Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Oleh:
Dokter Pendamping:
Dokter Pembimbing:
KABUPATEN INDRAMAYU
2017
PORTOFOLIO KASUS
- Gambaran Klinis
Keluhan Utama : Nyeri seluruh perut
Pasien datang dengan keluhan nyeri seluruh perut sejak sekitar 10 jam sebelum masuk
1
rumah sakit (SMRS). Keluhan nyeri dirasakan seperti ditusuk-tusuk, menetap, dan
bertambah nyeri ketika pasien bergerak. Pasien juga merasakan perutnya menjadi kembung
dan tegang. Keluhan disertai mual dan muntah setiap masuk makanan sejak 2 hari SMRS.
Pasien merasakan sulit BAB dan kentut sejak 1 hari SMRS. Tidak ada keluhan BAK.
Keluhan panas badan, BAB kehitaman, muntah kehitaman tidak ada.
- Riwayat pengobatan:
Karena keluhannya pasien langsung dibawa ke IGD RSUD Indramayu
- Riwayat kesehatan/penyakit:
Pasien memiliki riwayat penyakit lambung sejak ± 4 tahun SMRS, dan biasanya keluhan
pasien reda setelah meminum obat maag di warung. Sehari-hari pasien juga sering membeli
obat anti nyeri di warung dan jamu untuk menghilangkan pegal-pegal badan. Pasien pernah
mengalami keluhan serupa sebelumnya, dinyatakan mengalami perdangan usus buntu dan
dilakukan operasi usus buntu pada tahun 2009.
- Riwayat pekerjaan:
Pasien bekerja sebagai pegadang.
- Kondisi lingkungan sosial dan ekonomi
Pasien tinggal di rumah bersama dengan istri dan anaknya. Pembiayaan kesehatan pasien
menggunakan jaminan kesehatan BPJS PBI.
- 7. Status Gizi
Pasien makan 2- 3 kali sehari, biasanya dengan sepiring nasi dengan lauk. Pasien
sebelumnya sering mengkonsumsi makanan pedas dan jarang mengkonsumsi sayur dan
buah.
- PEMERIKSAAN UMUM
a. Status Generalis
Keadaan Umum : Tampak sakit berat
Kesadaran : Komposmentis
Tekanan Darah : 110 / 80 mmHg
Nadi : 92x / menit
Respirasi : 22 x/menit
Suhu : 36.8° C
Kepala : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
Leher : KGB tidak teraba
JVP tidak meninggi
Thoraks : Bentuk dan gerak simetris
2
Pulmo : VBS normal kiri = kanan, Rhonki (-/-), Wheezing (-/-)
Cor : BJ murni regular, murmur (-), gallop (-)
Abdomen : lihat status lokalis
Ekstremitas : Tidak ada kelainan
PEMERIKSAAN PENUNJANG:
- Laboratorium
3
Fungsi Ginjal
Ureum 75 mg/dL 10-50
Cratinin 10.7 mg/dL 0,7-1.3
o Cor : dbn
o Pulmo : Corakan vaskuler tenang, infiltrat (-)
o Diafragma : dbn
o Sinus costofrenikus : dbn
o Tampak gambaran free air pada subdiafragma kanan-kiri
Kesan : Gambaran peritonitis e.c suspek perforasi gaster
4
- Foto BNO
5
DIAGNOSIS KERJA :
Peritonitis Difus e.c Perforasi Gaster
PENATALAKSANAAN :
Terapi non farmakologis
- Tirah baring
- Pasang Nasogastric Tube (NGT)
- Pasang Folley Catheter
- IVFD Ringer Lactat 20 tpm
- Tindakan Operatif : Laparotomy Explorasi + Suture Stomach + Omentopexy
Terapi farmakologis
- Ceftizoxime 2x1 gr iv
- Ketorolac 3 x1 amp
- Metronidazole 3 x 500 mg
- Ranitidine 2 x 50 mg
PROGNOSIS :
Quo ad vitam : Ad bonam
Quo ad functionam : Dubia ad bonam
Quo ad sanactionam : Dubia ad malam
LAPORAN OPERASI
6
FOLLOW UP
7
Daftar Pustaka:
Pieter, John, editor : Sjamsuhidajat,R. dan De Jong, Wim, Bab 31 : Gaster dan
Duodenum, Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi 2, EGC : Jakarta, 2004. Hal. 541-59.
