Вы находитесь на странице: 1из 8

TEORI

Obat merupakan zat yang digunakan untuk mendiagnosis, mengurangi rasa sakit, serta
mengobati ataupun mencegah penyakit pada manusia dan hewan (Ansel, 1985).
Mayoritas obat bekerja secara spesifik terhadap suatu penyakit. Namun tidak jarang juga
obat yang bekerjanya secara menyeluruh. Berdasarkan efek obat yang diberikan obat kepada
tubuh, maka obat dibagi menjadi 2, yaitu obat yang berefek sistemik dan lokal. Obat yang
berefek sistemik adalah obat yang memberi pengaruh pada tubuh yang bersifat menyeluruh
(sistemik) dan menggunakan sistem saraf sebagai perantara. Obat ini akan bekerja jika senyawa
obat yang ditentukan bertemu dengan reseptor yang spesifik. Sedangkan obat yang berefek
non-sistemik (lokal) merupakan obat yang mempunyai pengaruh pada tubuh bersifat lokal atau
pada daerah yang diberikan obat. Contoh obat ini adalah obat-obat yang bersifat anestesi lokal
ataupun transdermal. Efek lokal obat terjadi akibat penggabungan langsung antara molekul
obat dengan reseptor, sehingga akan terobservasi timbulnya perubahan dari fungsi organ
tergantung pada daerah lokasi.
Transdermal merupakan salah satu cara administrasi obat dengan bentuk sediaan
farmasi/obat berupa krim, gel atau patch (koyo) yang digunakan pada permukaan kulit, namun
mampu menghantarkan obat masuk ke dalam tubuh melalui kulit (trans = lewat, dermal
= kulit).
Anestesi lokal adalah hilangnya sensasi pada bagian tubuh tertentu tanpa disertai
kehilangan kesadaran atau kerusakan fungsi kontrol saraf pusat dan bersifat reversibel. Obat
anestesi lokal terutama berfungsi untuk mencegah atau menghilangkan sensasi nyeri dengan
memutuskan konduksi impuls saraf yang bersifat sementara.
Anestetik lokal adalah obat yang menghasilkan blokade konduksi atau blokade lorong
natrium pada dinding saraf secara sementara terhadap rangsang transmisi sepanjang saraf, jika
digunakan pada saraf sentral atau perifer. Anestetik lokal setelah keluar dari saraf diikuti oleh
pulihnya konduksi saraf secara spontan dan lengkap tanpa diikuti oleh kerusakan struktur saraf.
(Sari, 2009).
Rute pemberian anestetika lokal berhubungan erat dengan efekanestesi lokal yang
dihasilkan. Sebagai contoh suatu anestesi lokal yang diberikan pada permukaan tubuh (topikal)
dapat mencapai ujung saraf sensoris dan bekerja menghambat penghantaran impuls nyeri pada
serabut saraf tersebut, sehingga terjadilah anestesi permukaan. Anestesi lokal juga dapat
diberikan secara injeksi kedalam jaringan sehingga menyebabkan hilangnya sensasi pada
struktur di sekitarnya. Efek yang dihasilkan disebut anestesi filtrasi.
Secara kimia, anestesi lokal digolongkan sebagai berikut
1. Senyawa ester
Adanya ikatan ester sangat menentukan sifat anestesi lokal sebab pad adegradasi dan
inaktivasi di dalam tubuh, gugus tersebut akan dihidrolisis. Karena itu golongan ester
umumnya kurang stabil dan mudah mengalami metabolisme dibandingkan golongan
amida. Contohnya: tetrakain, benzokain, kokain, prokain dengan prokain sebagai
prototip.
2. Senyawa amida
Contohnya senyawa amida adalah dibukain, lidokain, mepivakain, prilokain,
bupivacaine, artikain, dibukain, ropivakain, etidokain, levobupivakain. Adapun golongan
lainnya selain ester dan amida, contohnya seperti fenol, benzilalkohol, etilklorida,
cryofluoran.
Perbedaan klinis yang signifikan antara golongan ester dan golongan amida adalah
ikatan kimiawi golongan ester lebih mudah rusak dibandingkan ikatan kimiawi golongan
amida sehingga golongan ester kurang stabil dalam larutan dan tidak dapat disimpan lama.
Bahan anestetikum golongan amida stabil terhadap panas, oleh karena itu bahan golongan
amida dapat dimasukkan kedalam autoklaf, sedangkan golongan ester tidak bisa.
Hasil metabolisme golongan ester dapat memproduksi paraaminobenzoate (PABA),
yaitu zat yang dapat memicu reaksi alergi, sehingga golongan Universitas Sumatera Utara
ester dapat menimbulkan fenomena alergi. Hal inilah yang menjadi alasan bahan
anestetikum golongan amida lebih sering digunakan daripada golongan ester.
Struktur kulit pada manusia terdiri atas 3 bagian, yaitu :

