Вы находитесь на странице: 1из 36

I.

IDENTITAS

- Nama : Tn. S
- Jenis kelamin : Laki – laki
- Nomor RM : 826389
- Umur : 49 tahun
- Alamat : Kampung Pulo
- Agama : Islam
- Suku Bangsa : Jawa
- Status Pernikahan : Sudah Menikah
- Status Pekerjaan : Tidak tetap
- Tanggal Masuk : 26 Oktober 2018
- Tanggal Keluar :
- Ruangan : Parkit 1

II. ANAMNESIS
- Keluhan utama
Pasien datang ke IGD RS POLRI mengeluh batuk berdarah sejak tadi
pagi SMRS.
- Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke IGD RS POLRI dengan keluhan utama batuk
berdarah sejak tadi pagi SMRS. Darah berwarna merah segar, darah
keluar bersamaan dengan dahak. Darah yang dikeluarkan saat batuk
sampai menghabiskan setengah wadah tisu. Batuk sudah dirasakan
sejak 1 bulan yang lalu. Batuk berdahak, dahaknya berwarna coklat.
Sebelumnya pasien sudah pernah menjalani pengobatan pada tahun
2017 untuk penyakit paru selama 6 bulan yang diminum satu kali sehari
sebelum makan. Pasien sudah dinyatakan tuntas pengobatan penyakit
paru oleh dokter di puskesmas. Pasien tinggal di perumahan yang padat
penduduk.
Pasien juga mengeluh nafsu makan menjadi menurun, berat
badan menurun, berkeringat pada malam hari sudah sejak 1 bulan yang
lalu dan terdapat demam yang hilang timbul, demam dirasakan tidak
terlalu tinggi.
- Riwayat Pengobatan
Sebelumnya pasien mendapat perawatan di RS POLRI untuk
pengobatan penyakit paru pada tahun 2017.
- Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak terdapat keluarga maupun orang sekitar yang mengalami sakit
serupa dengan pasien.

III. ANAMNESIS UMUM


A. Keluhan Umum
Perasaan nyeri : (-)
Rasa lelah : (+)
Berat badan : 55 kg
Panas badan : 37,20C
Bengkak : (-)
Ikterus : (-)
Nafsu makan : menurun
Rasa lemas : (+)
Rasa haus : Normal
Tidur : Normal
B. Keluhan Kepala
Pengelihatan di waktu siang : dalam batas normal
Pengelihatan di malam hari : dalam batas normal
Berkunang-kunang : dalam batas normal
Sakit pada mata : (-)
Pendengaran : dalam batas normal
Keseimbangan : dalam batas normal
Kotoran Telinga : dalam batas normal
Hidung : Darah : (-)
Lendir : (-)
Nyeri : (-)
Lidah : dalam batas normal
Gigi : dalam batas normal
Gangguan Bicara : (-)
Gangguan Menelan : (-)

C. Keluhan Alat di Leher


Kaku kuduk : (-)
Pembesaran/nyeri kel. limfe : (-)
Pembesaran/nyeri kel. tyroid : (-)
Pembengkakan leher : (-)

D. Keluhan Alat di Dada


Sesak nafas : (-)
Sesak nafas malam hari : (-)
Ortopneu : (-)
Nyeri waktu bernafas : (-)
Bunyi waktu bernafas : (-)
Nafas berbunyi : (-)
Nyeri daerah jantung : (-)
Berdebar-debar : (-)
Nyeri retrosternal : (-)
Batuk : (+)
Dahak : (+)
Hemoptoe : (+)

E. Keluhan di Perut
Membesar : (-)
Mengecil : (-)
Nyeri spontan : (-)
Nyeri tekan : (-)
Nyeri bila makan : (-)
BAB : dalam batas normal
BAK : dalam batas normal
Lapar : (-)
Mual : (-)
Muntah : (-)
Obstipasi : (-)
Melena : (-)
Feses : (-)
Urin Warna : Kuning jernih
Frekuensi : dalam batas normal
Jumlah : dalam batas normal
Nocturia : (-)
Inkontinensia Urin : (-)

F. Keluhan di Kaki
Gerakan tangan terganggu : (-)
Gerakan kaki terganggu : (-)
Nyeri spontan : (-)
Gangguan sendi : (-)
Nyeri tekan : (-)
Kesemutan : (-)
Luka-luka : (-)
Gangrene : (-)
Edema : (-)
Nekrosis : (-)
Kelaninan kuku : (-)
Kelainan Kulit : (-)

G. Keluhan Lain
Alat Lokomotorik : (-)
Tulang : (-)
Otot : (-)
Kelenjar Limfe : (-)
Hipertyroid : (-)
Hipotyroid : (-)
Endokrin : (-)
Lain-lain : (-)

IV. PEMERIKSAAN UMUM


Kesadaran Umum
Kesadaran : Composmentis
Keadaan Gizi : IMT 20,5 kg/m2 (Gizi Baik)
Anemia : Tidak ditemukan
Ikterus : Tidak ditemukan
Sianosis : Tidak ditemukan
Edema : Tidak ditemukan
Afonia : Tidak ditemukan
Afasia : Tidak ditemukan

Kedaan Peredaran Darah


Tekanan : 130/80 mmHg
Nadi : 80 x/menit
Irama Nadi : Regular

Keadaan Pernapasan
Frekuensi : 24 x/menit
Inspirasi : dalam batas normal
Ekspirasi : dalam batas normal
Nafas berbunyi :(-)

