Вы находитесь на странице: 1из 10

FONEM DAN ALOFON

MAKALAH

diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Fonologi yang diampu oleh
Yusep Ahmadi F., M.Hum.

Disusun oleh:
Anisa Nurwanti 17210004
Andriani Setiawati 17210009
Sri Yuli 17210074

FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA


PROGRAM PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA
IKIP SILIWANGI
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah
memberikan banyak nikmatnya kepada kami. Tanpa pertolongan-Nya mungkin kami tidak
akan sanggup menyelesaikan dengan baik. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu
tugas yang diberikan kepada kami dan agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang
fonologi. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama dari Tuhan akhirnya makalah ini
dapat terselesaikan.

Penyusun makalah ini tidak berniat untuk mengubah materi yang sudah tersusun.
Namun, hanya lebih pendekatanpada studi banding atau membandingkan beberapa materi
yang sama dari berbagai referensi. Makalah ini memuat tentang Fonem dan Alofon.

Kami juga mengucapkan terimakasih kepada dosen Fonologi yang telah membimbing
kami agar dapat mengerti tentang bagaimana cara kami menyusun makalah ini. Tidak lupa
pula kepada rekan-rekan yang telah ikut berpartisipasi. Sehingga makalah ini selesai tepat
pada waktunya.

Akhirnya kami menyadari dalam penulisan makalah ini jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, dengan segala kerendahan hati kami meminta kritik dan saran agar penyusunan
makalah selanjutnya menjadi lebih baik. Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan
yang lebih luas kepada pembaca. Walaupun makalah ini memiliki banyak kekurangan. Kami
mohon kritrik dan sarannta.

Cimahi, Maret 2018

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Fonemik adalah bidang linguistik yang mempelajari bunyi bahasa tanpa dengan
memperhatikan apakah bunyi tesebut mempunyai fungsi sebagai pembeda makna atau
tidak. Objek kajian fonemik adalah fonem. Lalu, persoalan kita apa bedanya fon dan
fonem, sebab keduanya sama-sama bunyi bahasa.
Bunyi-bunyi bahasa baik yang disebut vocal maupun konsonan jumlahnya sangat
banyak. Bunyi-bunyi tersebut, meskipun merupakan representasi dalam pertuturan,
ternyata yang satu dengan yang lain dapat bergabung dalam satu kesatuan yang statusnya
lebih tinggi yaitu sebuah fonem, sehingga dapat membedakan makna kata. Jadi, fonem
merupakan abstraksi dari satu atau sejumlah fon, entah vokal maupun konsonan.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dapat diambil rumusan masalah
sebagai berikut :
1. Apa pengertian fonem?
2. Bagaimana mengetahui sebuah bunyi adalah fonem atau bukan?
3. Apa itu alofon?

1.3 TUJUAN
Tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengertian fonem dan contohnya
2. Untuk mengetahui sebuah bunyi adalah fonem atau bukan.
3. Untuk mengetahui tentang alofon.
BAB II
FONEM DAN ALOFON

2.1 FONEM
Ada banyak versi mengenai definisi atau konsep fonem. Namun, intinya fonem
adalah satu kesatuan bunyi terkecil yang dapat membedakan makna kata. Mungkin kita
bertanya-tanya apakah sama antara fonem dan dengan huruf? Tentu saja tidak, fonem
adalah bunyi dari huruf, dan huruf adalah lambing dari bunyi. Jadi, fonem sama dengan
bunyi, sedangkan huruf adalah lambing. Jumlah huruf hanya 26. Setelah kita melafalkan
ke 26 huruf itu, berarti kita mendapatkan 26 bunyi huruf (fonem). Akan tetapi, jumlah
fonem dalam bahasa Indonesia ternyata lebih dari 26 karena beberapa huruf mempunyai
lebih dari satu lafal bunyi.

Bagaimana kita tahu sebuah bunyi adalah fonem atau bukan fonem. Banyak cara dan
prosedur telah dikemukakan berbagai pakar. Namun, intinya adalah kalau kita ingin
mengetahui sebuah bunyi adalah fonem atau bukan, kita harus mencari yang disebut
pasangan minimal atau minimal pair, yaitu dua buah bentuk yang bunyinya mirip dan
hanya sedikit berbeda. Umpamanya kita ingin mengetahui bunyi [a] fonem atau bukan,
maka kita cari, misalnya, pasangan kata jahat dan jahit. Kedua kata ini mirip sekali.
Masing-masing terdiri dari lima buah bunyi. Kata jahat terdiri dari bunyi [j], [a], [h], [a],
dan bunyi [t]; sedangkan kata jahit terdiri dari bunyi [j], [a], [h], [i], dan [t]. Jadi, pada
pasangan jahat dan jahit terdapat empat buah bunyi yang sama, yaitu bunyi pertama,
kedua, ketiga, dan kelima. Yang berbeda hanya bunyi keempat, yaitu bunyi [a] pada kata
jahat dan bunyi [i] pada kata jahit.

