Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
(STUDENT BURNOUT)
Abstrak. Makalah ini berisi mengenai penanganan siswa yang mengalami kejenuhan belajar
dengan menggunakan teknik konseling ego state. Siswa yang mengalami kejenuhan belajar
mengalami kelelahan emosi, penurunan keyakinan diri dalam akademis dan meningkatnya
sikap sinisme terhadap kegiatan belajar. Konselor sekolah memiliki peranan yang penting
dalam menangani siswa yang mengalami kejenuhan belajar. Salah satu bentuk intervensi
yang dinilai cocok adalah konseling ego state yang terbukti efektif menangani kasus-kasus
depresi, kecemasan, trauma dan rasa takut yang berlebihan. Konseling ego state merupakan
teknik terapi singkat yang berdasar pada premis kepribadian yang terdiri dari bagian-bagian
(parts) terpisah. Berdasarkan hasil studi menjelaskan kejenuhan belajar terjadi karena
tekanan stress yang tidak terkelola dalam rentang waktu yang lama. Konseling ego state
bertujuan untuk menghilangkan gejala-gejala kejenuhan belajar yang dirasakan oleh konseli.
Konselor melakukan identifikasi dengan membagi dua bagian yang saling bertentangan dan
menyebabkan kejenuhan belajar. Proses konseling ego state dalam menangani konseli yang
mengalami kejenuhan belajar terdiri dari mengakses ego state yang jenuh, melakukan regresi
untuk mengetahui akar masalah. Setelah itu, melakukan proses ekpresi, pelepasan dan
penenangan ego state yang terluka dengan mencari ego state yang lebih dewasa dan mau
mengasuh.
A. PENDAHULUAN
Stress adalah kondisi kejiwaan ketika jiwa itu mendapat beban (Sarwono, 2003).
Remaja sangat rentan untuk terjadinya stress bahkan dalam belajar. Proses belajar yang
terus-menerus dilakukan para siswa serta tekanan-tekanan, baik dari dalam diri maupun
lingkungannya untuk mencapai prestasi belajar yang maksimal, terkadang membawa siswa
pada batas kemampuan jasmaniahnya. Hal ini kemudian membuat siswa mengalami
keletihan, kebosanan, dan kejenuhan dalam belajar. Istilah kejenuhan atau Burnout ini
pertama kali dicetuskan pada tahun 1974 oleh Freudeunberg yang meneliti tentang kejenuhan
kerja pada para pekerja sosial. Cherniss (1980) mengartikan ‘Burnout is a state of emotional,
mental, and physical exhaustion caused by excessive and prolonged stress’. Dengan
demikian, kejenuhan adalah keadaan kelelahan fisik, mental, sikap dan emosi individu atau
pekerja karena keterlibatan yang intensif dengan pekerjaan dan dalam jangka waktu panjang”
(Ilfiandra, 2002; Agustin, 2009). Burnout menyebabkan individu bosan dan tidak semangat
dalam mengerjakan tugas. Hal ini biasa terjadi karena adanya pengulangan dalam proses
pembelajaran sehingga membuat bosan dan akhirnya menghindar dari tugas yang harus
dipenuhi.
Konsep kejenuhan belajar (Student Burnout) pertama kali muncul dan
dikembangkan oleh beberapa penelitian yang dilakukan diantaranya oleh Noushad
(2008), Schaufeli et al (2002), Jacobs et al (2003), Lightsey & Hulsey (2002), Silvar
(2001) dan Agustin (2009) yang menemukan bahwasanya kecenderungan kejenuhan
dengan segala faktor penyebabnya bukan hanya terjadi pada adegan pekerjaan akan
tetapi kejenuhanpun dapat terjadi pada kegiatan belajar. Kejenuhan belajar muncul
dari adanya proses pengulangan belajar yang tidak mendatangkan prestasi atau hasil
yang memuaskan sehingga membuat individu letih baik secara fisik maupun psikis.
