Вы находитесь на странице: 1из 20

MODEL MODULAR

Pengembangan model modular merupakan pengembangan dari primary nursing


yang digunakan dalam keperawatan dengan melibatkan tenaga professional dan
non professional.

Model modular mirip dengan model keperawatan tim, karena tenaga profesional
dan non profesional bekerjasama dalam memberikan asuhan keperawatan kepada
beberapa pasien dengan arahan kepemimpinan perawat profesional.

Model modular mirip juga dengan model primer, karena tiap 2-3 perawat
bertanggung jawab terhadap asuhan beberapa pasien sesuai dengan beban kasus,
sejak pasien masuk, pulang dan setelah pulang serta asuhan lanjutan kembali ke
rumah sakit. Agar model ini efektif maka Kepala Ruangan secara seksama
menyusun tenaga profesional dan non profesionaln serta bertanggung jawab
supaya kedua tenaga tersebut saling mengisi dalam kemampuan, kepribadian,
terutama kepemimpinan. Dalam menerapkan model modular, 2-3 tenaga
keperawatan bisa bekerjasama dalam tim, serta diberi tanggung jawab penuh
untuk mengelola 8-12 kasus. Seperti pada model primer, tugas tim keperawatan
ini harus tersedia juga selama tugas gilir (shift) sore-malam dan pada hari-hari
libur, namun tanggung jawab terbesar dipegang oleh perawat profesional.
Perawat profesional bertanggung jawab untuk membimbing dan mendidik
perawat non profesional dalam memberikan asuhan keperawatan.
Konsekuensinya peran perawat profesional dalam model modular ini lebih sulit
dibandingkan dengan perawat primer. Model modular merupakan gabungan dari
model tim dan primary model.

Metode Modular: Menurut Gillies (1994), metode modular merupakan bentuk


variasi dari metode keperawatan primer, dengan perawat profesional dan perawat
non-profesional bekerja sama dalam memberikan asuhan keperawatan, disamping
itu karena dua atau tiga orang perawat bertanggung jawab atas sekelompok kecil
pasien. Dalam memberikan asuhan keperawatan dengan menggunakan metode
modifikasi primer , satu tim terdiri dari 2 hingga 3 perawat memiliki tanggung
jawab penuh pada sekelompok pasien berkisar 8 hingga 12 orang (Arwani &
Supriyatno, 2005)

Berbagai keuntungan metode modular menurut Sumijatun (2008), diantaranya


dapat memfasilitasi pelayanan keperawatan yang komprehensif dan holistik
dengan pertanggungjawaban yang jelas, konflik atau perbedaan pendapat antar
staf dapat ditekan melalui rapat tim yang juga efektif untuk pembelajaran,
memungkinkan menyatukan kemampuan anggota tim yang berbeda-beda dengan
efektif dan aman serta produktif karena adanya kerjasama dan komunikasi.

Model MAKP ini ruangan memerlukan 26 perawat. Dengan menggunakan model


modifkasi keperawatan primer ini diperlukan empat orang perawat primer (PP)
dengan kualifikasi Ners, disamping seorang kepala ruang rawat yang juga ners,
perawat pelaksana (PA) 21 orang, kualifikasi pendidikan perawat pelaksana terdiri
dari lulusan D-3 Keperawatan (3 orang) dan SPK (18 orang) pengelompokan tim
pada setiap sif jaga terlihat pada figur 10.7.

Tugas dan tanggung jawab ketua tim moduler.

1. Memimpin, mendukung dan menginstruksikan perawat non profesional untuk


malaksanakan tindakan keperawatan

2. Memberikan asuhan keperawatan pasien meliputi :

o Mengkaji, merencanakan, melaksanakan dan menilai hasil asuhan


keperawatan.

o Memberi bimbingan dan instruksi kepada perawat partner kerjanya.


1. Keprawatan primer tidak digunakan secara murni, karena perawat primer
harus mempunyai latar belakang pendidikan S-1 Keperawatan atau setara.

