Вы находитесь на странице: 1из 8

1.

1 Latar Belakang
Transaksi pihak – pihak dalam hubungan istimewa dewasa ini mendapat perhatian yang sangat serius baik
dari dalam kalangan dunia bisnis maupun dari pihak otoritas perpajakan. Pada dasarnya transaksi antar pihak yang
mempunyai hubungan istimewa adalah suatu kesepakatan atau pengaturan bisnis yang dilakukan oleh pihak-pihak
yang saling tidak bebas satu dengan lainnya untuk tujuan tertentu. Unsur kesepakatan dalam menentukan harga
transaksi adalah hal yang paling menjadi perhatian, karena kesepakatan dalam penentuan harga dapat membawa
dampak keuntungan maupun kerugian bagi pihak-pihak terkait (stake holder). Stake holder yang perlu mendapat
informasi yang transparan dari transaksi di atas antara lain, investor, kreditor, pemegang saham (share holder).
Dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 7, laporan keuangan harus mengungkapkan transaksi dengan
pihak – pihak yang mempunyai hubungan istimewa. Yang termasuk dalam pihak – pihak yang memiliki hubungan
istimewa adalah transaksi yang dilakukan dengan:

 Perusahaan yang memiliki hubungan kepemilikan


 Perorangan sebagai pemilik atau karyawan yang mempunyai pengaruh signifikan.
 Anggota keluarga terdekat dari perorangan tersebut, dan
 Perusahaan yang dimiliki secara substansial oleh perorangan tersebut.
Yang wajib dilaporkan meliputi hakikat hubungan istimewa, jenis transaksi serta nilainya. PSAK ini mengacu pada
Standar Akuntansi Internasional (International Accounting Standard) No. 24.
Transaksi dengan pihak yang memiliki hubungan istimewa memiliki dua hipotesis yang bertolak belakang yaitu
sebagai transaksi opportunis atau sebagai transaksi yang efisien. Sebagai transaksi yang opportunis dalam hal
transaksi dengan yang memiliki hubungan istimewa menyebabkan conflict of interest yang konsisten dengan agency
theory, seperti yang dikemukakan oleh Berle dan Means (1932) dan Jensen dan Meckling (1976). Transaksi dengan
yang memiliki hubungan istimewa dapat digunakan sebagai alat untuk expropriation of the firm’s resources. Hipotesis
yang lain bahwa transaksi dengan yang memiliki hubungan istimewa merupakan transaksi yang dilakukan dalam
pertimbangan efisiensi untuk memenuhi kebutuhan perusahaan.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka permasalahan yang diangkat dalam makalah ini, penulis rumuskan
sebagai berikut:

1. Bagaimanakah pengertian transaksi hubungan istimewa menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan
Nomor 7?
2. Bagaimanakah penerapan prinsip kewajaran dan kelaziman usaha (arm’s length principle) dalam transaksi
hubungan istimewa?

II. ANALISIS DAN PEMBAHASAN


Pihak – pihak yang Mempunyai Hubungan Istimewa adalah pihak-pihak yang dianggap mempunyai hubungan
istimewa bila satu pihak mempunyai kemampuan untuk mengendalikan pihak lain atau mempunyai pengaruh
signifikan atas pihak lain dalam mengambil keputusan keuangan dan operasional. Transaksi antara Pihak – pihak
yang Mempunyai Hubungan Istimewa adalah suatu pengalihan sumber daya atau kewajiban antara pihak – pihak
yang mempunyai hubungan istimewa, tanpa menghiraukan apakah suatu harga diperhitungkan Pengendalian adalah
kepemilikan langsung melalui anak perusahaan dengan lebih darisetengah hak suara dari suatu perusahaan, atau
suatu kepentingan substansial dalam hak suara dan kekuasaan untuk mengarahkan kebijakan keuangan dan operasi
manajemenperusahaan berdasarkan anggaran dasar atau perjanjian.

Pihak – pihak yang mempunyai hubungan istimewa merupakan gejala normal dalamperniagaan dan usaha.
Misalnya, perusahaan seringkali melaksanakan kegiatannya secaraterpisah-pisah melalui anak perusahaan dan atau
perusahaan afiliasi, memperoleh kepentingan dalam perusahaan lain – untuk tujuan investasi atau untuk alasan
perniagaan dalam proporsi yang cukup untuk mengendalikan atau melaksanakan pengaruh yangsignifikan dalam
pengambilan keputusan keuangan dan operasi perusahaan penerima investasi (investee). Posisi keuangan dan hasil
usaha dari suatu perusahaan dapat terpengaruh oleh hubungan istimewa dengan suatu pihak walaupun tidak terjadi
sesuatu transaksi denganpihak tersebut. Suatu hubungan istimewa dapat mempengaruhi transaksi perusahaan
pelapor dengan pihak lain.

