Вы находитесь на странице: 1из 14

MAKALAH

DIFUSI OSMOSIS IMBIBISI

Disusun Oleh :

 INDRA LESMANA
 DEDE ANDRI FAUZI

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU


PENDIDIKAN ARRAHMANIYAH
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan


rahmat dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ini, yang nantinya akan menjadi referensi bagi kami dan teman-teman.
Kami berharap dengan adanya tugas ini dapat memberikan tambahan
pengetahuan.

Kami sadar bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh
karena itu kami selaku penyusun senantiasa mengharapkan kritik dan
saran yang sifatnya membangun untuk bahan acuan tugas berikutnya.

Ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu hingga
makalah ini dapat terselesaikan, terutama kepada Dosen yang telah
membimbing kami. Akhir kata kami selaku penyusun memohon maaf atas
segala kekurangan dari tugas kami. Semoga Allah meridhoi usaha kami.
Amin

Rangkasbitung, Oktober 2018

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................... i


DAFTAR ISI ......................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................... 1


A. Latar Belakang .......................................................................... 1
B. Tujuan Penulisan ...................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ....................................................................... 2


A. Pengertian Difusi ...................................................................... 2
B. Pengertian Osmosis ................................................................. 4
C. Pengertian Imbibisi ................................................................... 6

BAB III PENUTUP ............................................................................... 10


A. Kesimpulan ............................................................................... 10

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 12

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Mempelajari dunia kehidupan tidak terlepas dari pengetahuan
tentang hierarki biologi. Dalam pengetahuan biologi, sel merupakan unit
terkecil yang dapat melakukan aktivitas kehidupan. Selain itu, dalam
organisme terdapat alat transpor yang mampu mengatur organisme
lainnya. Sehingga membran sel tersusun atas senyawa fosfolipid bilayer.
Oleh karena itu, sel mampu melakukan transpor zat. Hal ini sangat
dibutuhkan oleh tumbuhan agar mereka dapat mendistribusikan energi
yang mereka dapatkan dari alam.
Metabolisme pada organisme multiselluler mencakup beberapa hal,
antara lain transport zat hara dan transport ion. Sistem transport pada
hewan yaitu sistem sirkulasi. Pada sistem sirkulasi, aliran materi terjadi
karena adanya daya dorong dari organ pemompa. Sedang sistem
transport pada tumbuhan yaitu sistem vaskuler, pada sistem ini aliran
senyawa berlangsung mengikuti atau melawan padatan (gradient)
konsentrasi.
Untuk kelangsungan hidupnya tumbuhan memerlukan beberapa
zat. Zat yang diperlukan tumbuhan diambil dari lingkungan sebagian besar
berupa: O2 dan CO2 dari udara diambil melalui daun; air dan mineral dari
dalam tanah diambil melalui ujung akar dan bulu-bulu akar. Bagi
tumbuhan tingkat rendah, pengambilan zat-zat dapat dilakukan oleh
permxkaan tubuhnya. Kemampuan tumbuhan mengambil zat-zat dari
lingkungan dilakukan dengan cara Difusi, Osmosis dan Imbibisi

B. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk menjelaskan
mengenai sistem antara tumbuhan dengan lingkungan, dan untuk
menjelaskan mengenai difusi dan osmosis beserta hal-hal yang
berhubungan dengan Difusi, Osmosis dan Imbibisi.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Difusi

Istilah Difusi sering kali digunakan untuk menggambarkan proses


perpindahan satu zat ataupun partikel dari satu bagian wilayah ke bagian
wilayah lainnya. Proses ini biasanya banyak terjadi dalam aktivitas atau
pun dunia biologi. Beberapa contoh proses difusi dalam dunia biologi yaitu
difusi pupuk ke dalam tanaman, imbibisi, proses penyerapan nutrisi
makanan ke dalam tubuh, dan berbagai proses difusi lainnya.
Definisi dan Pengertian Difusi
Difusi merupakan istilah yang menggambarkan proses perpindahan
zat-zat ataupun partikel dari satu bagian wilayah ke bagian wilayah
lainnya yang memiliki perbedaan konsentrasi.

Gambar 2.1. Proses Difusi

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecepatan Difusi

 Ukuran Partikel
Faktor utama yang paling mempengaruhi tingkat kecepatan difusi
adalah ukuran partikel. Seperti yang kita ketahui bersama, semakin
besar ukuran sebuah partikel, maka sulit pula partikel tersebut
untuk dipindahkan. Nah, dalam proses terjadi nya difusi, ukuran

2
partikel juga berbanding lurus dengan tingkat kecepatan proses
difusi (semakin besar ukuran partikel, maka semakin lama pula
waktu yang diperlukan dalam proses terjadinya difusi).