2. Keperawatan tim tidak digunakan secara murni, karena tanggung jawab


asuhan keperawatan pasien terfragmentasi pada berbagai tim.

3. Melalaui kombinasi kedua model tersebut diharapkan komunitas asuhan


keperawatan terdapat pada primer, karena saat ini perawat yang ada di RS
sebagian besar adalah lulusan D-3, bimbingan tentang asuhan keperawatan
diberikan oleh perawat/ketua tim.

Menurut Sudarsono (2000), MPKP dikembangkan beberapa jenis sesuai dengan


kondisi sumber daya manusia yang ada, antara lain adalah:

a. Model Praktek Keperawatan Profesional III

Melalui pengembangan model PKP III dapat berikan asuhan keperawatan


profesional tingkat III. Pada ketenagaan terdapat tenaga perawat dengan
kemampuan doktor dalam keperawatan klinik yang berfungsi untuk melakukan
riset dan membimbing para perawat melakukan riset serta memanfaatkan hasil-
hasil riset dalam memberikan asuhan keperawatan.

b. Model Praktek Keperawatan Profesional II

Pada model ini akan mampu memberikan asuhan keperawatan profesional tingkat
II. Pada ketenagaan terdapat tenaga perawat dengan kemampuan spesialis
keperawatan yang spesifik untuk cabang ilmu tertentu. Perawat spesialis berfungsi
untuk memberikan konsultasi tentang asuhan keperawatan kepada perawat primer
pada area spesialisnya. Disamping itu melakukan riset dan memanfaatkan hasil-
hasil riset dalam memberikan asuhan keperawatan. Jumlah perawat spesialis
direncanakan satu orang untuk 10 perawat primer pada area spesialisnya.
Disamping itu melakukan riset dan memanfaatkan hasil-hasil riset dalam
memberikan asuhan keperawatan. Jumlah perawat spesialis direncanakan satu
orang untuk 10 perawat primer (1:10)
c. Model Praktek Keperawatan Profesional I.

Pada model ini perawat mampu memberikan asuhan keperawatan profesional


tingkat I dan untuk itu diperlukan penataan 3 komponen utama yaitu: ketenagaan
keperawatan, metode pemberian asuhan keperawatan yang digunakan. Pada
model ini adalah kombinasi metode keperawatan primer dan metode tim disebut
tim primer.

d. Model Praktek Keperawatan Profesional Pemula

Model Praktek Keperawatan Profesional Pemula (MPKP) merupakan tahap awal


untuk menuju model PKP. Model ini mampu memberikan asuhan keperawatan
profesional tingkat pemula. Pada model ini terdapat 3 komponen utama yaitu:
ketenagaan keperawatan, metode pemberian asuhan keperawatan dan
dokumentasi asuhan keperawatan.

Nilai-nilai profesional dari penatalaksanaan kegiatan keperawatan diaplikasikan


dalam bentuk aktifitas pelayanan profesional yang dipaparkan dalam 4 pilar
sebagai berikut :

a. Pendekatan Manajemen (Management Approach )

b. Penghargaan karir ( compensatory rewards )

c. Hubungan Profesional ( professional relationship)

d. Sistem pemberian asuhan pasien ( patient care delivery system )

Pengaturan Rencana Kerja.

Rencana kerja yang disusun oleh kelompok merupakan kelanjutan dari kelompok
sebelumnya yang juga telah melaksanakan beberapa program yang sama dengan
kelompok VI, antara lain : sentralisasi obat, ronde keperawatan, dan sistem
timbang terima.

Selai meneruskan kegiatan yang telah dirintis oleh kelompok sebelumnya,


kelompok VI juga membuat program baru untuk disosialisasikan dalam praktek
manajemen keperawatan, yaitu Supervisi Keperawatan dan penggunaan format
pengkajian khusus mata dengan sistem pencatatan yang lebih sistematis dan
operasional.

