Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
ٌْ َْوؿ َحقْ الْ ُم ْسلِ ِْم َعلَى الْ ُم ْسلِ ِْم ٔت
ْس َرد ُْ يَػ ُق وؿ اللَِّْو ُْ اؿ َِٕت ْع
َْ ت َر ُس َّْ ب أ
َْ َ ق ََْف أَبَا ُىَريْػَرة ِْ َِع ْْن َسع
ِْ َّيد بْ ِْن الْ ُم َسي
ِ يت الْع
ِْ اط
س ِ ِ ْ اٖتنَائِِْز وإِجاب ْةُ الد ِْ الس ََلِْـ َو ِعيَ َادْةُ الْ َم ِر
َ ُْ َّع َوْة َوتَ ْشم َ َ َ َْ ُاع ْ َيض َواتػِّب َّ
Dari Said bin Al-Musayyab, bahwa Abu Hurairah r.a. berkata, 'Aku mendengar Rasulullah saw bersabda : "Hak
muslim terhadap muslim yang lainnya ada lima, (Yaitu) menjawab salam, menengok orang yang sakit,
mengantarkan jenazah, memenuhi undangan, dan mendo'akan yang bersin. H.R. Al-Bukhari, no. 1164
Tidak perlu menunggu hingga tiga hari untuk menjenguk orang sakit
ٍ َود م ِريضا إِ ْلَّ بػع َْد ثََل
ْث ْ ِاؿ َكا َْف الن
ْ َ ً َ ُْ ُ ْلَ يَػع َّب ٍْ ِس بْ ِْن َمال
َْ َك ق ِْ ََع ْْن أَن
Dari Anas bin Malik ia mengatakan, Nabi saw tidak menengok orang yang sakit kecuali setelah tiga hari. H.R.
Ibnu Majah, no. 1427
Hadist ini do'if karena pada sanadnya ada rowi yang bernama Maslamah bin Ali bin Kholf, tentang rowi ini Al-
Bukhari dan Abu Zur'ah mengatakan : ia Munkarul hadits, An-Nasai dan Ad-Daraquthni mengatakan, 'ia
Matrukul hadist .
2 | كتاب اجلنائز
Tidak perlu memperhatikan berat atau pun ringannya penyakit yang diderita
ْ ِم ْْن َو َج ٍْع َكا َْف بِ َعْي ِن وؿ اللَِّْو َْ ََع ْْن َزيْ ِْد بْ ِْن أ َْرقَ َْم ق
ْ ِاؿ َع َاد
ُْ ن َر ُس
Dari Zaid bin Arqam ia mengatakan : "Rasulullah saw menjengukku karena sakit pada mataku. " H.R. Abu Daud,
no. 2696
Mengingat Kematian
ْ ُغ
ْ ْوالْ َفَرا،
َ ُْالص ََّة: ِ ْم ْغبُػ ْو ٌفْفِْي ِه َماْ َكثِْيػٌر ِْم َنْالن
ِّ َّاس ِ ِ
َ ْنعمتاف:ْْقَ َاؿْالنَِّب:ْعْنػ ُه َماْقَ َاؿ
َ ُْرضيْاللّو ٍ َ َع ِنْابْ ِن
َ ْعبَّاس
Dari Ibnu Abbas r.a. ia berkata, 'Nabi saw bersabda : "Ada dua kenikmatan yang disia-siakan oleh
kebanyakan manusia, yaitu sehat dan waktu luang." H.R. Al-Bukhari
TALQIN1
1. Hukum Talqin
Talqin kepada yang telah mendekati saat ajalnya adalah sunnah Rasul yang hukumnya sunat.
ْ ىْم ْوتَا ُك ْْم ْاقْػَرءُوْْم ْع ِق ِلْبْ ِنْيَ َسا ٍرْقَ َاؿْقَ َاؿْالنَِّب
َ َاْيسْعل
َ َ َع ْن
Dari Ma'qil bin Yasar ia berkata, 'Nabi saw bersabda, "Bacakanlah oleh kalian surat yasin itu kepada
orang yang sedang mengalami sakaratul maut diantara kalian!." H.R. Abu Daud, no. 2714
Namun hadist ini pun doif4 karena itu tidak dapat dijadikan dalil adanya talqin selain kalimat La ilaha
illallah
1
Talqin menurut bahasa adalah mengajar dan membuat orang lain menjadi paham melalui lisan. Talqin menurut Syariat
adalah mengajarkan atau mengingatkan kalimat “LA ILAHA ILLALLAH‟ kepada seseorang yang hampir mati agar ia
mengikutinya (mengucapkannya), dan menjadikannya ucapan terakhir.
