Вы находитесь на странице: 1из 9

PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK I

Dikampus sambil nunggu yang ditunggu, lalu buka lepi ada dan menemukan sesuatu yang pengin saya
share ke teman-teman. Yah.. Kali ini kita akan bahas bareng terkait Praktikum Kimia Organik terkait

Analisis Kualitatif Unsur dan Penentuan Sifat Kelarutan. Nah.. Nyok kita tilik bareng2..
Hehehe...

I. Judul
Analisis Kualitatif Unsur dan Penentuan Sifat Kelarutan
II. Tujuan Percobaan
1. Mahasiswa dapat menganalisis secara kualitatif suatu unsur dalam senyawa organik.
2. Menentukan kelarutan dan unsur-unsur yang ada dalam senyawa organik.
III. Dasar Teori
Identifikasi struktur senyawa organik merupakan masalah yang dihadapi dalam
laboratorium kimia organik. Senyawa organik dapat diperoleh dari hasil suatu reaksi atau hasil
isolasi bahan-bahan alam. Dalam sintesis seringkali dijumpai senyawa baru atau senyawa yang
tidak dikehendaki. Dalam isolasi bahan akan diperlukan suatu analisis struktur dari bahan yang
diisolasi untuk mengetahui senyawa yang diperoleh.
Untuk keperluan identifikasi senyawa organik tersebut, diperlukan cara yang sistematis
dan logis. Cara umum untuk mendukung keperluan identifikasi senyawa yang belum diketahui
terdiri dari beberapa langkah :
1. Penentuan konstanta sifat fisika.
2. Analisa kualitatif unsur yaitu menentukan unsur-unsur yang ada dalam suatu senyawa.
3. Penentuan sifat kelarutan dari senyawa tersebut.
4. Analisis gugus fungsi dengan bantuan spektrofotometer inframerah.
5. Uji karakteristik kimia yaitu untuk menentukan golongan (keton,alkohol,dll) bahan yang belum
diketahui.
6. Penelusuran literatur untuk senyawa yang mempunyai golongan yang sama dapat dipastikan
dengan mudah nama senyawa yang tidak diketahui.
7. Pembuatan senyawa turunan yaitu untuk memastikan senyawa yang diidentifikasi.
Sekalipun telah banyak ditemukan unsur yang terdapat di alam. Namun unsur yang ada
dalam senyawa organik pada umumnya meliputi unsur-unsur nitrogen, klorida, iodide, belerang,
hidrogen, oksigen dan karbon. Unsur hidrogen, belerang dan klorida dapat dideteksikan sebagai
senyawa ionic yang dihasilkan dari reaksi antara natrium dengan unsur-unsur tersebut pada suhu
tinggi. Di dalam reaksi senyawa organik diubah menjadi natrium halida dan belerang diubah
menjadi natrium sulfida.
Beberapa identifikasi unsur dalam senyawa organik adalah sebagai berikut:
a. Identifikasi Hidrogen
Karena jumlah senyawa organik yang tidak mengandung hidrogen adalah sangat sedikit.
Identifikasi hidrogen dalam senyawa organik tidak begitu banyak bermanfaat. Hidrogen diisolasi
dengan jalan pembakaran dan air yang dihasilkan ditentukan dengan pereaksi Karl-firber,
pereaksi kalsium karbida, magnesium nitrida ataupun spektroskopi IR.
[C,H] + O2  H2O
b. Identifikasi Oksigen
Identifikasi oksigen dalam senyawa organik membutuhkan peralatan yang khusus dan mahal.
Senyawa yang dicampur arang diuraikan dalam nitran gas nitrogen dan uap yang terjadi dialirkan
pada kontak kaca yang dipanaskan pada suhu 100oC. Dalam hal ini oksigen organik senyawa
kualitatif diubah menjadi karbon monoksida yang dapat diidentifikasikan dengan iod peroksida.
[C,O] n + Cn  n CO dalam senyawa organik
I2O5 + 5 CO  5 CO2 + I2
c. Identifikasi Nitrogen
Identifikasi ini dilakukan dengan percobaan Lassargne yaitu destruksi reduksi. Senyawa dengan
pemanasan logam natrium. Nitrogen yang terikat secara organik dalam hal ini diubah menjadi
natrium sianida.
[C,N] +Na  NaCN dalam senyawa organik
Sianida yang terbentuk diidentifikasikan dalam asam asetat dengan timbel (II)asetat (pewarna
hitam) atau dalam larutan alkali dengan natrium pentasianoferat (II) (pewarna violet)
S2- + Pb 2+  PbS (hitam)
[Fe (CN)5 NO]2- + S2- [Fe (CN)5 NO5]4- (violet)
d. Identifikasi Nitrogen+Belerang
Jika suatu senyawa organik mengandung nitrogen dan belerang bersama-sama dengan destruksi
Lassargne akan terbentuk tiosianat, tergantung dari campuran nitrogen/belerang apakah nantinya
akan terbentuk natrium sianida/natrium sulfida. Identifikasi tiosianat dapat dilakukan dengan
besi (III) klorida.
[C,N,S] +Na  NaSCN dalam senyawa organik
e. Identifikasi Halogen
Senyawa halogen organik dengan berat molekul rendah yang dapat terbakar ditunjukkan dengan
batang pengaduk gelas dibasahi dengan ammonia dan diletakkan dalam gas hasil pembakaran,
akan terjadi kabut ammonium halogenida.
[C,X,N] +O2  HX +CO2 dalam senyawa organik
HX + NH3  NH4- (mengendap) X = F,Cl,Br,I
