Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
“IDENTITAS NASIONAL”
DOSEN :
Drs. Suprasman, MM
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT yang masih
memberikan nafas kehidupan, sehingga saya dapat menyelesaikan pembuatan makalah ini
dengan judul “Identitas Nasional”
Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pendidikan
Kewarganegaraan. Dalam makalah ini membahas tentang hakikat bangsa, identitas nasional,
hakikat negara, bangsa dan negara indonesia, dan identitas nasional indonesia. Akhirnya saya
sampaikan terima kasih atas perhatiannya terhadap makalah ini, dan penulis berharap semoga
makalah ini bermanfaat bagi diri saya sendiri dan khususnya pembaca pada umumnya. Tak
ada gading yang tak retak, begitulah adanya makalah ini.
Dengan segala kerendahan hati, saran-saran dan kritik yang konstruktif sangat saya
harapkan dari para pembaca guna peningkatan pembuatan makalah pada tugas yang lain dan
pada waktu mendatang.
Pekanbaru 2015-10-30
Penyusun
Bab I Pendahuluan...................................................................................................... 4
Saran .......................................................................................................................... 20
Identitas nasional secara terminologis adalah suatu ciri yang dimiliki oleh suatu
bangsa yang secara filosofis membedakan bangsa tersebut dengan bangsa yang lain.
Berdasarkan perngertian yang demikian ini maka setiap bangsa didunia ini akan memiliki
identitas sendiri-sendiri sesuai dengan keunikan, sifat, ciri-ciri serta karakter dari bangsa
tersebut. Berdasarkan hakikat pengertian identitas nasional sebagai mana di jelaskan di atas
maka identitas nasional suatu Bangsa tidak dapat di pisahkan dengan jati diri suatu bangsa
atau lebih populer disebut dengan kepribadian suatu bangsa.
Dalam penyusunan makalah ini digunakan untuk mengangkat tema dengan tujuan
dapat membantu mengatasi masalah tentang identitas nasional dan dapat di terapkan dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara.
1.3 Tujuan
A. HAKIKAT BANGSA
Bangsa mempunyai dua pengertian, yaitu pengertian dalam hal sosiologis
Antropologis dan pengertian dalam hak politis.
Amerika serikat adalah satu dari banyak contoh yang terdiri dari beberapa bangsa.
Misalnya Amerika terdiri dari bangsa Negro, bangsa Indian, bangsa Cina, bangsa Yahudi,
dan lain- lain yang dahulunya mereka merupakan bangsa pendatang . Contoh lain adalah Sri
Lanka yang terdiri dari bangsa Sinhala dan bangsa Tamil. Yugoslavia dahulunya juga terdiri
dari banyak bangsa, seperti bangsa Serbia, bangsa Bosnia dan bangsa Montonegro. Jika kita
melihat lebih dekat, Indonesia juga terdiri banyak bangsa yang tersebar dari sabang sampai
meroke, seperti Batak, Minangkabau, Melayu, Sunda, Dayak, Banjar, Asmat, dan sebagainya.
Disamping itu, sebuah bangsa juga dapat tersebar diberbagai negara. Misalnya bangsa
Arab yang tersebar disekitar Timur Tengah. Bangsa Yahudi terdapat di Eropa dan Amerika.
Ataupun yang lainnya.
Bangsa dalam artian politis adalah suatu masyarakat di suatu daerah yang sama dan
mereka tunduk pada kedaulatan negaranya sebagai suatu kesatuan yang tertinggi keluar dan
kedalam. Sehingga mereka diikat oleh kekuasan politik, yaitu negara.
Bangsa dalam arti politik merupakan suatu bangsa yang sudah bernegara yang
mengakui serta tunduk kepada kedaulatan negara tersebut. Setelah mereka bernegara, maka
terciptalah bangsa. Seperti bangsa Indonesia yang muncul setelah terbentunya negara
Indonesia. Jika pada Artian Sosilogis Antropologisyang pertama terbentuk adalah bangsa,
maka dalam Artian Politis yang terbentuk dahulu adalah bangsa baru setelah itu negara.
