Вы находитесь на странице: 1из 32

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Farmakologi mencakup pengetahuan tentang sejarah, sumber, sifat kimia dan


fisik, komposisi, efek fisiologi dan biokimia, mekanisme kerja, absorpsi, distribusi,
biotransformasi, ekskresi, dan penggunaan obat.Seiring berkembangnya pengetahuan,
beberapa bidang ilmu tersebut telah berkembang menjadi ilmu tersendiri (Setiawati
dkk, 1995).

Obat yang digunakan atau diberikan pada penderita akan mengalami banyak
proses dalam badan sebelum tiba pada tempat dia akan bekerja atau tempat yang
ditentukan.

Untuk memahami itu perlu dipahami masalah-masalah biofarmasi,


farmakokinetik, dan farmakodinamik sebagai gambaran proses yang dialami obat
tersebut sebelum obat itu dapat bekerja sesuai dengan tujuan terapi.

Proses yang dialami obat secara garis besar dapat dibagi menjadi tiga fase atau
tingkat yaitu:

1. Fase biofarmasetik
2. Fase farmakokinetik
3. Fase farmakodinamik

Makalah ini akan membahas lebih dalam farmakodinamik tentang mekanisme


kerja obat (reseptor obat, trasmisi sinyal biologis obat, interaksi obat reseptor,
antagonisme farmakodinamik, kerja obat yang tidak diperantarai, dan contoh obat),
peran perawat dalam pemberian obat, dan prinsip “BENAR” dalam pemberian obat.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian dari farmakodinamik?
2. Bagaimanakah contoh obat dan mekanisme kerjaobat ?
3. Bagaimanakah peran perawat dalam pemberian obat?
4. Bagaimanakah prinsip “BENAR” dalam pemberian obat?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui pengertian farmakodinamik.
2. Untuk mengetahui contoh dan mekanisme obat.
3. Untuk mengetahui peran perawat dalam pemberian obat.
4. Untuk mengetahui prinsip “BENAR” dalam pemberian obat.

1.4 Manfaat Penulisan


1) Manfaat Praktis
Pembaca khususnya mahasiswa sebagai calon perawat dapat menambah
wawasan pengetahuannya mengenai farmakodinamik tentang contoh dan
mekanisme obat, peran perawat dalam pemberian obat, serta prinsip
“BENAR” dalam pemberian obat.
2) Manfaat Teoretis
Makalah ini disusun dengan semaksimal mungkin sehingga dapat dijadikan
bahan acuan untuk menambah referensi dalam pembuatan makalah
selanjutnya sehingga dapat menghasilkan makalah yang lebih baik daripada
sebelumnya.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Farmakodinamik

Farmakodinamik adalah subdisiplin farmakologi yang mempelajari efek


biokimiawi dan fisiologi obat, serta mekanisme kerjanya.Tujuan mempelajari
mekanisme kerja obat ialah untuk meneliti efek utama obat, mengetahui interaksi
obat dengan sel, dan mengetahui peristiwa serta spektrum efek dan respon yang
terjadi.Pengetahuan yang baik mengenai hal ini merupakan dasar terapi rasional dan
berguna dalam sintesis obat baru.(Anief, Moh. 1997)

Farmakodinamik mempelajari efek obat terhadap fisiologi dan biokimia


selular dan mekanisme kerja obat.Respons obat dapat menyebabkan efek fisiologis
primer atau sekunder atau kedua-duanya.Efek primer adalah efek yang diinginkan
dan efek sekunder bisa diinginkan atau tidak diinginkan.Salah satu contoh obat
dengan efek primer dan sekunder adalah difenhidramin (Benadryl), suatu
antihistamin.Efek primer dari difenhidramin adalah untuk mengatasi gejala-gejala
alergi, dan efek sekundernya adalah penekanan susunan saraf pusat yang
menyebabkan rasa kantuk.Efek sekunder ini tidak diinginkan jika sedang
mengendarai mobil, tetapi pada saat tidur, dapat menjadi diinginkan karena
menimbulkan sedasi ringan (Katzung, Bertram G. 2001).