Senyawa halogen yang sedikit dan tidak mudah menguap dapat ditentukan dengan percobaan
Beilstein. Untuk itu sejumlah kecil cuplikan dipanaskan dengan kawat tembaga. Jika ada halogen
yang akan terjadi nyala api hijau biru yang disebabkan oleh tembaga halogenida.
[C,X ]+Cu CuX2
Dengan penguraian metode Lassargne, senyawa yang mengandung halogen memberikan natrium
halogenida termasuk natrium flourida. Oleh karena itu, halogenida ini dapat dikarakterisasi
dengan cara sama yang berlaku untuk anorganik, dengan reaksi:
[C,X] + Na  NaX
f. Identifikasi Fosfor
Dalam sebagian besar senyawa organik seperti farmasenik, fosfor merupakan turunan asam
phospat dan dapat diidentifikasi sebagai fosfor setelah terhidrolisis. Jika tidak demikian, senyawa
fosfor organik didestruksi oksidatif dengan cara memanaskannya dengan asam nitrat dan natrium
peroksida serta Bom wurzsohiniff (cawan nikel yang ditutup dan disekrup). Disini juga akan
terjadi fosfor yang dapat diidentifikasi dengan cara terkenal yaitu ammonium.
[C,P] + Na2CO2  Na3PO3
[C,P ]+ HNO3  H3PO4
Suatu identifikasi juga didasarkan pada kelarutan suatu senyawa itu dalam senyawa lain.
Kelarutan merupakan kemampuan suatu pelarut untuk melarutkan sejumlah zat pelarut. Semakin
besar nilai kelarutan, maka zat akan semakin sukar mengendap begitu pula sebaliknya, semakin
kecil nilai kelarutan, maka zat akan semakin mudah membentuk suatu endapan. Sifat suatu zat
dalam pelarut yang berbeda akan mempengaruhi nilai kelarutannya. Jika pelarut dan zat terlarut
memiliki kesamaan sifat maka akan dengan mudah larut, tetapi jika pelarut dan zat terlarut tidak
memiliki kesamaan sifat maka akan sukar melarut dalam pelarutnya. Faktor-faktor yang
mempengaruhi kelarutan yaitu :
a. Temperatur
b. Pelarut
c. Efek ion senama
d. Pengaruh aktifator
e. Pengaruh pH
f. Efek kompleks
Kelarutan suatu senyawa dalam pelarut tertentu ditentukan oleh sifat senyawa tersebut
dan sifat pelarutnya apakah polar atau nonpolar. Pada percobaan kali ini digunakan pelarut
bersifat polar yaitu aquades, NaOH, HCl encer, dan H2SO4, sedangkan pelarut bersifat non polar
yaitu eter. Dan menggunakan senyawa bersifat polar yaitu metanol, maltosa, asam askorbat,
sedangkan senyawa bersifat non polar yaitu benzena.
IV. Cara Kerja
A. Tes dengan peleburan Natrium
Pada tabung reaksi I
a. Menempatkan potongan logam Na ke dalam tabung reaksi I yang benar-benar kering, lalu
menambahkan sampel berupa Anilin 3 tetes dan memanaskannya.
b. Menambahkan 3 ml metanol ke dalam campuran tersebut.
c. Menambahkan aquades ke dalam tabung tersebut dan menyaringnya.
Pada tabung reaksi II
a. Menempatkan potongan logam Na ke dalam tabung reaksi II yang benar-benar kering, lalu
menambahkan sampel berupa Diklorometana 3 tetes dan memanaskannya.
b. Menambahkan 3 ml metanol ke dalam campuran tersebut.
c. Menambahkan aquades ke dalam campuran tersebut dan menyaringnya.
1. Tes adanya Nitrogen
a. Filtrat dari peleburan logam Na ditambahkan kristal FeSO4, lalu memanaskannya.
b. Menambahkan H2SO4 encer pada larutan dan menambahkan KF 5%.
2. Tes adanya Belerang
a. Filtrat dari peleburan logam Na ditambahkan CH3COOH.
b. Menambahkan Pb Asetat.
3. Tes adanya Halogen
a. Filtrat dari peleburan logam Na ditambahkan HNO3 encer.
b. Menanbahkan AgNO3, lalu menyaringnya.
c. Endapan yang dihasilkan ditambahkan NH4OH
B. Tes Kelarutan
1. Kelarutan dalam air
Mengambil 4 tetes senyawa yang akan diuji, lalu menambahkan 2 ml aquades. Mengocoknya
dan mengamati larut atau tidak.
2. Kelarutan dalam Eter
Mengambil 4 tetes senyawa yang akan diuji, lalu menambahkan 2 ml eter. Mengocoknya dan
mengamati larut atau tidak.
3. Kelarutan dalam NaOH
Mengambil 4 tetes senyawa yang akan diuji, lalu menambahkan 2 ml NaOH. Mengocoknya dan
mengamati larut atau tidak.
4. Kelarutan dalam HCl
Mengambil 4 tetes senyawa yang akan diuji, lalu menambahkan 2 ml HCl. Mengocoknya dan
mengamati larut atau tidak.
5. Kelarutan dalam H2SO4 pekat
Mengambil 4 tetes senyawa yang akan diuji, lalu menambahkan 2 ml H2SO4. Mengocoknya dan
mengamati larut atau tidak.
V. Data Pengamatan
(a) Tes dengan Peleburan Logam Na
Perlakuan Pengamatan
Logam Na dipanaskan pada dua tabung
reaksi:
(i) tabung reaksi pertama
- Na yang dipanaskan + anilin kemudian warna logam menjadi hitam
dipanaskan
- didinginkan +metanol, +aquades + metanol = menghasilkan gas,
gelembung, endapan coklat dan filtrat
coklat kehitaman.
+ aquades = terbentuk 2 lapisan, endapan
mengembang, lapisan bawah coklat.

