Вы находитесь на странице: 1из 24

8

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Penyakit Demam Typhoid

2.1.1 Definisi

Demam typhoid merupakan penyakit infeksi sistemik yang

disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi. Penyakit ini ditandai adanyanya

demam berkepanjangan, di topang dengan bakteremia tanpa keterlibatan

struktur endhotelia dan invasi bakteri sekaligus multiplikasi kedalam hati,

limpa, dan kelenjar limfe yang dapat ditularkan melalui mkanan atau air

yang terkontaminasi (Nurarif dan Kusuma, 2015).

Demam typhoid adalah penyakit infeksi sistemik yang disebakan oleh

Salmonella typhi. Organisme ini masuk melalui makanan dan minuman

yang sudah terkontaminasi dari feses dan urine seseorang yang terinfeksi

oleh Salmonella (Padila, 2013).

Demam typhoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang

disebabkan oleh kuman Salmonella typhi dan Salmonella paratihpi A, B, C .

Sinonim dari penyakit ini adalah Typhoid, Paratypoid dan Abdominalis

(Padila, 2013)

Demam typhoid adalah penyakit infeksi pada usus yang menimbulkan

gejala-gejala sistemik yang disebabkan “Salmonella Typhosa”, Salmonella

Paratyphi “A, B, C”. Penularan infeksi ini melalui makanan dan minuman

yang terkontaminasi. Sumber utma terjadinya infeksi “Carier” ini mungkin

penderita sedang saakit (Wjaya dan Putri, 2013)

8
9

Demam typhoid adalah demam yang disebabkan adayanya bakteri

Salmonella Typhi yang ditandai adanya demam tinggi, diare, muntah dan

nafsu makan yang menurun.

2.1.2 Etiologi

Etiologi demam typhoid adalah salmonella typhi. Salmonella para

typhi A, B, C ada dua sumber penularan salmonella typhi yaitu pasien

dengan demam typhoid dan pasien dengan carier. Carier adalah orang yang

sembuh dari demam typhoid dan masih terus mengekresi salmonella typhi

dalam tinja dan air kemih selama lebih dari 1 tahun (Padila, 2013).

Salmonella typhi sama dengan salmonella yang lain adalah bakteri Gram-

negatif, mempunyai flagella tidak berkapsul, tidak membentuk spora,

fakultatif anaerob. Mempunyai antigen somatic (O) yang terdiri dari

oligosakarida, flagelar antigen (H) yang terdiri dari protein dan envelope

antigen (K) yang terdiri dari polisakarida. Mempunyai makromolekular

lipopolisakarida kompleks yang membentuk lapis luar dari dinding sel dan

dinamakan endotoksin. Salmonella typhi juga dapat memperoleh plasmid

factor-R yang berkaitan dengan resistensi terhadap multiple antibiotic

(Nurarif and Kusuma, 2015)

2.1.3 Patofisiologi

Penularan Salmonella typhi dapat ditularkan melalui berbagai cara,

yang dikenal dengan 5F yaitu : Food (makanan), Fingers (jari tangan/kuku),

Fomitus (muntah), Fly (lalat), dan melalui feses.

9
10

Feses dan muntah pada penderita typhoid dapat menularkan kuman

Salmonella typhi kepada orang lain. Kuman tersebut dapat ditularkan

melalui perantara lalat, dimana lalat akan hinggap dimakanan yang akan

dkonsumsi oleh orang yang sehat. Apabila orang tersebut kurang

memperhatikan kebersihan dirinya seperti mencuci tangan dan makanan

yang tercemar kuman Salmonella typhi masuk ke tubuh orang yang sehat

melalui mulut. Kemudian kuman masuk ke dalam lambung, sebagian kuman

akan dimusnahkan oleh asam lambung dan sebagian lagi masuk ke usu

halus distal dan mencapai jaringan limpoid. Di dalam jaringan lymphoid

kuman berkembang biak, lalu masuk ke aliran darah dan mencapai sel-sel

retikuloendotelial. Sel-sel retikuloendotelial ini kemudian melepaskan

kuman ke dalam sirkulasi darah dan menimbulkan bakterimia, kuman

selanjutnya masuk limpa, usus halus, dan kandung mpedu.