V. PEMERIKSAAN KHUSUS
Kepala
Bentuk : Normocephal
Nyeri Tekan : (-)
Lain-lain : (-)
Muka
Otot : dalam batas normal
Kel. Kulit : dalam batas normal
Tumor : (-)
Oedem : (-)
Kakheksia : (-)
Kel. Parotis : (-)
Hidung
Bentuk : dalam batas normal
Lendir : dalam batas normal
Darah : (-)
Meatus : dalam batas normal
Lidah
Besar : dalam batas normal
Bentuk : dalam batas normal
Papil : dalam batas normal
Frenulum : dalam batas normal
Pergerakan : dalam batas normal
Mata
Pergerakan : dalam batas normal
Ikterus : dalam batas normal
Reflex cahaya : +/+
Pupil : isokor
Kornea : sikatrik (-),
Konvergensi : dalam batas normal
Konjungtiva : anemis (-), sklera ikterik (-)
Telinga
Cairan : (-)
Pendengaran : baik
Faring
Mukosa : tidak hiperemis, tidak ada massa
Tonsil : T1/T1
Dinding : tidak hiperemis, tidak ada massa
Uvula : tidak hiperemis, tidak deviasi
Leher
Inspeksi : pembesaran organ (-)
Palpasi : pembearan KGB (-), pembesaran tiroid (-),
trakea
ditengah
Axilla
Inspeksi : pembesaran KGB (-)
Palpasi : teraba KGB (-)
Thorax Depan
Inspeksi : Bentuk dada normal, pergerakan dinding dada
simetris kanan-kiri warna kulit normal,
penggunaan otot bantu nafas (-), Barrel Chest (-)
Palpasi : Nyeri tekan (-), pergerakan dinding dada
simetris, fremitus vokal simetris (melemah),
thrill (-), Iktus cordis (+) lokalisasi ± 2 jari
dibawah papila mamae ke arah lateral.
Perkusi : Sonor, diphragma rendah/datar
Auskultasi : Suara nafas; vesikuler (+/+), wheezing (-/-),
rhonki basah kasar (-/-).
Thorax Belakang
Inspeksi : Dalam batas normal
Palpasi : Nyeri tekan (-), fremitus vokal N/N
Perkusi : Sonor pada seluruh lapang paru kanan
Auskultasi : Suara nafas vesikuler (+/+), wheezing (-/-),
rhonki basah kasar (-/-).
Abdomen
Inspeksi : Bentuk normal, simetris, sikatrik (-).
Auskultasi : Suara usus normal, tidak terdapat suara aliran
dalam pembuluh darah.
Palpasi : Nyeri tekan (-), defans muscular (-), ascites (-),
massa (-)
Perkusi : Shifting dullness (-)
Regio Inguinal dan Genital
Tidak Diperiksa
Ekstremitas Atas dan Bawah
Kulit : Normal
Otot : Normal
Tulang : Normal
Nyeri tekan : Normal
Edema : Normal
Tremor : Normal
Saraf
Refleks Patologis : -/-
Perasaan di Tangan :N/N
Perasaan di Kaki :N/N
Tes Sensibilitas : Normal

VI. PEMERIKSAAN PENUNJANG


Pemeriksaan Laboratorium
Tanggal 26/10/2018
Hematologi

Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan

Hemoglobin 11,7 13.0-16.0 g/dL

Hematokrit 33 37 – 43 %

Leukosit 12.700 5-10 103 /L


Trombosit 292 150 – 400 103 /L

Tanggal 27/10/2018
Hematologi

Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan

Hemoglobin 12,1 13.0-16.0 g/dL

Leukosit 11.800 5-10 103 /L

Laju Endap Darah 64 <15 mm/jam

Hitung Jenis Leukosit

Basofil 0 0-1 %

Eosinofil 0 1-3 %

Batang 0 2-6 %

Segmen 80 50-70 %

Limfosit 12 20-40 %

Monosit 8 2-8 %

Kimia klinis
Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan
SGOT/AST 20,0 <37 U/L
SGPT/ALT 20,8 <40 U/L
Pemeriksaan Radiologi
Rontgen Thorax

VII. PEMERIKSAAN FISIK


Kesadaran : CM
Tekanan darah : 130/80 mmHG
Nadi : 80 x/ menit
Respirasi : 24 x/ menit
Suhu Axilla : 37,20C
Status general
Mata : CA -/-, SI-/-
THT : dalam batas normal
Leher : pembesaran KGB (-)
Abdomen : asites (-)
VIII. RESUME
Berdasarkan anamnesa didapatkan, pasien datang dengan keluhan batuk
berdarah sejak tadi pagi SMRS. Batuk sudah dirasakan sejak 1 bulan yang lalu.
Batuk berdahak, dahaknya berwarna coklat. Sebelumnya pasien sudah pernah
menjalani pengobatan pada tahun 2017 untuk penyakit paru selama 6 bulan
yang diminum satu kali sehari sebelum makan. Pasien sudah dinyatakan tuntas
pengobatan penyakit paru oleh dokter di puskesmas. Pasien tinggal di
perumahan yang padat penduduk. Disertai nafsu makan menjadi menurun, berat
badan menurun, berkeringat pada malam hari sudah sejak 1 bulan yang lalu dan
terdapat demam yang hilang timbul.
Berdasarkan Pemeriksaan Fisik didapapatkan
Berdasarkan pemeriksaan laboratorium didapatkan adanya peningkatan
leukosit dan laju endap darah.
Berdasarkan pemeriksaan Radiologi ditemukan
IX. DIAGNOSIS DAN DIAGNOSIS BANDING
Diagnosis Kerja : Suspek TB paru relaps
Diagnosis Banding : PPOK, Pneumonia
X. PENATALAKSANAAN
Tanggal 26/10/2018
- IVFD RL 14 tpm
- Inj transamin 3x500mg
- Inj Rantin 2 x 50mg
- Inj Ceftriaxone 2x1gr
- NAC 3 x 1
Tanggal 27/10/2018
- IVFD RL 14 tpm
- Drip transamin 1A extra
- Inj Ceftriaxone 1 x 2 gr
- Inj Rantin 2 x 50mg
- NAC 3 x 200mg
- Codein 3x10mg
- Paracetamol 3x500mg
Tanggal 29/10/2018
- IVFD RL 14 tpm
- Inj Ceftriaxone 1 x 2 gr
- Inj Rantin 2 x 50mg
- Inj Vit K 3x1amp
- Codein 3x10mg
XI. RENCANA DIAGNOSTIK
- Nilai Spirometer
XII. RENCANA MONITORING
- Tanda – tanda Vital
- Saturasi Oksigen
- Analisa Gas Darah
XIII. PROGNOSIS
- Quo ad Vitam : Dubia ad malam
- Quo ad Sanactionam : Malam
- Quo ad Functionam : Malam
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Diperkirakan sekitar sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi oleh