2ْ Pertama : Ishak bin Abdillahbin Ja‟far. Rawi ini majhul. -Tahzibul Kamal II ;440, No.363. Tarikhul Kabir (Al-Bukhari) I. 394
No. 1257.
Kedua : Katsir bin Zaid. Imam Ahmad menyatakan, rawi ini menurut pandangan saya, Laisa bihi ba‟sun ْس ٌْ س ْبِِو ْبَأ
َ لَْي
(Tidak ada halangan terhadap dia) Ibnu Ma‟in berkata”laisa bi Syaiin,ْ سْبِ َش ْي ٍْء ي
َ َْل (Dia bukan apa-apa).
MenurutْImam an-Nasai”Dhaif‟ يف ٌْ ِضع
َ (Tergolong orang yang lemah ).
Dan menurut Abu Jafar at-Thabrani”Lamyuhtajja binaqlihi”ْ َْيتج ْبنقلو
ّ ْ( َلpenukilannya tidak bisa dijadikan hujah).ْ
Tahdzibu TahdzibVIII:413.
3ْ Hadist ini hanya diriwayatkan dari Jabir bin Yahya Al-Hadrami oleh Abdurrahman bin Mafra. Dan pada sanadnya
Utsman sendiri majhul apalagi ayahnya. Serta dalam hadits ini terdapat rawi yang bernama Sulaiman At Taimi ia mudallis dari
Al Hasan dari hadits-hadits yang tidak ia dengar (Kedudukan Hadits-hadits Fadilah Yasin hal : 56)
8 | كتاب اجلنائز
ْ
9 | كتاب اجلنائز
Adab-Adab Ketika Mendapati Orang Yang Telah Menghembuskan Nafasnya Yang Terakhir
Menyegerakan untuk menunaikan wasiat dan membayarkan utang orang yang meninggal termasuk
kewajiban ahli waris. Maka bila salah seorang di antara mereka membayarkan utangnya terbebaslah
seluruh ahli waris dan wali-walinya dari dosa, tetapi apabila tidak tentulah mereka akan berdosa sesuai
dengan keterkaitan masing-masing, karena membayarkan utang si mayit termasuk wajib kifayah.
Jika ia meninggalkan harta maka sebelum dibagi waris terlebih dahulu ditunaikan waisatnya serta
dibayarkan utang-utangnya, sebagaimana firman Alloh SWT
ِ ْ ِم ْنْبػع ِْدْو ِصيٍَّْةْي...ْفْأَو ْلَ ِد ُك ْم
ْ وصيْ ِِبَاْأ َْْوْ َديْ ٍْن ِ ي
ُ َ َْ ْ ْ ْ ْ ُِْالل ْ ْوصي ُك ُْمُ
Allah mensyari'atkan bagimu tentang (pembagian pusaka untuk) anak-anakmu… sesudah dipenuhi
wasiat yang ia buat atau (dan) sesudah dibayar hutangnya. Q.S. An-Nisa : 11. .
Adapun mayit yang meninggalkan utang bergantung kepada niatnya ketika ia meminjam dan
menanggung utang itu, apakah berniat untuk membayar atau tidak. Bila ia meninggal dengan
mempunyai niat membayar utang itu disertai usaha yang nyata untuk membayar utangnya, maka Allah
akan mengampuni dosa dari utangnya itu. Akan tetapi bila ia sama sekali tidak berniat untuk membayar
utangnya maka tentunya ia berdosa.
