Вы находитесь на странице: 1из 44

Biologi Manusia dan Gizi

ACARA I
TES KETAJAMAN PENGLIHATAN (VISUS) DAN TES BUTA WARNA

I. TUJUAN
1. Menguji ketajaman penglihatan
2. Mengetahui apakah seseorang mengalami buta warna

II. HASIL PENGAMATAN

A. Tes Ketajaman Penglihatan


Sebelum diperiksa Setelah diperiksa
Nara coba
Mata kanan Mata kiri Mata kanan Mata kiri
Tri Utami (21th, ♀) -6 -6 6/15, 6/60 6/15, 6/60
Tri Hastuti (21th, ♀) -1/4 -1/4 6/6 6/9
Hasan Ashari (21th, ♂) - - 6/9 6/12
Raryudi U. (21th, ♂) -1/4 -1/4 6/9 6/9
Zahrotul Atiyah (21th, ♀) -1/2 -1/4 6/9 6/9

B. Tes Buta Warna


1. Tes Ischihara
Jenis TB
Nara coba Umur BB(kg) normal Buta warna
kelamin (cm)
Tri Utami 21th ♀ 152 41 √ -
Tri Hastuti 21th ♀ 158 47 √ -
Hasan A. 21th ♂ 170 62 √ -
Raryudi U. 21th ♂ 167 51 √ -
Zahrotul A. 21th ♀ 150 40 √ -

2. Benang Warna

Nara coba ungu hijau biru merah pink kuning Cokelat


Tri Utami √ √ √ √ √ √ √
Tri Hastuti √ √ √ √ √ √ √
Hasan Ashari √ √ √ √ √ √ √
Raryudi U. √ √ √ √ √ √ √
Zahrotul A. √ √ √ √ √ √ √

-1-
Biologi Manusia dan Gizi

III. PEMBAHASAN

A. Tes ketajaman penglihatan


Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil pengamatan, dari lima nara
coba yang diujicoba ketajaman penglihatannya, tidak diperoleh nara coba yang
memiliki ketajaman penglihatan (visus) yang normal, baik untuk mata kiri
maupun mata kanan, kecuali Tri Hastuti (ka. 6/6). Sebelum diperiksa, empat nara
coba mempunyai gangguan penglihatan sesuai dengan data, yaitu miopia. Dalam
keadaan diperiksa, mereka tidak menggunakan pertolongan lensa. Hal ini
bertujuan agar visus yang diperoleh adalah kondisi mata sesungguhnya. Untuk
nara coba Hasan A. memperlihatkan visus yang normal untuk mata kiri maupun
untuk mata kanan sebelum diperiksa. Nara coba pertama (Tri Utami: 6/15, 6/60;
ka. maupun ki.) memperlihatkan visus yang jauh abnormal baik untuk mata kiri
maupun mata kanan. Kebanyakan nara coba setelah diperiksa mempunyai visus
6/9, artinya bahwa kemampuan mata untuk membaca deretan huruf pada optotip
snellen (6 meter) tanpa kesalahan berjarak 9 meter, sedangkan untuk mata normal
adalah 6/6.
Mata berstruktur seperti bola yang terletak dalam rongga mata yang
dibatasi oleh tulang-tulang kepala. Bola mata dibagi menjadi dua ruang, yaitu:
ruang anterior, terletak antara kornea dan lensa, yang berisi cairan bening disebut
aqueus humor; dan ruang posterior, terletak di belakang lensa, yang berisi cairan
kental bening disebut vitreus humor. Bagian biji mata mulai dari depan hingga ke
belakang adalah sebagai berikut:
- Kornea, merupakan bagian depan yang transparan dan bersambung dengan
sklera yang putih dan tidak tembus cahaya. Terdiri atas beberapa lapis lapisan
tepi/epitelium berlapis yang bersambung dengan konjunktiva.
- Bilik anterior (kamera okuli anterior), yang terletak antara kornea dan iris.
- Iris adalah tirai berwarna di depan lensa yang bersambung dengan selaput
khoroid. Berisi kelompok serabut otot tak sadar/polos atau kelompok yang
mengecilkan ukuran pupil dan kelompok yang melebarkan ukuran pupil.

-2-
Biologi Manusia dan Gizi

- Pupil, bintik tengah yang berwarna hitam yang merupakan celah dalam iris
tempat cahaya melaluinya guna mencapai retina.
- Aqueus humor, cairan dari badan siliari dan diserap kembali ke dalam aliran
darah pada sudut antara iris dan kornea melalui vena halus (saluran
Schlemm).
- Lensa, sebuah benda transparan bikonvex (cembung depan-belakang) yang
terdiri dari beberapa lapisan. Lensa terletak persis dibelakang iris. Membran
yang dikenal sebagai ligamentum suspensorium terdapat di depan maupun di
belakang lensa itu, yang berfungsi untuk mengaitkan lensa itu pada badan
siliari. Bila ligamentum suspensorium menghendor, maka lensa menjadi
gepeng. Mengendornya lensa dikendalikan oleh komtraksi otot siliari.
- Vitreus Humor, cairan penuh albumen berwarna keputih-putihan seperti agar-
agar dalam darah sebelah belakang biji mata mulai dari lensa hingga retina.
Berfungsi memberi bentuk dan kekokohan pada mata, serta mempertahankan
hubungan antara retina dengan selaput khoroid dan sklerotik.
Dari kegiatan juga dapat dilihat bahwa pada keadaan sebelum diperiksa
menunjukkan normal tetapi setelah diperiksa ternyata mengalami
ketidaknormalan (Hasan A.). Pada mata normal, bayangan benda yang berjarak
lebih dari 6 meter akan jatuh tepat pada retina, dimana mata dalam keadaan relaks
atau tanpa akomodasi.. Retina merupakan lapisan bola mata paling dalam, yang
tersusun oleh: lapisan berpigmen yang melengkapi fungsi koroid untuk menyerap
cahaya, lapisan fotoreseptor, lapisan bipolar, dan lapisan ganglion. Fotoreseptor
merupakan modifikasi dari sel saraf (yaitu sel batang/rods , atau sel yang sensitif
terhadap cahaya lemah/rodopsin, dan sel kerucut/cones, atau sel yang sensitif
terhadap sinar terang). Dengan kemampuan akomodasi, sinar yang datang dari
benda dekat akan difokuskan tepat pada retina. Cahaya yang masuk ke mata
melalui kornea akan diproyeksikan oleh lensa tepat pada retina. Cahaya yang
masuk akan melewati lapisan ganglion dan lapisan bipolar sebelum mencapai
fotoreseptor.

-3-
Biologi Manusia dan Gizi

Beberapa hal yang dapat mempengaruhi ketajaman penglihatan (visus)


seseorang dintaranya adanya cacat pada struktur anatomis mata dan faktor usia.
Mata dengan struktur anatomis yang cacat dapat berupa terlalu panjangnya
bola mata ataupun lensa mata yang terlalu kuat. Cacat mata seperti ini disebut
dengan miopia ataupun berpenglihatan dekat. Pada cacat mata hiperopria
(berpenglihatan jauh), struktur anatomis mata dalam keadaan yang sebaliknya
dari miopia. Selain itu juga terdapat cacat mata yang dikenal sebagai
astigmatisme, dimana terjadi pada mata normal tetapi memiliki kornea dan atau
lensa mata yang terlalu lemah atau pipih.
Faktor usia dengan abnormalitas mata ditandai oleh adanya kebiasaan
menjauhkan benda yang dilihat. Hal ini disebabkan kekenyalan lensa pada orang
tua telah menurun, sehingga akomodasi lensa tidak lagi dapat berjalan.
Hal lain yang dapat mempengaruhi visus seseorang adalah ketersedian
vitamin A dalam tubuh. Jika jumlah total vitamin A di dalam darah berkurang,
maka mengakibatkan jumlah vitamin A, rodopsin, retinal, beserta zat kimia peka
cahaya di dalam sel batang dan sel kerucut akan ikut berkurang. Keadaan ini
menyebabkan kepekaan sel batang dan sel kerucut menjadi rendah. Akibatnya,
dari sejumlah cahaya yang tersedia hanya sedikit yang dapat ditangkap untuk
merangsang kedua sel tersebut, akhirnya visus seseorang menjadi terpengaruhi.
Hasil pengamatan yang dilakukan mungkin kurang valid. Diantaranya
sebelum dilakukan ujicoba visus, kebanyakan nara coba menyatakan bahwa
tingkat ketajaman penglihatannya adalah normal. Kesalahan lain yang
berhubungan dengan hal tersebut mungkin disebabkan oleh kondisi nara coba
sendiri dan prosedur ataupun pada tingkat pengetahuan. Selain itu mungkin juga
disebabkan oleh pencahayaan ruangan selama kegiatan pengambilan data
berlangsung kurang optimal.