Bangsa dalam artian sosiologis antropologis saat ini lebih dikenal dengan istilah
ethnic,suku atau suku bangsa. Ini untuk membedakannya dengan bangsa yang sudah beralih
dalam artian politis. Namu, kita masih mendengar banyak sekali bangsa dalam artian
sosiologis antropologis untuk menunjuk pada persekutuan hidup tersebut. Misalnya bangsa
Moro, bangsa Yahudi, bangsa Kurdi, dan bangsa Tamil. Bangsa dalam artian politis memiliki
Tidak jauh berdeda dengan pemahaman yang telah ada, bangsa pada dasarnya
memiliki dua arti yaitu bangsa dalam Pengertian Kebudayaan (cultural unity) dan bangsa
dalam Pengetian Politik Bernegara (political unity). Cultural unity adalah bangsa dalam artian
sosiologis antropologis sedangkan political unity bangsa dalam pengetian politik
kenegaraannya.
Cultural unity terjadi karena adanya persaman ras, suku, budaya, bahsa, agama dan
lain lain. Mereka bergabung dalam satuan yang sifatnya mayoritas atau minoritas. Atau
mungkin juga mereka yang tergabung dalam cultural unity tercangkup di suatu negara atau
berda di banyak negara, kecuali suku- suku terasing yang masih bertahan. Cultural unity saat
ini telah menyebar ke banyak negara, hal ini disebabkan oleh proses migrasi, akulturasi, dan
naturalisasi. Justru saat ini banyak bangsa yang menyebar di banyak negara, sehingga suatu
negara bisa terdiri dari banyak bangsa. Negara tersebut menjadi bangsa yang heterogen,
seperti amerika serikat yang didatangi oleh banyak bangsa didunia. Negara yang relatif
heterogen semakin sedikit, seperti jepang dan israel.
Anggota sebuah political unity mungkin berbeda dalam corak dan latar belakang
kebudayaannya, tetapi mereka menjadi satu bangsa dalam pengertian politik. Anggota dari
political unity berdiam disuatu daerah yang disebut dengan wilayah yang sama, yang
mempunyai satu pemerintah dan mereka tunduk terhadap pemerintahan tersebut. Bersatunya
mereka membentuk suatu negara bukan lagi karena persamaan cultural unity, melainkan
berdasarkan unsur etik. Contohnya bangsa indonesia, bangsa india, bangsa malaysia. Unsur-
unsur yang menyatukan mereka baik itu cultural unity atau political unity merupakan
identitas kebangsaan bagi mereka.
Secara umum ada dua model tentang pembentukan suatu bangsa – negara. Yaitu
model Ortodoks dan model Mutakhir. Model Ortodoks adalah model yang awal mulanya
terbentuk suatu bangsa, kemudian setelah itu membentuk suatu negara. Seperti bangsa
Yahudi yang awalnya merupakan suatu bangsa kemudian membentuk suatu negara yaitu
Israel. Setelah negara ini terbentuk, maka rezim kekuasaan pemerintahan dibentuk
berdasarkan konstitusi negara yang selanjutnya dikembangkan oleh partisipasi warga negara
didalam kehidupan politik bangsa dan negara yang bersangkutan. Kedua, model mutakhir
yaitu berawal dari adanya negara yang terbentuk melalui proses alamiah, sedangkan
b. Model mutakhir
Pada model ini, masyarakat mengalamai perubahan, karena dari banyak kelompok
suku bangsa bergabung menjadi satu bangsa. Sehingga dalam haln ini terjadilah
proses adaptasi disemua bangsa yang ada di daerah tersebut.
a) Primordial
Faktor primordial ini meliputi: ikatan kekerabatan (darah dan keluarga), kesamaan
suku bangsa, daerah asal (homeland), bahasa dan adat istiadat. Faktor primordial
merupakan identitas yang menyatukan masyarakat sehingga mereka dapat membentuk
bangsa – bangsa.Contoh: Bangsa Yahudi membentuk Negara Israel.