- disaring maka terbentuk ppt+filtrat endapan setelah disaring berwarna hitam


- filtrat dibagi menjadi dua:
a. +CH3COOH, +Pb Asetat (uji belerang)
tidak terbentuk endapan hitam
b. +FeSO4 kemudian dipanaskan,
+H2SO4 encer, + KF 5% (uji nitrogen)
(ii) tabung reaksi kedua terbentuk endapan biru prusi
- Na dipanaskan + diklorometana
kemudian dipanaskan

- didinginkan kemudian ditambahkan Na melarut sehingga terdapat endapan


metanol dan aquades putih

+ metanol = ada gelembung, Na bereaksi


terbentuk endapan putih dan hitam,
- disaring sehingga terbentuk ppt+filtrat berbau menyengat, filtrat keruh.
+ aquades = endapan sebagian diatas dan
- filtrat + HNO3 encer dibawah

- kemudian + AgNO3 exes setelah disaring filtrat putih keruh

- disaring terbentuk ppt+filtrat filtrat lebih bening


- ppt+NH4OH ( Uji Halogen) larutan berwarna putih susu dan ada
endapan putih

endapan putih + fitrat bening

endapan menyatu/ larut, menghasilkan


gas menyengat

(b) Tes Kelarutan


zat terlarut
metanol benzena maltosa asam askorbat
zat pelarut
Aquades
larut tidak larut larut larut
Eter
larut tidak larut tidak larut tidak larut
NaOH
larut tidak larut larut larut
HCl
larut tidak larut larut larut
H2SO4 pekat
larut tidak larut tidak larut larut