 Ketebalan Membran
Faktor yang mempengaruhi kecepatan difusi yang kedua adalah
ketebalan membran sel. Seperti yang telah dijelaskan di atas, difusi
merupakan proses perpindahan zat ataupun partikel dari satu
bagian berkonsentrasi tinggi ke bagian berkonsentrasi rendah. Nah,
dalam proses perpindahan ini, zat yang akan berpindah biasanya
akan melewati membran tertentu. Sama seperti halnya ukuran
partikel, ketebalan membran juga berbanding lurus dengan
kecepatan terjadinya difusi (semakin tebal membran, maka
semakin banyak pula waktu yang dibutuhkan dalam proses difusi).

 Luas Suatu Area


Faktor ketiga yang mempengaruhi kecepatan difusi adalah luas
suatu area. Semakin luas ukuran area terjadinya difusi, maka
semakin luas pula bagian yang dapat bersinggungan. Dampaknya,
proses perpindahan zat pun berlangsung dengan lebih cepat.

 Jarak
Faktor keempat yang mempengaruhi kecepatan difusi adalah jarak
antara dua konsentrasi tempat terjadinya difusi. Sama seperti
halnya perpindahan normal, semakin jauh jarak konsentrasi yang
perlu ditempuh dalam perpindahan partikel, maka semakin lama
pula waktu yang dibutuhkan oleh partikel tersebut untuk berpindah
dari satu konsentrasi ke konsentrasi lainnya.

3
 Suhu
Faktor terakhir yang juga tidak kalah berpengaruh terhadap
kecepatan proses difusi adalah suhu. Untuk bergerak dengan lebih
cepat, partikel biasanya membutuhkan energi yang besar. Dan
salah satu sumber energi adalah panas, sehingga dalam kondisi
suhu yang tinggi proses difusi dapat berlangsung dengan lebih
cepat dari kondisi normalnya.

B. Pengertian Osmosis

Osmosi itu sendiri tentu saja diartikan sebagai proses berpindahnya


pelarut dari sebuah larutan yang mana mempunyai daya konsentrasi yang
rendah ataupun pelarut yang murni dengan melewati membran
semppermeabel ke larutan yang mempunyai daya konsentrasi yang lebih
tinggi sehingga pada akhirnya tercapai keseimbangan untuk laju
pelarutnya. Proses ini tentu akan membuat molekul-molekul yang ada
pada pelarut akan berpindah dari larutan yang lebih encer ke larutan yang
lebih kental ataupun pekat. Osmosis juga bisa diartikan sebagai suatu
fenomena yang terjadi alami namun bisa bisa dihambat secara buatan
tentunya dengan meningkatkan tekanana dibagian konsentrasi yang lebih
tinggi ataupun pekat sehingga nantinya akan melebih bagian konsentrasi
yang lebih encer yang dilambangkan dengan π.

4
 Proses Osmosis
Anda bisa melihat proses Osmosis itu sendiri melalui suatu bejana
yang dipisahkan oleh selaput semipermiable yang mana
ditempatkan 2 larutan glukosa yang terdiri dari air yang berfungsi
sebagai pelarut dan juga glukosa sebagai zat yang akan terlarut
tentunya dengan konsentrasi yang berbeda satu sama lain. Air
tersebut akan bergerak mulai dari larutan konsentrasi yang rendah
bergerak menuju ke glukosa yang memiliki konsentrasi yang lebih
tinggi melewati selaput permeable. Di proses ini, pergerakan air itu
sendiri mulai berjalan dari larutan yang konsentrasinya tinggi ke
konsentrasinya yang rendah. Larutan dengan konsentrasi zat larut
lebih tinggi disini disebut juga dengan larutan hipertonis sedangkan
untuk larutan dengan konsentrasi yang lebih rendah disebut juga
dengan isotonis. Sedangkan untuk larutan yang berada diluar sel
dan konsentrasinya lebih rendah didalam sel disebut juga dengan
larutan hipotonis.