3
2.2 Mekanisme Kerja Obat

Efek obat umumnya timbul karena interaksi obat dengan reseptor pada sel
suatu organisme.Interaksi obat dengan reseptornya ini mencetuskan perubahan
biokimiawi dan fisiologi yang merupakan respons khas untuk obat tersebut.
Setiap komponen makromolekul fungsional dapat berperan sebagai reseptor
obat, tetapi sekelompok reseptor obat tertentu juga berperan sebagai reseptor yang
ligand endogen (hormon, neurotransmiter).Substansi yang efeknya menyerupai
senyawa endogen disebut agonis.Sebaliknya, senyawa yang tidak mempunyai
aktivitas intrinsik tetapi menghambat secara kompetitif efek suatu agonis di tempat
ikatan agonis (agonist binding site) disebut antagonis.
a. Reseptor Obat
Reseptor bertanggung jawab pada selektivitas tindakan obat. Ukuran, bentuk dan
muatan ion elektrik molekul obat menentukan bagaimana kecocokan atau kesesuaian
molekul tersebut akan terikat pada reseptor tertentu diantara bermacam-macam
tempat ikatan secara berbeda. Oleh karena itu, perubahan struktur kimia obat secara
mencolok dapat menaikan atau menurunkan afinitas obat-obat baru terhadap
golongan-golongan reseptor yang berbeda, yang mengakibatkan perubahan-
perubahan dalam efek terapi dan toksiknya. Suatu obat dikatakan spesifik bila
kerjanya terbatas pada satu jenis reseptor, dan dikatakan selektif bila menghasilkan
satu efek pada dosis rendah dan efek lain baru timbul pada dosis yang lebih besar.
Reseptor-blockers.

Obat yang struktur kimiawinya mirip dengan suatu hormon, mampu menduduki
pula reseptor bersangkutan dan dengan demikian merintangi aktivitas hormon
tersebut.obat demikian dinamakan perintang-reseptor (receptor blocker) dan
sebagai contoh dapat disebutkan adrenoreceptor blockers (beta-blocker) yang
menyaingi noradrenalin pada jenis reseptor, antara lain propanolol dan metoprolol.
Derivatnya, yaitu labetolol, memblokir baik reseptor-alfa maupun reseptor-beta dari
susuna saraf adrenergik.Begitupula histamin-suatu hormon jaringan-bersifat aktif
terhadap dua reseptor yang berlainan yakni jenis h1 dan

4
h2.antihistaminikamemblokir reseptor h1, sedangkan penghambat asam (anti
borok usus ) simetidin dan ranitidin memblokir reseptor H2.

b. Interaksi Obat
Interaksi obat adalah kerja atau efek obat yang berubah, atau mengalami
modifikasi sebagai akibat interaksi obat dengan reseptor, proses kerja obat, atau obat
yang lain. Interaksi ini dapat berbentuk saling menguatkan efek terapi dari obat atau
saling bertentangan dengan efek terapi.Kadang-kadang makanan dapat juga
mempengaruhi reaksi obat.
Dalam beberapa kasus, juga terjadi reaksi penggumpalan zat-zat yang tedapat di
dalam obat, hal ini disebut reaksi inkompabilitas obat. Hampir seluruh obat-obatan
akan berefek buruk bila berinteraksi dengan obat lainnya, namun tidak selamanya
dapat dihindarkan untuk memberikan obat yang tidak saling berefek merugikan
Interaksi antara obat dengan tubuh dengan mudah dibagi menjadi dua golongan yaitu
farmakodinamika dan farmakokinetik

c. Antagonisme Farmakodinamika

Secara farmakodinamika dapat dibedakan 2 jenis antagonisme, yaitu:


1. antagonisme fisiologik,
2. antagonisme pada reseptor.
Selain itu, antagonisme pada reseptor dapat bersifat kompetitif atau
nonkompetitif. Antagonisme merupakan peristiwa pengurangan atau penghapusan
efek suatu obat oleh obat lain. Peristiwa ini termasuk interaksi obat.Obat yang
menyebabkan pengurangan efek disebut antagonis, sedang obat yang efeknya
dikurangi atau ditiadakan disebut agonis. Secara umum obat yang efeknya
dipengaruhi oleh obat lain disebut obat objek, sedangkan obat yang mempengaruhi
efek obat lain disebut obat presipitan.

5
d. Penggolongan Obat
Obat berdasarkan jenisnya

1. Obat bebas adalah obat yg boleh digunakan tanpa resep dokter merupakan
tanda obat paling ‘aman’. obat ini digunakan untuk mengobati gejala
penyakit yg ringan.
Contoh : vitamin/multivitamin, obat batuk hitam, parassetamol.
Gambar:

2. Obat bebas terbatas adalah obat-obatan yg dalam jumlah tertentu dapat


dibeli tanpa resep dokter.
Contoh : obat anti mabuk (antimo), obat flu (procold), obat kutu air (daktarin)
Obat bebas terbatas terkandung zat/bahan yg relatif toksik, maka pada
kemasannya perlu dicantumkan tanda peringatan (P1-P6).

