilihan kontrasepsi yang tersedia
f. Petugas harus menjelaskan kepada klien tentang kemampuan fasilitas
kesehatan dalam melayani berbagai pilihan kontrasepsi
g. Fasilitas pelayanan harus memenuhi persyaratan yang di tentukan
2. Penggunaan kartu catatan pasien
a. Kartu Pendaftaran Klinik KB
Digunakan sebagai sarana untuk pendaftaran pertama bagi klinik KB
baru pada saat didirikan dan pendaftaran ulang bagi semua klinik KB lama,
dilakukan setiap akhir tahun anggaran( setiap bulan maret). Kartu ini berisi
informasi tentang identitas, jumlah tenaga dan saran klinik KB yang
bersangkutan.
b. Rekapitulasi kartu pendaftaran klinik KB
Digunakan sebagai sarana untuk melaporkan data dan informasi
tentang identitas, jumlah tenaga dan sarana klinik KB diwilayah kabupaten
dan kotamadya.

28
c. Kartu peserta KB
Digunakan sebagai media pengenal dan bukti setiap peserta KB untuk
status peserta KB juga berguna bagi peserta KB untuk memperoleh
pelayanan ulang disemua klinik KB. Kartu ini merupakan sumber informasi
bagi PPKBD atau sub PPKBD tentang kesertaan anggota binaannya dalam
ber KB.
d. Kartu status peserta KB
Dibuat untuk setiap baru, khususnya peserta KB baru dan peserta KB
baru pindahan ri klinik atau tempat pelayanan KB lain. Kartu ini barfungsi
untuk mencatat identitas peserta KB, kunjungan ulang dan informed concent.
e. Registrasi klinik KB
Digunakan untuk mencatat hasil pelayanan kontrasepsi yang diberikan
kepada peserta KB pada setiap hari pelayanan dan untuk memudahkan
petugas klinik KB dalam membuat laporan bulanan klinik KB pada akhir
bulan.
f. Laporan bulanan klinik
Digunakan sebagai sarana untuk melaporkan kegiatan dan hasil kegiatan
pelayanan kontrasepsi oleh klinik KB, dokter/bidan praktek swasta serta
tempat pelayanan lainnya.
Juga meliputi hasil pelayanan KB, peserta ganti cara, komplikasi,
kegagalan, pencabutan implant, serta persediaan alat kontrasepsi yang ada
di klinik KB setiap bulan.
g. Rekapitulasi laporan bulanan klinik KB
Digunakan sebagai sarana untuk melaporkan rekapitulasi kegiatan
dan hasil-hasil kegiatan pelayanan kontrasepsi yang dilakukan oleh
klinik KB, dokter/bidan praktek swasta dan tempat pelayanan lainnya
yang berada diwilayah kabupaten dan kotamadya. Laporan ini
merupakan hasil rekapiyulasi dari semua laporan bulanan klinik KB,
yang diterima oleh BKKBN kabupaten kotamadya yang bersangkutan.