VI. Pembahasan
Pada percobaan kali ini bertujuan untuk dapat menganalisis secara kualitatif suatu unsur
dalam senyawa organik serta dapat menentukan kelarutan dan unsur-unsur yang ada dalam
senyawa organik.
Pada dasarnya, suatu identifikasi struktur senyawa organik merupakan masalah yang
dihadapi dalam laboratorium kimia organik. Senyawa organik dapat diperoleh dari hasil suatu
reaksi atau hasil isolasi bahan-bahan alam. Dalam sintesis seringkali dijumpai senyawa baru atau
senyawa yang tidak dikehendaki. Dalam isolasi bahan akan diperlukan suatu analisis struktur
dari bahan yang diisolasi untuk mengetahui senyawa yang diperoleh.
Untuk keperluan identifikasi senyawa organik tersebut, diperlukan cara yang sistematis
dan logis. Cara umum untuk mendukung keperluan identifikasi senyawa yang belum diketahui
terdiri dari beberapa langkah :
1. Penentuan konstanta sifat fisika.
2. Analisa kualitatif unsur yaitu menentukan unsur-unsur yang ada dalam suatu senyawa.
3. Penentuan sifat kelarutan dari senyawa tersebut.
4. Analisis gugus fungsi dengan bantuan spektrofotometer inframerah.
5. Uji karakteristik kimia yaitu untuk menentukan golongan (keton,alkohol,dll) bahan yang belum
diketahui.
6. Penelusuran literatur untuk senyawa yang mempunyai golongan yang sama dapat dipastikan
dengan mudah nama senyawa yang tidak diketahui.
7. Pembuatan senyawa turunan yaitu untuk memastikan senyawa yang diidentifikasi.
Sekalipun telah banyak ditemukan unsur yang terdapat di alam. Namun unsur yang ada dalam
senyawa organik pada umumnya meliputi unsur-unsur nitrogen, klorida, iodide, belerang,
hidrogen, oksigen dan karbon.
Beberapa identifikasi unsur dalam senyawa organik yang dilakukan pada percobaan ini adalah
sebagai berikut:
A. Tes dengan Peleburan Logam Na
Cara mengidentifikasi suatu unsur dapat menggunakan logam natrium. Pertama-tama,
logam natrium yang berwarna abu-abu dipanaskan dalam dua tabung reaksi yang benar-benar
kering. Jika tabung reaksi masih basah/mengandung air akan menimbulkan letupan jika bereaksi
dengan Na karena Na sangat reaktif dengan air. Setelah dipanaskan sampai keluar asap, logam
Na didinginkan dahulu. Kemudian ditambahkan anilin dan diklorometana pada tabung yang lain.
Setelah penambahan anilin terbentuk endapan berwarna hitam dan penambahan diklorometana
terdapat larutan berwarna putih serta ada endapan putihnya juga. Selanjutnya kedua tabung
reaksi itu ditambahkan metanol dan aquades. Penambahan metanol berfungsi untuk
menghilangkan logam Na yang masih ada dan ditambahkan aquades agar Na bereaksi menjadi
NaOH membentuk endapan. Kemudian dididihkan sampai timbul gas, yang kemungkinan adalah
H2. Reaksi yang terjadi adalah
2Na + 2 H2O  2Na+ + 2 OH- + H2 (g)
Setelah dingin disaring dengan kertas saring yang bertujuan untuk memperoleh
filtrat/menghilangkan endapan yang ada. Filtrat yang diperoleh dari kedua tabung reaksi
seharusnya jernih tetapi pada tabung reaksi kedua (penambahan diklorometana) filtrat putih
keruh karena kebanyakan aquades.
a. Tes adanya nitrogen
Identifikasi ini dilakukan dengan percobaan Lassargne yaitu destruksi reduksi. Senyawa
dengan pemanasan logam natrium. Nitrogen yang terikat secara organik dalam hal ini diubah
menjadi natrium sianida.
[C,N] +Na  NaCN dalam senyawa organik
Sianida yang terbentuk diidentifikasikan dalam asam asetat dengan timbel (II) asetat (pewarna
hitam) atau dalam larutan alkali dengan natrium pentasianoferat (II) (pewarna violet)
S2- + Pb 2+  PbS (hitam)
[Fe (CN)5 NO]2- + S2- [Fe (CN)5 NO5]4- (violet)
Pada percobaan kali ini untuk mengetahui adanya nitrogen maka filtrat hasil anilin
(tabung reaksi pertama) ditambahkan FeSO4 yang menghasilkan larutan coklat muda dan setelah
dipanaskan ada endapan hitam sedikit. Kemudian didinginkan baru ditambah H2SO4 encer,
larutan menjadi gel yang terbentuk 2 lapisan, atas berwarna coklat muda dan bawah berwarna
hitam. Kemudian adanya penambahan KF 5% ini terbentuk endapan biru prusi. Penambahan KF
berfungsi untuk mengidentifikasi adanya nitrogen dalam larutan. Jika dalam larutan ada nitrogen
maka akan timbul endapan biru prusi. Dan pada saat percobaan terbukti adanya nitrogen karena
endapan yang terbentuk berwarna biru prusi sama seperti teori.
b. Tes adanya belerang
Jika suatu senyawa organik mengandung nitrogen dan belerang bersama-sama dengan
destruksi Lassargne akan terbentuk tiosianat, tergantung dari campuran nitrogen/belerang apakah
nantinya akan terbentuk natrium sianida/natrium sulfida. Identifikasi tiosianat dapat dilakukan
dengan besi (III) klorida.
[C,N,S] +Na  NaSCN dalam senyawa organik
Untuk mengetahui adanya belerang maka filtrat hasil dari penambahan anilin (tabung
reaksi pertama) ditambah CH3COOH dan Pb(CH3COO)2. Setelah penambahan kedua larutan
tersebut tidak terbentuk endapan hitam padahal jika terdapat belerang didalamnya membentuk
endapan hitam PbS.
Reaksi : S2- + Pb2-  PbS (hitam)
Penambahan Pb(CH3COO)2 bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya belerang dalam suatu
larutan.