ْ ارْ َوَْلْ ِد ْرَى ٌْم
ٌْ َسْ َْثَّْ ِدين ِ ُارْأ َْوْ ِدرى ْمْق
َْ ض َْيْ ِم ْْنْ َح َسنَاتِِْوْلَْي ِ ِ ْ ْم ْنْمِْالل
ٌ َ ْ ْ ٌْ َاتْ َو َعلَْي ْوْدين
َ َ ْ َ ْ ْوؿ َْ ََع ْْنْابْ ِْنْعُ َمَْرْقَ َاؿْق
ُْ اؿْ َر ُس
Dari Ibnu Umar ia berkata, Rasulullah saw bersabda, "Siapa yang mati dalam keadaan (berutang) satu
dinar atau dirham maka akan dibayar dengan kebaikan-kebaikannya karena di sana tidak ada dinar
ataupun dirham." H.R. Ibnu Majah, no. 2405
ْ
12 | كتاب اجلنائز
Memandikan Jenazah
V. Hendaklah berbicara yang baik, tidak berbicara yang buruk apalagi tentang si mayit
ْاْو َع َد ِ ِ ْ َعلَىْأ َْى ِل ْالْ َقلْ َخبَػرهُْقَ َاؿ ْاطَّلَ َع ْالنَِّب ِ َّ َع ْن ْنَافِ ٍع ْأ
َ َُف ْابْ َن ْعُ َمَر َْرض َي ْاللَّو
َ ْمَ يب ْفَػ َق َاؿ َْو َج ْد ُْت َ ْ ْعْنػ ُه َماْأ
ُِ َٕتَع ِْمْنػهمْولَ ِكن َْل ِ ِ
ْ َْييبُو َْف ْ َ ْ ُ َ ْ ْماْأَنْػتُ ْمْبأ َ يلْلَوُْتَ ْدعُوْأ َْم َواتًاْفَػ َق َاؿ
َ ْحقًّاْفَقَ َرب ُك ْم
Dari Nafi, bahwasanya Ibnu Umar telah memberitahukan kepadanya; ia berkata, “Nabi saw. telah datang
ke Ahli Qalib (bangkai-bangkai kaum musyrikin di lembah badar(, lalu beliau bersabda, ‘Kalian telah
dapatkan apa yang dijanjikan oleh Tuhan kalian dengan benar? Maka ditanyakan kepada beliau, ‘Apakah
Anda menyeru yang sudah mati?’ Beliau menjawab, ‘Kalian tidak lebih mendengar daripada mereka, akan
tetapi mereka tidak bisa menjawab’”. H.r. Al-Bukhari, no. 1281
6
ْ Bila diperhatikan perintah yang terdapat pada hadis ini menunjukkan bahwa mandi bagi orang yang telah memandikan jenazah itu
hukumnya wajib. Namun terdapat dua riwayat yang memalingkannya dari hukum asal menjadi sunat, yaitu
ٍْ س ْبِنَ َج َّ ِ ِ ِ ْ«ْلَيس ْعلَي ُكم ِْف ْغُس ِل:ْاؿ ْرسو ُؿ ْالل ٍ َّْعب ِ
ْس ْفَ ََ ْسبُ ُك ْم ْأَ ْف َ ْفَإف ْ َميِّتَ ُك ْم ْلَْي،ْ ُْميِّت ُك ْم ْ ُغ ْس ٌل ْإ َذاْ َغ َّس ْلتُ ُم ْوه
َ ْ ْ َْ َ ْ ْ ُ َ َ َْق:ْ اؿ
َ َْق،ْ اس َ ع ََف ْاب ِن
ْ»ْتَػ ْغ ِسلُواْأَيْ ِديَ ُك ْم
Dari Ibnu Abbas ia berkata, Rasulullah saw bersabda, “Tidak terdapat kewajiban mandi atas kalian apabila memandikan jenazah, karena
sesungguhnya mayit itu bukan najis. Maka cukup bagi kalian mencuci tangan-tangan kalian.”H.r. Al-Hakim, I:386, dan Al-Bahiaqi, III:398.
Al-Hakim berkata, “Hadis ini sahih atas syarat sahih Al-Bukhari dan diakui oleh Adz-Dzahabi”.
