Вы находитесь на странице: 1из 22

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian yang diketahui

individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang lain

(Stuart and Sundeen, 199). Harga Diri Rendah Kronis adalah perasaan negatif terhadap diri

sendiri, termasuk kehilangan percaya diri, tidak berharga, tidak berguna, pesimis, tidak ada

harapan dan putus asa (Departemen Kesehatan, 1998).

Berdasarkan catatan World Health Organization (WHO), sebanyak 450 juta orang di

muka Bumi mengalami gangguan mental (mental disorder), 150 juta mengalami depresi, 25 juta

orang mengalami skizofrenia, sebagai gambaran, di negara Indonesia survey tentang penderita

gangguan jiwa tercatat 44,6% per 1.000 penduduk Indonesia menderita gangguan jiwa berat.

Berdasarkan data yang diperoleh penulis, jumlah pasien yang dirawat di Rumah Sakit Atma

Husada Mahakam Samarinda pada bulan Januari sampai November 2009 adalah sebanyak 852

orang.

Berdasarkan fakta – fakta seperti itu sudah seharusnya menjadi cacatan bagi kita di

Indonesia dalam mengatasi kesehatan jiwa yang sudah mengkhawatirkan dewasa ini akibat

terjadinya “perang”, konflik dan lilitan krisis ekonomi berkepanjangan. Karena secara nyata

kondisi seperti itulah yang merupakan salah satu pemicu yang memunculkan rasa stress, depresi

dan berbagai gangguan jiwa pada manusia.


Dengan meningkatnya angka gangguan jiwa di Indonesia pada umumnya dan di Rumah

Sakit Atma Husada Mahakam Samarinda pada khususnya, maka perlunya dilakukan perawatan

yang lebih intensif pada klien dengan Harga Diri Rendah Kronis secara menyeluruh meliputi

Bio – Psiko – Sosio – Spiritual, dimana penanganan klien dengan Harga Diri Rendah

pada kuhususnya dan gangguan jiwa pada umumnya, menekankan ke arah profesionalisme

profesi keperawatan oleh sebab itu penyusun tertarik untuk mengangkat Asuhan Keperawatan

pada klien dengan Harga Diri Rendah Kronis sebagai judul makalah.

Berdasarkan faktor – faktor tersebut di atas, sehingga perawatan masalah dengan Harga

Diri Rendah Kronis sangat memerlukan perhatian yang sungguh-sungguh, karena seseorang

yang mengalami gangguan jiwa dengan harga diri rendah pasti akan merasa dirinya tidak

berharga, tidak mampu, dan selalu mengatakan bahwa dirinya tidak berguna, yang mana hal ini

dapat memicu seseorang mengalami stress.

1.2 Tujuan Penulisan

1.2.1 Tujuan Umum

Untuk memperoleh gambaran dan pengalaman langsung dalam memberikan asuhan keperawatan

klien Ny. B dengan Harga Diri Rendah Kronis.

1.2.2 Tujuan Khusus

Diharapkan dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien Ny. B dengan Harga Diri Rendah

Kronis, penyusun akan dapat :

1) Melakukan pengkajian pada klien dengan Harga Diri Rendah Kronis.

2) Merumuskan diagnosa keperawatan yang timbul pada klien Ny. B dengan Harga Diri Rendah

Kronis.
3) Merencanakan tindakan keperawatan pada klien Ny. B dengan Harga Diri Rendah

Kronis.

4) Melaksanakan tindakan keperawatan pada klien Ny. B dengan Harga Diri Rendah Kronis.

5) Membuat evaluasi dari tindakan keperawatan pada klien Ny. B dengan Harga Diri Rendah

Kronis.

6) Membuat dokumentasi asuhan keperawatan pada klien Ny. B dengan Harga Diri Rendah Kronis.

1.3 Manfaat Penulisan

1.3.1 Bagi Perawat

Dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan

pada klien Ny. B dengan Harga Diri Rendah Kronis.