B. Tes buta warna.


Kegiatan pengamatan ini dilakukan dalam dua metode, yaitu dengan
menggunakan benang warna-warni dan menggunakan kartu Ischihara. Keduanya

-4-
Biologi Manusia dan Gizi

mempunyai prinsip yang sama, yaitu ada tidaknya sel kerucut warna merah dan
hijau.
Melalui penggunaan benang warna-warni dan berdasarkan data hasil
pengamatan, keseluruhan nara coba menunjukkan keadaan yang normal. Artinya,
kelima nara coba tersebut tidak mengalami buta warna. Hal tersebut sesuai dengan
kemampuan masing-masing nara coba dalam mengelompokkan sejumlah helaian
benang berdasarkan warnanya masing-masing. Semua nara coba melakukan tanpa
adanya kesalahan.
Penggunaan kartu Ishihara menunjukkan bahwa kelima nara coba juga
dapat dikategorikan tidak mengalami buta warna, baik parsial maupun buta warna
total. Kartu Ischihara merupakan kartu warna-warni (merah, hijau, dan biru)
dengan jumlah masing-masing kartu sama. Sebenarnya kelima nara coba
memberikan jawaban yang salah untuk mengidentifikasikan beberapa kartu,
namun persentase jumlahnya keseluruhan jawaban tersebut belum mencapai
angka 25%. Dikatakan seseorang mengalami buta warna parsial, apabila sebesar
25% (dari keseluruhan lembaran kartu) menunjukkan jawaban yang salah.
Sedangkan kesalahan jawaban lebih besar ataupun mencapai jumlah 50%
mengindikasikan yang bersangkutan mengalami buta warna total. Dari sini dapat
disimpulkan bahwa kelima nara coba tidak buta warna.
Buta warna disebabkan oleh menghilangnya sel kerucut (penerima warna)
sehingga orang tersebut tidak dapat membedakan beberapa warna dari warna-
warna lainnya. Jika sel kerucut merah menghilang, cahaya dengan panjang
gelombang 525 mμ dan 625 mμ hanya dapat merangsang sel kerucut yang peka
terhadap warna hijau, sehingga rasio perangsangan pada berbagai sel kerucut
tidak berubah ketika warna berubah seluruhnya dari spektrum hijau ke spektrum
merah. Oleh karena itu, dalam batas-batas panjang gelombang ini, semua warna
terlihat sama oleh orang yang mengalami buta warna.
Demikian juga sebaliknya. Jika sel kerucut yang peka terhadap warna
hijau hilang, warna-warna dari hijau sampai merah hanya merangsang sel kerucut
yang peka terhadap warna merah, dan orang tersebut hanya melihat satu warna di
dalam batas-batas ini. Bila seseorang kekurangan sel kerucut merah atau hijau,

-5-
Biologi Manusia dan Gizi

dikatakan bahwa ia mengalami buta warna merah-hijau (parsial). Kemudian juga


terdapat penyakit yang disebabkan oleh berkurang atau tidak adanya reseptor biru
(menderita kelemahan biru).

IV. KESIMPULAN
Bedasarkan kegiatan yang dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa
ketajaman penglihatan kelima nara coba dapat diuji dengan menggunakan optotip
snellen. Visus sesorang dikatakan normal apabila nilai d (jarak nara coba ke
optotip snellen, yaitu 6 meter) sama dengan nilai D (jarak deretan huruf yang
masih dapat dibaca tanpa kesalahan). Satu nara coba mengalami gangguan visus,
empat nara coba yang lain normal.
Kesimpulan lain adalah bahwa melalui penggunaan benang warna-warni
serta kartu Ishihara kelima nara coba dinyatakan tidak buta warna.

DAFTAR PUSTAKA

Guyton. 1995. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit. Jakarta: EGC

Rahayu, Tutiek. 2000. Buku Petunjuk Praktikum: Anatomi dan Fisiologi


Manusia. Yogyakarta: Jurdik Biologi FMIPA UNY

Soewolo, dkk. 1999. Fisiologi Manusia. Malang: FMIPA Universitas Negeri


Malang

-6-
Biologi Manusia dan Gizi

TUGAS.
A. Gambar jalan sinar pada mata normal, myop, dan presbyop

B. Gambar anatomi mata

-7-
Biologi Manusia dan Gizi

C. Tes Buta Warna


Macam-macam buta warna:
- Buta warna total, terjadi bila ketiga macam sel kerucut (warna merah, hijau,
dan biru) tidak ada, sehingga semua benda akan tampak hitam.
- Buta warna parsial (merah-hijau), terjadi bila tidak ada sel kerucut warna
merah, maka warna merah akan tampak hijau, sebaliknya bila sel kerucut
warna hijau tidak ada, maka warna hijau akan tampak merah.
- Buta warna biru (kelemahan biru), yaitu disebabkan oleh berkurang atau tidak
adanya reseptor biru.

-8-
Biologi Manusia dan Gizi

ACARA II
SISTEM SKELETON DAN REFLEKS

I. TUJUAN
1. untuk mengamati dan menerangkan struktur anatomi sistem skeleton.
2. untuk memahami pengertian refleks.

II. HASIL PENGAMATAN


A. Sistem Skeleton.

Bagian Tubuh Nama Tulang Σ Deskripsi


Kepala Neurocranium (4)
(Cranium) Oss Frontale 1 Pipih, kepala depan
Oss Parietale 2 Pipih, di belakang frontale
Oss Occipitale 1 Pipih, di bagian posterior

Basis(4)
Ethmoidale 2 Bentuk rumit, di samping dan atap
nasalis, letak anterior spheroidea
Temporale 2 Pipih, di sisi bawah cranium
Spheroidea 2 Pipih, dasar utama atas cranium
Splanchnocranium 14 Pembentuk wajah
Oshyoideum 1

Columna Columna vertebralis


vertebralis (33) Vertebrae cervicalis 7 Bentuk tidak beraturan, leher
Vertebrae thoracales 12 Bentuk tidak beraturan, punggung
Vertebrae lumbales 5
Vertebrae sacralis 1 Bentuk tidak teratur, ekor
Coccygeus 1 Tulang ekor

Costa dan Costa sejati 7 Pipa, melekat pada sternum


sternum Costa semu 3 Pipa, melekat pada costa sejati
Costa melayang 2 Melayang, tidak menempel pada sternum

Appendiculare Clavikula 2 Gelang bahu, bentuk pipa, letak antara


humerus dengan costa
Skapula 2 Gelang bahu, pipih, letak antara humerus

-9-
Biologi Manusia dan Gizi

dengan vertebrae thoracalis


Humerus 2 Pipa, letak antara tulang axiale dengan
radius-ulna
Radius 2 Pipa, letak antara humerus dengan
carpalia
Ulna 2 Pipa, lebih kecil dari radius
Carpalia - Tidak beraturan, letak antara radius-ulna
dengan metacarpal
Metacarpalia - Pipa, letak antara carpal dengan phalanx
(digiti)
Phalanx (digita) - Pipa, letak di ujung appendiculare
Panggul
Koksi 2 Pipih, letak menjadi satu
Ileum 2
Pubis 1
Femur 2 Pipa besar, letak antara tulang aksial
dengan tibia
Tibia 2 Pipa
Fibula 2 Pipa, lebih kecil dari tibia
Tarsal - Bentuk tidak beraturan
Metatarsal - Bentuk tidak beraturan
Phalanx (digiti) - Pipa kecil

B. Refleks

Nara coba Macam Refleks kanan kiri ada Tidak ada


Tri Hastuti Refrleks Lutut √
21th,♀,158cm,46kg Tumit √
Trisep √
Bisep √
Mengejap mata √
Zahrotul Atiyah Refrleks Lutut √
21th,♀,150cm,38kg Tumit √
Trisep √
Bisep √
Mengejap mata √
Hasan Ashari Refrleks Lutut √
21th,♂,170cm,62kg Tumit √
Trisep √
Bisep √
Mengejap √
mata
Raryudi Utomo Refrleks Lutut √
21th,♂,167cm,51kg Tumit √
Trisep √
Bisep √
Mengejap mata √
Tri Utami Refrleks Lutut √

- 10 -
Biologi Manusia dan Gizi

21th,♀,152cm,41kg Tumit √
Trisep √
Bisep √
Mengejap mata √

III. PEMBAHASAN

A. Sistem Skeleton.
Pengamatan struktur anatomi dari sistem skeleton ini ditujukan pada
empat bagian utama dari tubuh, yaitu: cranium, columna vertebralis, costa dan
sternum, dan appendiculare (extremitas superior).
Bagian cranium (kepala) terdiri dari:
- Neurocranium (4 macam tulang)
Neurocranium merupakan kesatuan dari tulang-tulang pipih yang
menyusun di daerah sekitar otak. Fungsi dari tulang-tulang tersebut adalah
sebagai pelindung otak. Neurocranium memiliki 4 macam tulang, yang terdiri
atas oss frontale (1 tulang) terletak di sebelah depan kepala, oss parietale (2
tulang) terletak di belakang frontale, dan occipital (1 tulang) terletak di bagian
posterior kepala.
- Basis (4 macam tulang)
Basis terdiri atas ethmoidale (jumlah 2) atau tulang tapis, temporal (jumlah
2), dan sphenoidale (2 buah) atau disebut juga tulang baji. Ethmoidale
bentuknya rumit, terletak di samping dan atap nasalis pada bagian anterior
sphenoidea. Temporal bentuknya pipih, terletak di sisi bawah cranium.
Sphenoidale berbentuk pipih dan merupakan dasar utama atas cranium.
- Splanchnocranium (14 tulang)
Splanchnocranium atau sering disebut tulang wajah, merupakan kesatuan
dari tulang-tulang sebagai pembentuk daerah di sekitar wajah.
Splanchnocranium yang tersusun atas nasale, maxillare, zygomaticum,
mandibulare, lacrimale, palatinum, concha nasalis inferior, dan vomer,
memiliki jumlah total 14 tulang.

