Вы находитесь на странице: 1из 12

AKUNTANSI PERKEBUNAN

AKUNTANSI EKUITAS

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 3

KELAS F

ALFIYYAH FEBRIYANTI

ANIS MUTIA

DEWI OKTRIANI

DEWIYANTARI

HASYMI REZHA

UNIVERSITAS PANCA BHAKTI

FAKULTAS EKONOMI

JURUSAN AKUNTANSI

2018
Akuntansi Ekuitas

Ekuitas merupakan bagian hak pemilik dalam perusahaan yaitu selisih antara aktiva dan
kewajiban yang ada, dan dengan demikian tidak merupakan ukuran nilai jual perusahaan
tersebut. Ekuitas sebagai bagian hak pemilik dalam perusahaan harus dilaporkan sedemikian
rupa sehingga memberikan informasi mengenai sumbernya secara jelas dan disajikan sesuai
dengan peraturan perundangan dan akta pendirian yang berlaku.
Untuk perusahaan perseorangan, ekuitas sering disebut modal, untuk organisasi nonprofit
ekuitas disebut dengan aset bersih (net assets) untuk menghindari kesan adanya pemilikan.
Karena konsep kesatuan usaha yang memisahkan antara manajemen dan pemilikan, informasi
tentang akuitas pemegang saham menjadi sangat penting karena hal tersebut menunjukan
hubungan antara perusahaan (perseroan) dengan pemegang saham. dari sudut pemegang
saham, ekuitas pemegang saham merupakan hak atas kekayaan atau nilai yang tertanam
dalam perseroan. Kalau dipandang dari sudut kesatuan usaha, ekuitas pemegang saham
merupakan "utang" perseroan kepada para pemegang saham. Oleh karena itu, ekuitas
pemegang saham dapat juga dipandang sebagai gambaran hubungan yuridis antara perseroan
dan pemegang saham. Dengan kedudukannya yang demikian persoalannya adalah bagaimana
melaporkan atau menyajikan informasi elemen ini agar hubungan dan tanggung jawab yuridis
dapat dipertahankan.
Pada umumnya, tujuan pelaporan informasi ekuitas pemegang saham adalah menyediakan
informasi kepada yang berkepentingan tentang efesiensi dan kepengurusan manajemen.
Tujuan yang lain adalah menyediakan informasi tentang riwayat serta prospek investasi
pemilik dan pemegang ekuitas lainnya, serta merupakan tanggung jawab yuridis pemilik.
Untuk memenuhi tujuan tersebut, informasi yang harus disampaikan berkaitan tentang
ekuitas pemegang saham tersebut minimal adalah sumber ekuitas, pembatasan pembagian
dividen dan likuidasi, batas perlindungan dan urutan penyerapan rugi.