29
h. Buku bantu dokter/bidan praktek swasta dan tempat pelayanan lainnya
Digunakan sebagai sarana untuk mencatat hasil pelayanan peserta KB
baru dan pencabutan implant oleh dokter/bidan praktek swasta dan tempat
pelayanan lainnya.
i. Laporan bulanan petugas penghubung hasil pelayanan kontrasepsi oleh
dokter/bidan praktek swasta dan tempat pelayanan lain.
Formulir ini digunakan sebagai sarana untuk mencatat dan melaporkan
hjasil pelayanan kontrasepsi yang dilakukan oleh dokter/bidan praktek
swasta dan tempat pelayanan lainnya.
Laporan ini dibuat oleh petugas penghubung DBS dan tempat pelayanan
lainnya setaip bulan dengan cara mengambil/mencatat data atau informasi
dari buku bantu dokter/bidan praktek swasta.
3. Pendokumentasian Rujukan KB
Sistem rujukan upaya kesehatan adalah suatu sistem jaringan fasilitas
pelayanan kesehatan yang memungkinkan terjadinya penyerahan tanggung
mjawab secara timbal balikatas masalah yang timbul, baik secara vertikal maupun
horizontal kepada fasilitas pelayanan yang lebih kompeten, terjangkau, dan
rasional. Untuk itu dalam melaksanakan rujukan harus telah pula diberikan :
a. Konseling tentang kondisi klien yang menyebabkan perlu dirujuk
b. Konseling tentang kondisi yang diharapkan diperoleh ditempat rujukan
c. Informasi tentang fasilitas pelayanan kesehatan tempat rujukan dituju
d. Pengantar tertulis kepada fasilitas pelayanan yang dituju mengenai kondisi
klien saat ini dan riwayat sebelumnya dan riwayat serta upaya/tindakan
yang telah diberikan
4. Fasilitas pelayanan yang merujuk
a. Mencatat penderita ayng dirujuk dalam register klinik
b. Membuet surat pengiriman pemerintah
c. Melaporkan jumlah penderita yang dirujuk dalam laporan bulanan klinik.
5. Fasilitas pelayanan yang menerima rujukan
a. Membuet tanda terima penderita
b. Mencatat penderita dalam register

30
c. Memberikan informasi kepada fasilitas pelayanan yang merujuk
tentangpemeriksaan yang dilakukan terhadap penderita, bila penderita yang
dirujuk perlu perawatan dan pengobatans di fasilitas pelayanan yang
merujuk.
d. Membuat pengiriman kambali dan memberikan informasi tentang
perawatan dan pengobatan yang diberikan kepada penderita yang dirujuk,
jika penderita memerlukan lanjutan di fasilitas pelayanan yang merujuk
Tujuan kebijakan pemberian pelayanan keluarga berencana adalah memberikan
pelayanan yang berkualitas, yang menempatkan keselamatan klien sebagai
prioritas. Kebijakan tersebut dilaksanakan melalui penyediaan tenaga pemberi
pelayanan yang kompeten serta patuh terhadap standar pelayanan yang sudah
ditetapkan, pemenuhan sarana yng memadai, pemberian pelayanan konseling yang
berkualitas, penapisan klien, pelayanan pasca tindakan serta pelayanan rujukan
yang optimal. Sistem rujukan upaya kesehatan adalah suatu sistem jaringan fasilitas
pelayanan kesehatan
Tata laksana
Rujukan medis dapat berlangsung:
a. Inteernal antar petugas disatu puskesmas
b. Antara puskesmas pembantu & puskesmas
c. Antara puskesmas dan masyarakat
d. Antara satu puskesmas & puskesmas lain
e. Antara puskesmas dan rumah sakit, lab/fasilitas pelayanan kesehatan lainnya
f. Interrnal antara bagian/unit pelayanan disatu rumah sakit
g. Antara rumah sakit/lab fasilitas pelayanan lain dirumah sakit
Fasilitas pelayanan kesehatan yang menerima rujukan, setelah memberikan
upaya penanggulangan dan kondisi klien telah memungkinkan, harus segera
mengembalikan klien ke tempat fasilitas pelayanan asalnya dengan terlebih dahulu
memberikan:
a. Konseling tentang kondisi klien sebalum dan sesudah diberi upaya
penaggulangan
b. Nasihat yang perlu diperhatikan klien mengenai lanjutan penggunaan
kontrasepsi

