Вы находитесь на странице: 1из 10

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 SUBJEK PAJAK


2.1.1 Pengertian Subyek Pajak
Subjek pajak adalah orang, badan atau kesatuan lainnya yang telah memenuhi syarat-
syarat subjektif, yaitu bertempat tinggal atau berkedudukan di Indonesia. Subjek pajak baru
menjadi wajib pajak bila telah memenuhi syarat-syarat obyektif.
Subjek pajak tidak identik dengan subjek hukum, oleh karena itu untuk menjadi subjek
pajak tidak perlu menjadi subjek hukum. Sehingga firma, perkumpulan, warisan yang belum
terbagi sebagai satu kesatuan dapat menjadi subjek pajak. Demikian juga orang gila, anak
yang masih di bawah umur dapat menjadi subjek atau wajib pajak, tetapi untuk mereka perlu
ditunjuk orang atau wali yang dapat dipertanggungjawabkan untuk memenuhi kewajiban-
kewajibannya.

2.1.2 Yang Menjadi Subjek Pajak


Adapun yang menjadi subjek pajak sesuai undang-undang PPh No. 36 Tahun 2008
adalah :
a. Orang Pribadi
b. Badan
c. Bentuk Usaha Tetap
Subjek pajak dibedakan menjadi subjek pajak dalam negeri dan subjek pajak luar negeri,
1. Subjek Pajak Dalam Negeri
 Orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi yang bertempat tinggal di
Indonesia lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan, atau orang pribadi yang dalam
suatu tahun pajak berada di Indonesia dan mempunyai niat untuk bertempat tinggal di
Indonesia
 Badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia, kecuali unit tetentu Subjek dari
badan pemerintah yang memenuhi kriteria :
 Pembentukannya berdasarkan peraturan perundang-undangan
 Pembiayaannya bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara atau Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah
 Penerimaannya dimasukkan dalam anggaran Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah
 Pembukuaanya diperiksa oleh aparat pengawasan fungsional Negara

2. Pajak Luar Negeri


a. Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi yang berada di
Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan, dan badan yang tidak
didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia, yang menjalankan usaha atau
melakukan kegiatan melalui bentuk usaha tetap di Indonesia,
b. Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi yang berada di
Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan, dan badan yang tidak
didirikan dan tidak berkedudukan di Indonesia, yang dapat menerima atau memperoleh
penghasilan dari Indonesia tidak dari menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui
bentuk usaha tetap di Indonesia.

Perbedaan yang penting antara Wajib Pajak Dalam Negeri dan Wajib Pajak Luar Negeri
terletak dalam pemenuhan kewajiban pajaknya, antara lain :
 Wajib Pajak dalam negeri dikenai pajak atas penghasilan baik yang diterima atau diperoleh
dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, sedangkan Wajib Pajak luar negeri dikenai pajak
hanya atas penghasilan yang berasal dari sumber penghasilan di Indonesia
 Wajib Pajak dalam negeri dikenai pajak berdasarkan penghasilan neto dengan tarif umum,
sedangkan Wajib Pajak luar negeri dikenai pajak berdasarkan penghasilan bruto dengan tarif
pajak sepadan
 Wajib Pajak dalam negeri wajib menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak
Penghasilan sebagai sarana untuk menetapkan pajak yang terutang dalam suatu tahun pajak,
sedangkan Wajib Pajak luar negeri tidak wajib memberitahukan Pemberitahuan Tahunan
Pajak Penghasilan karena kewajiban pajaknya dipenuhi melalui pemotongan pajak yang
bersifat final.

2.1.2 Yang Tidak Termasuk Subjek Pajak


Sedangkan yang tidak termasuk subjek pajak adalah :
a. Kantor perwakilan Negara asing
b. Pejabat-pejabat perwakilan diplomatik dan konsulat atau pejabat-pejabat lain dari Negara
asing dan orang-orang yang diperbantukan kepada mereka yang bekerja pada dan bertempat
tinggal bersama-sama mereka denga syarat bukan warga Negara Indonesia dan di Indonesia
tidak menerima atau memperoleh penghasilan di luar jabatan atau pekerjaannya tersebut serta
Negara bersangkutan memberikan perlakuan timbal balik
c. Organisasi-organisasi internasional dengan syarat :
 Indonesia menjasi anggota organisasi tersebut
 Tidak menjalankan usaha atau kegiatan lain untuk memperoleh penghasilan dari Indonesia
selain memberikan pinjaman kepada pemerintah yang dananya berasal dari iuran para
anggota