Mycobacterium tuberculosis. Pada tahun 1995, diperkirakan ada 9 juta pasien TB baru
dan 3 juta kematian akibat TB diseluruh dunia. Diperkirakan 95% kasus TB dan 98%
kematian akibat TB di dunia, terjadi pada negara-negara berkembang.
Di Indonesia, TB merupakan masalah utama kesehatan masyarakat. Jumlah
pasien TB di Indonesia merupakan ke-3 terbanyak di dunia setelah India dan Cina
dengan jumlah pasien sekitar 10% dari total jumlah pasien TB di dunia. Diperkirakan
pada tahun 2004, setiap tahun ada 539.000 kasus baru dan kematian 101.000 orang.
WHO telah merekomendasikan strategi DOTS sebagai strategi dalam
penanggulangan TB sejak tahun 1995. Penanggulangan tuberculosis dengan strategi
DOTS bertujuan menurunkan angka kesakitan dan angka kematian TB, memutuskan
rantai penularan, serta mencegah terjadinya MDR-TB.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Defenisi
Tuberculosis (TBC) adalah penyakit menular melalui udara yang disebabkan
oleh infeksi Mycobacterium tuberculosis (MTB). TB biasanya mempengaruhi paru-
paru tetapi juga dapat mempengaruhi organ lain dari tubuh. Biasanya diobati dengan
regimen obat yang diambil selama enam bulan sampai dua tahun, tergantung pada jenis
infeksi.

2.2. Etiologi
Penyebab TB paru adalah Mycobacterium tuberkulosis, sejenis kuman
berbentuk batang dengan ukuran panjang 1-4 μm dan tebal 0,3-0,6 μm. Spesies yang
dapat menginfeksi manusia adalah Mycobacterium bovis, Mycobacterium kansasii,
dan Mycobacterium intrasellulare. Sebagian besar kuman terdiri dari asam lemak
(lipid). Lipid ini yang membuat kuman lebih tahan terhadap asam dan lemak serta
gangguan kimia dan fisik. Sifat kuman ini adalah aerob, mudah mati pada air mendidih
( 5 menit pada suhu 80° C, 20 menit pada suhu 60° C atau pasteurisasi), mudah mati
dengan sinar matahari, tahan hidup berbulan-bulan pada suhu kamar yang lembab.
Kuman lebih menyenangi jarigan yang tinggi kandungan oksigennya.

Bila seseorang menghirup droplet yang mengandung M.tuberculosis dari orang


yang terinfeksi, M.Tuberculosis aka masuk ke dalam tubuh bereaksi dengan imunitas
tubuh. Sebagian besar bakteri m.tuberculosis terjebak di jalur nafas atas dan
dikeluarkan oleh sel mukosa bersilia, hanya sedikit bakteri tb sampai ke alveoli
sehingga tidak ada aktivitas khusus oleh makrofag. Bila bakteri sekresi C2a dari
dindingnya + opsonisasi C3b dari bakteri untuk merusak makrofag,barulah makrofag
aktif.
Pada fase inisial (asimptomatik),basil M.Tb multiplikasi dan dengan cepat
membunuh makrofag yang memberi signal kemotaksis sehingga monosit non aktif
datang dari darah ke tempat tersebut untuk memfagosit basil yang dihasilkan dari
makrofag yang lisis. Setelah 2-4 minggu,tubuh memberi respon terhadap
perkembangan M.Tb dengan terjadinya: 1. Kerusakan jaringan akibat dari
hipersensitivitas lambat. 2. Aktivasi makrofag untuk membunuh dan mencerna M.Tb
yang akibatnya terbentuk pengkijuan sebagai lesi primer.