- 11 -
Biologi Manusia dan Gizi

- Oshyoideum (1 tulang).
Termasuk ke dalam bagian ossicula auditus (bagian yang memiliki jumlah
6 tulang, yang terdiri atas malleus, incus, dan stepes, yang masing-masing
terdiri atas 2 tulang).
Bagian columna vertebralis (jumlah total 26 tulang) berdasarkan
tempatnya tersusun atas tulang-tulang:
- Vertebrae cervicalis (jumlah 7).
Bentuknya tidak beraturan. Disebut juga tulang leher karena merupakan
tulang pada leher. Memiliki sifat lebih fleksibel untuk bergerak ke samping
maupun depan-belakang karena menyangga kepala.
- Vertebrae thoracales (jumlah 12).
Seperti vertebrae cervicalis, bentuknya tidak beraturan dan disebut tulang
punggung. Terdiri dari inferiores dan posteriores, yang masing masing
tersusun atas fovea spesifik dari I-VII. Secara umum bagian ini paling
panjang diantara vertebrae yang lain. Fungsi utama adalah menyangga organ-
organ dalam yang ada di rongga tubuh.
- Vertebrae Lumbalis (jumlah 5).
Disebut juga tulang pinggang. Mempunyai beberapa sifat seperti: keadaan
corpusnya besar dan bentuknya seperti ginjal melintang sehingga dari depan
lebih rendah; processus spinosusnya besar dan pendek; di tepi bagian belakang
processus articularis superior, ada suatu tonjolan yang tumpul yang disebut
processus mamillaris; processus transversus itu arahnya hampir melintang
benar; dan pada bagian pangkal processus accesorius yaitu yang terletak pada
caudolateralis dan processus mamillaris.
- Sacralis (jumlah 1).
Bentuknya tidak teratur, atau disebut tulang kelangkang. Merupakan
bagian tulang belakang yang terdapat di bagian bawah, dan juga merupakan
tulang yang paling besar serta paling luas di antara ruas-ruas tulang belakang
yang terdapat pada columna vertebralis tubuh manusia. Secara morfologi
bentuk tulang ini seperti biji, di mana bagian sebelah atasnya lebar dan tebal
sedangkan bagian sebelah bawahnya ciut dan tipis.

- 12 -
Biologi Manusia dan Gizi

- Coccygeus (jumlah 1)
Atau disebut tulang ekor atau tulang tungging. Merupakan tulang belakang
yang terakhir dan terkecil serta bagian-bagian dari ruas-ruasnya tidak dapat
dibedakan lagi. Bentuknya segitiga.
Bagian oss costae (tulang rusuk) dan sternum (tulang dada) terdiri atas:
- Costa sejati (jumlah 7)
Bentuknya pipa, melekat pada sternum. Susunannya adalah
a. Tulang iga yang ke-I sampai VII, disebut costae varae dan ini adalah
langsung melekat dengan tulang dada.
b. Tulang iga yang ke-VIII sampai X, disebut costa spuriae afixa yang
melekat pada tulang rusuk/iga (costae) yang ada diatasnya.
c. Tulang iga yang ke-XI sampai XII, disebut costa spuriae fluctuantes;
tulang iga ini tidak melekat pada costae yang ada diatasnya.
Pada tiap-tiap rusuk atau iga itu bila kita perhatikan bagian tulangnya terdiri
atas: Capitulum, Collum, dan Corpus Costae. Pada capitulum costae mempunyai
fasies artikularis 2, 3, ini adalah untuk berhubungan dengan corpus vertebrae.
Pada permukaan sendi yang letaknya di tengah-tengah mempunyai crista capituli
yang letaknya melintang. Tuberkullum costae 7, yakni di antara collum dan
corpus costae, mtpk persendian dengan processus transversus vertebrae, yaitu
dengan perantaraan fasies artikularis tuberculi costae.
- Costa semu (jumlah 3)
Bentuknya pipa, melekat pada costa sejati.
- Costa melayang (jumlah 2)
Tulang ini tidak menempel pada sternum atau melayang.
Sternum yang dimaksud disini adalah tulang dada yang berada pada
vertebrae thoracalis. Terdiri dari facies ventralis dan margo dexter.
Bagian appendiculare terdiri dari:
- Clavicula (jumlah 2)
Disebut tulang selangka. Bentuknya pipa, terletak di antara humerus dan
costa. Clavicula ini bentuknya menyerupai huruf S. Lengkungan medialisnya

- 13 -
Biologi Manusia dan Gizi

menuju ke depan, sedangkan lengkungan lateralisnya yang kecil menuju ke


belakang. Terdiri atas facies articularis medialis dan tuberculum conoidealis.
- Skapula (jumlah 2)
Disebut sebagai tulang belikat. Bentuknya pipih, terletak di antara
humerus dan vertebra thoracalis. Bentuknya pipih, terdiri atas bagian dorsal
dan ventral.
- Humerus (jumlah 2)
Disebut juga tulang lengan atas. Bentuknya pipih, letak antara tulang
axiale dengan radius-ulna. Terdiri atas bagian-bagian yang diantaranya bagian
ventral dan dorsal.
- Radius (jumlah 2)
Disebut juga tulang sejajar. Bentuk pipa, letak antara humerus dengan
carpalia. Terdiri atas caput radialis, columna radialis, tuberositas radialis, dan
processus styloideus radialis.
- Ulna (jumlah 2)
Disebut juga tulang hasta. Bentuk pipa, berukuran lebih kecil dari radius.
- Carpalia (jumlah 16)
Disebut juga tulang pergelangan tangan. Bentuknya tidak beraturan, letak
antara radius-ulna dengan metacarpal.
- Metacarpalia (jumlah 10)
Disebut tulang telapak tangan. Bentuk pipa, letak antara carpal dengan
phalanx. Terdiri atas metacarpale I (sisi ibu jari), metacarpale II-V
(metacarpale V pada sisi kelingking).
- Phalanx (jumlah 28)
Atau ruas-ruas jari (digiti). Bentuk pipa, letak pada ujung appendiculare.
Tiap jari mempunyai 3 ruas jari (kecuali ibu jari hanya mempunyai 2 ruas),
yaitu phalange proximalis (basis, pedunculus, dan caput), phalange medialis,
phalange distalis, dan os sesamoid.
- Panggul

- 14 -
Biologi Manusia dan Gizi

Terdiri atas koksi (jumlah 2), ileum (jumlah 2), dan pubis (jumlah 1).
Bentuk tulang ini pada umumnya tidak beraturan. Ketiga tulang tersebut
terletak menjadi satu dan sulit untuk dibedakan.
- Femur (jumlah 2)
Bentuk pipa besar, letak antara tulang aksial dengan tibia.
- Tibia (jumlah 2)
Bentuk pipa.
- Fibula (jumlah 2)
Bentuk pipa, lebih kecil dari tibia.
- Tarsal
Bentuk tidak beraturan.
- Metatarsal
Bentuk pipa kecil.
Dari keseluruhan bagian tubuh tersebut, terdapat jumlah total 206 buah
tulang di seluruh tubuh manusia. Tulang sebagai jaringan hidup dengan
dilengkapi oleh saraf dan pembuluh darah dapat berubah keadaannya di bawah
pengaruh hormon. Hormon yang dapat mempengaruhi keadaan tulang tersebut
adalah hormon paratiroid sehingga dapat dimungkinkan terjadinya peristiwa
berlebih atau berkurangnya jumlah tulang pada manusia, dan umumnya terjadi
selama perkembangan manusia ketika masih dalam tahap janin.

