Вы находитесь на странице: 1из 11

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan rahmat-Nya
penyusun masih diberi kesehatan sehingga makalah yang berjudul “Kasus dilema
etik (Euthanasia)” dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Dalam penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan baik
pada teknisi penulisan maupun materi mengingat kemampuan yang kami mmiliki.
Untuk itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi
penyempurnaan pembuatan makalah ini.

Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih


yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan
makalah, khususnya kepada Dosen kami yang telah membimbing dan memberi
petunjuk kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para mahasiswa khususnya


dan masyarakat pada umumnya dan semoga makalah ini dapat dijadikan sebagai
bahan untuk menambah pengetahuan para mahasiswa, masyarakat dan pembaca.

Padang, November 2017

Tim Penulis

i
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................... 1


A. Latar Belakang ........................................................................................................ 1
B. Tujuan ..................................................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN TEORI ............................................................................................... 3
A. Dilema Etik ............................................................................................................. 3
B. Eutanasia ................................................................................................................. 3
C. Hak Individu yang akan meninggal: ....................................................................... 4
BAB III PEMBAHASAN KASUS ..................................................................................... 5
A. Kasus ....................................................................................................................... 5
B. Pemecahan kasus dilema etis .................................................................................. 5
BAB IV PENUTUP ............................................................................................................ 8
A. Kesimpulan ............................................................................................................. 8
B. Saran ....................................................................................................................... 8
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 9

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keperawatan merupakan suatu bentuk asuhan yang ditujukan untuk
kehidupan orang lain sehingga semua aspek keperawatan mempunyai
komponen etika. Pelayanan keperawatan merupakan bagian dari pelayanan
kesehatan, maka permasalahan etika kesehatan menjadi permasalahan etika
keperawatan pula. Saat ini masalah yang berkaitan dengan etika (ethical
dilemmas) telah menjadi masalah utama disamping masalah hukum, baik bagi
pasien, masyarakat maupun pemberi asuhan kesehatan. Masalah etika
menjadi semakin kompleks karena adanya kemajuan ilmu dan tehnologi yang
secara dramatis dapat mempertahankan atau memperpanjang hidup manusia.
Pada saat yang bersamaan pembaharuan nilai sosial dan pengetahuan
masyarakat menyebabkan masyarakat semakin memahami hak-hak individu,
kebebasan dan tanggungjawab dalammelindungi hak yag dimiliki. Adanya
berbagai faktor tersebut sering sekali membuat tenaga kesehatan menghadapi
berbagai dilema. Setiap dilemma membutuhkan jawaban dimana dinyatakan
bahwa sesuatu hal itu baik dikerjakan untuk pasien atau baik untuk keluarga
atau benar sesuai kaidah etik.
Berbagai permasalahan etik yang dihadapi oleh perawat telah
menimbulkan konflik antara kebutuhan pasien (terpenuhi hak) dengan
harapan perawat dan falsafah keperawatan. Contoh nyata yang sering
dijumpai dalam praktek keperawatan adalah euthanasia, penolakan tindakan
transfusi darah, dan penolakan transplantasi organ. Menghadapi dilema
semacam ini diperlukan penanganan yang melibatkan seluruh komponen
yang berpengaruh dan menjadi support system bagi pasien. Makalah ini akan
membahas secara khusus dilema etik yang berkaitan dengan kasus euthanasia
dan penyelesaiannya dengan pendekatan proses keperawatan.

