Вы находитесь на странице: 1из 7

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Anak usia dini adalah anak yang baru dilahirkan sampai usia 6 tahun,

merupakan masa yang sangat strategis bagi perkembangan diusia selanjutnya.

Masa usia dini sering disebut dengan istilah masa keemasan, yaitu waktu yang

tepat bagi anak untuk belajar hidup mandiri, agar di masa selanjutnya, anak

tidak lagi sepenuhnya tergantung kepada orang lain. Kemandirian merupakan

salah satu bagian terpenting yang harus dimiliki setiap individu. Peran

orangtua dalam menerapkan pola asuh yang ideal menentukan kemampuan

anak untuk belajar hidup mandiri. Upaya menjadi mandiri bagi seorang anak

merupakan suatu proses, dimulai dari hal-hal yang sederhana, seperti berusaha

makan sendiri, membereskan mainan setelah selesai bermain, berusaha

memakai kaos kaki dan sepatu sendiri, mandi dan berpakaian sendiri, sampai

penguasaan berbagai keterampilan yang lebih kompleks. Untuk itu diperlukan

sikap bijaksana orangtua agar anak dapat terus termotivasi dalam

meningkatkan kemandiriannya (Maulina, 2014).

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) (2015), dari hasil Proyeksi Sensus

Penduduk 2010, pada tahun 2014 penduduk Indonesia diperkirakan mencapai

252,2 juta jiwa, dan sekitar 82,85 juta jiwa (32,9 %) diantaranya adalah anak-

anak dan remaja, sekitar 9 juta diantaranya (4%) merupakan anak usia 3-4

tahun.

1
2

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa timur, data

jumlah penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin, pada tahun

2015 jumlah anak usia 0‒4 tahun di Jawa Timur sebanyak 2.929.890 jiwa,.

berdasarkan jenis kelamin, anak perempuan sejumlah 1.436.212 jiwa (49%),

dan anak laki-laki sejumlah.1.493.678 (51%). Menurut Ratri (2016), di

kabupaten malang, jumlah balita adalah sebanyak 167.062 balita, yang

tersebar di 33 kecamatan.

Berdasarkan hasil penelitian Sandi (2014), terhadap 85 orangtua di

Taman Kanak-Kanak Muslimat 08, Taman Kanak-Kanak Kartika IV, dan

Taman Kanak-Kanak Trisula 01 Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang,

didapatkan data, pola asuh demokratis sebesar 59,3%., pola asuh otoriter

sebesar 42,4% dan permisif sebesar 40%.

Pola asuh keluarga sangat berpengaruh terhadap pembentukan karakter

anak. Setiap keluarga biasanya memiliki pola asuh terhadap anak yang

berbeda-beda. Pola asuh juga berpengaruh terhadap keberhasilan keluarga

dalam mentransfer dan menanamkan nilai-nilai agama, kebaikan, dan norma-

norma yang berlaku dalam masyarakat. Pola asuh anak meliputi interaksi

antara orangtua dan anak dalam pemenuhan kebutuhan fisik dan psikologis

(Fathi, 2010).

Berdasarkan hasil survey pendahuluan yang dilakukan peneliti pada

tanggal 10 Maret 2015 tentang hubungan antara pola asuh orangtua dengan

kemandirian anak usia di PAUD “ASAKINAH” Desa Pandanrejo Kecamatan

Pagak, terhadap 10 orang ibu siswa didapatkan data : 90 % dari 10 orang

tersebut mengatakan sering menerapkan hukuman dalam mendidik anakya,


3

80% dari 10 orang tersebut mengatakan menghukum dengan cara mencubit,

bahkan kadang memukul jika anaknya sudah keterlaluan. 90 % dari 10 orang

tersebut mengatakan anaknya belum bisa memakai pakaian sendiri, 70 % dari

10 orang tersebut mengatakan anaknya belum bisa buang air besar sendiri.

Wong et al. (2011) menggolongkan pola asuh anak menjadi tiga, yaitu:

pola asuh otoriter, pola asuh permisif dan pola asuh otoritatif. Pada pola asuh

otoriter, orangtua sangat menanamkan disiplin pada anaknya dan menuntut

prestasi tinggi. Namun, dipihak lain orangtua tidak memberikan kesempatan

pada anaknya untuk mengumukakan pendapat sesuatu sekaligus memenuhi

kebutuhan anak. Tipe pola asuh otoriter ini membuat anak mandiri karena sifat

orangtua yang terlalu disiplin dan tegas. Tetapi, kemandirian anak tersebut

bukan lahir dari kesadarannya sendiri, melainkan kemandirian karena sikap

orangtua yang terlalu memaksa dalam memperoleh prestasi anak. Sedangkan

pola asuh permisif, orangtua menunjukkan sikap demokratis dan kasih sayang

tinggi, tetapi dengan kendali dan tuntutan prestasi yang rendah. Pada tipe pola

asuh ini anak tidak mandiri karena orangtua terlalu memanjakan anaknya

sehingga anak tidak peduli dengan tanggung jawab, susah bergaul, dan dapat

menghambat perkembangan moral anak. Demikian juga dengan pola asuh

otoritatif, orangtua memberikan kontrol dengan mengendalikan anak untuk

mencapai target tertentu. Akan tetapi, orangtua juga memberi anak kesempatan

untuk menyampaikan keluhan dan pendapatnya. Dalam penelitian Wong

menunjukkan bahwa pola pengasuhan otoritatif sangat mendukung

perkembangan kemandirian (healthy autonomy) pada anak.