31
c. Pengantar tertulis kepada fasilitas pelayanan yang merujuk mengenai
kondisi klien berikut upaya penanggulangan yang telah diberikan serta
saran-saran upaya pelayanan lanjutan yang harus dilaksanakan, terutama
tantang penggunaan kontrasepsi.
6. Monitoring dan evaluasi sistem pencatatan dan pelaporan pelayanan
kontrasepsi
Dalam pelaksanaan sistem pencatatan dan pelaporan pelayanan kontrasepsi
masih dirasakan adanya kelebihan dan kekurangan, sehingga perlu selalu
dilakukan monitoring dan evaluasi. Melalui Sistem Pencatatan dan Pelaporan
Pelayanan Kontrasepsi dan hasil monitoring dan evauasi tersebut dapat
diketahui hambatan dan permasalahan yang timbul, sehingga dapat dilakukan
perbaikan kegiatan sistem pencatatan dan pelaporan pelayanan kontrasepsi.
Dalam melakukan monitoring dan evaluasi sistem dan pelaporan pelayanan
kontrasepsi beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu:
a. Cakupan laporan
Dalam melakukan monitoring dan evaluasi terhadap cakupan laporannya
meliputi jumlah, ketepatan pengisian dan ketepatan waktu data yang
dilaporkan, mulai dari tingkat klinik, lapangan sampai ke tingkat pusat.
b. Kualitas data
Dalam melakukan evaluasi terhadap kualitas dan pencatatan dan pelaporan
pelayanan kontrasepsi perlu dilihat bagaiman melakukan laporannya, baik
laporn bulanan maupun tahunan serta bagaimana informasi yang disajikan
setiap bulanan ataupun tahunan.
c. Tenaga
Dalam melakukan evaluasi terhadap tenaga pencatatan dan pelaporan
pelayanan kontrasepsi, hal-hal yang perlu diperhatikan yaitu
ketersediaan/jumlah tenaga dan kualitas tenaga:
1) Ketersediaan/jumlah tenaga
Bagaiman kondisi jumlah petugas RR klinik yang melakukan pencatatan
pelaporan pelayanan kontrasepsi
2) Kualitas tenaga
Apakah petugas RR klinik sudah mengikuti pelatihan RR

32
d. Sarana
Dalam melakukan evaluasi terhadap sarana, perlu dilihat bagaimana sarana
mendukung kelancaran pelaksanaan pencatatan pelaporan di antaranya:
1) ketersediaan formulir dan kartu
2) ketersediaanBuku Petunjuk Teknis Pencatatan dan Pelaporan Sistem
Pelayanan Kontrasepsi
3) ketersediaan faksimil untuk seluruh Kabupaten/Kota untuk kecepatan
pelaporan
4) Ketersediaan komputer sampai dengan tingkat Kabupaten/Kota

33
BAB III
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA AKSEPTOR KB


PADA NY. “D” UMUR 32 TAHUN AKSEPTOR LAMA KONTRASEPSI
SUNTIK 3 BULAN

Tanggal Pengkajian Data : 13 Desember 2017


Tempat Pelayanan : Puskesmas II Denpasar Selatan
A. Data Subjektif
1. Identitas
Ibu Suami
Nama : Ny. “D” Tn. “S”
Umur : 32 Th 35 Th
Agama : Hindu Hindu
Suku/Bangsa : Indonesia Indonesia
Pendidikan : SMA SMA
Pekerjaan : Swasta Supir
Alamat : Jl. Tukad Balian Gg. XVIII Jl. Tukad Balian Gg. XVIII
No. 1 No. 1
No. Telp : 087860382XXX -

2. Alasan Datang
Kunjugan ulang akseptor KB Suntik 3 Bulan

3. Keluhan Utama
a. Jenis Keluhan : tidak ada
b. Lama Keluhan :-
c. Upaya untuk mengatasi :-

34
4. Riwayat Menstuasi
HPHT : -
Sebelum menggunakan Sesudah penggunaan
 Jumlah Darah: ±3x pembalut/hari  Jumlah Darah: -
 Siklus: 30 hari, Lama: 7 hari  Siklus: - hari, Lama: - hari
 Keluhan : tidak ada  Keluhan : tidak ada

5. Riwayat Pernikahan
Status Perkawinan : Sah
Umur Menikah : Istri : 20 tahun, Suami : 23 tahun
Lama Perkawinan : 13 tahun