b) Sakral
Faktor sakral dapat berupa kesamaan agama yang di peluk masyarakat atau ideologi
doktriner yang diakui oleh masyarakat yang bersangkutan. Agama dan ideologi
merupakan faktor sakral yang dapat membentuk bangsa – bangsa. Faktor sakral ikut
menyumbang terbentuknya satu nasionalitas baru. Contoh : Agama Katholik mampu
membentuk beberapa negara di Amerika Latin, Uni Soviet diikat oleh kesamaan ideologi
komunisme, dll.
c) Tokoh
Kepemimpinan dari para tokoh yang disegani dan di hormati oleh masyarakat dapat
pula menjadikan factor yang menyatukan bangsa–bangsa dan negara. Contoh : Mahatma
Ghandidi India, Yoseph Broz Titodi Yugoslavia, Nelson MandeladiAfrika Selatan,
dan Dr. Ir. Sukarno(Bung Karno)di Indonesia.
e) Sejarah
f) Perkembangan Ekonomi
Perkembangan ekonomi (industrialisasi) akan melahirkan spesialisasi pekerjaandan
profesi sesuaidengan aneka kebutuhan masyarakat. Semakin tinggi mutudan variasi
kebutuhan masyarakat, semakin saling bergantung di antara jenispekerjaan, dan akan
semakin besar solidaritas dan persatuan dalam masyarakat.Contoh : Negara-negara di
Amerika utara dan Eropa barat.
g) Kelembagaan
Kerja dan perilaku lembaga pemerintahan dan politik yang baik, yang
mempertemukan dan melayani warga tanpa membeda-bedakan asal-usul, suku,agama, ras
dapat mempersatukan orang-orang sebagai suatu bangsa.Lembaga – lembaga itu seperti
birokrasi, angkatan bersenjata, pengadilan dan partai politik. Lembaga – lembaga itu
melayani dan mempertemukan warga tanpa membeda – bedakan asal – usul dan
golongannya dalam masyarakat.
1. Suku bangsa, yaitu golongan sosial yang khusus dan bersifat askriptif (ada sejak lahir)
yang sama coraknya dengan golongan umur dan jenis kelamin. Indonesia dikenal
sebagai bangsa yang terdiri dari banyak suku bangsa dan setiap suku bangsa mempunyai
adat-istiadat, tata kelakuan, dan norma yang berbeda-beda, akan tetapi trintegrasi dalam
suatu negara Indonesia.
2. Kebudayaan, yang menurut ilmu sosiologi termasuk di dalamnya adalah ilmu
pengetahuan, teknologi, bahasa, kesenian, mata pencarian, peralatan/perkakas, kesenian,
sistem kepercayaan, adat-istiadat, dll. Kebudayaan sebagai parameter identitas nasional
harus yang merupakan milik bersama (bukan individu/pribadi).
3. Bahasa, yang merupakan kesitimewaan manusia dalam berkomunikasi dengan
sesamanya. Bahasa memiliki simbol yang menjadikan suatu perkataan mampu
melambangkan arti apa pun.
4. Kondisi geografis, yang menunjukkan lokasi negara dalam kerangka ruang, tempat, dan
waktu, sehingga menjadi jelas batas-batas wilayahnya dimuka bumi.
5. Agama, Keragaman keyakinan beragama di Indonesia tidak hanya di jamin oleh
konstitusi Negara, tetapi juga merupakan suatu rahmat Tuhan Yang Maha Esa yang
harus tetap di pelihara dan di syukuri oleh bangsa Indonesia yakni dengan sikap dan
tindakan untuk tidak memaksakan keyakinan dan tradisi baik mayoritas atau kelompok.
C. HAKIKAT NEGARA
1. Arti Negara
Menurut kamus besar bahasa indonesia, pengertian negara setidaknya ada dua yaitu :
Pertama, Negara adalah organisasi dalam suatu wilayah yang mempunyai kekuasaan
tertinggi yang sah dan ditaati oleh rakyat. Kedua, negara adalah kelompok sosial yang
menduduki wilayah atau daerah tertentu yang diorganisasi di bawah lembaga politik dan
pemerintah yang efektif, mempunyai kesatuan politik, berdaulat sehingga berhak
menentukan tujuan nasionalnya.
