Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Penulis yakin bahwa makalah ini masih memiliki kekurangan. Oleh karena
itu, penulis mengharapkan kritik dan saran untuk menjadi koreksi bagi makalah ini.
Akhir kata, penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam menyelesaikan makalah ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ...................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ..............................................................................................2
1.3 Tujuan ................................................................................................................2
1.4 Manfaat ..............................................................................................................2
BAB 2. ISI
2.1 Pengertian Biofuel ..............................................................................................3
2.2 Prospek Pemanfaatan Biofuel ............................................................................5
2.3 Generasi Biofuel.................................................................................................7
2.4 Program Riset Dan Pengembangan Oleh Pertamina…………………... ……13
2.5 Potensi Biofuel di Indonesia ………………………………………………...14
BAB 3. PENUTUP
3.1 Kesimpulan ......................................................................................................16
3.2 Saran .................................................................................................................16
ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Memasuki abad yang baru ini manusia dihadapkan pada masalah yang
sangat penting ditinjau dari makin pesatnya perkembangan teknologi di semua
bidang, termasuk di antaranya kebutuhan akan energi. Mengingat adanya
kebutuhan akan energi yang makin meningkat ini, mengakibatkan adanya aspek-
aspek yang harus diperhatikan, apabila aspek-aspek ini tidak diperhitungkan,
maka akan terjadi kerugian yang cukup besar, baik dalam jangka pendek maupun
jangka panjang.
Indonesia adalah suatu negara yang memiliki beragam sumber daya energi.
Sumber daya energi tersebut dapat berupa minyak, gas, batubara, panas bumi,
air, dan sebagainya yang digunakan dalam berbagai aktivitas pembangunan, baik
secara langsung maupun diekspor untuk mendapatkan devisa
Bahan bakar hayati atau biofuel adalah setiap bahan bakar baik padatan,
cairan ataupun gas yang dihasilkan dari bahan-bahan organik. Biofuel dapat
dihasilkan secara langsung dari tanaman atau secara tidak langsung dari limbah
industri, komersial, domestik atau pertanian. Ada tiga cara untuk pembuatan
biofuel: pembakaran limbah organik kering (seperti buangan rumah tangga,
limbah industri dan pertanian); fermentasi limbah basah (seperti kotoran hewan)
tanpa oksigen untuk menghasilkan biogas (mengandung hingga 60 persen
metana), atau fermentasi tebu atau jagung untuk menghasilkan alkohol dan ester.
Pemanfaatan energi surya sebagai PLTBm Bio Fuel mulai diminati dan mulai
dikembangkan di wilayah yang terdapat tempat yang memiliki banyak bahan-
bahan yang diperlukan. Ada beberapa hal menjadi perhatian dalam pemanfaatan
sumber daya hayati dan hewani menjadi biofuel untuk bahan pembangkit listrik.
Terutama pada cakupan polusi udara yang akan terjadi serta pengolahan limbah
cair yang mungkin dapat menjadi pencemaran jika tidak dicermati lebih
mendalam.
1
1.2. Rumusan Masalah
1.3.1 Diharapkan para pelajar akan mengetahui bahwa listrik juga dapat
. 1.4 Manfaat
2
BAB II
ISI
Bahan bakar hayati atau biofuel adalah setiap bahan bakar baik
padatan, cairan ataupun gas yang dihasilkan dari bahan-bahan organik.
Biofuel dapat dihasilkan secara langsung dari tanaman atau secara tidak
langsung dari limbah industri, komersial, domestik atau pertanian. Ada
tiga cara untuk pembuatan biofuel antara lain pembakaran limbah organik
kering (seperti buangan rumah tangga, limbah industri dan pertanian),
fermentasi limbah basah (seperti kotoran hewan) tanpa oksigen untuk
menghasilkan biogas (mengandung hingga 60 persen metana), atau
fermentasi tebu atau jagung untuk menghasilkan alkohol dan ester, dan
energi dari hutan (menghasilkan kayu dari tanaman yang cepat tumbuh
sebagai bahan bakar).
