Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
STATUS PASIEN
I. Identitas Pasien
a. Nama :Ny. B
b. Jenis Kelamin : Perempuan
c. Umur : 44 Tahun
d. Pekerjaan : IRT
e. Pendidikan : SMP
f. Alamat : RT.03, Tahtul Yaman
II. Latar Belakang Sosio-ekonomi-demografi-lingkungan-keluarga
a. Status perkawinan : Sudah menikah
b. Jumlah anak : 5 Orang
c. Status ekonomi keluarga : Keadaan sosial ekonomi cukup
d. Kondisi rumah : Pasien tinggal bersama suami dan anak di
sebuah rumah panggung, dengan atap seng, dinding dan lantai papan.
Rumah pasien terdiri dari 1 ruang tamu, 1 ruang keluarga, 2 kamar tidur,
1 dapur, dan 1 kamar mandi. Pencahayaan dan ventilasi dirumah pasien
cukup. Sumber air bersih berasal dari PDAM dan pencahayaan dari PLN.
e. Kondisi lingkungan sekitar rumah : Pasien tinggal di daerah
permukiman yang tidak terlalu padat. Pasien memiliki sedikit pekarangan
rumah. Samping dan belakang rumah pasien terdapat rumah tetangga.
1
V. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke Puskesmas Tahtul Yaman dengan keluhan pusing
berputar sejak ± 2 hari yang lalu. Keluhan awalnya muncul ketika pasien
berdiri dari duduk. Pada saat pusing pasien mengatakan lingkungan sekitar
seperti bergerak beputar mengelilingnya. Menurut pasien keluhan pusing
dirasakan sangat berat, berlangsung tidak sampai satu menit namun
kemudian muncul kembali, terutama apabila pasien merubah posisi dari
berbaring ke duduk atau berdiri, dan juga pada posisi berbaring yang
secara tiba-tiba. Keluhan terasa berkurang saat pasien menutup mata.
Keluhan disertai mual, namun muntah (-).
3
6. Abdomen :
Inspeksi : Datar, sikatriks (-)
Palpasi : Supel, Nyeri tekan (-), hepar, lien dan ginjal tidak
teraba
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Perkusi : Timpani
7. Ekstremitas : akral hangat, edema (-), sianosis (-), CRT < 2 detik
8. Pemeriksaan Nervus kranial : dalam batas normal
Nervus Cranialis III : Occulomotorius (nistagmus spontan -/-)
Pemeriksaan Keseimbangan :
Tandem gait : pasien mampu berjalan mengikuti garis lurus,
langkah lebar (-), berjalan menyimpang (-)
Romberg dan Romberg dipertajam : Pasien kesulitan
mempertahankan diri dan jatuh pada saat menutup mata
Past Pointing Test : Pasien mampu menyentuh telunjuk
pemeriksa dalam keadaan mata terbuka dan tertutup.
X. Pemeriksaan Laboratorium:
-
XI. Usulan Pemeriksaan Penunjang
Tes Nistagmus Posisi
Tes Kalori
XII. Diagnosis Kerja
Vertigo / Benign Paroxysmal Positional Vertigo ( H81.1)
4
XIV. Manajemen
1. Promotif
o Menjelaskan kepada pasien tentang penyakitnya, faktor resiko dan
penyebab penyakitnya, serta komplikasinya.