Semua kegiatan tersebut diatas, direncanakan untuk dilaksanakan dalam waktu 4


minggu :

Minggu I :

§ Pembuatan struktur organisasi kelompok.

§ Orientasi ruangan dan perkenalan

§ Analisa situasi dan perumusan masalah

§ Penyusunan program kerja

§ Membuat format pengkajian khusus mata dan pendokumentasian asuhan


keperawatan.

§ Membuat format supervisi

§ Desiminasi hasil

§ Pembuatan jadwal dan rancangan pembagian peran dalam penerapan Model


praktek Keperawatan Profesional.

§ Uji coba peran, sentralisasi obat, timbang terima

Minggu II

§ Penerapan MPKP, aplikasi peran, pendelegasian tugas

§ Penyempurnaan format pengkajian dan dokumentasi keperawatan.

§ Penyelenggaraan supervisi keperawatan


§ Penyelenggaraan ronde keperawatan.

§ Pelaksanaan sistem timbang terima, sentralisasi obat

§ Persiapan penyelenggaraan rotasi dinas.24 jam

Minggu III

§ Penerapan MPKP, aplikasi peran, pendelegasian tugas, penerapan semua


program.

§ Penyelenggaraan rotasi dinas 24 jam.

Minggu IV

§ Evaluasi penerapan MPKP

§ Evaluasi formatif mahasiswa

§ Penyususnan laporan

§ Pelaksanaan seminar

§ Revisi.

analisa terhadap lokasi, sarana, prasaran dan sumber daya yang ada, maka
kelompok menyepakati untuk menerapkan Model Praktek Keperawatan
Profesional I dengan metode penugasan modifikasi Primer.

Adapun tahapan-tahapan dari pelaksanaannya adalah sebagai berikut :

1. Persiapan

Pada tahap ini, seluruh anggota kelompok mengadakan analisa situasi, orientasi,
dan perencanaan selama 2 hari. Pada hari ketiga, kelompok mengadakan
desiminasi hasil pengkajian atau analisa situasi selama 2 hari sebelumnya.
2. Uji coba

Uji coba dilakukan sebagai salah satu saran dalam memerankan peran sebelum
mempraktekkan secara nyata dengan ruangan. Adapun yang diujicobakan antra
lain : model pemberian asuhan keperawatan modifikasi primer dengan masing-
masing anggota kelompok memegang peranan sebagai perawat primer, perawat
pelaksana dan kepala ruang, timbang terima, sentralisasi obat, dan dokumentasi
keperawatan.

3. Pelaksanaan

Pada minggu II, kelompok sudah secara penuh melaksanakan MPKP dengan
model asuhan Modifikasi Primer, dengan peran masing-masing secara bergantian.
Masing-masing mahasiswa mendapat peran yang tetap selama 2 hari berturut-turut
dan semua mahasiswa masih dijadwalkan masuk pagi

Pelaksanaan pada tahap inisudah mulai lancar, dimana masing-masing mahasiswa


sudah mulai menyadari akan peran yng disandangnya.

4. Pelaksanaan Shift

Tahapan ini dilaksanakan pada minggu III, dimana mahasiswa dibagi menjadi 3
shift dinas, yaitu, pagi, sore dan malam. Masing-masing mahasiswa memainkan
peran sesuai dengan jadwal. Memainkan peran yang ditampilkan disesuaikan
dengan perannya pada hari itu.
2.6 Dokumentasi Keperawatan

Dokumentasi Keperawatan yang digunakan oleh kelompok VI adalah : format


pengkajian umum, pengkajian khusus mata yang dirancang bersama dengan
pembimbing ruangan dan penulisan atau pencatatan asuhan keperawatan cara
POR ( Problem Oriented Record ) atau pendokumentasian yang berfokus pada
masalah klien.

