Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
TINJAUAN PUSTAKA
PENGOBATAN TIPIKAL
Kata topikal berasal dari bahasa Yunani topikos yang artinya berkaitan dengan daerah
permukaan tertentu. Dalam literatur lain disebutkan kata topikal berasal dari kata topos yang
berarti lokasi atau tempat.Secara luas obat topikal didefinisikan sebagai obat yang dipakai di
tempat lesi.Obat topikal adalah obat yang mengandung dua komponen dasar yaitu zat pembawa
(vehikulum) dan zat aktif. Zat aktif merupakan komponen bahan topikal yang memiliki efek
terapeutik, sedangkan zat pembawa adalah bagian inaktif dari sediaan topikal dapat berbentuk
cair atau padat yang membawa bahan aktif berkontak dengan kulit.
2.1 Vehikulum
Merupakan bahan dasar obat pembawa zat aktif yang bersifat inert dan ke dalamnya
dapat ditambahkan bahan aktif dan bahan – bahan lain, seperti bahan pewarna, bahan
pewangi, dan lain – lain.
2.1.1 Cairan
Cairan adalah bahan pembawa dengan komposisi air. Jika bahan pelarutnya murni
air disebut sebagai solusio. Jika bahan pelarutnya alkohol, eter, atau kloroform disebut
tingtura. Cairan digunakan sebagai kompres dan antiseptik. Bahan aktif yang dipakai
dalam kompres biasanya bersifat astringen dan antimikroba. Indikasi cairan Penggunaan
kompres terutama kompres terbuka dilakukan pada dermatitis eksudatif (pada dermatitis
akut atau kronik yang mengalami eksaserbasi), dan infeksi kulit akut dengan eritema
yang mencolok. Efek kompres terbuka ditujukan untuk vasokontriksi yang berarti
mengurangi eritema seperti eritema pada erisipelas. Sedangkan untuk ulkus yang kotor
ditujukan untuk mengangkat pus atau krusta sehingga ulkus menjadi bersih.
1.1.2 Bedak
Merupakan sediaan topikal berbentuk padat terdiri atas talcum venetum dan
oxydum zincicum dalam komposisi yang sama. Bedak memberikan efek sangat superfi
sial karena tidak melekat erat sehingga hampir tidak mempunyai daya penetrasi. Efek
bedak ialah:
a. Mendinginkan.
b. Antiinflamasi ringan karena ada sedikit efek vasokonstriksi.
c. Anti-pruritus.
d. Mengurangi pergeseran pada kulit yang berlipat (intertrigo).
e. Proteksi mekanis.
Indikasi pemberian bedak adalah dermatosis yang kering dan superficial.dan
mempertahankan vesikel/bula agar tidak pecah, misalnya pada varisela dan herpes zoster.
Sedangkan kontraindikasinya adalah dermatitis yang basah, terutama bila disertai dengan
infeksi sekunder.
1.1.3 Salep
Salep ialah bahan berlemak atau seperti lemak, yang pada suhu kamar
berkonsistensi seperti mentega. Bahan dasar biasanya vaselin, tetapi dapat pula lanolin
atau minyak.
Sifat salep :
a. Menutupi
b. Protektif (mencegah penguapan)
c. Melicinkan
d. Penetratif (meningkatkan penetrasi bahan aktif)
e. Memanaskan (bila ditutup bahan impermeabel)
Kontraindikasi untuk dermatitis basah (salep sulit berkontak dengan kulit basah,
kelainan kulit terdapat pada bagian badan yang berambut, pada daerah lipatan (kecuali
pada saat istirahat malam)
Cara penggunaan: salep dioleskan dengan jari atau spatel
Cara membersihkan: dibersihkan 1x sehari dengan kain yang dibasahi minyak mineral
atau minyak tumbuhan
Kontraindikasi:
a. Dermatitis yang masih sangat produktif karena krusta yang terbentuk dari partikel
bedak dan sebum akan melindungi organism yang berkembang di bawahnya
b. Daerah badan yang berambut
c. Dermatosa yang sangat kering
Cara pemakaian : kocok bedak basah ketika akan digunakan, dituangkan sedikit ke
mangkok dan dioleskan dengan kuas.
