The presence of more than one splicing alternative transcripts of the mRNA coding genes in eukaryotic

organisms is a direct and explicit evidence that one mRNA coding gene may specify more than one type
of polypeptide. Thus, in fact, this is a very strong evidence that the one gene-one polypeptide hypothesis
is not valid to eukaryotic organisms. Such conclusion is reicvant only within the bounds of the gene
interpretation as a continuous DNA sequence.

It is true actually that structurally if the gene rearrangement the is disregulated (gene may be
interpreted not ac a continuous DNA sequence), then each rearranged gen is appropriately categorized
yet specifying a type of polypeptide. On the other hand, if gene is intepreted as a continuous DNA
sequence, the presence of gene rearrangement also puts down the validity of one gene-one Polypeptide
hypothesis at leas: in those organisms reported having the genes.

Because of only in mRNA will be translated to produce polypeptide whereas tRNA, rRNA, as well as
snRNA will not be translated, so it is actually seen clearly that the paradigm of one gene-one polypeptide
hypothesis bes aimad, disreganded tRNA genes, rRNA genes, as well as mRNA genes e disregard of
another RNA gene except mRNA genes prevans in the wo gene interpretation. Thus it is very mesonable
te state that the paradigm is actually not valid within the bounds of the two gene interpretation, and so.

Based on all facts discussed it can be concluded that the paradigm of one gene-one polypeptide
hypothesis is not adequate at all in all organism from viruses to higher eukaryotic organisms. On the
other hand. if it is necessary to maintain the paradigm, them course the paradigm only prevail in certain
viruses as well as in prokaryotic ganisms, wigh the annotation that the gene Interpreation should be
revised previously. So the gene rearrangement may be disregarded. In relation to the fact of gene
rearangement as well as the fact of more than one alternatives of exon transcript in eukaryotic organism,
Lewin (2000) stated that "instead of saying "one gene one Polypeptide" we may describe the
relationship as "one Polypeptide one gene. Related to the suggestion of Levin (2000), at a glance the
paradigm seems like an adequate alternative of substitute of the paradigm of one gene one-polypeptide
hypothesis, because the new paradigm is not limited within the bounds of the one gene interpretation.
On the other hands, if it is more carefully analyzed fact that in eukaryotic organism, one polypeptide is
not specified by all parts of the gene. The new paradigm is contrary yet too to another that not all RNAs
transcribes the gene will be translated polypeptide.

Finally there are some additional notes to be mentioned. If the validity of " one gene-one polypeptide" is
disegarded in all organism, so the well known paradigm of moleculer genetics should be changed. How is
the next paradigm in the future? The next paradigm will be discussed further if needed, but it is very
important to mention if such paradigm is needed yet.
Kehadiran lebih dari satu transkrip alternatif penyambungan gen mRNA coding pada organisme
eukariotik adalah bukti langsung dan eksplisit bahwa satu gen pengkode mRNA dapat menentukan lebih
dari satu jenis polipeptida. Dengan demikian, pada kenyataannya, ini adalah bukti yang sangat kuat
bahwa satu polipeptida gen-satu hipotesis tidak valid untuk organisme eukariotik. Kesimpulan semacam
itu hanya reikvant dalam batas-batas interpretasi gen sebagai urutan DNA kontinyu.

Memang benar bahwa secara struktural jika penataan ulang gen itu tidak diregulasi (gen dapat
ditafsirkan bukan sebagai rangkaian DNA kontinyu), maka setiap gen yang disusun kembali secara tepat
dikategorikan namun menentukan jenis polipeptida. Di sisi lain, jika gen diintepretasikan sebagai urutan
DNA kontinu, kehadiran penataan ulang gen juga meletakkan keabsahan satu gen-satu hipotesis
Polipeptida di leas: pada organisme yang dilaporkan memiliki gen.

Karena hanya di mRNA akan diterjemahkan untuk menghasilkan polipeptida sedangkan tRNA, rRNA,
serta snRNA tidak akan diterjemahkan, sehingga benar-benar terlihat jelas bahwa paradigma satu gen-
satu hipotesis polipeptida bes aimad, gen tRNA yang diabaikan, gen rRNA , serta gen mRNA e
mengabaikan gen RNA lain kecuali gen mRNA mencegah dalam interpretasi gen wo. Dengan demikian,
negara yang sangat mesonabel menyatakan bahwa paradigma itu sebenarnya tidak valid dalam batas-
batas interpretasi dua gen, dan sebagainya.

Berdasarkan semua fakta yang dibahas dapat disimpulkan bahwa paradigma satu gen-satu hipotesis
polipeptida tidak memadai sama sekali di semua organisme dari virus ke organisme eukariotik yang lebih
tinggi. Di samping itu. jika perlu untuk mempertahankan paradigma, mereka tentu saja paradigma hanya
berlaku pada virus tertentu serta pada ganisme prokariotik, wigh anotasi bahwa gen Interpreation harus
direvisi sebelumnya. Jadi penataan ulang gen dapat diabaikan. Sehubungan dengan fakta perubahan gen
serta fakta lebih dari satu alternatif transkrip ekson dalam organisme eukariotik, Lewin (2000)
menyatakan bahwa "alih-alih mengatakan" satu gen satu Polipeptida "kita dapat menggambarkan
hubungan sebagai" satu Polipeptida satu gen. Terkait dengan saran Levin (2000), sekilas paradigma itu
tampak seperti alternatif pengganti yang adekuat dari paradigma satu gen satu polipeptida hipotesis,
karena paradigma baru tidak terbatas dalam batas-batas interpretasi satu gen. Di sisi lain, jika lebih hati-
hati dianalisis fakta bahwa pada organisme eukariotik, satu polipeptida tidak ditentukan oleh semua
bagian gen. Paradigma baru ini bertentangan pula dengan yang lain bahwa tidak semua RNA
mentranskripsi gen akan diterjemahkan polipeptida.

Akhirnya ada beberapa catatan tambahan untuk disebutkan. Jika validitas "satu gen-satu polipeptida"
diabaikan di semua organisme, maka paradigma genetika molekuler yang terkenal harus diubah.
Bagaimana paradigma selanjutnya di masa depan? Paradigma berikutnya akan dibahas lebih lanjut jika
diperlukan, tetapi sangat penting untuk menyebutkan jika paradigma seperti itu diperlukan.