 Contoh Osmosis
Contoh nya bisa Anda coba merendam sebuah wortel kedalam
larutan garam 10%, nantinya sel-selnya pada wortel akan hilang

5
rigiditas (kekakuannya). Tentu saja hal tersebut bisa terjadi karena
potensiaol air dalam sel wortel jauh lebih tinggi jika dibandingkan
dengan potensial air pada garam yang mana membuat air dalam
sel akan keluar ke larutan garam tersebut. Jika Anda
mengamatinya dengan menggunakan mikrosksp maka vakuola sel-
sel wortel akan tidak tampak dan sitoplasma akan terlihat
mengkertu dan juga membrane sel akan terkelupas keluar dari
dindingnya.

C. Pengertian Imbibisi

Imbibisi merupakan penyerapan air oleh imbiban


Contoh: penyerapan air oleh benih
Proses awal perkecambahan
Benih akan membesar, kulit benih pecah, berkecambah
Ditandai oleh keluarnya radikula dari dalam benih

syarat terjadinya imbibisi:


Perbedaan Ψ antara benih dengan larutan, dimana Ψ benih < Ψ larutan
Ada tarik menarik yang spesifik antara air dengan benih

6
Benih memiliki partikel koloid yang merupakan matriks, bersifat hidrofil
berupa protein, pati, selulose
Benih kering memiliki Ψ sangat rendah. Hubungan antara Ψ dengan
komponen penyusun: Ψ = Ψm + Ψp
Volume air yang diserap + volume biji mula-mula > volume biji setelah
menyerap air, sebagian air telah digunakan untuk menjalankan proses
metabolisme
Proses metabolime: aktivasi enzim, hidrolisis cadangan makanan,
respirasi

PLASMOLISIS
Peristiwa terlepasnya membran plasma dari dinding sel karena terjadinya
eksoosmosis (sel ditempatkan dalam larutan yang hipertonik)
Apakah sel yang mengalami plasmolisis bisa pulih kembali? Bisa, asalkan
plasmolisis belum parah dan lingkungan sel segera berubah menjadi
hipotonik terhadap cairan sel sehingga terjadi endoosmosis, yang
akhirnya sel mengalami deplasmolisis

AIR
BM air: 34, relatif kecil
Adanya ikatan hidrogen yang sangat kuat pada molekul air menyebabkan
seolah-olah BM air sangat besar
Titik beku air 0oC, titik didih 100oC, memiliki sifat anomali. Molekul lain
dengan BM kecil seperti itu, pada suhu < 0oC sudah menguap
Contoh H2S, titik bekunya – 80oC, titik didihnya – 61oC

PERANAN AIR
Air sangat penting bagi kehidupan tanaman, peranannya:
Merupakan 90 – 95% penyusun tubuh tanaman
Aktivator enzim
Pereaksi dalam reaksi hidrolisis
Sumber H dalam fotosintesis

7
Penghasil O2 dalam fotosintesis
Pelarut dan pembawa berbagai senyawa
Menjaga Ψp sel yang penting untuk pembelahan, pembesaran,
pemanjangan sel, mengatur bukaan stomata, gerakan daun dan bunga
(misal epinasti)
Pemacu respirasi
Mengatur keluarmasuknya zat terlarut ke dan dari sel
Mendukung tegaknya tanaman, terutama pada tanaman herbaceus
Agensia penyebaran benih tanaman
Mempertahankan suhu tanaman tetap konstan pada saat cahaya penuh
MACAM-MACAM AIR:
Air gravitasi: berada di pori makro tanah, diikat sangat lemah oleh partikel
tanah, dengan cepat turun ke lapisan yang lebih dalam, tidak dapat
dimanfaatkan tanaman
Air kapiler: terdapat di pori mikro tanah, melapisi butiran tanah, diikat
longgar oleh partikel tanah, dapat dilepaskan oleh perakaran, dapat
diserap akar
Air higroskopis: air yang menempati posisi sangat dekat dengan partikel
tanah, diikat sangat kuat, akar tidak mampu memutus ikatan, tidak dapat
diserap akar

AIR TERSEDIA BAGI TANAMAN:


Air kapiler
Air kapiler: batas atas kapasitas lapangan (Ψ = - 0,3 bar), batas bawah
titik layu permanen (Ψ = - 15 bar)
Batasan air kapiler bagi Agronom: batas atas sama seperti batasan air
kapiler di atas (= - 0,3 bar), tetapi batas bawah tidak jelas karena tingkat
ketahanan tanaman terhadap kekeringan berbeda tergantung jenis
tanamannya
Bagi tanaman yang tidak tahan kering (misal bayam), bisa saja batas
bawahnya > - 15 bar
Bagi tanaman yang tahan kering (misal kaktus, kurma, dll), bisa saja batas