Sebagai contoh, suatu anak perusahaan dapat mengakhiri hubungan dengan suatu mitra dagangnya karena induk
perusahaan telah mengakuisisi suatu perusahaan lain yang berusaha dalam bidang perdagangan yang sama
dengan mitra dagang terdahulu. Di samping itu, suatu tindakan dapat tertunda karena pengaruh yang signifikandari
pihak lain. Sebagai contoh, suatu anak perusahaan dapat diinstruksikan oleh induknya untuk tidak ikut serta dalam
riset dan pengembangan. Pengakuan akuntansi suatu pengalihan sumber daya secara normal didasarkan pada
suatuharga yang disepakati pihak yang bersangkutan. Harga yang berlaku antara pihak yang tidak mempunyai
hubungan istimewa adalah harga pertukaran antara pihak yang independen (arm’s length price).
Pihak yang mempunyai hubungan istimewa mungkin mempunyai suatu tingkat keluwesan dalam proses penentuan
harga, yang tidak terdapat dalam transaksi antara pihak yang tidak mempunyai hubungan istimewa .Suatu cara untuk
menentukan harga dalam suatu transaksi antara pihak yang mempunyai hubungan istimewa adalah dengan metode
harga pasar bebas yang dapat diperbandingkan. Bila barang atau jasa dipasok dalam suatu transaksi antara pihak
yangmempunyai hubungan istimewa, dan keadaan yang bersangkutan itu adalah serupa dengan keadaan dalam
transaksi perdagangan normal, metode ini sering digunakan. Metode ini juga sering digunakan untuk menentukan
biaya pembelanjaan bila barang dialihkan antara pihak yang mempunyai hubungan istimewa sebelum dijual kepada
pihak yang independen, metode harga penjualan kembali (resale price) sering digunakan.

Metode ini mengurangi harga penjualan kembali dengan suatu margin yangwajar. Metode ini juga digunakan untuk
pengalihan/transfer sumber daya lain, seperti hak dan jasa. Pendekatan lain adalah metode biaya-plus (cost-plus
method), yang menambahkan suatu kenaikan (mark-up) tertentu pada biaya pemasok. Kesulitan – kesulitan mungkin
dialami baik dalam menentukan unsur biaya yang dapat diatribusikan maupun kenaikan (mark-up) tersebut. Di antara
ukuran – ukuran yang dapat membantu menentukan harga transfer adalah hasil (return) yang dapat dibandingkan
dalam industri sejenis atas volume penjualan atau modal yang digunakan. Berikut ini adalah contoh situasi transaksi
antara pihak yang mempunyai hubungan istimewa mungkin memerlukan pengungkapan oleh suatu perusahaan
pelapor:

 Pembelian atau penjualan barang


 Pembelian atau penjualan properti dan aktiva lain
 Pemberian atau penerimaan jasa
 Pengalihan riset dan pengembangan
 Pendanaan (termasuk pemberian pinjaman dan penyetoran modal baik secara tunai maupun dalam bentuk
natura)
 Garansi dan penjaminan (collateral)
 Kontrak manajemen. Jika terdapat transaksi antara pihak yang mempunyai hubungan istimewa, perlu
diungkapkan hakekat transaksi dan unsur – unsur transaksi yang diperlukan agar laporan keuangan tersebut
dapat dimengerti. Unsur – unsur ini biasanya mencakup:
 Suatu petunjuk mengenai volume transaksi, baik jumlahnya maupunproporsinya
 Jumlah atau proporsi pos – pos terbuka (outstanding items)
 Kebijakan harga
Secara umum perbedaan antara ED PSAK 7 (revisi 2009): Pengungkapan Pihak – pihak yang Mempunyai Hubungan
Istimewa dengan PSAK 7 (1994): Pengungkapan Pihak-pihak yang Mempunyai Hubungan Istimewa adalah sebagai
berikut:
2.1 Pengertian Transaksi Hubungan Istimewa Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Nomor 7
Berdasarkan pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) Nomor 7 tentang Pengungkapan Pihak-Pihak yang
Mempunyai Hubungan Istimewa, diberikan definisi sebagai berikut:

“Pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa adalah pihak-pihak yang dianggap mempunyai hubungan
istimewa bila satu pihak mempunyai kemampuan untuk mengendalikan pihak lain atau mempunyai pengaruh
signifikan atas pihak lain dalam mengambil keputusan keuangan dan operasional”.