B. Refleks
Dari percobaan ini terlihat adanya gerak refleks pada semua nara coba.
Daerah yang diuji coba akan ada tidaknya gerak refleks dari nara coba adalah
pada lutut (daerah ligamentum patellae), pada tumit (tendo achilles), daerah otot
triseps, otot biseps, serta pada permukaan kornea mata (mengejap).
Refleks biseps dan triseps merupakan suatu refleks sinaps dasar. Refleks
ini juga merupakan refleks polisinaptik, yaitu merupakan refleks yang terdiri dan
melibatkan banyak sinaps. Saluran impuls yang datang dan pergi membentuk unit
fungsi dasar sistem saraf (lengkung refleks) tunggal atau lebih, dimana sinaps
yang datang dikirim melalui satu atau lebih interneuron ke dalam satu atau lebih

- 15 -
Biologi Manusia dan Gizi

neuron eferen dan serabut-serabutnya. Kedua otot ini juga banyak berperan dalam
refleks withdrawal (refleks menarik diri). Pada otot biseps dan triseps, banyak
terdapat saraf eferen motorik yang menginervasinya. Yang selanjutnya adalah
refleks mengejap, yaiu dengan menyentuh permukaan kornea mata menggunakan
kapas, dalam hal ini termasuk ke dalam refleks polisinaptik.
Selain refleks withdrawal, terdapat refleks yang lebih sederhana, yaitu
refleks regangan. Refleks regangan termasuk reflek monosinaptik. Hal ini
disebabkan dalam lengkung refleksnya hanya ada satu sinaps, yaitu antara neuron
aferen dan neuron eferen. Neuron aferen berasal dari reseptor regangan (organ
tendon golgi) pada tendon suatu otot rangka, yang bersinapsis dengan
neuroneferen untuk otot rangka yang sama.
Yang termasuk refleks monosinaptik (atau dapat dikatakan sebagai saluran
impuls tunggal, dimana lengkung ini dibentuk oleh dua buah neuron yang satu
dihasilkan oleh impuls aferen yang dibawa mealui sinaps ke neuron, yang lain
membentuk impuls sinaps) ini dalam percobaan adalah refleks patela pada lutut,
yaitu dengan cara memukul bagian ligamentum patellae dari lutut nara coba.
Sedangkan refleks tumit, dengan memukul di daerah tendo achilles kaki.

IV. KESIMPULAN
Dari kegiatan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa
1. sistem skeleton adalah bahwa sistem skeleton manusia terdiri atas empat
bagian utama, yaitu: cranium, columna vertebralis, costa dan sternum, serta
appendiculare (extrimitas superior dan inferior). Jumlah total tulang dari
keseluruhan bagian tersebut adalah 206 buah.

2. adanya gerak refleks pada nara coba, baik monosinaptik ataupun polisinaptik.
Refleks tersebut pada daerah lutut, tumit, otot biseps, otot triseps, dan
permukaan kornea mata (refleks mengejap).

- 16 -
Biologi Manusia dan Gizi

DAFTAR PUSTAKA

Abercrombie, M. dkk. 1993. Kamus Lengkap Biologi. Jakarta: Erlangga

Guyton. 1995. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit. Jakarta: EGC

Rahayu, Tutiek. 2000. Buku Petunjuk Praktikum: Anatomi dan Fisiologi


Manusia. Yogyakarta: Jurdik Biologi FMIPA UNY

Soewolo, dkk. 1999. Fisiologi Manusia. Malang: FMIPA Universitas Negeri


Malang

Sri Kentjananingsih. 1989. Petunjuk Praktikum Struktur dan Fungsi Manusia


untuk Mahasiswa S1 dan D3. Jakarta: Depdikbud Dirjen Dikti

- 17 -
Biologi Manusia dan Gizi

TUGAS
1. Gambar anatomi rangka manusia

- 18 -
Biologi Manusia dan Gizi

2. Gambar jalannya rangsang

- 19 -
Biologi Manusia dan Gizi

ACARA III
TES KETAJAMAN PENDENGARAN DAN WAKTU REAKSI

I. TUJUAN
1. untuk memahami persepsi bunyi dan ketajaman pendengaran.
2. agar mahasiswa mampu melakukan pengukuran waktu reaksi dan
memahami penggunaaan waktu reaksi dalam kehidupan sehari-hari.

II. HASIL PENGAMATAN


A. Tes Ketajaman Pendengaran
Nara coba : Raryudi U., 21 th, laki-laki.
1. jam/arloji

No Nama Pada jarak (cm)


Suara jam
Naracoba Letak jam Telinga
dimulai Telinga kiri
kanan
Tidak
Dijauhkan
terdengar
Didekatkan Terdengar
Tidak
Dijauhkan
terdengar
Didekatkan Terdengar
Tidak
Dijauhkan
terdengar
Didekatkan Terdengar
Tidak
Dijauhkan
terdengar
Didekatkan Terdengar
Tidak
Dijauhkan
terdengar
Didekatkan Terdengar
Tidak
Dijauhkan
terdengar
Didekatkan Terdengar

2. garputala menurut Rinne


Letak garputala Waktu hantar (detik)

- 20 -
Biologi Manusia dan Gizi

Telinga kanan Telinga kiri


1. 3,6 1. 2
2. 3 2. 2,4
Di puncak kepala
3. 2.9 3. 2,1
4. 3,5 4. 2,5
5. 3,3 5. 2,7
1. 6,5 1. 5,2
2. 6,2 2. 7,9
Di depan telinga 3. 6,3 3. 6
4. 6,7 4. 7,1
5. 6 5. 7,3
Frekuensi garputala: 288Hz
3. garputala menurut Weber
Penutupan telinga Lateralisasi
1. kanan
2. kiri
Kanan 3. kanan
4. kanan
5. kanan
1. kiri
2. kiri
kiri 3. kanan
4. kanan
5. kanan
Frekuensi garputala: 288Hz

B. Waktu Reaksi
Nara coba : Zahrotul Atiyah, 21 th, wanita, TB: 150cm, dan BB: 40kg.
Waktu yang diperlukan:
a. sentuhan : 0,5 detik
b. suara : 0,3 detik
c. cahaya : 0,5 detik

III. PEMBAHASAN
A. Tes ketajaman pendengaran
Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil pengamatan, menunjukkan
bahwa nara coba memiliki ketajaman pendengaran yang normal, atau tidak

- 21 -
Biologi Manusia dan Gizi

mengalami ketulian. Hal ini dapat dilihat pada data hasil pemeriksaan ketajaman
pendengaran dengan menggunakan arloji.
Telinga merupakan organ pendengaran, saraf yang melayani indera ini
adalah saraf kranial kedelapan atau nervus auditorius. Telinga terdiri atas tiga
bagian, yaitu: telinga luar, telinga tengah, dan telinga dalam.
- Telinga luar, terdiri atas daun telinga (aurikula), saluran telinga luar, dan
kelenjar penghasil serumen (penangkap debu dan pencegah infeksi).
- Telinga tengah, terdiri atas: membran timpani (reseptor getaran suara dari
luar); dan tiga tulang pendengaran (maleus, inkus, stapes), berfungsi sebagai
penerus getaran suara tersebut.
- Telinga dalam (labirin), merupakan tempat dua sistem sensori yang berbeda,
yaitu: koklea (mengandung reseptor pengubah gelombang suara menjadi
impuls saraf) dan organ vestibular (mengandung alat-alat keseimbangan,
terdiri atas saluran setengah lingkaran/kanalis semisirkularis dan vestibulum).
Jalannya suara diawali dengan getaran suara yang diterima membran
timpani dan diteruskan ke koklea melalui tulang pendengaran akan menggetarkan
jendela lonjong (telinga tengah) sehingga menimbulkan gelombang cairan
perilimfe. Tekanan gelombang ini akan menggetarkan membran basilaris yang
mengakibatkan ujung rambut organ korti bersentuhan dengan membran tektorial
(keduanya terdapat di koklea). Sentuhan ini merupakan stimulus bagi organ korti
yang segera meresponnya dengan membebaskan neurotransmiter ke ujung dendrit
saraf pendengaran (saraf koklear). Impuls saraf yang terjadi pada ujung dendrit ini
akan diteruskan melalui serabut saraf koklear ke pusat pendengaran sehingga
terjadi proses mendengar.
Frekuensi getaran yang berbeda-beda dan karakteristik membran basilaris
yang berbeda mengakibatkan suara yang di dengar berbeda pula. Membran
basilaris juga memiliki lebar dan fleksibilitas yang berbeda. Membran basilaris di
dekat jendela lonjong (sempit dan lebih kaku) berfungsi menerima getaran
berfrekuensi tinggi. Membran basilaris di tengah (lebih lebar dan lebih fleksibel)
berfungsi menerima dan merespon getaran berfrekuensi sedang. Daerah membran

- 22 -
Biologi Manusia dan Gizi

basilaris paling ujung (paling lebar dan fleksibel) berfungsi menerima dan
merespon getaran suara berfrekuensi rendah
Pada saat arloji dijauhkan, nara coba masih dapat mendengar hingga jarak
111,6 cm (nilai rerata) untuk telinga kanan, dan jarak 118,8 cm untuk telinga kiri.
Pada saat arloji didekatkan, nara coba juga dapat mendengar suara arloji pada
jarak 109 cm untuk telinga kanan, serta 131 cm untuk telinga kiri. Bila
dibandingkan, keseluruhan data tersebut menunjukkan hasil yang relatif sama.
Pemeriksaan ketajaman pendengaran dengan menggunakan Test Rinne (tes
ketulian telinga bagian tengah) menunjukkan bahwa nara coba menderita tuli
(positif). baik tuli persepsi (saraf) maupun tuli konduktif. Data pengamatan yang
menunjukkan nilai positif (rerata telinga kanan di puncak kepala 3,3 dan di depan
telinga 6,34; sedangkan telinga kiri di puncak kepala 2,34 dan di depan telinga
6,7) dikatakan sebagai orang tuli. Data juga menunjukkan bahwa selisih antara
waktu hantar di depan telinga dengan waktu hantar di puncak kepala, yaitu bahwa
telinga kanan di puncak kepala lebih besar waktu hantarnya, sedangkan di depan
telinga lebih kecil. Apabila selisih antara kedua waktu hantar tersebut
menunjukkan nilai negatif, maka seseorang dinyatakan menderita tuli konduktif.
Hal yang sama juga ditunjukkan berdasarkan Percobaan Weber (tes
ketulian telinga bagian tengah atau kerusakan saraf). Pada percobaan ini, nara
coba mengalami lateralisasi kanan. Bila seseorang mendengar suara getaran
garputala yang lebih jelas pada telinga kanannya yang sedang ditutup dibanding
telinga kiri yang tidak ditutup, maka seseorang tersebut dikatakan mengalami
lateralisasi kanan. Bagi penderita lateralisasi kiri adalah terjadi sebaliknya, yaitu
terjadi bila telinga kiri ditutup dan telinga kanan dibuka suara garputala akan
terdengar lebih keras oleh telinga kiri.
Kemampuan telinga seseorang dapat dipengaruhi oleh keadaan organ
pendengaran tersebut. Misalnya adanya tuli, yaitu suatu istilah yang
menggambarkan kehilangan pendengaran sebagaian atau total. Tuli dibagi
menjadi 3 macam: tuli konduktif (yang disebabkan oleh suatu kerusakan pada
telinga luar atau telinga tengah); tuli sensorineural, (terjadi karena kerusakan pada

