Вы находитесь на странице: 1из 16

UNIVERSITAS INDONESIA

KONSEP GERIATRIK, GERONTOLOGI, DAN GERONTIK SERTA


PERAN PERAWAT GERONTIK

KELAS A
Focus Group 1

Anggun Laellatul 1506689811


Kartika 1506690151
Nurma Rizqiana 1506690164
Nurul Fatimah 1506689856
Shafa Dwi Anzani 1506690063
Verawati Dewi Susanti 1506690050
(Kontribusi setiap anggota kelompok sama)

Tugas Makalah Pertama Focus Group pada Mata Kuliah Keperawatan Gerontik

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur tim penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga tim penulis dapat menyelesaikan pembuatan makalah
yang berjudul “Konsep Geriatrik, Gerontologi, dan Gerontik serta Peran Perawat Gerontik”
dengan baik dan tepat waktu. Makalah ini disusun berdasarkan hasil diskusi focus group
untuk memenuhi salah satu tugas dalam Mata Kuliah Keperawatan Gerontik. Tim penulis
menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, sangat sulit untuk
menyelesaikan tugas ini. Oleh karena itu, tim penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ns. Dwi Nurviyandari K, S.Kep., MN selaku Fasilitator Kelas A Keperawatan Gerontik


yang membantu dan mengarahkan dalam penulisan makalah ini;
2. Teman-teman focus group 1, Anggun Laellatul, Kartika, Nurma Rizqiana, Nurul
Fatimah, Shafa Dwi Anzani dan Verawati Dewi Susanti yang telah bekerjasama dengan
baik; dan
3. Siepend Kelas A Keperawatan Gerontik, Fanny Anwar Fauziani dan teman-teman kelas
A lainnya yang telah membantu mengingatkan dan menyemangati.

Tim penulis juga menyadari bahwa makalah ini belumlah sempurna dan masih perlu banyak
perbaikan karena keterbatasan tim penulis. Oleh karena itu, tim penulis mengharapkan kritik
dan saran dari pembaca untuk pengembangan makalah ini. Tim penulis berharap semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Depok, Februari 2018

Tim Penulis

ii
ABSTRAK

Perawatan lansia saat ini menjadi salah satu fokus yang harus diperhatikan dalam
keperawatan. Hal tersebut didasarkan pada kebutuhan dasar manusia yang komprehensif dan
perubahan kondisi dimana penyakit akut pada orang dewasa dapat menjadi penyakit kronik
pada lansia sehingga diperlukan perawatan khusus pada lansia. Dalam hal ini, terdapat
beberapa istilah yang menjelaskan tentang konsep perawatan pada lansia itu sendiri, mulai
dari istilah geriatrik, gerontologi hingga gerontik. Seiring berjalannya waktu, ketiga istilah
tersebut mengalami transformasi. Selain itu, perawat juga memiliki peran yang sangat
strategis dalam perawatan lansia. Beberapa peran perawat yang dapat diaplikasikan
diantaranya sebagai care giver, advokat, care manager, konselor, edukator, kolaborator,
praktisi mandiri dan peneliti. Maka dari itu, tujuan penulisan makalah ini adalah untuk
menjelaskan dua hal yakni konsep geriatrik, gerontologi, dan gerontik serta menentukan
istilah yang sesuai dengan peran, tugas dan wewenang perawat dan menjelaskan peran
perawat yang banyak diaplikasikan pada perawatan lansia. Metode yang digunakan adalah
menggunakan studi literatur baik dari e-book, jurnal dan internet serta diskusi kelompok.
Berdasarkan hasil analisis kelompok, istilah gerontik merupakan istilah yang paling sesuai
untuk menjelaskan konsep perawatan lansia yang sesuai dengan peran, tugas dan wewenang
perawat dan care giver merupakan peran yang banyak mendominasi dan dibutuhkan pada
perawatan lansia.