1. Epidermis
Merupakan lapisan sel epitel berlapis membentuk keratin dan melindungi dari
bahaya dehidrasi. Epidermis berfungsi untuk memproteksi barier, organisasi sel,
sintesis vitamin D dan sitokin, pembelahan dan mobilisasi sel, pigmentasi (melanosit)
dan pengenalan alergen (sel Langerhans).
2. Dermis
Bagian bawah dari epidermis yang keadaannya lebih tebal dan dilengkapi dengan
pembuluh darah, pembuluh limpa, dan urat saraf. Dermis berfungsi sebagai struktur
penunjang.
3. Jaringan hipodemis/subkutan merupakan jaringan yang terdiri atas jaringan ikat
longgar dan berisi sel-sel lemak di dalamnya. Subkutan berfungsi untuk melekat ke
struktur dasar, isolasi panas, cadangan kalori, kontrol bentuk tubuh dan mechanical
shock absorber.
Lidokain adalah salah satu obat anastetika lokal dari golongan amida. Lidokain terdiri dari
satu gugus lipofilik (biasanya merupakan suatu cincin aromatik) yang dihubungkan suatu
rantai perantara (jenis amida) dengan suatu gugus yang mudah mengion (amintersier).
Dalam penerapan terapeutik, umumnya disediakan dalam bentuk garam agar lebih mudah
larut dan stabil. Didalam tubuh biasanya dalam bentuk basa tak bermuatan atau sebagai
suatu kation. Perbandingan relatif dari dua bentuk ini ditentukan oleh harga pKa nya dan
pH cairan tubuh, sesuai dengan persamaan Henderson-Hasselbalch. Lidokain
menimbulkan hambatan hantaran yang lebih cepat, lebih kuat, lebih lama dan lebih
ekstensif daripada yang ditimbulkan oleh prokain. Tidak seperti prokain, lidokain lebih
efektif digunakan secara topikal dan merupakan obat anti disritmik jantung dengan
efektifitas yang tinggi. (Stoelting, 2006).