2.1.4 Saat Mulai dan Berakhirnya Kewajiban Pajak Subjektif


 Dimulainya Pajak Subjektif
1. Subjek pajak orang pribadi
a. Bagi Subjek pajak orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia, maka kewajiban pajak
subjektifnya akan dimulai pada saat lahir di Indonesia
b. Bagi subjek pajak orang pribadi yang berada di Indonesia lebih dari 183 hari dalam jangka
waktu 12 bulan, atau orang pribadi yang dalam suatu tahun pajak berada di Indonesia dan
mempunyai niat untuk bertempat tinggal di Indonesia, maka kewajiban pajak subjektifnya
akan dimulai sejak saat orang tersebut berada di Indonesia
c. Bagi subjek pajak orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau berada di
Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan, maka kewajiban pajak
subjektifnya akan dimulai pada saat orang pribadi tersebut menjalankan usahanya di
Indonesia
d. Bagi subjek pajak orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau berada di
Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan, maka kewajiban pajak
subjektifnya akan dimulai pada saat orang pribadi tersebut menerima atau memperoleh
penghasilan dari Indonesia.
2. Subjek pajak badan
a. Bagi subjek pajak badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia, maka
kewajiban pajak subjektifnya akan dimulai pada saat badan tersebut didirikan atau bertempat
kedudukan di Indonesia,
b. Bagi subjek pajak badan yang tidak didirikan atau tidak bertempat kedudukan di Indonesia
yang dapat menerima atau memperoleh penghasilan dari Indonesia bukan dari menjalankan
usaha atau melakukan kegiatan di Indonesia, maka kewajiban pajak subjektifnya mulai pada
saat badan tersebut menerima atau memperoleh penghasilan di Indonesia.
3. Subjek pajak warisan yang belum terbagi
Untuk warisan yang belum terbagi, maka kewajiban pajak subjektifnya dimulai pada saat
timbulnya warisan, yaitu pada saat pewaris meninggal dunia. Warisan yang belum terbagi
baru menjadi wajib pajak apabila warisan tersebut mengeluarkan penghasilan. Mengenai
siapa yang bertanggungjawab atas pajak penghasilan warisan yang belum terbagi tersebut,
undang-undang tidak menentukan.
Menurut Rachmat Soemitro, yang bertanggung jawab adalah :
 Pelaksana warisan (executor testamenter)
 Salah seorang ahli waris (yang tidak menolak warisan)
 Semua ahli waris dari orang-orang lain yang mendapat bagian dari warisan itu, bertanggung
jawab secara renteng atas pajak penghasilan.

 Berakhirnya kewajiban pajak subjektif


1. Subjek pajak orang pribadi
a. Bagi subjek pajak orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia, maka kewajiban pajak
subjektifnya berakhir pada saat ia meninggal dunia atau meninggalkan Indonesia untuk
selama-lamanya
b. Bagi subjek pajak orang pribadi yang berada di Indonesia lebih dari 183 hari dalam jangka
waktu 12 bulan atau orang pribadi yang dalam suatu tahun pajak berada di Indonesia dan
mempunyai niat untuk bertempat tinggal di Indonesia, maka kewajiban pajak subjektifnya
berakhir pada saat orang tersebut tidak lagi menjalankan usaha atau tidak melakukan kegiatan
di Indonesia
c. Bagi subjek pajak orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau berada di
Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan, maka kewajiban pajak
subjektifnya berakhir pada saat orang tersebut tidak lagi menjalankan usahanya di Indonesia
d. Bagi subjek pajak orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau berada di
Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan, maka kewajiban pajak
subjektifnya berakhir pada saat orang tersebut tidal ;agi menerima atau memperoleh
penghasilan di Indonesia.
2. Subjek pajak badan
a. Bagi subjek pajak danan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia, maka
kewajiban pajak subjektifnya berakhir pada saat badan tersebut dibubarkan atau tidak lagi
bertempat kedudukan di Indonesia,
b. Bagi subjek badan yang tidak didirikan atau tidak bertempat kedudukan di Indonesia yang
dapat menerima atau memperoleh penghasilan dari Indonesia bukan dari menjalankan usaha
atau melakukan kegiatan di Indonesia, maka kewajiban pajak subjektifnya berakhir pada
saaat badan tersebut tidak lagi menerima atau memperoleh penghasilan di Indonesia.
3. Subjek pajak warisan yang belum terbagi
Untuk warisan yang belum terbagi kewajiban pajak subjektifnya berakhir pada saat
warisan tersebut selesai dibagikan kepada para ahli warisnya masing-masing, dan sejak saat
itu pula beralih pemenuhan kewajiban pajaknya kepada para ahli warisnya.
Subjek Pajak PPh pasal 21
Subyek PPh 21 adalah penerima penghasilan yang dipotong oleh:
a. Pemberi kerja yang membayar gaji, upah, honorarium tunjangan dan pembayaran lain
sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan yang dilakukan oeh pegawai atau bukan
pegawai
b. Bendahara pemerintah yang membayar gaji, upah, honorarium tunjangan dan pembayara lain
sehubungan dengan pekerjaan, jasa atau kegiatan
c. Dana pensiun atau badan lain yang membayarkan uang pension dan pembayaran lain dengan
nama apapun dalam rangka pensiun.
d. Badan yang membayar honorarium atau pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan
dengan jasa termasuk jasa tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas
e. Penyelenggara kegiatan yang melakukan pembayaran sehubungan dengan pelaksanan suatu
kegiatan