Riwayat kedua, yaitu keterangan dari Ibnu Umar, yang berujar
َّْاْم ْنْلَْيػَ ْغتَ ِس ُل ِ ِ
َ َّاْم ْنْيػَغْتَس ُل َْومن
ِ ِّاؿْ ُكنَّاْنػُغَ ِّسلْالْمي
َ تْفَمنَ َ ُ
ِ
ُ ع ََفْابْ ِن
َ َْع َمَرْق
Dari Ibnu Umar ia berkata, "Kami memandikan mayit, di antara kami ada yang mandi dan ada pula yang tidak mandi. H.r. Ad-Daruqutni,
no. 1842. Hadis ini dinyatakan sahih antara lain oleh Ahmad dan Ibnu Hajar al-asqalani. Lihat Ahkamul janaiz wa bida‘uha karya
Nashiruddin al-Abani: 53-54
Jadi mandi setelah memandikan jenazah hukumnya sunat, demikian pula berwudhu setelah mengusung jenazah. Bagi yang tidak mandi
setelah memandikan jenazah, diperintahkan paling tidak mencuci tangan.
14 | كتاب اجلنائز
Mengkafani Jenazah
Setelah selesai dimandikan, jenazah kemudian dikafani. Hukum mengkafani jenazah sama halnya
dengan memandikan yaitu wajib kifayah karena tidak dapat dilakukan oleh semua orang secara
bersama-sama.
َْج ُرنَاْ َعلَىْاللَِّْوْفَ ِمنَّا ْ بْأ َْ يلْاللَِّْوْنَػْبتَغِيْ َو ْج ْوَْاللَِّْوْفَػ َو َج ِْ ِفْ َسب ْ ِْْوؿْاللَِّْو ِْ اج ْرنَاْ َم َْعْ َر ُسَ اؿْ َى َْ َت ْق ِْ ََّع ْْنْ َخب
ِّْ ابْبْ ِْنْ ْاأل ََر
ٌَّْن ْفِ ِْيو ْإَِّْل ََّْنَِرْة
ُْ وج ْد ْلَْوُْ َش ْي ْءٌْيُ َكف ٍ ب ْب ْن ْعم ٍْري ْقُتِ ْل ْيػوْـ ْأ
َ ُُح ْد ْفَػلَ ْْم ْي
ُ َ ْ َ َ ْ َ ُ ُ ْ ُْ ص َع
ِ
ْ َج ِرْهِ ْ َشْيئًا ْمْنػ ُه ْْم ْ ُم
ِ
ْ ضى ْ َْلْْيَأْ ُك ْْل ْم ْْن ْأ َ َم ْْن ْ َم
ِ ُْ اؿ ْرس َْ اىا ْ َعلَى ْ ِر ْجلَْي ِْوْ َخَر ْْ اىا ْ َعلَى ْ َرأْ ِس ِْو ْ َخَر َج
ْوىا َ ُضع َ ْْوؿ ْاللَّْو ُ َ َْ ج ْ َرأْ ُس ْوُْفَػ َق َ ت ْ ِر ْج ََلْهُْ َوإِذَا ْ َو
َ َض ْعن َ َض ْعن َ فَ ُكنَّا ْإِذَا ْ َو
ْ تْلَْوَُّْتََرتُْوُْفَػ ْه َْوْيػَ ْه ِدبػُ َها
ْْ اإل ْذ ِخَْرْ َوِمنَّاْ َم ْْنْأَيْػنَػ َع
ِْ ْاج َعلُواْ َعلَىْ ِر ْجْلَْي ِْو ِ ِ
ْ ِمَّاْيَليْ َرأْ َسْوُْ َو
Dari Khobbab bin Al-Aratt ia berkata, 'Kami berhijrah bersama Rasulullah saw di jalan Alloh, kami
mengharap ridho Alloh dan telah tetap pahala kami di sisi Alloh, lalu diantara kami orang yang telah
berlalu tidak merasakan pahalanya sedikit pun diantara mereka adalah Mus'ab bin Umair yang dibunuh
pada hari Uhud maka tidak didapat baginya sesuatu untuk mengkafaninya kecuali namirah (sejenis kain
wol yang bergaris) maka kami meletakkannya untuk menutupi kepalanya, keluarlah kedua kakinya dan
apabila kami meletakkannya untuk menutupi kedua kakinya maka terlihatlah kepalanya, lalu Rasulullah
saw bersabda, "Letakkanlah untuk menutupi kepalanya dan letakkanlah pada kedua kakinya idzkhir
(sejenis tumbuhan) dan diantara kita ada orang yang buahnya telah matang dan dia akan memetiknya."