o Menjelaskan kepada pasien untuk meningkatkan asupan nutrisi
dengan makanan bergizi dan seimbang serta asupan vitamin
o Menjelaskan kepada pasien untuk dapat mencapai kondisi kesehatan
yang lebih baik misalnya dengan olahraga teratur dan mencapai berat
badan ideal
2. Preventif
Jangan gerakan kepala secara berlebihan dan mendadak
Hindari stres
3. Kuratif
Non Farmakologi
Farmakologi
Rehabilitatif
Ikuti pengobatan secara benar dan teratur
Pengobatan dilakukan sampai tuntas
Kontrol ulang setelah obat habis
5
Resep Puskesmas Resep Ilmiah 1
SIP : 1234567
SIP : 1234567
Jambi, Oktober 2018
Jambi, Oktober 2018
SIP : 1234567
SIP : 1234567
Jambi, Oktober 2018
Jambi, Oktober 2018
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Vertigo adalah sensasi dimana pasien merasa sekitarnya atau dirinya
berputar hebat dan dipengaruhi oleh posisi gerakan kepala yang disebabkan
oleh adanya kelainan telinga dalam.1
Vertigo didefi nisikan sebagai ilusi gerakan, yang paling sering adalah
perasaan atau sensasi tubuh yang berputar terhadap lingkungan atau
sebaliknya, lingkungan sekitar kita rasakan berputar. Vertigo juga dirasakan
sebagai suatu perpindahan linear ataupun miring, tetapi gejala seperti ini
relatif jarang dirasakan. Secara etiologis, vertigo disebabkan oleh adanya
abnormalitas organ-organ vestibuler, visual, ataupun system propioseptif.2
Berbeda dengan vertigo, dizziness atau pusing merupakan suatu keluhan
yang umum terjadi akibat perasaan disorientasi, biasanya dipengaruhi oleh
persepsi posisi terhadap lingkungan. Dizziness sendiri mempunyai empat
subtipe, yaitu vertigo, disekuilibrium tanpa vertigo, presinkop, dan pusing
psikofisiologis.2
7
2.2 Epidemiologi
Dari keempat subtipe dizziness, vertigo terjadi pada sekitar 32% kasus, dan
sampai dengan 56,4% pada populasi orang tua. Sementara itu, angka kejadian
vertigo pada anak-anak tidak diketahui,tetapi dari studi yang lebih baru pada
populasi anak sekolah di Skotlandia, dilaporkan sekitar 15% anak paling tidak
pernah merasakan sekali serangan pusing dalam periode satu tahun. Sebagian
besar (hamper 50%) diketahui sebagai “paroxysmal vertigo” yang disertai
dengan gejala-gejala migren (pucat, mual, fonofobia, dan fotofobia).2
2.3 Etiologi
Terdapat beberapa keadaan yang dapat menyebabkan vertigo :3
2.4 Klasifikasi
Berdasarkan letak lesinya, ada dua jenis vertigo, yaitu :
1. Vertigo Sentral
Penyebab vertigo jenis sentral biasanya ada gangguan di nucleus
vestibularis batang otak, thalamus sampai korteks serebri. Untuk
menentukan gangguan di batang otak, apakah terdapat gejala lain yang
8
khas bagi gangguan di batang otak, misalnya diplopia, parestesia,
perubahan sensibilitas danfungsi motorik, rasa lemah.
2. Vertigo Perifer
Terjadi lesi di labirin dan nervus vestibularis3
Lamanya vertigo berlangsung3,4,5 :
9
Sesuai kejadiannya, vertigo ada beberapa macam yaitu :
- Vertigo spontan
Vertigo ini timbul tanpa pemberian rangsangan. Rangsangan timbul
dari Penyakitnyasendiri, misalnya pada penyakit Meniere oleh sebab
tekanan Endolimfa yang meninggi.Vertigo spontan komponen
cepatnya mengarah ke jurusan lirikan kedua bola mata.
- Vertigo posisi
Vertigo ini disebabkan oleh perubahan posisi kepala. Vertigo timbul
karena perangsangan pada kupula kanalis semi-sirkularis oleh debris
atau pada kelainan servikal. Debris ialah kotoran yang menempel
pada kupula kanalis semi-sirkularis.
10
- Vertigo kalori
Vertigo yang dirasakan pada saat pemeriksaan kalori. Vertigo ini
penting ditanyakan pada pasien sewaktu tes kalori, supaya ia dapat
membandingkan perasaan vertigo ini denganserangan yang pernah
dialaminya. Bila sama, maka keluhan vertigonya adalah betul,
sedangkan bila ternyata berbeda, maka keluhan vertigo sebelumnya
patut diragukan.4
2.5 Patofisiologi2
Etiologi vertigo adalah abnormalitas dari organorgan vestibuler,
visual, ataupun sistem propioseptif. Labirin (organ untuk ekuilibrium) terdiri
atas 3 kanalis semisirkularis, yang berhubungan dengan rangsangan akselerasi
angular, serta utrikulus dan sakulus, yang berkaitan dengan rangsangan
gravitasi dan akselerasi vertikal. Rangsangan berjalan melalui nervus
vestibularis menuju nukleus vestibularis di batang otak, lalu menuju fasikulus
medialis (bagian kranial muskulus okulomotorius), kemudian meninggalkan
traktus vestibulospinalis (rangsangan eksitasi terhadap otot-otot ekstensor
kepala, ekstremitas, dan punggung untuk mempertahankan posisi tegak
tubuh). Selanjutnya, serebelum menerima impuls aferen dan berfungsi sebagai
pusat untuk integrasi antara respons okulovestibuler dan postur tubuh.