Kapita Selekta Kedokteran, Edisi Keempat, Jilid 2, Fakultas Kedokteran UI, Media
Aesculapius, Jakarta : 2014
Leeman, M.F., Skouras, C. and Paterson-Brown, S., 2013. The management of
perforated gastric ulcers. International Journal of Surgery, 11(4), pp.322-324.
Søreide, K., Thorsen, K., Harrison, E.M., Bingener, J., Møller, M.H., Ohene-Yeboah,
M. and Søreide, J.A., 2015. Perforated peptic ulcer. The Lancet, 386(10000), pp.1288-
1298.
Chung, K.T. and Shelat, V.G., 2017. Perforated peptic ulcer-an update. World journal of
gastrointestinal surgery, 9(1), p.1.
Bali, R.S., Verma, S., Agarwal, P.N., Singh, R. and Talwar, N., 2014. Perforation
peritonitis and the developing world. ISRN surgery, 2014.
Søreide, K. and Thorsen, K., 2016. Management of Perforated Peptic Ulcer. In Acute
Care Surgery Handbook (pp. 107-115). Springer International Publishing.
Hasil Pembelajaran
8
RANGKUMAN HASIL PEMBELAJARAN PORTOFOLIO:
SUBJEKTIF:
Keluhan Utama : Nyeri seluruh perut
Pasien datang dengan keluhan nyeri seluruh perut sejak sekitar 10 jam sebelum masuk
rumah sakit (SMRS). Keluhan nyeri dirasakan seperti ditusuk-tusuk, menetap, dan
bertambah nyeri ketika pasien bergerak. Pasien juga merasakan perutnya menjadi kembung
dan tegang. Keluhan disertai mual dan muntah setiap masuk makanan sejak 2 hari SMRS.
Pasien merasakan sulit BAB dan kentut sejak 1 hari SMRS. Tidak ada keluhan BAK.
Keluhan panas badan, BAB kehitaman, muntah kehitaman tidak ada.
OBJEKTIF:
Hasil pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium mendukung diagnosis
peritonitis difus e.c perforasi gaster . Pada kasus ini diagnosis ditegakkan berdasarkan
:
Status Lokalis a/r Abdomen
ASSESMENT
Dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang, dapat ditegakkan diagnosis
9
pasien adalah Peritonitis Difus e.c perforasi gaster e.c ulkus peptikum
Perforasi gastrointestinal adalah penyebab umum dari akut abdomen. Penyebab perforasi
gastrointestinal adalah : ulkus peptik, inflamasi divertikulum kolon sigmoid, kerusakan akibat
trauma, perubahan pada kasus penyakit Crohn, kolitis ulserasi, dan tumor ganas di sistem
gastrointestinal. Perforasi paling sering adalah akibat ulkus peptik, gaster dan duodenum.
Perforasi dapat terjadi di rongga abdomen (perforatio libera) atau adesi kantung buatan
(perforatio tecta).
Pada anak-anak cedera yang mengenai usus halus akibat dari trauma tumpul perut sangat
jarang dengan insidensinya 1-7 %. Sejak 30 tahun yang lalu perforasi pada ulkus peptikum
merupakan penyebab yang tersering. Perforasi ulkus duodenum insidensinya 2-3 kali lebih
banyak daripada perforasi ulkus gaster. Hampir 1/3 dari perforasi gaster disebabkan oleh
keganasan pada gaster. Sekitar 10-15% penderita dengan divertikulitis akut dapat berkembang
menjadi perforasi bebas.
Etiologi
Patofisiologi
Dalam keadaan normal, gaster relatif bersih dari bakteri dan mikroorganisme lain
karena kadar asam intraluminalnya yang tinggi. Kebanyakan orang yang mengalami trauma
abdominal memiliki fungsi gaster normal dan tidak berada dalam resiko kontaminasi bakteri
setelah perforasi gaster. Namun, mereka yang sebelumnya sudah memiliki masalah gaster
beresiko terhadap kontaminasi peritoneal dengan perforasi gaster. Kebocoran cairan asam
gaster ke rongga peritoneal sering berakibat peritonitis kimia yang dalam. Jika kebocoran tidak
ditutup dan partikel makanan mencapai rongga peritoneal, peritonitis kimia bertahap menjadi
peritonitis bakterial. Pasien mungkin bebas gejala untuk beberapa jam antara peritonitis kimia
awal sampai peritonitis bakterial kemudian.