Semula disangka demam dan gejala toksemia pada typhoid

disebabkan oleh endotoksemia. Tetapi berdasarkan penelitan eksperimental

disimpulkan bahwa endotoksemi bukan merupakan penyebab utama demam

pada typhoid. Endotoksemia beberapa pada pathogenesis typhoid, karena

membantu proses inflamasi local pada usus halus. Demam disebabkan

karena salmonella typhi dan endotoksinnya merangsang sintesis dan

pelepasan zat pirogen oleh leukosit pada jaringan yang meradang (Padila,

2013).

10
11

2.1.4 Manifestasi Klinis

Gejala yang disebabkan demam typhoid adanya kurang nafsu makan,

sakit kepala, demam, dan diare. Sekitar 3% – 5% pasien menjadi pembawa

bakteri setelah menderita penyakit akut (Luklukaningsih, 2014).

1. Gejala pada anak : Inkubasi antara 5-40 hari dengan rata-rata 10-14

hari.

2. Demam meninggi sampai akhir minggu pertama.

3. Demam turun pada minggu ke empat, kecuali demam tidak tidak

tertangani akan menyebabkan syok, stupor, dan koma.

4. Ruam muncul pada hari ke 7-10 dan bertahan selama 2-3 hari.

5. Nyeri kepala dan nyeri perut.

6. Kembung, mual, muntah, diare, dan konstipasi

7. Pusing, bradikardi, nyeri otot

8. Batuk

9. Epistaksis

10. Lidah yang berselaput (kotor ditengah, tepi dan ujung merah dan

tremor)

11. Hepatomegali, splenomegali, meteroismus

12. Gangguan mental berupa somnolen

13. Delirium atau psikosis

14. Dapat tiimbul dengan gejala yang tidak tipikal terutama pada bayi muda

sebagai penyakit demam akut dengan disertai syok dan hipotermia.

11
12

Tabel 2.1 Gejala dan tanda Typhoid dalam Priode infeksi


Keluhan dan Gejala Demam Typhoid
Minggu Keluhan Gejala Patologi
Minggu Panas berlangsung Ganggaun Bakterimia
pertama insidious, tipe panas saluran cerna
stepladder yang
mencapai 36-40C,
menggigil, nyeri
kepala
Minggu kedua Rash, nyeri Rose sport, Vaskulitis,
abdomen, diare atau splenomegali, hiperlasi
konstipasi, delirium hepatomegali nodul typhoid
pada limpa
dan hati
Minggu ketiga Komplikasi : Melena, ilius, Ulserasi pada
perdarahan saluran ketegangan, player’s
cerna, perforasi, abdomen, patches, nodul
syok koma typhoid pada
limpa dan hati
Minggu Keluhan menurun, Tampak sakit Kolelitiasis,
keempat, dst relaps,penurunan berat, kakeksia carrier kronik
BB
(Nurarif and Kusuma, 2015)

2.1.5 Komplikasi

1) Komplikasi Intestinal

a) Perdarahan usus

Merupakan komplikasi yang paling sering terjadi, sekitar 10% kasus.

Hal ini terjadi karena erosi/ pengikisan plak player yang sudah mati

(nekrosis) dari dinding usus bagian dalam yang dilalui pembuluh

darah biasya akan terlihat darah di feses. Perdarahan biasanya ringan

dan tidak membutuhkan tranfusi.

b) Perporasi usus

Komplikasi yang sering terjadi pada 1-3% kasus. Terdapat lubang di

usus, akibatnya isi usus dapat masuk ke dalam rongga perut dan

12
13

menimbulkan gejala. Tanda-tanda perporasi usus adalah nyeri perut

yang tidak tertahankan, denyut nadi meningkat, dan tekanan darah

menurun secara tiba-tiba. Ini mendapatkan penanganan segera.

c) Ilius paralitik

Keadaan abdomen akut berupa kembung disertai karena usus tidak

dapat bergerak, pasien tidak dapat buang air besar.

2) Komplikasi Extra Intestinal

a) Komplikasi kardiovaskular : kegagalan sirkulasi (renjatan sepsis),

miokarditis, thrombosis, trombopleblitis.

b) Komplikasi darah : anemia hemolitik, trombositopenia, dan

syndrome uremia hemolitik.

c) Komplikasi paru : pneumonia, empiema, dan pleurtis.

d) Komplikasi pada hepar dan kandung empedu : hepatitis dan

kolesistitis.

e) Komplikasi ginjal : glomerulus nefritis, pyelonepritis, dan

perinepritis.

f) Komplikasi pada tulang : osteomyolitis, osteoporosis, spondilitis,

dan arthritis.

g) Komplikasi neuropsikiatrik : delirium, meningitis, dan sindroma

katatonia. (Padila, 2013)

13
14

2.1.6 Penatalaksanaan

1) Perawatan

a) Klien diistirahatkan 7 hari sampai demam turun atau 14 hari untuk

mencegah komplikasi perdarahan usus.

b) Mobilisasi bertahap bila tidak ada panas.