- 23 -
Biologi Manusia dan Gizi

serabut saraf pendengaran atau bahkan pada pusat pendengaran itu sendiri); dan
tuli campuran (yang merupakan campuran dari tuli konduktif dan sensorineural).
Nervus vestibularis mengantarkan impuls-impuls yang dibangkitkan dalam
kanal-kanal menuju otak dengan perubahan kedudukan cairan dalam saluran
semisirkuler. Hal ini selanjutnya mempunyai hubungan dengan keseimbangan.
Perubahan kedudukan cairan merangsang impuls yang segera dijawab badan
berupa gerak refleks guna memindahkan berat badan serta mempertahankan
keseimbangan.
B. Waktu reaksi
Berdasarkan hasil pengamatan, waktu reaksi yang dihasilkan oleh nara coba
terhadap rangsangan sentuhan dan suara relatif sama, yaitu dengan waktu rata-
rata 0,5 detik untuk rangsangan sentuhan, serta 0,3 detik untuk rangsangan suara.
Sedangkan pada pemberian rangsangan cahaya pada mata, waktu reaksi rata-rata
yang dihasilkan dari nara coba jauh lebih pendek, yaitu hanya sebesar 0,5 detik.
Ada dua macam waktu reaksi yang dapat diukur, yaitu waktu reaksi
sederhana dan waktu reaksi pilihan. Waktu reaksi sederhana hanya menunjukkan
waktu antara saat seseorang mulai menerima rangsangan, sampai orang itu
bereaksi terhadap rangsangan tersebut. Sedangkan waktu reaksi pilihan adalah
waktu dari mulai mendapat rangsangan yang telah ditentukan sebelumnya hingga
ia bereaksi terhadap rangsangan tersebut.
Waktu reaksi yang normal harusnya menunjukkan jumlah yang sama dari
ketiga macam rangsangan yang diberikan tersebut. Waktu reaksi yang berbeda
tidak dipengaruhi oleh jenis rangsangan, tetapi dipengaruhi oleh jumlah umur.
Kekeliruan pada data yang diperoleh seperti di atas mungkin disebabkan oleh
kondisi nara coba serta faktor lingkungan yang ada di sekitarnya selama kegiatan
pengamatan berlangsung.
Waktu reaksi berbeda-beda sesuai dengan keadaan fisiologis, seperti umur
seseorang. Pada anak-anak, waktu reaksi dapat berjalan lebih cepat dibandingkan
dengan orang dewasa. Hal tersebut dikarenakan panjang saraf pada anak lebih
pendek sedangkan kecepatan konduksinya relatif sama. Waktu reaksi menjadi
panjang (berjalan lambat) misalnya pada saat kelelahan, ketegangan mental, dan

- 24 -
Biologi Manusia dan Gizi

dalam keadaan bimbang. Sebaliknya, waktu reaksi menjadi pendek (berjalan


cepat) dikarenakan kenaikan intensitas rangsangan dan latihan.
Selain oleh faktor umur, waktu reaksi juga dipengaruhi oleh beberapa
faktor lainnya, yaitu yang berhubungan dengan kondisi fisik dan mental
seseorang, seperti: kelelahan, ketegangan mental, dan dalam keadaan bimbang.
Selain itu waktu reaksi juga dapat ikut dipengaruhi oleh adanya intensitas
rangsangan dan latihan.
Waktu reaksi bermanfaat dalam pengukuran asupan untuk menentukan
seleksi olah ragawan dan diagnosis suatu penyakit yang berhubungan dengan
sistem saraf (penyakit-penyakit akibat kelelahan bekerja atau ketagihan obat) dan
lain sebagainya.

IV. KESIMPULAN
Dalam pengamatan ini dapat disimpulkan bahwa
1. nara coba tidak menderita tuli ataupun memiliki ketajaman pendengaran
yang normal.
2. waktu reaksi yang diukur dari nara coba sebesar 0,5 detik (sentuhan), 0,3
detik (suara), dan 0,5 detik (cahaya). Pengukuran waktu reaksi dapat
dimanfaatkan untuk mendiagnosis suatu penyakit yang berhubungan dengan
sistem saraf, dan menentukan seleksi olah ragawan.

DAFTAR PUSTAKA

Guyton. 1995. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit. Jakarta: EGC

Rahayu, Tutiek. 2000. Buku Petunjuk Praktikum: Anatomi dan Fisiologi


Manusia. Yogyakarta: Jurdik Biologi FMIPA UNY

Soewolo, dkk. 1999. Fisiologi Manusia. Malang: FMIPA Universitas Negeri


Malang

Sri Kentjananingsih. 1989. Petunjuk Praktikum Struktur dan Fungsi Manusia


untuk Mahasiswa S1 dan D3. Jakarta: Depdikbud Dirjen Dikti

- 25 -
Biologi Manusia dan Gizi

TUGAS
A. Getaran suara yang diterima membran timpani dan
diteruskan ke koklea melalui tulang pendengaran akan menggetarkan jendela
lonjong (telinga tengah), sehingga menimbulkan gelombang cairan perilimfe.
Tekanan gelombang ini akan menggetarkan membran basilaris yang
mengakibatkan ujung rambut organ korti bersentuhan dengan membran tektorial
(keduanya terdapat di koklea). Sentuhan ini merupakan stimulus bagi organ
korti yang segera meresponnya dengan membebaskan neurotransmiter ke ujung
dendrit saraf pendengaran (saraf koklear). Impuls saraf yang terjadi pada ujung
dendrit ini akan diteruskan melalui serabut saraf koklear ke pusat pendengaran
sehingga terjadi proses mendengar.
B. Gambar anatomi telinga

C. Gambar mikroskopis sel saraf

- 26 -
Biologi Manusia dan Gizi

D. Gambar sinapsis dengan vesikel-vesikel neurotransmiter dalam tahap-


tahap pembentukan dan pelepasannya.

ACARA IV
PENGUKURAN-PENGATURAN SUHU TUBUH DAN PERASAAN KULIT

- 27 -
Biologi Manusia dan Gizi

I. TUJUAN
1. mengukur suhu badan di berbagai tempat di badan, membuktikan bahwa
suhu badan manusia tidak atau sedikit dipengaruhi oleh suhu
lungkungan.
2. mengetahui berbagai macam reseptor yang terdapat di kulit.

II. HASIL PENGAMATAN


A. pengukuran dan pengaturan suhu tubuh
Nara coba : Hasan Ashari, 21th, laki-laki
1. di berbagai tempat tubuh
Tempat pengukuran T (0C)
1. bawah lidah 37,3
2. ketiak kanan 37
3. ketiak kiri 36,9

2. pengaruh suhu lingkungan


keadaan T (0C)
Kontrol 37,3
Setelah berkumur air es 37,3
Setelah berkumur air hangat 37,9

B. perasaan kulit
Nara coba : Raryudi U., 21 th.
Pengukuran pada penekanan titik-titik tekanan, panas, dingin, dan sakit.
Titik jumlah Jumlah (%)
Tekanan 15 30,6
Panas 10 20,4
Dingin 12 24,5
Sakit 12 24,5
Jumlah 49 100