H.R. Muslim
Mengkafani jenazah mesti dilakukan sebaik-baiknya dalam arti menjaga kebersihannya, kerapiannya,
kesederhanaannya, ukuran panjang dan lebar kainnya.
َُْخاهُْفَػ ْليُ َْ ِس ْنْ َك َفنَو
َ َح ُد ُك ْمْأ
َ َّنْأ
ِ ِ ُ ْقَ َاؿْرس:ْقَ َاؿَْعنْجابِ ٍر
َ ْإذَاْ َكفْوؿْاَللَّو َُ َ ْ
Dari Jabir r.a. bahwa Rasulullah saw bersabda: "Apabila seseorang di antara kamu mengkafani
saudaranya, hendaknya ia memilih yang paling baik." H.r. Muslim.
Oleh sebab itu hendaklah diperhatikan hal-hal sebagai berikut ketika mengkafani jenazah
Bahkan ketika Abu Bakar ditawari kain yang bagus untuk kafan beliau berkata
ْ تْإََِّّنَاْ ُى َْوْلِْل ُم ْهلَِْة ِْ اٖتَ ِد
ِْ ِّيدْ ِم ْْنْالْ َمي ْ َِحقْْب ْ ْْإِ َّْف...ََْع ْْنْ َعائِ َش ْة
َ اٗتَ َّْيْأ
Dari Aisyah, “… „Sesungguhnya yang hidup itu lebih berhak mengenakan yang baru daripada
mayat. Kain kafan itu hanyalah (pakaian) untuk nanah (manusia yang telah membusuk)‟”. H.r. Al-
Bukhari, no. 1298
15 | كتاب اجلنائز
Keterangan ini menunjukkan bahwa kain kafan untuk jenazah laki-laki cukup tiga lembar tanpa
ditambah dengan gamis dan sorban; itu pun tanpa pakaian dalam.
Al-Hafidz Ibnu Hajar al-Asqalani mengatakan, “Dan ini menunjukkan bahwa pembicaraan yang
pertama adalah bahwasanya perempuan itu dikafani dengan lima potong pakaian dan kain. Dan Ibnu
Abu Syaibah telah meriwayatkan hadis seperti ini secara maushul (sanadnya tersambung sampai kepada
Nabi)”. Fathul Bari, III:375
Kata-kata Ummu Atiyyah yang berujar, “Maka kami mengafaninya (Ummu Kulsum) dengan lima
pakaian dan kain serta kami mengerudunginya, sebagaimana kami mengerudungi yang masih hidup”.
Masih menurut Al-Hafidz Ibnu Hajar, “Tambahan ini sanadnya sahih”. Fathul Bari, III:375. Nailul
Authar, IV:68.
Keterangan tentang lima potong pakaian dan kain bagi jenazah perempuan ini tentulah tidak
menunjukkan wajib. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bawah kedua cara yang telah diterangkan di
atas, yaitu penggunaan tiga lembar atau lima lembar berupa kain panjang dan lebar, dua lembar
ditambah dengan kerudung, baju kurung serta semacam sarung, keduanya dapat dilakukan (jawazul
amrain). Adapun kain kafan untuk jenazah laki-laki cukup hanya dengan tiga lembar kain yang layak
dan memadai, baik panjang maupun lebarnya.
7
ْImamah ialah kain atau sorban pembungkus kepala laki-laki.
8
ْGamis ialah pakaian luar yang terkadang panjangnya sampai lutut
16 | كتاب اجلنائز
ِِ ِ
َ ْاٗتَ ِد ٍ ْيػوـ ْأْ ِْالل
ْوى ْْم
ُ ُْْا ْدفن:ْ ود َْوقَ َاؿ
َ ُيد َْو ْاٖتُل ْ ْعْنػ ُه ْم
َ عَ ُحد ْبِالش َه َداء ْأَ ْف ْنَػْن ِز
ُ َ ْ َ ْ وؿ ُ ْأ ََمَر َْر ُس:ْ ْعبَّا ٍس ْقَ َاؿ
َ َع ِن ْابْ ِن
ْ ْبِ ِد َمائِ ِه ْم َْوْثِيَاِبِِ ْم
Dari Ibnu Abas, ia berkata, “Rasulullah saw. menyuruh kami pada hari (perang) Uhud terhadap para
syuhada, agar kami menanggalkan (pakaian atau perlengkapan) besi dan kulit dari mereka. Lalu beliau
bersabda, „Kuburkanlah mereka beserta darah dan pakaiannya‟”. H.r. Ahmad, Abu Daud dan Ibnu
majah
Dengan demikian secara selintas, kita dapat melihat bahwa bagi jenazah syahid tidak diperintahkan
untuk disediakan kain kafan biasa dan tidak diperintahkan untuk mewangikan badan dan kain
kafannya.