P no. 1 P no. 4
Awas! Obat Keras Awas! Obat Keras
Bacalah aturan memakainya Hanya untuk dibakar
P no. 2 P no. 5
Awas! Obat Keras Awas! Obat Keras
Hanya untuk kumur, jangan ditelan Tidak boleh ditelan
P no. 3 P no. 6
Awas! Obat Keras Awas! Obat Keras
Hanya untuk bagian luar badan Obat wasir, jangan ditelan

Gambar:

6
3. Obat keras adalah obat berkhasiat keras, untuk memperolehnya harus
dengan resep dokter. Bila digunakan sembarangan dapat berbahaya, bahkan
meracuni tubuh, memperparah penyakit atau menyebabkan kematian
Obat-obatan yg termasuk obat keras :
 Semua antibiotika
 Semua obat hormon
 Semua obat suntik
 Semua obat sulfa
 Antihistamin
 Papaverin,noscapine, narceine serta garamgaramnya
 Adrenalin serta garam-garamnya
 Digitalis serta glikosida-glikosidanya
 Zat-zat radioaktif
 Hydantoin serta derivate-derivatenya

Gambar:

Obat berdasarkan mekanisme kerja obat

1. Obat yg bekerja pada penyebab penyakit, misalnya penyakit akibat bakteri


atau mikroba, contohnya : antibiotik.
2. Obat yg bekerja untuk mencegah sakit, contoh : vaksin.
3. Obat yg menghilangkan gejala penyakit, misal pereda nyeri, contohnya :
analgetik.
4. Obat yg bekerja menambah atau mengganti fungsi zat yg kurang, contoh :
vitamin dan hormon.

7
e. Contoh Obat beserta mekanisme kerja obat
- Antihistamin adalah obat yang berkhasiat menekan efek histamin
pada peristiwa hipersensitivitas, sehingga efek histamin yang muncul
sebagai gejala alergi bisa berkurang. Antihistamin ada dua kelompok:
a. Antihistamin 1, digunakan untuk alergi (reaksi
hipersensitivitas) dan berefek juga sedasi, anti muntah, dan
penambah nafsu makan.
b. Antihistamin 2, lebih banyak digunakan untuk kasus ulkus
ventrikuli, esophagitis, dan ulkus duodenum.
Mekanisme Kerja Obat Antihistamin :
Sistem kekebalan tubuh manusia akan memberikan
perlindungan dari zat berbahaya, seperti bakteri dan virus. Sistem
kekebalan tubuh akan memproduksi antibodi yang bertugas untuk
mengeliminasi atau menghilangkan zat-zat berbahaya ini dari
tubuh.Pada reaksi alergi, sistem kekebalan tubuh akan bereaksi
terhadap zat yang sebenarnya tidak berbahaya, seperti serbuk
sari. Ketika ini terjadi, zat kimia yang disebut histamin
dilepaskan oleh sistem kekebalan tubuh. Histamin sebenarnya
sangat berguna karena dapat membantu menyembuhkan jaringan
yang rusak. Namun reaksi histamin ini juga dapat menyebabkan
gejala seperti:
 Pilek atau hidung meler
 Gatal-gatal pada mata, hidung, tenggorokan atau kulit
 Bersin-bersin
Antihistamin akan bekerja dengan memblokir (menghalangi) efek
histamin di dalam tubuh, yang akhirnya akan membantu
mencegah peradangan dan meredakan reaksi alergi.

8
Efek samping Antihistamin yang sering terjadi, antara lain:
 Sakit kepala
 Mulut kering
 Sakit dan muntah.

Mekanisme kerja obat ranitidin :

ranitidin HCl merupakan antagonis kompetitif histamin yang khas


pada reseptor H2 sehingga secara efektif dapat menghambat sekresi
asam lambung, menekan kadar asam dan volume sekresi lambung.

9
- Diuretika Osmotis
1. FUROSEMIDE

Mekanisme Kerja Obat Furosemide :


Obat Furosemid bekerja pada glomerulus ginjal untuk menghambat
penyerapan kembali zat natrium oleh sel tubulus ginjal. Furosemid akan
meningkatkan pengeluaran air, natrium, klorida, dan kalium tanpa
mempengaruhi tekanan darah normal. Setelah pemakaian oral furosemid akan
diabsorpsi sebagian secara cepat dengan awal kerja obat terjadi dalam ½
sampai 1 jam, dengan lama kerja yang pendek berkisar 6 sampai 8 jam,
kemudian akan diekskresikan bersama dengan urin dan feses. Dengan cara
kerjanya tersebut obat furosemid dapat digunakan untuk membuang cairan
yang berlebihan dari di dalam tubuh

2. LASIX

10
Mekanisme Kerja Obat Lasix :

Lasix merupakan obat yang mengandung furosemid.Furosemid adalah obat


golongan diuretik, yang dapat mencegah tubuh dari menyerap terlalu banyak
garam.
- Laksansia

Obat laksansia adalah obat yang berkhasiat untuk mempercepat peristaltic


usus sehingga pengeluaran isi usus dipercepat. Berdasarkan cara kerjanya
sebagai berikut.