2.3. Faktor Resiko


1) umur : TB paru dapat terjadi pada semua golongan umur, baik pada bayi atau anak-
anak, orang dewasa maupun manula. Kecenderungan penderita TB terdapat pada
kelompok umur produktif (15-55 tahun).
2) Jenis kelamin : Beberapa penelitian menunjukkan bahwa laki-laki lebih serig
terkena TB paru dibandingka perempuan. Hal ini terjadi karena aktivitas laki-laki
lebih tinggi dibandingkan perempuan sehingga kemungkinan terpapar lebih besar
pada laki-laki.
3) Pekerjaan lingkungan kerja mempengaruhi seseorang untuk terserang suatu
penyakit atau tidak. Seseorang yang bekerja pada lingkungan kerja yang buruk
seperti supir, tukang becak, orang yang sering terpapar debu, polusi asap, dan lain-
lain lebih gampang untuk terkena TB paru dibandingkan dengan orang yang sehari-
hari beerja di kantor.
4) Sosial Ekonomi
Masyarakat dari golongan sosial ekonomi lemah lebih sering terinfeksi TB paru.
Keadaan kemiskinan mengarah kepada perumahan yang terlampau padat dan
kondisi kerja yang buruk serta terjadinya malnutrisi dapat menurunkan daya tahan
tubuh, sehingga mudah tertular oleh penyakit.
5) Gizi : Keadaan malnutrisi dapat mempengaruhi daya tahan tubuh sehingga akan
menurunkan resistensi terhadap berbagai penyakit termasuk TB paru.
6) Faktor toksik : merokok dan banyak minum alkohol dapat menurunkan daya tahan
tubuh. Selain itu, obat-obatan kortikosteroid dan imunosupresan juga dapat
menurunkan kekebalan tubuh.
7) Penyakit lain : seperti adanya kuman TB yang dormant, AIDS.

2.4. Patogenesis Tuberkulosis Paru


Tuberculosis Primer
Penularan tuberculosis paru terjadi karena kuman dibatukkan atau dibersihkan
keluar menjadi droplet nuclei dalam udara sekitar kita. Partikel infeksi ini dapat
menetap dalam udara bebas selama 1-2 jam, tergantung pada ada tidaknya sinar
ultraviolet, ventilasi yang buruk, dan kelembapan. Bila partikel infeksi ini terisap oleh
orang sehat, ia akan menempel pada saluran nafas atau jaringan paru. Partikel dapat
masuk ke alveolar bila ukuran partikel < 5 mikrometer. Kuman akan dihadapi pertama
kali oleh neutrofil, kemudian oleh makrofag. Kebanyakan partikel ini akan mati atau
dibersihkan oleh makrofag keluar dari percabangan trakeobronkial bersama gerakan
silia dengan sekretnya.
Bila kuman menetap di jaringan paru, berkembang biak dalam sitoplasma
makrofag. Dari sini dapat terbawa masuk ke organ tubuh lainnya. Kuman yang
bersarang di jaringan paru akan berbentuk sarang tuberculosis pneumonia kecil dan
disebut sarang primer atau afek primer (focus) Ghon. Sarang primer ini dapat terjadi di
setiap bagian jaringan paru dan bisa juga menuju organ lain di luar paru.
Dari sarang primer akan timbul peradangan saluran getah bening menuju hilus
(limfangitis local) dan juga diikuti pembesaran kelenjar getah bening (limfadenitis
regional). Sarang primer limfangitis local+ limfadenitis regional membentuk kompleks
primer (Ranke). Semua proses ini selanjutnya dapat menjadi :
 Sembuh sama sekali tanpa meninggalkan cacat
 Sembuh dengan meninggalkan sedikit bekas berupa garis-garis fibrotic,
kalsifikasi di hilus, dapat terjadi reaktivasi lagi karena kuman yang dormant
 Berkomplikasi dan menyebar secara : perkontinuitatum, bronkogen, limfogen,
dan hematogen.

Tuberculosis Pasca Primer


Kuman yang dormant pada tuberculosis primer akan muncul bertahun-tahun
kemudian sebagai infeksi endogen menjadi tuberculosis dewasa (tuberculosis post
primer/ TB sekunder). Tuberculosis sekunder terjadi karena imunitas menurun seperti
malnutrisi, alcohol, penyakit maligna, diabetes, AIDS, gagal ginjal. Tuberculosis pasca
primer ini dimulai dengan sarang dini yang berlokasi di regio atas paru (bagian apical
posterior lobus superior atau inferior). Invasinya adalah ke daerah parenkim paru-paru
dan tidak ke nodus hiler paru.
Sarang dini ini mula-mula juga terbentuk sarang pneumoni kecil. Dalam 3-10
minggu sarang ini menjadi tuberkel yakni suatu granuloma yang terdiri dari sel-sel
histiosit dan sel datia-langhans (sel besar dengan banyak inti) yang dikelilingi oleh sel-
sel limfosit dan berbagai jaringan ikat.
TB pasca primer juga dapat berasal dari infeksi eksogen dari usia muda menjadi
TB usia tua. Tergantung dari jumlah kuman, virulensinya dan imunitas pasien, sarang
ini dapat menjadi :
 Direabsorbsi kembali dan sembuh tanpa meninggalkan cacat
 Sarang yang meluas, tapi segera menyembuh dengan serbukan jaringan
fibrosis. Sarang dini yang meluas sebagai granuloma berkembang
menghancurkan jaringan ikat sekitarnya dan bagian tengahnya mengalami
nekrosis, menjadi lembek membentuk jaringan keju. Bila jaringan keju
dibatukkan keluar akan terjadi kavitas.
Di sini lesi sangat kecil, tetapi bakteri sangat banyak.kavitas dapat meluas
kembali dan menimbulkan sarang pneumonia baru. Bila isi kavitas ini masuk ke dalam
peredaran darah arteri, maka akan terjadi TB milier. Lesi ini juga dapat memadat dan
membungkus diri sehingga menjadi tuberkuloma, menjadi cair dan kavitas lagi. Dapat
juga menyembuh dengan membungkus diri menjadi kecil.