8
bawahnya < - 15 bar
Kapasitas lapangan adalah kandungan lengas tanah pada saat setelah
semua air gravitasi terbuang, sehingga yang tersisa di dalam tanah tinggal
air kapiler
Waktu penghilangan air gravitasi dari partikel tanah berbeda-beda
tergantung kepada komposisi fraksi penyusun tanah tersebut
Tanah yang didominasi fraksi lempung (misal tanah latosol) butuh waktu
lama untuk menghilangkan air gravitasi (> 4 hari)
Tanah yang didominasi fraksi pasir (misal tanah regosol) butuh waktu
lebih singkat untuk menghilangkan air gravitasi (1 – 3 hari)
Titik layu tetap: kandungan lengas tanah yang menyebabkan tanaman
yang tumbuh di atasnya mengalami layu tetap (tidak bisa segar kembali
meskipun ke dalam tanah ditambah lengasnya/ tidak bisa segar kembali
meskipun tanaman ditempatkan ke dalah ruangan yang jenuh uap air)
Kenapa? Karena plasmolisis yang terjadi pada sel tanaman sudah lanjut
dan sel terlanjur mati, meskipun tanaman disiram deplasmolisis tidak akan
terjadi, tanaman mati

9
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

 Difusi dan osmosis merupakan transpor pasif zat. Selain difusi dan
osmosis juga ada difusi terfasilitasi yang juga merupakan transpor
pasif.
 Difusi adalah pergerakan zatdari konsentrasi tinggi ke konsentrasi
rendah tanpa memerlukan energi.
 Osmosis adalah pergerakan zat melalui membran dari konsentrasi
tinggi ke konsentrasi rendah tanpa memerlukan energi.
 Faktor-faktor yang mempengaruhi difusi adalah temperatur, ukuran
molekul, berat molekul, gradien konsentrasi, luas permukaan
membran, kelarutan, dan jarak tempat berlangsungnya difusi.
 Faktor-faktor yang mempengaruhi osmosis adalah temperatur, zat
terlarut, luas permukaan, jarak zat terlarut dan pelarut, ukuran
molekul, dan tebal membran.
 Imbibisi merupakan absorpsi air oleh bahan – bahan koloid dan zat
padat dalam bagian tumbuhan. Masuknya air sering disertai
dengan membengkaknya bahan koloid dan peningkatan berat
tumbuhan.
 Pada dasarnya proses imbibisi yang terjadi di dalam biji tumbuhan
meliputi dua proses yang berjalan bersama-sama, yaitu proses
difusi dan osmosis.

10
DAFTAR PUSTAKA

Alkatiri, S. 1996. Kajian Ringkas Biologi. Airlangga University Press:


Surabaya.
Annur, H dan H.H, Santosa, 2008, Analisa Temperatur Pada Proses Difusi
Obat Dalam Membran Dengan Metode Diferensial Parabolik Untuk
Mendeteksi Sinyal Fotoakustik, Jurnal Ilmiah GIGA, Vol. 11, No.3, Hal: 45-
56.
Bresnick, S. 2003. Intisari Biologi. Hipokrates: Jakarta.
Keenan, Donald, dan Jesse. 1984. Ilmu Kimia Untuk Universitas.
Erlangga: Jakarta.
Kimball, J.W. 1999. Biologi Edisi Pertama. Erlangga: Jakarta.
Kustiyah, 2007, Miskonsepsi Difusi dan Osmosis Pada Siswa MAN Model
Palangkaraya,Jurnal Ilmiah Guru Kanderang Tingang, Vol. 1, No. 1, Hal:
24-37.
Loveless, A.R. 1991. Prinsip-Prinsip Biologi Tumbuhan Untuk Daerah
Tropik I. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta.
Parjatmo,W. 1987. Biologi Umum I. Angkasa Bandung: Bandung.
Santoso, B. 2005. Biologi dan Kecakapan Hidup. Ganeca Exact : Jakarta.
Yusuf, E., T.A. Rachmanto dan R. Laksmono, 2008, Pengolahan Air
Payau Menjadi Air Bersih Dengan Menggunakan Membran Reverse
Osmosis, Jurnal Ilmiah Teknik Lingkungan, Vol. 1, No. 1, Hal : 6-15.

11

Вам также может понравиться