c. Tes adanya halogen


Pada dasarnya senyawa halogen organik dengan berat molekul rendah yang dapat
terbakar ditunjukkan dengan batang pengaduk gelas dibasahi dengan ammonia dan diletakkan
dalam gas hasil pembakaran, akan terjadi kabut ammonium halogenida.
[C,X,N] +O2  HX +CO2 dalam senyawa organik
HX + NH3  NH4- (mengendap) ; X = F,Cl,Br,I
Pada percobaan ini melakukan percobaan yang cukup sederhana yaitu dengan filtrat pada
tabung reaksi kedua (penambahan diklorometana) ditambah dengan HNO3 encer larutan akan
menjadi lebih bening, kemudian ditambah AgNO3 encer berlebih menghasilkan endapan putih
dan larutan putih susu. Hal ini menunjukkan bahwa dalam larutan terdapat halogen. Kemudian
endapan ditambahkan amonia dan endapannya larut serta timbul gas menyengat. Hal tersebut
menunjukkan bahwa dalam larutan mengandung klorida karena terbentuk endapan putih dan
larut dalam amonia. Sedangkan halogen yang lain tidak larut dalam amonia.
B. Tes Kelarutan
Pada dasarnya, kelarutan merupakan kemampuan suatu pelarut untuk melarutkan
sejumlah zat pelarut. Kelarutan suatu senyawa dalam pelarut tertentu ditentukan oleh sifat
senyawa tersebut dan sifat pelarutnya apakah polar atau nonpolar. Prinsipnya menggunakan
kaidah “Like Disolve like” bahwa senyawa polar dapat larut dalam senyawa polar juga,
sedangkan senyawa non-polar dapat larut dalam senyawa non-polar. Pada percobaan kali ini
digunakan pelarut bersifat polar yaitu aquades, NaOH, HCl encer, dan H2SO4, sedangkan pelarut
bersifat non polar yaitu eter. Dan menggunakan senyawa bersifat polar yaitu metanol, maltosa,
asam askorbat, sedangkan senyawa bersifat non polar yaitu benzena.
1. Kelarutan Dalam Air
Pada percobaan ini, masing-masing sampel sebanyak 0,1 gr diuji kelarutannya terhadap
air, yang bersifat polar : dari tes dilakukan, ternyata baik asam askorbat, maltosa, metanol larut,
sedangkan benzena tidak larut. Hal ini disebabkan karena asam askorbat, maltosa dan metanol
adalah senyawa polar, sehingga dapat larut dalam air yang juga bersifat polar, berbeda dengan
benzena yang merupakan senyawa non polar sehingga tidak dapat larut dalam air. Hal ini sesuai
dengan prinsip like disolve like, yaitu tergantung pada kepolaran senyawa. Urutan kepolaran :
maltosa > asam askorbat > metanol > benzena. Jadi, dapat disimpulkan bahwa maltosa, asam
askorbat dan methanol memiliki sifat yang sama dengan air yaitu sama-sama senyawa polar.
2. Kelarutan Dalam Eter
Pada uji kelarutan terhadap eter, sempel yang digunakan masih sama yaitu asam askorbat,
maltosa, metanol dan benzena. Hasil percobaan asam askorbat, benzena, maltosa tidak larut.
Sedangkan metanol larut. Campuran asam askorbat dan eter membentuk endapan kuning dengan
filtrat bening, sedangkan campuran maltosa dan eter membentuk endapan putih dengan filtrat
bening. Senyawa yang biasanya larut dalam eter dan air adalah senyawa non ionik, namun
banyak senyawa yang tidak larut dalam air, dapat larut dalam eter. Jika senyawa organik larut
dalam air, tetapi tidak larut dalam eter kemungkinan senyawa itu merupakan senyawa ionik atau