(Lidokain)
Pada praktikum ini dilakukan percobaan untuk menguji efek anestetika lokal,
digunakan lengan bagian ventral kiri dan kanan karena pada bagian ini lapisan kulitnya lebih
tipis dibandingkan dengan bagian lengan yang lain. Pada lengan kiri hanya diolesi oleh air yang
bertujuan untuk kontrol sehingga dapat dibandingkan dengan lengan kanan diberi olesan salep
lidokain. Sebelum melakukan percobaan pada lengan kanan, salep lidokain diolesi dan
didiamkan terlebih dahulu selama 1 jam, hal ini bertujuan untuk memberikan waktu agar salep
lidokain dapat menyerap kedalam kulit. Dimana efek obat akan timbul pada membran dan kulit
mukosa tergantung pada jumlah obat yang dapat diserap pada permukaan kulit dan membran
serta kelarutan obat dalam lemak karena pada epidermis kulit merupakan sawar lemak. Pada
kulit yang terkelupas/ luka maka absorpsi jauh lebih mudah.
Pemilihan lidokain sebagai anastetika lokal pada percobaan kali ini karena lidokain
dengan nama dagang Xylocain yang merupakan derivat asetanilidaini yang termasuk golongan
amida dan merupakan obat pilihan utama untuk anestesi infiltrasi maupun permukaan. Zat ini
digunakan pada selaput lendir dan kulit untuknyeri, perasaan terbakar dan gatal. Berhubung
tidak mengakibatkan hipersensitasi ,lidokain banyak digunakan dalam banyak sediaan topikal.
Pada setiap lengan diberikan stimulus berupa sensasi sentuh (bulu sikat),sensasi panas
(bagian tumpul peniti yang telah direndam di air panas), sensasi dingin(bagian tumpul peniti
yang telah direndam di air dingin) dan sensasi nyeri (bagian tajam dari peniti). Berdasarkan
hasil pengamatan dapat dilihat bahwa lengan kanan pada praktikan wanita yang diolesi dengan
salep lidokain memiliki jumlah respon sensasi lebih kecil dari setiap stimulus yang diberikan
dibandingkan dengan lengan kiri yang hanya diolesi dengan air. Hal ini dapat menunjukkan
bahwa lidokain memiliki aktivitas anestetika lokal, sedangkan air tidak. Lengan kanan yang
diolesi oleh salep lidokain memberikan hasil stimulus yang diterima hanya sebagian dengan
jumlah yang sedikit. Salep lidokain yang merupakan obat anestetika lokal memberikan efek
terhadap kulit dengan membuat terhambatnya penghantaran impuls saraf dengan kontak
langsung yang dilakukan dengan memberikan stimulus berupa sensasi nyeri, sensasi sentuh,
sensasi dingin dan sensasi panas. Dengan cara kerja salep lidokain yang menutup permukaan
kulit sehingga stimulus yang diterima sedikit dibandingkan stimulus yang diterima oleh lengan
yang diolesi air, karena air tidak berfungsi sebagai anestetika lokal sehingga tidak
akan menghambat penghantaran impuls saraf.
Lain halnya dengan praktikan pria, baik lengan kanan maupun kiri menunjukkan hasil
stimulus yang diterima seluruhnya atau jumlah respon sensasi lebih besar dikedua tangan
praktikan pria dibandingkan dengan praktikan wanita. Yang artinya praktikan pria bisa
merasakan setiap stimulus yang diberikan walaupun telah diolesi dengan lidokain. Hal ini
terjadi kemungkinan karena struktur kulitnya yang lebih tipis sehingga reseptor-reseptor
penerima stimulus yang terdapat pada bagian kulitkorium atau dermis dapat lebih aktif
menerima stimulus-stimulus dari luar. Selain itu dapat pula disebabkan lidokain memiliki onset
dan durasi yang pendek sehingga stimulus yang yang diterima bukan sebagian melainkan
seluruhnya. Onset yaitu waktu dari saat pemberian obat sampai dengan muncul
efek. Sedangkan, durasi yaitu waktu dari saatmuncul efek sampai dengan efek hilang.
Mekanisme kerja anestetika lokal dapat dipelajari melalui fisiologi konduksi saraf.
Membran sel saraf memiliki struktur berpori dengan ion kalsium berperan sebagai 'gerbang'
dalam pori-pori tersebut. Pada membran potensial istirahat 'gerbang' ditutup, ion natrium dan
kalium tidak dapat melewati gerbang tersebut. Ketika terjadi eksitasi saraf dan potensial