1.3.2 Bagi Institusi

Makalah tentang Asuhan Keperawatan pada klien Ny. B dengan Harga Diri Rendah Kronis dapat

menambah bahan – bahan referensi di perpustakaan institusi.

1.3.3 Bagi Pembaca

Makalah ini dapat dijadikan pengalaman dan latihan bagi pembaca dalam menyusun asuhan

keperawatan Harga Diri Rendah Kronis.

1.4 Ruang Lingkup


Pada kesempatan ini penyusun membatasi ruang lingkup materi asuhan keperawatan

klien Ny. B dengan Harga Diri Rendah Kronis yang dimulai pada tanggal 16 – 18 November

2009 dari pengkajian, merumuskan diagnosa keperawatan, membuat intervensi, implementasi

sampai dengan evaluasi.

1.5 Sistematika Penulisan

Penyusunan Makalah ini terdiri dari 5 Bab yang disusun dengan urutan :

Bab 1 Pendahuluan

Terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan, manfaat penulisan, ruang lingkup dan sistematika

penulisan.

Bab 2 Tinjauan Pustaka

Terdiri dari konsep dasar dan asuhan keperawatan.

Bab 3 Tinjauan Kasus

Terdiri dari proses keperawatan yang meliputi pengkajian, analisa data, pohon masalah, masalah

keperawatan, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi, dan evaluasi.

Bab 4 Pembahasan

Yang menguraikan tentang pembahasan dari pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan,

implementasi dan evaluasi. Setelah melihat adanya kesenjangan dengan apa yang ditemukan

dilapangan, kemudian dilakukan suatu analisis, terdapat perbedaan yang terjadi antara konsep

dan kenyataan.

Bab 5 Penutup

Terdiri dari simpulan dan saran.


BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Harga Diri Rendah Kronis

2.1.1 Pengertian

Konsep Diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian yang diketahui individu

tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang lain (Stuart &

Sundeen, 1998).

Konsep diri seseorang tidak terbentuk waktu lahir ; tetapi dipelajari sebagai hasil dari

pengalaman unik seseorang dalam dirinya sendiri, dengan orang terdekat, dengan realitas dunia,

kemudian melalui kontak sosial dan pengalaman berhubungan dengan orang lain.

Harga Diri Rendah Kronis adalah perasaan negatif terhadap diri sendiri, termasuk kehilangan

kepercayaan diri, tidak berharga, tidak berguna, pesimis, tidak ada harapan dan putus asa

(Departemen Kesehatan, 1998).

Seseorang yang dikatakan mempunyai konsep diri negatif jika ia meyakini dan memandang

bahwa dirinya lemah, tidak berdaya, tidak dapat berbuat apa – apa, tidak kompeten, gagal,

malang, tidak menarik, tidak disukai dan kehilangan daya tarik terhadap hidup. Orang dengan

konsep diri negatif akan cenderung bersikap pesimistik terhadap kehidupan dan kesempatan

yang dihadapinya. Akan ada dua pihak yang bisa disalahkannya, entah itu menyalahkan diri

sendiri (secara negatif) atau menyalahkan orang lain (Rini, J.F, 2002).

Konsep diri terdiri atas komponen-komponen berikut ini :

1) Citra tubuh (Body Image)


Citra tubuh (Body Image) adalah kumpulan dari sikap individu yang disadari dan tidak disadari

terhadap tubuhnya. Termasuk persepsi masa lalu dan sekarang, serta perasaan tentang ukuran,

fungsi, penampilan, dan potensi. Yang secara berkesinambungan dimodifikasi dengan persepsi

dan pengalaman yang baru (Stuart & Sundeen, 1998).

2) Ideal Diri (Self Ideal)

Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana ia harus berperilaku sesuai dengan standar,

aspirasi, tujuan atau nilai personal tertentu (Stuart & Sundeen, 1998). Sering juga disebut bahwa

ideal diri sama dengan cita – cita, keinginan, harapan tentang diri sendiri.