Maslach et al (1997) menjelaskan bahwa siswa yang mengalami kejenuhan
belajar (burnout) mengalami tiga hal utama yakni keletihan emosi (emotional
exhaustion), meningkatnya sikap sinis terhadap belajar (depersonalization) dan
menurunnya keyakinan diri dalam belajar (reduce academic efficacy). Noushad (2008)
menjelaskan bahwa keletihan emosi akibat kejenuhan ditandai dengan sikap mudah
menyerah, lelah dan lesu tanpa gairah belajar. Keletihan emosi mengakibatkan
individu tidak semangat belajar dan merasa energinya terkuras habis tanpa
mendapatkan hal yang penting untuk dirinya. Individu yang mengalami kejenuhan
belajar akan merasa energinya habis secara emosi, mudah putus asa dan frustrasi
(Maslach et al, 1997). Sinisme seringkali disebut depersonalisasi, gejala kejenuhan
dalam bentuk sinisme membuat individu tidak nyaman berada di dalam kelas maupun
mengikuti aktivitas belajar. Maslach et al (1997) menjelaskan bahwa komponen
kejenuhan belajar dalam bentuk sinisme ini muncul dalam bentuk perasaan sinis,
dingin dan menjaga jarak. Artinya individu menunjukkan perilaku mekanisme
pertahanan diri terhadap tuntutan dan beban akademis yang dipikulnya. Bentuk
perilaku sinisme yang seringkali muncul pada siswa yang mengalami kejenuhan
belajar yakni seperti bolos sekolah, marah-marah, tidak mengerjakan tugas rumah,
atau berpikiran negatif terhadap guru dan kehilangan ketertarikan terhadap mata
pelajaran. Siswa yang mengalami kejenuhan belajar juga mengalami penurunan
keyakinan diri dalam belajar. Noushad (2008) menjelaskan bahwa karakteristik
individu yang menderita karena menurunnya keyakinan akademik yakni merasa
menjadi orang yang tidak bahagia dan malang, tidak puas terhadap hasil belajar yang
didapatkannya, merasa tidak kompeten, rasa percaya diri yang rendah dan merasa
tidak berprestasi.
Kondisi seperti ini kerapkali menyebabkan siswa tidak bisa konsentrasi dalam belajar
bahkan memungkinkan untuk terjadinya perilaku menyimpang seperti bolos, pura-pura sakit,
dan lain-lain. Jika hal ini, tidak ditindaklanjuti dengan serius oleh para pendidik maka akan
mengganggu proses belajar dan menurunnya produktivitas belajar. Dengan demikian,
diperlukan layanan bimbingan dan konseling memiliki andil yang sangat besar dalam
membantu siswa atau konseli yang mengalami kejenuhan belajar. Makalah ini menyajikan
sebuah pendekatan dan teknik konseling ego state dalam menangani konseli yang mengalami
kejenuhan belajar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ego state therapy secara efektif dapat
digunakan dalam membantu masalah seperti post traumatic stress disorder (PTSD), depresi,
multiple personality disorder, adiksi, manajemen rasa marah, trauma, panic attack, obsessive
compulsive disorder dan kecemasan (Barabaz & Watkins, 2008; Watkin & Watkins, 1997;
Emmerson; 2007; Philips, 2008).
B. PEMBAHASAN
Untuk memahami lebih jauh bagaimana gambaran konseling ego state bagi konseli
yang mengalami kejenuhan belajar (burnout) berikut ini akan dijelaskan mengenai konsep
konseling ego etate, tujuan dari konseling ego state, penanganan konseli yang mengalami
kejenuhan belajar (burnout) melalui konseling ego state.
Contoh Sesi Konseling Ego State dalam Menangani Konseli yang Mengalami
Kejenuhan Belajar (Burnout)
Skrip dibawah ini merupakan sesi konseling dengan menggunakan ego state dalam
menangani konseli yang mengalami kejenuhan belajar. Nama konseli Andri, ia menunjukkan
gejala kejenuhan belajar yang ditandai dengan tidak ada semangat belajar, merasa bosan
belajar bahkan seringkali bolos sekolah. Berikut cuplikan rangkuman sesi konseling ego state.
Konselor : Andri, bapak ingin andri bayangkan saat dimana andri merasa bosan belajar...merasa jenuh
dan sangat malas sekali untuk belajar. Andri boleh sambil memejamkan mata. Andri bisa
membayangkan sedang berada di dalam kelas dan apa yang terjadi pada andri
Konseli : Saya sedang berada di kelas dan begitu sangat malas sekali belajar. Saya merasa bosan
belajar. Ingin keluar dari kelas dan hilang karena begitu jenuh, pak
Konselor : saat kamu merasa jenuh, dibagian tubuh mana kamu merasakan perasaan jenuh itu ?