Subyek Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak atas Penjualan Barang Mewah (PPN-
PPnBM)
1. Subyek Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
Subyek PPN adalah Pengusaha Kena Pajak (PKP). Pengusaha Kena Pajak adalah
pengusaha yang melakukan melakukan penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) dan/atau Jasa
Kena Pajak (JKP).
2. Subyek Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM)
Subyek Pajak Penjualan atas Barang Mewah adalah PKP yang menghasilkan BKP yang
tergolong mewah dalam lingkungan perusahaan atau pekerjaannya dan pengusaha yang
mengimpor barang yang tergolong mewah.

Subyek Pajak Bumi dan Bangunan


Subyek PBB adalah orang atau badan yang secara nyata mempunyai hak atas bumi
dan/atau, memperoleh manfaat atas bumi dan /atau, memiliki atau menguasai bangunan;
dan/atau memperoleh manfaat atas bangunan.

Subyek Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan


Subyek pajak BPHTB adalah orang pribadi atau badan yang memperoleh hak atas
Tanah dan/atau Bangunan.

2.2 OBJEK PAJAK


2.2.1 Pengertian Objek Pajak
Mengenai apa yang dapat dijadikan objek pajak banyak sekali macamnya. Pada
prinsipnya segala sesuatu yang ada dalam masyarakat dapat dijadikan sasaran atau objek
pajak, baik keadaan, perbuatan, maupun peristiwa. Misalnya :
a. Keadaan : kekayaan seseorang pada saat tertentu; memiliki kendaraan bermotor, radio,
televisi ;
b. Perbuatan : melakukan penyerahan barang karena perjanjian, mendirikan rumah atau gedung ;
c. Peristiwa : kematian, keuntungan yang diperoleh secara mendadak,

2.2.2 Macam – Macam Objek Pajak


1. Objek Pajak Penghasilan (PPh)
Objek PPh adalah penghasilan itu sendiri,. Penghasilan sebagai objek pajak PPh
diartikan secara luas yaitu “ setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau
diperoleh wajib pajak baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia yang
dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan wajib pajak dengan nama dan
dalam bentuk apapun.
Menurut ketentuan UU No.7 Tahun 1983 yang telah diperbaharui oleh UU No.36 Tahun
2008 pasal 4 ayat 1 yang termasuk dalam penghasilan adalah :
a. Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau
diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium, komisi, bonus, gratifikasi, uang
pensiun, atau imbalan dalam bentuk lainnya kecuali ditentukan lain dalam undang-undang ini,
b. Hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan, dan penghargaan,
c. Laba usaha,
d. Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta,
e. Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai biaya dan
pembayaran tambahan pengembalian pajak,
f. Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan pengembalian utang,
g. Dividen, dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk dividen daari asuransi kepada
pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usaha koperasi,
h. Royalty atau imbalan atas penggunaan hak,
i. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta,
j. Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala,
k. Keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan jumlah tertentu yang
ditetapkan dengan peraturan pemerintah,
l. Keuntungan selisih kurs mata uang asing,
m. Karena penilaian kembali aktiva,
n. Premi asuransi,
o. Iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang terdiri dari wajib
pajak yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas,
p. Tambahan kekayaan netto yang berasal dari penghasilan yang belum dikenakan pajak,
q. Penghasilan dari usaha berbasis syariah,
r. Imbalan bunga sebagaimana dimaksud dalam undang-undang yang mengtur mengenai
ketentuan umum dan tata cara perpajakan,
s. Surplus Bank Indonesia.

