Вы находитесь на странице: 1из 4

I.

Hipertensi Sekunder

Hipertensi sekunder adalah hipertensi yand disebabkan oleh penyakit lain. Hipertensi
sekunder dapat diketahui penyebabnya dengan anamnesis, menanyakan riwayat keluarga,
riwayat hipertensi sebelumnya, pemeriksaan fisik dan laboratorium. Penyebab hipertensi
sekunder disajikan dalam tabel berikut:

Tabel 2. Penyebab Hipertensi Sekunder


Penyebab Prevalensi (%)
Penyakit parenkim ginjal 5
Penyakit renovaskular 0,5-5
Aldosteronisme 0,5-1
Penyakit tiroid 0,5-1
Feokromasitoma <0,2
Sindrom cushing <0,2
Obat 0,1-1
Kehamilan 0,1-1

A. Penyakit parenkim ginjal


Penyebab hipertensi yang disebabkan penyakit parenkim ginjal adalah yang terbanyak.
Penyakit ini berasal dari penyakit-penyakit glomerular, tubulointerstisial dan penyakit
ginjal polikistik. Banyak kasus yang terjadi adalah karena retensi air dan garam, tapi
sekresi renin dan angiotensin juga ikut berperan. Hipertensi yang terjadi akan
menyebabkan fungsi ginjal menurun. Oleh karena itu target tekanan darah adalah 135/80
mmHg untuk mengurangi risiko penurunan fungsi ginjal. Dilatasi arteriol efferen dengan
penghambat ACE akan mengurangi progresivitas penurunan fungsi ginjal. Calcium
antagonist juga dapat digunakan disamping diet rendah garam.
B. Penyakit renovaskular
Penyakit ini lebih banyak pada usia muda dan penyebabnya adalah fibromuscular
hyperplasia. Penyebab lain adalah aterosklerosis yang menyebabkan stenosis arteri renalis
proksimal. Mekanismenya adalah produksi renin yang meningkat karena aliran darah ke
ginjal yang berkurang dan akhirnya retensi garam dan air. Penyakit renovaskular harus
dipikirkan bila :
1. Usia dibawah 20 tahun
2. Terdengan bruit pada auskultasi epigastrium
3. Jika terdapat aterosklerotik di aorta dan arteri perifer
4. Jika terjadi penurunan fungsi ginjal yang cepat setelah pemberian ACE inhibitor
5. Hipertensi resisten dengan 2 atau lebih obat.
6. Cenderung menjadi hipertensi maligna
7. Riwayat merokok
8. Edema paru berulang
9. Ukuran ginjal yang tidak sama >1,5 cm
10. Hipokalemi dan alkalosis
C. Feokromositoma
Feokromositoma adalah penyakit yang diturunkan secara genetik autosom dominan
yang terjadi hampir 90% di adrenal. Gejala hipertensi sering terjadi dan dapat berkembang
menjadi hipertensi berat bila tiba-tiba katekolamin meningkat. Gejala lain adalah sakit
kepala, gemetar, banyak keringat, cemas dan tremor. Katekolamin yang meningkat
biasnaya karena aktivitas, defekasi, berkemih, anestesi, dan obat-obatan seperti vasodilator.
Kecurigaan penyakit ini bila hipertensi disertai dua gejala (sakit kepala, banyak keringat,
dan palpitasi), hipertensi paroksismal, dan tekanan diastolic >120mmHg. Tes diagnosis
dapat dilakukan dengan clonidine test.
D. Hiperaldosteronisme primer
Adalah hipertensi akibat peningkatan aldosterone tanpa peningkatan renin. 60% kasus
biasanya karena adenoma di zona sel gromerulosa (APA=aldosterone producing adenoma)
yang disebut juga Conn’s syndrome. Selebihnya adalah idiopatik hiperaldosteronisme.
Hipertensi terjadi karena retensi cairan dan natrium. Pada kasus ini juga terjadi perubahan
ekskresi K+ dan H+ sehingga terjadi hipokalemi dan alkalosis metabolik. Jadi dapat
ditegakkan diagnosis bila didapatkan hipokalemi tanpa penggunaan diuretik, kadar renin
yang rendah, dan kadar Natrium >140 mEq/L. Diagnosis dapat ditegakkan dengan tes
skrining:
1. Pengukuran kadar kalium urin dalam 24 jam. Biasanya >140 mEq/L.
2. Perbandingan kadar aldosteron plasma aktivitas renin plasma 50-100.
3. Ekskresi aldosteron urin yang meningkat.
E. Hipertensi pada kehamilan
Dalam keadaan hamil, CO meningkat 40% karean adanya peningkatan isi sekuncup
jantung mulai pada minggu ke-6 mencapai maksimum pada trimester ke-2. Aktivitas renin
plasma, aldosterone meningkat pada minggu ke-6. Aldosteron akan meningkat terus
