Вы находитесь на странице: 1из 8

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Rokok merupakan salah satu hasil olahan tembakau dengan

menggunakan bahan ataupun tanpa bahan tambahan. Rokok dengan bahan

tambahan berupa cengkeh disebut rokok kretek. Rokok tanpa bahan

tambahan cengkeh disebut sebagai rokok putih. Rokok putih sering

dihubugkan dengan rokok ultramild, mild, dan light. Rokok semacam ini

terdapat kandungan nikotin dan tar yang rendah, biasanya di cantukan pada

label pembungkus rokok.

Merokok adalah mengisap dan mengeluarkan asap tembakau yang

terbakar. Merokok daun tembakau ada beberapa cara. Setelah dikeringkan dan

diproses “curing”, daun tembakau digulung menjadi cerutu atau diranjang

untuk dimasukkan ke dalam pipa rokok. Sigaret, bentuk rokok yang paling

popular terbuat dari ranjangan halus daun tembakau yang digulung di dalam

kertas rokok.

Rokok telah menjadi faktor risiko utama pada 6 dari 8 penyebab

kematian di dunia yang mengancam miliyaran pria, wanita dan anak-anak

dalam abad ini. Sekitar 80% kematian terkait rokok terjadi di Negara-negara

sedang berkembang. Di Indonesia, merokok meningkatkan resiko kematian

1,3 - 8,2 kali diantara penderita penyakit kronik. Merokok juga dapat

menimbulkan dampak negatif bagi orang yang berbeda di sekeliling perokok.

Resiko yang akan ditanggung perokok pasif lebih berbahaya dari pada perokok
2

aktif karena daya tahan terhadap zat-zat yang berbahaya sangat rendah (WHO,

2008).

Konsumsi rokok dan tembakau merupakan salah satu faktor risiko

utama terjadinya berbagai penyakit tidak menular seperti kardiovaskuler,

stroke, penyakit paru obstruktif kronik (PPOK), kanker paru, kanker mulut,

dan kelainan kehamilan. Penyakit-penyakit tidak menular tersebut saat ini

merupakan penyebab kematian utama di dunia, termasuk di negara kita

Indonesia. Konsumsi tembakau/rokok membunuh satu orang setiap detik.

Global Youth Survey (GYTS) Indonesia tahun 2006 melaporkan lebih dari

1/3 (37,3%) pelajar biasa merokok, anak laki-laki lebih tinggi dari perempuan,

yaitu pada anak laki-laki sebesar 61,3% responden sedangkan pada anak

perempuan sebesar 15,5% responden. (Kemenkes, 2010).

Meurut WHO (2003) mengemukakan bahwa rokok adalah penyebab

kematian tiga juta penduduk dunia setiap tahunnya. Perkiraan jumlah korban

meninggal bisa mencapai lebih dari delapan juta pada tahun 2030 (WHO,

2012). Indonesia menduduki posisi ke tiga dengan jumlah perokok terbesar di

dunia setelah Cina dan India (WHO, 2008).

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan peneliti di SMP Nurul

Jadid Paiton pada maret 2016 didapatkan bahwa jumlah siswa laki-laki kelas

VIII A, VIII B, VIII C sebanyak 115 siswa, Pada saat dilakukan wawancara

didapatkan 72 siswa pernah merokok, diantaranya 41 siswa perokok berat, 22

siswa perokok ringan, 9 siswa pernah mencoba merokok, sedangkan 43 siswa

tidak pernah mencoba merokok. Menurut keterangan dari guru BK

(bimbingan konseling) siswa sering merokok di kamar mandi dan di belakang


3

kelas saat jam istirahat sekolah. Pengetahuan para siswa tentang bahaya rokok

masih minim. Karena mereka tidak terpapar dengan sumber informasi dan

belum mendapat informasi yang jelas tentang bahaya merokok.

Pembelajaran adalah sesuatu yang dilakukan oleh siswa, bukan dibuat

untuk siswa. Pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya pendidik untuk

membatu peserta didik melalukan kegiatan belajar. Tujuan pembelajaran

adalah terwujudnya efisiensi dan evektivitas kegiatan belajar yang dilakukan

peserta didik.

