Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Usulan penelitian ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyusun
skripsi S1 Jurusan Akuntansi
Diajukan oleh :
Kelompok 9
1315351126
ANDRI GUNAWAN
1315351127
1315351135
PROGRAM EKSTENSI
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2014
i
Usulan penelitian ini telah diseminarkan dan disetujui oleh Dosen pembimbing
............................................ .....................................
NIP. NIP.
ii
A. Judul : Pengaruh Tanggung Jawab Moral, Kesadaran Wajib Pajak,
salah satu masalah yang paling serius bagi para pembuat kebijakan ekonomi
pajak seperti tax evasion dan tax avoidance, yang mengakibatkan berkurangnya
penyetoran dana pajak ke kas negara (Agustini, 2008:4). Kepatuhan pajak yang
(Jung,1999).
kebanyakan orang menilai pajak dari sisi aparatnya adalah sebagai “hantu” yang
1
ditakuti, bahkan orang cenderung enggan untuk berurusan dengan aparat pajak
(Soewarno, 2005:25). Disisi lain fiskus bertugas untuk melakukan berbagai upaya
demi pemasukan pajak yang lebih besar. Setiaji (2008:4) menyebutkan bahwa
memiliki tiga tujuan utama, yaitu tingkat kepatuhan sukarela yang tinggi,
aparat perpajakan yang tinggi. Pada awal tahun 1984, sejak dimulainya tax reform
self assessment system (Tarjo, 2005:101). Sistem self assessment diterapkan atas
dasar kepercayaan pihak otoritas pajak kepada wajib pajak (Rahayu, 2007).
Sistem self assessment menuntut adanya peran aktif dari masyarakat dalam
secara akurat dan tepat waktu membayar dan melaporkan pajaknya tersebut.
patuh pada ajaran atau aturan. Jean (1983) dalam Somya, dkk. (2005) mengartikan
perintah; larangan atau hukuman dan aturan yang ditentukan; tunduk pada
2
dalam perpajakan merupakan ketaatan, tunduk, dan patuh serta melaksanakan
ketentuan perpajakan. Wajib Pajak yang patuh adalah Wajib Pajak yang taat dan
nasional dapat terus berlangsung. Upaya meningkatkan penerimaan pajak saat ini
diatas Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) sebanyak 60 juta orang, tetapi
jumlah yang mendaftarkan dirinya sebagai wajib pajak hanya 20 juta orang dan
Penghasilannya hanya 8,8 juta orang dengan rasio SPT sekitar 14,7 %. Sementara
badan usaha yang terdaftar sebanyak 5 juta, yang mau mendaftarkan dirinya
sebagai wajib pajak hanya 1,9 juta dan yang membayar pajak/melapor Surat
3
Pemberitahuan (SPT) Pajak Penghasilannya hanya 520 ribu badan usaha dengan
pelaporan SPT di Indonesia masih rendah. Di Bali pada tahun 2012, terdapat 2,9
juta jiwa yang tercatat sebagai usia produktif (data BPS), dari jumlah tersebut
yang terdaftar hanya sebesar 369.000 wajib pajak orang pribadi dan yang
melaporkan SPT hanya 260.000 wajib pajak. Adapun untuk seluruh badan usaha
di Bali hanya terdaftar sekitar 228.000 wajib pajak badan dan yang melaporkan
masih rendah.
Tabel 1.1 Tingkat Kepatuhan Pelaporan SPT Tahunan Wajib Pajak Badan
di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Badung Utara Tahun
2010-2012
Tahun
Uraian
2010 2011 2012
WP Badan
WP Terdaftar 3.269 3.710 4.190
Sumber: Pusat Data dan Informasi KPP Pratama Badung Utara, 2013
4
Di KPP Pratama Badung Utara tingkat kepatuhan pelaporan SPT Tahunan
Wajib Pajak Badan dapat dilihat pada Tabel 1.1. Tingkat kepatuhan pelaporan di
KPP Pratama Badung Utara pada tahun 2012 mengalami penurunan menjadi 47%.
Pada tahun tersebut menurut Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor : SE-
Pada Tahun 2012 untuk KPP Pratama yang berada di Pulau Bali ditetapkan
sebesar 62,5%, ini berarti tingkat kepatuhan pelaporan atau penyampaian SPT
Wajib Pajak di KPP Pratama Badung Utara masih rendah. Pada tahun 2013,
Penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan PPh pada Tahun 2013, target rasio
kepatuhan penyampaian SPT Tahunan PPh yang ditetapkan minimal sebesar 65%.
faktor, salah satunya adalah Tanggung jawab moral. Song & Yarbrough dalam
Wajib Pajak sebagai warga negara dengan pemerintah. Aspek moral dalam bidang
Tanggung jawab moral atau kewajiban moral adalah prilaku individu yang
dimiliki oleh seseorang, namun kemungkinan tidak dimiliki oleh orang lain
(Handayani, 2009:05). Dalam hal ini yang dimaksud adalah Wajib Pajak seperti
misalnya etika, prinsip hidup, perasaan bersalah yang nantinya di kaitkan dengan
5
Pajak. Wajib Pajak yang memiliki tanggung jawab moral yang besar maka tingkat
jawab moral maka akan mendorong seseorang untuk patuh dalam pelaporan
wajib pajak. Banyak masyarakat yang belum sadar atas kewajibannya sebagai
Wajib Pajak dan masih banyak upaya-upaya harus dilakukan agar pajak yang
mereka tanggung tidak terlalu besar (Tri Komala Sari dan Nashih, 2005:555).
ditaati. Kesadaran wajib pajak adalah suatu kondisi dimana Wajib Pajak
dan sukarela (Manik Asri, 2009). Kesadaran Wajib Pajak dapat dilihat dari
6
mentaati ketentuan perpajakan yang berlaku untuk mewujudkan sadar dan peduli
pajak. Penelitan yang dilakukan oleh Nugroho (2006) menyatakan bahwa jika
kesadaran Wajib Pajak meningkat maka kepatuhan Wajib Pajak juga akan
meningkat.
