Вы находитесь на странице: 1из 8

BAB 3

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 PENGKAJIAN
1. Identitas klien
Perilaku kekerasan biasanya terjadi pada seseorang pada keadaan marah,
agresif verbal maupun nonverbal, orang dibawah pengaruh alkohol, orang
dengan gangguan halusinasi dengar maupun penglihatan, serta
mempunyai perasaan benci yang dapat menimbulkan bahaya pada diri
sendiri, orang lain maupun lingkungan.
2. Alasan utama klien dibawa ke Rumah Sakit:
Alasan klien datang ke RSJ, biasanya klien memukul anggota keluarga
atau orang lain, merusak alat “RT dan marah”.
3. Faktor predisposisi
a) Biasanya klien pernah mengalami gangguan jiwa dan kurang berhasil
dalam pengobatan.
b) Pernah mengalami aniaya fisik, penolakan dan kekerasan dalam
keluarga.
c) Klien dengan perilaku kekerasan bisa herediter.
d) Pernah mengalami trauma masa lalu yang sangat mangganggu.
4. Psikososial
a) Genogram
Pada genogram biasanya ada terlihat ada anggota keluarga yang
mengalami kelainan jiwa. Biasanya klien dengan perilaku kekerasan
memiliki latar belakang pola asuh otoriter dari orangtua yang
menjadikan klien kaku, tidak merasa percaya diri, sulit
berkomunikasi, sulit mengeskpresikan emosinya dan lain-lain.
b) Konsep diri
- Gambaran diri
Klien biasanya mengeluh dengan keadaan tubuhnya, ada bagian
tubuh yang disukai dan tidak disukai.
- Identitas
Klien biasanya tidak puas dengan status dan posisinya baik
sebelum maupun ketika dirawat tapi klien biasanya puas dengan
statusnya sebagai laki-laki/perempuan.
- Peran
Klien biasanya menyadari peran sebelum sakit, saat dirawat peran
klien terganggu.
- Ideal diri
Klien biasanya memiliki harapan masa lalu yang tidak terpenuhi
- Harga diri
Klien biasanya memiliki harga diri rendah sehubungan dengan
sakitnya.
c) Hubungan social
Meliputi interaksi social, budaya, konsep rasa percaya dan
ketergantungan. Emosi marah sering merangsang kemarahan orang
lain. Klien seringkali menyalurkan kemarahan dengan mengkritik
tingkah laku yang lain sehingga orang lain merasa sakit hati dengan
mengucapkan kata-kata kasar yang berlebihan disertai suara keras.
Proses tersebut dapat mengasingkan individu sendiri, mengajuhkan
diri dari orang lain, menolak mengikuti aturan.
d) Spiritual
Kepercayaan, nilai dan moral mempengaruhi hubungan individu
dengan linngkungan. Hal yang bertentangan dengan norma yang
dimiliki dapat menimbulkan kemarahan yang dimanifestasikan dengan
amoral dan rasa tidak berdosa.
5. Status mental
a) Penampilan
Biasanya penampilan diri yang tidak rapi, tidak cocok/serasi dan
berubah dari biasanya.
b) Pembicaraan
Biasanya pembicaraannya cepat dan kasar
c) Aktivitas motoric
Aktivitas motoric meningkat klien biasanya terganggu dan gelisah
d) Alam perasaan
Berupa suasana emosi yang memanjang akibat dari factor presipitasi
misalnya: sedih dan putus asa.
e) Afek biasanya sesuai
f) Interaksi selama wawancara
Selama berinteraksi dapat dideteksi sikap klien yang tampak
bermusuhan dan mudah tersinggung.
g) Persepsi
Klien dengan perilaku kekerasan biasanya tidak memiliki kerusakan
persepsi.
h) Proses pikir
Biasanya klien mampu mengorganisir dan menyusun pembicaraan
logis dan koheren.
i) Isi pikir
Keyakinan klien konsisten dengan tingkat intelektual dan latar
belakang budaya klien.
j) Tingkat kesadaran
Biasanya klien tidak mengalami disorientasi terhadap orang, tempat
dan waktu.
k) Memori
Tidak terjadi ganggguan daya ingat jangka panjang maupun jangka
pendek klien mampu mengingat kejadian yang baru saja terjadi.
l) Tingkat konsentrasi dan berhitung
Klien biasanya tidak mengalami gangguan konsentrasi dan berhitung.
m) Kemampuan penilaian
Biasanya klien mampu mengambil keputusan jika menghadapi
masalah yag ringan, klien mampu menilai dan mengevaluasi diri
sendiri.
n) Daya tilik diri
Klien biasanya mengingkari penyakit yang diderita dan tidak
memerlukan pertolongan, klien juga seringmenyalahkan hal-hal diluar
dirinya.
3.2 DIAGNOSA
1. Resiko mencederai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan
berhubungan dengan perilaku kekerasan.
2. Prilaku kekerasan berhubungan dengan perubahan status mental
3. Gangguan sensori persepsi berhubungan dengan halusinasi atau gangguan
psikotik
3.3 INTERVENSI KEPERAWATAN
Perencanaan
Diagnosa
Tujuan & Kriteria Tindakan
Keperawatan Rasionalisasi
Hasil Keperawatan
Resiko mencederai Tujuan umum: klien 1. Bina hubungan saling 1. Hubungan saling
diri sendiri, orang tidak mencederai diri percaya. Salam percaya
lain dan lingkungan /orang lain/lingkungan. terapeutik, perkenalan memungkinkan
berhubungan dengan diri, beritahu tujuan terbuka pada perawat
prilaku kekerasan Tujuan khusus: interaksi, kontrak dan sebagai dasar
1. Klien dapat membina waktu yang tepat, untuk intervensi
hubungan saling ciptakan lingkungan selanjutnya.
percaya yang aman dan
2. Klien dapat tenang, observasi
mengidentifikasi respon verbal dan non
penyebab perilaku verbal, bersikap
kekerasan. empati.
3. Klien dapat 2. Jauhkan barang- 2. Informasi dari klien
mengidentifikasi barang yang dapat penting bagi perawat
tanda-tanda perilaku membahayakan diri untuk membantu kien
kekerasan. klien, orang lain, dan dalam menyelesaikan
4. Klien dapat lingkungan masalah yang
mengidentifikasi konstruktif.
perilaku kekekerasan 3. Beri kesempatan pada 3. mencegah terjadinya
yang biasa klien untuk prilaku kekerasan
dilakukan. mengugkapkan
5. Klien dapat perasaannya.
mengidentifikasi
4. Bantu untuk 4. pengungkapan
akibat perilaku
mengungkapkan perasaan dalam suatu
kekerasan.
penyebab perasaan lingkungan yang tidak
8
jengkel / kesal mengancam akan
menolong pasien
untuk sampai kepada
akhir penyelesaian
persoalan.