4

Kemandirian pada anak umumnya dikaitkan dengan kemampuan anak

untuk melakukan segala sesuatunya sendiri. Apakah itu makan sendiri,

memakai baju sendiri, dan menalikan sepatunya sendiri tanpa harus tergantung

pada bantuan orang lain. Anak yang mempunyai rasa mandiri akan mampu

menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungan dan dapat mengatasi kesulitan

yang terjadi. Disamping itu anak yang mempunyai kemandirian akan memiliki

stabilitas emosional dan ketahanan yang mantap dalam menghadapi tantangan

dan tekanan didalam kehidupannya (Hogg & Blau, 2014).

Anak merupakan masa depan keluarga bahkan bangsa oleh sebab itu

perlu dipersiapkan agar kelak menjadi manusia yang berkualitas, sehat,

bermoral dan berguna bagi dirinya, keluarga dan bangsanya. Seharusnya perlu

dipersiapkan sejak dini agar mereka mendapatkan pola asuh yang benar saat

mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan. Pola asuh yang baik

menjadikan anak berkepribadian kuat, tak mudah putus asa, dan tangguh

menghadapi tekanan hidup. Pola asuh otoritatif merupakan pola asuh yang

paling ideal untuk diterapkan orangtua (Puspa, 2013).

Berdasarkan latar belakang di atas penulis tertarik melakukan penelitian

yang berjudul “Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Kemandirian Anak

Usia 3-4 tahun di PAUD “ASAKINAH” Desa Pandanrejo Kecamatan Pagak “

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1. Pernyataan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah “Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan


5

Kemandirian Anak Usia 3-4 tahun di PAUD “ASAKINAH” Desa

Pandanrejo Kecamatan Pagak”

1.2.2. Pertanyaan Masalah

“Apakah ada hubungan pola asuh orang tua dengan kemandirian

anak usia 3-4 tahun di PAUD “ASAKINAH” Desa Pandanrejo

Kecamatan Pagak?”

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Mengetahui sejauh mana hubungan pola asuh orangtua dengan

kemandirian anak usia 3-4 tahun di PAUD “ASAKINAH” Desa

Pandanrejo Kecamatan Pagak”.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi pola asuh orangtua di PAUD “ASAKINAH”

Desa Pandanrejo Kecamatan Pagak.

2. Mengidentifikasi kemandirian anak usia 3-4 tahun di PAUD

“ASAKINAH” Desa Pandanrejo Kecamatan Pagak.

3. Menganalisis hubungan pola asuh orangtua dengan kemandirian

anak usia 3-4 tahun di PAUD “ASAKINAH” Desa Pandanrejo

Kecamatan Pagak.
6

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Orangtua

Memberikan informasi kepada masyarakat/orangtua akan

pentingnya memberikan pola asuh orangtua dengan kemandirian anak

usia 3-4 tahun.

1.4.2 Bagi Tempat Penelitian

Sebagai masukan dan informasi untuk tenaga pendidik yang

berperan sebagai fasilitator bagi anak didiknya dalam meningkatkan

pola asuh orangtua dengan kemandirian.

1.4.3 Bagi Institusi Pendidikan Keperawatan

Sebagai bahani nformasi dan masukan bagi pendidikan dan sebagai

bahan referensi untuk penelitian berikutnya, terutama berkaitan dengan

pola asuh orangtua.

1.4.4 Bagi Peneliti Selanjutnya

Sebagai informasi dan bahan masukan guna mengembangkan

keilmuan serta memberikan gambaran untuk melakukan penelitian

selanjutnya, terutama yang berkaitan dengan pola asuh orangtua dengan

kemandirian anak.

1.4.5 Bagi Penulis

Sebagai syarat kelulusan dalam menempuh pendidikan di STIKES

Husada Jombang, serta memperoleh pengalaman dalam melaksanakan

aplikasi Riset Keperawatan didalam pelayanan keperawatan, khususnya

penelitian tentang pola asuh orangtua dengan kemandirian anak.


7

1.4.6 Bagi Teman Sejawat

Sebagai tambahan referensi mengenai penerapan pola asuh

orangtua di masyarakat serta kondisi kemandirian anak usia 3-4 tahun

sehingga dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam memberikan

pendidikan kesehatan terhadap masyarakat.

Вам также может понравиться