Kata kunci: geriatrik; gerontologi; gerontik; peran perawat; perawatan lansia

iii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................... ii


ABSTRAK ................................................................................................................... iii
DAFTAR ISI ................................................................................................................ iv
1.PENDAHULUAN...................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .............................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan........................................................................................................... 2
1.4 Metode Penulisan .......................................................................................................... 2
1.5 Sistematika Penulisan ................................................................................................... 2
2. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................ 3
2.1 Pengertian Geriatrik, Gerontologi, dan Gerontik .......................................................... 3
2.1.1 Pengertian Geriatrik ............................................................................................... 3
2.1.2 Pengertian Gerontologi .......................................................................................... 3
2.1.3 Pengertian Gerontik................................................................................................ 3
2.2 Sejarah Penamaan Istilah Keperawatan Lanjut Usia dari Geriatrik, Gerontologi,
menjadi Gerontik ................................................................................................................ 4
2.3 Peran Perawat dalam Ranah Keperawatan Gerontik .................................................... 5
2.3.1 Perawat sebagai Direct Care Giver ........................................................................ 5
2.3.2 Perawat sebagai Advokator .................................................................................... 5
2.3.3 Perawat sebagai Edukator ...................................................................................... 6
2.3.4 Perawat sebagai Manajer ........................................................................................ 7
2.3.5 Perawat sebagai Praktisi Independen ..................................................................... 8
2.3.6 Perawat sebagai Konselor ...................................................................................... 8
2.3.7 Perawat sebagai Kolabolator............................................................................ 8
2.3.8 Perawat sebagai Peneliti ......................................................................................... 9
3. PENUTUP ............................................................................................................. 10
3.1 Kesimpulan ................................................................................................................. 10
3.2 Saran ........................................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 12

iv
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada zaman dahulu ilmu keperawatan yang berfokus pada pelayanan kesehatan
terhadap lansia masih belum dikenal. Selama masa perkembangannya, ilmu keperawatan ini
memiliki nama yang berbeda-beda. Permasalahan pemilihan kata ini menjadi sebuah
perdebatan dikalangan para ahli. Awalnya ilmu keperawatan ini menggunakan kata geriatrik
dan gerontologi sebelum akhirnya berubah menjadi gerontik seperti sekarang ini. Kata
geriatrik, gerontologi, dan gerontik tentu memiliki makna yang berbeda satu sama lain.
Dalam dunia keperawatan sekarang ini, lebih dikenal dengan istilah keperawatan gerontik
daripada keperawatan geriatrik maupun gerontologi.
Geriatik lebih dikenal dengan suatu ilmu yang berhubungan dengan penyakit dan
kecacatan pada orang tua (Touhy & Jett, 2014). Sedangkan, gerontologi bersifat multidisiplin
yaitu berisi tentang ilmu keperawatan, psikologi, medis, dan lain-lain (Miller, 2012).
Sehingga para ahli menyimpulkan kata gerontik adalah kata yang paling tepat untuk
digunakan dibidang ilmu keperawatan ini karena gerontik memiliki arti sebagai spesialisasi
keperawatan tentang praktik mengasuh, merawat, dan menghibur orang dewasa yang lebih
tua (Flaherty, n.d). Peran dari seorang perawat dalam keperawatan gerontik pun masih kurang
diketahui.
Bagaimana cara seorang perawat untuk melakukan intervensi dengan sasaran lansia
masih kurang diketahui karena peminat ilmu gerontik belum sebanyak bidang keperawatan
yang lain. Maka dari itu, dalam makalah ini akan dibahas mengenai “Konsep Geriatrik,
Gerontologi, dan Gerontik serta Peran Perawat Gerontik” yaitu tentang terminologi kata
geriatrik, gerontologi, dan gerontik untuk mengetahui kata yang paling tepat dalam ilmu
keperawatan, serta akan dijelaskan mengenai peran perawat dalam ilmu keperawatan yang
berfokus pada sasaran lansia.

1
2

1.2 Rumusan Masalah


a. Pengertian geriatrik, gerontologi, dan gerontik
b. Perkembangan keperawatan geriatrik, gerontologi dan gerontik
c. Hubungan antara geriatrik, gerontologi dan gerontik
d. Peran perawat gerontik dalam asuhan keperawatan

1.3 Tujuan Penulisan


1. Mahasiswa mampu memahami pengertian geriatrik, gerontologi dan gerontik
2. Mahasiswa mampu memahami perkembangan keperawatan geriatrik, gerontologi
dan gerontik
3. Mahasiswa mampu memahami hubungan antara geriatrik, gerontologi dan gerontik
4. Mahasiswa mampu memahami peran perawat gerontic dalam asuhan keperawatan

1.4 Metode Penulisan


Penulisan makalah ini menggunakan metode Questions Based Learning dengan
studi literature dan kajian pustaka seperti buku, jurnal dan sumber informasi lain terkait
pengertian, perkembangan dan hubungan geriatrik, gerontologi dan gerontik serta peran
perawat gerontik.