1
B. Tujuan
Tujuan Umum :
Mampu menganalisa pemecahan masalah dilema etik kasus euthanasia
Tujuan Khusus :
1. Dapat mengidentifikasi dan mengembangkan data dasar yang terkait
dengan kasus euthanasia.
2. Dapat mengidentifikasi munculnya konflik akibat situasi pada kasus
euthanasia
3. Dapat menentukan tindakan alternatif yang direncanakan dari
konsekuensi tindakan euthanasia
4. Dapat menentukan siapa pengambil keputusan yang tepat pada kasus
euthanasia
5. Dapat menjelaskan kewajiban perawat menghadapi kasus euthanasia
6. Dapat mengambil keputusan yang tepat dalam menyelesaikan kasus
eutanasia

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Dilema Etik
Dilema etik merupakan suatu masalah yang sulit dimana tidak adaalternatif
yang memuaskan atau suatu situasi dimana alternatif yang memuaskan dan
tidak memuaskan sebanding. Dalam dilema etik tidak ada yang benar atau
salah. Untuk membuat keputusan yang etis seseorang harus tergantung pada
pemikiran yang rasional dan bukan emosional (Thomson & Thomson, 1985).
Kerangka pemecahan dilema etik pada dasarnya menggunakan kerangka
proses keperawatan/ pemecahan masalah secara scientific.

B. Eutanasia
Eutanasia berasal dari bahasa Yunani, eu (mudah, bahagia, baik) dan
thanatos (meninggal dunia) sehingga diartikan meninggal dunia dengan baik
atau bahagia. Menurut Oxfort English Dictionary eutanasia berarti tindakan
untuk mempermudah mati dengan tenang dan mudah. Dilihat dari aspek
bioetis, eutanasia terdiri atas eutanasia volunter, involunter, aktif dan pasif.
Pada kasus eutanasia volunter klien secara suka rela dan bebas memilih untuk
meninggal dunia. Pada eutanasia involunter, tindakan yang menyebabkan
kematian dilakukan bukan atas dasar persetujuan dari klien dan sering kali
melanggar keinginan klien. Eutanasia aktif merupakan suatu tindakan yang
disengaja yang menyebabkan klien meninggal misalnya pemberian injeksi
obat letal. Eutanasia pasif dilakukan dengan menghentikan pengobatan atau
perawatan suportif yang mempertahankan hidup (misalnya antibiotika,
nutrisi, cairan, respirator yang tidak diperlukan lagi oleh klien. Eutanasia
pasif sering disebut sebagai eutanasia negatif dapat dikerjakan sesuai dengan
keputusan IDI. Di Indonesia tindakan eutanasia tidak dibenarkan menurut
undang-undang, tujuan dari eutanasia aktif adalah mempermudah kematian
klien. Sedangkan eutanasia pasif bertujuan untuk mengurangi rasa sakit dan
penderitaan klien namun membiarkannya dapat berdampak pada kondisi klien
yang lebih berat bahkan memiliki konsekuensi untuk mempercepat kematian.
Batas kedua hal tersebut kabur bahkan sering kali merupakan hal yang

3
membingungkan bagi pengambil keputusan tindakan keperawatan (Priharjo,
1995).Eutanasia aktif merupakan tindakan yang melanggar hukum dan
dinyatakan dalam KUHP pasal 338, 339, 345 dan 359.

C. Hak Individu yang akan meninggal:


1. Hak diperlakukan sebagaimana manusia hidup sampai ajal tiba
2. Hak untuk mempertahankan harapananya, tidak peduli apapun perubahan
yang terjadi
3. Hak untuk mengekspresikan perasaan dan emosinya sehubungan dengan
kematian yang sedang dihadapinya sesuai dengan kepercayaannya.
4. Hak untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan berkaitan dengan
perawatannya
5. Hak untuk memperoleh perhatian dalam pengobatan dan perawatan secara
berkesinambunagn walaupun tujuan penyembuhannya harus diubah
menjadi tujuan memberikan rasa nyama.
6. Hak untuk tidak meninggal dalam kesendirian
7. Hal untuk bebas dari rasa sakit
8. Hak untuk memperoleh jawaban atas pertanyaannya secara jujur
9. Hak untuk memperoleh bantuan dari perawat atau medis untuk keluarga
yang ditinggal agar dapat menerima kematiannya
10. Hak untuk meninggal dalam keadaan damai dan bermartabat
11. Hak untuk tetap dalam kepercayaan atau agamanya dan tidak diambil
keputusan yang bertentang dengan kepercayaan yang dianutnya
12. Hak untuk memperdalam dan meningkatkan kepercayaannya, apapun
artinya bagi orang lain
13. Hak untuk mengharapkan bahwa kesucian raga manusia akan dihormati
setelah yang bersangkutan meninggal.