“Transaksi antara pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa adalah suatu pengalihan sumber daya atau
kewajiban antara pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa, tanpa menghiraukan apakah suatu harga
diperhitungkan”.

Dalam penjelasan definisi tersebut diuraikan lebih lanjut bahwa termasuk sebagai pihak-pihak yang mempunyai
hubungan istimewa adalah perusahaan di bawah pengendalian satu atau lebih perantara (intermediaries),
perusahaan asosiasi (associated company); perorangan yang memiliki hak suara yang berpengaruh secara
signifikan, dan anggota keluarga dekat ; karyawan kunci; dan perusahaan yang dimiliki baik secara langsung
maupun tidak langsung oleh setiap orang yang berpengaruh signifikan.
Dalam Standar Laporan Keuangan Internasional juga mensyaratkan adanya pengungkapan (disclosure) jika terjadi
transaksi hubungan istimewa sebagai berikut:
“Regardless of whether there have been transactions between a parent and a subsidiary, an entity must disclose the
name of its parent and, if different, the ultimate controlling party. If neither the entity’s parent nor the ultimate
controlling party produces financial statements available for public use, the name of the next most senior parent that
does so must also be disclosed”. [IAS 24.16]
Pihak yang mempunyai hubungan istimewa mungkin mempunyai suatu tingkat keluwesan dalam proses penentuan
harga, yang tidak terdapat dalam transaksi antara pihak yang tidak mempunyai hubungan istimewa. Suatu cara untuk
menentukan harga dalam suatu transaksi antara pihak yang mempunyai hubungan istimewa adalah dengan metode
harga pasar bebas yang dapat diperbandingkan. Bila barang atau jasa dipasok dalam suatu transaksi antara pihak
yang mempunyai hubungan istimewa, dan keadaan yang bersangkutan itu adalah serupa dengan keadaan dalam
transaksi perdagangan normal, metode ini sering digunakan. Metode ini juga sering digunakan untuk menentukan
biaya pembelanjaan bila barang dialihkan antara pihak yang mempunyai hubungan istimewa sebelum dijual kepada
pihak yang independen, metode harga penjualan kembali (resale price) sering digunakan (juli 2003 : 42).
2.2 Penerapan Prinsip Kewajaran dan Kelaziman Usaha (Arm’s Length Principle) Dalam Transaksi Hubungan
Istimewa
Dalam prinsip kewajaran dan kelaziman usaha (arm’s length principle) penetapan harga dan laba transaksi haruslah
sama dan sebanding antara transaksi dengan pihak-pihak yang memiliki hubungan istimewa dengan pihak-pihak
yang tidak dipengaruhi hubungan istimewa. Sama dan sebanding tidaklah dalam arti sama persis, akan tetapi
terdapat batasan-batasan rentang yang wajar (Kusumah, 2010 : 28).
Batasan rentang wajar memang tidak diberikan batasan yang pasti, tapi kalau merujuk pada ketentuan umum seperti
yang ditetapkan dalam PSAK, batasan wajar dapat diartikan dalam batasan yang tidak material (immaterial items).
Batasan ini dapat juga diartikan sebagai jumlah yang tidak signifikan terhadap keseluruhan transaksi. Peraturan
Direktur Jenderal Pajak Nomor PER – 43/PJ/2010 tanggal 6 November 2010 menetapkan batasan material adalah
transaksi yang tidak melebihi Rp. 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) tidak perlu dilakukan penerapan prinsip
penerapan kewajaran dan kelaziman usaha, tetapi cukup dengan membukuan seperti cara biasa.
Dalam Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER – 43/PJ/2010 tanggal 6 November 2010 diatur langkah-
langkah dalam penerapan-penerapan prinsip kewajaran dan kelaziman usaha (arm’s length principle), sebagai
berikut :
1. Melakukan analisis kesebandingan dan menentukan pembanding;
2. Menentukan metode penentuan harga transfer yang tepat;
3. Menerapkan prinsip kewajaran dan kelaziman usaha berdasarkan hasil analisis kesebandingan dan metode
penentuan harga transfer yang tepat ke dalam transaksi yang dilakukan antara Wajib Pajak dengan pihak
yang mempunyai hubungan istimewa; dan
4. Mendokumentasikan setiap langkah dalam menentukan harga wajar atau laba wajar sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan perpajakan yang berlaku.
Analisis kesebandingan adalah analisis yang dilakukan oleh Wajib Pajak atau Direktorat Jenderal Pajak atas kondisi
dalam transaksi yang dilakukan antara Wajib Pajak dengan pihak yang mempunyai hubungan istimewa untuk
diperbandingkan dengan kondisi dalam transaksi yang dilakukan antara pihak-pihak yang tidak mempunyai
hubungan istimewa, dan melakukan identifikasi atas perbedaan kondisi dalam kedua jenis transaksi dimaksud.
Dalam langkah ini juga ditentukan data pembanding yang berupa data pembanding internal dan eksternal. Data
pembanding internal didapatkan dari data perusahaan sendiri atas transaksi yang tidak dipengaruhi hubungan
istimewa, dan data eksternal adalah data perusahaan lain atas transaksi sejenis yang tidak dipengaruhi hubungan
istimewa. Penetapan transaksi sejenis dilakukan dengan memperhatikan kondisi materialitas dan signifikan. Data
pembanding internal lebih diprioritaskan penggunaannya dibandingkan data pembanding eksternal (Kusumah, 2010 :
28).