1.5 Sistematika Penulisan


Bab I Pendahuluan terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan,
metode penulisan, dan sistematika penulisan. Bab 2 Tinjauan Pustaka terdiri dari
pembahasan mengenai pengertian, perkembangan dan hubungan dari geriatrik,
gerontologi dan gerontik serta peran perawat gerontik. Bab 3 Penutup terdiri dari
kesimpulan dan saran.
BAB 2
ISI

2.1 Pengertian Geriatrik, Gerontologi, dan Gerontik


2.1.1 Pengertian Geriatrik
Geriatrik berasal dari kata Yunani yaitu “geras” yang berarti usia tua. Hal ini
mengacu pada cabang kedokteran yang terdiri dari diagnosis, pengobatan penyakit,
dan sindrom yang terjadi terutama pada kalangan dewasa tua (Flaherty, 2004).
Menurut Miller (2012) geriatrik sangat berakaitan dengan penyakit dan kecacatan
orang tua sehingga dapat dimaknai bahwa istilah geriatrik berfokus pada
subspesisialisasi pengobatan penyakit dan praktik keluarga. Seiring dengan
berjalannya waktu, terdapat pergeseran orientasi yaitu fokus geriatrik ini mencakup
masalah kualitas hidup, intervensi mempertahankan fungsi optimal dan promosi
kesehatan.
2.1.2 Pengertian Gerontologi
Gerontologi ialah studi tentang penuaan dan orang dewasa yang lebih tua,
yang bersifat multidisiplin berbagai bidang seperti keperawatan, psikologi,
pekerjaan sosial dan profesi kesehatan tertentu (Miller, 2012). Sedangkan, menurut
Tabloski (2014) gerontologi merupakan studi holistik tentang proses penuaan dan
individu sepanjang kehidupan mereka untuk mengetahui perubahan fisik, mental,
sosial, analisis perubahan masayarakat dan penerapan pengetahuan ini ke kebijakan
dan program pengembangan. Fokus dari keperawatan gerontologi adalah untuk
mempelajari, mendiagnosis, dan mengobati penyakit (Tabloski, 2014).
2.1.3 Pengertian Gerontik
Gerontik berasal dari bahasa Yunani yaitu “geron” yang memiliki arti orang
tua atau usia tua. Gerontik didefinisikan sebagai spesialisasi keperawatan tentang
praktik mengasuh, merawat, dan menghibur orang dewasa yang lebih tua.
Keperawatan gerontik memiliki tujuan yaitu untuk memenuhi kenyamanan lansia,
mempertahankan fungsi tubuh, dan membantu lansia menghadapi kematian
dengan tenang dan damai (Mauk, 2014).