oleh faktor persepsi Wajib Pajak tentang sanksi perpajakan. Ali et al (2001)
menyatakan audit dan sanksi merupakan kebjakan yang efektif untuk mencegah
Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 1983 Tahun 1983 tentang Ketentuan
Umum dan Tata Cara Perpajakan. Agar peraturan perpajakan tersebut dipatuhi,
maka harus ada sanksi perpajakan bagi siapa saja yang melanggarnya. Menurut
memajukan keadilan dan efektivitas sistem pajak, sanksi harus cukup tegas untuk
inilah yang akan menimbulkan sanksi bagi Wajib Pajak yang diatur dalam
pelayanan. Pelayanan adalah suatu proses bantuan kepada orang lain dengan cara-
cara tertentu yang memerlukan kepekaan dan hubungan interpersonal agar tercipta
7
kepuasan dan keberhasilan (Boediono, 2003:60). Parasuraman, dkk (1985)
diinginkan oleh pelanggan dengan penilaian mereka terhadap suatu kinerja aktual
2009:215). Berbagai otoritas pajak dunia memiliki tujuan utama yang hendak
Jenderal Pajak telah menetapkan standar pelayanan dalam bentuk peraturan agar
Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan Nomor Pengukuhan Pengusaha Kena
8
pelayanan di KPP Pratama Badung Utara dilakukan dengan cara peningkatan
pembaharuan ruangan dari tiap seksi, penggunaan sistem informasi dan teknologi
kewajiban perpajakannya.
D. Tujuan Penelitian
ini adalah :
9
2) Untuk mengetahui bagaimana pengaruh kesadaran wajib pajak pada
E. Kegunaan Penelitian
1) Kegunaan Teoritis
tanggung jawab moral, kesadaran Wajib Pajak, sanksi perpajakan dan kualitas
informasi dan wawasan yang lebih luas bagi mahasiswa serta dapat dijadikan
2) Kegunaan Praktis
kepada aparat kantor pelayanan pajak untuk menelaah lebih lanjut mengenai
tanggung jawab moral, kesadaran wajib pajak, sanksi perpajakan dan kualitas
10
F. Kajian Pustaka dan Hipotesis Penelitian
sebagai suatu kondisi atau status, yang ada ketika suatu sistem nilai perusahaan
sejalan dengan sistem nilai dari sistem sosial yang lebih besar dimana perusahaan
merupakan bagiannya. Nilai dari system social yang terdapat di masyarakat terus
berubah-ubah seiring dengan berjalannya waktu. Sesuai dengan definisi dari teori
perusahaan telah selaras dengan apa yang juga diinginkan oleh masyarakat. Jika
sebagai menyamakan persepsi atau asumsi bahwa tindakan yang dilakukan oleh
suatu entitas adalah merupakan tindakan yang diinginkan, pantas ataupun sesuai
dengan sistem norma, nilai, kepercayaan dan definisi yang dikembangkan secara
sosial (Suchman, 1995). Dalam posisi sebagai bagian dari masyarakat, operasi
11
diterima sebagai anggota masyarakat, sebaliknya eksistensinya pun dapat terancam
bila perusahaan tidak menyesuaikan diri dengan norma yang berlaku dalam
antara tindakan organisasi dan nilai-nilai dalam masyarakat umum dan publik yang
relevan.
suatu kondisi dimana suatu sistem nilai perusahaan sejalan dengan sistem nilai dari
sistem sosial yang lebih besar dimana perusahaan merupakan bagiannya. Dalam
hal kepatuhan wajib pajak atas pelaporan SPT Tahunan Wajib Pajak Badan, wajib
pajak harus mengikuti atau sejalan dengan suatu sistem dimana wajib pajak
adalah patuh dalam melaporkan SPT Tahunan. Legitimasi merupakan manfaat atau
sumber daya potensial bagi wajib pajak untuk dapat bertahan hidup (going
concern), karena apabila wajib pajak patuh dan secara sukarela memenuhi
Pajak, yaitu rasa bersalah dan rasa malu, persepsi wajib pajak atas kewajaran dan
12
keadilan beban pajak yang mereka tanggung dan pengaruh kepuasan terhadap
umum teori tentang kepatuhan dapat digolongkan dalam teori konsensus dan teori
paksaan (Antari, 2012:15). Bagi teori konsensus, dasar ketaatan terletak pada
penerimaan masyarakat terhadap sistem hukum. Dalam hal perpajakan yang terkait
dalam teori konsensus, dengan tanggung jawab moral dan kesadaran dari wajib
pajak akan pentingnya fungsi maupun manfaat dari pajak, maka akan tercipta suatu
penerimaan dari wajib pajak mengenai system perpajakan yang sesuai dengan
ketentuan yang berlaku. Menurut teori paksaan, orang mematuhi hukum karena
adanya unsur paksaan dari kekuasaan yang bersifat legal dari penguasa. Unsur
paksaan terdapat dalam sanksi perpajakan dimana jika wajib pajak tidak mematuhi
peraturan yang berlaku maka akan dikenakan sanksi perpajakan yang berupa
Kepuasan pelayanan yang diperoleh oleh wajib pajak akan berdampak pada
2009). Kepuasan pelayanan dapat berarti petugas yang ramah, tidak lamban, tidak
berbelit-belit, tidak menunggu terlalu lama, kantor dan layanan yang nyaman,
tersendiri bagi wajib pajak yang nantimya berakibat pada tumbuhnya sikap patuh
pemerintah yang terutang melalui norma umum dan yang dapat dipaksakan, tanpa
13
adanya kontra prestasi yang dapat ditunjukkan dalam hal yang individual,
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, pajak adalah kontribusi wajib kepada
Negara yang terutang oleh orang pribadi atau Badan yang bersifat memaksa
rakyat.
Mardiasmo (2009:1), pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan
Yang berhak memungut pajak hanyalah negara. Iuran tersebut berupa uang
(bukan barang).
2) Berdasarkan Undang-Undang
pelaksanaanya.
14
3) Tanpa jasa timbal atas kontraprestasi dari negara yang secara langsung dapat
pengeluaran-pengeluaran pemerintah.
negeri.
Sistem pemungutan pajak dapat dibagi menjadi 4 macam (Ilyas dan Burton,
2008:32) yaitu.
15
1) Official assessment system adalah suatu sistem pemungutan pajak yang
besarnya pajak yang harus dibayar (pajak yang terutang) oleh seseorang.