1. Merangsang langsung dinding usus berkontraksi (laksantif kontak)


 Obat ini meningkatkan peristaltik usus dengan mengiritasi ujung-ujung syaraf
sensoris pada mukosa usus. Termasuk kelompok obat ini adalah fenolptalen,
bisakodil, cascara sagrada, senna, minyak kastor.

2. Memperbesar isi usus dengan menahan air, tidak dicerna sehingga


mengembang (salin osmotik).
 Garam hiperosmotik menarik cairan menuju ke lumen colon sehingga
menambah besar volume isi usus dan merangsang dinding usus untuk
berkontraksi. Tinja akan berbentuk setengah cairan dan mudah dikeluarkan.
Termasuk kelompok ini adalah garam (salin), laktulosa dan gliserin

3. Memperlancar dan melicinkan/pelumas tinja (Emolin/pelicin)


 Berfungsi melumas, memperlunak dan melicinkan tinja sehingga mudah
dikeluarkan. Biasanya digunakan untuk konstipasi pada pasien dengan infark
miokard, dan paska operasi.

11
Contoh obat laksansia:

DULCOLAX

Interaksi Obat :

Penggunaan bersamaan dengan diuretik atau adreno-kortikoid dapat


meningkatkan risiko ketidakseimbangan elektrolit jika dulcolax diberikan dalam
dosis berlebihan.

Dosis dan Cara Pemberian :

Kecuali ditentukan lain oleh dokter dosis yang dianjurkan adalah:

1. Untuk konstipasi Tablet Salut Enterik


Dewasa dan anak-anak di atas 12 tahun 2-3 tablet (10-15 mg) sekali sehari.
Anak-anak 6-12 tahun: 1 tablet (5 mg) sekali sehari.
Anak-anak di bawah 6 tahun: konsultasi dengan dokter atau dianjurkan
memakai supositoria anak.

Indikasi :

Digunakan untuk pasien yang menderita konstipasi.Untuk persiapan prosedur


diagnostik, terapi sebelum dan sesudah operasi dalam kondisi untuk
mempercepat defekasi.

12
Kontra Indikasi :

Pada pasien ileus, abstruksi usus yang baru mengalami pembedahan di bagian
perut seperti usus buntu, penyakit radang usus akut, dan juga pada pasien
yang diketahui hipersensitif terhadap bisakodil atau komponen lain dalam
produk.

ESO (Efek Samping Obat) :

Sewaktu menggunakan dulcolax, dapat terjadi rasa tidak enak pada perut
termasuk kram, sakit perut, dan diare.

- Analgetik
Obat yang berkhassiat menghilangkan nyeri juga menurunkan panas
bekerja di pusat pengaturan nyeri dan suhu tubuh pada Hypothalamus
serta menghambat prostaglandin yang membawa impuls dari resptor
menuju pusat.

PARACETAMOL

Mekanisme kerja obat paracetamol :

Paracetamol bekerja dengan cara menghambat sintesis prostaglandin di pusat


otak (hipotalamus), tetapi tidak di perifer(jaringan), sehingga tidak
mempunyai efek sebagai anti inflamasi. Paracetamol mampu meringankan /
menghilangakan rasa nyeri tanpa memengaruhi susunan saraf pusat.

13
- Antibiotika
Kelompok kemoterapi yang berkhasiat membunuh atau menghambat
perkembangbiakan kuman yang berasal dari bahan-bahan alam
(jamur, bakteri tanah) atau dibuat secara sintetis.

AMOXICILIN

Mekanisme kerja obat amoxicillin :

Amoxicillin stabil dalam suasana asam lambung dan dapat diberikan


tanpa mengganggu makanan. Amoxicillin ini diabsorbsi secara cepat
setelah pemberian secara oral dan distribusikan secara cepat ke hampir
semua jaringan dan cairan tubuh.

14
- Anaestesi
LIDOCAIN
Mekanisme kerja obat lidocaine :
Menyebabkan hilangnya rasa sensasi rasa sakit pada tubuh.Efek obat
ini tidak sampai menyebabkan kehilangan kesadaran.Lidocain juga
meredakan rasa sakit dan rasa gatal yang disebabkan oleh sengatan
matahari dan gigitan atau serangan serangga.

- Fungsi Obat dalam Sistim Limbik


Merupakan kelompok obat terbanyak yang digunakan untuk
gangguan mental. Obat digunakan untuk pasien gangguan psikotik
yaitu proses pikir dan perilaku, bukan untuk kecemasan dan depresi.
Berdasarkan teori, terjadinya gangguan psikotik akibat dari
ketidakseimbangan neurotransmitter Dopaminpada otak.
Antipsikotik bekerja dengan caramenghambat reseptor dopamin
pada otak. Selain itu antipsikotik juga berefek antiemetik dengan
menghambat pusat muntah pada otak. Karena hambatan dopamine di
otak maka dampak paling nyata dari antipsikotik adalah munculnya
reaksi ekstrapiramidal berupa gejala parkinson, tremor, rigiditas,
wajah topeng. Banyak pasien gangguan mental yang mendapat obat
antipsikotik jangka panjang terjadi efek merugikan berupa parkinson.
Efek ekstrapiramidal lain berupa distonia akut (gerakan bola mata
involunter), aktisia (kegelisahan motorik, terus bergerak), diskenesia