Bahkan di dalam riwayat lain masih dengan mukharrij Imam Ahmad diterangkan sebagai berikut:
ِّْموا
ُ ْقَد:ْوؿ
ُ ط َْويَػ ُق َّ ْو َج َع َلْيَ ْدفِ ُن.ْ
َ ْالرْى ِِ ِ ِ ُْزِّمل:ْْقَ َاؿْيػوـْأُح ٍدِْْوؿْالل
َ وى ْمْفْثيَاِب ْم
ُ َ ُ َ َْ َّ ْعْب ِدْاللِْبْ ِنْثػَ ْعلَبَةَْأ
َ َف َْر ُس َ َع ْن
ْْأَ ْكثَػَرُى ْمْقُػ ْرآنًا
Dari Abdulah bin Tsa‟labah bahwasannya Rasulullah saw. bersabda pada hari (perang) Uhud,
“Kafanilah mereka dengan pakaian (yang sedang mereka pakai”. Mulailah beliau menguburkan
beberapa orang dalam satu qubur, seraya bersabda, “Letakkanlah (jenazah) yang paling banyak hapalan
Alquran pada posisi paling depan”. H.r. Ahmad
ْ
ْ
ْ
ْ
ْ
9
ْJenazah muhrim ialah orang yang meninggal dalam keadaan ihram haji atau umrah.
17 | كتاب اجلنائز
SALAT JENAZAH
Salat jenazah adalah salat tanpa ruku dan sujud, satu qiyam dengan empat kali takbir.
ْ ٌاْوفِ َيهاْتَ ْكبِ ْري ِ
َ ود َْوَلْيػُتَ َكلَّ ُمْف َيه
ٌ ْس ُج
ُ اْرُكوعٌ َْوَل
ِ َٕتَّاىاْص ََل ًةْلَي
ُ سْف َيه
َ ْ َ َ
Imam Al-Bukhari mengatakan, “Salat jenazah itu dinamakan salat tanpa ruku dan sujud dan tidak boleh
berbicara, dan padanya terdapat takbir dan salam. -Fathul Bari III : 244 –
Salat jenazah dilaksanakan setelah jenazah selesai dikafani. Adapun kaifiyat salat jenazah adalah sebagai
berikut :
4. Do'a-do'a pada salat jenazah dibaca pada takbir ke-2, ke-3 dan takbir ke-4
Pada salat jenazah diperintahkan untuk mengikhlaskan do'a sebagaimana sabda Rasulullah saw :
ْ َاء
ْ ْالد َع
ُ ُصواْلَو ِ ِّاِ َذاْصلَيتُمْعلَىْالْمي
ِ َتْف
ُ اخل
ْ َ َ ْ َْ
"Apa bila kalian melakukan salat jenazah, hendaklah mengikhlaskan doa untuknya." H.r. Abu Daud dan Ibnu
Majah
Adapun do'a-do'a yang dicontohkan Rasulullah saw adalah sebagai berikut :
10
ْ Pertama hadis Ibnu Umar, jelas sangat terlihat mauquf, artinya hanya semata-mata amalan beliau sendiri. sementara itu ada
beberapa mukharrij yang menyatakan mafru,’artinya merupakan pengamalan Rasulullah saw. yang diikuti oleh Ibnu Umar.
Di dalam kitab Talkhsihul Habir diterangkan sebagai berikut;
Hadis Ibnu Umar yang menerangkan bahwa beliau mengangkat kedua tangannya setiap kali bertakbir riwayat Al-Baihaqi (diriwayatkan)
dengan sanad yang sahih bahkan diriwayatkan pula secara ta’liq oleh imam Al-Bukhari tetapi kemudian di washalkan ta’liqnya itu di
dalam kitab beliau yang berjudul juz raf’il yadain. II:164.