3) Identitas Diri (Self Identifity)

Identitas adalah pengorganisasian prinsip dari kepribadian yang bertanggung jawab terhadap

kesatuan, kesinambungan, konsistensi, dan keunikkan individu (Stuart & Sundeen, 1998).

Pembentukan identitas dimulai pada masa bayi dan terus berlangsung sepanjang kehidupan tapi

merupakan tugas utama pada masa remaja.

4) Peran Diri (Self Role)

Serangkaian pola perilaku yang diharapkan oleh lingkungan sosial berhubungan dengan fungsi

individu di berbagai kelompok sosial. Peran yang diterapkan adalah peran dimana seseorang

tidak mempunyai pilihan. Peran yang diterima adalah peran yang terpilih atau dipilih oleh

individu (Stuart & Sundeen, 1998).

5) Harga Diri (Self Esteem)

Harga diri adalah penilaian individu tentang nilai personal yang diperoleh dengan menganalisa

seberapa baik perilaku seseorang sesuai dengan ideal diri. Harga diri yang tinggi adalah perasaan

yang berakar dalam penerimaan diri tanpa syarat, walaupun melakukan kesalahan, kekalahan,

tetap merasa sebagai seorang yang penting dan berharga (Stuart & Sundeen, 1998.
2.1.2 Rentang Respon

Konsep diri merupakan aspek kritikal dan dasar dari perilaku individu. Individu dengan konsep

diri yang positif dapat berfungsi lebih efektif yang terlihat dari kemampuan interpersonal,

kemampuan intelektual dan penguasaan lingkungan. Konsep diri yang negatif dapat dilihat dari

hubungan individu dan sosial yang maladaptif. Rentang respon individu terhadap konsep dirinya

dapat dilihat pada gambar 1.

Respon Adaptif Respon Maladaptif

Aktualisasi diri Konsep-diri Harga diri Kerancuan Identitas Depersonalisasi

Positif rendah

Gb 1. Rentang respon konsep – diri (Stuart & Sundeen, 1998, hlm. 374 ).

Konsep diri positif merupakan bagaimana seseorang memandang apa yang ada pada dirinya

meliputi citra dirinya, ideal dirinya, harga dirinya, penampilan peran serta identitas dirinya

secara positif. Hal ini akan menunjukkan bahwa individu itu akan menjadi individu yang sukses.

Harga diri rendah merupakan perasaan negatif terhadap dirinya sendiri, termasuk kehilangan

percaya diri, tidak berharga, tidak berguna, pesimis, tidak ada harapan dan putus asa. Adapun

perilaku yang berhubungan dengan harga diri yang rendah yaitu mengkritik diri sendiri dan/ atau

orang lain, penurunan produktivitas, destruktif yang diarahkan kepada orang lain, gangguan

dalam berhubungan, perasaan tidak mampu, rasa bersalah, perasaan negatif mengenai tubuhnya

sendiri, keluhan fisik, menarik diri secara sosial, khawatir, serta menarik diri dari realitas.

Kerancuan identitas merupakan suatu kegagalan individu untuk mengintegrasikan berbagai

identifikasi masa kanak – kanak ke dalam kepribadian psikososial dewasa yang harmonis.
Adapun perilaku yang berhubungan dengan kerancuan identitas yaitu tidak ada kode moral, sifat

kepribadian yang bertentangan, hubungan interpersonal eksploitatif, perasaan hampa. Perasaan

mengambang tentang diri sendiri, tingkat ansietas yang tinggi, ketidak mampuan untuk empati

terhadap orang lain.

Depersonalisasi merupakan suatu perasaan yang tidak realistis dimana klien tidak dapat

membedakan stimulus dari dalam atau luar dirinya (Stuart & Sundeen, 1998). Individu

mengalami kesulitan untuk membedakan dirinya sendiri dari orang lain, dan tubuhnya sendiri

merasa tidak nyata dan asing baginya.

2.1.3 Harga Diri Rendah Kronis

Harga Diri Rendah Kronis adalah perasaan negatif terhadap diri sendiri, termasuk kehilangan

percaya diri, tidak berharga, tidak berguna, pesimis, tidak ada harapan dan putus asa

(Departemen Kesehatan, 1998).