15
(menjulurkan lidah, gerakan mengunyah, dan gerakan involunter
tubuh serta ekstremitas).
Contoh obat antipsikotik:
- haloperidol
Untuk psikosis akut, problem prilaku agresi berat pada anak,
menekan gejala putus obat narkotik dan skizofrenia yang tak teratasi
dengan obat lain.
Dosis: dewasa oral : 1-5 mg (2-3x), anak : 0,05-0,15
mg/kgbb/hari, terbagi.
Gambar obat :

2.3 Peran Perawat dalam Pemberian Obat


1. Perawat harus mempunyai pengetahuan dan pemahaman yang memadai
mengenai obat.
2. Melaksanakan pemberian obat kepada pasien sesusai program terapi
dengan menerapkan prinsip minimal 6 benar (benar pasien, benar obat,
benar dosis, benar waktu, benar cara, benar dokumentasi).

16
3. Mengelola penempatan, penyimpanan, pemeliharaan, dan administrasi
obat di ruangan agar selalu tersedia, siap pakai, tidak rusak, mudah
ditemukan dan tidak kadaluarsa.
4. Memberikan penyuluhan berkaitan dengan obat yang digunakan,
meliputi khasiat obat, makanan yang boleh dan tidak boleh selama terapi,
efek samping obat dan cara mengatasi, kepatuhan obat, dampak
ketidakpatuhan, penghentian obat.
5. Mengamati dan mencatat efek samping, efek terapi, efek toksis dari
pasien selama menggunakan obat untuk bahan masukan dan laporan.
Kompetensi Perawat dalam Pemberian Obat

1. Mengkaji keadaan umum a. Mengkaji pasien riwayat


pasien kaitannya dalam pengobatan dan alergi.
penggunaan obat b. Mengkaji kondisi umum pasien
berkaitan dengan efektifitas
farmakokinetik(absorpsi,
distribusi,metabolisme dan
ekskresi).
c. Mengkaji diet yang berkaitan
dengan interaksi farmakokinetik
obat.
d. Mengkaji tanggapan, kerjasama dan
penilaian pasien terhadap
pemberian obat.
e. Mengkaji tingkat pengetahuan
pasien terhadap tindakan
pengobatan yang diberikan.

17
2. Merencanakan pemberian a. Merencanakan diet pasien
obat kepada pasien untuk sehubungan dengan obat obat yang
mencapai tingkat efektivitas diberikan.
maksimal b. Menetapkan waktu pemberian obat
untuk memperoleh efektivitas
terapi.
c. Memprediksikan efek, terapi
toksisitas dan efek samping obat
serta rencana pengawasan dan
penanggulannya.
d. Merencanakan penyuluhan
kesehatan yang diperlukan.

3. Melaksanakan pemberian a. Identifikasi program terapi menuju


obat sesuai program terapi 6 benar
b. Memberikan obat.
1. Peroral (ditelan)
2. Sublingual (bawah lidah)
3. Memberikan obat parenteral
a. Intra Muskular
b. Intra Vena
c. Sub Kutan
d. Intra Kutan
4. Per rektal (supositoria)
5. Inhalasi
6. Efek Lokal
- Per Konjungtival
- Per Nasal
- Tetes Telinga
- Pada Luka (Antiseptik)

18
- Topikal (dioleskan kulit)
c. Melaksanakan penyuluhan obat
pada pasien pada saat terapi dan
menjelang pulang, meliputi:
- Efek samping obat yang
mungkin timbul
- Penghentian obat
- Kepatuhan obat, kaitannya
dengan penyembuhan
- Efek lain yang mungkin
muncul dan cara mengatasi

4. Menilai efek pengobatan a. Memantau efek samping obat


b. Memantau efek terapi obat
c. Memantau toksisitas obat
d. Memantau hipersensitivitas obat
e. Mendokumentasikan dan
melaporkan pantauan.

2.4 Prinsip “BENAR” dalam Pemberian Obat


Dalam pengobatan pasien mempunyai hak-hak sebagai berikut:

1. Berhak mengetahui alasan pemberian dan pemilihan obat.


2. Berhak menerima dan menolak pengobatan.
3. Berhak mengusulkan/memilih obat berdasarkan tingkat kemampuan
keuangannya.

Faktor-faktor yang digunakan untuk mempertimbangkan/menentukan pemberian obat


oleh petugas kesehatan :

19
1. Kemampuan absorpsi tubuh.
2. Kemampuan distribusi tubuh.
3. Kemampuan ekskresi terutama oleh ginjal.
4. Usia pasien.
5. Toksisitas dan ESO
6. Farmakogenetik obat.
7. Interaksi antar obat.
8. Riwayat pengobatan dan toleransi.