ambang tercapai, ion kalsium akan digantikan dari pori-pori ini, 'gerbang' akan terbuka, dan
ion natrium segera masuk ke dalam sel saraf mengubah potensial transmembran. Bagian dalam
membran sel saraf akan menjadi relatif positif perubahan polaritas. Perubahan polaritas ini
disebut sebagai depolarisasi dan peningkatan aksi potential terbentuk yang disebarkan di
sepanjang membran sel saraf. Saat depolarisasi maksimum terjadi, maka permeabilitas ion
natrium akan menurun, ion kalsium kembali ke pori-pori di membran sel saraf, dan 'gerbang'
menutup serta proses repolarisasi terjadi. Repolarisasi membawa potential transmembran serta
membran potensial yang istirahat kembali ke tingkat aslinya. Repolarisasi menyebabkan
penurunan gerakan ion natrium ke dalam sel saraf dan peningkatan permeabilitas ion kalium
dengan difusi resultan dari ion kalium ke luar. Oleh karena itu, peristiwa ionik akan
mengembalikan potensial transmembran ke tingkat istirahat pada -70 milivolts. Akhirnya,
natrium secara aktif dibawa keluar dari sel saraf, dan kalium secara aktif ditransportasi ke
dalam sel untuk mengembalikan konsentrasi ion.
Potensial aksi saraf terjadi karena adanya peningkatan sesaat permeabilitas membran
terhadap ion natrium (Na+ ) akibat depolarisasi ringan pada membran. Proses inilah yang
dihambat oleh anestetikum lokal, hal ini terjadi akibat adanya interaksi langsung antara zat
anestesi lokal dengan kanal Na+ yang peka terhadap adanya perubahan voltase muatan listrik.
Dengan semakin bertambahnya efek anestesi lokal di dalam saraf, maka ambang rangsang
membran akan meningkat secara bertahap, kecepatan peningkatan potensial aksi menurun,
konduksi impuls melambat dan faktor pengaman konduksi saraf juga berkurang. Faktor-faktor
ini akan mengakibatkan penurunan kemungkinan menjalarnya potensial aksi, dan dengan
demikian mengakibatkan kegagalan konduksi saraf. Anestetikum lokal juga mengurangi
permeabilitas membran bagi (kalium) K+ dan Na+ dalam keadaan istirahat, sehingga hambatan
hantaran tidak disertai banyak perubahan pada potensial istirahat.
Menurut Sunaryo, bahwa anestesi lokal menghambat hantaran saraf tanpa
menimbulkan depolarisasi saraf, bahkan ditemukan hiperpolarisasi ringan. Pengurangan
permeabilitas membran oleh anestesi lokal juga timbul pada otot rangka, baik waktu istirahat
maupun waktu terjadinya potensial aksi. Potensi berbagai anestetikum lokal sama dengan
kemampuannya untuk meninggikan tegangan permukaan selaput lipid monomolekuler.
Mungkin sekali anestesi lokal dapat meningkatkan tegangan permukaan lapisan lipid yang
merupakan membran sel saraf, dengan demikian pori dalam membran menutup sehingga
menghambat gerak ion melalui membran. Hal ini akan menyebabkan penurunan permeabilitas
membran dalam keadaan istiharat sehingga akan membatasi peningkatan permeabilitas Na+ .
Dapat disimpulkan bahwa cara kerja utama bahan anestetikum lokal adalah dengan
bergabung dengan reseptor spesifik yang terdapat pada kanal Na, sehingga mengakibatkan
terjadinya blokade pada kanal tersebut, dan hal ini akan mengakibatkan hambatan gerakan ion
melalui membran.
Dimasukin ga menurut kamu yang merah?
Anestetik lokal menghilangkan penghantaran saraf ketika digunakan secara lokal pada jaringan
saraf dengan konsentrasi tepat. Bekerja pada sebagian Sistem Saraf Pusat (SSP) dan setiap
serabut saraf. Kerja anestetik lokal pada ujung saraf sensorik tidak spesifik. Hanya kepekaan
berbagai struktur yang dapat dirangsang berbeda. Serabut saraf motorik mempunyaidiameter
yang lebih besar daripada serabut sensorik. Oleh karena itu,efek anestetika lokal menurun
dengan kenaikan diameter serabut saraf, maka mula-mula serabut saraf sensorik dihambat dan
baru pada dosis lebih besar serabut saraf motorik dihambat. (Rochmawati dkk, 2009).