Dengan sistem ini masyarakat (wajib pajak) bersifat pasif dan menunggu
2) Semi self assessment system adalah suatu sistem pemungutan pajak yang
besarnya pajak seseorang yang terutang. Dalam sistem ini setiap awal
tahun pajak wajib pajak menentukan sendiri besarnya pajak terutang untuk
tahun berjalan yang merupakan angsuran bagi wajib pajak yang harus
disetor sendiri. Baru kemudian pada akhir tahun pajak fiskus menentukan
pajak. Dalam sistem ini wajib pajak yang aktif sedangkan fiskus tidak
menyetor dan melaporkannya kepada fiskus. Pada sistem ini fiskus dan
16
wajib pajak tidak aktif. Fiskus hanya bertugas mengawasi saja pelaksanaan
prakteknya dalam rangka menyampaikan SPT adalah hal-hal yang penting dalam
tetap terjadi pemeriksaan, paling tidak Wajib Pajak tidak mengalami hal-hal yang
usaha jika harmonisasi jalinan hubungan antar Wajib Pajak selaku pembayar
Wajib Pajak menurut pasal 1 ayat 2 UU KUP No. 28 tahun 2007 adalah
orang pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak, pemotong pajak, dan
pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan
adalah sekumpulan orang dan atau modal yang merupakan kesatuan baik yang
17
melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha, meliputi perseorangan
terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik negara atau
badan usaha milik daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun, firma, kongsi,
politik, atau organisasi lainnya, lembaga dan bentuk badan lainnya termasuk
kesatuan baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha,
Usaha Milik Negara atau Badan Usaha Milik Daerah dengan nama dan dalam
lembaga dan bentuk badan lainnya termasuk kontrak investasi kolektif dan bentuk
usaha tetap yang meliputi pembayar pajak, pemotong pajak dan pemungut pajak,
pajak hanya mengenal istilah-istilah wajib pajak efektif dan wajib pajak non
18
1) Wajib pajak Efektif adalah wajib pajak yang memenuhi kewajiban
2) Wajib pajak Non Efektif adalah wajib pajak yang tidak memenuhi kewajiban
adalah:
PPh.
b) wajib pajak yang sudah meninggal dunia/bubar, tetapi belum ada surat
keterangan resminya.
Surat pemberitahuan (SPT) merupakan dokumen yang menjadi alat kerja sama
antara Wajib Pajak dan administrasi pajak, memuat data-data yang diperlukan
dijelaskan bahwa, “surat pemberitahuan adalah surat yang oleh Wajib Pajak
19
menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan” (Devano,
2006:150).
2) Fungsi SPT
Pajak yaitu:
(1) Memberikan data dan angka yang relevan dengan perhitungan kena
pajak;
sendiri dan atau melalui pemotongan, pemungutan pihak lain dalam satu
pajak orang pribadi atau badan lain (Wajib Pajak penghasilan); dan
(5) Melaporkan pembayaran pajak yang dipungut dalam hal ini adalah pajak
pertambahan nilai dan pajak atas penjualan barang mewah (PPN dan
3) Jenis SPT
(1) SPT Masa adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk
masa pajak.
20
(2) SPT Tahunan adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk
pajak.
Perilaku Wajib Pajak tidak hanya dipengaruhi oleh manfaat ekonomi tetapi
sangat didasarkan pada moral Wajib Pajak, etika dan norma-norma sosialnya
integritas dan martabat pribadi yang dimiliki oleh manusia. Ajzen (2002) dalam
Agustini (2008:23) menyatakan bahwa secara umum tanggung jawab moral atau
kewajiban moral adalah moral individu yang dimiliki oleh seseorang, namun
kemungkinan tidak dimiliki oleh orang lain, seperti etika, prinsip hidup, dan
benar merupakan penerapan tanggung jawab moral secara khusus yang nantinya
Wajib Pajak Badan. Konteks perpajakan menganut self assessment system dimana
menuntut adanya peran aktif dari masyarakat selaku Wajib Pajak untuk
Tanggung jawab moral cenderung kepada niat Wajib Pajak untuk berperilaku
patuh. Perilaku Wajib Pajak tidak hanya dipengaruhi oleh manfaat ekonomi tetapi
sangat didasarkan pada moral Wajib Pajak, etika dan norma-norma sosialnya
(Wenzel, 2005:504)
21
Handayani (2009:15) menyatakan, tanggung jawab moral Wajib Pajak
Negara;
sebagaimana mestinya;
mengerti dan merasa. Kesadaran wajib pajak atas fungsi perpajakan sebagai
diakui, dihargai dan ditaati. Kesadaran wajib pajak adalah suatu kondisi dimana
sangat penting karena dapat membantu wajib pajak dalam mematuhi aturan
perpajakan. Kemudian wajib pajak harus melaksanakan aturan itu dengan benar
dan sukarela. Jadi, kesadaran wajib pajak adalah suatu kondisi dimana wajib pajak
22
berlaku serta memiliki kesungguhan dan keinginan untuk memenuhi kewajiban
pajaknya.
pencegah (preventif) agar Wajib Pajak tidak melanggar norma perpajakan. Dalam
kerugian negara, khususnya yang berupa denda, bunga, dan kenaikan. Sanksi
pidana merupakan sanksi berupa siksaan atau penderitaan sebagai suatu alat
terakhir atau benteng hukum yang digunakan fiskus agar norma perpajakan
dipatuhi. Sanksi perpajakan dikenakan kepada Wajib Pajak yang tidak patuh
23
Menurut Yadnyana (2010:201) Pandangan tentang sanksi perpajakan
2) Sanksi pidana yang dikenakan bagi pelanggar aturan pajak cukup berat;
3) Pengenaan sanksi yang cukup berat merupakan salah satu sarana untuk
5) Sanksi administrasi yang dikenakan bagi pelanggar aturan pajak sangat ringan
1) Pengertian pelayanan
kepada pelanggan dan tetap dalam batas memenuhi standar pelayanan yang dapat
24
dipertanggungjawabkan serta harus dilakukan secara terus-menerus (Supadmi,
2009:217).