Cara membersihkan : 1 kali sehari dengan merendam atau mencucinya dengan air
1.1.5 Krim
Krim merupakan campuran W (water, air), O (oil, minyak) dan emulgator. Krim
ada 2 jenis, krim W/O: air merupakan fase dalam dan minyak fase luar dan krim O/W:
minyak merupakan fase dalam dan air fase luar. Indikasi sebagai kosmetik aatau untuk
dermatosis yang subakut dan luas, yang dikehendaki adalah penetrasi yang lebih besar
daripada bedak kocok dan krim juga boleh digunakan di daerah yang berambut.
Sedangkan kontraindikasinya adalah dermatitis madidans.
1.1.6 Pasta
Pasta merupakan campuran homogeni bedak dan vaselin. Pasta bersifat protektif
dan mengeringkan. Efek pasta lebih melekat dibandingkan salep, mempunyai daya
penetrasi dan daya maserasi lebih rendah dari salep. Indikasinya digunakan untuk
dermatosis yang agak basah. Dan kontraindikasinya dermatosis yang eksudatif dan
daerah yang berambut. Untuk daerah genital eksterna dan lipatan-lipatan badan pasta
tidak dianjurkan karena terlalu melekat.
1.1.8 Gel
Gel merupakan sediaan setengah padat yang terdiri dari suspensi yang dibuat dari
partikel organik dan anorganik. Gel ini merupakan suatu suspensi yang terdiri dari
alumunium hidroksida yang tidak larut dan alumunium oksida hidrat. Sediaan ini
berbentuk kental, berwarna putih, yang efektif untuk menetralkan asam klorida dalam
lambung. Absorpsi pada kulit lebih baik daripada krim. Gel juga baik dipakai pada lesi di
kulit yang berambut. Berdasarkan sifat dan komposisinya, sediaan gel memilliki
keistimewaan yaitu mampu berpenetrasi lebih jauh dari krim, sangat baik dipakai untuk
area berambut dan isukai secara kosmetika.
Modifikasi salap tersebut ialah A.A.V. II yang di bagian kami digunakan untuk
penyakit jamur superfisial. Salap tersebut berisi asam salisilat 6% dan asam benzoat 12%.
Sedangkan salap lain ialah A.A.V.I berisi asam salisilat 3% dan asam benzoat 6%, jadi
konsentrasi bahan aktif hanya separuhnya.
Indikasi
a. Penyakit dengan sumbatan folikular
b. Penyakit dengan hiperkeratosis
c. Pada proses menua kulit akibat sinar matahari
2.2.8 Benzokain
Bersifat anestesi. Konsentrasinya ½-5%, tidak larut dalam air, lebih larut dalam
minyak (1:35), dan lebih larut lagi dalam alkohol. Dapat digunakan dalam vehikulum
yang lain. Sering menyebabkan sensitisasi.
2.2.10 Camphora
Konsentrasinya 1-2%. Bersifat antipruritus berdasarkan penguapan zar tersebut
sehingga terjadi pendinginan. Dapat dimasukkan ke dalam bedak atau bedak kocok yang
mengandung alkohol agar dapat dipakai dalam salap dan krim.
INDIKASI
Kortikosteroid topikal potensi kuat belum tentu merupakan obat pilihan untuk
suatu penyakit kulit (MARKS, 1985). Harus selalu diingat bahwa kortikosteroid topikal
bersifat paliatif dan supresif terhadap penyakit kulit dan bukan merupakan pengobatan
kausal.
Dermatosis yang responsif dengan kortikosteroid topikal ialah: psoriasis,
dermatitis atopik, dermatitis kontak, dermatitis seboroik, neurodermatitis sirkumskripta,
dermatitis numularis, dermatitis stasis, dermatitis venenata, dermatitis intertriginosa, dan
dermatitis solaris (fotodermatitis).
Dermatosis yang kurang responsif ialah lupus eritematosus diskoid, psoriasis di
telapak tangan dan kaki, nekrobiosis lipoidika diabetikorum, vitiligo, granuloma anulare,
sarkoidosis, liken planus, pemfigoid, eksantema fikstum.