5. Anjurkan klien 5. Pengungkapan


mengungkapkan kekesalan secara
dilema dan dirasakan konstruktif untuk
saat jengkel. mencari penyelesaian
masalah yang
konstruktif pula.

6. Observasi tanda 6. mengetaui perilaku


perilaku kekerasan yang dilakukan oleh
pada klien klien sehingga
memudahkan untuk
intervensi.
7. Anjurkan klien untuk 7. memudahkan dalam
mengungkapkan pemberian tindakan
perilaku kekerasan kepada klien.
yang biasa dilakukan.
Prilaku kekerasan Tujuan umum : klien 1. Bina hubungan saling 1. hubungan saling
berhubungan dengan dapat mengontrol percaya dengan percaya
perubahan status perilaku kekerasan pada menggunakan prinsip memungkinkan klien
mental saat berhubungan komunikasi terapeutik terbuka pada perawat
dengan orang lain dan sebagai dasar
Tujuan khusus : untuk intervensi
1. Klien dapat membina selanjutnya.
hubungan saling 2. Diskusikan 2. mengidentifikasi hal-
percaya. kemampuan dan hal positif yang masih
2. Klien dapat aspek positif yang dimiliki klien.
mengidentifikasi dimiliki klien.
kemampuan dan 3. Hindari memberi 3. pemberian penilaian
aspek yang positif penilaian negatif negatif dapat
yang dimiliki. setiap kali bertemu menurunkan
3) klien semangat klien dalam
hidupnya.

4. Bantu klien 4. Klien memilih cara


mengambil keputusan adaptif untuk
untuk mengeluarkan menyalurkan energi
energi marah yang marah ( relaksasi,
adaptif. olah raga, berdoa, dll)
Gangguan sensori Tujuan umum: klien 1. Bina hubungan saling 1. hubungan saling
persepsi dapat berfikir secara percaya, bersikap percaya
berhubungan dengan logis terbuka dan empati memungkinkan klien
halusinasi terbuka pada perawat
Tujuan khusus: dan sebagai dasar
1. Klien dapat membina untuk intervensi
hubungan saling selanjutnya.
percaya 2. Observasi tingkah 2. Mengetahui tingkat
2. Klien dapat laku verbal atau halusinasi pasien
mengenal nonverbal yang
halusinasinya berhubungan dengan
3. Klien dapat halusinasi seperti
mengontrol bicara sendiri dan
halusinasi mata melotot

3. Dorong klien 3. Memudahkan


mengungkapkan tindakan keperawatan
perasaannya ketika terhadap pasien
sedang halusinasi

4. Diskusikan cara 4. Membantu


mengendalikan mengurangi
halusinasi seperti halusinasi pasien
menghardik,
berbincang-bincang
dengan orang lain,
mengatur jadwal
aktifitas,
menggunakan obat
secara teratur

3.4 IMPLEMENTASI KEPERAWATAN


Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh
perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi
kestatus kesehatan yang baik yang menggambarkan kriteria hasil yang
diharapkan (Gordon, 1994, dalam Potter & Perry, 1997).

3.5 EVALUASI
Menurut Yosep (2008: 153), evaluasi yang dapat diambil adalah sebagai
berikut :
1. Identifikasi situasi yang dapat membangkitkan agresif klien
2. Bagaimana keadaan klien saat marah dan benci pada orang tersebut
3. Sudahkah klien menyadari akibat dari perilaku kekerasan dan
pengaruhnya pada yang lain
4. Apakah klien sudah mampu mengekspresikan sesuatu yang berbeda
5. Klien mampu menggunakan aktivitas secara fisik untuk mengurangi
perasaan marahnya
6. Mampu mentoleransi rasa marahnya sehingga tidak menimbulkan agresif
7. Konsep diri klien sudah meningkat
8. Kemandirian dalam berfikir dan aktivitas meningkat

Вам также может понравиться