2) Kualitas pelayanan
kualitas adalah keseluruhan ciri-ciri dan karakteristik dari suatu produk atau jasa
suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa manusia, proses,
yang menghasilkan:
Dalam hal produk tersebut tidak memenuhi harapan pelanggan, berarti kurang
berkualitas. Demikian pula dengan jasa dari suatu instansi, selama tidak
pula dengan proses pelayanan, dalam hal tidak memenuhi harapan pelanggan,
tentang keuangan dari suatu pelayanan (Burhanudin, 2009). Menurut gap theory
25
merupakan perbandingan antara harapan yang diinginkan oleh pelanggan dengan
penilaian mereka terhadap kinerja aktual dari suatu penyediaan layanan. Agustini
dapat dipercaya yang dimiliki oleh petugas pajak seperti bebas dari risiko,
dan santun serta pengetahuan petugas KPP sehingga membuat Wajib Pajak
26
5) Empati (emphaty), yaitu meliputi kemudahan petugas pajak dalam
komunikasi yang terjalin baik dengan Wajib Pajak dan pelayanan yang
yang berhubungan dengan produk, jasa, proses dan lingkungan yang memenuhi
atau melebihi harapan pihak yang menginginkannya, dapat diukur dengan lima
dimensi yaitu bukti langsung, keandalan, daya tanggap, jaminan dan empati.
dapat diartikan sebagai kondisi ideal wajib pajak yang memenuhi peraturan
dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana Wajib Pajak memenuhi semua
Pemberitahuan (SPT) dengan tepat waktu dan membayar pajaknya dengan tepat
atau patuh pada ajaran atau aturan. Kepatuhan dalam perpajakan merupakan
27
Pajak yang patuh adalah Wajib Pajak yang taat dan memenuhi serta melaksanakan
Perpajakan.
28
2) Wajib Pajak melakukan perhitungan jumlah pajak yang terutang dengan
benar;
Wajib Pajak patuh adalah Wajib Pajak yang sadar pajak, paham hak dan
kewajiban perpajakan dengan benar dan paham akan hak perpajakan (Devano,
Wajib Pajak dimasukkan kategori Wajib Pajak patuh bila memenuhi kriteria
sebagai berikut.
2) Tidak mempunyai tunggakan pajak untuk semua jenis pajak kecuali telah
dimaksud dalam pasal 28 Undang-Undang KUP dan dalam hal terhadap Wajib
untuk masing-masing jenis pajak yang terutang paling banyak dua persen.
29
5) Wajib Pajak yang laporan keuangannya untuk dua tahun diaudit oleh akuntan
publik dengan pendapat wajar tanpa pengecualian atau pendapat wajar dengan
konsisten dengan nilai yang menyertainya, dan orang tersebut bersifat jujur, etis
dan dapat dipercaya. Integritas dapat diartikan sebagai kesehatan moral, kejujuran
yang terbebas dari pengaruh atau motif korupsi, dapat dipercaya dan disukai, serta
memiliki ketulusan.
yang telah ditetapkan sampai ke tingkat yang paling baik sesuai kemampuan.
Berdasarkan pendapat kedua ahli tersebut terlihat bahwa responsibility sangat erat
kaitannya dengan tanggung jawab atau kewajiban atas suatu pekerjaan yang
melaksanakan pekerjaan itu sampai selesai dengan hasil yang baik. Tingkat
kepatuhan pelaporan pajak akan menjadi lebih tinggi ketika Wajib Pajak memiliki
30
F.1.16 Hubungan antara kesadaran wajib pajak dengan kepatuhan
pelaporan wajib pajak badan
Kesadaran akan kewajiban dan kepatuhan yang tinggi dari Wajib Pajak
self assessment (Priyantini, 2008:3). Kesadaran wajib pajak akan meningkat bila
dalam masyarakat muncul pandangan yang positif terhadap pajak (Suryadi, 2006).
Penilaian positif wajib pajak terhadap pelaksanaan fungsi negara oleh pemerintah
wajib pajak. Jika kesadaran wajib pajak meningkat maka kepatuhan wajib pajak
Wajib Pajak akan dikenakan sanksi apabila sengaja tidak memenuhi kewajiban
31
Doran (2009) mengatakan bahwa Wajib Pajak memenuhi kewajiban
perpajakan untuk menghindari sanksi pajak (seperti sanksi administrasi dan sanksi
pidana) dimana diperkirakan biaya yang dikeluarkan akibat sanksi tersebut lebih
oleh Wajib Pajak maka semakin berat sanksi yang diterima (Nugroho, 2006:5).
perpajakan ini, karena wajib pajak akan dikenakan sanksi apabila tidak
melaporkan pajaknya dengan benar dan tepat waktu. Penelitian yang dilakukan
dapat memberikan rasa puas bagi pelanggan yang dalam hal ini adalah Wajib
suatu proses bantuan kepada orang lain dengan cara-cara tertentu yang
dengan apa yang diperolehnya. Pelayanan yang berkualitas adalah pelayanan yang
dapat memberikan kepuasan kepada pelanggan dan tetap dalam batas memenuhi
32
standar pelayanan yang dapat dipertanggungjawabkan serta harus dilakukan
kewajiban perpajakannya.
Kepatuhan Wajib Pajak Badan Pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Denpasar
Timur. Sampel yang digunakan sebanyak 100 Wajib Pajak Badan. Teknik analisis
data yang digunakan adalah teknik analisis korelasi product moment dan analisis
t-test. Hasil penelitian menunjukkan besarnya korelasi sebesar 0,637 yang berarti
adanya hubungan yang kuat dan positif antara kualitas pelayanan dengan
kepatuhan pelaporan Wajib Pajak Badan, dalam arti semakin baik kualitas
kualitas pelayanan sebagai salah satu variabel bebas dan kepatuhan pelaporan
33
Wajib Pajak sebagai variabel terikat. Perbedaannya terletak pada adanya
penambahan variabel tanggung jawab moral, kesadaran wajib pajak dan sanksi
perpajakan sebagai variabel bebas, teknik analisis data yang digunakan, lokasi dan
tahun penelitian.