I. Pengertian Ekuitas
PSAK No. 21 (Ikatan Akuntan Indonesia, 2002) menyatakan bahwa ekuitas sebagai
bagian hak pemilik dalam perusahaan harus dilaporkan sedemikian rupa sehingga
memberikan informasi mengenai sumbernya secara jelas dan disajikan sesuai dengan
peraturan perundangan dan akta pendirian yang berlaku.
Akuntansi untuk ekuitas dibedakan menjadi dua yaitu akuntansi untuk ekuitas badan usaha
bukan PT dan Akuntansi ekuitas untuk badan usaha berbentuk PT. Akuntansi untuk ekuitas
badan usaha bukan PT harus dilaporkan sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku
untuk badan usaha tersebut dan standar akuntansi keuangan yang berlaku khusus untuk
industri yang bersangkutan, misalnya koperasi.
Akuntansi ekuitas untuk badan usaha berbentuk PT meliputi modal saham yang meliputi
saham preferen, saham biasa, dan akun tambahan modal disetor. Pos modal lainnya seperti
modal yang berasal dari sumbangan dapat disajikan sebagai bagian dari tambahan modal
disetor. Akun tambahan modal disetor terdiri dari berbagai macam unsur penambahan modal,
seprti; agio saham, tambahan modal dari perolehan kembali saham dengan harga yang lebih
rendah dari pada jumlah yang diterima pada saat pengeluaran, tambahan modal dari
penjualan saham yang diperoleh kembali dengan harga di atas jumlah yang dibayarkan pada
saat perolehaannya, tambahan modal dari perbedaan kurs modal disetor dan lain sebagainya.
Akun tambahan modal disetor tidak boleh didebit atau dikredit dengan pos laba/rugi usaha
maupun laba/rugi luar biasa.
1. Akuntansi Ekuitas Untuk Badan Usaha Bukan PT
Akuntansi untuk ekuitas badan usaha bukan PT harus dilaporkan sesuai dengan peraturan
perundangan yang berlaku untuk badan usaha tersebut dan standar akuntansi keuangan yang
berlaku khusus untuk industri yang bersangkutan.
Ekuitas perusahaan perseorangan adalah kepemilikan usaha pemilik yang pada umumnya
disajikan dalam satu jumlah tertentu, dimana tidak diperlukan penyajian subklasifikasi
ekuitas karena pemilik tidak membatasi mengenai berapa banyak yang harus diinvestasikan
atau ditarik dari bisnis. Dalam hal likuidasi atau insolvensi, kreditor dapat mengambil aktiva
pribadi si pemilik, dan laba yang timbul dihitung secara berkala dan ditambahkan pada akun
modal pada setiap akhir periode. Transaksi modal (penarikan dan investasi tambahan) dicatat
langsung dalam akun modal, dan semua perubahan diikhtisarkan dalam laporan perusahaan
yang terpisah.
2. Akuntansi Ekuitas Untuk Badan Usaha Berbentuk PT
Modal saham berbentuk PT meliputi saham preferen, saham biasa dan akun tambahan
modal disetor. Pos modal lainnya seperti modal yang berasal dari sumbangan dapat disajikan
sebagai bagian dari tambahan modal disetor.
Pada umumnya, tujuan pelaporan informasi ekuitas pemegang saham adalah menyediakan
informasi kepada yang berkepentingan tentang efesiensi dan kepengurusan manajemen.
Tujuan yang lain adalah menyediakan informasi tentang riwayat serta prospek investasi
pemilik dan pemegang ekuitas lainnya, serta merupakan tanggung jawab yuridis pemilik.
Untuk memenuhi tujuan tersebut, informasi yang harus disampaikan berkaitan tentang
ekuitas pemegang saham tersebut minimal adalah sumber ekuitas, pembatasan pembagian
dividen dan likuidasi, batas perlindungan dan urutan penyerapan rugi.

II. Perbedaan Modal Setoran dan Laba Ditahan


Ditinjau dari sumbernya, ada beberapa komponen yang membentuk ekuitas pemegang
saham yaitu: laba ditahan pada dasarnya adalah terbentuk dari akumulasi laba yang
dipindahkan dari akun ikhtisar laba-rugi. Begitu saldo laba ditutup ke laba ditahan,
sebenarnya saldo laba tersebut telah lebur menjadi elemen modal pemegang saham yang sah.
Seperti juga modal setoran, laba ditahan menunjukan sejumlah hak atas seluruh jumlah
rupiah aset bukan hak atas jenis aset tertentu. Dengan demikian untuk mengukur seluruh hak
pemegang saham atas aset, laba ditahan harus digabungkan dengan modal setoran.
Perbedaan antara dua bagian elemen ekuitas pemegang sangat penting. Dari segi
administrasi keuangan, laba ditahan merupakan indikator daya melaba sehingga laba ditahan
harus selalu dipisahkan dengan modal setoran meskipun jumlah akhirnya ditotal untuk
membentuk ekuitas pemegang saham. Pembedaan ini juga penting secara yuridis karena
modal setoran merupakan dana besar yang harus tetap dipertahankan untuk menunjukan
perlindungan bagi pihak lain. Dana ini hanya dapat ditarik kembali dalam likuidasi rupiah
yang secara yuridis dapat digunakan untuk pembagian dividen.
Unsur penambah modal disetor PT terdiri atas :
 agio saham
 tambahan modal dari perolehan kembali saham dengan harga yang lebih rendah
daripada jumlah yang diterima pada saat pengeluaran
 tambahan modal dari penjualan saham yang diperoleh kembali dengan harga di atas
jumlah yang dibayarkan pada saat perolehannya
 tambahan modal dari perbedaan kurs modal disetor