senyawa dengan dua atau lebih gugus polar tetapi taom karbonnya kurang dari 4 tiap gugus polar
. urutan kepolaran: metanol > maltosa > asam askorbat > benzena.
3. Kelarutan dalam HCl
Dari percobaaan didapat data bahwa yang larut dalam HCl adalah metanol, maltosa, dan
asam askorbat, karena sama-sama bersifat polar. Sedangkan benzena tidak larut dalam HCl,
karena keduanya mempunyai sifat kepolalaran yang berbeda, HCl bersifat polar sedangkan
benzena bersifat non polar. Hal ini sesuai dengan dengan teori “Like Disolve Like”.
4. Kelarutan dalam H2SO4 pekat
Pada percobaan ini diperoleh data bahwa yang dapat larut dalam H2SO4encer adalah
metanol dan asam askorbat, karena sama-sama bersifat polar. Namum pada percobaan, maltosa
tidak dapat larut dalam dalam H2SO4 encer, hal ini tidak sesuai dengan teori, damana seharusnya
maltosa larut dalam H2SO4encer karena sama-sama bersifat polar. Benzena tidak larut dalam
H2SO4 encer karena keduanya mempunyai sifat kepolaran yang berbeda.
5. Kelarutan dalam NaOH
Larutan NaOH merupakan kelarutan basa kuat. NaOH merupakan senyawa polar yang
berfungsi sebagai pengujian gugus basa. Hal ini dibuktikan dalam percobaan bahwa maltosa,
metanol dan asam askorbat larut dalam NaOH, karena sama-sama bersifat polar. Sedangkan
benzena tidak larut dalam NaOH, karena berbeda sifat kelarutannya, damana NaOH bersifat
polar sedangkan benzena bersifat non polar. Hal ini sesuai dengan teori “Like Disolve Like”.
VII. Kesimpulan
Dari percobaan di atas dapat disimpulkan bahwa:
1. Identifikasi struktur senyawa organik dapat dilakukan dengan analisis kualitatif
(warna,gas,endapan) dengan mereaksikan sampel dengan pelarut tertentu.
2. Kelarutan suatu senyawa ditentukan dari sifat senenyawa ditentukan dari sifat senyawa yaitu
polar dan non-polar.
3. Berdasarkan kaidah “like disolve like”, senyawa polar akan larut dalam senyawa polar,
sedangkan senyawa non-polar akan larut dalam senyawa non-polar.
4. Sifat non-polar yang dominan akan mengurangi daya kelarutan suatu senyawa dalam pelarut.
5. Untuk mengidentifikasi struktur senyawa organik dilakukan dengan tes nitrogen, tes belerang,
tes halogen dan tes kelarutan.
6. Kelarutan dipengaruhi oleh sifat suatu zat, zat pelarut , temperatur dan tekanan.
7. Dari percobaan diperoleh data:
o Dalam sampel mengandung klorida dan nitrogen.
o Zat pelarut bersifat polar adalah air, H2SO4 pekat , HCl, NaOH; sedangkan zat pelarut bersifat
non-polar adalah eter.
o Maltosa larut dalam air, HCl, NaOH
Benzena tidak larut dalam pelarut yang ada
Metanol larut dalam air, eter, HCl, NaOH, H2SO4 pekat
Asam askorbat larut dalam air, NaOH, HCl, H2SO4 pekat

VIII. Daftar Pustaka


Anwar,Chairil,dkk.1996.Pengantar Praktikum Kimia Organik I.Yogyakarta: F.MIPA UGM.
Fessenden and Fessenden.1999.Kimia Organik I.Jakarta: Erlangga.
Redjeki,Tri.1999.Kimia Dasar II.Surakarta: UNS Press.
Siregar,Morgong.1988.Dasar Kimia Organik.Jakarta: Depdikbud.
Susanti,Elfi.2011.Petunjuk Praktikum Kimia Organik I.Surakarta: UNS Press.

Вам также может понравиться