pajak tentang sanksi perpajakan dan hasrat membayar pajak terhadap kepatuhan
wajib pajak badan di KPP Gubeng Surabaya. Variabel yang diteliti yaitu
kesadaran wajib pajak, persepsi wajib pajak tentang sanksi, hasrat membayar
pajak dan kepatuhan wajib pajak. Teknik analisis yang digunakan yaitu regresi
wajib pajak tentang sanksi dan hasrat membayar pajak berpengaruh positif dan
signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak. Persamaan dengan penelitian ini yaitu
pada variabel bebas kesadaran wajib pajak, persepsi wajib pajak tentang sanksi,
dan variabel terikat kepatuhan wajib pajak. Perbedaan penelitian ini dengan
Kepatuhan Pajak Terhadap Kepatuhan Pelaporan Wajib Pajak Badan Pada Kantor
Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Badung Utara”. Variabel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah kualitas pelayanan dan biaya kepatuhan pajak. Lokasi yang
digunakan dalam penelitian ini adalah Kantor Pelayanan Pajak Pratama Badung
34
menunjukkan bahwa kualitas pelayanan dan biaya kepatuhan pajak berpengaruh
Pajak sebagai variabel terikat, dan teknik analisis data yang akan digunakan, serta
bebas (penambahan variabel tanggung jawab moral, kesadaran wajib pajak dan
Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Denpasar Barat.” Variabel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah tanggung jawab moral dan kualitas pelayanan. Teknik
analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linear
terletak pada variabel yang diteliti, yaitu tanggung jawab moral dan kualitas
Pajak badan sebagai variabel terikat, serta teknik analisis data yang digunakan.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebeumnya adalah pada variabel bebas
(penambahan variabel kesadaran wajib pajak dan sanksi perpajakan) dan lokasi
35
Hendarsyah (2009) meneliti tentang “Pengaruh Sosialisasi Perpajakan,
(Studi Kasus Pada KPP Pratama Mampang Prapatan Jakarta)”. Variabel yang
kepatuhan Wajib Pajak. Teknik analisis yang digunakan yaitu regresi linear
kepatuhan Wajib Pajak. Persamaan dengan penelitian ini yaitu pada variabel
bebas kualitas pelayanan dan sanksi perpajakan dan variabel terikat kepatuhan
kesadaran wajib pajak sebagai variable bebas dan objek serta lokasi penelitian.
Kewajiban Moral dan Biaya Kepatuhan Pajak pada Kepatuhan Pelaporan Wajib
Pajak Orang Pribadi di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Badung Utara”. Teknik
analisis data yang digunakan adalah teknik analisis regresi linear berganda. Hasil
Wajib Pajak Orang Pribadi. Persamaan dengan penelitian ini adalah sama-sama
wajib pajak sebagai variabel bebas dan kepatuhan pelaporan Wajib Pajak sebagai
variabel terikat serta teknik analisis data yang digunakan. Perbedaannya terletak
36
pada adanya penambahan variabel sanksi perpajakan dan kualitas pelayanan
sebagai variabel bebas dan tidak menggunakan variabel biaya kepatuhan pajak
(KPP) Badung Utara”. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis
positif pada kepatuhan pelaporan Wajib Pajak Orang Pribadi. Persamaan dengan
pelaporan Wajib Pajak sebagai variabel terikat serta teknik analisis data yang
adalah moral individu yang dimiliki oleh seseorang, namun kemungkinan tidak
penerapan tanggung jawab moral secara khusus yang nantinya dikaitkan terhadap
37
Dalam hal ini pemerintah memberikan sepenuhnya kepercayaan kepada Wajib
kepada niat Wajib Pajak untuk berprilaku patuh. Berdasarkan hal tersebut, maka
H1: Tanggung jawab moral berpengaruh positif pada kepatuhan pelaporan Wajib
Pajak Badan di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Badung Utara.
dan sukarela. Bila wajib pajak tidak mengetahui dan memahami aturan perpajakan
maka wajib pajak akan cenderung melakukan kesalahan dan dianggap tidak
menemukan bahwa kesadaran wajib pajak berpengaruh positif dan signifikan pada
kepatuhan pelaporan. Penelitian yang dilakukan oleh Muliari dan Setiawan (2011)
wajib pajak. Berdasarkan hal tersebut, maka hipotesis yang diajukan pada
merupakan alat pencegah (preventif) agar Wajib Pajak tidak melanggar norma
38
perpajakan. Walaupun tidak mendapatkan penghargaan atas kepatuhannya dalam
Pajak, maka semakin berat sanksi yang diterima. Santosa (2011) mengatakan
Pajak. Berdasarkan hal tersebut, maka hipotesis yang diajukan pada penelitian ini
adalah.
suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa manusia, proses,
berarti kurang berkualitas. Demikian pula dengan jasa dari suatu instansi, selama
Begitu pula dengan proses pelayanan, dalam hal tidak memenuhi harapan
pelaporan Wajib Pajak Badan. Berdasarkan hal tersebut, maka hipotesis yang
H4: Kualitas pelayanan KPP Pratama Badung Utara berpengaruh positif pada
kepatuhan pelaporan Wajib Pajak Badan di KPP Pratama Badung Utara.
39
G. Metode Penelitian
Pelayanan Pajak Pratama Badung Utara yang beralamat di Jalan Ahmad Yani No.
100 Denpasar.
penelitian dalam penelitian ini adalah tanggung jawab moral, kesadaran wajib
pajak, sanksi perpajakan dan kualitas pelayanan pada kepatuhan pelaporan Wajib
Pajak Badan yang terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Badung
Utara.
40
G.4 Identifikasi Variabel
terikat (Sugiyono, 2009: 59). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah
tanggung jawab moral Wajib Pajak badan (X1), kesadaran Wajib Pajak (X2)
Dalam mendukung data yang akan diteliti, maka diperlukan suatu analisis
tanggung jawab moral atau kewajiban moral adalah moral individu yang dimiliki
oleh seseorang, namun kemungkinan tidak dimiliki oleh orang lain, seperti etika,
jawab moral wajib pajak dapat tercermin dari situasi sebagai berikut.
41
(1) Wajib Pajak memiliki rasa tanggung jawab dalam pembiayaan pemeliharaan
(2) Wajib Pajak merasa cemas jika tidak melaksanakan kewajiban pajak
(3) Wajib Pajak memiliki perasaan bersalah jika melakukan penggelapan pajak.