Harga Diri Rendah Kronis dapat digambarkan sebagai perasaan yang negatif terhadap diri

sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal mencapai keinginan. Harga Diri Rendah Kronis

dapat terjadi secara :

a) Situasional yaitu terjadi trauma yang tiba – tiba, misalnya harus operasi, kecelakaan, dicerai

suami/ istri, putus sekolah, putus hubungan kerja, perasaan malu karena sesuatu (korban

perkosaan, dituduh KKN, dipenjara tiba – tiba).

b) Kronik yaitu perasaan negatif terhadap diri berlangsung lama, yaitu sebelum sakit/ dirawat.

Klien ini mempunyai cara berfikir yang negatif. Kejadian sakit dan dirawat akan menambah

persepsi negatif terhadap dirinya. Kondisi ini mengakibatkan respon yang mal adaptif. Kondisi

ini dapat ditemukan pada klien gangguan fisik yang kronis atau pada klien gangguan jiwa.
2.1.4 Etiologi

Berbagai faktor menunjang terjadinya perubahan dalam konsep – diri seseorang.

a) Faktor Predisposisi

Ada beberapa faktor predisposisi yang menyebabkan harga diri rendah yaitu :

1) Perkembangan individu yang meliputi :

- Adanya penolakan dari orang tua, sehingga anak merasa tidak dicintai kemudian dampaknya

anak gagal mencintai dirinya dan akan gagal pula untuk mencintai orang lain.

- Kurangnya pujian dan kurangnya pengakuan dari orang – orang tuanya atau orang tua yang

penting/ dekat dengan individu yang bersangkutan.

- Sikap orang tua over protecting, anak merasa tidak berguna, orang tua atau orang terdekat sering

mengkritik serta merevidasikan individu.

- Anak menjadi frustasi, putus asa merasa tidak berguna dan merasa rendah diri.

2) Ideal diri

- Individu selalu dituntut untuk berhasil.

- Tidak mempunyai hak untuk gagal dan berbuat salah.

- Anak dapat menghakimi dirinya sendiri dan hilangnya rasa percaya diri.

b) Faktor Presipitasi

Faktor presipitasi atau stresor pencetus dari munculnya harga diri rendah mungkin ditimbulkan

dari sumber internal dan eksternal seperti:

1) Gangguan fisik dan mental salah satu anggota keluarga sehingga keluarga merasa malu dan

rendah diri.

2) Pengalaman traumatik berulang seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksikan

kejadian yang mengancam kehidupan, aniaya fisik, kecelakaan, bencana alam dan perampokan.
Respon terhadap trauma pada umumnya akan mengubah arti trauma tersebut dan kopingnya

adalah represi dan denial.

c) Perilaku

Dalam melakukan pengkajian, perawat dapat memulai dengan mengobservasi penampilan klien,

misalnya kebersihan, dandanan, pakaian. Kemudian perawat mendiskusikannya dengan klien

untuk mendapatkan pandangan klien tentang gambaran dirinya. Gangguan perilaku pada

gangguan konsep diri dapat dibagi sebagai berikut :

Perilaku berhubungan dengan harga diri rendah. Harga diri yang rendah merupakan masalah bagi

banyak orang dan diekspresikan melalui tingkat kecemasan yang sedang sampai berat.

Umumnya disertai oleh evaluasi diri yang negatif membenci diri sendiri dan menolak diri

sendiri.

2.1. Masalah Keperawatan

a) Isolasi Sosial

b) Harga Diri Rendah Kronis

c) Koping Individu tidak efektif

2.1.7 Diagnosa Keperawatan

a) Harga Diri Rendah Kronis

b) Koping Individu Tidak Efektif

c) Isolasi Sosial

2.2 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Harga Diri Rendah Kronis


Klien yang mengalami harga diri rendah menyebabkan klien merasa sukar berhubungan

dengan orang lain.dan tidak mempunyai kemandirian Untuk itu, perawat harus mempunyai

kesadaran diri yang tinggi agar dapat menerima dan mengevaluasi perasaan sendiri sehingga

dapat memakai dirinya sendiri secara terapeutik dalam merawat klien dan meningatkan hara diri

klien untuk memberikan motivasi klien.

Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat harus jujur, empati, terbuka dan penuh

penghargaan, tidak larut dalam perasaan yang sedang dirasakan klien dan tidak menyangkalnya.

2.2.1 Pengkajian

Pengkajian merupakan dasar utama atau langkah awal dari proses keperawatan secara

keseluruhan, pada tahap ini semua data informasi tentang klien yang dibutuhkan dan di analisa

untuk menentukan diagnosa keperawatan (Gaffar, L, J, 1997).

Tahap pertama pengkajian meliputi faktor predisposisi seperti : psikologis, tanda dan tingkah

laku klien dan mekanisme koping klien. (Stuart & Sundeen, 1999. dikutip oleh kuliah, B. A.,

1998 ).

Pengkajian meliputi beberapa faktor yaitu :

a) Faktor Predisposisi

1) Faktor yang mempengaruhi harga diri, termasuk penolakan orang tua, harapan orang tua yang

tidak realistis.

2) Faktor yang mempengaruhi penampilan peran, yaitu peran yang sesuai dengan jenis kelamin,

peran dalam pekerjaan dan peran yang sesuai dengan kebudayaan.

3) Faktor yang mempengaruhi identitas diri, yaitu orang tua yang tidak percaya pada anak, tekanan

teman sebaya, dan kultur sosial yang berubah.

b) Faktor Presipitasi
1) Ketegangan peran adalah stres yang berhubungan dengan frustasi yang dialami individu dalam

peran atau posisi yang diharapkan.

2) Konflik peran adalah ketidak sesuaian peran antara yng dijalankan dengan yang diinginkan.

3) Peran yang tidak jelas adalah kurangnya pengetahuan individu tentang peran yang dilakukannya.

4) Peran berlebihan adalah kurangnya sumber adekuat untuk menampilkan seperangkat peran yang

kompleks.

5) Perkembangan yang transisi yaitu perubahaan norma yang berkaitan dengan nilai untuk

menyesuaikan diri.

6) Situasi transisi peran adalah bertambah atau berkurangnya orang penting dalam kehidupan

individu melalui kelahiran atau kematian orang yang berarti.

c) Perilaku (Stuart dan Sundeen, 1998) :

1) Mengkritik diri sendiri atau orang lain

2) Produktivitas menurun

3) Destruktif pada orang lain

4) Gangguan berhubungan

5) Merasa diri lebih penting

6) Merasa tidak layak

7) Rasa bersalah

8) Mudah marah dan tersinggung

9) Perasaan negatif terhadap diri sendiri

10) Pandangan hidup yang pesimis

11) Keluhan – keluhan fisik

12) Pandangan hidup terpolarisasi


13) Mengingkari kemampuan diri sendiri

14) Mengejek diri sendiri

15) Menciderai diri sendiri

16) Isolasi sosial

17) Penyalahgunaan zat

18) Menarik diri dari realitas

19) Khawatir

20) Ketegangan peran

d) Mekanisme Koping

Jangka Pendek :

1) Kegiatan yang dilakukan untuk lari sementara dari krisis : Pemakaian obat – obatan, kerja keras,

nonton TV terus – menerus.

2) Kegiatan mengganti identitas sementara (Ikut kelompok sosial, keagamaan, politik).

3) Kegiatan yang memberi dukungan sementara (Kompetisi olah raga kontes popularitas).

4) Kegiatan mencoba menghilangkan identitas sementara (Penyalahgunaan obat).

Jangka Panjang :

1) Menutup identitas

2) Identitas negatif : Asumsi yang bertentangan dengan nilai dan harapan masyarakat

2.2.2 Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan gangguan status kesehatan jiwa klien baik aktual

maupun potensial yang dapat dipecahkan atau diubah melalui tindakan keperawatan yang

dilakukan didalam diagnosa keperawatan terdapat pernyataan respon klien dimana perawat

bertanggung jawab dan mampu mengatasinya (Gaffar, L. J, 1997).