3
4

2.2 Sejarah Penamaan Istilah Keperawatan Lanjut Usia dari Geriatrik, Gerontologi,
menjadi Gerontik
Geriatrik merupakan istilah pertama dari kedokteran yang memiliki makna yaitu
pengobatan penyakit pada lansia. Perawat geriatrik pertama kali disebut pada tahun 1925
dalam American Journal of Nursing. Lalu, pada tahun 1942 terbentuk The American
Geriatrics Society dan penerbitan jurnal edisi pertama yaitu Geriatrics (Miller, 2012). Tahun
1953, masyarakat mengubah nama jurnal tersebut menjadi Journal of the American
Geriatrics Society dan fokus dari geriatrik menjadi semakin luas, yakni tentang berbagai
masalah kesehatan lansia, intervensi yang dapat mempertahankan fungsi optimal, serta
promosi kesehatan yang bertujuan untuk menunda kecacatan pada lansia (Miller, 2012).
Perawat geriatrik sudah terbentuk dan diusulkan sejak 1925, namun baru pada tahun 1950
perawat geriatrik pertama kali disarankan sebagai “care of aged” dalam American Journal
of Nursing.
Kelahiran perawat geriatrik yang sebenarnya ialah pada tahun 1962 diawali oleh
American Nurses Association (ANA) yang membentuk kelompok Konferensi Praktik
Keperawatan Geriatrik. Kemudian, pada tahun 1966, ANA membentuk divisi Perawatan
Geriatrik (Flaherty, 2004; Mauk, 2014). Pada tahun 1968, ANA menerbitkan standar
geriatrik yang pertama dan memberikan sertifikasi keperawatan geriatrik. Dapat dikatakan
bahwa keperawatan geriatrik adalah spesialisasi pertama yang menetapkan standar praktik
dalam ANA. Namun, istilah penggunaan nama “Keperawatan Geriatrik” tidak berlangsung
lama karena dirasa kurang dalam menggambarkan keperawatan.
Pada pertengahan tahun 1970-an, ANA menganjurkan untuk mengubah istilah
keperawatan geriatrik menjadi keperawatan gerontologi (Miller, 2012). Perubahan ini
disebabkan oleh penekanan pada istilah geriatrik cenderung hanya pada masalah kesehatan
yang dihadapi seperti dalam bidang medis dan tidak terdapat nilai-nilai keperawatan.
Sehingga, pada tahun 1976 nama geriatik resmi berubah menjadi gerontologi dan divisi
perawatan geriatrik berubah menjadi divisi perawatan gerontologi (Tabloski, 2014). Proses
perubahan nama ini diharapkan dapat membuat istilah keperawatan spesialisasi yang lebih
baik dari sebelumnya. Hal ini dikarenakan keperawatan gerontologi berperan erat dalam
5

pengembangan pengetahuan sebagai dasar praktik terbaik dalam merawat dewasa lanjut usia
(Touhy & Jett, 2014).
Keperawatan gerontologi juga diakui oleh American Nurses Credentialing Center
(ANCC) sebagai spesialisasi dengan menawarkan sertifikasi sebagai perawat gerontologi,
spesialis klinis pada keperawatan gerontologi atau praktisi perawat gerontologi. Namun,
perdebatan istilah untuk spesialisasi keperawatan dewasa usia lanjut masih belum berakhir.
Menurut beberapa pandangan, penggunaan kata “ology” sangat tidak relevan dengan praktik
keperawatan (klinik), karena makna dari “ology” menunjuk ke arah ilmu pengetahuan dan
scientific (Flaherty, 2004). Lalu, pada tahun 1979, Gunter dan Estes menyarankan istilah
baru yaitu gerontik untuk menggantikan gerontologi.
Keperawatan gerontik lebih sesuai secara filosofi dibandingkan dengan keperawatan
geriatrik dan lebih bersifat linguistik daripada keperawatan gerontologi (Flaherty, 2004). Hal
ini dikarenakan keperawatan gerontik juga dapat mencakup seni, praktik mengasuh, merawat
dan menghibur dewasa lanjut. Sehingga, pada istilah gerontik ini sudah mencakup
pengetahuan dan praktik keperawatan dan dianggap mampu menggambarkan ilmu
keperawatan secara menyeluruh (Touhy & Jett, 2014).

2.3 Peran Perawat dalam Ranah Keperawatan Gerontik


2.3.1 Perawat sebagai Direct Care Giver
Peran perawat dalam hal ini memberikan perawatan langsung kepada lansia
diberbagai situasi kondisi. Umumnya, lansia sering menunjukkan gejala khas namun
terasa sulit dimengerti ucapannya yang menjadi tantangan bagi perawat dalam
menentukan diagnosis dan penangan yang tepat. Oleh karenanya, perawat sebagai
penyedia perawatan harus mengatahui segala proses penyakit dan gejala yang biasa
terlihat pada lansia mencakup pengetahuan tentang faktor risiko, tanda dan gejala,
penangan medis yang biasa dilakukan, rehabilitasi, serta perawatan yang dibutuhkan
pada akhir usia (Hindle & Coates, 2011).
2.3.2 Perawat sebagai Advokator
Perawat dalam hal ini bertindak memihak atau memastikan lansia untuk
mendapatkan haknya, pelayanan yang layak, memperkuat otonomi klien dalam
6