III. PEMBAHASAN
A. Pengukuran-Pengaturan Suhu Tubuh

- 28 -
Biologi Manusia dan Gizi

Data pengamatan pada nara coba menunjukkan suhu yang relatif tidak
konstan pada berbagai tempat di tubuh. Suhu tubuh diperoleh dengan
mengukurnya pada tempat di bawah lidah (37,30C), pada ketiak kiri (36,90C),
serta pada ketiak kanan (370C). Pada ketiga tempat tersebut, suhu tubuh dari nara
coba menunjukkan angka yang berbeda, yaitu dengan range 36,9-37,3°C. Hal ini
juga menunjukkan bahwa suhu tubuh nara coba dalam keadaan normal.
Pengaruh suhu lingkungan terhadap suhu tubuh dari nara coba relatif
konstan (37,30C) meskipun sebelumnya telah diberi perlakuan. Pada perlakuan
dengan diberi air es menunjukkan suhu yang relatif konstan (37,3°C). Pada
perlakuan dengan diberi air hangat menunjukkan suhu yang relatif lebih tinggi
(37,9°C). Dari data tersebut dapat dibuktikan bahwa suhu tubuh manusia tidak
atau hanya sedikit dipengaruhi oleh suhu lingkungan. Suhu di dalam tubuh hampir
selalu konstan kecuali bagi penderita penyakit demam. Suhu tubuh memiliki
variasi dengan gerak badan dan pada suhu lingkungan yang ekstrem. Hal ini
terjadi karena mekanisme pengaturan suhu tidak 100 persen efektif. Namun batas
normal suhu tubuh manusia umumnya adalah sekitar 97 hingga 99 °F, atau sekitar
37 °C (Soewolo,dkk. 1999).
Jika dari percobaan menunjukkan kenaikan suhu tubuh setelah diberi
perlakuan dengan air es, maka kemungkinan nara coba mengalami gangguan
darah tinggi. Kerja darah untuk mengadaptasi tubuh terhadap lingkungan akan
meningkatkan metabolisme. Darah yang tersedia dalam tubuh digunakan
semaksimal mungkin dan pada orang yang mengalami gangguan darah tinggi
akan mengeluarkan entropi panas lebih besar akibat dari pembakaran oksigen
dalam darah. Sehingga panas tubuh juga secara terus-menerus dibuang ke
lingkungan sekitar. Bila kecepatan pembentukan panas tepat sama seperti
kecepatan kehilangan, maka dapat dikatakan berada dalam keseimbangan panas.
Tetapi bila keduanya di luar keseimbangan, maka panas tubuh dan suhu tubuh
akan meningkat atau menurun.
Secara histologis, kulit dan khususnya jaringan subkutis merupakan
isolator panas bagi tubuh. Lemak yang terdapat dalam kulit penting karena dapat
menghantarkan panas walaupun hanya sepertiga penghantaran jaringan lain.

- 29 -
Biologi Manusia dan Gizi

Karena sebagian besar panas tubuh dihasilkan pada bagian tubuh yang lebih
dalam, isolasi di bawah kulit merupakan cara yang efektif untuk mempertahankan
suhu interna normal. Hal ini memungkinkan suhu kulit mendekati suhu
lingkungan sesuai dengan kemampuan tubuh.
Suhu lingkungan dan tingkat aktivitas dapat mempengaruhi suhu tubuh
seseorang. Semakin tinggi tingkat aktivitas mekanis seseorang maka semakin
tinggi pula suhu tubuh yang dihasilkan. Namun kelainan dalam otak
mempengaruhi pusat pengaturan suhu, juga ikut menyebabkan tinggi rendahnya
tubuh seseorang. Pengaturan suhu tubuh diatur hampir seluruhnya oleh
mekanisme umpan balik saraf. Dan hampir semua mekanisme ini bekerja melalui
pusat pengaturan suhu yang terletak pada hipotalamus. Akan tetapi, agar
mekanisme umpan balik ini bekerja, juga harus terdapat detektor suhu untuk
menentukan bila suhu tubuh menjadi terlalu panas atau terlalu dingin. Beberapa
dari reseptor suhu tubuh adalah: neuron peka-panas khusus yang terdapat pada
daerah preoptika hipotalamus; reseptor suhu kulit; reseptor suhu dalam medula
spinalis, abdomen dan mungkin struktur dalam lainnya pada tubuh.
Bila suhu interna tubuh terlalu tinggi, isyarat dari daerah preoptika otak
memberikan kesan psikis terlalu panas. Bila tubuh terlalu dingin, isyarat dari kulit
dan mungkin dari reseptor-reseptor perifer menimbulkan perasaan dingin yang
tidak enak. Oleh karena itu, seseorang membuat penyesuaian lingkungan yang
cocok untuk memberikan perasaan nyaman.

B. Perasaan Kulit
Data pengamatan menunjukkan bahwa nara coba merasakan keempat
pressing yaitu tekanan (30,6%), rasa panas (20,4%), rasa dingin (24,5%), rasa
sakit (24,5%). Titik yang berbeda-beda dari ke-16 kotak bujur sangkar pada
punggung tangan kirinya merupakan daerah pemetaan yang cukup mewakili
keadaan sarafnya. Dari hasil pengamatan juga dapat ditunjukkan bahwa jumlah
reseptor panas dan reseptor dingin yang terdapat pada kulit relatif besar,
sedangkan reseptor tekanan paling besar dan reseptor rasa sakit paling kecil. Rasa
sakit disebabkan oleh adanya ujung saraf bebas pada lapisan epidermis kulit. Rasa

- 30 -
Biologi Manusia dan Gizi

sentuhan dan tekanan ringan akibat adanya struktur yang dikenal sebagai badan
meisner, yang terdapat pada dermis. Rasa panas dan dingin disebabkan oleh
adanya badan rufini, yang juga berlokasi di daerah dermis dari kulit.
Kulit memiliki fungsi berkaitan dengan perlindungan tubuh. Kulit melapisi
jaringan tubuh di bawahnya dan melindunginya dari kerusakan mekanis, kemis,
panas, dan invasi bakteri. Lapisan teratas dari kulit merupakan lapisan berzat
tanduk, melindungi permukaan air dari kehilangan air. Kulit juga mengandung
jaringan kapiler di bawah pengaruh sistem saraf, sehingga berperan penting dalam
meregulasi suhu tubuh (Soewolo,dkk. 1999).
Secara struktural, kulit terdiri dari dua lapisan, yaitu: lapisan epidermis
(lapisan terluar); serta lapisan dermis. Tersusun dari jaringan ikat tidak beraturan.
Epidermis mengandung sel-sel pigmen yang memberi warna pada kulit dan
berfungsi melindungi kulit oleh kerusakan dari sinar matahari. Dermis terdiri atas
dua daerah utama, yaitu daerah papilar dan daerah retikular. Seperti halnya
epidermis, lapisan dermis menunjukkan ketebalan yang tidak merata. Dermis juga
kaya akan pembuluh limfe dan serabut-serabut saraf. Banyak ujung saraf berakhir
pada dermis berubah menjadi reseptor khusus, sehingga mampu mendeteksi
perubahan-perubahan yang terjadi di lingkungan yang kemudian disampaikan ke
otak. Lapisan papilar merupakan lapisan dermal paling atas, sangat tidak rata,
bagian bawah papila ini tampak bergelombang. Jaringan kapiler yang banyak
pada lapisan papilar menyediakan nutrien untuk lapisan epidermal dan
memungkinkan panas merambat ke permukaan kulit. Reseptor sentuhan juga
terdapat dalam lapisan dermal. Lapisan retikular merupakan lapisan kulit paling
dalam, mengandung banyak arteri dan vena, kelenjar keringat dan kelenjar
sebaseus, serta reseptor tekanan (Suhandoyo dan Ciptono, 2001).
Pemetaan setiap jenis rangsang tidak sama karena setiap jenis rangsang
memiliki lokasi yang berbeda pada kulit. Gambaran seperti ini dapat terjadi
disebabkan oleh distribusi serta lokasi masing-masing reseptor rangsang yang
tentunya berbeda. Hasil pemetaan rangsang seseorang dapat dipengaruhi oleh
kondisi tubuh orang itu sendiri dan lingkungannya.

- 31 -
Biologi Manusia dan Gizi

IV. KESIMPULAN
Kesimpulan dari kegiatan ini adalah bahwa
1. nara coba memiliki suhu tubuh yang relatif tidak konstan dari ketiga lokasi
tubuh, yaitu 37,3°C, 370C, dan 36,90C. Suhu tubuh nara coba tidak
terpengaruh oleh lingkungan dingin, yaitu tetap 37,3°C, dan lingkungan panas
hanya sedikit mempengaruhi suhu tubuh, yaitu 37,9°C.
2. pada kulit dari punggung tangan kiri nara coba terdapat berbagai reseptor yang
berperan dalam memberikan rasa tekanan (30,6%), sakit (24,5%), panas
(20,4%), dan dingin (24,5%). Reseptor-reseptor tersebut adalah badan
meisner, ujung saraf bebas, dan badan rufini, yang memiliki pemetaan yang
berbeda-beda pada daerah kulit.

DAFTAR PUSTAKA

Guyton. 1995. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit. Jakarta: EGC

Rahayu, Tutiek. 2000. Buku Petunjuk Praktikum: Anatomi dan Fisiologi


Manusia. Yogyakarta: Jurdik Biologi FMIPA UNY

Soewolo, dkk. 1999. Fisiologi Manusia. Malang: FMIPA Universitas Negeri


Malang

Suhandoyo dan Ciptono. 2001. Diktat Kuliah: Reproduksi-Embriologi Hewan.