3
Berikut ini sumber daya alam yang berpotensi sebagai bahan dasar
pembuatan biofuel :
Isi
Nama Lokal Nama Latin Sumber Minyak % Berat Kering P / NP
4
Proses fermentasi menghasilkan dua tipe biofuel yaitu alkohol dan ester.
Bahan-bahan ini secara teori dapat digunakan untuk menggantikan bahan bakar
fosil tetapi karena kadang-kadang diperlukan perubahan besar pada mesin,
biofuel biasanya dicampur dengan bahan bakar fosil.
5
Penggunaan dalam bentuk campuran, misalnya B5 merupakan campuran
5% biodiesel dengan 95% minyak solar. Setiap negara mempunyai kebijakan
tertentu dalam memberikan batas ijin pencampuran biodiesel dengan minyak solar.
Amerika Serikat mengijinkan pencampuran hingga 20%, sedangkan di Eropa saat
ini baru mengijinkan hingga 5%. Di Indonesia, Direktorat Jenderal Migas dengan
masukan dari Agen Tunggal Pemegang Merk (ATPM), Gabungan Pengusaha
Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) dan mempertimbangkan peraturan yang
berlaku di World Wide Fuel Charter (WWFC) mengusulkan pencampuran biodiesel
hingga 5%, sedangkan Forum Biodiesel Indonesia (FBI) mengusulkan komposisi
campuran yang lebih besar minimal hingga 10%. Sebagian besar kendaraan bensin
dapat dijalankan dengan menggunakan bahan bakar ethanol 10% yang dicampur
dengan bensin 90% (BE10) tanpa melakukan modifikasi mesin. Sekarang ini,
banyak pabrik mobil sudah mengembangkan mobil yang dapat beroperasi dengan
kandungan ethanol lebih tinggi, yaitu BE85 (ethanol 85% dan bensin 15%).
6
2.3 Generasi Biofuel
A. Generasi pertama
Biofuel generasi pertama menunjuk kepada biofuel yang terbuat dari gula,
starch, minyak sayur, atau lemak hewan menggunakan teknologi
konvensional. Biofuel generasi pertama yang umum didaftar sebagai berikut:
1. Minyak sayur
2. Biodiesel
Biodiesel merupakan biofuel yang paling umum di Eropa.
Biodiesel diproduksi dari minyak atau lemak menggunakan
transesterifikasi dan merupakan cairan yang komposisinya mirip
dengan diesel mineral. Nama kimianya adalah methyl asam lemak
(atau ethyl) ester (FAME). Minyak dicampur dengan sodium
hidroksida dan methanol (atau ethanol_ dan reaksi kimia
menghasilkan biodiesel (FAME) dan glycerol. 1 bagian glycerol
dihasilkan untuk setiap 10 bagian biodiesel.
Biodiesel dapat digunakan di setiap mesin diesel kalau
dicampur dengan diesel mineral. Di beberapa negara produsen
memberikan garansi untuk penggunaan 100% biodiesel. Kebanyakan
produsen kendaraan membatasi rekomendasi mereka untuk
penggunaan biodiesel sebanyak 15% yang dicampur dengan diesel
mineral. Di kebanyakan negara Eropa, campuran biodiesel 5% banyak
digunakan luas dan tersedia di banyak stasiun bahan bakar.
Di AS, lebih dari 80% truk komersial dan bis kota beroperasi
menggunakan diesel. Oleh karena itu penggunaan biodiesel AS
bertumbuh cepat dari sekitar 25 juta galon per tahun pada 2004
7
menjadi 78 juta galon pada awal 2005. Pada akhir 2006, produksi
biodiesel diperkirakan meningkat empat kali lipat menjadi 1 miliar
galon.
3. Bioalkohol
Alkohol yang diproduksi secarai biologi, yang umum adalah
ethanol, dan yang kurang umum adalah propanol dan butanol,
diproduksi dengan aksi mikroorganisme dan enzym melalui
fermentasi gula atau starch, atau selulosa. Biobutanol seringkali
dianggap sebagai pengganti langsung bensin, karena dapat digunakan
langsung dalam mesin bensin.