No Hal yang Penjelasan langkah-langkah untuk menghindari kesalahan.


harus benar

1. Benar pasien - Obat disiapkan berdasarkan daftar obat pasien terbaru


dengan nama lengkap, nama ruang, dan nama kamar.
- Periksa kecocokan dengan identitas pasien pada papan
nama diatas tempat tidur pasien.
- Panggil nama lengkap pasien sebelum obat diberikan.

2. Benar obat - cocokkan daftar obat dengan lembar instruksi dokter


dan daftar obat harus selallu terbaru dari program terapi
yang sudah tertandatangani dokter.
- Tulis nama obat tepat huruf perhuruf dengan jelas dan
sama antara lembar program terapi dengan daftar obat.
- Apabila perintah obat melalui telephon, harus lengkap:
tgl/jam perintah, nama obat, dosis, rute pemberian,
frekuensi/waktu pemberian, dan dokter harus sudah
mentandatangani dalam waktu <24 jam.
Misal: dr.Agus Sucitro, 12 Agustus 2007, jam 06.00

20
pagi, untuk Bp. Suyadi, Pav. Mawar, kamar I/bed. 1,
Lasix tablet 40 mg, peroral,1 hari 1 tb/40 mg, tiap jam
08.00 pagi. Tanda tangan dokter.
- Baca dan eja lebel obat ditempat terang, 3 x saat
melihat kemasan, sebelum menuang obat dan sesudah
menuang obat, karena banyak obat yang namanya
hampir sama (contoh: Quinidin-quinin, digoksin,
Demerol-decumarol, Aminopirin, aminoplin, dll)
- Jangan sekali-kali memberikan obat yang etiket/nama
obat pada kemasannya tidak tertulis atau hilang.
- Hati-hati dengan nama obat yang tidak sama antara
program terapi dengan obat yang tersedia. Setiap
keraguan harus dikonfirmasi orang ke II atau ke III
Contoh: tertulis dalam program terapi: Vit.K, yang
tersedia sinonimnya Menadion, Bactrim-
Sulfametokzasol, Vit B6-pyridoksin, dll
3. Dosis benar - Program terapi harus menuliskan dosis obat dengan
tulisan yang jelas tanpa kehilangan satuannya.
Contoh salah : Parasetamol 3 x 1 tb
Penicillin Procain 3 ml/im.
Contoh benar : Parasetamol 3 x 500 mg (1 tb)
Penicillin Procain 600.000 IU/IM
- Apabila perawat mendapat delegasi menentukan dosis
obat, maka hitunglah dengan hati-hati dengan rumus
yang tepat.

21
4. Waktu yang - Pemberian obat pada waktu yang benar/tepat akan
benar berdampak pada efek terapi yang baik karena
konsentrasi obat dalam darah di atas minimal efektif.
Contoh :
Captropil tb. 12,5 mg. 2x1/hari, jam 08.00 dan 16.00.
(perintah tetap)
Morfin sulfat 2 mg/IV, sefera (perintah segera)
Pethidin 50 mg/IM, bila ada nyeri luka, dapat diulang
tiap 8 jam. (perintah bila perlu)

- Hari ini tg. 12 Agustus 2007, jam. 10.00 pagi, beri


Versed 2 mg. IM
Insulin RI, SK 14 IU, 30 menit sebelum makan pagi,
dan sore.
Tretrasiklin 500 mg, kapsul/oral 3x1/hari bersama atau
segera setelah makan.
Plantasid susp. 5 ml, oral ½ jam sebelum makan dan 2
jam sebelum obat oral lain, harus dikocok dahulu.

22
5. Rute/cara - Penentuan rute atau cara dengan mempertimbangkan
benar kecepatan absorpsi, kecepatan efek obat yang
diinginkan, efek lokal atau sistematis yang
dikehendaki, kondisi gastrointestinal, dll. Semua
ditetapkan untuk memberi efek terapi yang terbaik
untuk pasien.
Contoh :
Insulin RI, sub kutan
Amoksilin kapsul 500 mg, 3 x 1 peroral
Terakortril salf : topikal pada lesi
Dulkolak sup. Perektal
Valium 10 mg, IV

6. Dokumentasi - Catat pemberian obat dengan segera (tidak tertunda)


benar dengan tulisan jelas dan benar, pada tempat yang benar
dan beri nama terang, tanda tangan untuk
mempermudah pelacakan atau pertanggungjawaban
bila terjadi sesuatu.