2.7 Sentralisasi Obat

Sentralisasi obat merupakansalah satu upaya untuk meningkatkan mutu


pelayanan, karena dengan sentalisasi obat diharapkan dapat diberikannya terapi
farmakologi ( pengobatan ) secara tepat pasien, tepat waktu, tepat dosis, tepat cara
pemberian sehingga akan memperpendek waktu rawat inap. Sentralisasi obat
dilaksanakan pada ruang kelas IRNA Brdah Mata dengan jumlah tempat tidur 16
buah.

1. Persiapan

a) Prasarana yang disiapkan untuk penyimpanan obat disiapkan, baik itu lemari
obat, tempat obat, surat persetujuan dan lembar obat

b) Mngadakan pendekatan kepada pasien dan keluarga dengan maksud dan


tujuan dari sentralisasi obat serta meminta persetujuan dari keluarga pasien
melalui informed concent.

2. Pelaksanaan

a) Sentralisasi obat dilaksanakan di ruang Bedah Mata kelas I dan II mulai


minggu I hari ke 4 sampai dengan minggu IV

b) Mahasiswa meminta persetujuan pada pasien dan keluarga dengan


menjelaskan terlebih dahulu tujuan dari pelaksanaan sentralisasi obat.
c) Mahasiswa yang menerima obat langsung mendokumentasikan pad lembar
daftar obat baik jumlah, dosis, cara dan waktu pemberian.

Pada akhir dinas mahasiswa mengadakan serah terima obat dengan mahasiswa
dan perawat ruangan dinas shift berikutnya.

3. Evaluasi

Sentralisasi obat dapat dilaksanakan pada semua pasien yang dirawat di ruang
kelas I dan II. Kendala yang dihadapi adalah pendokumentasian pada lembar obat
kurang berjalan dengan baik karena kadang-ladang perawat yang memberikan
obat tidak menuliskan identitas pad lembar obat.

2.9 Prosedur pelaksanaan Sistem Timbang Terima

Timbang terima merupakan teknik atau cara untuk menyampaikan dan menerima
sesuatu ( laporan ) yang berkaitan dengan keadaan pasien.

1. Persiapan

a) Kedua kelompok dinas sudah siap.

b) Kelompok yang akan bertugas menyiapkan buku catatan.

2. Pelaksanaan

a) Timbang terima dilaksanakan mulai minggu I hari ke 4 sampai minggu IV

b) Di Nurse station perawat berdiskusi untuk melaksanakan timbang terima


dengan mengkaji secara penuh menhenai masalah keperawatan pasien serta
segenap tindakan yang telah dan belum dilaksanakan serta hal-hal penting lainnya
selama masa perawatan ( tanya jawab ).

c) Hal-hal yang sifatnya khusus dan memerlukan perincian yang matang


sebaiknya dicatat secara khusus untuk kemudian diserahterimakan kepada petugas
berikutnya.

d) Hal-hal yang perlu disampaikan dalam timbang terima :

§ Identitas klien dan diagnosa medis

§ Masalah keperawatan yang masih muncul.

§ Tindakan keperawatan yang sudah dan belum dilaksanakan (secara umum)

§ Intervensi kolaboratif.

§ Rencana umum dan persiapan yang perlu dilakukan dalam kegiatan operatif,
pemeriksaan laboratorium / pemeriksaan penunjang lainnya, persiapan untuk
konsultasi atau untuk prosedur yang tidak rutin dilaksanakan.

§ Prosedur rutin yang biasa dijalankan tidak perlu dilaorkan.

e) Perawat yang melakukan timbang terima dapat melakukan klarifikasi, tanya


jawab dan melakukan validasi terhadap hal-hal yang telah ditimbang terimakan
dan berhak menanyakan mengenai hal-hal yang kurang jelas.

f) Sedapat dapatnya mengupayakan penyampaian yang jelas, singkat dan


padat.

g) Lama timbang terima untuk tiap pasien tidak lebih dari 5 menit kecuali pada
kondisi khusus dan memerlukan keterangan yang rumit.