pengambilan keputusan, dan mendidik orang lain mengenai stereotip negative dari
penuaan (Miller, 2012). Contoh kecilnya seperti menjelaskan prosedur medis atau
perawatan kepada anggota keluarga pada tingkat unit. Selain itu, perawat juga dapat
membantu anggota keluarga untuk memilih panti werdha terbaik bagi anggota
keluarga yang dicintainya atau mendukung anggota keluarga yang berada dalam
peran pengasuhan. Hal yang perlu diingat, apapun situasinya peran advokator tidak
berarti membuat keputusan untuk lansia, tetapi memberdayakan mereka untuk tetap
independen dan bermartabat bahkan dalam situasi sulit sekalipun (Stanley & Beare,
2006).
2.3.3 Perawat sebagai Edukator
Perawat yang berperan sebagai edukator memiliki kewajiban untuk memberi
informasi mengenai status kesehatan klien kepada klien serta keluarga klien dan
membantu klien mencapai perawatan diri sesuai kemampuannya (Potter, Perry,
Stockert & Hall, 2013). Hal ini dapat dilakukan dengan cara menunjukkan prinsip,
prosedur, dan teknik dalam pemeliharaan kesehatan kepada lansia. Menurut Tabloski
(2014), perawat dapat melakukan edukasi mengenai beberapa hal kepada lansia
seperti deteksi penyakit, memberikan edukasi tentang penuaan yang sehat,
pengobatan terhadap penyakit, dan rehabilitasi kepada lansia serta keluarganya.
Selain itu, perawat edukator dapat juga berpartisipasi dalam ranah pendidikan hingga
memberikan pelatihan untuk perawat.
Memberikan edukasi kepada lansia menjadi tantangan tersendiri bagi
perawat. Hal ini dikarenakan lansia mengalami cognitive aging yang mempengaruhi
proses belajar (Miller, 2012). Sehingga, perawat perlu menyesuaikan metode dan
bahan edukasi agar edukasi yang diberikan dapat dimengerti dengan baik oleh lansia.
Apabila lansia tidak dapat di berikan edukasi, maka edukasi diberikan kepada
keluarganya. Namun, jika lansia masih memiliki kognitif yang baik, terdapat lima hal
yang perlu dilakukan agar edukasi yang diberikan dapat dipahami dengan baik
menurut Miller (2012), antara lain:
(1) Memberikan waktu yang cukup untuk lansia menyerap informasi, artinya
pemberian informasi dilakukan dengan tidak terburu-buru
7

(2) Memberikan sejumlah kecil informasi dalam beberapa sesi, artinya tidak
diberikan banyak informasi pada satu pertemuan
(3) Membuat rujukan kepada perawat untuk melakukan perawatan di rumah dengan
salah satunya follow up pengajaran yang diberikan
(4) Membuat lingkungan pembelajaran nyaman dengan menghilangkan berbagai hal
yang dapat menjadi distraksi.
(5) Mengaitkan informasi yang diberikan dengan pengalaman masa lalu klien agar
mudah diserap klien.
2.3.4 Perawat sebagai Manajer
Perawat sebagai manajer bertanggung jawab dalam memberikan lingkungan
yang positif serta profesional di rumah sakit atau komunitas agar terwujudnya
pelayanan yang berkualitas. Selain itu, perawat sebagai manajer juga harus mampu
memimpin dan mengelola tim klinis yang dibentuk. Mauk (2014), mengemukakan
bahwa perawat manajer dalam keperawatan gerontik perlu memiliki kemampuan
dalam beberapa hal antara lain:
(1) Membangun dan meningkatkan kemampuan serta keterampilan anggota tim
keperawatan gerontik. Dalam hal ini, seorang perawat gerontik harus memiliki
standar dalam memberikan asuhan keperawatan kepada lansia. Standar tersebut
antara lain, pengetahuan dan keterampilan untuk menjaga kesehatan lansia,
mencegah penyakit, mengelola penyakit kronis yang kompleks, penurunan fungsi
fisik dan mental, hingga perawatan paliatif (ANA, 2010 dalam Touhy & Jett, 2014).
Sehingga, manajer perlu memfasilitasi pelatihan atau workshop agar kemamuan
anggota tim dapat meningkat
(2) Menentukan prioritas dan tujuan yang realistis, dapat terukur serta memiliki
batasan waktu.
(3) Membuat keputusan dalam menyelesaikan masalah baik masalah internal antar
anggota tim dan masalah klien.
(4) Mendelegasikan tugas kepada seseorang yang dianggap dapat menjalankan tugas
dengan baik.
(5) Mampu memberikan dorongan, arahan yang jelas, dan harapan terhadap stafnya.
8