4
BAB III
PEMBAHASAN KASUS

A. Kasus
Tn. C berusia 40 tahun. Seeorang yang menginginkan untuk dapat mengakhiri
hidupnya (Memilih untuk mati. Tn. C mengalami kebutaan,diabetes yang
parah dan menjalani dialisis). Ketika Tn. C mengalami henti jantung,
dilakukan resusitasi untuk mempertahankan hidupnya. Hal ini dilakukan oleh
pihak rumah sakit karena sesuai dengan prosedur dan kebijakan dalam
penanganan pasien di rumah sakit tersebut. Peraturan rumah sakit
menyatakan bahwa kehidupan harus disokong. Namun keluarga menuntut
atas tindakan yang dilakukan oleh rumah sakit tersebut untuk kepentingan
hak meninggal klien. Saat ini klien mengalami koma. Rumah sakit akhirnya
menyerahkan kepada pengadilan untuk kasus hak meninggal klien tersebut.
Tiga orang perawat mendiskusikan kejadian tersebut dengan memperhatikan
antara keinginan/hak meninggal Tn. C dengan moral dan tugas legal untuk
mempertahankan kehidupan setiap pasien yang diterapkan dirumah sakit.

Perawat A mendukung dan menghormati keputusan Tn.C yang memilih


untuk mati. Perawat B menyatakan bahwa semua anggota/staf yang berada
dirumah sakit tidak mempunyai hak menjadi seorang pembunuh. Perawat C
mengatakan bahwa yang berhak untuk memutuskan adalah dokter. Untuk
kasus yang diatas perawat manakah yang benar dan apa landasan moralnya?

B. Pemecahan kasus dilema etis


1. Mengidentifikasi dan mengembangkan data dasar
Mengidentifikasi dan mengembangkan data dasar yang terkait dengan
kasus eutanasia meliputi orang yang terlibat klien, keluarga klien, dokter,
dan tiga orang perawat dengan pendapat yang berbeda yaitu perawat A, B
dan C. Tindakan yang diusulkan yaitu perawat A mendukung keputusan
tuan C memilih untuk mati dengan maksud mengurangi penderitaan tuan
C, perawat B tidak menyetujui untuk melakukan eutanasia karena tidak

5
sesui dengan kebijakan rumah sakit. Dan perawat C mengatakan yang
berhak memutuskan adalah dokter.

2. Mengidentifikasi munculnya konflik


Penderitaan tuan C dengan kebutaan akibat diabetik, menjalani dialisis dan
dalam kondisi koma menyebabkan keluarga juga menyetujui permintaan
tuan C untuk dilakukan tindakan eutanasia. Konflik yang terjadi adalah
pertama, eutanasia akan melanggar peraturan rumah sakit yang
menyatakan kehidupan harus disokong, kedua apabila tidak memenuhi
keinginan klien maka akan melanggar hak-hak klien dalam menentukan
kehidupannya, ketiga adanya perbedaan pendapat antara perawat A, B dan
C.
3. Menentukan tindakan alternatif yang direncanakan
Adapun tindakan alternatif yang direncanakan dari konsekuensi tindakan
eutanasia adalah
a. Setuju dengan perawat A untuk mendukung hak otonomi tuan C tetapi
hal inipun harus dipertimbangkan secara cermat konsekuensinya,
sebab dokter dan perawat tidak berhak menjadi pembunuh meskipun
klien memintanya. Konsekuensi dari tindakan ini: hak klien terpenuhi,
mempercepat kematian klien, keinginan keluarga terpenuhi dan
berkurangnya beban keluarga. Namun pihak rumah sakit menjadi tidak
konsisten terhadap peraturan yang telah dibuat.
b. Setuju dengan perawat B karena sesuai dengan prinsip moral avoiding
killing. Konsekuensi dari tindakan ini: klien tetap menderita dan
kecewa, klien dan keluarga akan menuntut rumah sakit, serta beban
keluarga terutama biaya perawatan meningkat. Dengan demikian
rumah sakit konsisten dengan peraturan yang telah dibuat
c. Setuju dengan perawat C yang menyerahkan keputusannya pada tim
medis atau dokter. Namun konsekuensinya perawat tidak bertanggung
jawab dari tugasnya. Selain itu dokter juga merupakan staf rumah sakit
yang tidak berhak memutuskan kematian klien.