No Cara Keuntungan Kekurangan Tempat


pemberian absorpsi
obat

23
1. Per oral - Dapat dilakukan - Ada beberapa Mukosa usus
(lewat mulut) sendiri oleh obat yang
pasien dirusak oleh
- Biaya lebih enzim
murah pencernaan dan
- Tidak menyakiti asam lambung.
- Paling aman, - Ada beberapa
apabila ada obat yang
reaksi. membuat iritasi
Hipersensitivitas pada mukosa
, efeknya lebih lambung-usus
ringan. (maka diberikan
sesudah makan)
- Penyerapan
lambat dan tak
teratur, maka
memerlukan
dosis lebih
besar.
- Tidak dapat
diberikan
kepada pasien
yang tak sadar
dan muntah-
muntah, serta
kurang efektif
pada pasien
diare.
- Absorpsi obat
sangat
ditentukan oleh
banyak faktor
terutama
kondisi
gastrointestinal.

2. Sub lingual - Penyerapan - Tidak dapat Mukosa


atau lebih cepat dari diberikan pada mulut bawah
oromukosal pada per oral pasien tak lidah
(pemberian

24
obat dibawah karena kaya sadar.
lidah/dihisap) akan kapiler. - Rasa obat
- Dapat dilakukan kadang tidak
sendiri oleh menyenangkan
pasien sehingga pasien.
ekonomis.
- Tidak menyakiti
- Tidak melalui
lambung
sehingga
kelabilan obat
terhadap asam
dapat diabaikan
3. Melalui - Dapat diberikan - Beberapa pasien Mukosa
rektum (per pada pasien merasa kurang rektum
rektal) muntah-muntah, nyaman
memberikan tak sadar dan
obat melalui lebih mudah
rektum/anus untuk anak
biasanya kecil.
dalam bentuk - Penyerapan
supositoria cepat
atau enema. - Pada orang
dewasa dapat
dilakukan
sendiri
- Khasiat lebih
utuh karena obat
tidak melalui
lambung.

4. Melalui - Untuk efek lokal - Beberapa pasien Mukosa


Vagina pada lumen merasa kurang vagina atau
(pervagina) vagina, misalnya nyaman tak
Memberikan fungisid, diabsorpsi
obat melalui spermisid, untuk
/kedalam desinfektans. keperluan
vagina lokal.

25
5. Melalui - Untuk efek Mukosa
konjungtiva. lokal, misalnya konjungtiva.
Memberikan antiseptik mata,
obat dengan antibioptik,
diteteskan medriatik, dll
pada - Dapat juga
konjungtiva digunakan untuk
mata. tes kepekn obt
(obat diencerkan
dan diteteskan).
- ekonomis, dapat
dilakukan
sendiri atau
keluarganya.
6. Melaui lubang - Untuk efek Mukosa intra
hidung (intra lokal, misalnya nasal
nasal) obat
dekongestan,
antialergi, dll.
7. Parenteral Umum : Umum :
(melalui - Efek lebih cepat - Lebih mahal
suntikan) daripada per karena
oral. menggunakan
- Dapat diberikan alat tertentu dan
pada pasien hanya boleh
muntah dan diberikan oleh
tidak sadar. tenaga
- Absorpsi obat kesehatan.
lebih cepat dan - Apabila terjadi
teratur. hipersensitivitas
- Dosis dapat muncul reaksi
diberikan lebih yang cepat dan
kecil. berat.
- Menyakiti
pasien.
- Kecepatan
absorpsi
ditentukan oleh
kelancaran
sirkulasi
jaringan.

26
- Alat yang tidak
steril dapat
menimbulkan
infeksi dan
abses.
Intra vena - Penyerapan - Apabila terjadi Langsung
(IV) cepat, mencapai hipersensitivitas masuk
memasukkan kadar puncak muncul reaksi peredaran
obat langsung juga cepat, cepat dan darah vena.
ke dalam dalam waktu 18 sangat berat.
pembuluh sekon obat - Pemberian yang
vena. sudah beredar ke salah dapat
seluruh tubuh. berakibat fatal:
- Efek obat cepat. emboli,
- Tepat diberikan trombus, dll.
untuk keadaan
gawat darurat.
- Obat iritatif pada
jaringan dapat
diberikan
dengan cara ini.

Intra - Kecepatan - Sama dengan Kapiler vena


muskuler absorpsi kelemahan otot.
(IM) tergantung dari umum obat
Memasukkkan kelancaran parenteral.
obat dengan sirkulasi
menyuntikkan terutama kapiler
ke dalam pada otot
lapisan otot. tersebut.
- Dapat diatur,
apabila
dilarutkan dalam
lemak
penyerapan akan
lambat, larut
dalam air
penmyerapan
cepat.