h) Timbang terima dilaksanakan oleh mahasiswa langsung dengan perawat


ruangan yang dinas shift berikutnya, meskipun mahasiswa dinas pagi semua.

i) Pelaporan untuk timbang terima dituliskan langsung pada buku laporan


ruangan oleh mahasiswa yang berperan sebagai PP.
Alur timbang terima adalah sebagai berikut ;

Metode Tim

Metode tim adalah pengorganisasian pelayanan keperawatan dengan


menggunakan tim yang terdiri atas kelompok klien dan perawat. Kelompok ini
dipimpin oleh perawat yang berijazah dan berpengalaman kerja serta memiliki
pengetahuan dibidangnya (Regestered Nurse). Pembagian tugas dalam kelompok
dilakukan oleh pimpinan kelompok/ ketua group dan ketua group bertanggung
jawab dalam mengarahkan anggota group / tim. Selain itu ketua group bertugas
memberi pengarahan dan menerima laporan kemajuan pelayanan keperawatan
klien serta membantu anggota tim dalam menyelesaikan tugas apabila menjalani
kesulitan dan selanjutnya ketua tim melaporkan pada kepala ruang tentang
kemajuan pelayanan / asuhan keperawatan terhadap klien. Keperawatan Tim
berkembang pada awal tahun 1950-an, saat berbagai pemimpin keperawatan
memutuskan bahwa pendekatan tim dapat menyatukan perbedaan katagori
perawat pelaksana dan sebagai upaya untuk menurunkan masalah yang timbul
akibat penggunaan model fungsional. Pada model tim, perawat bekerja sama
memberikan asuhan keperawatan untuk sekelompok pasien di bawah
arahan/pimpinan seorang perawat profesional (Marquis & Huston, 2000).
Dibawah pimpinan perawat professional, kelompok perawat akan dapat bekerja
bersama untuk memenuhi sebagai perawat fungsional. Penugasan terhadap pasien
dibuat untuk tim yang terdiri dari ketua tim dan anggota tim. Model tim
didasarkan pada keyakinan bahwa setiap anggota kelompok mempunyai
kontriibusi dalam merencanakan dan memberikan asuhan keperawatan sehingga
timbul motivasi dan rasa tanggung jawab perawat yang tinggi. Setiap anggota tim
akan merasakan kepuasan karena diakui kontribusmnya di dalam mencapai tujuan
bersama yaitu mencapai kualitas asuhan keperawatan yang bermutu. Potensi
setiap anggota tim saling melengkapi menjadi suatu kekuatan yang dapat
meningkatkan kemampuan kepemimpinan serta menimbulkan rasa kebersamaan
dalam setiap upaya dalam pemberian asuhan keperawatan. Pelaksanaan konsep
tim sangat tergantung pada filosofi ketua tim apakah berorientasi pada tugas atau
pada klien. Perawat yang berperan sebagai ketua tim bertanggung jawab untuk
mengetahui kondisi dan kebutuhan semua pasien yang ada di dalam timnya dan
merencanakan perawatan klien. Tugas ketua tim meliputi: mengkaji anggota tim,
memberi arahan perawatan untuk klien, melakukan pendidikan kesehatan,
mengkoordinasikan aktivitas klien. Menurut Tappen (1995), ada beberapa elemen
penting yang harus diperhatikan:

- Pemimpin tim didelegasikan/diberi otoritas untuk membuat penugasan bagi

- anggota tim dan mengarahkan pekerjaan timnya.

- Pemimpin diharapkan menggunakan gaya kepemimpinan demokratik atau


partisipatif dalam berinteraksi dengan anggota tim.

- Tim bertanggung jawab terhadap perawatan total yang diberikan kepada


kelompok pasien.

