Вы находитесь на странице: 1из 2

Kelompok:

 Nadhif fikri (kancil)


 Sukron athailah (raja gajah)
 Rafa shabiyra (kera)
 Nadia ayu larasati (semut 1, raja kijang)
 Faiga faiz bahwal (raja kambing)
 Azka aulia (semut 2)
 Ihda choirusyifa (narrator)

Menaklukan Sang Raja Gajah

Suatu hari, ada seekor kancil cerdik yang bergelar syekh alim. Semua hewan tunduk kepadanya.
Terkecuali pasukan raja gajah. Maka pada saat itulah syekh alim berangkat menuju tempat raja gajah.

Kancil : “wahai pasukannku berangkatlah kita menuju tempat raja gajah”

Berangkatlah syekh alim ke tempat raja gajah dengan menaiki kerbau bersama pasukannya. Di
perjalanan semut- semut berlarian kesana kemari sembari bertanya.

Semut (1) : “ada apa ini?”

Semut (2) : “kenapa ramai sekali?”

Semut (3) : “fyuh, untung saja aku tidak terinjak oleh sesuatu yang besar ini.”

Pada kenyataanya, syekh alim pergi menuju tempat raja gajah tanpa memberi tau rakyatnya.

Tempat raja gajah

Raja gajah sedang berbicara dengan segala rakyatnya tentang raja kera yang datang kepadanya karena
fitnah yang telah ditimbulkan oleh kancil cerdik itu. Setelah bercerita lama, pasukan syekh alim itu pun
datang.

Raja gajah : “ wahai kera, bunyi apa yang tidak diketahui asalnya ini?”

Kera : “ya tuanku, itulah suara dari rakyat tuan syekh alim dan semua nya yang tunduk kepadanya.
Ketahuilah tuanku, bahwa dia datang kesini hendak berperang.”

Mendengar itu raja gajah pun marah lalu turun dari tempatnya itu. Dan melihat kancil cerdik itu. Raja
gajah terheran heran dibuatnya.

Raja gajah : “wahai kera, siapa itu yang datang dengan beriringan?”

Kera : “itulah raja singa dengan rakyatnya, ya tuanku”

Lalu raja gajah melihat pasukan lagi

Raja gajah : “wahai kera, siapakah itu yang datang lagi?”


Kera : “itulah raja kambing ya tuanku. Dia diberi julukan maharaja oleh syekh alim”

Raja gajah pun terhera- heran

Raja gajah : “kenapa banyak sekali yang tunduk kepadanya ? apa kelebihan dari si kancil itu, kenapa
semua yang dia perintah di turuti oleh semua nya ?”

Lalu, raja gajah melihat satu pasukan lagi

Raja gajah : “wahai kera siapakah yang datang di belakang itu, sepetinya dia hebat sekali.”

Kera: “dialah sang raja kijang ya tuanku, dialah raja yang diberi gelar oleh syekh alim maharaja
dewalaksana.”

Setelah semua pasukan datang, raja gajah pun kaget dengan semua pasukan kancil. Karena itulah raja
gajah mempunyai keinginan untuk menantang kancil.

Raja gajah : “ternyata ada juga kelebihan dari sang kancil sehingga membuat semua isi hutan ini mampu
tunduk kepadanya. Baiklah, akan kucoba untuk menguji kesaktiannya dan ilmunya itu. Jika
aku kalah darinya maka aku akan takluk kepadanya, jika aku menang aku akan mendapat
pujian dari seluruh hutan ini.”

Kancil pun turun dari tunggangannya dan menghampiri raja gajah seraya berkata

Kancil: “wahai raja gajah, sesungguhnya saya kesini karena saya mendengar fitnah yang keji itu. Bisakah
kau buktikan kesalahan saya dimana? Jika saya salah maka terlihatlah dan jika benar maka
terlihatlah kebenaran saya .”

Raja gajah : “bahwa sesungguhnya saya sudah mengatai tuan saya. Saya hanya menunggu keputusan
dari tuanku ini.”

Kancil : “jika demikian baiklah kita mencoba dahulu tetapi marilah kita berbenteh (permainan sepak
menyepak), jika kita sudah berbenteh marilah kita berhempas – hempas, lalu kita mengadu
kesaktian.”

Maka tuan syekh alim pun segera membenteh raja gajah, serta menikam dengan kukunya itu ke kuku
raja gajah. Maka raja gajah merasa sangat kesakitan. Hendak mengangkat kakinya, tapi tidak bisa karena
rasa sakitnya itu. Dan tuan syekh alim pun menyerangnya dengan bertubi-tubi.

Raja gajah : “wahai tuan syekh alim, saya menyerah.”

Kancil : “jika kau masih memiliki cara yang lain, hendaklah tunjukkan jangan disembunyikan dari ku.”

Raja gajah: “tidak tuan. Sesungguhnya engkaulah tuan dari rimba ini.”

Kancil ; “bahwa sesungguhnya seorang raja tidak mau mengubah janji . jika ia mati pun itu adalah aib
dari semua raja di rimba ini.”

Dan akhirnya pun raja gajah tunduk kepada tuan syekh alim.

Вам также может понравиться