Mekanisme anastetik lokal

Anestesi lokal menekan jaringan lain yang dapat dieksitasi bila konsentrasinya dalam
darah yang cukup tinggi, manun efek sistemik utamanya mencakup sistem syaraf pusat.
Benzokain adalah anastetik lokal berpotensi rendah yang bersifat netral dan tidak larut dalam
air. Kegunaannya adalah untuk anestesi permukaan untuk jaringan yang tidak meradang
(misalnya mulut dan faring), mempunyai kegunaan yang terbatas. Anestesi lokal melakukan
penetrasi ke dalam akson dalam bentuk basa larut lemak yang bebas. Didalam akson dibentuk
molekul berproton yang kemudian memasuki dan menyumbat kanal Na+ setelah terikat pada
reseptor (residu dari helix trans membran s6) dengan demikian anestetik lokal kuaterner atau
berproton lengkap hanya bekerja bila disuntikkan ke dalam akson syaraf. Obat yang tidak
bermuatan misalnya benzokain larut dalam membran tetapi kanal di blok dengan hukum all-
or-non (semua atau tidak sama sekali). Jadi prinsipnya molekul-molekul yang terionisasi dan
tidak terionisasi bekerja dengan cara yang sama. Hal ini memblok kanal, kebanyakan dengan
mencegah terbukanya gerbang H yaitu dengan meningkatkan inaktivasi. Anestetik lokal
bersifat tergantung pemakain (use dependent), artinya derajat blok proporsional terhadap
kecepatan stimulasi syaraf. Hal ini menunjukan bahwa semakin banyak molekul obat
memasuki kanal Na+ ketika kanal-kanal terbuka yang menyebabkan lebih banyak inaktivasi.
(farmakologi Medis At Aglance, edisi ke 5 M.J. Neal).

Mekanisme Kerja Anestesi Lokal

Obat anestesi local mencegah transmisi impuls saraf (blokade konduksi) dengan menghambat
pengiriman ion natrium melalui gerbang ion natrium selektif pada membran saraf (Butterworth
dan Strichartz, 1990).
Gerbang natrium sendiri adalah reseptor spesifik molekul obat anestesi local.
Penyumbaatn gerbang ion yang terbuka dengan molekul obat anestesi local berkontribusi
sedikit sampai hampir keseluruhan dalam inhibisi permeabilitas natrium. Kegagalan
permeabilitas gerbang ion natrium untuk meningkatkan perlambatan kecepatan depolarisasi
seperti ambang batas potensial tidak tercapai sehingga potensial aksi tidak disebarkan.
Obat anestesi lokal tidak mengubah potensial istirahat trans membran atau ambang
batas potensial. Lokal anestesi juga memblok kanal kalsium dan potasium dan reseptor
Nmethyl-D-aspartat (NMDA) dengan derajat yang berbeda-beda. Beberapa golongan obat lain,
seperti antidepresan trisiklik (amytriptiline), meperidin, anestesi inhalasi, dan ketamin juga
memiliki efek memblok kanal sodium. Tidak semua serat saraf dipengaruhi sama oleh obat
anestesi lokal. Sensitivitas terhadap blokade ditentukan dari diameter aksonal, derajat
mielinisasi, dan berbagai faktor anatomi dan fisiologi lain. Diameter yang kecil dan banyaknya
mielin meningkatkan sensitivitas terhadap anestesi lokal. Dengan demikian, sensitivitas saraf
spinalis terhadap anestesi lokal: autonom > sensorik > motorik.

Вам также может понравиться