Yogyakarta: Jurdik Biologi FMIPA UNY

TUGAS
A. Secara embriologis, hipofisis berkembang dari ektoderm saluran
pernafasan pada langit-langit mulut dan ektodermal neural pada hipotalamus

- 32 -
Biologi Manusia dan Gizi

yang sedang berkembang. Gambar kelenjar hipotalamus dan hipofisa sebagai


berikut:

B. Mekanisme hipotalamus dalam mempertahankan suhu tubuh:


Apabila suhu lingkungan naik di atas tubuh, maka segera diterima oleh
termoreseptor yang akan disampaikan ke hipotalamus. Hipotalamus kemudian
menyampaikan impulsnya ke kapiler darah di bawah kulit dan juga ke kelenjar
keringat. Impuls tersebut menyebabkan kapiler berdilatasi sehingga darah
banyak mengalir ke permukaan kulit. Impuls hipotalamus yang menuju
kelenjar keringat menyebabkannya untuk mengekskresikan keringat ke
permukaan kulit untuk diuapkan. Penguapan ini memerlukan panas yang
berasal dari kapiler di bawah kulit. Dengan demikian tubuh terhindar dari
kenaikan suhu lingkungan. Untuk suhu lingkungan yang lebih rendah, terjadi
kebalikan dari mekanisme di atas.

C. Gambar reseptor pada integumen dan kegunaannya:

- 33 -
Biologi Manusia dan Gizi

ACARA V

- 34 -
Biologi Manusia dan Gizi

TES KEHAMILAN (HCG) DAN TES TEKANAN DARAH AKIBAT


TERPAPAR DINGIN

I. TUJUAN
1. menentukan kehamilan dengan menemukan ada tidaknya HCG dalam
urine wanita dengan memakai teknik imunologik.
2. memahami proses mekanisme kenaikan darah karena terpapar tekanan
dingin.

II. HASIL PENGAMATAN


A. tes kehamilan
Nara coba Hasil percobaan
Hanah, 30 th, umur kehamilan 6 bulan Terjadi aglutinasi
ZahrotulA., 21th, TB:150cm, BB:40kg Tidak terjadi aglutinasi

B. tes tekanan darah akibat terpapar dingin


No Nara coba umur Jenis Kel. TB(cm) BB(kg) Perbedaan diastole
1 Tri Utami 21th ♀ 152 40 6
2 Tri Hastuti 21th ♀ 158 46 4
3 Hasan A. 21th ♂ 170 62 2
4 Raryudi U. 21th ♂ 167 51 8
5 Zahrotul A. 21th ♀ 150 40 4

III. PEMBAHASAN
A. Tes kehamilan
Kegiatan pengamatan ini hanya menggunakan Tes Kualitatif (ada tidaknya
aglutinin pada urine) dari nara coba setelah diteteskan serum anti-HCG.
Hal yang dilakukan adalah diagnosis kehamilan awal pada wanita, dan
bergantung pada ditemukannya HCG (Human Chorionik Gonadotropin) dalam
urin. Kenyataannya, HCG dapat ditemukan kira-kira pada saat terhentinya
menstruasi, karena hormon ini dikeluarkan sangat cepat setelah terjadinya
konsepsi. Kira-kira sebulan sesudah hormon ini dapat dideteksi dalam urin
hormon akan mencapai tinggi maksimum (kira-kira 3mg/hari); diikuti dengan
penurunan yang tajam, dan arasnya tetap rendah dan konstan kira-kira mulai

- 35 -
Biologi Manusia dan Gizi

minggu keduabelas sampai partus. HCG mungkin berfungsi untuk


mempertahankan korpus luteum yang sekresinya berupa progesteron. Pada saat
konsentrasi HCG menurun, sekresi steroid plasenta telah mencapai aras yang
tinggi.
Pada tahun 1928 Asckheim dan Zondek menunjukkan bahwa mencit yang
belum dewasa disuntik dengan urine wanita hamil akan mengalami ovulasi (tes
A-Z). Deteksi HCG dalam urin mula-mula dilakukan dengan uji-bio. Setahun
kemudian, Friedman menunjukkan bahwa kelinci dara yang disuntik secara
intravena dengan urin wanita hamil menunjukkan hiperemi ovarium. Kemudian
pemberian urin wanita hamil pada katak akan menyebabkan katak melepaskan
sperma atau ovum.
Sekarang telah dilakukan tes yang menggantikan tes biologi di atas, yaitu
dengan teknik imunologik (jauh lebih cepat dan lebih sensitif). Selye (1934)
melihat bahwa hewan yang berulang-ulang diberi HCG akan kehilangan
sensitivitasnya terhadap hormon. Hilangnya sensitivitas ini disebabkan oleh
terbentuknya antibodi terhadap hormon (antihormon) dalam darah hewan
perlakuan. Selanjutnya pada tahun 1960-an uji-imun secara komersial menjadi
fisibel dan tersedia secara luas. Tes yang paling umum berdasarkan pada tes
hambatan aglutinasi. Eritrosit domba atau pertikel lateks diselubungi oleh HCG,
bila agen yang terselubung tadi diberikan-
Data pengamatan menunjukkan bahwa antara wanita hamil dengan yang
tidak dapat dibedakan dengan jelas, yaitu dengan mengamati terjadi atau tidaknya
aglutinasi pada urine setelah ditetesi dengan serum anti-HCG. Nara coba yang
pertama (Hanah) menunjukkan terjadinya aglutinasi pada urine yang berarti urine
mengandung HCG. Hal tersebut mengindikasikan bahwa nara coba positif hamil
(± 6 bulan). Sedangkan nara coba yang kedua (Zahrotul A.) menunjukkan tidak
terjadinya aglutinasi pada urine setelah ditetesi dengan serum anti-HCG. Hal ini
menunjukkan bahwa nara coba negatif hamil karena tidak adanya HCG pada
tubuhnya.
Aglutinasi dari hasil tes urine pada orang hamil disebabkan oleh eritrosit
atau partikel lateks. Eritosit atau partikel lateks diselubungi oleh HCG. Bila agen

- 36 -
Biologi Manusia dan Gizi

yang terselubung tadi diberikan pada anti-HCG, maka akan terjadi aglutinasi yang
dapat terlihat dengan terbentuknya gumpalan dan presipitasi. Secara fisiologis,
selama kehamilan dalam urine wanita terdapat HCG. HCG disekresikan mulai
dari 20 hari pertama setelah hari pertama menstruasi terkhir. Sintesis HCG terjadi
di dalam sel-sel sinsisiotrofoblas plasenta. Konsentrasi HCG terus meningkat
sampai mencapai puncaknya yaitu kira-kira 60 hari sampai 80 hari kehamilan.

B. Tes tekanan darah akibat terpapar dingin


Data pengamatan menunjukkan bahwa kelima nara coba diukur selisih
tekanan distole-nya antara kondisi normal dengan kondisi setelah diberi perlakuan
berupa pemberian air es pada tangan kirinya, Tri Utami (6); Tri Hastuti (4); Hasan
Ashari (2); Raryudi U. (8); Zahrotul A. (4). Hal tersebut mengindikasikan
bahwasanya telah terjadi kenaikan tekanan darah diastole dari kelima nara coba
tersebut. Secara teoritis hasil pengamatan tersebut relatif benar, sebab tekanan
diastole seseorang dapat dinaikkan apabila diberi perlakuan berupa paparan air es
pada salah satu anggota tubuhnya.
Jika terjadi kenaikan tekanan darah yang cukup besar, kemungkinan
terjadinya gangguan darah tinggi (hipertensi). Dari nara coba yang mempunyai
kecenderungan darah tinggi adalah Tri Utami (6) dan Raryudi U. (8). Mekanisme
perkembangan hipertensi essensial yang diketahui dengan jelas sampai sekarang
ialah melalui: Vasokontriksi yang terlalu sering dan atau terlalu lama yang
disebabkan oleh jawaban sistem saraf simpatis yang berlebihan terhadap pacuan
dari luar; Vasokontriksi karena timbulnya ion Ca di dalam sitoplasma otot polos di
tunika media akibat kelainan membran yang genetik; serta Hipervolemi (galur
tikus MHS) yang disebabkan oleh kelainan ginjal yang genetik, yang meretensi
ion Ca dan air. Hipervolemi menyebabkan naiknya curah jantung dan ini akan
menekan dinding vasa darah, sehingga secara myogenik otot vasa darah akan
berkontraksi dan terjadilah vasokontriksi.
Kedua hal ini lama-lama akan menyebabkan hipertrofi otot polos di tunika
media, sehingga dinding vasa menjadi lebih tebal. Jika vasa dengan dinding ini
berkontraksi maka tingkat pengecilan lumen menjadi lebih besar, sehingga lumen

- 37 -
Biologi Manusia dan Gizi

vasa menjadi jauh lebih kecil dari pada kalau dinding vasa tidak tebal pada tingkat
kontraksi yang sama. Dengan demikian akibat vasokontriksi yang tebal ialah
kenaikan tekanan darah yang lebih tinggi daripada yang tidak tebal.
Pemberian paparan dingin tersebut sebenarnya bertujuan mengaktifkan
vasokontriksi, yang segera dapat menimbulkan kenaikan tekanan darah pada
seseorang. Kenaikan tekanan darah dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
faktor genetis, perkembangan selama tahap embrio, kelainan pada membran,
kelainan pada ginjal, kadar ion Ca dan air dalam tubuh, serta jawaban dari sistem
saraf simpatis yang berlebihan terhadap pacuan dari luar. Selain itu, tekanan darah
juga dapat ditumbulkan dengan semakin menebalnya pembuluh-pembuluh darah.
Pengamatan dilakukan pada perbedaan diastole karena pengaktifan
vasokontraksi yang akan segera mempengaruhi tekanan darah pada saat kali
pertama darah mengalir.