Keberadaan suatu negara menjadi penting manakala rakyat membutuhkan wadah yang
dapat menjamin kelangsungan hidup mereka. Berikut ini adalah pendapat beberapa tokoh
tentang hakikat negara.
Thomas Hobbes
Menurut Thomas Hobbes Hakikat negara adalah suatu tubuh yang dibuat oleh orang
banyak, yang masing-masing berjanji akan memakainya menjadi alat untuk keamanan
dan perlindungan mereka.
J.J. Rousseau
Menurut J.J. Rousseau Hakikat negara adalah perserikatan rakyat dalam melindungi
dan mempertahankan hak masing-masing diri dan harta benda anggota-anggota yang
tetap hidup dengan bebas merdeka.
Karl Marx
Menurut Karl Marx Hakikat negara adalah suatu alat kekuasaan bagi manusia
(penguasa) untuk menindas kelas manusia yang lain.
J.H.A. Logemann
Menurut J.H.A. Logemann, Hakikat negara adalah suatu organisasi kemasyarakatan
yang mempunyai tujuan melalui kekuasaannya dalam mengatur serta
menyelenggarakan sesuatu yang berkaitan dengan jabatan, fungsi lembaga
kenegaraan, atau lapanga kerja yang terdapat dalam masyarakat.
Roger F. Soltau
Menurut Roger F. Soltau, Hakikat negara adalah suatu alat (agency) atau kewenangan
(authority) yang mengatur atau mengendalikan dalam berbagai persoalan-persoalan
bersama atas nama masyarakat.
Hans Kelsen
Menurut Hans Kelsen, Hakikat negara adalah suatu pergaulan hidup bersama dengan
tata paksa.
R. Kranenburg
Menurut R.Kranenburg, Hakikat negara adalah suatu organisasi yang kekuasaan
diciptakan oleh sekelompok manusia yang disebut dengan bangsa.
Ibnu Khaldun
Menurut Ibnu Khaldun, Hakikat negara adalah suatu tubuh yang persis sama seperti
tubuh manusia. Tubuh manusia mengalami masa lahir dan tumbuh (groei). Ada masa
muda dan dewasa (bloei). Ada masa tua dan mati (vergaan).
2. Unsur-unsur Negara
Berdirinya suatu negara terdiri atas unsur-unsur pembentuknya yang tidak dimiliki oleh
organisasi lain. Unsur pembentuk berdirinya suatu negara, yaitu rakyat, wilayah, pemerintah
a. Rakyat
Rakyat adalah semua orang yang ada di wilayah suatu negara dan taat pada
peraturan di negara tersebut. Berdasarkan hal tersebut, keberadaan rakyat adalah unsur
penting bagi terbentuknya suatu negara. Rakyat sendiri dikategorikan menjadi;
penduduk dan bukan penduduk serta warga negara dan bukan warga negara.
Penduduk adalah orang-orang yang berdomisili atau menetap dalam suatu negara.
Bukan penduduk adalah orang yang sementara waktu berada dalam suatu negara.
Warga negara adalah orang-orang yang berdasarkan hukum menjadi anggota suatu
negara. Bukan warga negara adalah orang-orang yang tinggal dalam suatu negara,
tetapi tidak menjadi anggota dari negara tersebut. Jadi, unsur yang pertama adalah
harus ada rakyat dulu.
b. Wilayah
Setelah rakyat, unsur selanjutnya yang membentuk suatu negara adalah
wilayah. Unsur wilayah adalah hal yang sangat penting untuk menunjang
pembentukan suatu negara. Tanpa adanya wilayah, mustahil sebuah negara bisa
terbentuk. Wilayah inilah yang akan ditempati oleh rakyat dan penyelenggaraan
pemerintahan. Wilayah suatu negara adalah kesatuan ruang yang meliputi daratan,
lautan, udara, dan wilayah ekstrateritorial.
c. Pemerintahan
Unsur selanjutnya yang membentuk Negara adalah pemerintahan. Unsur
pemerintah yang dimaksudkan disini adalah pemerintahan yang sah dan berdaulat.
