Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
posisi semula. Berikut gambar batang yang diberi pembebanan dalam posisi
horizontal.
Gambar 2.3 (a) Tumpuan Engsel (b) Gaya yang Bekerja pada Tumpuan Engsel
Sumber : J.L. Meriam dan L.G. Kraige (2012, 112) dan Mustafa (2012, 223)
b. Tumpuan Rol
Tumpuan rol merupakan tumpuan yang hanya dapat menerima gaya reaksi
vertikal. Jenis tumpuan ini mampu melawan gaya-gaya dalam suatu garis aksi yang
spesifik.
c. Tumpuan Jepit
Tumpuan jepit merupakan tumpuan yang dapat menerima gaya reaksi vertikal,
gaya reaksi horizontal dan momen akibat jepitan dua penampang.
Tumpuan jepit ini mampu melawan gaya dalam setiap arah dan juga
mampu melawan suatu kopel atau momen.
Keterangan simbol pada persamaan (2.1) dan (2.2) adalah sebagai berikut.
Ix = momen inersia terhadap sumbu X-X [m4]
Iy = momen inersia terhadap sumbu Y-Y [m4]
a = luasan [m2]
y = panjang lengan momen [m]
x = panjang lengan momen [m]
Pernyataan matematis pada persamaan (2.1) dam (2.2) biasanya disebut dengan
momen kedua (second moment) dari luasan, karena masing-masing luasan kecil,
jika dikalikan dengan lengan momen, memberikan momen luas (atau momen
pertama luasan). Pernyataan momen inersia luasan sesungguhnya kurang tepat
karena bidang luasan tidak mempunyai tebal sehingga tidak mempunyai massa atau
inersia.
Momen inersia adalah luasan dikalikan kuadrat jarak maka satuan SI adalah
mm4 atau m4. Tanda I ternyata tidak bergantung kepada lengan momen, I
seluruhnya tergantung kepada tanda luas sehingga momen inersia selalu berharga
positif. Besaran momen inersia adalah diukur dari kemampuan suatu penampang
luasan terhadap tahanan tekuk (buckling) atau lentur (bending). Berdasarkan
pemaparan tersebut, dapat dinyatakan bahwa jika dua buah terbuat dari bahan yang
sama, tetapi mempunyai luas penampang yang berbeda maka balok yang memiliki
luas penampang lebih besar akan mempunyai nilai momen inersia yang lebih besar.
Namum balok dengan momen inersia lebih besar tidak selalu mempunyai luas
penampang lebih besar, distribusi luasan relatif terhadap sumbu referensi akan juga
menentukan besar momen inersia.
Circle πR4
Ix = Ix =
4
Ixy = 0
Half 37bh3 b3 ℎ
Ix̅ = Iy̅ =
2100 80
parabolic
bh3 b3 h
Ix = Iy =
complement 21 5
b2 h2
̅Ixy = 0 Ixy = 12
Right bh3 b3 ℎ
Ix̅ = Iy̅ =
36 36
triangle
bh3 b3 h
Ix = Iy =
12 12
𝑏 2 ℎ2 b2 h2
̅Ixy = − Ixy =
72 24
Isosceles bh3 𝑏3 ℎ
Ix̅ = Iy̅ =
36 48
triangle
bh3
Ix = 12
̅Ixy = 0 Ixy = 0
Circular R4
Ix = (2𝛼 − sin 2𝛼)
8
sector
R4
Iy = (2𝛼 + sin 2𝛼)
8
Ixy = 0
Quarter πab3
Ix̅ = 0,05488ab3 Ix =
16
ellipse
πa3 𝑏
Iy̅ = 0,05488a3 b Iy =
16
̅ = −0,01647𝑎 b
Ixy 2 2
a2 b2
Ixy = 8
Sudut θB/A antara tan A dan tan B pada kurva defleksi sama dengan luasan
diagram antara kedua titik dibagi EI.
A Mdx
θB/A = ∫B (2.3)
EI
Jarak vertikal B pada kurva defleksi dan Tan A sama dengan momen dikali
jarak (centroid area) dibagi EI.
A Mx dx
∆ = ∫B (2.4)
EI