Diagnosa keperawatan yang diangkat berdasarkan pohon masalah adalah :

a) Harga Diri Rendah Kronis

b) Koping Individu Tidak Efektif

c) Isolasi Sosial

2.2.3 Perencanaan

a) Tujuan Umum : Meningkatkan aktualisasi diri dengan membantu menumbuhkan,

mengembangkan, menyadari potensi sambil mencari kompensasi ketidak mampuan.

b) Tujuan Khusus : Klien dapat mengenal dukungan yang dibutuhkan dalam menyelesaikan

masalah yang berhubungan dengan konsep diri dan membantu klien agar lebih mengerti akan

dirinya secara tepat.

c) Tindakan Keperawatan : Membantu kilen mengidentifikasi penilaian tentang diri dan

kemudianmelakukan perubahaan perilaku :

- Memperluas kesedaran diri

- Menyelidiki diri

- Mengevaluasi diri

- Membuat perencanaan yang realistis

- Bertanggung jawab dalam bertindak

Berdasarkan pohon masalah diatas dan masalah keperawatan diangkat dua diagnosa keperawatan

sebagai berikut :

1) Diagnosa Keperawatan I

Harga Diri Rendah Kronis

Tujuan : Klien dapat membina hubungan saling percaya

Kriteria Evaluasi
1.1 Ekspresi wajah bersahabat

1.2 Ada kontak mata

1.3 Mau berjabat tangan

1.4 Mau menyebutkan nama

1.5 Mau duduk berdampingan dengan perawat

1.6 Mau mengutarakan masalah yang dihadapi

Intervensi :

1.1.1 Sapa ramah klien (verbal, non verbal)

1.1.2 Perkenalan diri dengan sopan

1.1.3 Tanya nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien

1.1.4 Jelaskan tujuan pertemuan

1.1.5 Jujur, menepati janji

1.1.6 Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya

1.1.7 Beri klien perhatian dan perhatikan kebutuhan dasar klien

Tujuan : Klien Dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang di miliki

Kriteria evaluasi :

2.1 Kemampuan yang dimiliki klien

2.2 Aspek positif keluarga

2.3 Aspek positif lingkungan yang dimiliki klien

Intervensi :

2.1.1 Diskusikan kemampaun dan aspek positif yang dimiliki klien

2.1.2 Setiap bertemu klien, hindarkan memberi penilaian yang negatif

2.1.3 Utamakan memberi pujian yang realistik


Tujuan : Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan

Kriteria evaluasi :

3.1 Klien menilai kemampuan yang dapat digunakan

Intervensi :

3.1.1 Diskusikan dengan klien kemampian yang masih dapat di gunakan selama sakit

3.1.2 Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan penggunaannya

Tujuan : Klien dapat menetapkan/ merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang di miliki

Kriteria Evaluasi :

4.1 Klien dapat membuat rencana kegiatan harian

Intervensi :

4.1.1 Rencanakan bersama klien aktifitas yang dapat di lakukan setiap hari sesuai kemampuan :

Kegiatan mandiri, kegiatan dengan bantuan sebagian, kegiatan yang membutuhkan bantuan total

4.1.2 Tingkatkan kegiatan yang sesuai dengan toleransi kondisi klien

4.1.3 Beri contoh cara pelaksanan kegiatan yang boleh di lakukan

Tujuan : Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit dan kemampuannya

Kriteria Evaluasi:

5.1 Klien melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit dan kemampuannya

Intervensi :

5.1.1 Beri kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang telah di rencanakan

5.1.2 Beri pujian atas keberhasilan klien

5.1.3 Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah

Tujuan : Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada dikeluarga.

Kriteria Evaluasi :
6.1 Kilen memanfaatkan sistem pendukung yang ada dikeluarga

Intervensi :

6.1.1 Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien dengan Harga Diri Rendah.