2) Diet

a) Diet yang sesuai, cukup kalori dan tinggi protein.

b) Pada penderita yang akut dapat diberi bubur saring.

c) Setelah bebas demam diberi bubur kasar selama 2 hari lalu nasi

tim.

d) Dilanjutkan dengan nasi biasa setelah penderita bebas dari demam

selama 7 hari

3) Obat-obatan

a) Klorampenikol

Di Indonesia klorampenikol masih merupakan obat pilihan utama

untuk pengobatan demam typhoid. Dosis yang diberikan 4 α 500

mg perhari dapat diberikan peroral atau intravena, diberikan sampai

dengan 7 hari bebas demam.

b) Tiampenikol

Dosis dan efektivitas tiampenikol pada demam typhoid hamper

sama dengan klorampenikol. Dosis 4 α 500 mg diberikan sampai

hari ke 5 dan hari ke 6 bebas demam

14
15

c) Kontrimoxazol

Dosis untuk orang dewasa 2 α 2 tablet dan diberikan selama 2

minggu.

d) Amoxilin dan Ampicilin

Kemampuan obat untuk menurunkan demam lebih rendah

dibandingkan dengan klorampenikol, dosis diberikan 50-150mg/

kgBB dan digunakan selama 2 minggu. (Padila, 2013)

2.1.7 Pecegahan

Cara pencegahan yang dilakukan pada demam typhoid adalah cuci

tangan setelah dari toilet dan khususnya sebelum makan atau

mempersiapkan makanan, hindari minum susu mentah (yang belum

dipsteurisasi), hindari minum air mentah, rebus air sampai mendidih, dan

hindari makanan pedas (Seran, 2015).

2.1.8 Pemeriksaan Penunjang

1) Pemeriksaan Leukosit

Di dalam beberapa linteratur dinyatakan bahwa demam typhoid terdapat

leucopenia dan liposistosis relative tetapi kenyataannya leucopenia

tindakan sering dijumpai. Pada kebanyakan kasus demam typhoid,

jumlah leukosit pada sediaan dara tepi pada batas-batas normal bahkan

kadang-kadang terdapat leukosit walaupun tidak ada komplikasi atau

infeksi sekunder. Hasil laboratorium (5700-18000 sel/mm)

15
16

2) Pemeriksaan SGOT dan SGPT

SGOT dan SGPT pada demam typhoid seringkali meningkat tetapi

dapat kembali normal setelah sembuhnya typhoid. Hasil laboratorium (

SGOT 3-45 mikro/ liter, SGPT 0-35 mikro/liter)

3) Biakan Darah

Bila biakan darah positif hal itu menandakan demam typhoid, tetapi bila

biakan darah negative tidak menutup kemungkinan akan terjadi demam

typhoid. Hal ini dikarenakan hasil biakan darah tergantung dari

beberapa factor :

a. Teknik pemeriksaan laboratorium

Hasil pemeriksaan satu laboratorium berbeda dengan laboratorium

yang lain, hal ini disebabkan oleh perbedaan teknik dan media

biakan yang di gunakan. Waktu pengambilan darah yang baik adalah

pada saat demam tinggi yaitu saat bakterimia berlangsung.

b. Saat pemeriksaan selama perjalanan penyakit

Biakan darah terhadap salmonella typhi terutama positif pada

minggu pertama dan berkurang pada minggu-minggu berikutnya.

Pada waktu kambuh biakan darah dapat positif kembali

c. Vaksinasi dimasa lampau

Vaksinasi terhadap demam typhoid di masa lampau dapat

menimbulkan antibody dalam darah klien, antibody ini dapat

menekan bakterimia sehingga biakan darah negative.

16
17

d. Pengobatan dengan obat anti mikroba

Bila klien sebelum pembiakan darah sudah mendapatkan obat anti

mikroba pertumbuhan kuman dalam media biakan terhadap dan hasil

biakan mungkin negative.