Dermatosis yang responsif dengan kortikosteroid intralesi ialah keloid, jaringan
parut hipertrofik, alopesia areata, akne berkista, prurigo nodularis, morfea, dermatitis
dengan likenifikasi, liken amiloidosis, dan vitiligo (sebagian responsif).
Di samping kortikosteroid topikal tersebut ada pula kortikosteroid yang
disuntikan intralesi, misalnya triamsinolon asetonid.
EFEK SAMPING
Sayangnya peningkatan potensi steroid ini hampir selalu diikuti dengan
peningkatan risiko efek samping. Dan efek samping ini akan lebih cepat timbul pada bayi
dan anak. Oleh karena itu pertimbangan yang matang harus selalu dipikirkan sebelum
memilih jenis steroid topikal.
2.2.13 Podofilin
Damar podofilin digunakan dengan konsentrasi 25% sebagai tingtur untuk
kondiloma akuminatum. Setelah 4-6 jam hendaknya dicuci.
2.2.15 Sulfur
Merupakan unsur yang telah digunakan selama berabad-abad dalam dermatologi.
Bersifat antiseboroik, anti akne, antiskabies, antibakteri positif. Gram dan antijamur.
Yang digunakan adalah sulfur dengan tingkat terhalus, yaitu sulfur presipitatum (belerang
endap) berupa bubuk kuning kehijauan. Biasanya dipakai dalam konsentrasi 4-20%.
Dapat digunakan dalam pasta, krim, salap, dan bedak kocok. Contoh dalam salap adalah
salap 2-4 yang mengandung asam salisilat 2% dan sulfur presipitatum 4%. Sedangkan
contoh dalam bedak kocok ialah losio Kummerfeldi dipakai untuk akne. Susunannya
ialah sebagai berikut:
R/ Camphorae 3
Sulfuris praecipitati 20
Mucilaginis gummi arabici 10
Solutionis hydratis calcili 134
Aquae rosarum 133
2.2.16 T e r
Preparat golongan ini didapat sebagai hasil destilasi kering dari batubara, kayu
dan fosil. Yang berasal dari batubara, misalnya liantral dan likuor karbonis detergens.
Yang berasal dari kayu, misalnya oleum kadini dan oleum ruski. Contoh yang berasal
dari fosil ialah iktiol.
Preparat ter yang kami sering gunakan ialah likuor karbonis detergens karena
tidak berwarna hitam seperti yang lain dan tidak begitu berbau. Konsentrasi 2-5%.
Efeknya anti pruritus, antiradang, antieksem, antiakantosis keratoplastik, dapat digunakan
untuk psoriasis dan dermatitis kronis dalam salap. Jika terdapat lesi yang universal,
misalnya pada psoriasis, tidak boleh dioleskan di seluruh lesi karena akan diabsorbsi dan
memberi efek toksik terhadap ginjal. Cara pengolesan digilir, tubuh dibagi 3, hari I :
kepala dan ekstremitas atas, hari II : batang tubuh dan hari III ekstremitas bawah.
Efek sampingnya pada pemakaian ter perlu diperhatikan adanya reaksi fototoksik,
pada ter yang berasal dari batubara dapat juga terjadi folikulitis dan ter akne. Efek
karsinogen ter batubara dapat terjadi pada pemakaian lama. Pada pemakaian dalam waktu
yang singkat efek samping ini tidak pernah terjadi.
2.2.17 Urea
Dengan konsentrasi 10% dalam krim mempunyai efek sebagai emolien, dapat
dipakai untuk iktiosis atau xerosis kutis. Pada konsentrasi 40% melarutkan protein.