Konseli : Kepala saya terasa berat. Dan tubuh saya terasa letih dan malas untuk melakukan sesuatu
Konselor : Coba sekarang andri fokuskan pada perasaan yang jenuh tersebut dan pada bagian kepala
andri
Konseli : Terlalu berat, pak. Saya jadi malas dan capek
Konselor : Jika dikasih nama bagian diri dari andri yang merasa jenuh ini dikasih nama apa ?
Konseli : Boring
Konselor : Oke, terima kasih ’Boring’ telah mau berbicara dengan saya. ’Boring’ adalah bagian diri dari
Andri. Boring, apakah pernah mengalami situasi dimana Boring menikmati belajar ?
Konseli : Tidak pernah
Konselor : Bagaimana ketika sedang berada di rumah ?
Konseli : Sama saja. Malah semakin malas ngapa-ngapain
Konselor : Tentunya susah sekali untuk Boring keluar dari rasa malas belajar. Tapi, Boring ingin kan
agar Andri sukses dan berhasil dalam belajar sehingga Andri bahagia ?
Konseli : Ya, tentu. Saya ingin Andri bahagia dan sukses dalam belajarnya
Konselor : Jika demikian, Boring mau mencoba untuk membantu Andri agar bisa lebih baik lagi dalam
belajar dan dia bisa semangat untuk belajar
Konseli : Ya, tentu saya mau
Konselor : Saya sangat menghargai sekali bantuan ’Boring’. Saya tahu tentunya begitu berat bagi
Boring untuk keluar dari masalah ini. Saya ucapkan terima kasih mau berbicara dengan saya.
Sekarang saya akan berbicara dengan bagian diri yang lain dari Andri. Saya ingin kamu ingat
lagi saat dimana kamu saat dimana kamu merasa begitu bergairah dan semangat dalam
hidup. Mungkin itu dulu pernah kamu alami dan saat ini bawa kembali pengalaman dan
perasaan masa lalu Andri. Coba ceritakan apa yang andri alami ?
Konseli : Saya menjadi juara lomba lari saat SD
Konselor : Kelas berapa itu dan terus apa yang terjadi ?
Konseli : Saat kelas 4 SD. Saya mengikuti lomba lari antar kelas dan saya menjadi juara lari saat itu
Konselor : Apa yang kamu rasakan saat itu ?
Konseli : Senang dan bahagia
Konselor : Pada bagian tubuh mana kamu merasakan perasaan Senang dan bahagia ini ? Apakah di
dadat, diperut atau dimana ?
Konseli : di dada
Konselor : Bagus sekarang kamu fokus pada perasaan senang dan bahagia di bagian dada. Jika
seandainya dikasih nama, diberikan nama apa bagian diri kamu yang senang dan bahagia ini
?
Konseli : Semangat
Konselor : Baik, sekarang saya ingin berbicara dengan si ’Semangat’. Katakan ’Ya, saya disini’ jika
’Semangat’ mendengar suara saya
Konseli : Ya, saya ada disini
Konselor :’Semangat’ saya ucapkan terima kasih karena telah mau berbicara dengan saya. ’Semangat’,
anda adalah bagian diri dari Andri dan saat ini ada bagian diri dari Andri yang bernama
’Boring’, dia merasa malas dan jenuh dalam belajar. Maukah ’Semangat’ membantu ’Boring’
agar termotivasi lagi dalam belajar
Konseli : Saya sih mau aja membantu ’Boring’ agar punya motivasi dalam belajar. Karena itu semua
juga untuk kebaikan masa depan Andri juga
Konselor : Oke, ’Semangat’ saya ucapkan terima kasih karena mau membantu ’Boring’. Sekarang saya
ingin berbicara dengan ’Boring’, bisa mendengar suara saya.
Konseli : Ya, saya bisa mendengar
Konselor : ’Boring’ tadi dengar sendiri kan bahwasanya ’Semangat’ mau membantu ’Boring’ untuk
keluar dari masalah yang sedang ’Boring’ hadapi. Bagaimana ’Boring’ mau berbagi dengan
’Semangat’ tentang perasaan yang mengganggu ’Boring’ ?