2. Objek pajak PPN


Objek pajak PPN sesuai dengan pasal 4 UU No. 8 tahun 1984 sebagaimana telah diubah
terakhir dengan UU No. 18 tahun 2000 adalah :
a. Penyerahan barang kena pajak di dalam daerah pabean yang dilakukan oleh pengusaha
dengan syarat :
 Barang berwujud atau tidak berwujud yang diserahkan merupakan barang kena pajak
 Penyerahan dilakukan di dalam daerah pabean
 Penyerahan dilakukan dalam rangka kegiatan usaha atau pekerjaannya.
b. Impor barang kena pajak
c. Penyeraan barang kena pajak yang dilakuka di dalam daerah pabean oleh pengusaha dalam
syarat :
1. Jasa yang diserahkan merupakan jasa kena pajak
2. Penyerahan yang dilakukan harus di dalam daerah pabean
3. Penyerahan yang dilakukan harus dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya.
d. Pemanfaatan barang kena pajak tidak brwujud dari luar daerah pabean di dalam daerah
pabean
e. Pemanfaatan jasa kena pajak dari luar daerah pabean di dalam daerah pabean.
f. Ekspor barang kena pajak oleh pengusaha kena pajak.
g. Objek PPN sesuai dengan pasal 16 c UU No. 8 tahun 1984 sebagaimana telaha diuah terakhir
dengan UU No. 18 tahun 2000 yaitu, kegiatan membangun sendiri yang dilakukan tidak di
dalam lingkungan perusahaan atau pekerjaannya, oleh orang pribadi atau badan, baik yang
hasilnya akan digunakan sendiri atau pihak lain.
h. Objek PPN berdasar pasal 16 D UU No. 8 tahun 1984 yang sebagaimana telah diubah
terakhir degan UU No. 18 tahun 2000 yaitu, penyerahan aktiva oleh pengusaha kena pajak
yang menurut tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan sepanjang PPN yang dibayar pada
saat perolehannya dapat dikreditkan

3. Objek pajak PPn-BM


Menurut pasal 5 UU No. 8 tahun 1984 sebagaimana telah diubah terakhirdengan UU No.
18 tahun 2000 yang termasuk objek PPn BM adalah :
a. Penyerahan barang kena pajak yang tergolong mewah yang dilakukan oleh penguasaha yang
mengasilkan barang kena pajak yang tergolong mewah tersebut di dalam daerah pabean
dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya.
b. Impor barang yang kena pajak yang tergolong mewah.

4. Objek Pajak Bumi dan Bangunan


Dalam Pajak Bumi dan Bangunan yang menjadi objek pajak adalah bumi dan/atau
bangunan. Pengertian bumi disini adalah permukaan bumi yang meliputi tanah dan perairan
pedalaman, serta laut wilayah Indonesia, dan tubuh bumi yang ada di bawahnya. Sementara
itu, bangunan adalah konstruksi teknik yang ditananm atau dilekatkan secara tetap pada tansh
atau perairan. Termasuk dalam bangunan yang dapat dikenakan pajak adalah :
1. Bangunan tempat tinggal (rumah)
2. Gedung kantor
3. Hotel
4. Pabrik
5. Jalan lingkungan pabrik dan emplasemennya
6. Kolam Renang
7. Tempat penampungan/kilang minyak, air, dan gas, juga pipa minyak, fasilitas lain yang
memberikan manfaat.

Sedangkan objek pajak yang tidak dikenakan Pajak Bumi dan Bangunan adalah objek pajak
yang :
a. Digunakan semata-mata untuk melayani kepentingan umum di bidang ibadah, social,
kesehatan, pendidikan dan kebudayaan nasional, yang tidak dimaksudkan untuk memperoleh
keuntungan
b. Digunakan untuk kuburan, peninggalan purbakala, atau yang sejenis dengan itu
c. Merupakan hutan lindung, hutan suaka alam, hutan wisata, taman nasional, tanah
penggembalaan yang dikuasai oleh desa, dan tanah Negara yang belum dibebani suatu hak
d. Digunakan oleh perwakilan diplomatik, konsulat berdasarkan asas perlakuan timbal balik
e. Digunakan oleh badan atau perwakilan organisasi internasional yang ditentukan oleh Menteri
Keuangan