Dalam analisis kesebandingan ada faktor-faktor yang mempengaruhi kesebandingan yaitu karakteristik barang/harta
dan jasa, fungsi masing-masing pihak yang melakukan transaksi ketentuan-ketentuan dalam kontrak/perjanjian,
keadaan ekonomi, dan strategi usaha. Karakteristik barang dan jasa merupakan sifat fisik dan karakternya. Sifat ini
harus dapat dibandingkan secara signifikan untuk mendapatkan data sebanding. Fungsi masing-masing pihak harus
dapat mendeskripsikan apa kaitan penyerahan antar pihak tersebut, dapat dari rangkaian fungsi produksi sampai
distribusi dan penyediaan jasa. Dalam melakukan penilaian dan analisis atas kontrak/perjanjian harus dilakukan
analisis terhadap tingkat tanggung jawab, risiko, dan keuntungan yang dibagi antara pihak-pihak yang mempunyai
hubungan istimewa untuk dibandingkan dengan ketentuan-ketentuan dalam kontrak/perjanjian yang dilakukan oleh
pihak-pihak yang tidak mempunyai hubungan istimewa, yang meliputi ketentuan tertulis dan tidak tertulis. Keadaan
Ekonomi yang relevan, seperti keadaan geografis, luas pasar, tingkat persaingan, tingkat permintaan dan
penawaran, serta tingkat ketersediaan barang atau jasa pengganti pada transaksi yang dilakukan antara pihak-pihak
yang mempunyai hubungan istimewa dengan transaksi yang dilakukan oleh pihak-pihak yang tidak mempunyai
hubungan istimewa, juga dapat menjadi faktor analisa kesebandingan. Dan yang terakhir dilakukan analisa terhadap
strategi usaha antara lain dengan mengidentifikasi inovasi dan pengembangan produk baru, tingkat diversifikasi
barang/jasa, tingkat penetrasi pasar, dan kebijakan-kebijakan usaha lainnya, yang terjadi pada pihak-pihak yang
mempunyai hubungan istimewa dan pihak-pihak yang tidak mempunyai hubungan istimewa.

Dalam penentuan metode harga wajar atau laba wajar diberikan panduan metode mana yang tepat diterapkan dalam
kondisi-kondisi tertentu. Metode penentuan harga transfer yang dapat diterapkan adalah:

1. Metode perbandingan harga antara pihak yang independen (comparable uncontrolled price/CUP);
2. Metode harga penjualan kembali (resale price method/RPM) atau metode biaya-plus (cost plus
method/CPM);
3. Metode pembagian laba (profit split method/PSM) atau metode laba bersih transaksional (transactional net
margin method/TNMM).
Penerapan metode-metode ini wajib dilakukan secara berurutan sesuai urutan prioritasnya. Prioritas pertama dimulai
dengan menerapkan metode perbandingan harga antar pihak yang independen. Jika metode ini tidak tepat maka
diterapkan metode penjualan kembali (resale price method/RPM) atau metode biaya-plus tergantung mana yang
lebih sesuai untuk diterapkan. Dalam hal metode ini juga tidak tepat untuk diterapkan, dapat diterapkan metode
pembagian laba atau metode laba bersih transaksional.
Kondisi yang tepat dalam menerapkan metode perbandingan harga antar pihak yang independen adalah:

1. Barang atau jasa yang ditransaksikan memiliki karakteristik yang identik dalam kondisi yang sebanding; atau
2. Kondisi transaksi yang dilakukan antara pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa dengan pihak-
pihak yang tidak memiliki hubungan istimewa identik atau memiliki tingkat kesebandingan yang tinggi atau
dapat dilakukan penyesuaian yang akurat untuk menghilangkan pengaruh dari perbedaan kondisi yang
timbul.
Kondisi yang tepat dalam menerapkan metode penjualan kembali adalah :

1. Tingkat kesebandingan yang tinggi antara transaksi antara Wajib Pajak yang mempunyai hubungan istimewa
dengan transaksi antara Wajib Pajak yang tidak mempunyai hubungan istimewa.
2. Pihak penjual kembali (reseller) tidak memberikan nilai tambah yang signifikan atas barang atau jasa yang
diperjualbelikan.
Kondisi yang tepat dalam menerapkan metode biaya-plus adalah:

1. Barang setengah jadi dijual kepada pihak-pihak yang mempunyai Hubungan Istimewa;
2. Terdapat kontrak/perjanjian penggunaan fasilitas bersama (joint facility agreement) atau kontrak jual-beli
jangka panjang (long term buy and supply agreement) antara pihak-pihak yang mempunyai hubungan
istimewa; atau
3. Bentuk transaksi adalah penyediaan jasa.
Metode pembagian laba secara khusus hanya dapat diterapkan dalam kondisi sebagai berikut :

1. Transaksi antara pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa sangat terkait satu sama lain sehingga
tidak dimungkinkan untuk dilakukan kajian secara terpisah; atau
2. Terdapat barang tidak berwujud yang unik antara pihak-pihak yang bertransaksi yang menyebabkan kesulitan
dalam menemukan data pembanding yang tepat.
Dalam hal kondisi-kondisi di atas tidak terpenuhi maka metode laba bersih transaksional (transactional net margin
method/TNMM) dapat diterapkan.
Penerapan metode-metode di atas akan menghasilkan harga atau laba wajar. Harga atau laba wajar dapat
berbentuk harga tunggal (single price) atau dalam bentuk rentang harga wajar atau laba wajar (arm’s length
range/ALR). Rentang harga wajar atau laba wajar dapat terbentuk jika pengujian data pembanding diperoleh dari
banyak data pembanding. Jika yang digunakan adalah rentangan, maka ditentukan harga wajar atau laba wajar
dalam antara kuartil pertama dan ketiga yang harus memenuhi persyaratan sebagai berikut (Nugroho, 2011 : 39):
1. Transaksi atau data pembanding yang digunakan dapat diandalkan.
2. Didukung dengan bukti-bukti dan penjelasan yang memadai bahwa penetapan harga atau laba tunggal tidak
dapat dilakukan.
Dalam hal transaksi jasa yang dipengaruhi hubungan istimewa, prinsip kewajaran dan kelaziman usaha juga wajib
diterapkan. Persyaratan transaksi jasa memenuhi prinsip kewajaran dan kelaziman usaha adalah:

1. Penyerahan atau perolehan jasa benar-benar terjadi;


2. Terdapat manfaat ekonomis atau komersial dari perolehan jasa; dan
3. Nilai transaksi jasa antara pihak-pihak yang mempunyai Hubungan Istimewa sama dengan nilai transaksi jasa
yang dilakukan antara pihak-pihak yang tidak mempunyai Hubungan Istimewa yang mempunyai kondisi yang
sebanding.
Langkah-langkah dalam penentuan harga jasa wajar atau laba wajar dilakukan dengan cara yang sama seperti di
atas. Akan tetapi ada kalanya jasa dimanfaatkan tidak hanya oleh wajib pajak sendiri, tetapi secara bersama-sama
jasa tersebut juga dimanfaatkan oleh pihak lain yang memiliki hubungan istimewa, akan tetapi tidak dapat
diidentifikasi nilai transaksi jasa yang diterima masing-masing. Dalam hal demikian maka beban jasa harus
dialokasikan berdasarkan manfaat yang diterima oleh masing-masing pihak. Pengalokasian beban jasa harus terukur
dan berdasarkan perhitungan yang dapat diandalkan. Hal ini juga berlaku sama atas transaksi pemanfaatan harta
tidak berwujud.