Pihak-pihak yang terlibat dalam pembelajara adalah pendidik

(peroragangan atau kelompok) serta peserta didik (perorangan, kelompok,

atau komunitas) yang berinteraksi edukatif antara satu dengan lainnya. Isi

kegiatan adalah bahan (materi) belajar yang bersumber dan kurikulum suatu

program pendidikan. Proses kegiatan adalah langkah-langkah atau tahapan

yang dilalui pendidik dan peserta didik dalam pembelajaran. (Isjoni, 2014 : 11)

Kata cooperative berarti megerjakan sesuatu secara bersama-sama,

yaitu dengan saling membantu antara satu sama lain sebagai sebuah tim. Jadi,

pembelajaran cooperative dapat diartikan sebagai belajar bersama-sama, saling

membantu antara satu dengan yang lain, dan memastikan bahwa setiap orang

dalam kelompok mampu mencapai tujuan atau menyelesaikan tugas yang

telah ditentukan.. Dalam cooperative learning (pembelajara cooperative),

siswa dilatih untuk bekerja sama dengan temanya secara sinergis, integral, dan

kombiatif. Sealain itu, para siswa juga diajak menghindari sifat egois,

individualis, serta kompetisi tidak sehat sedini mungkin agar masing-masing


4

tidak mementingkan kepentingan pribadi dan kelompoknya. (Jamal, 2016 :

37)

Model pembelajaran talking stick merupakan satu dari sekian banyak

satu model pembelajaran cooperative. Model pembelajaran ini dilakukan

dengan bentuk tongkat. Togkat dijadikan sebagai jatah atau giliran untuk

berpendapat atau menjawab pertanyaan dari guru setelah siswa mempelajari

materi pembelajaran. Model ini sangat sederhana dan cukup mudah untuk

dipraktekkan, khususnya pada siswa SD, SMP, dan SMA/SMK. Selain

sebagai metode agar siswa mau berpendapat, tapi juga untuk melatih siswa

berani berbicara. Dengan model pembelajaran ini suasana kelas bisa terlihat

lebih hidup dan tidak monoton. (Imas, 2015)

Dari hasil pemaparan di atas, maka penelitian dalam skripsi

memberikan solusi yang di kembangkan dalam judul “Pengaruh

Pembelajaraan Cooperative Learning Tipe Talking Stick Terhadap

Peningkatan Pengetahuan Bahaya Rokok Pada Siswa SMP Nurul Jadid

Paiton”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti merumuskan masalah sebagai

berikut “Apakah ada pengaruh pembelajaran cooperative learning tipe talking stick

terhadap penigkatan pegetahuan bahaya rokok pada siswa SMP Nurul Jaidid Paiton

Probolinggo”.

1.3 Tujuan Penelitia


5

1.3.1 Tujua Umum

Tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui “Pengaruh

pembelajaran cooperative learning tipe talking stick terhadap penigkatan pegetahuan

bahaya rokok pada siswa SMP Nurul Jaidid Paiton Probolinggo”.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi penigkatan pegetahuan bahaya rokok sebelum di berikan

pembelajaran cooperative learning tipe talking stick.

2. Mengidentifikasi penigkatan pegetahuan bahaya rokok sesudah di berikan

pembelajaran cooperative learning tipe talking stick.

3. Mengetahui pengaruh pembelajaran cooperative learning tipe talking stick

terhadap peningkatan pengetahuan bahaya rokok pada siswa SMP Nurul

Jadid Paiton Probolinggo.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Peneliti

Sebagai pegalaman dalam proses belajar dalam melakukan penelitian, serta

untuk mengaplikasikan ilmu keperawatan dalam bidang keperawatan komunitas.

Penelitian ini sangat berguna dalam penyusunan tugas akhir dan menambah

pengetahuan tentang pengaruh pembelajaran cooperative learning tipe talking stick

terhadap peningkatan pengetahuan bahaya rokok.


6

1.4.2 Bagi Institusi Pendidikan Kesehatan

Sebagai masukan bagi pengembagan pengetahuan institusi dan mahasiswa

keperawatan, menigkatkan keilmuan tentang pengaruh pembelajaran cooperative

learning tipe talking stick terhadap peningkatan pengetahuan bahaya rokok dan

sebagai bagian dari pembelajaran keprawatan komunitas. Selain itu, juga sebagai ilmu

baru dalam memberikan pendidika kesehatan dengan menggunakan metode

pembelajara cooperative learnig tipe talking stick.