Fungsi vestibuler dinilai dengan mengevaluasi refleks okulovestibuler
dan intensitas nistagmus akibat rangsangan perputaran tubuh dan rangsangan
kalori pada daerah labirin. Refleks okulovestibuler bertanggung jawab atas
fiksasi mata terhadap objek diam sewaktu kepala dan badan sedang bergerak.
Nistagmus merupakan gerakan bola mata yang terlihat sebagai respons
terhadap rangsangan labirin, serta jalur vestibuler retrokoklear, ataupun jalur
vestibulokoklear sentral. Vertigo sendiri mungkin merupakan gangguan yang
disebabkan oleh penyakit vestibuler perifer ataupun disfungsi sentral oleh
11
karenanya secara umum vertigo dibedakan menjadi vertio perifer dan vertigo
sentral. Penggunaan istilah perifer menunjukkan bahwa kelainan atau
gangguan ini dapat terjadi pada end-organ (utrikulus maupun kanalis
semisirkularis) maupun saraf perifer.
Lesi vertigo sentral dapat terjadi pada daerah pons, medulla, maupun
serebelum. Kasus vertigo jenis ini hanya sekitar 20% - 25% dari seluruh kasus
vertigo, tetapi gejala gangguan keseimbangan (disekulibrium) dapat terjadi
pada 50% kasus vertigo. Penyebab vertigo sentral ini pun cukup bervariasi, di
antaranya iskemia atau infark batang otak (penyebab terbanyak), proses
demielinisasi (misalnya, pada sklerosis multipel, demielinisasi pascainfeksi),
tumor pada daerah serebelopontin, neuropati kranial, tumor daerah batang
otak, atau sebabsebab lain.
Beberapa penyakit ataupun gangguan sistemik dapat juga
menimbulkan gejala vertigo. Begitu pula dengan penggunaan obat, seperti
antikonvulsan, antihipertensi, alkohol, analgesik, dan tranquilizer. Selain itu,
vertigo juga dapat timbul pada gangguan kardiovaskuler (hipotensi, presinkop
kardiak maupun non-kardiak), penyakit infeksi, penyakit endokrin (DM,
hipotiroidisme), vaskulitis, serta penyakit sistemik lainnya, seperti anemia,
polisitemia, dan sarkoidosis. Neurotransmiter yang turut berkontribusi dalam
patofi siologi vertigo, baik perifer maupun sentral, di antaranya adalah
neurotransmiter kolinergik, monoaminergik, glutaminergik, dan histamin.
Beberapa obat antivertigo bekerja dengan memanipulasi neurotransmiter-
neurotransmiter ini, sehingga gejala-gejala vertigo dapat ditekan. Glutamat
merupakan neurotransmiter eksitatorik utama dalam serabut saraf vestibuler.
Glutamat ini memengaruhi kompensasi vestibuler melalui reseptor NMDA
(N-metil-D-aspartat). Reseptor asetilkolin muskarinik banyak ditemukan di
daerah pons dan medulla, dan akan menimbulkan keluhan vertigo dengan
memengaruhi reseptor muskarinik tipe M2, sedangkan neurotransmiter
12
histamin banyak ditemukan secara merata di dalam struktur vestibuler bagian
sentral, berlokasi di predan postsinaps pada sel-sel vestibuler.
2.6 Gejala Klinis
Vertigo, diartikan sebagai sensasi berputar. Vertigo dapat horizontal,
vertical atau rotasi.Vertigo horizontal merupa tipe yang paling sering,
disebabkan oleh disfungsi dari telinga dalam. Jika bersamaan dengan
nistagmus, pasien biasanya merasakan sensasi pergerakan dari sisi yang
berlawanan dengan komponen lambat. Vertigo vertical jarang terjadi, jika
sementara biasanya disebabkan oleh BPPV. Namun jika menetap, biasanya
berasal dari sentral dan disertai dengan nistagmus dengan gerakan ke bawah
atau ke atas. Vertigo rotasi merupakan jenis yang paling jarang ditemukan.
Jika sementara biasanya disebabakan BPPV namun jika menetap disebabakan
oleh sentral dan biasanya disertai dengan rotator nistagmus.