2.3 Pertimbangan Akuntansi


Prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia mengharuskan pengungkapan pihak yang memiliki hubungan
istimewa. Pernyataan standar akuntansi keuangan tertentu mengatur perlakuan akuntansi jika terdapat pihak – pihak
yang memiliki hubungan istimewa, namn; namun, prinsip akuntansi yang telah ditetapkan biasanya tidak
mensyaratkan transaksi dengan pihak – pihak yang memiliki hubungan istimewa diperlakukan dengan dasar yang
berbeda dari yang seharusnya, jika tidak terdapat hubungan istimewa. Auditor harus memandang transaksi antar
pihak yang memiliki hubungan istimewa dalam rangka pernyataan prinsip akuntansi, dengan penekanan pada cukup
atau tidaknya pengungkapannya. Di samping itu, auditor harus menyadari bahwa substansi suatu transaksi dapat
secara signifikan menjadi berbeda dari bentuknya dan bahwa laporan keuangan harus mengidentifikasi substansi
transaksi tersebut dan bukan hanya bentuk hukumnya semata.

Transaksi – transaksi yang karena sifatnya mungkin memberikan indikasi adanya pihak yang memiliki hubungan
istimewa, antara lain:

1. Transaksi peminjaman atau pemberian pinjaman tanpa beban bunga atau dengan suku bunga yang secara
signifikan di atas atau di bawah suku bunga pasar yang berlaku umum pada saat transaksi.
2. Transaksi penjualan real estate pada tingkat harga yang berbeda secara signifikan dari nilai taksiran.
3. Transaksi pertukaran property dengan property yang serupa dalam transaksi nonmoneter.
4. Transaksi pemberian pinjaman tanpa ketentuan mengenai jadwal dan cara pengembaliannya.
2.4 Tambahan istilah dalam PSAK 7 (Rev. 2010)
 Pengendalian bersama
 Anggota keluarga dekat dari individu
 Anggota manajemen kunci
 Entitas yang berelasi dengan pemerintah
 Pemerintah
 Imbalan kerja
 Kompensasi
2.5 Pihak – pihak Berelasi
} Orang atau entitas yang berelasi dengan “entitas pelapor”

1. Orang atau anggota keluarga terdekatnya berelasi dengan entitas pelopor jika orang tersebut:
A. i. Memiliki pengendalian atau pengendalian bersama
terhadap entitas pelapor.
B. ii. Memiliki pengaruh signifikan terhadap entitas
pelapor; atau
C. iii. Personil manajemen kunci entitas pelapor atau entitas
induk entitas pelapor.
} Orang atau entitas yang berelasi dengan “Entitas Pelapor”

1. Suatu Entitas Berelasi dengan Entitas Pelapor jika memenuhi hal – hal berikut;
A. i. Entitas dan entitas pelapor adalah anggota dari kelompok
usaha yang sama (artinya entitas induk, entitas anak dan entitas anak berikutnya berelasi dengan
entitas lain;
B. ii. Satu entitas adalah entitas asosiasi atau ventura bersama
bagi entitas lain (atau entitas asosiasi atau ventura bersama yang merupakan anggota suatu
kelompok usaha, dimana entitas lain tersebut adalah anggotanya.
C. iii. Kedua entitas tersebut adalah ventura bersama dari pihak
ketiga yang sama;
} Orang atau entitas yang berelasi dengan “entitas pelapor”

c. Suatu entitas berelasi dengan entitas pelapor jika memenuhi hal-hal berikut;