Adanya bakteri di rongga peritoneal merangsang influks sel-sel inflamasi akut.
Omentum dan organ dalam cenderung untuk melokalisasi tempat inflamasi, membentuk
flegmon (ini biasanya terjadi pada perforasi usus besar). Hipoksia yang diakibatkan di area
10
memfasilitasi pertumbuhan bakteri anaerob dan menyebabkan pelemahan aktivitas bakterisid
dari granulosit, yang mengarah pada peningkatan aktivitas fagosit granulosit, degradasi sel,
hipertonisitas cairan membentuk abses, efek osmotik, mengalirnya lebih banyak cairan ke area
abses, dan pembesaran abses abdomen. Jika tidak diterapi, bakteremia, sepsis general,
kegagalan multi organ, dan syok dapat terjadi
Diagnosis
o Pasien ulkus peptikum perforasi sering datang dengan keluhan nyeri hebat yang
mendadak di bagian epigastrium yang kemudian menjadi terasa di seluruh
bagian abdomen. Peritonitis dapat dilihat dari tanda perut papan. Gejala klinis
bisa menjadi tidak jelas pada pasien obesitas, pasien imunokompromais, yang
dalam penggunaan steroid, penurunan kesadaran, orang tua dan anak-anak.
Hanya dua per tiga dari pasien perforasi yang muncul dengan gejala khas
peritonitis.
o Triad klasik yang menjadi penanda ulkus peptikum perforasi antara lain nyeri
abdomen secara mendadak, takhikardia, dan kekakuan abdomen (Defans
11
mukular / perut papan).
o Manifestasi klinis dapat dibagi menjadi 3 fase. Pada fase awal dalam onset 2
jam, nyeri epigastrium, takhikardia dan akral dingin merupakan
karakteristik.Fase kedua (2 sampai 12 jam), nyeri menjadi menyeluruh dan
memburuk dengan pergerakan. Tanda tipikal seperti rigiditas abdomen dan
nyeri kuadran bawah kanan (as a result of fluid tracing along right paracolic
gutter) dapat terlihat. Pada fase ketiga (lebih dari 12 jam), distensi abdomen,
pireksia dan hipotensi dengan kolaps sirkulasi akut menjadi lebih jelas.
o Dalam penilaian klinis, diagnosis banding lain perlu dipikirkan, namun yang
paling penting, diagnosis rupture aneurisma aorta dan penkreatitis akut harus
disingkirkan terlebih dahulu karena angka kematian kasus tersebut sangat tinggi
jika terjadi penundaan penanganan, dan manajemen non-operatif.
o Di Negara maju, pasien cenderung udia tua dengan komorbiditas multiple dan
terkait dengan penggunaan OAINS. OAINS, H.pylori, stress psikologis,
merokok, penggunaan kortikosteroid, dan riwayat penyakit ulkus peptikum
sebelumnya, merupakan faktor risiko terjadinya ulkus peptikum perforasi
Pemeriksaan penunjang
12
o Pada setting pelayanan kesehatan yang terbatas, gastrograffin per oral juga
dapat digunakkan untuk mendeteksi adnya keocoran atau tidak. Tidak
adanya kebocoran tidak menandakan paien tidak mengalami perforasi
gaster, melainkan ulkus dapat menutup secara spontan.
Penatalaksanaan
o Perioperatif
o Non-Operatif
Pada pasien dengan gejala yang sangat sedikit dan terlokalisasi serta
dalam kondisi klinis baik, pilihan untuk tindakan bedah dapat ditunda
untuk melakukan periode observasi. Dalam rangkaian kasus yang dipilih
secara berturut-turut, lebih dari setengah pasien dengan ulkus peptikum
tertutup secara spontan dan menjalani strategi penanganan non operatif.