IV. KESIMPULAN
Dari kegiatan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa
1. Kehamilan (pada nara coba pertama) dapat ditentukan dengan adanya
HCG dalam urine-nya yang ditandai terjadinya aglutinasi dengan
menggunakan teknik imunologik.
2. Kenaikan tekanan darah pada nara coba dapat dipicu akibat adanya
paparan dingin.

DAFTAR PUSTAKA

Guyton. 1995. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit. Jakarta: EGC

Kartolo S. Wulangi.1994. Prinsip-Prinsip Fisiologi Hewan. Yogyakarta:


Depdikbud

- 38 -
Biologi Manusia dan Gizi

Nalbandov, A.V. 1990. Fisiologi Reproduksi pada Mamalia dan Unggas. Jakarta:
UI Press

Rahayu, Tutiek. 2000. Buku Petunjuk Praktikum: Anatomi dan Fisiologi


Manusia. Yogyakarta: Jurdik Biologi FMIPA UNY

Soewolo, dkk. 1999. Fisiologi Manusia. Malang: FMIPA Universitas Negeri


Malang

TUGAS
A. Gambar anatomi fetus dalam uterus:

B. Mekanisme pengendalian kontraksi jantung adalah pressorefleks. Serabut


sensori memanjangdari pressoreseptor lengkung aorta melalui saraf
depressoraorta, menuju pusat kardioinhibitor dalam medulla. Dari pusat
kardioinhibitor, impuls eferen dialirkan ke jantung (nodus SA) oleh serabut-
serabut parasimpatetik dalam saraf vagus.

- 39 -
Biologi Manusia dan Gizi

C. Gambar anatomi sistem sirkulasi

ACARA VI
MENGUKUR VOLUME DAN KAPASITAS PARU

I. TUJUAN
Untuk mengukur volume dan kapasitas paru

- 40 -
Biologi Manusia dan Gizi

II. HASIL PENGAMATAN

Volume (ml)
Nara coba Pengukuran pada
I II III
a. volume tidal
Tri Hastuti, 21th, 1060 940 1080
b. volume cadangan inspirasi
wanita, TB: 1300 1500 1480
c. volume ekspirasi
158cm, BB: 46kg, 840 1100 1000
d. kapasitas inspirasi
Bangsa Jawa, 2340 2480 2380
e. kapasitas vital
Hobi: jalan-jalan 3020 3360 2760
Dengan spirometer Tunkey
Hasan Ashari, f. volume tidal
1300 1400 1400
21th, laki-laki, g. volume cadangan inspirasi
700 500 700
TB: 170cm, BB: h. volume ekspirasi
700 600 700
62kg, Bangsa i. kapasitas inspirasi
200 2300 2500
Jawa, Hobi: j. kapasitas vital
3400 3400 3500
membaca Dengan spirometer Hutchinson
Suhu kamar : 290C
Kedaan
Kelembaban: %
lingkungan
Tekanan udara: mmHg

III. PEMBAHASAN
Data pangamatan menunjukkan bahwa kedua nara coba mempunyai rerata
volume tidal, volume cadangan inspirasi, volume cadangan ekspirasi, kapasitas
inspirasi, sarta kapasitas vital yang berbeda. Dari kelima parameter tersebut,
diperoleh nilai rerata berturut-turut: 1026,67 ml, 1426,67 ml, 980 ml, 2400 ml,
dan 3046,67 ml untuk pengukuran dengan spirometer Tunkey (Tri Hastuti); dan
1366,67 ml, 633,33 ml, 66,67 ml, 1666,67 ml, 3433,33 ml untuk pengukuran
dengan menggunakan spirometer Hutchinson (Hasan Ashari).
Volume paru dapat dibagi menjadi empat macam, yaitu: voleme tidal,
volume cadangan inspirasi, volume cadangan ekspirasi, dan volume sisa. Volume
tidal merupakan volume udara yang diinspirasikan dan diekspirasikan di setiap
pernafasan normal, dan jumlahnya kira-kira 500 ml. Volume cadangan inspirasi
merupakan volume tambahan udara yang dapat diinspirasikan di atas volume tidal
normal, dan biasanya berjumlah 3000 ml. Volume cadangan ekspirasi merupakan
jumlah udara yang masih dapat dikeluarkan dengan ekspirasi kuat setelah akhir

- 41 -
Biologi Manusia dan Gizi

suatu ekspirasi tidal yang normal, jumlahnya biasanya 1100 ml. Volume sisa
adalah volume udara yang masih tersisa di dalam paru-paru setelah kebanyakan
ekspirasi kuat. Volume ini rata-rata sekitar 1200 ml (Soewolo,dkk. 1999).
Dalam menguraikan peristiwa-peristiwa pada siklus paru, diperlukan
untuk menyatukan dua volume seperti di atas atau lebih. Kombinasi seperti itu
disebut kapasitas paru. Kapasitas inspirasi sama dengan volume tidal ditambah
dengan volume cadangan inspirasi. Ini adalah jumlah udara (sekitar 3500 ml)
yang dapat dihirup oleh seseorang mulai pada tingkat ekspirasi normal dan
mengembangkan paru-parunya sampai jumlah maksimum.
Kapasitas vital sama dengan volume cadangan inspirasi ditambah volume
tidal dan volume cadangan ekspirasi. Ini adalah jumlah udara maksimum yang
dapat dikeluarkan dari paru-paru seseorang setelah ia mengisinya sampai batas
maksimum dan kemudian mengeluarkan sebanyak-banyaknya. Jumlahnya dapat
mencapai kira-kira 4600 ml (Soewolo,dkk. 1999).
Dari data tersebut terlihat ketidaksesuaian antara jumlah volume tidal,
volume cadangan inspirasi, volume cadangan ekspirasi, kapasitas inspirasi, dan
kapasitas ekspirasi, dari yang disebutkan secara teoritis dengan jumlah yang
diperoleh berdasarkan penggunaan kedua spirometer dalam kegiatan percobaan
ini. Secara teoritis, jumlah volume tidal yang normal adalah 500 ml, volume
cadangan inspirasi sama dengan 3000 ml, volume cadangan ekspirasi sama
dengan 1100, kapasitas inspirasi adalah 3500 ml, serta sebesar 4600 untuk jumlah
kapasitas vital.
Kesalahan mungkin disebabkan oleh beberapa hal diantaranya dapat
bersumber dari kekeliruan nara coba, kesalahan alat, ataupun faktor lingkungan
sekitarnya. Hasil pengukuran volume dan kapasitas paru ini turut dipengaruhi
oleh suhu ruangan, kelembaban udara, serta oleh tekanan udara.

IV. KESIMPULAN
Dari kegiatan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa

- 42 -
Biologi Manusia dan Gizi

1. Kehamilan pada probandus I dapat ditentukan dengan adanya HCG dalam


urine-nya, yang ditandai terjadinya aglutinasi, dengan menggunakan
teknik imunologik.
2. Kedua nara coba mempunyai rerata volume tidal, volume cadangan
inspirasi, volume cadangan ekspirasi, kapasitas inspirasi, sarta kapasitas
vital yang berbeda. Dari kelima parameter tersebut, diperoleh nilai rerata
berturut-turut: 1026,67 ml, 1426,67 ml, 980 ml, 2400 ml, dan 3046,67 ml
untuk pengukuran dengan spirometer Tunkey (Tri Hastuti); dan 1366,67
ml, 633,33 ml, 66,67 ml, 1666,67 ml, 3433,33 ml untuk pengukuran
dengan menggunakan spirometer Hutchinson (Hasan Ashari).

DAFTAR PUSTAKA

Guyton. 1995. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit. Jakarta: EGC

Rahayu, Tutiek. 2000. Buku Petunjuk Praktikum: Anatomi dan Fisiologi


Manusia. Yogyakarta: Jurdik Biologi FMIPA UNY

Soewolo, dkk. 1999. Fisiologi Manusia. Malang: FMIPA Universitas Negeri


Malang

TUGAS
A. Anatomi sistem pernafasan

- 43 -
Biologi Manusia dan Gizi

B. Pengaruh utama yang memudahkan oksigen masuk ke dalam alveoli adalah


akan adanya perbedaan tekanan udara. Tekanan udara atmosfer jauh lebih
tinggi dibanding tekanan udara pada alveoli. Selain itu, juga diakibatkan oleh
adanya kontraksi diafragma serta otot interkostalis eksterna. Kontraksi
diafragma dapat memperbesar diameter vertikal rongga dada, sehingga
mengakibatkan pergerakan lebih dari dua pertiga jumlah oksigen total yang
masuk ke dalam alveoli.

- 44 -

Вам также может понравиться