2.3.5 Perawat sebagai Praktisi Independen


Praktisi independen artinya perawat melakukan praktik keperawatan secara
mandiri. Menurut Tabloski (2014), parameter praktik keperawatan dapat berbeda di
setiap negara namun perawat harus memiliki kode etik profesi dan standar praktik
keperawatan yang berlaku untuk menunjukkan kompetensi perawat. Menurut
Undang-Undang No. 38 tahun 2014, untuk membuka praktik keperawatan mandiri,
perawat harus memiliki Surat Izin Praktik Perawat (SIPP) yang berlaku selama STR
masih berlaku. Contoh praktik mandiri dalam keperawatan gerontik ialah membuka
praktik perawatan luka, menerima kontrol perawatan untuk lansia, dan lain-lain.
2.3.6 Perawat sebagai Konselor
Perawat gerontik sebagai konselor bertugas membantu pasien
mengidentifikasi dan mengklarifikasi masalah kesehatan dan memilik tindakan-
tindakan yang tepat untuk menyelesaikan masalah tersebut (Potter, Perry, Stockert,
& Hall, 2013). Contoh peran ini, yaitu perawat membantu mengidentifikasi dan
menyelesaikan masalah kesehatan lansia melalui konsultasi kesehatan berkelanjutan,
membantu keluarga pasien memutuskan apakah perlu lansia dimasukkan ke panti,
memberikan arahan terkait biaya perawatan lansia yang sesuai dengan kebutuhan dan
lain-lain. Seperti halnya pada peran sebagai advokator, seorang perawat konselor
tidak membuat keputusan untuk klien namun membiarkan klien memilih keputusan
terbaiknya.
2.3.7 Perawat sebagai Kolabolator
Kolaborasi atau bekerja dalam upaya gabungan dengan semua pihak yang
terlibat dalam perawatan perlu mengembangkan rencana yang dapat diterima
bersama demi tercapainya tujuan bersama (Potter, Perry, Stockert, & Hall, 2013).
Contoh peran ini, seperti praktisi perawat berada pada tim perawatan berbasis rumah
yang berkolaborasi dengan dokter untuk memberikan layanan perawatan primer
kepada pasien lansia yang berisiko tinggi (Touhy & Jett, 2014).
9