- Komunikasi di antara anggota tim adalah penting agar dapat sukses. Komunikasi
meliputi: penu!isan perawatan klien, rencana perawatan klien, laporan untuk dan
dari pemimpin tim, pentemuan tim untuk mendiskusikan kasus pasien dan umpan
balik informal di antara anggota tim.
Kelebihan :

- Dapat memfasilitasi pelayanan keperawatan secara komprehensif.

- Memungkinkan pelaksanaan proses keperawatan.

- Konflik antar staf dapat dikendalikan melalui rapat dan efektif untuk belajar.

- Memberi kepuasan anggota tim dalam berhubungan interpersonal.

- Memungkinkan meningkatkan kemampuan anggota tim yang berbeda-beda


secara efektif.

- Peningkatan kerja sama dan komunikasi di antara anggota tim dapat


menghasilkan sikap moral yang tinggi, memperbaiki fungsi staf secara
keseluruhan, memberikan anggota tim perasaan bahwa ia mempunyai kontribusi
terhadap hasil asuhan keperawatan yang diberikan

- Akan menghasilkan kualitas asuhan keperawatan yang dapat


dipertanggungjawabkan

- Metode ini memotivasi perawat untuk selalu bersama klien selama bertugas

Kelemahan :

- Ketua tim menghabiskan banyak waktu untuk koordinasi dan supervisi anggota
tim dan harus mempunyai keterampilan yang tinggi baik sebagai perawat
pemimpin maupun perawat klinik

- Keperawatan tim menimbulkan fragmentasi keperawatan bila konsepnya tidak


diimplementasikan dengan total

- Rapat tim membutuhkan waktu sehingga pada situasi sibuk rapat tim ditiadakan,
sehingga komunikasi antar angota tim terganggu.

- Perawat yang belum trampil dan belum berpengalaman selalu tergantung staf,
berlindung kepada anggota tim yang mampu.
- Akontabilitas dari tim menjadi kabur.

- Tidak efisien bila dibandingkan dengan model fungsional karena membutuhkan


tenaga yang mempunyai keterampilan tinggi.

Tanggung jawab Kepala Ruang

- Menetapkan standar kinerja yang diharapkan sesuai dengan standar asuhan


keperawatan.

- Mengorganisir pembagian tim dan pasien

- Memberi kesempatan pada ketua tim untuk mengembangkan kepemimpinan.

- Menjadi nara sumber bagi ketua tim.

- Mengorientasikan tenaga keperawatan yang baru tentang metode/model tim


dalam pemberian asuhan keperawatan.

- Memberi pengarahan kepada seluruh kegiatan yang ada di ruangannya,

- Melakukan pengawasan terhadap seluruh kegiatan yang ada di ruangannya,

- Memfasilitasi kolaborasi tim dengan anggota tim kesehatan yang lainnya,

- Melakukan audit asuhan dan pelayanan keperawatan di ruangannya, kemudian


menindak lanjutinya,

- Memotivasi staf untuk meningkatkan kemampuan melalui riset keperawatan.

- Menciptakan iklim komunikasi yang terbuka dengan semua staf.

Tanggung jawab ketua tim :

- Mengatur jadual dinas timnya yang dikoordinasikan dengan kepala ruangan,

- Membuat perencanaan berdasarkan tugas dan kewenangannya yang


didelegasikan oleh kepala ruangan.
- Melakukan pengkajian, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi asuhan keperawatan
bersama-sama anggota timnya,

- Mengkoordinasikan rencana keperawatan dengan tindakan medik.

- Membuat penugasan kepada setiap anggota tim dan memberikan bimbingan


melalui konferens.

- Mengevaluasi asuhan keperawatan baik proses ataupun hasil yang diharapkan


serta mendokumentasikannya.

- Memberi pengarahan pada perawat pelaksana tentang pelaksanaan asuhan


keperawatan,

- Menyelenggarakan konferensi

- Melakukan kolaborasi dengan tim kesehatan lainnya dalam pelaksanaan asuhan


keperawatan,

- Melakukan audit asuhan keperawatan yang menjadi tanggungjawab timnya,

- Melakukan perbaikan pemberian asuhan keperawatan,

Tanggung jawab anggota tim

- Melaksanakan tugas berdasarkan rencana asuhan keperawatan.