5. Objek pajak Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB)
Yang menjadi objek pajak adalah perolehan hak atas tanah dan atau bangunan, yang meliputi :
a. Pemindahan hak karena :
1. Jual beli
2. Tukar menukar
3. Hibah
4. Hibah wasiat
5. Waris
6. Pemasukan dalam perseroan atau badan hukum lainnya
7. Pemisahan hak yang mengakibatkan peralihan,
8. Penunjukan pembeli dalam lelang,
9. Pelaksanaan putusan hakim yang mempunyai kekuatan hukum tetap,
10. Penggabungan usaha,
11. Peleburan usaha,
12. Pemekaran usaha,
13. Hadiah.
b. Pemberian hak baru karena :
1. kelanjutan pelepasan hak,
2. di luar pelepasan hak

Adapun yang dimaksud hak atas tanah diantaranya adalah :


a. hak milik,
b. hak guna usaha,
c. hak guna bangunan,
d. hak pakai,
e. hak milik atas satuan rumah susun,
f. hak pengelolaan.

6. Objek pajak Bea Materai


Dokumen yang dikenakan bea materai adalah :
1. Surat perjanjian dan surat-surat lainnya yang dibuat dengan tujuan untuk digunakan sebagai
alat pembuktian mengenai perbuatan,kenyataan, atau keadaan yang bersifat perdata
2. Akta-akta notaris termasuk salinannya
3. Akta-akta yang dibuat oleh pejabat pembuat akta tanah termasuk rangkap-rangkapnya
4. Surat yang memuat jumlah uang, yaitu :
a. Yang menyebutkan penerimaan uang
b. Yang menyarankan pembukuan uang atau penyimpanan uang dalam rekening bank
c. Yang berisi pemberitahuan saldo rekening di bank
d. Yang berisi pengakuan bahwa utang uang seluruhnya atau sebagian telah dilunasi atau
diperhitungkan,
5. Surat berharga seperti wesel, promes, aksep, dan cek,
6. Dokumen yang akan digunakan sebagai alat pembuktian di muka pengadilan, yaitu surat-
surat biasa dan surat-surat kerumahtanggaan, dan surat-surat yang semula tidak dikenakan
bea materai berdasarkan tujuannnya jika digunakan untuk tujuan lain atau digunakan oleh
orang lain, lain dari maksud semula.
Objek Bea Materai menurut Undang-Undang No.13 tahun 1985 adalah DOKUMEN (kertas yang berisikan
tulisan yang mengandung arti dan maksud tentang perbuatan, keadaan atau kenyataan bagi seseorang
dan/atau pihak-pihak yang berkepentingan). Sedangkan subjek Bea Materai adalah orang pribadi yang
membuat atau badan yang memerlukansurat atau dokumen.

A. OBJEK YANG DIKENAKAN TARIF BEA MATERAI Rp 6.000,00


1. Surat perjanjian dan surat-surat lainnya yang dibuat dengan tujuan untuk digunakan sebagai alat
pembuktian mengenai perbuatan, kenyataan atau keadaan yang bersifat perdata
2. Akta-akta notaries termasuk salinannya
3. Akta-akta yang dibuat oleh Pejabat Pembuat Akta Tanah termasuk rangkap-rangkapnya
4. Surat yang memuat jumlah uang lebih dari Rp 1.000.000,- :
a. yang menyebutkan penerimaan uang
b. yang menyatakan pembukuan uang atau penyimpanan ung dalam rekening di bank
c. yang berisi pemberitahuan saldo rekening di bank
d. yang berisi pengakuan bahwa hutang uang seluruhnya atau sebagiannya telah dilunasi atau
diperhitungkan
5. Surat berharga seperti wesel, promes, aksep, dan cek yang harga nominalnya lebih dari Rp 1.000.000,-
6. Efek dengan nama dan dalam bentuk apapun, sepanjang harga nominalnya lebih dari Rp 1.000.000,-
7. Dokumen lain yang akan digunakan sebagai alat pembuktian di muka pengadilan :
a. Surat-surat biasa dan surat-surat kerumahtanggaan
b. Surat-surat yang semula tidak dikenakan Bea Materai berdasarkan tujuannya, jika digunakan untuk
tujuan lain atau digunakan untuk orang lain, lain dari maksud semula untuk orang lain, lain dari maksud
semula.