2.3.8 Perawat sebagai Peneliti


Perawat peneliti adalah pemimpin dalam memperluas pengetahuan dalam
bidang keperawatan dan disiplin perawatan kesehatan lainnya. Tugas mereka adalah
memberikan bukti praktik untuk memastikan perawat memiliki bukti terbaik untuk
mendukung praktik mereka. Selain itu perawat peneliti juga menyelidiki masalah
untuk memperluas asuhan keperawatan, mengurangi atau memperluas cakupan
praktik keperawatan (Potter, Perry, Stockert, & Hall, 2013). Contoh peran ini, yaitu
perawat mengembangkan penelitian mengenai metode perawatan yang cocok untuk
pasien lansia dengan penyakit kronik tertentu, membantu mengembangkan teori
keperawatan modern yang sesuai dengan kondisi saat ini, dan lain-lain.
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Geriatrik, gerontologi, dan gerontik merupakan bukti adanya sejarah lahirnya
keperawatan untuk lanjut usia. Perjalanan penamaan istilah keperawatan dari geriatrik, lalu
diubah menjadi gerontologi, dan terakhir menjadi gerontik memakan waktu kurang lebih 54
tahun dari tahun 1925 sampai 1979. Geriatrik dianggap cenderung lebih tepat untuk
menggambarkan istilah kedokteran sehingga kata tersebut diganti menjadi gerontologi pada
tahun 1976. Namun, seiring berjalannya waktu, para peneliti menyadari bahwa istilah
gerontologi dimana terdapat kata ”logy” hanya menggambarkan sebuah “ilmu
pengetahuan”. Sedangkan, keperawatan bukan hanya tentang pengetahuan, namun juga
berfokus pada praktik dalam pemberian asuhan keperawatan. Sehingga, istilah ini diubah
kembali berdasarkan saran dari Gunter dan Estes pada tahun 1979 yang menyarankan istilah
baru yaitu gerontik untuk menggantikan gerontologi. Kata “gerontik” dianggap sebagai kata
yang paling tepat untuk menggambarkan ilmu keperawatan yang mengandung ilmu dan seni
atau praktik dalam keperawatan itu sendiri.
Perdebatan yang terjadi antar peneliti untuk memberikan nama terbaik bagi ranah
keperawatan lanjut usia ini membuktikan bahwa pemilihan kata yang tepat untuk dapat
memaknai sesuatu merupakan hal yang tidak mudah. Namun, terdapat hal yang lebih tidak
mudah lagi yaitu bertanggung jawab terhadap apa yang sudah dimaknai dari kata ”gerontik”.
Hal ini berarti bahwa seorang perawat dalam menjalankan tugas harus dapat mengetahui dan
memahami ilmu mengenai keperawatan gerontik dan menjalankan praktik keperawatan
sesuai standar asuhan yang berlaku.Tugas sebagai seorang perawat gerontik tidak hanya
sebagai pemberi asuhan kepada lansia namun juga dapat berperan sebagai advokator,
edukator, manajer, konselor, kolaborator, praktisi independen, hingga peneliti keperawatan.

10
11

3.2 Saran
Perawat perlu memahami makna dari gerontik. Perawat harus memberikan pelayanan
secara holistik sesuai kebutuhan lansia dan mempersiapkannya menghadapi kematian dengan
baik. Perawat pun perlu meyakinkan keluarga untuk ikut berpartisipasi selama perawatan
tersebut. Lalu, lansia sebagai klien juga diharapkan untuk dapat bekerja sama demi
tercapainya tujuan perawatan. Kemudian, masyarakat perlu memahami permasalahan yang
sering terjadi pada lansia, khususnya bagi keluarga dengan lansia. Dengan begitu lansia dapat
menjalani masa tuanya dengan baik, nyaman, dan damai.
Walaupun peran perawat sangat banyak, perawat merupakan profesi yang ideal untuk
menjalankan semua peran tersebut karena perawat memandang klien secara holistik. Namun,
hal yang paling penting ialah perawat harus menyadari tujuan utama sebagai perawat
gerontik adalah untuk membuat klien mencapai tingkat optimal secara fisik, mental, dan
psikososial. Sehingga, dapat tercapai kesejahteraan dan peningkatan derajat kesehatan untuk
klien secara optimal.
DAFTAR PUSTAKA

Flaherty, E. (2004). Geriatric. Ensyclopedia of Nursing Research, 230–232.


Hindle, A., and Coates, A. (2011). Nursing care of older people. New York: Oxford University
Press.
Mauk, K, L. (2014). Gerontological nursing competencies for care, 3rd edition. USA:
Jones & Bartlett
Miller, C. A. (2012). Nursing for Wellnes in Older Adults, 6th edition. Philadelphia: Lippincott
Williams & Wilkins.
Potter, P, A., Perry, A, G., Stockert, P, A., & Hall, A, M. (2013). Fundamental of Nursing,
8th edition. Canada: Elsevier
Stanley, M &Beare, PG. (2009). Gerontological Nursing: A Health Promotion/ Protection
Approach, 2nd edition. Philadelphia: Davis Company.
Tabloski, P. A. (2014). Gerontological Nursing, 3rd edition. New Jersey: Pearson.
Touhy, T.A & Jett, K.F (2014). Ebersole and Hess Gerontological Nursing & Healthy Aging, 4th
edition. Missouri: Elsevier Mosby.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 tahun 2014. Retrieved from
https://ppniqatar.files.wordpress.com/2015/12/uu-38-tentang-keperawatan.pdf On Feb 18,
2018

12

Вам также может понравиться