6. Riwayat Obsetri
Jumlah Anak Hidup : 2 Orang, Laki-Laki
Umur Anak Terkecil : 7 tahun
Laktasi : Tidak sedang menyusui

B. Data Objektif
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : CM
BB : 63 Kg TB : 157 Cm (khusus KB hormonal)
TD : 120/70 mmHg Suhu : 36,50C Nadi : 80x/menit RR : 20x/menit

1 Pemeriksaan Fisik
Kepala : tidak ada kelainan
Wajah : tidak ada kelainan
Mata : tidak ada kelainan
Bibir : tidak ada kelainan
Dada dan Aksila : tidak ada kelainan
Abdomen : tidak ada kelainan
Vulva : tidak dilakukan
Anus : tidak dilakukan

35
Ekstremitas : tidak ada kelainan

2 Pemeriksaan Penunjang
Tes Kehamilan : tidak dilakukan
Apusan Vagina : tidak dilakukan
IVA : tidak dilakukan
Pap Smear : tidak dilakukan

3 Hasil Konseling
Hasil konseling lanjutan dan informed consent untuk intervensi : ibu setuju
Kesepakatan kunjungan ulang : 7 Maret 2018

C. Analisa
Ny. “D” umur 32 tahun akseptor lama kontrasepsi suntik 3 bulan
Masalah : tidak ada

D. Penatalaksaan
1. Menginformasikan hasil pemeriksaan pada ibu bahwa secara medis ibu
memenuhi syarat penggunaan KB suntik 3 bulan, ibu paham dengan hasil
pemeriksaan.
2. Melakukan informed consent mengenai tindakan yang akan dilakukan, ibu
sudah menandatangani informed consent.
3. Menyiapkan alat, bahan dan lingkungan, alat, bahan dan lingkungan sd
sudah siap
4. Melakukan penyuntikan secara IM pada 1/3 garis khayal SIAS dan
os.coccygis, suntikan telah diberikan dan tidak ada reaksi alergi.
5. Melakukan KIE mengenai efek samping penggunaan kontrasepsi suntik 3
bulan, ibu mengerti efek samping kontrasepsi suntik 3 bulan.
6. Menginformasikan ibu kunjungan ulang untuk penyuntikan kembali tanggal
7 Maret 2018

36
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Indikasi Penggunaan KB Suntik 3 Bulan
1. Usia Reproduktif
Menurut Depkes RI (2004), Wanita Usia Subur adalah wanita yang masih
dalam usia reproduktif, yaitu antara usia 15 – 49 tahun, dengan status belum
menikah, menikah, atau janda. Wanita Usia Subur ini mempunyai Organ
Reproduksi yang masih berfungsi dengan baik, sehingga lebih mudah untuk
mendapatkan kehamilan, yaitu antara umur 20 sampai dengan 45 tahun.
Ny. D akseptor KB suntik 3 bulan, tengah dalam usia reproduksi, yaitu usia Ny.
D 32 tahun.
2. Telah memiliki anak
Ny. D telah memiliki anak sebanyak 2 orang berjenis kelamin laki – laki
dengan usia anak terkecil 7 tahun. Ny. D memenuhi persyaratan untuk
menggunakan KB suntik 3 bulan.
3. Tekanan darah <180/119
Pada wanita yang memakai alat kontrasepsi hormonal seperti kontrasepsi
suntik maka dapat menyebabkan terjadinya perubahan tekanan darah.
Perubahan tekanan darah disebabkan adanya pengaruh hormon Gonadotropin
dan hormon Progesteron. Sehingga dapat membuat jantung memompa lebih
kuat, arteri besar kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku dalam
bersirkulasi sehingga dapat menyebabkan tekanan darah menjadi meningkat.
Begitu pula sebaliknya, apabila akitivitas memompa jantung berkurang dan
arteri mengalami pelebaran dalam bersirkulasi, maka dapat menyebabkan
tekanan darah menjadi menurun.
Menurut data objektif yang di dapat tekanan darah Ny. D dalam batas
normal yaitu 120/70 mmHg, maka Ny. D dapat menggunakan kontrasepsi
suntik 3 bulan.