j a h a t

j a h i t

Dengan demikian kita sudah dapat membuktikan bahwa bunyi [a] dalam bahasa
Indonesia adalah fonem. Mengapa? Karena kalau posisinya diganti oleh [i], maka
maknanya akan berbeda. Sebagai sebuah fonem, bunyi [a] itu ditulis di antara dua garis
miring menjadi /a/.
Apakah bunyi [i] pada pasangan kata jahat dan jahit itu juga sebuah fonem? Dengan
sendirinya, bunyi [i] itu juga adalah sebuah fonem, karena kalau posisinya diganti oleh
bunyi lain, maknanya juga akan berbeda.

Pasangan minimal merupakan pasangan dua kata dasar yang artinya berbeda, jumlah
dan urutan bunyinya sama, dan di dalamnya hanya berbeda satu bunyi. Dari sebuah
pasangan minimal hanya dapat diperoleh dua fonem. Memang ada kemungkinan kita
sukar mencari pasangan minimal untuk membuktikan sebuah bunyi adalah sebuah fonem
atau bukan.

Setiap bunyi bahasa memiliki peluang yang sama untuk menjadi fonem. Namun,
tidak semua bunyi bahasa pasti akan menjadi fonem. Bunyi itu harus diuji dengan
beberapa pengujian penemuan fonem. Nama fonem, ciri-ciri fonem, dan watak fonem
berasal dari bunyi bahasa. Adakalanya jumlah fonem sama dengan jumlah bunyi bahasa,
tetapi sangat jarang terjadi. Pada umumnya fonem suatu bahasa lebih sedikit daripada
jumlah bunyi suatu bahasa.

Contoh:

 Pada pasangan kata bahasa Jawa pala dan bala. Kedua kata itu mempunyai makna
yang berbeda karena adanya perbedaan bunyi pada awal kata, yaitu bunyi [p] dan
[b]. Kata pertama berarti ‘buah pala’, sedangkan kata kedua berarti ‘teman’. Kedua
bunyi itu merupakan fonem yang berbeda dan masin-masing ditulis sebagai /p/ dan
/b/.
 Pada pasangan kata kaki dan kaku. Kedua kata itu mempunyai makna yang berbeda
karena adanya perbedaan bunyi pada akhir kata, yaitu bunyi [i] dan [u]. Kata
pertama berarti ‘anggota gerak bagian bawah’, sedangkan kata kedua berarti
‘keras/tidak ealstis’. Kedua bunyi itu merupakan fonem yang berbeda dan masin-
masing ditulis sebagai /i/ dan /u/.

2.2 ALOFON
Alofon adalah pembedaan realisasi pelafazan fonem karena posisi yang berbeda
dalam kata. Misalkan fonem /b/ dalam bahasa Indonesia dilafazkan pada posisi awal
("besar") dan tengah ("kabel") berbeda dengan fonem ini pada posisi akhir ("jawab").
Kalau kita melihat kembali pembicaraan mengenai vokal maka kita melihat bahwa
bunyi vokal depan tinggi ada dua, yaitu: vokal depan tinggi atas [i] dan vokal depan
tinggi bawah [I]. begitu juga vokal belakang tinggi ada dua, yaitu: vokal belakang tinggi
atas [u]dan vokal belakang tinggi bawah [U]. Demikian juga vokal belakang sedang ada
dua, yaitu vokal belakang sedang atas [o] dan vokal belakang sedang bawah [‫]כ‬.
Persoalan kita sekarang apakah bunyi vokal [i] dan vokal [I] dua buah fonem atau
sebuah fonem. Alau kita menggunakan cara dengan mencari pasangan minimal untuk
kedua bunyi vokal itu dalam bahasa Indonesisa ternyata sampai saat ini tidak ada. Yang
menjadi kenyataan adalah bahwa kedua vokal itu, [i] dan [I] memiliki distribusi yang
berbeda. Vokal [i] menempati posisi pada silabels (suku kata) terbuka, silabel yang tidak
memiliki koda, sedangkan vokal [I] menempati silabel yang mempunyai koda. Simak:
Vokal [i] pada kata <i.ni> [ini]; <ti.ti> [titi]; dan <i.si> [isi]
Vokal [I] pada kata <benih> [b∂nIh]; <ba.tik> [batIk]; dan <ta.sik> [tasIk]