- Mencatat dengan jelas dan tepat asuhan keperawatan yang telah diberikan
berdasarkan respon klien.

- Berpartisipasi dalam setiap memberiikan masukan untuk meningkatkan asuhan


keperawatan

- Menghargai bantuan dan bimbingan dan ketua tim.

- Melaporkan perkembangan kondisi pasien kepada ketua tim.

- Memberikan laporan
3. Metode Primer

Model primer dikembangkan pada awal tahun 1970-an, menggunakan beberapa


konsep dan perawatan total pasien. Keperawatan primer merupakan suatu metode
pemberian asuhan keperawatan di mana perawat primer bertanggung jawab
selama 24 jam terhadap perencanaan pelaksanaan pengevaIuasi satu atau beberapa
klien dan sejak klien masuk rumah sakit sampai pasien dinyatakan pulang. Selama
jam kerja, perawat primer memberikan perawatan langsung secara total untuk
klien. Ketika perawat primer tidak sedang bertugas, perawatan
diberikan/didelegasikan kepada perawat asosiet yang mengikuti rencana
keperawatan yang telah disusuni oleh perawat primer. Pada model ini, klien,
keluarga, stafmedik dan staf keperawatan akan mengetahui bahwa pasien tertentu
akan merupakan tanggung jawab perawat primer tertentu. Setiap perawat primer
mempunyai 4-6 pasien. Seorang perawat primer mempunyai kewenangan untuk
melakukan rujukan kepada pekerja sosial, kontak dengan lembaga sosial
masyarakat membuat jadual perjanjian klinik, mengadakan kunjungan rumah, dan
lain sebagainya. Dengan diberikannya kewenangan tersebut, maka dituntut
akontabilitas yang tinggi terhadap hasil pelayanan yang diberikan. Tanggung
jawab mencakup periode 24 jam, dengan perawat kolega yang memberikan
perawatan bila perawat primer tidak ada. Perawatan yang yang diberikan
direncanakan dan ditentukan secara total oleh perawat primer. Metode
keperawatan primer mendorong praktek kemandirian perawat, yang ditandai
dengan adanya keterkaitan kuat dan terus menerus antara pasien dan perawat yang
ditugaskan untuk merencanakan, melakukan dan koordinasi asuhan keperawatan
selama pasien dirawat. Perawat primer bertanggung jawab untuk membangun
komunikasi yang jelas di antara pasien, dokter, perawat asosiet, dan anggota tim
kesehatan lain. Walaupun perawat primer membuat rencana keperawatan, umpan
balik dari orang lain diperlukan untuk pengkoordinasian asuhan keperawatan
klien

Dalam menetapkan seseorang menjadi perawat primer perlu berhati-hati karena


memerlukan beberapa kriteria, di antaranya dalam menetapkan kemampuan
asertif, self direction kemampuan mengambil keputusan yang tepat, menguasai
keperawatan klinik, akuntabel serta mampu berkolaborasi dengan baik antar
berbagai disiplin ilmu. Di negara maju pada umumnya perawat yang ditunjuk
sebagai perawat primer adalah seorang perawat spesialis klinik yang mempunyai
kualifikasi master dalam bidang keperawatan. Karakteristik modalitas
keperawatan primer adalah :

- Perawat primer mempunyai tanggung jawab untuk asuhan keperawatan pasien


selama 24 jam sehari, dari penerimaan sampai pemulangan

- Perawat primer melakukan pengkajian kebutuhan asuhan keperawatan,


kolaborasi dengan pasien dan professional kesehatan lain, dan menyusun rencana
perawatan.

- Pelaksanaan rencana asuhan keperawatan didelegasikan oleh perawat primer


kepada perawat sekunder selama shift lain.

- Perawat primer berkonsultasi dengan perawat kepala dan penyelia.