Konseli : Ya, tadi saya mendengar. Saya berharap bisa membantu banyak
Konselor : Oke, saya ingin berbicara dengan ’Semangat”. Coba anda katakan kepada ’Boring’ bahwa
saya akan selalu membantumu dan akan selalu ada untukmu dalam menghadapi situasi
terberat apapun dalam hidup. Coba katakan
Konseli : (Konseli menjadi ’Semangat’ dan mengatakan kata-kata yang dipandu oleh Konselor)
Konselor : Oke, sekarang saya ingin berbicara dengan ’Boring’, bagaimana perasaannya sekarang ?
Konselor : Saya merasa lebih baik dan semangat untuk belajar
Konselor : Ya, itu bagus karena ’Boring” anda adalah bagian diri dari Andri dan pasti ingin membuat
Andri bahagia dan tentunya dengan membantu Andri agar senantiasa semangat belajar bisa
membuat Andri bahagia
Konseli : Ya, saya mencoba untuk mulai bangkit dan semangat lagi dalam belajar
Konselor : ’Boring’ apakah anda masih ingin disebut dengan sebutan nama itu atau ingin diubah
menjadi nama yang lebih positif ?
Konseli : saya ingin diubah aja
Konselor : Kira-kira nama apa yang ingin anda gunakan untuk mengganti nama ’Boring’
Konseli : ”Motivator’. Kayanya itu nama yang lebih baik
Konselor : Baiklah mulai sekarang ’Boring’ berubah nama menjadi ’Motivator’ dan akan membantu Andri
agar terus semangat belajar dalam mencapai impiannya
Konseli : Ya
Konselor : Baik, saya ucapkan terima kasih kepada ’Motivator’ dan ’Semangat’ kalian berdua adalah
bagian dari diri Andri yang sangat penting dan akan bersama-sama membantu Andri agar
bahagia. Sekarang, saya persilahkan ’Motivator’ dan ’Semangat’ untuk kembali lagi ke dalam
diri Andri. Sekarang saya ingin berbicara Andri, bisa mendengar suara saya
Konseli : Ya, saya bisa mendengar
Konselor : Andri sekarang saya ingin kamu bayangkan sedang berada di sekolah dan berada di kelas.
Apa yang kamu rasakan ?
Konseli : Saya merasa semangat belajar dengan teman-teman. Semakin yakin bisa mencapai impian
saya
Konselor : Ya, bagus itu artinya Andri berani untuk mengambil keputusan agar lebih dekat dengan
impian Andri dan bapak penasaran apa yang akan terjadi pada diri Andri ketika bisa mencapai
impian-impian Andri.Sekarang Andri boleh membuka mata
Konseli : (Konseli membuka mata) wah, pak saya ucapkan terima kasih. Sekarang saya merasa
semangat lagi dalam belajar.
Contoh ringkasan sesi konseling ego state di atas memberikan gambaran bagaimana cara
menangani konseli yang mengalami kejenuhan belajar (burnout). Langkah-langkah di atas
merupakan penanganan konseling ego state yang spesifik menangani kasus kejenuhan
belajar. Akan tetapi, langkah-langkah tersebut dapat digunakan pada kasus yang berbeda.
C. KESIMPULAN
Kejenuhan belajar harus segera ditangani karena jika tidak tertangani maka siswa
yang mengalami kejenuhan belajar akan menjadi depresi. Model konseling hipotetik ego state
dalam menunrunkan gejala kejenuhan belajar siswa berfokus pada penurunan gejala
kejenuhan belajar yang dirasakan dengan melakukan analisis menggunakan regresi untuk
mengetahui pertama kalinya emosi negatif itu muncul setelah itu melakukan pelepasan dan
mencari ego state lain yang lebih matang untuk mendamaikan bagian diri yang konflik.
Konseling ego state dapat menjadi metode dan alat dalam memberikan bantuan kepada
konseli yang mengalami kejenuhan belajar.
DAFTAR PUSTAKA
Agustin, Mubiar. (2009). Model Konseling Kognitif-Perilaku Untuk Menangani Burnout pada
Mahasiswa (Disertasi). Bandung : PPS UPI
Arif, Antonius. (2011). Ego State Therapy. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama
Barabasz, Arreed, Marianne Barabasz & Jhon G. Watkins. (2011). Single-Session Manualized Ego
State Therapy For Combat Stress Injury, Post Traumatic Stress Disorder, Acuted Stress
Disorder, Part 1 : The Theory. International Journal of Clinical and Experimental Hypnosis, 59,
379-391.