Gejala penyerta berupa penurunan pendengaran, nyeri, mual, muntah
dan gejala neurologis dapat membantu membedakan diagnosis penyebab
vertigo. Nyeri yang menyertai vertigo dapat terjadi bersamaan dengan infeksi
akut telinga tengah, penyakit invasive pada tulang temporal, atauiritasi
meningeal. Vertigo sering bersamaan dengan muntah dan mual padaacute
vestibular neuronitisdan pada meniere disease yang parah dan BPPV. Pada
vertigo sentral mual dan muntah tidak terlalu parah. Gejala neurologis berupa
kelemahan, disarthria, gangguan penglihatan dan pendengaran, parestesia,
penurunan kesadaran, ataksia atau perubahan lain pada fungsi sensori dan
motorislebih mengarahkan diagnosis ke vertigo sentral misalnya penyakit
cererovascular, neoplasma, atau multiple sklerosis. Pasien denga migraine
biasanya merasakan gejala lain yang berhubungan dengan migraine misalnya
sakit kepala yang tipikal (throbbing, unilateral, kadang disertai aura), mual,
muntah, fotofobia, dan fonofobia. 21-35% pasien dengan migraine
mengeluhkan vertigo.
13
2.7 Diagnosis6
Anamnesis
Pertama-tama ditanyakan bentuk vertigonya, melayang, goyang, berputar,
tujuh keliling, rasa naik perahu dan sebagainya. Perlu diketahui juga keadaan
yang memprovokasi timbulnya vertigo. Perubahan posisi kepala dan tubuh,
keletihan dan ketegangan. Profil wakti, apakah timbulnya akut atau perlahan-
lahan, hilang timbul, paroksismal, kronikm progresif atau membaik. Beberapa
penyakit tertentu mempunyai profil waktu yang karakteristik. Apakah juga ada
gangguan pendengaran yang biasanya menyertai/ditemukan pada lesi alat
vestibuler atau n. vestibularis. Penggunaan obat-obatan seperti streptomisin,
kanamisin, salisilat, antimalarial dan lain-lain yang diketahui
ototoksik/vestibulotoksik dan adanya penyakit sistemik seperti anemia, penyakit
jantung, hipertensi, hipotensi, penyakit paru dan kemungkinan trauma akustik.
Pemeriksaan Fisik
Ditujukan untuk meneliti faktor-faktor penyebab, baik kelainan sistemik,
otologik atau neurologik-vestibuler atau serebeler, dapat berupa pemeriksaan
fungsi pendengaran dan keseimbangan, gerak bola mata/nistagmus dan fungsi
serebelum. Pendekatan klinis terhadap keluhan vertigo adalah untuk menentukan
penyebab, apakah akibat kelainan sentral yang berkaitan dengan kelainan susunan
saraf pusat (korteks serebrim serebelum, batang otak atau berkaitan dengan sistim
vestibuler/otologik, selain itu harus dipertimbangkan pula faktor
psiikologik/psikiatrik yang dapat mendasari keluhan vertigo tersebut. Faktor
sistemik yang juga harus dipikirkan/dicari antara lain aritmi jantung, hipertensi,
hipotensi, gagal jantung kongestif, anemi, hipoglikemi. Dalam menghadapi kasus
vertigo, pertama-tama harus ditentukan bentuk vertigonya, lalu letak lesi dan
kemudian penyebabnya, agar dapat diberikan terapi kausal yang tepat dan terapi
simtomatik yang sesuai.
14
Pemeriksaan Fisik Umum
Pemeriksaan fisik diarahkan ke kemungkinan penyebab sistemik, tekanan darah
diukur dalam posisi berbaring, duduk dan berdiri, bising karotis, irama (denyut
jantung) dan pulsasi nadi perifer juga perlu diperiksa.
Pemeriksaan Neurologis
Pemeriksaan neurologis dilakukan dengan perhatian khusus pada :
1. Fungsi vestibuler/serebeler
a. Uji Romberg
penderita berdiri dengan kedua kaki dirapatkan, mula-mula dengan
kedua mata terbuka kemudian tertutup. Biarkan pada posisi demikian
selama 20-30 detik. Harus dipastikan bahwa penderita tidak dapat
menentukan posisinya (misalnya dengan bantuan titik cahaya atau suara
tertentu). Pada kelainan vestibuler hanya pada mata tertutup badan
penderita akan bergoyang menjauhi garis tengah kemudian kembali lagi,
pada mata terbuka badan penderita tetap tegak. Sedangkan pada kelainan
serebeler badan penderita akan bergoyang baik pada mata terbuka
maupun pada mata tertutup.
b. Tandem gait.