Pemerintahan yang sah berarti pemerintah yang diakui oleh rakyat untuk
menjalankan roda pemerintahan. Sedangkan, pemerintahan yang berdaulat berarti
memiliki kekuasaan penuh untuk mengatur jalannya Negara.
Negara Bersifat Memaksa, artinya bahwa negara memiliki kekuasaan fisik sifatnya
legal. Alat untuk itu adalah seperti tentara, polisi, dan alat hukum lainnya. Dengan
adanya sifat yang memasak, maka semua peraturan perundang-undangan yang
berlaku diharapkan akan ditaati sehingga keamanan dan ketertiban negara pun
tercapai
Negara Bersifat Monopoli, artinya negara menetapkan tujuan bersama masyarakat,
yaitu dengan menentukan mana yang boleh/baik dan juga mana yang tidak
boleh/tidak baik karena akan dianggap bertentangan dengan tujuan suatu negara dan
masyarakat
Negara Bersifat Mencakup Semua, artinya segala peraturan perundang-undangan
yang berlaku adalah untuk semua orang tanpa kecuali.
b. Montesquieu
Tiga fungsi negara menurut Montesquieu adalah
1. Fungsi Legislatif, membuat undang-undang;
2. Fungsi Eksekutif, melaksanakan undang-undang;
3. Fungsi Yudikatif, untuk mengawasi agar semua peraturan ditaati (fungsi mengadili) ,
yang populer dengan nama Trias Politika
d. Goodnow
Menurut Goodnow, fungsi negara secara prinsip dibagi menjadi 2 bagian:
1. Policy Making, yaitu kebijaksanaan negara untuk waktu tertentu, untuk seluruh
masyarakat.
2. Policy Executing, yaitu kebijaksanaan yang harus dilaksanakan untuk tercapainya
policy making.
Karena mengemukakan fungsi negara dalam 2 bagian maka ajaran Goodnow
terkenal dengan sebutan Dwipraja (dichotomy).
Secara historis pengertian negara senantiasa berkembang sesuai dengan kondisi masyarakat
pada saat itu. Pada zaman Yunani kuno para ahli filsafat negara merumuskan pengertian
Negara secara beragam, Aristoteles merumuskan Negara dalam bukunya Politica, yang
disebutnya negara polis, yang pada saat itu masih dipahami negara masih dalam suatu
wilayah yang kecil. Negara disebut sebagai Negara hukum, yang didalamnya terdapat
sejumlah warga Negara yang ikut dalam permusyawarahan. Oleh karena itu menurut
Aristoteles keadilan merupakan syarat mutlak bagi terselenggaranya Negara yang baik, demi
terwujudnya cita-cita seluruh warganya.
Bangsa pada hakeketnya adalah sekelompok besar manusia yang mempunyai persamaan
nasib dalam proses sejarahnya,sehingga mempunyai persamaan watak atau karakter yang
kuat untuk bersatu dan hidup bersama serta mendiami suatu wilayah tertentu sebagai suatu
kesatuan nasional.
Negara kita adalah negara Republik Indonesia Proklamasi 17 Agustus 1945 disingkat negara
RI Proklamasi. Maksud dari pernyataan ini adalah bahwa negara indonesia yang didirikan ini
tidak bisa lepas dari peristiwa Proklamasi Kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945. Dengan
momen Proklamasi 17 Agustus 1945 itulah, bangsa indonesia berhasil mendirikan negara
sekaligus menyatakan kepada dunia luar mengenai adanya negara baru, yaitu Indonesia.
Para pendiri negara (the founding fathers) menyadari bahwa negara Indonesia yang hendak
didirikan haruslah mampu berada di atas semua kelompok dan golongan yang
beragam.Negara Indonesia merdeka yag akan didirikan hendaknya negara yang dapat
megayomi seluruh rakyattanpa memandang suku, agama, ras, bahasa, daerah dan golongan-
golongan tertentu. Yang diharapkan adalah keinginan hidup bersatu sebagai satu keluarga
Berdasarkan hal itu, faktor pembentukan identitas kebangsaan Indonesia bukanlah faktor-
faktor primordial, tetapi faktor historis. Bersifat historis karena yang mempersatukan bangsa
Indonesia adalah sejarah yang dialami bersama, yaitu sejarah penderitaan, penindasan,
perjuangan kemerdekaan, dan tekad untuk kehidupan bersama.