4) Uji Widal

Uji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibody

(agglutinin). Aglutinin yang spesifik terhadap salmonella typhi terdapat

dalam serum klien dengan typhoid juga terdapat pada orang yang

pernak divaksinasikan. Antigen yang digunakan pada uji widal adalah

suspense salmonella yang sudah dimatikan dan diolah di laboratorium.

Tujuan dari uji widal adalah untuk menentukan adanya aglutinin dalam

serum klien yang disangka menderita typhoid. Akibat infeksi oleh

salmonella typhi, klien membuat antibody atau agglutinin yaitu :

a. Aglutini O, yang dibuat karena rangsangan antigen O (berasal dari

tubuh kuman) nilai normal : negative – 1/640

b. Aglutinin H, yang dibuat karena rangsangan antigen H (berasal dari

flagel kuman) nilai normal : negative – 1/640

c. Agglutinin Vi, yang dibuat karena rangsangan antigen Vi (berasal

dari simpai kuman). (Padila, 2013)

5) Kultur

a. Kultur darah : bisa positif pada minggu pertama

b. Kultur urine : bisa positif pada akhir mingg kedua

c. Kultur feses : bisa positif dari minggu kedua hingga minggu ketiga

17
18

6) Anti Salmonella typhi Igm

Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi secara dini infeksi akut

salmonella typhi, Karena antibody Igm muncul pada hari ke-3 dan 4

terjadinya demam. (Nurarif and kusuma, 2015)

2.2 Konsep Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan dari

Tubuh

2.2.1 Definisi

Asupan nutrisi yang tidak cukup dalam pemenuhan metabolic dalam

tubuh. (Nurarif dan Kusuma, 2015)

2.2.2 Batasan karakteristik

Menurut Nurarif dan Kusuma (2015), beberapa batasan – batasan

karakteristik ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang

antara lainnya :

1. Kram abdomen

2. Nyeri abdomen

3. Menghindari makanan

4. Berat badan 20% atau lebih dibawah berat ideal

5. Diare

6. Bising usus hiperaktif

7. Kurang makanan

8. Kurang informasi

9. Kurang minat dalam makanan

18
19

2.2.3 Faktor yang Berhubungan

Menurut Nurarif dan Kusuma (2015), beberapa faktor yang

mempengaruhi ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

meliputi :

1. Faktor biologis

2. Faktor ekonomi

3. Ketidak mampuan untuk mengabsorbsi nutrient

4. Ketidak mampuan mencerna makanan

5. Ketidak mampuan menelan makanan

6. Faktor psikologis

2.2.4 Nutrisi

Nutrisi merupakan proses pemasukan dan pengelola zat makanan

tubuh untuk bertujuan dalam menghasilkan energy dan dan digunakan

dalam aktivitas tubuh (Hidayat, 2015).

2.2.5 Nutrien

Nutrient adalah zat gizi yang terkandung dalam makanan yang terdiri

dari karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, dan air (Hidayat, 2015).

2.2.6 Macam – Macam Nutrien

1. Karbohidrat

Karbohidrat adalah zat gizi yang terdapat dalam makanan, pada

umumnya terdapat amilum. Pembentukan amilum terdapat dalam mulut

19
20

yang melalui enzim petialin yang terdapat pada air ludah. Amilum diubah

menjadi maltose yang diteruskan dalam lambung. Dari lambung hidrat

arang diteruskan menuju ke usus dua belas jari melalui getah pancreas

yang mengandung amylase. Dengan demikian, sisa amilum yang belum

diubah menjadi maltose oleh amylase pancreas diubah seluruhnya

menjadi maltose. Maltose bertugas mengubah mengubah maltose

menjadi dua glukosa sakarosa, friktoa dan glukosa. Laktogen bertugas

mengubah laktosa menjadi glukosa dan galaktosa. Setelah berada di usus

halus, seluruhnya di ubah menjadi monosakarida oleh enzim – enzim

tadi. (Hidayat, 2015)

Penyerapan karbohidrat yang dikonsumsi / dimakan masih dapat di

temukan dalam tiga bentuk, yaitu polisakarida, disakarida, dan

monosakarida. Monosakarida dan disakarida mempunyai sifat yang

mudah larut dalam air sehingga mudah diserap melalui dinding usus

mengikuti hokum difusi osmose atau tidak memerlukan tenaga sehingga

langsung memasuki ke pembulu darah (Hidayat, 2015)

2. Lemak

Pencernaan lemak dimulai dalam lambung, karena dalam mulut

tidak ada enzim yang utuk memecahkan lemak. Lambung mengeluarkan

enzim lipase untuk mengubah sebagian kecil lemak menjadi asam lemak

dan gliserin. Penyarapan lemak dilakukan secara pasif setelah lemak

diubah menjadi gliserol asam lemak (Hidayat, 2015)

20
21

3. Protein

Protein adalah nutrient yang paling utama diperlukan oleh tubuh.