1.4.3 Bagi Masyarakat

Hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan masyarakat terutama guru

tentang pengaruh pembelajaran cooperative learning tipe talking stick terhadap

peningkatan pengetahuan bahaya rokok pada siswa.

1.4.4 Bagi Profesi Keperawata

Hasil penelitian dapat digunakan sebagai bahan masukan dalam kegiatan

keperawatan komunitas khususnya peningkatan pengetahuan bahaya rokok melalui

pembelajaran cooperative learing tipe talking stick, serta dapat digunakan sebagai

dasar atau bahan untuk penelitian keperawatan komunitas lebih lanjut pada siswa.

1.4 Keaslian Penelitian


7

1. Menurut penelitian yang dilakukan Luqman Kharis (2014), yang berjudul

Pengaruh model pembelajaran kooperative tipe talking stick untuk

meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran teknik elektronika di

SMK Negri 7 Surabaya. Dalam penelitian ini menggunakan one group pretest-

postest design dimana akan diberikan tes awal sebelum diberikan treatment dan

akan diberikan tes akhir setelah diberikan treatment. Berdasarkan perhitungan

menggunakan SPSS analisis uji-t dengan taraf signifikasi α=0,05 diperoleh

nilai thitung sebesar 19,569 sedangkan nilai ttabel sebesar 1,70 dan dilihat dari nilai

pretest diperoleh rata-rata sebesar 51,33 dan nilai posttest diperoleh rata-rata

sebesar 78,01 Sehingga hasil belajar siswa menunjukkan hasil peningkatan.

Dan dapat ditarik kesimpulan karena thitung > ttabel maka hipotesis H0 ditolak

dan H1 diterima yang artinya hasil belajar siswa setelah menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe talking stick lebih baik dari hasil belajar siswa

sebelum diberi model pembelajaran kooperatif tipe talking stick pada mata

pelajaran teknik elektronika di SMK Negeri 7 Surabaya.

2. Menurut penelitian yang dilakukan Erna Susilawati (2015), yang berjudul

Pengaruh model pembelajaran kooperative tipe talking stick terhadap hasil

belajar siswa dengan bantuan flip chart pada materi system ekskreasi manusia.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode true experimental design,

populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negri 3

Surakarta Kabupaten Tasikmalaya sebanyak 6 kelas dengan jumlah siswa 186

orang dan teknik pengambilan cluser random sampling. Berdasarkan hasil

pengujian hipotesis dengan menggunakan uji t diperoleh harga thitung = 12,5

sedangkan harga ttabel = -2,00 atau 2,00. Karena harga thitung berada di daerah

penolakan Ho maka kesimpulan analisis dari penelitian ini adalah tolah Ho,
8

artinya ada pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe talking stick

terhadap hasil belajar siswa dengan bantuan media flip chart pada materi

Sistem Ekskresi Manusia di kelas VIII IPA SMP Negeri 3 Sukaraja

Kabupaten Tasikmalaya.

3. Menurut penelitian yang dilakukan Haji Wirahana (2013), yang berjudul

Peningkatan aktivitas dan hasil belajar melalui model cooperative learning tipe

talking stick pada pembelajaran PKn. Penelitian ini menggunakan metode

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang difokuskan pada situasi kelas, atau

dikenal dengan classroom action research. Secara garis besar penelitian

tindakan kelas diawali dengan perencanaan (planning), pelaksanaan (action),

observasi (observation) dan melakukan refleksi (reflection) dan seterusnya

sampai perbaikan atau peningkatan yang diharapkan tercapai. Pembelajaran

dengan menerapkan model cooperative learning tipe talking stick pada

pembelajaran PKn dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini sesuai

dengan nilai hasil yang telah diperoleh siswa, mulai dari siklus I hingga

mencapai indikator keberhasilan pada siklus II. Terbukti dengan adanya

peningkatan pada siklus I nilai rata-rata ketuntasan belajar siswa mencapai

53,06, kemudian pada siklus II meningkat menjadi 85,28 dengan peningkatan

sebesar 55,55.

Вам также может понравиться