(4) Wajib Pajak melaporkan pajak dengan sukarela. Diukur dengan skala Likert 4
(5) Wajib Pajak melaporkan pajak dengan benar. Diukur dengan skala Likert 4
mengerti dan merasa. Kesadaran untuk mematuhi ketentuan (hukum pajak) yang
diakui, dihargai dan ditaati. Menurut Manik Asri (2009), kesadaran wajib pajak
melaksanakan aturan itu dengan benar dan sukarela. Jadi, kesadaran wajib pajak
adalah suatu kondisi dimana wajib pajak mengetahui, mengakui, menghargai dan
42
keinginan untuk memenuhi kewajiban pajaknya. Menurut Manik Asri (2009)
indikator yang digunakan untuk kesadaran wajib pajak adalah sebagai berikut:
(2) Memahami ketentuan perpajakan. Diukur dengan skala Likert 4 poin untuk
dan pandangan Wajib Pajak dengan adanya sanksi perpajakan. Sanksi perpajakan
(1) Pengenaan sanksi atas pelanggaran pajak dapat dinegosiasikan. Diukur dengan
(2) Sanksi pidana yang dikenakan bagi pelanggar aturan pajak cukup berat.
43
(3) Pengenaan sanksi yang cukup berat merupakan salah satu sarana untuk
mendidik Wajib Pajak. Diukur dengan skala Likert 4 poin untuk 1 pernyataan.
(4) Sanksi pajak harus dikenakan kepada pelanggarnya tanpa toleransi. Diukur
(5) Sanksi administrasi yang dikenakan bagi pelanggar aturan pajak sangat ringan.
mereka terhadap suatu kinerja aktual dari suatu penyedia layanan. Pemberian
lima indikator yang dapat digunakan untuk mengevaluasi kualitas jasa pelayanan
sebagai berikut.
dan kerapian pakaian petugas, ruangan yang nyaman dan fasilitas parkir yang
44
(3) Daya tanggap (responsive), merupakan karakteristik kecocokan dalam
pelayanan manusia yaitu keinginan para petugas pajak untuk membantu Wajib
permasalahan yang dihadapi Wajib Pajak. Daya tanggap diukur dengan skala
(4) Jaminan (assurance), yaitu mencakup kemampuan, kesopanan, dan sifat dapat
dipercaya yang dimiliki oleh petugas pajak seperti bebas dari risiko, bahaya
atau keragu-raguan. Indikator yang digunakan yaitu sikap ramah dan santun
nyaman dan bebas dari keragu-raguan. Jaminan diukur dengan skala likert 4
(5) Empati (emphaty), yaitu meliputi kemudahan petugas pajak dalam melakukan
baik dengan Wajib Pajak dan pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan Wajib
kewajiban pajak (tepat jumlah dan tepat waktu) dan kepatuhan untuk melaporkan
kewajiban pajak (tepat jumlah dan tepat waktu). Kepatuhan Perpajakan menurut
45
perpajakannya yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku dalam suatu Negara. Kepatuhan pelaporan Wajib Pajak yang sesuai
1) Wajib Pajak mengisi formulir SPT dengan lengkap dan jelas. Diukur
4) Wajib Pajak melakukan pelaporan tepat waktu. Diukur dengan skala likert
5) Wajib Pajak tidak pernah menerima surat teguran. Diukur dengan skala
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
46
2) Data kuantitatif, yaitu data yang berbentuk angka, atau data yang
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1) Data primer yaitu sumber data yang langsung memberikan data kepada
diisi oleh responden. Jadi data primer dalm penelitian ini adalah jawaban
2) Data sekunder yaitu sumber yang tidak langsung memberikan data kepada
2009:193). Data sekunder pada penelitian ini adalah data yang diperoleh
Badung Utara.
47
G.7 Populasi, Sampel, dan Metode Penentuan Sampel
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dalam penelitian ini adalah Wajib Pajak Badan efektif yang terdaftar pada Kantor
Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Badung Utara per 31 Desember 2012 yaitu
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang
yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data (Sugiyono, 2009:122).
2) Responden bekerja minimal dua tahun dan pernah mengisi SPT Tahunan
penelitian ini adalah sejumlah 98 Wajib Pajak Badan. Sampel seluruhnya didapat
48
N
n = ………………………………………………………..(1)
1 + Ne2
Keterangan :
Perhitungan sampel :
4.190
n=
1 + 4.190(0,1)2
n= 97,66
n= 98 (dibulatkan)
jawab dengan Wajib Pajak maupun fiskus mengenai hal-hal yang terkait
49
kepatuhan SPT Tahunan Wajib Pajak Badan di Kantor Pelayanan Pajak
pajak, sanksi perpajakan dan kualitas pelayanan pada kepatuhan pelaporan Wajib
Pajak Badan di KPP Pratama Badung Utara digunakan persamaan regresi linear
berganda untuk memecahkan rumusan masalah yang ada, yaitu untuk mengetahui
penelitian ini adalah regresi linear berganda yang diproses dengan menggunakan
2002:308):
Keterangan:
50
ε: Error atau variabel di luar model
Ketepatan fungsi regresi sampel dalam menaksir nilai aktual diukur dari
Goodness of Fit-nya. Goodness of Fit suatu model diukur dari nilai koefisien
satu variabel independen kedalam satu persamaan regresi. Nilai dari adjusted
nilai antara 0 sampai dengan 1 atau 0< R²<1. Koefisien determinasi sama
terhadap variabel dependen. Bila nilai signifikansi annova < α = 0,05 maka
51
3) Uji Hipotesis (Uji t)
signifikan variabel bebas kurang dari tingkat signifikansi α=5% maka dapat
1) Uji Normalitas
menguji apakah dalam model regresi yang dibuat berdistribusi normal atau
tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi residual yang
keduanya memiliki distribusi normal atau tidak. Dalam penelitian ini, untuk
menguji apakah distribusi data normal atau tidak dapat dilakukan dengan
teorinya. Data populasi dikatakan berdistribusi normal jika nilai Asym Sig (2-
52
2) Uji Multikolinearitas
menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel
bebas (independent). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi
independen yang nilai korelasi antar sesama variabel independen sama dengan
regresi dapat dilihat dari (1) nilai tolerance dan lawannya (2) variance
tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Jadi nilai tolerance rendah
sama dengan nilai VIF tinggi (karena VIF = 1/tolerance). Nilai cut off yang
3) Uji Heteroskedastisitas
residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Jika variance dari residual satu
53
heteroskedastisitas dilakukan dengan uji glejser yakni dengan cara meregresi
bebas tidak ada yang signifikan secara statistik, maka disimpulkan bahwa
melalui uji glesjer dengan melihat tingkat signifikansi, jika tingkat signifikansi
berada di atas 0,05 maka model regresi ini bebas dari masalah
heteroskedastisitas.