Butanol terbentuk dari fermentasi ABE (aseton, butanol,
etanol) dan eksperimen modifikasi dari proses tersebut
memperlihatkan potensi yang menghasilkan energi yang tinggi
dengan butanol sebagai produk cair. Butanol dapat menghasilkan
energi yang lebih banyak dan dapat terbakar "langsung" dalam mesin
bensin yang sudah ada (tanpa modifikasi mesin).[10] Dan lebih tidak
menyebabkan korosi dan kurang dapat tercampur dengan air
dibanding ethanol, dan dapat didistribusi melalui infrastruktur yang
telah ada. Dupont dan BP bekerja sama untuk menghasilkan butanol.
Bahan bakar etanol merupakan biofuel paling umum di
dunia, terutama bahan bakar etanol di Brasil. Bahan bakar alkohol
diproduksi dengan cara fermentasi gula yang dihasilkan dari gandum,
jagung, bit gula, tebu, molasses dan gula atau amilum yang dapat
dibuat minuman beralkohol (seperti kentang dan sisa buah, dll).
Produksi etanol menggunakan digesti enzim untuk menghasilkan gula
dari amilum, fermentasi gula, distilasi dan pengeringan. Proses ini
membutuhkan banyak energi untuk pemanasan (seringkali
menggunakan gas alam).
Produksi etanol selulosa menggunakan tanaman non-pangan
atau produk sisa yang tak bisa dikonsumsi, yang tidak mengakibatkan
dampak pada siklus makanan.
8
Memproduksi etanol dari selulosa merupakan langkah-
tambahan yang sulit dan mahal dan masih menunggu penyelesaian
masalah teknis. Ternak yang memakan rumput dan menggunakan
proses digestif yang lamban untuk memecahnya menjadi glukosa
(gula). Dalam laboratorium ethanol selulosik, banyak proses
eksperimental sedang dilakukan untuk melakukan hal yang sama, dan
menggunakan cara tersebut untuk membuat bahan bakar ethanol.
Beberapa ilmuwan telah mengemukakan rasa prihatin terhadap
percobaan teknik genetika DNA rekombinan yang mencoba untuk
mengembangkan enzym yang dapat memecah kayu lebih cepat dari
alam, makhluk mikroskopik tersebut dapat tidak sengaja terlepas ke
alam, tumbuh secara eksponensial, disebarkan oleh angin, dan pada
akhirnya menyebabkan kerusakan struktur seluruh tanaman, yang
dapat mengakhiri produksi oksigen yang dilepaskan oleh proses
fotosintesis tumbuhan.
Ethanol dapat digunakan dalam mesin bensin sebagai
pengganti bensin; ethanol dapat dicampur dengan bensin dengan
persentase tertentu. Kebanyakan mesin bensin dapat beroperasi
menggunakan campuran ethanol sampai 15% dengan bensin. Bensin
dengan ethanol memiliki angka oktan yang lebih tinggi, yang berarti
mesin dapat terbakar lebih panas dan lebih efisien.
Bahan bakar etanol memiliki BTU yang lebih rendah, yang
berarti memerlukan lebih banyak bahan bakar untuk melakukan
perjalan dengan jarak yang sama. Dalam mesin kompresi-tinggi,
dibutuhkan bahan bakar dengan sedikit ethanol dan pembakaran
lambat untuk mencegah pra-ignisi yang merusak (knocking). Ethanol
sangat korosif terhadap sistem pembakaran, selang dan gasket karet,
aluminium, dan ruang pembakaran. Oleh karena itu penggunaan
bahan bakar yang mengandung alkohol ilegal bila digunakan pesawat.
Untuk campuran ethanol konsentrasi tinggi atau 100%, mesin perlu
dimodifikasi.
9
Ethanol yang meyebabkan korosif tidak dapat disalurkan
melalui pipa bensin, oleh karena itu diperlukan truk tangki stainless-
steel yang lebih mahal, meningkatkan konsumsi biaya dan energi yang
dibutuhkan untuk mengantar ethanol ke konsumen.