2.5. Penemuan Pasien TB


A. Gejala Klinis
Keluhan yang dapat dirasakan penderita antara lain:
1. Demam. Demam biasanya subfebril menyerupai demam influenza. Tetapi kadang-
kadang panas badan mencapai 40-41ºC. Serangan demam pertama dapat sembuh
sebentar , tetapi kemudian dapat timbul kembali.
2. Batuk/batuk darah. Batuk terjadi karena adanya iritasi pada bronkus. Batuk ini
diperlukan untuk membuang produk-produk radang luar. Sifat batuk dimulai dari
batuk kering (non-produktif) kemudian setelah timbul peradangan menjadi
produktif (menghasilkan sputum). Keadaan yang lanjut adalah batuk darah karena
terdapat pembuluh darah yang pecah.
3. Sesak napas. Sesak napas ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut, yang
infiltrasinya meliputi setengah bagian paru-paru.
4. Nyeri dada. Timbul bila infiltrasi radang sudah sampai ke pleura sehingga
menimbulkan pleuritis.
5. Malaise. Gejala malaise sering ditemukan berupa anoreksia tidak ada nafsu makan,
badan makin kurus, sakit kepala, meriang, nyeri otot, keringat malam, dan lain-
lain.

Menurut ISTC standar 1 menyatakan setiap individu dengan batuk produktif


selama 2-3 minggu atau lebih yang tidak dapat dipastikan penyebabnya harus
dievaluasi untuk tuberkulosis.
B. Pemeriksaan Fisik Dan Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik pasien sering tidak menunjukkan suatu kelainan
terutama pada kasus-kasus dini atau yang sudah terinfiltrasi secara asimptomatik.
Penyakit baru dicurigai dengan didapatkannya kelainan radiologis dada pada
pemeriksaan rutin atau uji tuberculin yang positif.
a. inspeksi: inspeksi keadaan umum pasien, mungkin ditemukan konjungtiva
mata atau kulit yang pucat karena anemia, demam, badan kurus atau berat badan
menurun.
b. palpasi : Bila terdapat sulit menilai dari palpasi dinding dada
c. perkusi : tempat kelainan lesi TB paru yang paling dicurigai adalah bagian
apeks (puncak paru). bila dicurigai ada infiltrate yang agak luas, maka
didapatkan perkusi yang redup. Bila terdapat kavitas yang cukup besar, perkusi
memberikan suara hipersonor atau timfani. Bila tuberculosis mengenai pleura,
tejadi efusi pleura, pada perkusi terdengar suara beda.
d. auskultasi : TB paru yang menimbulkan infiltrat yang luas didapatkan
auskultasi suara napas bronchial, didapatkan juga suara napas tambahan berupa
ronki basah, kasar, dan nyaring. Tetapi bila infiltrate diliputi oleh penebalan
pleura, suara napas menjadi vesikuler melemah. Pada efusi pleura akibat TB
Paru menimbulkan suara napas yang melemah sampai tidak terdengar sama
sekali pada auskultasi toraks.

Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Dahak Mikroskopis
Untuk pemeriksaan TB paru, semua pasien susupek TB diperiksa 3 spesimen
dahak dalam waktu 2 hari, yaitu sewaktu-pagi-sewaktu. Diagnosis TB paru ditegakkan
dengan ditemukannya kuman TB (BTA). Pemeriksaan dahak mikroskopis juga
digunakan untuk menilai keberhasilan pengobatan dan menentukan potensi penularan.
 Sewaktu : dahak dikumpulkan pada saat suspek TB datang berkunjung
pertama kali. Pada saat pulang, suspek membawa sebuah pot dahak untuk
mengumpulkan dahak pagi pada hari kedua.
 Pagi : dahak dikumpulkan di rumah pada pagi hari kedua , segera setalah
bangun tidur.
 Sewaktu : dahak dikumpulkandi UPK pada hari kedua, saat menyerahkan
dahak pagi.
b. pemeriksaan biakan (kultur TB)
berfungsi untuk mengidentifikasi M.tuberkulosis ( gold standard), dan untuk
mengetahui apakah kuman BTA pada pasien tersebut masih peka/sensitive terhadap
OAT yang digunakan atau sudah persisten. Indikasi kultur TB dan uji resistensi OAT
:
 Pasien TB yang masuk dalam tipe pasien kronis
 Pasien TB ekstraparu dan pasien TB anak
 Petugas kesehatan yang menangani pasien dengan kekebalan ganda
c. Pemeriksaan Radiologis
Lokasi lesi tuberkulosis biasanya di apeks paru (segmen apikal lobus atau
segmen apikal lobus bawah), tetpai dapat juga, mengenai lobus bawah (bagian inferior)
atau di daerah hilus menyerupai tumor paru (misalnya pada tuberkulosis endobronkial).
Pada awal penyakit, gambaran radiologis berupa bercak-bercak seperti awan
dan dengan batas-batas yang tida tegas. Bila lesi sudah diliputi jaringan ikat maka
bayangan terlihat berupa bulatan batas yang tegas. Lesi ini disebut tuberkuloma.
Pada kavitas bayangannya berupa cincin yang mula-mula berdinding tipis.
Lama-lama dinding jadi sklerotik dan terlihat menebal. Bila terjadi fibrosis terlihat
bayang yang bergaris-garis. Pada kalsifikasi bayangannya tampak sebagai bercak-
bercak padat dengan densitas tinggi.
Indikasi pemeriksaan foto thoraks adalah :
 Hanya ada 1 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif. Pada kasus ini
foto thoraks diperlukan untuk mendukung diagnosis TB paru BTA positif
 Ketiga specimen dahak negative setelah 3 spesimen dahak SPS pada
pemeriksaan sebelumnya hasilnya BTA negative dan tidak ada perbaikan
setelah pemberiaan antibiotic non OAT.
 Pasien tersebut diduga mengalami komplikasi sesak nafas berat yang
memerlukan penanganan khusus (seperti : penumothoraks, pleuritis eksudativa,
efusi perikarditis, atau efusi pleura) dan hemoptisis berat, untuk menyingkirkan
bronkiektasis atau aspergiloma.
2.6. Klasifikasi Penyakit Dan Tipe Pasien
Penentuan klasifikasi penyakit dan tipe pasien TB memerlukan “defenisi kasus”
yang meliputi 4 hal :
1. lokasi : organ tubuh yang sakit, TB Paru atau TB ekstraparu
2. bakteriologi : TB BTA positif atau TB BTA negative
3. tingkat keparahan penyakit : TB ringan atau TB berat
4. riwayat pengobatan TB sebelumnya : TB baru atau TB sudah pernah diobati
Ada beberapa tipe pasien berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya, yaitu :
a. kasus baru : pasien yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah pernah
menelan OAT kurang dari 1 bulan (4 minggu)
b. kasus kambuh (relaps) : pasien TB yang sebelumnya pernah mendapatkan
pengobatan lengkap/dinyatakan sembuh, didiagnosis kembali dengan BTA
positif.
c. kasus putus berobat (default) : pasien yang telah berobat dan putus berobat 2
bulan atau lebih dengan BTA positif
d. kasus gagal (failure) : pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif atau
kembali menjadi positif pada bulan ke lima atau lebih selama pengobatan.
e. pindahan (transfer in) : pasien yang dipindahkan dari UPK yang memiliki
register TB lain untuk melanjutkan pengobatannya.
f. lain-lain : semua kasus yang tidak memenuhi ketentuan di atas. Dalam
kelompok ini termasuk kasus kronik, yaitu pasien dengan hasil pemeriksaan
masih BTA positif setelah selesai pengobatan ulangan.