Protein dibagi menjadi dua yaitu protein nabati dan protein hewani,

sedangkan protein nabati berasal dari tumbuh – tumbuhan dan protein

hewani barasal dari hewan. Protein yang dibutuhkan oleh tubuh kita

sekitar 1gr/kgBB/hari. Satu gram dari protein menghasilkan 4 kalori

(Asmadi, 2008).

4. Vitamin

Vitamin merupakan zat organic yang diperlukan oleh tubuh dengan

jumlah sedikit dan akan menimbulkan penyakit yang khas bila tubuh

tidak akan memperolehnya dalam jumlah yang mencukupi. Vitamin

terbagi dalam klasifikasi yaitu vitamin yang mudah larut dalam air dan

vitamin yang larut dalam lemak. Vitamin yang larut dalam air terdiri dari

vitamin B dan vitamin C. vitamin B meliputi vitamin B1 (Tiamin),

vitamin B2 (Riboflavin), vitamin B6, niasin, asam folat, vitamin B12

(Sianokobalamin), biotin, dan asam pantotenat. Sedangkan vitamin yang

larut dalam lemak meliputi itamin A, D, E, dan K. itamin yang larut

dalam lemak merupakan molekul yang tidak larut dalam air. Absorbsinya

sama dengan absorbsi lemak yang sama memerlukan enzim pencernaan

lemak dan empedu (Asmadi, 2008).

5. Mineral

Mineral hadir dalam bentuk tertentu sehingga tubuh mudah dalam

memprosesnya. Mineral diserap dengan mudah melalui dinding usus

halus secara difusi pasif dan trasportasi aktif.

21
22

6. Air

Air merupakan zat makanan yang mendasar yang dibutuhkan oleh

tubuh manusia. Tubuh manusia terdiri atas 50% - 70% air. Asupan air

secara teratur sangat penting bagi makhluk hidup untuk mempertahankan

hidupnya di bandingkan dengan nutrisi lainnya.

Bayi memmiliki proporsi air yang lebih besar dibandingkan orang

dewasa. Semakin tua umur seseorang, maka proporsi air dalam tubuh

semakin berkurang. Pada orang dewasa, asupan air yang diperlukan

setiap harinya berkisar 1200 – 1500 cc, Namun dianjurkan sebanyak

1900 cc sebagai batas optimum. Air yang masuk dalam tubuh melalui

makan lain berkisar 500 -900 cc/ harinya. Asupan air semakin meningkat

jika terjadi peningkatan pengeluaran air, misalnya melalui keringat, diare,

muntah atau adanya gejala – gejala dehidrasi (Hidayat, 2015).

2.2.7 Menentukan Berat Badan Ideal

Salah satu menentukan parameter untuk mengetahui keseimbangan

energy seseorang adalah melalui penentuan berat badan ideal dan indeks

masa tubuh. Rumus Brocca dalam menentukan berat badan ideal sebagai

berikut :

𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑎𝑑𝑎𝑛 𝑖𝑑𝑒𝑎𝑙 (𝑘𝑔) = [𝑇𝐵 (𝑐𝑚) − 100] − [ 10% (𝑇𝐵 −

100)]

Hasil: Bila berat badannya < 80%, dikategorikan sebagai kurus

Bila berat badannya 80 – 120%, dikategorikan berat badan ideal

Bila berat badannya > 120 %, dikategorikan gemuk

22
23

Tabel 2.2 batas ambang indeks masa tubuh (IMT)


Kategori IMT
Kurus Kekurangan berat badan tingkat berat 12,4
Kekurangan berat badan tingat sedang 13,4 – 14,4
Normal 16,9 – 15,6
Gemuk Kelebihan berat badan tingkat ringan 18,4
Kelebihan berat badan tingkat berat 20,3
(Asmadi, 2008)

Adapun rumus yang digunakan untuk mengukur indeks masa tubuh sebagai

𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑎𝑑𝑎𝑛 (𝑘𝑔)


berikut : 𝐼𝑛𝑑𝑒𝑘𝑠 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑡𝑢𝑏𝑢ℎ = 𝑇𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝑏𝑎𝑑𝑎𝑛2 (𝑚)

2.2.8 Faktor Yang Mempengaruhi Kebutuhan Nutrisi

Kebutuhan nutrisi tidak bera dalam kondisi yang menetap. Ada

kalanya kebutuhan nutrisi seseorang meningkat. Ada beberapa faktor yang

mempengaruhi nutrisi dalam tubuh seseorang. Ada dua faktor yang

mempengaruhi nutrisi yaitu faktor yang meningkatkan kebutuhan nutrisi

dan faktor yang menurunkan kebutuhan nutrisi.