4) Uji Autokorelasi
Pengujian ini dilakukan untuk mendeteksi adanya korelasi antara data pada
periode t. Model regresi yang baik adalah model regresi yang tidak
54
DAFTAR RUJUKAN
Direktorat Jenderal Pajak. 2012. Surat Edaran Direktorat Jenderal Pajak Nomor :
SE-06/PJ/2012. Target Rasio Kepatuhan Penyampaian Surat
Pemberitahuan Pada Tahun 2012. Jakarta.
Direktorat Jenderal Pajak. 2012. Surat Direktorat Potensi, Kepatuhan, dan
Penerimaan Nomor : S-71/PJ.08/2012. Target Rasio Kepatuhan
Penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan PPh Pada Tahun 2013. Jakarta
55
Djatmikowati, Sri Hartini. 2009. Dimensi Rasionalitas Kualitas Pelayanan Publik
Guna Peningkatan Kepuasan Masyarakat di Era Otonomi Daerah. Telaah
Bisnis, X (1):h:43-60.
Doran, Michael. 2009. Tax Penalties and Tax Compliance, Harvard Journal on
Lagislation (www.ssrn.com), Vol.46:p:111-161.
Franzoni, Luigi Alberto. 1999. Tax evasion and tax compliance, Encyclopedia of
Law and Economics (www.ssrn.com), Vol. 4, pp. 51-94,
Mustikasari, Elia. 2007. Kajian Empiris Tentang Kepatuhan Wajib Pajak Badan di
Perusahaan Industri Pengolahan di Surabaya. Kumpulan Materi Simposium
Nasional Akuntansi X Makasar.
Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate dengan program SPSS.
Semarang: BP UNDIP.
Ghozali, I dan A. Chariri. 2007. Teori Akuntansi. Semarang: BP UNDIP
Handayani, Putu Ery Setiawan. 2011. Pengaruh Tanggung Jawab Moral dan
Kualitas Pelayanan Terhadap Kepatuhan Pelaporan Wajib Pajak Badan
Pada Kantor Pelayanan Pajak Denpasar Barat. Buletin Studi Ekonomi, 16
(1) : h:26-33, Denpasar: Fakultas Ekonomi Universitas Udayana.
Harahap, Abdul Asri. 2004. Paradigma Baru Perpajakan Indonesia Perspektif
Ekonomi. Jakarta: Integritas Dinamika Press.
Harinudin, Edwin. 2009. Perilaku Kepatuhan Wajib Pajak Badan. Jurnal
Administrasi dan Organisasi, Vol. 16(2):h:96-104.
Hendarsyah, Deni. 2009. Pengaruh Sosialisasi Perpajakan, Kualitas Pelayanan
Dan Sanksi Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Studi Kasus
Pada KPP Pratama Mampang Prapatan Jakarta). Skripsi Sarjana Jurusan
Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional Veteran.
Ho, Daniel. 2009. A Study of Hongkong Tax Compliance Ethics. Internasional
Business Research, 2 (4).
Husein, Umar. 2008. Desain Penelitian Akuntansi Keperilakuan. Jakarta:
Grafindo.
Hutagaol, Jhon. 2007. Strategi Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak. Jurnal
Akuntansi, Vol. 6 (2):h:186-193.
Ilyas B, Wirawan & Richard Burton. 2008. Hukum Pajak. Edisi ke 4. Jakarta.
Salemba Empat.
James, Simon, Clinton, Alley. 2004. Tax Compliance, Self Assessment and Tax
Administration. Journal Of finance And Management In Public Service.
Vol. 2, No. 2, p: 24-42
56
Jatmiko, A.N. 2006. Pengaruh Sikap Wajib Pajak pada Pelaksanaan Sanksi
Denda, Pelayanan Fiskus dan Kesadaran Perpajakan terhadap Kepatuhan
Wajib Pajak (Studi Empiris terhadap Wajib Pajak Orang Pribadi di Kota
Semarang)”. Tesis Magister Akuntansi Program Pascasarjana Universitas
Diponegoro.
Jung, Woon Oh. 1999. Taxpaper Disclousure and Penalty Laws. Seoul National
University. Oktober: 151-742
Klepper, Steven, Daniel Nagin. 1989. Tax Compliance and Perception Of the
Risks Of Detection and Criminal Prosecution. Law Society Review (2):
p:209-240
Manik Asri, Wuri. 2009. Pengaruh Kualitas Pelayanan, Biaya Kepatuhan Pajak
dan Kesadaran wajib pajak Pada Kepatuhan Pelaporan wajib pajak Badan
yang Terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak Madya Denpasar. Skripsi Jurusan
Akuntansi Pada Fakultas Ekonomi Universitas Udayana.
Muliari, Ni Ketut & Setiawan, Putu Ery. (2011). Pengaruh Persepsi tentang Sanksi
Perpajakan dan Kesadaran Wajib Pajak pada Kepatuhan Pelaporan Wajib
Pajak Orang Pribadi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Denpasar Timur.
Audi Jurnal Akuntansi dan Bisnis, 6 (1); h:1-23
Nugroho, Agus. 2006. Pengaruh Sikap Wajib Pajak Pada Pelaksanaan Sanksi
Denda, Pelayanan Fiskus dan Kesadaran Perpajakan Terhadap Kepatuhan
Wajb Pajak (Studi Empiris Terhadap Wajib Pajak Orang Pribadi di Kota
Semarang). Tesis Magister Akuntansi Program Pascasarjana Universitas
Diponogoro.
Nurmantu, Safri. 2007. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Pelayanan
Perpajakan. Jurnal Ilmu Administrasi dan Organisasi, Bisnis & Birokrasi,
Vol.15, No. 1 (Januari)
O’Donovan, G, 2002, “Environmental Disclosure in the Annual Report,Extending
the Applicability and Predictive Power of Legitimacy Theory”, Accounting,
Auditing and Accountability Journal, Vol. 15, No. 3, h:344-371
Parasuraman, Zeithaml, Berry. 1985. A Conceptual Model of Service Quality Its
Implication Future Research. Journal of Marketing, 49:h:41-50.