27
Sub kutan - Banyak - Sama dengan Kapiler vena
(SK/SC) pembuluh darah kelemahan sub kutan.
Memasukkan pada jaringan umum obat
obat ke dalam longgar, parenteral.
jaringan sub absorpsinya
kutan (bawah cepat.
kulit)
Intra kutan - Digunakan - Pemberian Kapiler kecil
(IK/IC) untuk imunisasi cukup sulit. kulit dengan
Pemberian atau tes imbibisi.
obat diagnostik dan
disuntikkan ke sensitivitas obat
dalam lapisan tertentu.
dermis atau - Penyerapan
kulit. lambat.

8. Inhalasi - Untuk obat efek - Tak efektif pada Mukosa


Pemberian lokal pasien pasien dengan saluran
obat dengan dapat gangguan pernapasan.
cara dihirup melakukannya pernapasan.
melalui sendiri, sehingga
saluran lebih ekonomis.
pernafasan. - Obat sistemis
yang mudah
menguap,
misalnya obat
bius, adrenalin,
dll.
- Tidak menyakiti
pasien.
- Penyerapan
cepat.

9. Topikal - Banyak - Ada beberapa Tidak


Pemberian diberikan untuk obat lokal yang diabsorpsi ke
obat dengan kasus-kasus terserap dalam
cara dermatologis sehingga peredaran
dioleskan dan berefek darah
pada kulit. optalmologis sistemis. (kecuali pada
untuk bayi karena
memperoleh masih
efek lokal. porous, maka
- Penyerapan harus hatu-
secara sistemis hati).

28
kecil/sedikit,
sehingga aman
untuk pemberian
obat yan g toksis
secara sistemis.
- Tak menyakiti,
pasien dapat
melakukan
sendiri.
10. Transdermal - Memberi - Efektivitas dan Kapiler
Pemberian kenyamanan. efek obat sulit kulit/imbibisi
obat dengan - Dapat dilakukan diukur. .
menempelkan sendiri oleh
pada kulit, pasien.
diharapkan
obat terserap
ke dalam
kapiler dan
masuk ke
jaringan,
misal: koyo,
salonpas, dll.

29
BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan

Farmakodinamik adalah subdisiplin farmakologi yang mempelajari efek


biokimiawi dan fisiologi obat, serta mekanisme kerjanya. .dimana dalam
Interaksi obat dengan reseptornya ini mencetuskan perubahan biokimiawi dan
fisiologi yang merupakan respons khas untuk obat tersebut . Dalam mekanisme
kerja obat, setiap komponen makromolekul fungsional dapat berperan sebagai
reseptor obat, tetapi sekelompok reseptor obat tertentu juga berperan sebagai
reseptor yang ligand endogen (hormon, neurotransmiter). Penggolongan obat
berdasarkan jenisnya diantaranya obat bebas, obat bebas terbataas, dan obat keras.
Dalam pemberian obat perawat harus mengetahui prinsip “BENAR” dalam
pemberian obat yaitu benar obat, benar pasien, benar waktu pemberian, benar
dosis, benar cara pemberian, dan benar dokumentasi.

3.2 Saran

Karena obat dapat menyembuhkan atau merugikan pasien, maka pemberian


obat menjadi salah satu tugas perawat yang paling penting. Perawat yang
bertanggung jawab bahwa obat itu diberikan dan memastikan bahwa obat itu
benar diminum.Perawat juga harus memahami tentang fase yang dialami obat
dalam tubuh manusia khususnya fase farmakodinamik (fase yang menimbulkan
respons biologis atau fisiologis).

30
DAFTAR PUSTAKA

Anief, Moh. 1997. Apa Yang Perlu Diketahui Tentang Obat. Yogyakarta:
GADJAH MADA UNIVERSITY PRESS.

Boyd, Claire. 2014. Keterampilan Penatalaksanaan Obat Untuk Perawat.


Jakarta: Bumi Medika.

Katzung, Bertram G. 2001. Farmakologi Dasar dan Klinik.Jakarta: Salemba


Medika.

Kee, Joyce L. Evelyn R Hayes. 1996. Farmakologi Pendekatan Proses


Keperawatan. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Schmitz, Gery dkk. 2009. Farmakologi dan Toksikologi. Jakarta: Buku


Kedokteran EGC.

Setiawati dkk.1995. Pengantar Farmakologi Dalam Farmakologi Dan Terapi


Edisi 4. Jakarta: Gaya Baru.

31
Sutedjo, AY. 2008. Mengenal Obat-Obatan Secara Mudah dan Aplikasinya
dalam Perawatan. Yogyakarta: Amara Books.

Tambayong, Jan. 2002. Farmakologi Untuk Keperawatan. Jakarta: Widya


Medika.

Tjay, Tan Hoan. Kirana Rahardja. 2002. Obat-Obat Penting Khasiat,


Penggunaan, dan Efek-Efek Sampingnya. Jakarta: PT Elex Media
Komputindo.

32

Вам также может понравиться