Faktor yang meningkatkan kebutuhan nutrisi antara lain:

a. Pertumbuhan yang cepat seperti bayi, anak – anak, remaja, dan ibu hamil.

b. Selama perbaikan jaringan/ pemulihan kesehatan karena proses suatu

penyakit.

c. Peningkatan suhu tubuh. Setiap kenaikan suhu, maka kebutuhan kalori

meningkat 7%.

d. Aktivitas yang meningkat

e. Stress. Sebagian orang akan makan sebagai kompensasi karena

mengalami stress.

23
24

f. Terjadi infeksi.

Faktor yang menurunkan kebutuhan nutrisi antara lain:

a. Penurunan laju pertumbuhan, misalnya pada lansia.

b. Penurunan basal metabolism rate (BMR).

c. Hipotermi.

d. Jenis kelamin. Umumnya kebutuhan nutrisi pada wanita lebih rendah

dibandingkan dengan laki – laki. Hal ini pada wanita BMR – nya lebih

rendah dibandingan dengan BMR laki- laki.

e. Gaya hidup pasif.

f. Bedrest (Asmadi, 2008).

2.2.9 Pengkajian Kebutuhan Nutrisi

a. Menurut Asmadi (2008), aspek biologis dibagi menjadi lima bagian

yaitu:

1. Umur. Pengkajian ini terkait dengan adanya tumbuh kembang pada

klien.

Tingkat nutrisi dipengaruhi oleh faktor usia. Pada masa pertumbuhan,

kebutuhan nutrisi sangat besar dibandingkan dengan orang lansia.

2. Jenis kelamin. Hal yang perlu dikaji antara lain tingkat BMR antara

laki – laki dan wanita berbeda, begitu pula presentasi lemak dalam

tubuh dan lain – lain.

3. Tinggi badan dan berat badan. Pengkajian ini untuk

memperbandingkan antara tinggi badan dan berat badan, apakah ideal

atau tidak.

24
25

4. Pengukuran antropometri. Pengukuran ini untuk mengetahui masalah

nutrisi klien.

5. Riwayat kesehatan dan diet. Untuk mengetahui adanya alergi terhadap

makanan dan gangguan dalam pencernaan yang sering dialami.

Menanyakan adanya diet terkait dengan kebiasaan asupan makan dan

cairan klien, jenis makanan yang dikonsumsi dan nafsu makan klien.

6. Pemeriksaan fisik.

a) Keadaan umum: kelemahan, tingkat kesadaran, tanda vital, dan lain

– lain.

b) Keadaan kulit: kasar, kering, bersisik, kehilangan lemak pada

subkutan dan lain – lain.

c) Keadaan kepala: rambut hipopigmentasi, mudah dicabut, sclera

kuning, hidung sering mimisan, dan gigi karies.

d) Keadaan dada: hipertensi, frekuensi napas cepat dan lain – lain.

e) Keadaan perut: permukaan perut, adanya garis vena, peristaltic

usus, pembesaran hati atau limfe, dan lain – lain.

f) Keadaan ekstermitas: edema, pergerakan lemah, penurunan lingkar

lengan, dan masa otot menurun.

b. Aspek psikologis. Perlu dikaji mengenai persepsi klien tentang diet,

postur tubuhnya, konsep diri yang terkait dengan bentuk tubuh, respon

terhadap stress dan antara lain (Asmadi, 2008).

c. Aspek sosiokultural. Nilai – nilai yang dianut terhadap makanan, praktik

budaya terhadap makanan dan lain – lain.

25
26

d. Aspek spiritual. Keyakinan yang dianut klien terhadap makanan dan

bagaimana keyakinan yang mempengaruhi kebutuhan nutrisi.