Oleh karena itu bisa disimpulkan bahwa:


a. Vokal [i] dan [I] bukanlah merupakan dua fonem, melainkan cuma anggota dari
sebuah fonem yang sama yaitu fonem /i/
b. Vokal [i] dan vokal [I] distri businya tidak sama: vokal [i] berdistribusi pada silabel
terbuka atau silabel tidak berkoda; sedangkan vokal [I] berdistribusi pada silabel
tertutup atau silabel berkoda.
c. Vokal [i] dan vokal [I] memiliki distribusi komplementer, berdistribusi yang saling
melengkapi.

Analog dengan kasus vokal [i] dan vokal [I], maka dapat dikatakan vokal [u] dan
vokal [U] juga merupakan anggota dari satu fonem yang sama, yaitu fonem /u/, yang
juga berdistribusi secara komplementer. Vokal [u] untuk silabel terbuka (tak berkoda),
dan vokal [U] untuk silabel tertutup (berkoda). Seperti yang tertera dibawah ini, yaitu
sebagai berikut:
Vokal [u] pada kata [buku]; [ibu]; dan [itu]
Vokal [U] pada kata [akUr]; [libUr]; dan [atUr]

Hal yang sama terjadi juga pada kasus vokal [o] dan vokal [‫]כ‬. Dimana vokal [o]
untuk silabel terbuka, seperti pada kata [took] dan [bodo], sedangkan vokal [‫ ]כ‬untuk
silabel tertutup seperti [t ‫כ‬k ‫כ‬h] dan [b ‫כ‬d ‫כ‬h].
Vokal-vokal yang menjadi anggota dari sebuah fonem, seperti [u] dan [U] untuk
fonem /u/ disebut dengan istilah alofon. Dengan demikian kalau dibalik, bisa dikatakan
alofon adalah anggota dari sebuah fonem atau varian dari sebuah fonem.
Dari pembicaraan tentang fonem dan alofon diatas, dapat dikatakan bahwa fonem
merupakan konsep abstrak karena kehadirannya dalam ujaran dia diwakili oleh alofon
yang sifatnya konkrit, dapat diamati (didengar) secara empiris. Jadi, misalnya fonem /i/
pada kata diwakili oleh alofon [i], karena lafal kata itu adalah [tani], sedangkan pada kata
diwakili oleh alofon [I], karena lafalnya adalah [tarIk]. Contoh fonem /k/ pada kata
diwakili oleh alofon [k] karena lafalnya adalah [baku], sedangkan pada kata diwakili
oleh alofon [?] karena lafalnya [bapa?]
Dengan perkataan lain, fonem /i/ direalisasikan oleh alofon [i] dan alofon [I], fonem
/u/ direalisasikan oleh alofon [u] dan alofon [U], sedangakan fonem /o/ direalisasikan
oleh alofon [o] dan alofon [‫]כ‬.
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Unsur bahasa yang terkecil berupa lambang bunyi ujaran disebut
fonem. Ilmu yang mempelajari fonem disebut fonologi atau fonemik. Fonem
dihasilkan oleh alat ucap manusia yang dikenal dengan artikulasi. Dalam
bentuk tertulisnya disebut huruf. Dari pembicaraan tentang fonem dan alofon diatas,
dapat dikatakan bahwa fonem merupakan konsep abstrak karena kehadirannya dalam
ujaran dia diwakili oleh alofon yang sifatnya konkrit, dapat diamati (didengar) secara
empiris.

3.2. Saran
Mungkin inilah yang dapat disampaikan pada penulisan kelompok ini meskipun
penulisan ini jauh dari sempurna minimal kita memahami tulisan ini. Masih banyak
kesalahan dari penulisan kelompok kami, karna kami manusia yang adalah tempat salah
dan dosa: dalam hadits “al insanu minal khotto’ wannisa’, dan kami juga butuh saran/
kritikan agar bisa menjadi motivasi untuk masa depan yang lebih baik daripada masa
sebelumnya.
DAFTAR PUSTAKA

Chaer, Abdul. 2013. Fonologi Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.

http://adisastrajaya.blogspot.co.id/2012/04/perbedaan-fon-fonem-dan-alofon.html
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Rumusan Masalah 1

1.3 Tujuan 1

BAB II FONEM DAN ALOFON

2.1 Fonem 2

2.2 Alofon 3

BAB III PENUTUP 6

DAFTAR PUSTAKA 7

Вам также может понравиться