sampai minggu ke-36 kehamilan. Hipertensi pada kehamilan dapat dikelompokkan dalam:
1. HT gestasional
Hipertensi yang terjadi selama kehamilan atau 24 jam pasca partus tanpa disertai
proteinuria atau tanda-tanda preeklampsia. Biasanya tekanan darah kembali normal 12
minggu pasca partus. Penyebab hipertensi gestasional belum jelas, diduga terdapat
kelainan mutasi pada reseptor mineralokortikoid yaitu substitusi leusin terhadap serin
pada codon 810 di resptor tersebut sehingga reseptor tersebut udah diaktivasi oleh
progesterone dan menimbulkan hipertensi. Risiko hipertensi gestasional dapat dicegah
dengan menurunkan kadar homeosistein dalam darah. Risiko hipertensi gestasional
dapat dicegah dengan menurunkan kadar homosistein yang biasanya meningkat pada
kehamilan dengan hipertensi. Riwayat perokok sebelum dan selama kehamilan juga
menyebabkan resiko timbulnya hipertensi pada kehamilan lebih besar.
2. HT kronik
Hipertensi kronik adalah hipertensi yang sudah ada sejak sebelum kehamilan. Sering
terjadi kematian janin perinatal atau pertumbuhan janin menjadi terganggu atau
peningkatan kejadi preeklampsia super impose dan solusio plasenta.
3. Preeklampsia/eclampsia
Disebut preeklampsia jika ditemukan hipertensi, proteinuria, dan edema pada wanita
hamil yang biasanya timbul mulai akhir trimester kedua atau ada yang timbul pada awal
pasca partus. Disebut hipertensi bila tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg dan
proteinuria lebih dari 300mg/24 jam. Proteinuria terus meningkat sesuai dengan
lamanya preeklampsia bahkan dapat mencapai rentang angka status nefrotik. Pada
keadaan nefrosklerosis, proteinuria tidak melebihi 1g/24 jam. Meningkatnya kadar
asam urat plasma juga merupakan tanda khas preeklampsia sehingga dapat dibedakan
dengan hipertensi kronik pada kehamilan dimana kadar asam urat kurang dari 5,5
mg/dl.
Adanya gangguan pada sirkulasi uteroplasental sebagai penyebab berkurangnya perfusi
plasental sebagai pemicu terjadinya disfungsi endotel vascular ibu yang sampai saat ini
masih diakui sebagai patogenesis terjadinya preeklampsia. Banyak hal yang mungkin
menjadi penyebab berkurangnya sirkulasi uteroplasental, akan tetapi dari beberapa
studi dibuktikan bahwa invasi abnormal sitotropoblas pada arteri spiralis merupakan
faktor penyebab terpenting. Hasil akhir dari gangguan dan penurunan fungsi endotel ini
adalah penurunan kemampuan pressure natriuresis ginjal dan peningkatan resistensi
perifer yang keduanya mengakibatkan peningkatan tekanan darah.
4. Penyakit ginjal
Pada wanita hamil dengan riwayat penyakit ginjal dan hipertensi, kehamilannya dapat
memperberat keadaan penyakit ginjal dan hipertensi yang telah ada. Kadar kreatinin 1,5
mg/dl, merupakan batas yang masih aman untuk kehamilan. Bila terjadi perburukan
fungsi ginjal perlu ada kerja sama antara nephrologist dan spesialis kebidanan.
F. Gangguan tiroid
Hormon yang dihasilkan tiroid mempengaruhi cardiac output dan resistensi pembuluh
darah sistemik, yang pada akhirnya akan mempengaruhi tekanan darah. Hipotiroid bisa
menyebabkan kenaikan pada tekanan darah diastolik, sedangkan hipertiroid bisa
menyebabkan kenaikan tekanan darah sistolik (Anthony dan Dana, 2010)
G. Sindroma Cushing
Sebanyak 20% dari penderita sindroma cushing iatrogenik mempunyai hipertensi.
Sedangkan penderita sindroma cushing yang disebabkan oleh tumor, 80% dari
penderitanya mengalami hipertensi. Pilihan untuk skrining awal diantaranya supresi
dexamethasone dosis rendah, 24 jam urin bebas kortisol, atau tes kortisol saliva pada
malam hari (Anthony dan Dana, 2010)

Daftar Pustaka
Viera, A.J. and Neutze, D.M., 2010. Diagnosis of secondary hypertension: an age-based
approach. American family physician, 82(12).
Yusuf, I., 2008. Hipertensi sekunder. Medical Review, 21(3), pp.71-79.

Вам также может понравиться