III. Modal Yuridis


1. Pengertian
Modal yuridis timbul karena ketentuan hukum yang mengharuskan bahwa harus ada
sejumlah rupiah yang harus dipertahankan dalam rangka perlindungan terhadap pihak
lain.Bentuk ketentuan hukum ini adalah bahwa saham harus empunyai nilai nominal atau
nilai minimun yang dinyatakan untuk menunjukan hak yuridis. Modal yuridis adalah
jumlah rupiah "minimal" yang harus disetor oleh investor sehingga membentuk modal
yuridis.
Tujuan penyajian modal yuridi ini adalah untuk memberi informasi kepada para
pemegang ekuitas lainnya tentang batas perlindungan investasinya. Akuntansi
menganggap pengungkapan modal yuridis tersebut tidak penting karena akuntansi lebih
menekankan pada jumlah rupiah yang benar-benar disetor oleh pemegang saham sebagai
jumlah rupiah kontrak antara perseroan dengan pemegang saham.
2. Besarnya Modal Yuridis
Dalam hal saham bernilai nominal , modal yuridis dapat sama dengan jumlah yang
dikenal dengan nama modal saham. Modal saham menunjukan jumlah rupiah perkalian
antara cacah saham beredar dengan nilai nominal persaham. Jumlah ini merupakan
jumlah rupiah yang secara yuridis menjadi hak pemegang saham walaupun dalam
transaksi pembelian saham jumlah rupiah yang disetor atau dibayar melebihi modal yiridis
tersebut.
Modal saham ini juga merupakan batastanggung jawab pemegang saham dan batas
kerugian pribadi yang harus ditanggung pemegang saham. artinya, dalam hal terjadi
likuidasi pemegang saham tidak dapat menuntun pembagian kekayaan atas dasar modal
yang disetor (kecuali adanya sisa untuk itu). Sebaliknya, dalam hal hasil penjualan aset
dalam likuidasi tidak dapat menutup seluruh hutang perseroan, pemegang saham tidak
dapat diminta untuk menutup utang lebih dari modal saham atau modal yang telah disetor
kecuali pemegang saham sebagai direksi.

IV. Modal Setoran Lain


Nominal saham sering dianggap bukan merupakan harga efektip saham sehingga secara
akuntansi penentuan nilai nominal saham sebenarnya tidak bermakna ekonomik. Dalam hal
tertentu, nilai nominal saham lebih merupakan alat untuk pemerataan distribusi pemilikan
daripada untuk menunjukan nilai salaham itu sendiri. Karena tidak bermakna ekonomik,
saham dapat diterbitkan tanpa nilai nominal. Ada dua alasan penerbitan saham tanpa nilai
nominal yaitu:
1. Pasal 42 undang-undang no 1 tahun 1995 menetapkan bahwa saham tanpa nilai nominal
tidak dapat diterbitkan. Ketentuan ini sebenarnya dimaksudkan untuk menentukan modal
yuridis. Nilai niminal merupakan jumlah rupiah minimal yang harus disetor investor
sehingga membentuk modal yuridis.
2. Dalam hal ini, Patton danLittleton (1970) menegaskan bahwa perseroan merupakan
kesatun usaha maupun kesatuan hukum. Sifat ganda ini menjadikan akuntasni mempunyai
fungsi ganda pula yaitu menyajikan data ekonomik sekaligus mencerminkan aspek yuridis
yang sebenarnya. Fungsi ganda ini menimbulkan masalah pelaporan ekuitas pemegang
saham karena konsep kesatuan usaha dan konsep hukum sangat berbeda. Dari segi hukum
ada tendesi untuk memandang ekuitas pemegang saham sebagai jumlah rupiah tertentu
yang menjadi batas penarikan kembali dana yang ditanamkan oleh pemegang saham tanpa
memperhatikan setoran yang sesungguhnya. Dari segi akuntansi, yang menganut substansi
dari pada bentuk, memandang ekuitas pemegang saham adalah seluruh jumlah yang secara
ekonomik tertanam diperusahaan termasuk laba ditahan.