2.2.10 Diagnosis Keperawatan Terhadap Gangguan Kebutuhan Nutrisi

1. Perubahan nutrisi bisa kurang atau lebih dari kebutuhan tubuh.

Penyebab keberadaan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh adanya

peningkatan laju metabolisme, asupan nutrient yang tidak adekuat,

peningkatan kehilangan nutrisi akibat penurunan nafsu makan dan

sebagainya.

2. Intoleransi terhadap aktifitas yang berhubungan dengan kelemahan.

3. Gangguan konsep diri yang berhubungan dengan perubahan postur

tubuh.

2.3 Konsep Tumbuh kembang dan Asuhan Keperawatan

2.3.1.1 Pertumbuhan dan perkembangan Anak

Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran fisik (anatomi) dan

struktur tubuh dalam arti sebagian atau seluruhnya karena adanya

multiplikasi (bertambah banyak) sel-sel tubuh dan juga disebabkan oleh

bertambah besarnya sel. Adanya multiplikasi dan besarnya ukuran sel

menandakan pertumbuhan secara kuantitatif dan hal tersebut terjadi sejak

terjadinya konsepsi hingga dewasa. Konsepsi yaitu bertumbuhnya sel telur

dan sperma. ( Susilaningrum,2013)

Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dan struktur/fungsi

tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur, serta dapat

26
27

diperkirakan dan diramalkan sebagai hasil proses diferensiasi sel, jaringan

tubh, organ-organ, dan system terorganisasi. Aspek perkembangan ini

sifatnya kualitatif, yaitu pertambahnya kematangan fungsi dari masing-

masing bagian tubuh, yang diawali dengan jantung bisa berdenyut

memompa darah, kemampuan bernafas sampai anak mempunyai

kemampuan tengkurap, duduk, berjalan, bicara, memunggut benda-benda

di sekelilingnya, serta kematangan emosi dan social anak. Tahap

perkembangan awal akan meentukan perkembangan selanjutnya

(Susilaningrum, 2013).

2.3.1.2 Tahapan Tumbuh Kembang

Menurut, Susilaningsih (2013) tahap tumbuh kembang di bagi

menjadi 3 yaitu :

1. Masa prenatal atau masa intrauterine

2. Masa bayi/infancy (umur 0-12 bulan)

3. Masa balita dan pra-sekolah (umur 1-6 tahun)

2.3.1.3 Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap Tumbuh Kembang

1. Faktor Dalam (Internal)

a. Genetik

b. Pengaruh Lingkungan

2. Faktor Lingkungan

a. Faktor prenatal

b. Faktor kelahiran

c. Faktor pascanatal

27
28

2.3.2.1 Pengkajian

Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan

proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data

untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien (Setiadi,

2012)

a. Data biografi : yang dikaji dalam data biografi merupakan nama, alamat,

umur, status perkawinan, tgl MRS, diagnose medis, catatan

perkembangan, keluarga yang dapat dihubungi (Wijaya dan Putri, 2013).

b. Riwayat kesehatan sekarang : mengapa pasien masuk ke rumah sakit dan

apa keluhan utama pasien, sehingga dapat ditegakkan prioritas masalah

keperawatan yang dapat muncul (Wijaya dan Putri, 2013).

c. Riwayat kesehatan dahulu : menanyakan klien tentang riwayat penyakit

yang pernah diderita hamper sama dengan yang dialami sekarang

(Wijaya dan Putri, 2013).

d. Riwayat kesehatan keluarga : dalam keluarga apa pernah yang mendrerita

seperti klien (Wijaya dan Putri, 2013).

e. Riwayat psikososial

1. Intrapersonal : apa yang dirasakan klien saat sedang sakit

2. Interpersonal : hubungan antara klien dengan perawat atau pada

lingkungan sekitarnya (Wijaya dan Putri, 2013).

28
29

f. Pola Fungsi Kesehatan

1. Kaji tanda dan gejala meningkatnya suhu tubuh terutama malam hari,

nadi pada demam thypoid brakikardi, nyeri kepala, lidah

kotor,epistaksis dan penurunan kesadaran (Dermawan dan

Rahayuningsih, 2010).

2. Pola Nutrisi dan Metabolisme : biasanya nafsu makan pasien

berkurang karena mual dan muntah saat makan sehingga makan hanya

sedikit bahkan tidak makan sama sekali.

3. Ketidakseimbangan Cairan : klien mengalami adanya penurunan

cairan dikarenakan mual, muntah dan diare.