Banyak produsen kendaraan sekarang ini memproduksi
kendaraan bahan bakar fleksibel, yang dapat beroperasi dengan
kombinasi bioethanol dan bensin, sampai dengan 100% bioethanol.
Alkohol dapat bercampur dengan bensin dan air, jadi bahan bakar
etanol dapat tercampur setelah proses pembersihan dengan menyerap
kelembaban dari atmosfer. Air dalam bahan bakar ethanol dapat
mengurangi efisiensi, menyebabkan mesin susah dihidupkan,
menyebabkan gangguan operasi, dan mengoksidasi aluminum (karat
pada karburator dan komponen dari besi).
4. BioGas
Biogas diproduksi dengan proses digesti anaerobik dari
bahan organik oleh anaerobe. Biogas dapat diproduksi melalui bahan
sisa yang dapat terurai atau menggunakan tanaman energi yang
dimasukan ke dalam pencerna anaerobik untuk menambah gas yang
dihasilkan. Hasil sampingan, digestate, dapat digunakan sebagai
bahan bakar bio atau pupuk.
Biogas mengandung methane dan dapat diperoleh dari digester
anaerobik industri dan sistem pengelolaan biologi mekanik. Gas
sampah adalah sejenis biogas yang tidak bersih yang diproduksi
dalam tumpukan sampah melalui digesti anaerobik yang terjadi secara
alami. Bila gas ini lepas ke atmosfer, gas ini merupakan gas rumah
kaca.
5. Biofuel padat
Contohnya termasuk kayu, arang, dan manur kering.
6. Syngas
Syngas dihasilkan oleh kombinasi proses pyrolysis,
kombusi, dan gasifikasi. Bahan bakar bio dikonversi menjadi karbon
10
monoksida dan energi melalui pyrolysis. Masukan oksigen terbatas
diberikan untuk mendukung kombusi. Gasifikasi mengubah materi
organik menjadi hidrogen dan karbon monoksida. Campuran gas yang
dihasilkan, syngas, adalah bahan bakar.
11
glukosa (gula). Di dalam labolatorium cellulosic ethanol, berbagai proses
eksperimen sedang dikembangkan untuk melakukan hal yang sama, lalu
gula yang dihasilkan bisa difermentasi untuk menjadi bahan bakar etanol.
Para ilmuwan juga sedang bereksperimen dengan sejumlah organisme hasil
rekayasa genetik penyatuan kembali DNA yang mampu meningkatkan
potensi biofuel seperti pemanfaatan tepung Rumput Gajah (Panicum
virgatum).
Jerami tanaman minyak biji Rapa sebagai salah satu sumber energi
alternatif penting dimasa depan. Jerami minyak biji Rapa kebanyakan tidak
lagi digunakan petani, hanya sebagai kompos dan tempat tidur hewan
ternak. Tetapi dengan memanfaatkan jerami minyak biji Rapa akan
menghasilkan energi alternatif Biofuel terbarukan. Ilmuwan dari Institute of
Food Research mencari cara, bagaimana mengubah jerami dari minyak biji
Rapa menjadi energi alternatif biofuel. Penemuan awal menunjukkan
bagaimana proses pembuatan biofuel bisa diproduksi lebih efisien, serta
bagaimana meningkatkan produksi jerami minyak biji Rapa dapat
ditingkatkan. Jerami dari tanaman seperti gandum, barley, dan minyak biji
Rapa dipandang sebagai sumber potensial energi biomassa untuk
meningkatkan produksi biofuel generasi kedua. Setidaknya produksi di
Inggris mencapai sekitar 12 juta ton jerami minyak biji Rapa. Dalam
kenyataannya, minyak biji Rapa banyak digunakan untuk tempat tidur
hewan ternak dan kompos dan pembangkit energi. Jerami berisi campuran
gula yang dapat digunakan sebagai sumber energi alternatif biofuel, dimana
dalam penggunaannya tidak bersaing dengan produksi pangan melainkan
merupakan solusi berkelanjutan dalam hal pemanfaatan limbah. Gula yang
ada pada jerami tidak dapat diakses oleh enzim yang membebaskannya agar
dapat dikonversi menjadi energi alternatif biofuel, sehingga perawatan
sebelum pengelolaan jerami akan sangat diperlukan.