V. Perubahan Modal Setoran


Tujuan utama perekayasaan akuntansi modal setoran ini adalah untuk membedakan
secara tegas antara perubahan akibat transaksi operasi dan perubahan akibat transaksi modal.
Dalam hal kenaikan modal setoran, pembedaan ini bermanfaat untuk mencegah
memperlakukan kenaikan akibat transaksi modal sebagai laba sehingga timbul kesan adanya
jumlah yang trsedia untuk pembagian dividen. Berbagai sumber yang dapat mengubah modal
setoran dengan berbagai masalah teoretisnya adalah:
1. Pemesanan Saham
Pada umumnya, investor yang berminat membeli saham harus memesan lebih dahulu
saham yang akan dibeli dengan harga sesuai dengan kesepakatan pada saat pemesanan. Pada
saat perusahaan didirikan atau melakukan penawaran publik perdana, perusahaan telah
menetapkan apa yang disebut modal dasar. Dengan autorisasi tersebut perusahaan akan
mencetak sertifikat saham. Bila saham telah terjual dan pembeli telah membayar penuh
kesepakatannya, sertifikat saham akan diserahkan kepada pembeli. Berdasar konsep kesatuan
usaha, jumlah rupiah yang diterima perusahaan akan menimbulkan atau diimbangi dengan
modal setoran.
Pada umumnya investor yang berminat membeli saham perusahaan harus memesan
terlebih dahulu saham yang dibeli dengan harga yang sesuai. Yang menjadi masalah adalah
apakah jumlah rupiah saham pesanan tersebut telah dapat diakui sebagai modal setoran?
Jumlah rupiah saham pesanan dapat diakui sebagai modal setoran hanya apabila memenuhi
dua syarat, yaitu tidak dapat dibatalkan, dan pelunasan tidak terlalu lama.
2. Obligasi terkonversi atau berhak tukar
Dalam hal tertentu perusahaan menerbitkan obligasi dengan kharakteristik dapat
ditukarkan dengan saham biasa. Kalau hak tukar dari obligasi tersebut digunakan oleh
pemegang obligasi akan timbul perubahan status kewajiban menjadi modal storan. Masalah
teoritisnya adalah pada saat hak diambil, berapakah jumlah rupiah yang diakui sebagai modal
setoran sehingga modal saham dan kelebihan diatas modal saham (kalau ada) dapat
ditentukan? Untuk mengatasi masalah tersebut terdapat beberapa alternatif yang dapat
digunakan sebagai basis kapitalisasi, yaitu nilai bawaan obligasi, harga pasar obligasi, dan
harga pasar saham.
3. Saham prioritas terkonvers
Saham prioritas atau saham istimewa menjadi saham biasa atas kehendak pemegang
saham. Masalah yang ada sama dengan masalah yang muncul pada obligasi terkonversi, yaitu
Pada saat hak diambil, berapakah jumlah rupiah yang diakui sebagai modal setoran? Dalam
mengatasi permasalahan tersebut terdapat dua alternatif yang dapat digunakan, yaitu
Pendekatan satu-transaksi, dan pendekatan dua-transaksi.
4. Deviden Saham
Dividen saham adalah distribusi dividen dalam bentuk saham yang sejenis dengan saham
yang mula-mula diterbitkan. Permasalahan yang muncul akibat pembagian deviden saham
adalah bila dikapitalisasi, berapakah jumlah rupiah yang dikapitalisasi menjadi modal
setoran? Untuk mengatasinya, alternatif penyelesaian yang digunakan terdiri atas dasar nilai
nominal, dan atas dasar nilai pasar saham.
Bila distribusi dividen saham tidak disertai dengan kapitalisasi laba ditahan, dividen
saham akan menyerupai pemecahan saham. Pemecahan saham adalah penurunan nominal
(atau nilai nyata) persaham dengan cara menukar tiap satu saham yang beredar dengan dua
atau lebih saham baru yang nilai nominal per sahamnya merupakan pecahan dari nilai
nominal saham semula. Bila perusahaan mendistribusi dividen saham 20% tanpa disertai
kapitalisasi, perusahaan sebenarnya telah menurunkan nilai nominal per saham menjadi
100/120 dari nilai nominal semula.
Bagi pemegang saham, dividen saham bukan merupakan pendapatan atau laba. Berbagai
teori atau argumen diajukan untuk menjelaskan mengapa dividen saham bukan merupakan
laba bagi penerimanya. Dari sudut pandang kesatuan usaha, dividen saham bukan merupakan