2.7. Penatalaksanaan TB Secara Umum


Pengobatan tuberculosis bertujuan untuk menyembuhan penderita, mencegah
kematian, mencegah kekambuhan, dan menurunkan tingkat penularan.
Pengobatan tuberkulosis terbagi menjadi 2 fase yaitu fase intensif (2-3 bulan)
dan fase lanjutan 4 atau 7 bulan. Panduan obat yang digunakan terdiri dari paduan obat
utama dan tambahan.
A. Obat Anti Tuberkulosis (OAT)
Pengobatan TB DepKes RI 2007
Tujuan pengobatan TB
Pengobatan TB bertujuan untuk menyembuhkan pasien, mencegah kematian,
mencegah kekambuhan, memutuskan rantai penularan dan mencegah terjadinya
resistensi kuman terhadap OAT.
Dosis yang direkomendasikan
Jenis OAT Sifat (mg/kgBB)
Harian 3x seminggu
5 10
Isoniazid (H) Bakterisid
(4-6) (8-12)
10 10
Rifampicin (R) Bakterisid
(8-12) (8-12)
25 35
Pyrazinamide (Z) Bakterisid
(20-30) (30-40)
15 15
Streptomycin (S) Bakterisid
(12-18) (12-18)
15 30
Ethambutol (E) Bakteriostatik
(15-20) (20-35)

Prinsip Pengobatan
Pengobatan tuberkulosis dilakukan dengan prinsip - prinsip sebagai berikut:
 OAT harus diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa jenis obat, dalam jumlah
cukup dan dosis tepat sesuai dengan kategori pengobatan. Jangan gunakan OAT
tunggal (monoterapi). Pemakaian OAT-Kombinasi Dosis Tetap (OAT-KDT)
lebih menguntungkan dan sangat dianjurkan.
 Untuk menjamin kepatuhan pasien menelan obat, dilakukan pengawasan langsung
(DOT = Directly Observed Treatment) oleh seorang Pengawas Menelan Obat
(PMO).
 Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap, yaitu tahap intensif dan lanjutan.

Tahap awal (intensif)


 Pada tahap intensif (awal) pasien mendapat obat setiap hari dan perlu diawasi
secara langsung untuk mencegah terjadinya resistensi obat.
 Bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat, biasanya pasien
menular menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu.
 Sebagian besar pasien TB BTA positif menjadi BTA negatif (konversi) dalam 2
bulan.

Tahap Lanjutan
 Pada tahap lanjutan pasien mendapat jenis obat lebih sedikit, namun dalam jangka
waktu yang lebih lama.
 Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persister sehingga mencegah
terjadinya kekambuhan

Paduan OAT yang digunakan di Indonesia


 Paduan OAT yang digunakan oleh Program Nasional Penanggulangan
Tuberkulosis di Indonesia:
o Kategori 1 : 2(HRZE)/4(HR)3.
o Kategori 2 : 2(HRZE)S/(HRZE)/5(HR)3E3.
Disamping kedua kategori ini, disediakan paduan obat sisipan (HRZE)
o Kategori Anak: 2HRZ/4HR
 Paduan OAT kategori-1 dan kategori-2 disediakan dalam bentuk paket berupa obat
kombinasi dosis tetap (OAT-KDT), sedangkan kategori anak sementara ini
disediakan dalam bentuk OAT kombipak. Tablet OAT KDT ini terdiri dari
kombinasi 2 atau 4 jenis obat dalam satu tablet. Dosisnya disesuaikan dengan berat
badan pasien. Paduan ini dikemas dalam satu paket untuk satu pasien.
 Paket Kombipak.
Adalah paket obat lepas yang terdiri dari Isoniazid, Rifampisin, Pirazinamid dan
Etambutol yang dikemas dalam bentuk blister. Paduan OAT ini disediakan
program untuk digunakan dalam pengobatan pasien yang mengalami efek samping
OAT KDT.
Paduan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) disediakan dalam bentuk paket, dengan
tujuan untuk memudahkan pemberian obat dan menjamin kelangsungan (kontinuitas)
pengobatan sampai selesai. Satu (1) paket untuk satu (1) pasien dalam satu (1) masa
pengobatan.
KDT mempunyai beberapa keuntungan dalam pengobatan TB:
1) Dosis obat dapat disesuaikan dengan berat badan sehingga menjamin efektifitas obat
dan mengurangi efek samping.
2) Mencegah penggunaan obat tunggal sehinga menurunkan resiko terjadinya resistensi
obat ganda dan mengurangi kesalahan penulisan resep
3) Jumlah tablet yang ditelan jauh lebih sedikit sehingga pemberian obat menjadi
sederhana dan meningkatkan kepatuhan pasien