1. i. Satu entitas adalah ventura bersama dari entitas ketiga dan


entitas yang lain adalah entitas asosiasi dari entitas ketiga.
2. ii. Entitas tersebut adalah suatu program imbalan pasca kerja untuk
imbalan kerja dari salah satu entitas pelapor atau entitas yang berelasi dengan entitas pelapor. Jika entitas
pelapor adalah entitas yang menyelenggarakan program tersebut, entitas sponsor juga berelasi dengan
entitas pelapor
3. iii. Entitas yang dikendalikan atau dikendalikan bersama oleh orang
yang diidentifikasi dalam butir (a)
4. iv. Orang yang diidentifikasi dalam butir (a) (i) memiliki pengaruh
signifikan terhadap entitas atau anggota menejemen kunci entitas (atau entitas induk dari entitas).
2.6 Bukan Pihak-pihak Berelasi
 Penyandang dana
 Serikat dagang
 Entitas pelayanan publik
 Pelanggan, pemasok, pemegang waralaba, distributor, perwakilan / agen umum.
2.7 Bukan pihak – pihak Berelasi Tambahan dalam PSAK 7 (Rev. 2010)
 Dua entitas yang mempunyai direksi atau personil manajemen kunci yang sama atau manajemen kunci
tersebut mempunyai pengaruh signifikan atas entitas lain.
 Dua venturer yang mempunyai pengendalian bersama atas suatu ventura bersama.
 Departemen dan instansi pemerintah yang tidak mengendalikan, mengendalikan bersama atau memiliki
pengaruh signifikan terhadap entitas pelapor.
2.8 Pengungkapan Pihak – pihak yang Berelasi
 Nama entitas induk, jika berbeda dengan entitas anak. Pihak yang paling mengendalikan. Jika entitas induk
maupun pihak pengendali utama menghasilkan laporan keuangan yang tersedia untuk keperluan umum,
nama entitas induk berikutnya yang paling pertama melakukannya (next most senior parent) juga harus
diungkapkan.
 Kompensasi manajemen kunci secara total dan berdasarkan kategori:
 Imbalan kerja jangka pendek.
 Imbalan pasca-kerja.
 Imbalan kerja jangka panjang lainnya.
 Imbalan pemutusan hubungan kerja.
 Pembayaran berbasis saham.
 Transaksi dengan pihak – pihak berelasi meliputi:
 Nilai transaksi.
 Jumlah saldo (outstanding balances),termasuk komitmen dan:
 Persyaratan dan ketentuan terkait, termasuk apakah terdapat jaminan, dan sifat
bahwa imbalan harus diberikan pada saat penyelesaian.
 Rincian jaminan yang diberikan atau diterima.
 Penyisihan piutang ragu-ragu terkait dengan jumlah saldo (outstanding balances).
 Beban yang diakui selama periode atas piutang ragu – ragu atau penghapusan piutang dari
pihak – pihak berelasi.
 Pihak – pihak berelasi yang diperlakukan setara dengan pihak dalam transaksi yang wajar
(arm’s length transaction).
 Klasifikasi pengungkapan atas pihak-pihak berelasi:
 Entitas induk
 Entitas dengan pengendalian bersama atau pengaruh signifikan terhadap entitas.
 Entitas anak
 Entitas asosiasi
 Ventura bersama dimana entitas merupakan venturer
 Anggota manajemen kunci dari entitas atau entitas induknya
 Pihak – pihak berelasi lainnya.
 Entitas yang berelasi dengan pemerintah:
 Nama pemerintah dan sifat dari hubungan tersebut dengan entitas pelapor
(misalnya; pengendalian, pengendalian bersama atau pengaruh signifikan).
 Informasi berikut dengan rincian yang cukup yang memungkinkan pengguna
laporan keuangan entitas memahami dampak transaksi dengan pihak-pihak
berelasi dalam laporan keuangannya:
 Sifat dan jumlah setiap transaksi yang secara individual signifikan.
 Untuk transaksi lain yang secara kolektif signifikan, yang diindikasikan
kualititatif atau kuantitatif.
2.9 Contoh situasi transaksi antara pihak yang mepunyai hubungan istimewa mungkin memerlukan
pengungkapan oleh suatu perusahaan pelapor:
v Pembelian atau penjualan barang

v Pembelian atau penjualan property dan asset lain

v Pemberian atau penerimaan jasa


v Pengalihan riset dan pengembangan

v Pendanaan

v Garansi dan penjaminan (collateral)

v Kontrak manajemen

2.9.1 Unsur – unsur hakekat transaksi yang harus diungkapkan antara pihak-pihak yang mempunyai
hubungan istimewa biasanya mencakup:
 Suatu petunjuk mengenai volume transaksi, baik jumlah maupun proporsinya.
 Jumlah atau proporsi pos-pos terbuka
 Kebijakan harga
2.9.2 Prosedur Audit
Suatu audit yang dilaksanakan berdasarkan standar auditing yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia tidak dapat
diharapkan untuk memberikan keyakinan bahwa semua transaksi antar pihak yang memiliki hubungan istimewa
dapat ditemukan. Namun, selama proses audit, auditor harus waspada akan adanya transaksi antarpihak yang
memiliki hubungan istimewa yang material yang dapat mempengaruhi laporan keuangan dan kepemilikan bersama
(common ownership) atau hubungan pengendalian manajemen; yang menurut prinsip akuntansi yang berlaku umum
di Indonesia harus diungkapkan. Banyak prosedur yang dikemukakan dalam paragraph selanjutnya yang biasanya
dilaksanakan dalam audit berdasarkan standar auditing yang ditetapkan Ikatan Akuntansi Indonesia, walaupun jika
auditor tidak memiliki alasan untuk mencurigai adanya transaksi antarpihak yang memiliki hubungan istimewa atau
adanya hubungan pengendalian. Prosedur – prosedur audit lain yang dikemukakan dalam Seksi ini terutama
diarahkan pada transaksi antarpihak yang memiliki hubungan istimewa.