6
4. Menentukan siapa pengambil keputusan yang tepat
Pada kasus tuan C, yang dapat membuat keputusan adalah manajemen
rumah sakit dan keluarga. Rumah sakit harus menjelaskan seluruh
konsekuensi dari pilihan yang diambil keluarga untuk dapat
dipertimbangkan oleh keluarga. Tugas perawat adalah tetap memberikan
asuhan keperawatan dalam rangka memenuhi kebutuhan dasar klien.
5. Menjelaskan kewajiban perawat
Kewajiban perawat seperti yang dialami oleh tuan C adalah tetap
menerapkan asuhan keperawatan sebagai berikut: memenuhi kebutuhan
dasar klien sesuai harkat dan martabatnya sebagai manusia,
mengupayakan support sistem yang optimal bagi klien seperti keluarga,
teman terdekat, dan peer group. Selain itu perawat tetap harus
menginformasikan setiap perkembangan dan tindakan yang dilakukan
sesuai dengan kewenangan perawat. Perawat tetap mengkomunikasikan
kondisi klien dengan tim kesehatan yang terlibat dalam perawatan klien
Tuan C.
6. Mengambil keputusan yang tepat
Pengambilan keputusan pada kasus ini memiliki resiko dan
konsekuensinya kepada klien. Perawat dan dokter perlu
mempertimbangkan pendekatan yang paling tepat dan menguntungkan
untuk klien. Namun sebelum keputusan tersebut diambil perlu diupayakan
alternatif tindakan yaitu merawat klien sesuai dengan kewenangan dan
kewajiban perawat. Jika tindakan alternative ini tidak efektif maka
melaksanakan keputusan yang telah diputuskan oleh pihak manajemen
rumah sakit bersama keluarga klien (informed consent).

7
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berbagai permasalahan etik dapat terjadi dalam tatanan klinis yang
melibatkan interaksi antara klien dan perawat. Permasalahan bisa menyangkut
penentuan antara mempertahankan hidup dengan kebebasan dalam
menentukan kematian, upaya menjaga keselamatan klien yang bertentangan
dengan kebebasan menentukan nasibnya, dan penerapan terapi yang tidak
ilmiah dalam mengatasi permasalah klien. Dalam membuat keputusan
terhadap masalah dilema etik, perawat dituntut dapat mengambil keputusan
yang menguntungkan pasien dan diri perawat dan tidak bertentang dengan
nilai-nilai yang diyakini klien. Pengambilan keputusan yang tepat diharapkan
tidak ada pihak yang dirugikan sehingga semua merasa nyaman dan mutu
asuhan keperawatan dapat dipertahankan.

B. Saran
Perawat harus berusaha meningkatkan kemampuan profesional secara
mandiri atau secara bersama-sama dengan jalan menambah ilmu pengetahuan
untuk menyelesaikan suatu dilema etik.

8
DAFTAR PUSTAKA

Kozier, B., Erb G., Berman, A., & Snyder S. J. (2004). Fundamentalsof Nursing
Concepts Process and Practice. (7th ed). New Jerney: Pearson Education
Line.
Priharjo, R. (1995). Pengantar Etika Keperawatan. Yogyakarta: Kanisius.
Suhaemi, M.E. (2004). Etika Keperawatan: aplikasi pada praktik. Jakarta: EGC
Taylor C., & Lemone P. (1997). Fundamentals of Nursing. Philadelphia:
Lippincott.

Вам также может понравиться