B. OBJEK YANG DIKENAKAN TARIF BEA MATERAI Rp 3.000,00


1. Surat yang memuat jumlah uang lebih dari Rp 250.000,- tetapi tidak lebih dari Rp 1.000.000,-
a. yang menyebutkan penerimaan uang
b. yang menyatakan pembukuan uang atau penyimpanan ung dalam rekening
di bank
c. yang berisi pemberitahuan saldo rekening di bank
d. yang berisi pengakuan bahwa hutang uang seluruhnya atau sebagiannya
telah dilunasi atau diperhitungkan
2. Surat berharga seperti wesel, promes, aksep, dan cek yang harga nominalnya lebih dari Rp 250.000,-
tetapi tidak lebih dari Rp 1.000.000,-
3. Efek dengan nama dan dalam bentuk apapun, sepanjang harga nominalnya lebih dari dari Rp 250.000,-
tetapi tidak lebih dari Rp 1.000.000,-
4. Cek dan bilyet giro dengan harga nominal berapapun.

Sedangkan yang tidak dikenakan Bea Materai adalah:


a. Dokumen yang berupa :
1. Surat penyimpanan barang
2. Konosemen
3. Surat angkutan penumpang dan barang
4. Keterangan pemindahan
5. Bukti untuk pengiriman dan penerimaan barang
6. Surat pengiriman barang untuk dijual atas tanggungan pengiriman
7. Segala bentuk ijazah
8. Tanda terima gaji, uang tunggu, pension, uang tunjangan, dan pembayaran lainnya yang
ada kaitannya dengan hubungan kerja serta surat-surat yang diserahkan untuk
mendapatkan pembayaran tersebut.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pajak adalah kewajiban penduduk negara untuk dapat menetap serta berusaha dalam
negara itu dan memperoleh perlindungan. Jadi penduduk negara berhak untuk memperoleh
perlindungan (hukum dan sosial ekonomi). Untuk itu penduduk negara berkewajiban
membayar pajak kepada negara.
Subjek pajak adalah pihak-pihak (orang maupun badan) yang akan dikenakan pajak,
sedangkan objek pajak adalah segala sesuatu yang yang akan dikenakan pajak. Wajib pajak
adalah subjek pajak yang telah memenuhi syarat-syarat objektif sehingga kepadanya
diwajibkan pajak.

3.2 Saran
Penghasilan negara terbesar adalah dari pajak. Pajak memiliki perana penting dalam
pembangunan suatu negara khususnya Indonesia. Oleh karena itu, pengelolaan pajak harus
dikelola dengan baik dan benar agar manfaatnya dapat dirasakan oleh rakyat. Selain itu juga
para wajib pajak harus rutin dalam membayar pajak demi tercapainya pembangunan dan
pertumbuhan ekonomi bangsa Indonesia.

http://kelompok6hukumpajak.blogspot.co.id/2013/07/makalah-subjek-dan-objek-pajak.html