Priyantini, Juana. 2008. Pengaruh Kualitas Pelayanan dan Biaya Kepatuhan Pajak
Terhadap Kepatuhan Pelaporan Wajib Pajak Badan pada Kantor Pelayanan
Pajak Pratama Badung Utara. Skripsi Sarjana Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi Universitas Udayana.
57
Purnoto, I Wayan Nonok. 2011. Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak, Kewajiban
Moral dan Biaya Kepatuhan Pajak pada Kepatuhan Pelaporan Wajib Pajak
Orang Pribadi di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Badung Utara. Skripsi
Sarjana Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Udayana.
Rahayu, Ning. 2007. Kebijakan Baru Direktorat Jenderal Pajak Dalam Pengajuan
Restitusi PPN dan Perencanaan Pajak untuk Menghadapainya. Jurnal
Umum Administrasi dan Organisai, Bisnis & Birokrasi, Vol.15, No. 1
(Januari).
Rosito, Nunung Cahyo. 2010. Analisis Pengaruh Kewajiban Moral, Tingkat
Penghasilan, dan Budaya Organisasi Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak
Orang Pribadi Dalam Pemenuhan Kewajiban Pajak Penghasilan (Studi
Kasus di KPP Pratama Surakarta). Skripsi Sarjana Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah.
Santoso, Wahyu. 2008. Analisis Risiko Ketidakpatuhan Wajib Pajak Sebagai
Dasar Peningkatan Kepatuhan Wajib Pajak (Penelitian Terhadap Wajib
Pajak Badan Di Indonesia). Jurnal Keuangan Publik. Vol.5(1):h:85-137.
Somya, Mineati Lasmana, dkk. 2005. Pengaruh Penerapan Sistem Monitoring
Pelaporan Pembayaran Pajak ( MP3) terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (
Studi Empiris pada Kantor Wilayah DJP Jawa Bagian Jawa Timur). Jurnal
Akuntansi dan Keuangan Indonesia. Vol.2, No. 1, h:130-158. Departemen
Akuntansi : Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Suardika, I Made Sadha. 2009. Pengaruh Sistem Perpajakan yang Kondusif
Terhadap Dunia Usaha. Audi Jurnal Akuntansi dan Bisnis Vol.2 (2):h:68.
Denpasar: Fakultas Ekonomi Universitas Udayana.
Santosa, Made Edy Septian. 2011. Pengaruh Kewajiban Moral, Kualitas Pelayanan
dan Sanksi Perpajakan Pada Kepatuhan Pelaporan Wajib Pajak Badan Koperasi
Di KPP Pratama Badung Utara. Skripsi Sarjana Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi Universitas Udayana.
Setiaji, Gunawan, Hidayat Amir. 2008. Evaluasi Kinerja Sistem Perpajakan
Indonesia. Jurnal Ekonomi Universitas Indonesia Esa Unggul.
Silalahi, Ulber. 2009. Metode Penelitian Sosial. Bandung: Revika Aditama.
Simanjuntak, Timbul Hamonangan. 2009. Kepatuhan Pajak (Tax Complience)
dan Bagi Hasil Pajak dalam Perekonomian di Jawa Timur. JESP, 1 (2).
Singarimbun, Masri. 2011. Metode Penelitian Survai. Jakarta : LP3ES.
Soewarno, Guntoro. 12 Desember 2005. Mendirikan Bangsa dengan Reformasi
Pajak. Media Indonesia. Suplemen Khusus.
Suandy, Erly. 2011. Hukum Pajak Edisi ke 5. Jakarta: Salemba Empat.
58
Suchman, M. C. (1995). Managing legitimacy: Strategic and institutional
approaches. Academy of Management Review, 20(3), 571-610.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta
Sumadi. 2005. Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap Kepuasan Wajib Pajak
(Studi pada Objek Pajak Penghasilan di KPP Yogyakarta Satu). Jurnal
Bisnis dan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia.
Supadmi, Ni Luh. 2009. Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak Melalui Kualitas
Pelayanan. Audi Jurnal Akuntansi dan Bisnis, 4 (2): h:214-219, Denpasar:
Fakultas Ekonomi Universitas Udayana.
Suryadi. 2006. Model Hubungan Kausal Kesadaran, Pelayanan, Kepatuhan Wajib
Pajak dan Pengaruhnya Terhadap Kinerja Penerimaan Pajak: Suatu Survei
di Wilayah Jawa Timur. Jurnal Keuangan Publik, Vol. 4 (1):h:105-121.
Tarjo, Sawarjuwono, T (2005). “Kepercayaan Wajib Pajak terhadap Fiskus,
Kesadaran Wajib Pajak terhadap Pentingnya Membayar Pajak, Rekayasa
Akuntansi, dan Kepatuhan Wajib Pajak”. Jurnal Manajemen, Akuntansi
dan Bisnis. Vol.3(2):h:119-136.
Torgler, B. (2005). Tax Morale and Direct Democracy. European Journal of Political
Economy, 21, h:525-531.
Tri Komala Sari, Puput, Moh. Nashih. 2005. Degree of Tax Payers Complience
and Tax Tarif: The Testing on The Impact of Income Types. Simposium
Nasional Akuntansi, VIII: h:554-564.
United States Government Accountability Office. 2009. Tax Administration: IRS
should evaluate penalties and develop a plan to focus its efforts. Report to
the Committee on Finance, U.S. Senate. June.
Ussahawanichakit, Phapruke. 2008. Effect of Organizational Learning Culture on
Service Quality and Performance of Thai Accounting Firms. International
Jurnal of Business Research.
Waluyo. 2008. Perpajakan Indonesia. Edisi 8. Jakarta: Selemba Empat.
Wenzel, M. 2005. Motivation or Rationalization? Casual Relation Between
Ethics, Norms and Tax Compliance. Journal Of Economics Psychology.
26(4). 491-208
www.bisnis.com
www.pajak.go.id
59
Yadnyana, I Ketut. 2010. Pengaruh Moral dan Sikap Wajib Pajak Pada Kepatuhan
Wajib Pajak Koperasi di Kota Denpasar. Buletin Studi Ekonomi, 15
(1):h:75-81, Denpasar: Fakultas Ekonomi Universitas Udayana.
60