6.1.2 Bantu keluarga memberikan dukungan selama klien dirawat.

6.1.3 Bantu keluarga menyiapkan lingkungan dirumah.

2) Diagnosa Keperawatan II

Koping individu tidak efektif

Tujuan : Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat

Intervensi :

1.1.1 Lakukan pendekatan yang hangat, menerima klien apa adanya dan bersifat empati

1.1.2 Mawas diri dan cepat mengendalikan perasaan dan reaksi diri perawat sendiri (Misalnya : Rasa

marah, frustasi, simpati)

1.1.3 Sediakan waktu untuk berdiskusi dan bina hubungan yang suportif

1.1.4 Beri waktu untuk klien berespon pujian

Tujuan : Klien dapat mengenali dan mengekspresikan emosinya

Intervensi :

2.1.1 Tunjukkan respon emosional dan menerina klien apa adanya

2.1.2 Gunakan tehnik komunikasi terapeutik

2.1.3 Bantu klien mengekspresikan perasaanya

2.1.4 Bantu mengidentifikasi area situasi kehidupannya yang tidak berada dalam kemampuannya

untuk mengontrol

Tujuan : Klien dapat memodifikasi pola kognitif yang negatif

Intervensi :
3.1.1 Diskusikan masalah yang dihadapi klien

3.1.2 Identifikasi pemikiran negatif, bantu menurunkan interupsi/ subsitusi

3.1.3 Bantu meningkatkan pemikiran yang positif

Tujuan : Klien dapat meyakini tentang manfaat mekanisme koping

Intervensi :

4.1.1 Terima klien apa adanya, jangan menentang keyakinannya

4.1.2 Kenalkan realitas

4.1.3 Beri umpan balik tentang perilaku, stressor dan sumber koping

4.1.4 Kuatkan ide bahwa kesehatan fisik berhubungan dengan kesehatan emosional

4.1.5 Beri batasan perilaku maladaptif

Tujuan : Klien dapat melakukan kegiatan yang menarik, dan aktivitas yang terjadwal

Intervensi :

5.1.1 Beri klien aktivitas yang produktif

5.1.2 Beri latihan fisik sesuai bakatnya

5.1.3 Bersama klien buat jadwal aktivitas yang dapat dilakukan sehari – hari

5.1.4 Libatkan keluarga dan sistem pendukung lainnya

3) Diagnosa Keperawatan III

Isolasi Sosial

Tujuan : Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat

Kriteria Evaluasi :

1.1 Klien dapat menerima kehadiran perawat.

Intervensi :

1.1.1 Bina hubungan saling percaya.


Tujuan : Klien dapat mengenal perasaan yang menyebabkan prilaku menarik diri.

Kriteria Evaluasi :

2.1 Klien dapat menyebutkan penyebab/ alasan menarik diri.

Intervensi :

2.1.1 Kaji pengetahuan klien tentang menarik diri.

2.1.2 Diskusikan bersama klien tentang prilaku menarik diri.

2.1.3 Beri pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan perasaannya.

Tujuan : Klien dapat mengetahui keuntungan berhubungan dengan orang lain dan kerugian bila tidak

berhubungan dengan orang lain.

Kriteria Evaluasi :

3.1 Klien dapat menebutkan 2 dari 3 manfaat berhubungan dengan orang lain.

Intervensi :

3.1.1 Diskusikan tentang manfaat berhubungan dengan orang lain.

3.1.2 Dorong dan bantu klien berhubungan dengan orang lain secara bertahap.

3.1.3 Beri pijian terhadap kemampuan klien dalam menyebutkan manfaat berhubungan dengan orang

lain.

Tujuan : Klien dapat berhubungan dengan orang lain secara bertahap.

Kriteria Evaluasi :

4.1 Klien dapat menyebutkan cara berhubungan dengan orang lain.

Intervensi :

4.1.1 Dorong klien untuk menyebutkan cara berhubungan dengan orang lain.

4.1.2 Dorong dan bantu klien berhubungan dengan orang lain secara bertahap.

4.1.3 Libatkan klien dalam kegiatan TAK dan ADL ruangan.


4.1.4 Reinforcement positif atas keberhasilan yang telah dicapai.

Tujuan : Klien dapat mengungkapkan perasaannya setelah berhubungan dengan orang lain.