Dalam penentuan lingkup pekerjaan yang harus dilakukan berkenaan dengan kemungkinan adanya transaksi
antarpihak yang memiliki hubungan istimewa, auditor harus memperoleh pemahaman tentang tanggung jawab
manajemen dan hubungan masing – masing bagian dari entitas secara keseluruhan. Auditor harus
mempertimbangkan pengendalaian atas aktivitas manajemen, dan ia harus mempertimbangkan tujuan bisnis yang
dilayani oleh berbagai bagian dari entitas. Umumnya, struktur bisnis dan gaya operasi didasarkan atas kemampuan
manajemen, pertimbangan hokum dan pajak, diversifikasi produk, dan lokasi geografis. Pengalaman menunjukkan
bahwa struktur bisnis dan gaya operasi kadang – kadang dirancang dengan sengaja untuk mengaburkan transaksi
antarpihak yang memiliki hubungan istimewa.

Dalam kondisi yang didalamnya tidak terdapat bukti yang sebaliknya, transaksi antarpihak yang memiliki hubungan
istimewa seharusnya tidak dianggap sebagai aktivitas bisnis biasa dengan pihak luar. Namun, auditor harus waspada
terhadap kemungkinan bahwa transaksi antarpihak yang memiliki hubungan istimewa didorong semata – mata, atau
dalam ukuran yang lebih besar, oleh kondisi yang mirip dengan kondisi berikut ini:

a. Tidak cukupnya modal kerja atau pinjaman untuk melanjutkan bisnis.

b. Keinginan yang mendesak untuk mencatat tingkat laba yang tinggi secara berkelanjutan dalam upaya untuk
mendukung harga saham perusahaan.

c. Prakiraan laba yang terlalu optimis.

d. Ketergantungan pada satu atau beberapa produk, customers, atau transaksi untuk kelangsungan keberhasilan
perusahaan.

e. Penurunan industry yang ditandai dengan sejumlah besar kegagalan bisnis.

f. Kelebihan kapasitas

g. Tuntutan perkara hokum yang signifikan, terutama perkara hokum antara pemegang saham dengan manajemen.

h. Ancaman keusangan yang signifikan karena perusahaan beroperasi dalam industry berteknologi tinggi.

III. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas, maka kesimpulan yang dapat ditarik adalah sebagai berikut:
1. Pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa adalah pihak-pihak yang dianggap mempunyai hubungan
istimewa bila satu pihak mempunyai kemampuan untuk mengendalikan pihak lain atau mempunyai pengaruh
signifikan atas pihak lain dalam mengambil keputusan keuangan dan operasional
2. Dalam prinsip kewajaran dan kelaziman usaha (arm’s length principle) penetapan harga dan laba transaksi
haruslah sama dan sebanding antara transaksi dengan pihak-pihak yang memiliki hubungan istimewa dengan
pihak-pihak yang tidak dipengaruhi hubungan istimewa. Sama dan sebanding tidaklah dalam arti sama
persis, akan tetapi terdapat batasan-batasan rentang yang wajar.
3.2 Saran
Saran atau rekomendasi yang dapat penulis berikan adalah sebagai berikut:

1. Pihak otoritas pajak dan Wajib Pajak harus saling bekerjasama dalam memecahkan permasalahan
dokumentasi untuk menghindari adanya persyaratan dokumentasi yang berlebihan. Selain itu, juga untuk
memberikan informasi yang memadai untuk menerapkan prinsip kewajaran.
2. Metode untuk menyelidiki adanya prinsip kewajaran dan kelaziman usaha (arm’s length principle) dalam
praktik perlu dipahami oleh investor. Dengan begitu, investor bisa menilai apakah transaksi yang dilakukan
oleh perusahaan publik dengan perusahaan afiliasinya mengandung unsur transfer pricing atau tidak.

DAFTAR PUSTAKA

1. Kusumah, R. Agung. “Menolak Tuduhan Transfer Pricing”. Jurnal Akuntansi Paradigmana. Volume IX Nomor
3 tanggal 19 Februari 2010.
2. Juli, Wan. 2003. Penerapan Transfer Pricing di Indonesia. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
3. Nugroho, Ryan Abdi. 2011. “Transaksi dengan Pihak-pihak yang Mempunyai Hubungan Istimewa”. Jurnal
Ekonomi, Manajemen dan Akuntansi. Volume IV Nomor 12 tanggal 8 November 2011

Вам также может понравиться