Paduan OAT dan peruntukannya.

a. Kategori-1 (2HRZE/ 4H3R3)


Paduan OAT ini diberikan untuk pasien baru:
• Pasien baru TB paru BTA positif.
• Pasien TB paru BTA negatif foto toraks positif
• Pasien TB ekstra paru
Dosis untuk paduan OAT KDT untuk Kategori 1
Tahap lanjutan 3 kali
Tahap Intensif tiap hari
seminggu selama 16
Berat Badan selama 56 hari
minggu
RHZE (150/75/400/275)
RH (150/150)
30 – 37 kg 2 tablet 4KDT 2 tablet 2KDT
38 – 54 kg 3 tablet 4KDT 3 tablet 2KDT
55 – 70 kg 4 tablet 4KDT 4 tablet 2KDT
≥ 71 kg 5 tablet 4KDT 5 tablet 2KDT

Dosis paduan OAT-Kombipak untuk Kategori 1


Dosis per hari/kali Jumlah
Tahap Lama Tablet Kaplet Tablet Tablet hari/kal
Pengobata Pengobata Isoniazi Rifampisi Pirazinami Etambut i
n n d @300 n @450 d @500 ol @250 menela
mgr mgr mgr mgr n obat
Intensif 2 bulan 1 1 3 3 56
Lanjutan 4 bulan 2 1 - - 48

b. Kategori -2 (2HRZES/ HRZE/ 5H3R3E3)


Paduan OAT ini diberikan untuk pasien BTA positif yang telah diobati sebelumnya:
• Pasien kambuh
• Pasien gagal
• Pasien dengan pengobatan setelah putus berobat (default)
Dosis untuk paduan OAT KDT Kategori 2

Tahap Lanjutan 3
kali seminggu
Tahap Intensif tiap hari RHZE
Berat RH
Berat badan (150/75/400/275) + S
(150/150) +
E(400)
Selama 56 hari Selama 28 hari selama 20 minggu
2 tab 4KDT + 500
2 tab 2KDT + 2 tab
30-37 kg mg Streptomisin 2 tab 4KDT
Etambutol
inj.
3 tab 4KDT + 750
3 tab 2KDT + 3 tab
38-54 kg mg Streptomisin 3 tab 4KDT
Etambutol
inj.
4 tab 4KDT + 1000
4 tab 2KDT + 4 tab
55-70 kg mg Streptomisin 4 tab 4KDT
Etambutol
inj.
5 tab 4KDT +
5 tab 2KDT + 5 tab
≥71 kg 1000mg 5 tab 4KDT
Etambutol
Streptomisin inj.

Dosis paduan OAT Kombipak untuk Kategori 2

Tablet Etambutol Jumlah


Kaplet Tablet
Tahap Lama Isoniasi Tabl Tabl hari/kal
Rifampis Pirazinam Streptomis
Pengobata Pengobata d @ et @ et @ i
in @ 450 id @ 500 in injeksi
n n 300 250 400 menela
mgr mgr
mgr mgr mgr n obat
Tahap
Intensif 2 bulan 1 1 3 3 - 0,75 gr 56
(dosis 1 bulan 1 1 3 3 - - 28
harian)
Tahap
Lanjutan
4 bulan 2 1 - 1 2 - 60
(dosis 3x
semggu)
Catatan:
• Untuk pasien yang berumur 60 tahun ke atas dosis maksimal untuk streptomisin
adalah 500mg tanpa memperhatikan berat badan.
• Untuk perempuan hamil lihat pengobatan TB dalam keadaan khusus.
• Cara melarutkan streptomisin vial 1 gram yaitu dengan menambahkan aquabidest
sebanyak 3,7ml sehingga menjadi 4ml. (1ml = 250mg).
c. OAT Sisipan (HRZE)
Paket sisipan KDT adalah sama seperti paduan paket untuk tahap intensif kategori 1
yang diberikan selama sebulan (28 hari).
Dosis KDT untuk Sisipan
Tahap Intensif tiap hari selama 28 hari
Berat Badan
RHZE (150/75/400/275)
30 – 37 kg 2 tablet 4KDT
38 – 54 kg 3 tablet 4KDT
55 – 70 kg 4 tablet 4KDT
≥ 71 kg 5 tablet 4KDT
Dosis OAT Kombipak untuk Sisipan
Jumlah
Tablet Kaplet Tablet Tablet
Tahap Lamanya hari/kal
Isoniasi Ripamfisi Pirazinami Etambuto
Pengobata Pengobata i
d @ 300 n @ 450 d @ 500 l @ 250
n n menela
mgr mgr mgr mgr
n obat
Tahap
intensif
1 bulan 1 1 3 3 28
(dosis
harian)

Penggunaan OAT lapis kedua misalnya golongan aminoglikosida (misalnya


kanamisin) dan golongan kuinolon tidak dianjurkan diberikan kepada pasien baru tanpa
indikasi yang jelas karena potensi obat tersebut jauh lebih rendah daripada OAT lapis
pertama. Disamping itu dapat juga meningkatkan terjadinya risiko resistensi pada OAT
lapis kedua.