pembagian laba karena tidak ada penurunan aset perusahaan atau kenaikan utang perusahaan.
Hal ini berbeda dengan dividen kas jelas merupakan pendapatan bagi penerima karena ada
transfer kemakmuran ke pemegang saham.
Bila dividen saham dipandang sebagai pendapatan in natura karena menaikan nilai
investasi, pendapatan tersebut belum terealisasi bila belum dijual oleh penerimanya. Investasi
naik karena dividen saham dapat di jual atau kalau tidak dijual penerima berhak menerima
dividen tunai dimana yang akan datang atas saham tersebut.
Dari sudut pandang kesatuan pemilik, dividen saham bukan merupakan laba bagi
penerimanya. Alasannya adalah bahwa laba perseroan juga merupakan laba [pemilik. oleh
karena itu dividen kas dianggap sebagai pengambilan atau prive oleh pemilik dari sesuatu
yang memang sudah menjadi haknya sehingga tidak ada tambahan kemakmuran. Dividen
saham juga bukan merupakan laba tetapi sekedar teklasifikasi ekuitas. karena sudut pandang
akuntansi adalah kesatuan usaha, apakan dividen saham pendapatan bagi pemegang saham
sebenarnya bukan masalah yang relevan. Yang relevan bagi perusahaan adalah apakah
dividen saham dipansang sebagai reklasifikasi ekuitas dan bila demikin bagaimana
kapitalisasi diukur. Kapitalisasi dapat didasarkan atas:
Kalau tujuan penyajian informasi modal pemegang saham adalah untuk menunjukan
modal yuridis (legal capital), kapitalisasi dividen saham harus hanya sebesar nilai nominal
atau nyataannya: jumlah ini sebesarnya merupakan jumlah minimal yang harus dikapitalisasi
untuk memenuhi ketentuan yuridis. Alasan pendukung kapitalisasi hanya sebesar nilai yuridis
adalah bahwa divisen saham bukan merupakan pendapatan dan mengkapitalisasi sebesar
harga pasar memberi kesan bahwa dividen tersebut merupaka pendapatan yang direinvestasi
kedalam perusaahn. Alasan lain yang dianggap cukup kuat adalah bahwa harga pasar
menggambarkan harga seluruh ekuitas pemegang saham (modal setoran dan laba ditahan).
Jadi sangat tridak logis mentransfer jumlah yang merefleksi elemen modal setoran dan laba
ditaha ke modal setoran itu sendiri.
Walaupun dividen saham berbeda dengan dividen kas, sebagai divide keduanya dianggap
sebagai distribusi ke pemilik. Oleh karena itu, dividen saham dapat di pandang sebagai
pengganti dividen kas karena dividen daham mempunyai nilai. Paling tidak, pemegang saham
dapat menjual saham tersebut kalau dividen kas yang diharapkan dan investasi semula tidak
berubah. Nilai tersebut diukur atas dasar harga saham. dengan demikian harga pasar
merupakan dasar yang tepat untuk menentukan kapitalisasi berbagai dasar pikiran
mendukung hal ini.
5. Hak beli saham, opsi, dan warna
Hak beli saham adalah hak yang diberikan bagi pemegang saham lama untuk membeli
sejumlah saham (proposional dengan pemilikan). Hak ini biasanya dimaksudkan untuk
mempertahankan pemilikan pemegang saham lama. Pada umumnya, hak beli saham umurnya
tidak lama dan beli harga saham dengan hak beli tersebut biasanya lebih rendah dari harga
pasar saham bersangkutan. Oleh karena itu, hak beli saham sering dianggap mempunyai
harga pasar sehingga timbul pendapat bahwa hak beli saham tersebut dikapitalisasi. Harga
pasar hak beli saham ini adalah sebesar selisih harga pasar saham sengan harga yang harus
dibayar pemegang saham yang mempunyai hak beli saham. Perlukah jumlah rupiah selisih ini
dikapitalisasi?
Bila dividen saham dapat dikapitalisasi maka hak beli saham juga dapat dikapitalisasi
karena hak beli saham dapat dianggap sebagai dividen saham dengan nilai sebesar harga
pasar hak beli saham. jumlah ini dikapitalisasi ke modal setoran lain. Argumen dibantah
dengan alasan bahwa kapitalisasi hak belisaham menjadi modal setoran adalah tidak logis
karena tidak ada sumber ekonomi yang disetorkan oleh pemegang saham dan tidak ada