4. Pola Istirahat dan tidur : selama sakit pasien merasa tidak dapat

istirahat karena pasein merasa sakit perut, mual, muntah, dan diare

5. Pola eliminasi : eliminasi alvi. klien dapat mengalami konstipasi oleh

karena tirah baring terlalu lama. Sedangkan pola eliminasi urine tidak

mengalami gangguan, hanya warna urine menjadi kuning kecoklatan.

Klien dengan demam tipoid terjadi peningkatan suhu tubuh yang

berakibat keringat banyak keluar dan merasa haus, sehingga dapat

meningkatkan kebutuhan cairan tubuh.

(Wijaya dan Putri, 2013).

g. Pemeriksaan Fisisk

1. Sistem Respirasi

Pernafasan rata-rata ada peningkatan, nafas cepat dan dalam dengan

gambaran seperti bronchitis (Wijaya dan Putri, 2013).

2. Sistem kariovaskular

29
30

Terjadi penurunan tekanan darah, bradikardi efektif, dan hemoglobin

rendah (Wijaya dan Putri, 2013).

3. Sistem Integumen

Kulit kering, tugor kulit menurun, muka tampak pucat, rambut agak

kusam (Wijaya dan Putri, 2013).

4. System gastrointestinal

Bibir kering pecah-pecah, mukosa mulut kering, mual, muntah,

anoreksia, konstipasi, dan nyeri perut

5. System abdomen

Saat palpasi didapatkan limpa dan hati membesar dengan konsistensi

lunak serta nyeri tekan pada abdomen. Pada perkusi didapatkan perut

kembung serta pada auskultasi peristaltic usus meningkat (Wijaya dan

Putri, 2013).

6. System musculoskeletal

Klien lemah, terasa lelah tapi tidak didapatkan adanya kelainan

(Wijaya dan Putri, 2013).

2.3.2.2 Diagnosa yang Mungkin Muncul

1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake

yang tidak adekuat.

2. Resio kekurangan volume cairan b/d intake yang tidak adekuat dan

peningkatan suhu tubuh

3. Ketidakefektifan Termoregulasi b/d fluktuasi suhu lingkungan, proses

penyakit

30
31

4. Nyeri akut b/d proses peradangan

5. Konstipasi b/d penurunan motalitas traktus gastrointestinal (penurunan

mobilitas usus) (Nurarif dan Kusuma, 2015)

31

Вам также может понравиться

  • Bab 4
    Bab 4
    Документ17 страниц
    Bab 4
    Syafrudin
    Оценок пока нет
  • Bab 2
    Bab 2
    Документ13 страниц
    Bab 2
    Syafrudin
    Оценок пока нет
  • BAB I Ssss
    BAB I Ssss
    Документ10 страниц
    BAB I Ssss
    Syafrudin
    Оценок пока нет
  • Sampul Dalam Revisian
    Sampul Dalam Revisian
    Документ1 страница
    Sampul Dalam Revisian
    Syafrudin
    Оценок пока нет
  • BAB I Ssss
    BAB I Ssss
    Документ10 страниц
    BAB I Ssss
    Syafrudin
    Оценок пока нет
  • Lembar Persetujuan Penelitian
    Lembar Persetujuan Penelitian
    Документ1 страница
    Lembar Persetujuan Penelitian
    Syafrudin
    Оценок пока нет
  • Sampul Dalam Revisian
    Sampul Dalam Revisian
    Документ1 страница
    Sampul Dalam Revisian
    Syafrudin
    Оценок пока нет
  • PICOT Revisi
    PICOT Revisi
    Документ3 страницы
    PICOT Revisi
    Syafrudin
    Оценок пока нет
  • 0.7 Kata Pengantar
    0.7 Kata Pengantar
    Документ2 страницы
    0.7 Kata Pengantar
    Syafrudin
    Оценок пока нет
  • 0.4 Lembar Persetujuan
    0.4 Lembar Persetujuan
    Документ1 страница
    0.4 Lembar Persetujuan
    Syafrudin
    Оценок пока нет
  • Daftar Tabel
    Daftar Tabel
    Документ1 страница
    Daftar Tabel
    Syafrudin
    Оценок пока нет
  • 0.3 Surat Pernyataan
    0.3 Surat Pernyataan
    Документ1 страница
    0.3 Surat Pernyataan
    Syafrudin
    Оценок пока нет
  • 0.5 Lembar Pengesahan
    0.5 Lembar Pengesahan
    Документ1 страница
    0.5 Lembar Pengesahan
    Syafrudin
    Оценок пока нет