Вам также может понравиться

  • Orak Orek
    Orak Orek
    Документ10 страниц
    Orak Orek
    Wiitrii AStiitii
    Оценок пока нет
  • Resume Earning Management Financial Acco
    Resume Earning Management Financial Acco
    Документ17 страниц
    Resume Earning Management Financial Acco
    Anonymous Bf6GUCZzx
    Оценок пока нет
  • RMK Ak Hotel Sap 14
    RMK Ak Hotel Sap 14
    Документ8 страниц
    RMK Ak Hotel Sap 14
    Utami Kartika
    Оценок пока нет
  • Tinjauan Atas Tingkat Keyakinan Dan Jasa
    Tinjauan Atas Tingkat Keyakinan Dan Jasa
    Документ6 страниц
    Tinjauan Atas Tingkat Keyakinan Dan Jasa
    coknanaa2
    Оценок пока нет
  • Corporate Governance
    Corporate Governance
    Документ26 страниц
    Corporate Governance
    Wiitrii AStiitii
    Оценок пока нет
  • CG Bagian Witri
    CG Bagian Witri
    Документ3 страницы
    CG Bagian Witri
    Wiitrii AStiitii
    Оценок пока нет
  • 100 Transaksi
    100 Transaksi
    Документ4 страницы
    100 Transaksi
    Wiitrii AStiitii
    Оценок пока нет
  • Penjelasan Asas UMKM
    Penjelasan Asas UMKM
    Документ2 страницы
    Penjelasan Asas UMKM
    Wiitrii AStiitii
    Оценок пока нет
  • Sfac No 2
    Sfac No 2
    Документ12 страниц
    Sfac No 2
    putuemmy
    100% (6)
  • Ak Bank LPD Sap 7
    Ak Bank LPD Sap 7
    Документ8 страниц
    Ak Bank LPD Sap 7
    Ayu Pramesti
    Оценок пока нет
  • Bagian B MJ Kop
    Bagian B MJ Kop
    Документ4 страницы
    Bagian B MJ Kop
    Wiitrii AStiitii
    Оценок пока нет
  • RMK Sap 2 Ak - Hotel Fixa
    RMK Sap 2 Ak - Hotel Fixa
    Документ18 страниц
    RMK Sap 2 Ak - Hotel Fixa
    ayuputritya
    Оценок пока нет
  • Ringkasan Jurnal Hal 8-10
    Ringkasan Jurnal Hal 8-10
    Документ2 страницы
    Ringkasan Jurnal Hal 8-10
    Wiitrii AStiitii
    Оценок пока нет
  • Kumbis, Jawaban Uts
    Kumbis, Jawaban Uts
    Документ4 страницы
    Kumbis, Jawaban Uts
    Wiitrii AStiitii
    Оценок пока нет
  • Sfac No 2
    Sfac No 2
    Документ12 страниц
    Sfac No 2
    putuemmy
    100% (6)
  • Kumbis, Jawaban Uts
    Kumbis, Jawaban Uts
    Документ4 страницы
    Kumbis, Jawaban Uts
    Wiitrii AStiitii
    Оценок пока нет
  • Uts CG
    Uts CG
    Документ9 страниц
    Uts CG
    Wiitrii AStiitii
    Оценок пока нет
  • Uts CG
    Uts CG
    Документ9 страниц
    Uts CG
    Wiitrii AStiitii
    Оценок пока нет
  • Ak Hotel Sap 1
    Ak Hotel Sap 1
    Документ16 страниц
    Ak Hotel Sap 1
    Ayu Pramesti
    Оценок пока нет
  • Materi Untuk Sap 3
    Materi Untuk Sap 3
    Документ14 страниц
    Materi Untuk Sap 3
    Wiitrii AStiitii
    Оценок пока нет
  • Penjelasan Asas UMKM
    Penjelasan Asas UMKM
    Документ2 страницы
    Penjelasan Asas UMKM
    Wiitrii AStiitii
    Оценок пока нет
  • CHAPTER 1, No. 3
    CHAPTER 1, No. 3
    Документ1 страница
    CHAPTER 1, No. 3
    Wiitrii AStiitii
    Оценок пока нет
  • Pengauditan 2
    Pengauditan 2
    Документ13 страниц
    Pengauditan 2
    Wiitrii AStiitii
    Оценок пока нет
  • Ak Hotel Sap 1
    Ak Hotel Sap 1
    Документ16 страниц
    Ak Hotel Sap 1
    Ayu Pramesti
    Оценок пока нет
  • Struktur Kepemilikan
    Struktur Kepemilikan
    Документ4 страницы
    Struktur Kepemilikan
    DianYunita
    Оценок пока нет
  • Pengauditan 2
    Pengauditan 2
    Документ13 страниц
    Pengauditan 2
    Wiitrii AStiitii
    Оценок пока нет
  • Pengantar Hukum Bisnis BUMD Dan BUMN
    Pengantar Hukum Bisnis BUMD Dan BUMN
    Документ15 страниц
    Pengantar Hukum Bisnis BUMD Dan BUMN
    Hendra Maulanasyah
    Оценок пока нет
  • Pedoman GCG Indonesia 2006 PDF
    Pedoman GCG Indonesia 2006 PDF
    Документ39 страниц
    Pedoman GCG Indonesia 2006 PDF
    Dwitya Aribawa
    100% (2)
  • 2012-2-00603-AK Bab2001
    2012-2-00603-AK Bab2001
    Документ20 страниц
    2012-2-00603-AK Bab2001
    Wiitrii AStiitii
    Оценок пока нет
  • RMK Sap 2 Ak - Hotel Fixa
    RMK Sap 2 Ak - Hotel Fixa
    Документ18 страниц
    RMK Sap 2 Ak - Hotel Fixa
    ayuputritya
    Оценок пока нет