Kriteria Evaluasi :

5.1 Klien dapat mengungkapkan perasaannya setelah berhubungan dengan orang lain : diri sendiri

dan orang lain

Intervensi :

5.1.1 Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya bila berhubungan dengan orang lain.

5.1.2 Diskusikan dengan klien tentang manfaat berhubungan dengan orang lain.

5.1.3 Beri reinfircement positif atas kemampuan klien mengungkapkan manfaat berhubungan dengan

orang lain.

Tujuan : Klien dapat memberdayakan sistem pendukung atau keluarga mampu mengembangkan

kemampuan klien untuk berhubungan dengan orang lain.

Kriteria Evaluasi :

6.1 Keluarga dapat : menjelaskan perasaannya, menjelaskan cara merawat klien menarik diri,

mendemonstrasikan cara perawatan klien menarik diri, berpartisipasi dalam perawatan klien

menarik diri.

Intervensi :

6.1.1 Bisa berhubungan saling percaya dengan keluarga : salam perkenalkan diri, sampaikan tujuan,

buat kontrak, eksplorasi perasaan keluarga.

6.1.2 Diskusikan dengan anggota keluarga tentang : perilaku menarik diri, penyebab perilaku menarik

diri, akibat yang akan terjadi jika perilaku menarik diri tidak ditanggapi, cara keluarga

menghadapi klien menarik diri.


6.1.3 Dorong anggota keluarga untuk memberikan dukungan kepada klien untuk berkomunikasi

dengan orang lain.

6.1.4 Anjurkan anggota keluarga secara rutin dan bergantian menjenguk klien minimal 1 minggu

sekali.

6.1.5 Beri reinforcement atas hal – hal yang telah dicapai oleh keluarga.

2.2.4 Implementasi

Implementasi adalah pelaksanaan keperawatan oleh klien. Hal – hal yang harus diperhatikan

ketika melakukan implementasi adalah tindakan keperawatan yang akan dilakukan implementasi

pada klien dengan Harga Diri Rendah kronis dilakukan secara interaksi dalam melaksanakan

tindakan keperawatan, perawat harus lebih dulu melakukan :

a) Bina Hubungan Saling Percaya (BHSP).

b) Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien.

c) Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan.

d) Klien dapat menetapkan atau merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.

e) Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit damn kemampuannya.

f) Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada dikeluarga. Hal ini dimaksudkan agar

tindakan keperawatan selanjutnya dapat dilanjutkan (Gaffar L. J., 1997).

2.2.5 Evaluasi

Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan keperawatan pada

klien (Keliat, B.A., 1997). Evaluasi dilakukan sesuai dengan tindakan keperawatan yang telah

dilaksanakan. Evaluasi dapat dibagi dua yaitu evaluasi proses dan evaluasi formatif, dilakukan

setiap selesai melaksanakan tindakan evaluasi hasil atau sumatif dilakukan dengan
membandingkan respon klien pada tujuan yang telah ditentukan. Evaluasi masalah Harga Diri

Rendah Kronis diharapkan klien dapat :

a) Ancaman integritas fisik atau Harga Diri Rendah klien sudah berkurang.

b) Perilaku klien menunjukkan kemajuan dalam menerima, menghargai dan meyakini diri sendiri.

c) Sumber koping yang adekuat sudah dimiliki klien dan digunakannya.

d) Klien dapat memperluas kesadaran diri, menyelidiki dan mengevaluasi diri.

e) Klien menggunakan respon koping yang adaptif.

f) Klien sudah mempelajari strategi baru untuk beradaptasi, dan meningkatkan aktualisasi diri.

g) Klien sudah menggunakan pemahaman yang tinggi tentang diri sendiri untuk meningkatkan

pertumbuhan kepribadian.

Вам также может понравиться