saham baru yang diterbitkan. Lain halnya dengan kupon beli saham atau waran yang di bahas
sesudah opsi saham berikut.
Secara umum opsi diartikan sebagai klaim untuk membeli atau menjual saham tertentu
yang sengaja diciptakan oleh investor untuk dijual kepada investor lain. Dalam arti khusus,
opsi saham adalah semacam kontrak yang membeli hak kepada karyawan perusahaan
(termasuk manager atau pemimpin) untuk membeli saham perusahaan dalam jangka waktu
tertentu dengan harga yang tertentu pula. pada umumnya harga pengambilan dibawah harga
pasar saham yang bersangkutan atau harga yang ditawarkan kepada pihak lain. Kebijakan
semacam ini sering disebut dengan program opsi saham karyawan. Opsi saham ini biasanya
digunakan sebagai sarana untuk meningkatkan loyalitas dan motivasi karyawan dengan
menjadikan mereka pemilik perusahaan dan utnuk menambah penghasilan karyawan (sebagai
konvensasi tambahan). Banyaknya saham yang dapat dibeli dan harga opsi dapat ditentukan
pasa saat hak opsi diberikan atau bergantung pada beberapa kejadian dimasa mendatang
seperti pertumbuhan perusahaan dan perubahan harga saham.
Dalam hal opsi saham karyawan, ada kalanya harga pengambilan begitu rendah di banding
harga pasar sehingga selisihnya dapat dipandang sebagai kompensasi atau imbalan jasa
karyawan. Ada kalanya program opsi saham diluncurkan bukan untuk tujuan meningkatkan
kompensasi karyawan tetapi untuk meningkatkan status karyawan sebagai pemilik
perusahaan dan untuk membantu perusahaan menambah dana. APB Opinion No.25 pasal 7
menentukan bahwa opsi saham dapat dikategorikan sebagai nonimbalan. Jika program opsi
saham tidak memenuhi kriteria sebagai opsi saham nonimbalan, tentunya opsi saham tersebut
merupakan opsi saham imbalan. Terdapat dua macam opsi yaitu call dan put. Opsi call adalah
opsi yang memberi hak kepada pemegang opsi untuk membeli saham dengan harga tertentu
selama perioda tertentu. Orang membeli bila mengharapkan harga saham menaik. Sedangkan
opsi put adalah opsi yang memberi hak kepada pemegang opsi untuk menjual saham dengan
harga tertentu selama perioda tertentu. Orang membeli opsi bila mengharapkan harga saham
menurun.
Perusahaan dapat juga menjual hak beli saham kepada nonpemegang saham dengan cara
menjual kupon pembelian saham atau waran. Dalam PSAK No. 41, IAI mendefinisikan
waran sebagai berikut:
Waran adalah efek yang diterbitkan oleh suatu perusahaan yang memberi hak kepada
pemegangnya untuk memesan saham dari perusahaan tersebut pada harga dan jangka waktu
tertentu (pasal 30). Terdapat beberapa karakteristik dari warran, yaitu (1) berbeda dengan hak
beli saham atau opsi, (2) terdapat beberapa jenis: lepas, lekat, dan bebas, (3) perlakuan
akuntansi berbeda untuk tiap jenis. Perbedaan waran dengan hak beli saham dan opsi saham
dalam beberapa aspek, yaitu :
 Jumlah rupiah hasil penerbitan sekuritas (utang atau ekuitas yang disertai waran lepas
dialokasi ke sekuritas dan waran atas dasar nilai wajar masing-masing komponen pada
saat penerbitannya. jumlah rupiah yang melekat pada sekuritas dilaporkan sebagai
kewajiban atau ekuitas sesuai dengan karakteristiknya (pasal 15)
 Apabila waran diambil, jumlah rupiah yang melekat pada waran dikapitalisasi ke modal
saham dan agio saham (bila ada) apa bila waran tidak diambil sampai masa opsi berakhir,
jumlah rupiah tecatat waran tetap diperlakukan sebagai modal setoran lain (pasal 16).
 Seluruh jumlah rupiah hasil penerbitan sekuritas (utang/ekuitas) yang disertai waran lekat
diakui seluruhnya sebagai kewajiban atau ekuitas sesuai dengan karakteristiknya (pasal
17).
 Penerbitan waran bebas diperlakukan sebagai modal setoran lain sebesar jumlah rupiah
hasil penerbitan tersebut. bila waran bebas diterbitkan secara cuma-cuma, tidak diperlukan
penaksiran nilai waran untuk diakui sebagai modal setoran lain (pasal 18-19).