Terapi Pembedahan
Indikasi operasi
1. Indikasi mutlak
a. Semua pasien yang telah mendapat OAT adekuat tetapi dahak tetap positif
b. Pasien batuk darah yang masif tidak dapat diatasi dengan cara konservatif
c. Pasien dengan fistula bronkopleura dan empiema yang tidak dapat diatasi secara
konservatif
2. Indikasi relatif
a. Pasien dengan dahak negatif dengan batuk darah berulang
b. Kerusakan satu paru atau lobus dengan keluhan
c. Satu kaviti yang menetap
Tindakan Invasif (Selain pembedahan)
 Bronkoskopi
 Punksi pleura
 Pemasangan WSD (Water Sealed Drainage)

2.8. Pemantauan Dan Hasil Pengobatan TB


Pemantauan hasil pengobatan pada orang dewasa dilaksanakan dengan
pengobatan ulang dahak secara mikroskopis. Pemeriksaan dahak secara mikoskopis
lebih baik dibandingkan dengan dengan pemeriksan radiologis dalam pemantauan
kemajuan pengobatan. Untuk memantau kemajuan pengobatan dilakukan pemeriksaan
spesimen sebayak dua kali (sewaktu dan pagi). Hasil pemeriksaan dinyatakan negatif
bila ke 2 spesimen tersebut negatif. Bila salah satu spesimen atau keduanya positif,
hasil pemeriksaan ulang dahak tesebut dinyatakan positif.
Tindak lanjut hasil pemeriksaan ulang dahak mikroskopik :
1. Pasien baru BTA positif, dengan pengobatan kategori 1(Pada minggu terakhir
bulan ke 2, ke 5 dan ke 6).

2. Pasien baru BTA negatif dan foto thoraks mendukung TB, dengan pengobatan
kategori 1(Pada minggu terakhir bulan ke 2, ke 5 dan ke 6).

3. Pasien BTA positif dengan pengobatan kategori 2 (Pada minggu terakhir bulan
ke 3, ke 7 dan ke 8).
Hasil pengobatan pasien TB BTA positif :
 Sembuh

Pasien telah menyelesaikan pengobatannya secara lengkap dan pemeriksaan


ulang dahak (folow up) hasilnya negatif pada Akhir Pengobatan (AP) dan minimal satu
pemeriksaan follow-up sebelmnya negatif.

 Pengobatan lengkap
Adalah pasien yang telah menyelesaikan pengobatannya secara lengkap tetapi
tidak memenuhi persyaratan sembuh atau gagal
 Meninggal
Adalah pasien yang meninggal dalam masa pengobatan karena sebab apapun.
 Pindah
Adalah pasien yang pindah berobat ke unit pengobatan lain (dengan register
kartu TB 03) dan hasil pengobatannya tidak di ketahui.
 Default (Putus Berobat/lalai)
Adalah pasien yang tidak berobat 2 bulan berturut turut atau lebih sebelum masa
pengobatan selesai dengan BTA positif
 Gagal
Pasien yang hasil pemerisaan dahaknya tetap positif pada bulan ke lima atau
lebih selama pengobatan

2.9. Komplikasi TB Paru


Penyakit tuberculosis paru bila tidak ditangani dengan benar akan menimbulkan
komplikasi. Komplikasi dibagi atas komplikasi dini dan komplikasi lanjut.
Komplikasi dini :
 Pleuritis
 Efusi pleura
 Empiema
 Laryngitis
 TB usus

Komplikasi lanjut :
 Obstruksi jalan napas SOFT (sindrom obstruksi pasca tuberculosis)
 Kerusakan parenkim berat
 Fibrosis paru
 Kor pulmonal
 Amiloidosis
 Karsinoma paru
 Sindrom gagal napas dewasa

2.10. Prognosis

Prognosis pada penderita TB baik pada umumnya. Namun, prognosis dapat


menjadi buruk jika terjadi komplikasi atau penderita tidak melaksanakan pengobatan
sesuai dengan aturan yang diberikan.
2.11. Kesimpulan
Tuberkulosis paru merupakan penyakit yang penularannya melalui udara dari
droplet infeksi. Oleh karena itu, perlunya pengetahuan mengenai transmisi, faktor
resiko mengenai penyakit TB, serta cara pencegahan bagi masyarakat yang belum
terpapar TB. Sedangkan bagi penderita TB harus mendapat pengobatan yang adekuat
disertai dengan kepatuhan dari pasien untuk melaksanakan program pengobatan yang
diberikan pelayanan kesehatan agar penderita TB tersebut dapat sembuh dan tidak
menularkan kepada orang lain.
DAFTAR PUSTAKA

Alsagaff, Hood dan Abdul Mukty. Dasar-dasar Ilmu Penyakit Paru. Surabaya :
Airlangga University Press. 2006.

Mubin, Halim. Buku Panduan Praktis : Ilmu Penyakit Dalam Diagnosis dan Terapi
Edisi 2. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2007.

Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis Edisi 2. Jakarta : Departemen


Kesehatan Republik Indonesia. 2007.

Price, Sylvia A. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Pross Penyakit, Edisi 4. Jakarta :


Penerbit Buku Kedokteran EGC. 1995.

Sudoyo, W. Aru. et. al. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi IV. Jakarta : Pusat
Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam FKUI. 2007.

Вам также может понравиться