- Autoritas, tanggung gugat dan autonomi ada pada perawat primer

Kelebihan :

- Perawat primer mendapat akontabilitas yang tinggi terhadap hasil dan


memungkinkan untuk pengembangan diri.

- Memberikan peningkatan autonomi pada pihak perawat, jadi meningkatkan


motivasi, tanggung jawab dan tanggung gugat

- Bersifat kontinuitas dan komprehensif sesuai dengan arahan perawat primer


dalam memberikan atau mengarahkan perawatan sepanjang hospitalisasi.

- Membebaskan manajer perawat klinis untuk melakukan peran manajer


operasional dan administrasi
- Kepuasan kerja perawat tinggi karena dapat memberiikan asuhan keperawatan
secara holistik. Kepuasan yang dirasakan oleh perawat primer adalah
memungkinkan pengembangan diri melalui penerapan ilmu pengetahuan.

- Staf medis juga merasakan kepuasan karena senantiasa informasi tentang kondisi
klien selalu mutakhir dan komprehensif serta informasi dapat diperoleh dari satu
perawat yang benar-benar mengetahui keadaan kliennya.

- Perawat ditantang untuk bekerja total sesuai dengan kapasitas mereka.

- Waktu yang digunakan lebih sedikit dalam aktivitas koordinasi dan supervisi dan
lebih banyak waktu untuk aktivitas langsung kepada klien.

- Pasien terlihat lebih menghargai. Pasien merasa dimanusiakan karena terpenuhi


kebutuhannya secara individu.

- Asuhan keperawatan berfokus pada kebutuhan klien.

- Profesi lain lebih menghargai karena dapat berkonsultasi dengan perawat yang
mengetahui semua tentang kliennya.

- Menjamin kontinuitas asuhan keperawatan.

- Meningkatnya hubungan antara perawat dan klien.

- Metode ini mendukung pelayanan profesional.

- Rumah sakit tidak harus mempekerjakan terlalu banyak tenaga keperawatan


tetapi harus berkualitas tinggi

Kelemahan :

- Hanya dapat dilakukan oleh perawat profesional


- Tidak semua perawat merasa siap untuk bertindak mandiri, memiliki
akontabilitas dan kemampuan untuk mengkaji serta merencanakan asuhan
keperawatan untuk klien.

- Akontabilitas yang total dapat membuat jenuh.

- Perlu tenaga yang cukup banyak dan mempunyai kemampuan dasar yang sama.

- Biaya relatif tinggi dibanding metode penugasan yang lain.

Ketenagaan metode primer

- Setiap perawat primer adalah perawat “bedside”

- Beban kasus pasien 4-6 orang untuk satu perawat primer

- Penugasan ditentukan oleh kepala bangsal

- Perawat primer dibantu oleh perawat professional lain maupun non professional
sebagai perawat asisten

Tanggung jawab Kepala Ruang dalam metode primer

- Sebagai konsultan dan pengendalian mutu perawat primer

- Mengorganisir pembagian pasien kepada perawat primer

- Menyusun jadual dinas dan memberi penugasan pada perawat asisten

- Orientasi dan merencanakan karyawan baru

- Merencanakan dan menyelenggarakan pengembangan staff

Tanggung jawab perawat primer :

- Menerima pasien dan mengkaji kebutuhan pasien secara komprehensif

- Membuat tujuan dan rencana keperawatan


- Melaksanakan rencana yang telah dibuat selama ia dinas

- Mengkomunikasikan dan mengkoordinasikan pelayanan yang diberikan oleh


disiplin lain maupun perawat lain

- Mengevaluasi keberhasilan yang dicapai

- Menyipakan penyuluhan untuk pulang

- Melakukan rujukan kepada pekarya sosial, kontak dengan lembaga sosial


dimasyarakat

- Membuat jadual perjanjian klinis

- Mengadakan kunjungan rumah

Вам также может понравиться