12
2.4 Program Riset Dan Pengembangan Oleh Pertamina
Berdasarkan UU NO 30/2007 tentang energy diservikasi enrgi
dan konservikasi energy, Keputusan Presiden No.10/2006 tentang
pembentukan tim nasional pengembangan BBN untuk pengurangn
kemiskinan dan pengangguran, Instruksi Presiden No. 1/2006 tentang
penyedian dan pemanfaatan BBN (biofuel) sebagai bahan bakar lain,
peratuaran Menteri No.32/2008 tentang penyediaan dan tata niaga
Bahan Bakar Nabati (biofuel) sebagai bahan bakar lain. Selain itu
berdasarkan Peraturan Presiden No. /2006, pihak pertamina
mengimplikasikan dengan target Mix 2025 penggunaan bahan bakar
sebagai berikut :
a) Gas 30%
b) Minyak 20%
c) Batubara 33%
13
14
15
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Biofuel adalah setiap bahan bakar bai padatan, cairan, ataupun gas yang
dihasilkan dari bahan-bahan organik. Biodiesel merupakan salah satu jenis biofuel
yang berupa senyawa alkil ester yang diproduksi melalui proses alkoholisis
(transesterifikasi) antara trigleserida dengan metanol / etanol. Biodiesel
mengandung oksigen, maka flash pointnya lebih tinggi sehingga tidak mudah
terbakar
3.2 Saran
16
DAFTAR PUSTAKA
https://id.wikipedia.org/wiki/Biofuel#Biofuel_generasi_pertama
https://www.academia.edu/7612195/Pembangkit_Listrik_Tenaga_Biomassa_
PLTBM_MAKALAH_Untuk_memnuhi_tugas_Pembangkit_Tenaga_
Listrik_yang_dibina_oleh_bapak?auto=download
http://performanceofengine.blogspot.co.id/2010/02/motor-bakar-adalah-
mesin-atau-pesawat.html
Agus Sugiyono. PTPSE – BPPT. Pemanfaatan Biofuel Dalam Penyediaan
Energi Nasional Jangka Panjang.
Marketing and trading direktorate.2011. Presentasi Biofuel.
(online/www.kadin-indonesia.or.id/diakses tanggal 31 Maret 2018)
Alternatif.(online/
www.dekindo.com/content/artikel/bahan_bakar.pdf/diakses tanggal 31
Maret 2018)
17
Lampiran
Pembuatan Biofuel dari Minyak Kelapa Sawit melalui Proses
Hydrocracking
18
Metode Penelitian
Keterangan gambar:
1. Tabung gas N2 9. Reaktor
2. Tabung gas H2 10. Thermocouple
3. Valve tube gas N2 11. Katalis
4. Valve tube gas H2 12. Indikator tekanan reaktor
5. Heater 13. Gas outlet valve
6. Tube reaktor gas N2/H2 14. Panel kontrol heater-reaktor
7. Minyak kelapa sawit 15. Motor pengaduk
8. Pengaduk
Proses Hydrocracking
19
Proses hydrocracking dilakukan dalam sebuah reaktor bertekanan
yang diisi minyak kelapa sawit dan katalis Ni- Mg/γ-Al2O3 15% wt
Ni dengan mengalirkan gas N2. Reaktor dipanaskan hingga
mencapai variabel suhu yang diinginkan kemudian mengalirkan gas
H2 ke dalam reactor hingga tekanan 5 bar. Reaksi hydrocracking
dilakukan selama variabel waktu yang diinginkan dan dilakukan
sampling. Proses hydrocracking berlangsung pada range suhu 270-
450oC dan tekanan mulai 25-80 bar
Kesimpulan
20