Penderita berjalan dengan tumit kaki kiri/kanan diletakkan pada ujung
jari kaki kanan/kiri ganti berganti. Pada kelainan vestibuler,
perjalanannya akan menyimpang dan pada kelainan serebeler penderita
akan cenderung jatuh.
c. Uji Unterberger
Berdiri dengan kedua lengan lurus horizontal ke depan dan jalan di
tempat dengan mengangkat lutut setinggi mungkin selama satu menit.
Pada kelainan vestibuler posisi penderita akan menyimpang/berputar ke
arah lesi dengan gerakan seperti orang melempar cakram; kepala dan
badan berputar ke arah lesi, kedua lengan bergerak ke arah lesi dengan
15
lengan pada sisi lesi turun dan yang lainnya naik. Keadaan ini disertai
nistagmus dengan fase lambat ke arah lesi.
d. Past-ponting test (Uji Tunjuk Barany)
Dengan jari telunjuk ekstensi dan lengan lurus ke depan penderita
disuruh mengangkat lengannya ke atas, kemudian diturunkan sampai
menyentuh telunjuk tangan pemeriksa. Hal ini dilakukan berulangulang
dengan mata terbuka dan tertutup. Pada kelainan vestibuler akan terlihat
penyimpangan lengan penderita ke arah lesi.
e. Uji Babinsky-Weil
Pasien dengan mata tertutup berulang kali berjalan lima langkah ke
depan dan lima langkah ke belakang selama setengan menit; jika ada
gangguan vestibuler unilateral, pasien akan berjalan dengan arah
berbentuk bintang.
Pemeriksaan Khusus Oto-Neurologi
Pemeriksaan ini terutama untuk menentukan apakah letak lesinya di sentral atau
perifer.
1. Fungsi Vestibuler
a. Uji Dix Hallpike
Perhatikan adanya nistagmus, lakukan uji ini ke kanan dan kiri. Dari posisi
duduk di atas tempat tidur, penderita dibaringkan ke belakang dengan
cepat, sehingga kepalanya menggantung 45° di bawah garis horizontal,
kemudian kepalanya dimiringkan 45° ke kanan lalu ke kiri. Perhatikan saat
timbul dan hilangnya vertigo dan nistagmus, dengan uji ini dapat
dibedakan apakah lesinya perifer atau sentral. Perifer, vertigo dan
nistagmus timbul setelah periode laten 2-10 detik, hilang dalam waktu
kurang dari 1 menit, akan berkurang atau menghilang bila tes diulang-
ulang beberapa kali (fatigue). Sentral, tidak ada periode laten, nistagmus
16
dan vertigo berlangsung lebih dari 1 menit, bila diulang-ulang reaksi tetap
seperti semula (non-fatigue).
b. Tes Kalori
Penderita berbaring dengan kepala fleksi 30°, sehingga kanalis
semisirkularis lateralis dalam posisi vertikal. Kedua telinga diirigasi
bergantian dengan air dingin (30°C) dan air hangat (44°C) masing-masing
selama 40 detik dan jarak setiap irigasi 5 menit. Nistagmus yang timbul
dihitung lamanya sejak permulaan irigasi sampai hilangnya nistagmus
tersebut (normal 90-150 detik). Dengan tes ini dapat ditentukan adanya
canal paresis atau directional preponderance ke kiri atau ke kanan. Canal
paresis adalah jika abnormalitas ditemukan di satu telinga, baik setelah
rangsang air hangat maupun air dingin, sedangkan directional
preponderance ialah jika abnormalitas ditemukan pada arah nistagmus
yang sama di masing-masing telinga. Canal paresis menunjukkan lesi
17
perifer di labarin atau n.VIII, sedangkan directional preponderance
menunjukkan lesi sentral.
c. Elektronistagmogram
Pemeriksaan ini hanya dilakukan di rumah sakit, dengan tujuan untuk
merekam gerakan mata pada nistagmus, dengan demikian nistagmus
tersebut dapat dianalisis secara kuantitatif.
2. Fungsi Pendengaran
a. Tes Garpu Tala
Tes ini digunakan untuk membedakan tuli konduktif dan tuli perseptif,
dengan tes-tes Rinne, Weber dan Schwabach. Pada tuli konduktif, tes
Rinne negatif, Weber lateralisasi ke yang tuli dan schwabach
memendek.
b. Audiometri
Ada beberapa macam pemeriiksaan audiometri seperti Ludness
Balance Test, SISI, Bekesy Audiometry, Tone Decay. Pemeriksaan
saraf-saraf otak lain meliputi: acies visus, kampus visus, okulomotor,
sensorik wajah, otot wajah, pendengaran dan fungsi menelan. Juga
fungsi motorik (kelumpuhan ekstremitas), fungsi sensorik (hipestesi,
parestesi) dan serebelar (tremor, gangguan cara berjalan)
Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium rutin atas darah dan urin, dan pemeriksaan lain
sesuai indikasi.