Golongan antiseptik:
1. Alkohol
2. Fenol
3. Halogen
4. Zat-zat pengoksidasi
5. Senyawa logam berat
6. Zat warna
a. Golongan Alkohol
Etanol 70% mempunyai potensi antiseptik yang optimal. Efek sampingnya
menyebabkan kulit menjadi kering.
b. Golongan Fenol
a) Fenol : pada konsentrasi tinggi, misalnya fenol likuifaktum yang berkonsentrasi
jenuh mempunyai efek kaustik, sedangkan pada konsentrasi rendah bersifat
bakteriostatik dan antipruritik (1/2-1%)
b) Timol : bersifat desinfektan pada konsentrasi 0,5% dalam bentuk tingtur.
c) Resorsinor : efeknya ialah antibakterial, antimikotik, keratolitik, antiseboroik,
konsentrasi 2-3%
d) Heksaklorofen: senyawa ini mengandung klor. Bersifat bakteriostatik. Larutan
heksaklorofen 3% berkhasiat terhadap kuman positif gram.
c. Golongan Halogen
Yodium. Bersifat bakteriostatik, misalnya pada tingtur yodium dan lugol. Tingtur
yodium berwarna coklat, dapat menyebabkan iritasi, vesikulasi kulit, dan deskuamasi.
Khasiatnya antibakterial dan antimikotik dengan konsentrasi 1%. Dalam klinik
yodium dipakai untuk desinfeksi kulit pada pembedahan. Segera sesudah itu kulit
harus dibersihkan dengan alkohol 70%.
d. Zat Pengoksidasi
Zat pengoksidasi dipakai sebagai desinfektan pada dermatoterapi topikal.
1. Pemanganas Kalikus
Zat ini mempunyai efek antiseptik lemah dalam larutan encer dalam air. Pada
konsentrasi tinggi bersifat astringen dan kaustik. Dipakai sebagai kompres terbuka
(1:10.000) untuk dermatosis yang akut dan eksudatif. Untuk ulkus yang eksudatif
dapat dipakai konsentrasi 1:5000. Larutan harus dibuat segar karena cepat
mengadakan dekomposisi (warna coklat).
2. Benzoil-Peroksid
Zat ini merupakan zat pengoksidasi kuat pada konsentrasi 2,5-10%. Bersifat
antiseptik, merangsang jaringan granulasi dan bersifat keratoplastik. Efek
samping: kadang-kadang terjadi alergi dan memutihkan pakaian.
e. Senyawa Logam Berat
1. Merkuri
Zat ini dulu banyak dipakai dalam dermatologi. Sekarang tidak dipakai
lagi karena sensitisasi garam-garam merkuri.
2. Perak
a) Larutan Perak Nitrat
Perak nitrat berbentuk kristal putih, mudah larut dalam air, warna
perak nitrat berubah menjadi hitam bila terkena sinar matahari, karena itu
harus disimpan dalam botol berwarna gelap.
Larutan perak nitrat kami pakai untuk ulkus yang disertai pus yang
disebabkan oleh kuman gram negatif. Konsentrasinya 0,5% atau 0,25%
bersifat antiseptik dan astringen. Kompres ini mewarnai kulit, tetapi akan
hilang sendiri perlahan-lahan. Jika terkena lantai akan menjadi hitam dan tidak
dapat hilang. Dapat pula dipakai dengan konsentrasi 1%o untuk dermatitis
eksudatif yang kurang atau tidak memberi perbaikan dengan kompres lain.
Larutan dengan konsentrasi 20% bersifat kaustik dipakai pada ulkus
dengan hipergranulasi. Caranya ditutul dengan lidi dan kapas sehari sekali.
Kulit di sekitarnya tidak boleh terkena karena akan rusak.
b) Sulfadiazin Perak
Sulfadiazin perak dipakai untuk pengobatan luka bakar. Di bagian
kami juga digunakan untuk nekrolisis epidermal toksik.
Kerjanya sebagai antiseptik berdasarkan gugus sulfa dan gugus
peraknya. Sulfa berkhasiat untuk kuman positif gram, sedangkan perak
berkhasiat untuk kuman negatif gram. Konsentrasi 1% dalam krim.
f. Zat Warna
Zat warna masih sering dipakai dalam pengobatan topikal. Efeknya ialah
astringen dan antiseptik. Misalnya:
Zat warna akridin, umpamanya akridin laktat (rivanol) dipakai untuk kompres
dengan konsentrasi 1%o, juga bersifat deodoran.
Metil rosanilin klorida atau gentian violet, dipakai dalam konsentrasi 0,1%-
1% dalam air. Zat ini juga mempunyai efek antimikroba terhadap Candida albicans,
di daerah intertrigo atau anogenital.