Strategi non operatif ini meliputi antibiotic intravena, penyekat pompa
proton dan antasida, dan pencitraan menggunakan kontras larut air
untuk mengkonfirmasi kebocoran yang telah tertutup.
o Operatif
13
berhubungan dengan angka kematian pasien. Laparotomi dengan
penutupan perforasi menggunakan interrupted sutures dengan atau tanpa
pedikel omentum di atas lokasi penutupannya telah menjadi pendekatan
utama selama beberapa dekade.
o Pasca Operasi
Komplikasi
14
Prognosis
o Pasien dengan usia lebih tua, adanya komorbiditas, dan menunda operasi secara
konsisten dikaitkan dengan peningkatan risiko kematian
o Aturan prediksi penyakit yang paling banyak digunakan untuk penyakit ulkus
peptik perforasi adalah skor Boey,yang didasarkan pada adanya penyakit medis
utama, syok preoperatif, dan durasi perforasi lebih lama dari 24 jam sebelum
operasi
PERITONITIS
Peritonitis adalah peradangan yang disebabkan oleh infeksi pada selaput organ
perut (peritoneum). Peritoneum adalah selaput tipis dan jernih yang membungkus organ
Etiologi Peritonitis
15
1. Peritonitis primer
peritonitis akibat penyakit hepar kronis. Kira- kira 10-30% pasien dengan sirosis
2. Peritonitis sekunder
3. Peritonitis tersier
Peritonitis yang mendapat terapi tidak adekuat, superinfeksi kuman dan akibat
Gejala Peritonitis
1. Nyeri abdomen
Nyeri abdomen merupakan gejala yang selalu ada pada peritonitis. Nyeri
biasanya datang dengan onset tiba-tiba, hebat pada penderita dengan perforasi nyerinya
badan terasa demam dan mengigil hilang timbul. Meningkatnya suhu tubuh dapat
Tanda Peritonitis
16
1. Bising usus menurun hingga tidak ada
2. Dinding perut akan terasa tegang (defans muskular) → spasm otot dinding abdomen
involunter, biasanya karena mekanisme antisipasi penderita secara tidak sadar untuk
menghindari palpasi yang menyakitkan, atau bisa pula tegang karena iritasi
peritoneum.
Pemeriksaan penunjang
1. Laboratorium
Ini merupakan tes yang paling sederhana dilakukan adalah hitung sel darah dan
urinalisis. Pada kasus peritonitis hitung sel darah putih lebi dari 20.000/mm.
2. Radiologi
serta foto polos abdomen. Pada foto thoraks dapat menunjukkan gambaran proses
pengisian udara di lobus inferior yang menunjukkan proses intraabdomen. Pada foto
polos diafragma dapat terlihat terangkat pada satu sisi atau keduanya akibatnya adanya
Penatalaksanaan
17
Plan
Tatalaksana
Terapi non farmakologis
- Tirah baring
- Pasang Nasogastric Tube (NGT)
- Pasang Folley Catheter
- IVFD Ringer Lactat 20 tpm
- Tindakan Operatif : Laparotomy Explorasi + Suture Stomach + Omentopexy
Terapi farmakologis
- Ceftizoxime 2x1 gr iv
- Ketorolac 3 x1 amp
- Metronidazole 3 x 500 mg
- Ranitidine 2 x 50 mg
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah upaya memberikan pengalaman belajar bagi
perorangan, keluarga, kelompok, dan masyarakat, dengan membuka jalur komunikasi,
memberikan informasi dan melakukan edukasi guna meningkatkan pengetahuan, sikap dan
perilaku melalui
18
pendekatan advokasi, bina suasana, dan gerakan masyarakat sehingga dapat menerapkan cara-
cara hidup dalam rangka menjaga, memelihara, dan meningkatkan kesehatan masyarakat
republik Indonesia. Sasaran program PHBS mencakup 5 tatanan yaitu: tatanan rumah tangga,
institusi pendidikan, tempat kerja, tempat umum, dan sarana kesehatan. Adapun indikator
PHBS tatanan rumah tangga menurut Depkes RI 2006 antara lain:
• Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan
• Bayi diberi ASI eksklusif
• Memiliki jaminan pemeliharaan kesehatan
• Ketersediaan air bersih
• Ketersediaan jamban sehat
• Kesesuaian luas lantai dengan jumlah penghuni
• Lantai rumah bukan tanag
• Tidak merokok di dalam rumah
• Melakukan aktifitas fisik setiap hari
• Makan buah dan sayur setiap hari
19