Bangsa Indonesia bercita-cita mewujudkan negara yang bersatu, berdaulat, adil dan makmur
berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Hal ini sesuai dengan amanat dalam alinea II
Pembukaan UUD 1945, yaitu negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan
makmur.
Tujuan negara Indonesia terjabar dalan Alinea IV Pembukaan UUD 1945, secara rinci
sebagai berikut:
a. Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia;
b. Memajukan kesejahteraaan umum;
c. Mencerdaskan kehidupan bangsa;
d. Ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi, dan keadilan sosial.
Visi bangsa Indonesia adalah terwujudnya masyarakat Indonesia yang damai demokratis,
berkeadilan, berdaya saing, maju dan sejahtera, dalam wadah Negara Kesatuan Republik
Indonesia yang didukung oleh manusia Indonesia yang sehat, mandiri, beriman, bertakwa,
berakhlak mulia, cinta tanah air, berkesadaran hukum dan lingkungan, menguasai ilmu
pengetahuan dan teknologi, memiliki etos kerja yang tinggi serta berdisiplin ( Tap MPR no.
VII/MPR/2001).
3.1 Kesimpulan
Identitas nasional adalah sebuah kesatuan yang terikat oleh wilayah dan selalu
memiliki wilayah (tanah tumpah darah mereka sendiri), kesamaan sejarah sistem hukum /
perundang – undangan, hak dan kewajiban serta pembagian kerja berdasarkan profesi masing
– masing.
Hakekat Bangsa adalah sekelompok manusia yang mempunyai persamaan nasib
dalam proses sejarahnya, sehingga mempunyai persamaan watak yang kuat untuk bersatu dan
hidup bersama serta mendiami suatu wilayah sebagai suatu “kesatuan nasional”.
Hakekat Negara adalah merupakan suatu wilayah dimana terdapat sekelompok
manusia melakukan kegiatan pemerintahan.
Bangsa dan Negara Indonesia adalah sekelompok manusia yang mempunyai
persamaan nasib sejarah dan melakukan tugas pemerintahan dalam suatu wilayah
“Indonesia”.
3.2 Saran
Kita tahu bahwa identitas nasional atau jati diri nasional itu adalah jati diri yang
dimiliki warga negara dan suku bangsa dari suatu negara. Identitas nasional atau jati diri
nasional itu ada dalam interaksi, maka dapatlah kita katakan bahwa jati diri itu diperlukan
dalam interaksi. Karena didalam setiap interaksi para pelaku interaksi mengambil suatu posisi
dan berdasarkan posisi tersebut para pelaku menjalankan peranan - peranannya sesuai dengan
corak interaksi yang berlangsung. Maka dalam berinteraksi orang berpedoman pada
kebudayaannya. Jika kebudayaan kita katakan bagian dari identitas nasional, maka
kebudayaan itu juga dapat dijadikan pedoman bagi manusia untuk berbuat dan bertingkah
laku.
Dengan membaca makalah ini, pembaca disarankan agar bisa mengambil manfaat
tentang pentingnya identitas nasional bagi bangsa dan negara Indonesia dan diharapkan dapat
diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat sehingga kehidupan berbangsa dan bernegara
dapat berjalan dengan baik.
Azra, Azyumardi. 2005. Pendidikan kewargaan (Civic education) : demokrasi, hak asasi
manusia manusia dan masyarakat madani / Tim ICCE UIN Jakarta. Jakarta : Prenada Media
http://www.ilmusiana.com/2015/04/unsur-unsur-negara.html
http://munifaprianto.blogspot.co.id/2011/05/bangsa-dan-negara-indonesia.html
http://www.artikelsiana.com/2015/05/sifat-negara-hakikat-negara-pengertian.html