37
B. Efek Samping Penggunaan KB Suntik 3 Bulan
1. Spotting
Salah satu keterbatasan pada kontrasepsi hormonal seperti KB suntik 3
bulan adalah terjadinya gangguan siklus menstruasi seperti munculnya flek atau
spotting. Selain itu, dapat dijumpai juga siklus menstruasi menjadi memendek
atau memanjang, keluar perdarahan dalam jumlah banyak hingga tidak
mendapat menstruasi sama sekali (amenore). Keluarnya flek atau perdarahan
ringan pada saat pemakaian suntik KB sering dijumpai, tetapi tidak
membahayakan
Pastikan ibu hamil atau tidak, jika hamil segera rujuk. Jika tidak hamil cari
penyebab utamanya, jelaskan bahwa perdarahan yang terjadi adalah hal yang
biasa. Bila berlanjut dan mengkhawatirkan segera rujuk.
Ny. D mengalami spotting akibat dari penggunaan dari kontrasepsi suntik 3
bulan yang telah digunakan semenjak melahirkan anak terakhirnya.
2. Mual, sakit kepala, nyeri payudara ringan
Penggunann kontrasepsi metode suntik 3 bulan dapat mendatangkan efek
samping berupa sakit kepala, kenaikan berat badan, payudara nyeri,
pendarahan, dan menstruasi tidak teratur. Efek ini bisa terus terasa selama
jangka waktu penyuntikan berlangsung karena kandungan suntikannya akan
terus berada dalam tubuh.
Ny. D mengatakan tidak mengalami mual, sakit kepala, dan nyeri payudara
selama penggunaan kontrasepsi suntik 3 bulan

C. Asuhan Kunjungan Ulang


Asuhan pada kunjungan ulang yang diberikan kepada Ny. D yaitu :
1. Melakukan pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan :
a. Berat badan
b. Tekanan darah
Berdasarkan pemeriksaan yang dilakukan, Ny.D tidak memiliki
permasalahan dan dapat memenuhi syarat dalam penggunaan kontrasepsi
suntik 3 bulan.

38
2. Melakukan penyuntikan secara IM pada 1/3 garis khayal SIAS dan
os.coccygis, suntikan telah diberikan dan tidak ada reaksi alergi.
Dalam pemberian asuhan ini ada beberapa pemeriksaan yang tidak dilakukan
yaitu :
Pemeriksaan tes kehamilan, hal itu tidak dilakukan dikarenakan ibu
melakukan kunjungan ulang tepat pada jadwal kunjungan ulang.
Penatalaksaan yang dilakukan yaitu :
1. Melakukan inform consent serta menjelaskan kepada ibu mengenai indikasi
dan kontraindikasi kontrasepsi suntik 3 bulan, ibu memahami dan bersedia
menandatangani informed consent.
2. Melakukan penyuntikan kontrasepsi 3 bulan secara IM pada 1/3 garis
khayal SIAS dan os.coccygis, suntikan telah diberikan.
3. Melakukan KIE mengenai efek samping penggunaan kontrasepsi suntik 3
bulan, ibu mengerti dan paham efek samping kontrasepsi suntik 3 bulan.
4. Memberikan KIE kepada ibu untuk melakukan kunjungan ulang
penyuntikan kembali tanggal 17-08-2017.

39
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari penulisan laporan ini adalah, Ny.D berusia
32 tahun akseptor lama kontrasepsi suntik 3 bulan. Selama pemakaian kontrasepsi
suntik 3 bulan Ny. D tidak memiliki keluhan. Jadwal kunjungan ulang ibu untuk
melakukan kb suntik 3 bulan pada tanggal 7 Maret 2018.
B. Saran
Mengatur kelahiran anak adalah solusi yang paling baik untuk mengendalikan
laju pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat, dengan jarak kelahiran yang
dapat diatur maka setiap anak akan mendapatkan kasih sayang, perhatian dan
pendidikan yang layak yang diberikan oleh orangtuanya.

40

Вам также может понравиться