6. Saham treasuri
Saham treasuri adalah penarikan kembali saham yang beredar untuk sementara dan
kemudian diterbitkan kembali. Beberapa alasan perusahaan melakukan penarikan kembali
antara lain saham tersebut akan diterbitkan kembali kepada karyawan dalam program opsi
saham, serta saham tersebut akan digunakan untuk membeli perusahaan lain dalam transaski
penggabungan usaha.
Masalah teoritis yang melekat pada transaksi saham treasuri adalah (1) penentuan jumlah
rupiah yang harus dianggap sebagai pengurangan modal setoran dan laba ditahan, (2)
pengungkapan pengaruhnya terhadap modal yuridis bila saham treasuri dijual kembali.
Mengenai hal tersebut, terdapat dua pendekatan atau konsep yang dapat diterapkan yaitu
konsep satu-transaksi dan konsep dua-transaksi.

VI. Penebusan/Penarikan Kembali Modal Saham PT


1. Perolehan Kembali Saham Beredar dengan Cost Method
Jika perusahaan memperoleh kembali saham yang telah dikeluarkan, selisih antara
jumlah yang dibayarkan pada saat perolehan kembali dengan jumlah yang diterima pada
saat pengeluaran saham tidak diakui sebagai laba atau rugi perusahaan. Perolehan kembali
saham yang telah dikeluarkan dapat dicatat dengan menggunakan cost atau par value
method. Dengan cost method, saham yang diperoleh kembali dicatat sebesar harga
perolehan kembali dan disajikan sebagai pengurang atas jumlah modal.
Saham yang dibeli kembali dicatat sesuai harga perolehan kembali, disajikan sebagai
pengurang akun modal saham, untuk saham sejenis, disajikan dalam jumlah lembar dan
nilai nominal. Kemudian, selisih harga perolehan kembali dengan nilai nominal disajikan
sebagai pengurang atau penambah akun agio saham, disajikan per jenis saham dan rupiah,
dengan judul tambahan (pengurang) agio modal dari perolehan kembali saham. Apabila
agio saham menjadi defisit (disagio) karena transaksi perolehan kembali, defisit tersebut
dibebankan pada saldo laba.
2. Perolehan Kembali Saham Beredar dengan Par Value Method
Metode nilai nominal atau par value method lazimnya digunakan dalam hal saham yang
diperoleh kembali tersebut akan dikeluarkan lagi dikemudian hari. Dengan metode nilai
nominal (par value method), saham yang diperoleh kembali dicatat sebesar nilai nominal
saham yang bersangkutan dan disajikan sebagai pengurang akun modal saham. Apabila
saham yang diperoleh kembali tersebut semula dikeluarkan dengan harga di atas pari, akun
agio saham akan didebit dengan agio saham yang bersangkutan.
Dalam hal jumlah yang dibayarkan lebih besar dari pada jumlah yang diterima pada
saat pengeluarannya, selisih tersebut dibukukan dengan mendebet akun saldo laba.
Sebaliknya bila jumlah yang dibayarkan lebih kecil, selisihnya dianggap sebagai unsur
penambah modal dan dibukukan dengan mengkredit akun tambahan modal dari perolehan
kembali saham. Metode ini lazimnya digunakan bila perolehan kembali dilakukan dalam
rangka penarikan saham.
3. Perolehan Kembali Saham Sumbangan
Saham yang diperoleh kembali dari sumbangan lazimnya dicatat sebesar jumlah yang
diterima pada saat pengeluarannya dengan mendebet akun modal saham yang diperoleh
kembali dan mengkredit akun modal yang berasal dari sumbangan. Pada saat saham
tersebut dijual kembali, selisih antara jumlah yang tercatat dengan harga jualnya
ditambahkan pada akun modal yang berasal dari sumbangan.

Вам также может понравиться