2. Foto Rontgen tengkorak, leher, Stenvers (pada neurinoma akustik).
3. Neurofisiologi Elektroensefalografi (EEG), Elektromiografi (EMG),
Brainstem Auditory Evoked Potential (BAEP).
4. Pencitraan CT-scan, arteriografi, magnetic resonance imaging (MRI).
18
2.8 Tatalaksana3,5,7
Tatalaksana nonfarmakologi yaitu latihan vestibular dengan metode Brand
Darrof. Pasien duduk di pinggir tempat tidur dengan kedua tungkai
tergantung, dengan kedua mata tertutup baringkan tubuh dengan cepat ke
salah satu sisi, pertahankan selama 30 detik. Setelah itu duduk kembali.
Setelah 30 detik, baringkan dengan cepat ke sisi lain. Pertahankan selama 30
detik, kemudian duduk kembali. Lakukan latihan ini 3 kali sehari pada pagi,
siang, dan malam hari, masing-masing diulang 5 kali. Latihan ini dlakukan
selama 2-3 minggu.
1. Antihistamin
Tidak semua obat antihistamin mempunyai sifat anti vertigo.
Antihistamin yang dapat meredakan vertigo seperti obat dimenhidrinat,
difenhidramin, meksilin, siklisin. Antihistamin yang mempunyai anti
vertigo juga memiliki aktivitas anti-kholinergik di susunan saraf pusat.
19
Mungkin sifat anti-kholinergik ini ada kaitannya dengan kemampuannya
sebagai obat antivertigo. Efek samping yang umum dijumpai ialah sedasi
(mengantuk). Pada penderita vertigo yang berat efek samping ini
memberikan dampak yang positif.
21
insomnia, jantung berdebar (palpitasi) dan menjadigelisah – gugup. 5)
Obat Penenang Minor
Dapat diberikan kepada penderita vertigo untuk mengurangi
kecemasan yang diderita yang sering menyertai gejala vertigo. Efek
samping seperti mulut kering dan penglihatan menjadi kabur.
Lorazepam dapat diberikan 0,5 mg – 1 mg. Diazepam dapat diberikan 2
mg – 5 mg.
5. Obat Anti Kolinergik
Obat antikolinergik yang aktif di sentral dapat menekan aktivitas
system vestibular dan dapat mengurangi gejala vertigo. Dosis
skopolamin ialah 0,3 mg – 0,6 mg, 3 – 4 kali sehari.
2.9 Prognosis
Penderita vertigo perifer mempunyai prognosis yang baik. Vertigo
dapat hilang dengan sendirinya setelah beberapa waktu, walaupun kadang
dapat kambuh lagi. Selain itu juga sudah terbukti bahwa 90% penderita
vertigo akan sembuh setelah menjalani maneuver. Namun ada 5% penderita
vertigo yang menjadi kronis karena penyebabnya idiopatik.1
22
BAB III
ANALISIS KASUS
Vertigo adalah persepsi yang salah dari gerakan seseorang atau lingkungan
sekitarnya yang disebabkan oleh gangguan alat keseimbangan tubuh oleh berbagai
keadaan atau penyakit pada system vestibular atau nonvestibular. Jadi pada kasus ini
dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan keadaaan rumah dan lingkungan sekitar
dengan penyakit yang diderita pasien.
Hubungan pasien dan keluarga nya baik dan tidak ada faktor stress dalam keluarga.
Tidak ada hubungan diagnosis dengan keadaan keluarga dan hubungan keluarga pada
pasien ini.
Pasien biasanya makan 3 kali sehari, sering mengkonsumsi sayur dan buah.
Pasien tidak merokok dan jarang berolahraga. Tidak terdapat hubungan diagnosis
dengan perilaku kesehatan dalam keluarga dan lingkungan sekitar.
Pada pasien ini keluhan pertama kali dirasakan saat sedang berubah
posisi dari duduk ke berdiri dan semakin berat ketika merubah posisi kepala.
Kemungkinan faktor resiko pada pasien ini adalah perubahan posisi kepala
yang terjadi secara mendadak.
23
3.5 Analisis untuk mengurangi paparan atau memutus rantai penularan
dengan faktor resiko dan etiologi pada pasien ini :
24