Cherniss. (1980). Staff Burnout Job Stress in the Human Services. London : Sage Publications
Emmerson, Gordon & Debbi Holopainen. (2002). Ego State Therapy and The Treatment of Depression.
The Australian Journal Clinical Hypnotherapy & Hypnosis, 23, 89-100
Emmerson, Gordon. (2006). Advance Skills and Interventions in Therapeutic Counseling. Carmethen,
United Kingdom : Crown House
Emmerson, Gordon. (2010). Ego State Therapy. Carmethen, United Kingdom : Crown House
Forgash, Carol & Jim Knipe. (2008). Integrating EMDR and Ego State Therapy for Client with Trauma
Disorder. In Carol L. Forgash and Margaret Copeley, Healing Trauma with EMDR and Ego
State Therpay. (pp. 91-120). New York, NY : Springer Publishing.
Hartman, David & Diane Zimberoff. (2003). Ego State In Heart-Centered Therapies. Journal of Heart-
Centered Therapies, Vol. 6, No. 1, pp. 47-92
Ilfiandra. (2008). Fenomena Burnout Guru SD di Kota Bandung dan Faktor-Faktor yang
Melatarbelakanginya. Bandung : Jurnal Psikopaedagogia Volume 2 Nomor 3, Mei 2001/2002
Jacobs, et al. (2003). Student Burnout as a Function Personality, Social Support, and Work Load.
Jorunal of Collage Development. [Online]. Tersedia : www.findarticle.com/p/article/mi. [14
November 2009]
Lightsey, R. O. Jr & C.D. Hulsey. (2002). Impulsivity, Coping Stress, Burnout and Problem Gambling
Among University Students. Journal of Couseling Psychology. Vol. 49. No.2. PP. 202-211.
Lynn, Steve Jay & Judith W. Rhue. (1991). Theory of Hypnosis : Current Models and Perspective.
New York : The Guilford Press
Neukrug, Ed. (2012). The World of Counselor : An Introduction to The Counseling Profession.
Belmont, CA : Brooks/Cole
Maslach, Christina et al. (1997). Maslach Burnout Inventory. California : Consulting Psychology Press
Maslach, C & Leiter, P.M. (1993). The Truth About Burnout. How to Organizations Cause Personal
Stress and What to Do About it. San Francisco : Jorsey-Bass Publishers.
Noushad, P.P. (2008). From Teacher Burnout to Student Burnout. [Online]. Tersedia :
http//www.eric.go.id/from-teacher-burnout-to student-burnout.pdf. [5 Desember 2009]
Philips, Maggie. (2001). Healing The Divided Self. In Raymond J. Corsini, Handbook of Innovative
Therapy. (pp. 279-292). New York, NY : Jhon Wiley & Son, Inc.
Philips, Maggie. (2008). Combinging Hypnosis with EMDR and Ego State Therapy for Ego
Strengthening, In Carol L. Forgash and Margaret Copeley, Healing Trauma with EMDR and
Ego State Therpay. (pp. 91-120). New York, NY : Springer Publishing
Schaufeli, W. et al. (2002). Burnout and Engagement in University Student. Journal of Cross
Cultural Psychology. Vol. 33 No. 55. PP. 464-581. Western Washington University
Silvar, Branko. (2001). The syndrome of burnout, self-image, and anxiety with grammar school
students. Journal of Psychology. Vol. 10. No. 2. PP. 21-32. Board of Education of
the Republic of Slovenia
Watkins, Jhon G. & Watkins, Helen H. (1997). Ego State : Theory and Therapy. New York, NY : Norton
& Company
Watkins, Jhon G. & Barabasz, Arreed. (2005). Hypnotherapeutic Techniques 2E. New York, NY :
Routledge
Watkins, Jhon G. & Barabasz, Arreed. (2008). Advanced Hypnotherapy : Hypnodynamic Technique.
New York, NY : Routledge
Watkins, Helen Huth. (1993). Ego State Therapy : Overview. American Journal of Clinical Hypnosis.
Vol. 35, No. 4, pp 232–240.