Selain itu hadis ini pun diriwayatkan oleh Imam Ath-Thabrani di dalam salah satu kitabnya, yakni Almu’jamul Ausath, di dalam
keterangan biografi seorang rawi bernama Musa bin Isa secara marfu, maknanya merupakan amaliyah nabi yang diterangkan oleh Ibnu
Umar.
18 | كتاب اجلنائز
Posisi imam pada shalat jenazah dapat dibagi tiga bagian yaitu posisi imam atau munfarid
untuk salat jenazah bagi jenazah laki-laki, jenazah perempuan dan bagi jenazah laki-laki dan
perempuan secara bersamaan.
Posisi imam pada shalat jenazah untuk jenazah laki-laki, adalah berdiri searah/dekat kepala
jenazah. Sedangkan bila jenazahnya perempuan imam berdiri searah perut/tengah-tengah
jenazah. Sebagai mana hadits berikut :
ِِ ْعْن َد ْرأْ ِس ِو ْفَػلَ َّْماْرفِع ْأَُِي
ِ ىْجنَازةِ ْرج ٍل ْفَػ َقاـ ِ َك ْصلَّىْعل ِ اط ْقَ َاؿ ْش ِه ْدت ْأَنَس ْبن ِ َّْا٘تي ٍ َِع ْن ْأَِب ْ َغال
ِِْْجنَ َازة َ َُ َ َ َُ َ َ َ ٍ ْمال َ َْ َ ُ َ َْ ب
ٍ ِ َُْْجنَ َازةُْف ِ ِْاألَنْصا ِر ْفَِقيل ْلَو ْياْأَبآْتزةَ ْى ِذه ِ ٍ امرأَةٍ ِْمن ْقُػري
َ َّصل
ْىْعلَْيػ َهاْفَػ َق َاـ َ َْعلَْيػ َهاْفَ ص ِّلَ ََلنَةَْابْػنَة ْفََُلف ْف َ ََْ َ َ ُ َ َ ْ ش ْأ َْو ْم ْن َْ ْ َ ْ
ِ ِ ِ ِ َ وسطَهاْوفِينَاْالْع ََلء ْبن ْ ِزي ٍاد ْالْع َد ِوي ْفَػلَ َّماْرأَىْاختِ ََل
ْْى َك َذاْ َكا َف َ َىْالر ُج ِل َْوالْ َم ْرأَة ْقَا َؿ ْيَاْأَبَآْتََْزة
َّ َْعل َ ؼ ْقيَامو ْ َ َ َ ُْ ُ َ َ َ ََ
ْت ْإِلَْيػنَاْالْ َع ََلءُْفَػ َق َاؿ ِ ِ ث ْقُم َّ ْ وـ ِْم ْْن ِ ُ رس
َ ت ْقَ َاؿ ْنَػ َع ْم ْقَ َاؿ ْفَالْتَػ َف
َ ث ْقُ ْم
ُ ْحْي
َ ت َْوم ْن ْالْ َم ْرأَة َ الر ُج ِل
َ ْ ُ ْحْي ُ ْيَػ ُقْ وؿ ْاللَّو َُ
اح َفظُوا
ْ
Dari Abu Galib Al-Khayat, ia berkata, “Saya menyaksikan Anas bin Malik mensalati jenazah
laki-laki, maka ia berdiri di dekat/searah kepalanya. Ketika (jenazah) itu diangkat,
didatangkanlah jenazah perempuan dari Quraisy atau dari Anshar lalu dikatakan kepadanaya,
'Ini adalah jenazah Fulanah binti Fulan maka salatilah ia!" maka ia pun mensalatinya dan
berdiri di dekat/searah perutnya. Pada waktu itu di antara kami hadis Al-‘Ala bin Ziad Al-
Adawi, maka ketika ia melihat perbedaan berdirinya (Anas) atas jenazah laki-laki dan
perempuan, ia bertanya, ‘Wahai Abu Hamzah, demikianlah berdirinya Rasulullah saw. pada
jenazah laki-laki seperti berdirinya anda, dan pada jenazah perempuan seperti berdirinya
anda?’ Ia menjawab, ‘Benar’”. Maka Al-'Ala bin Ziad menoleh kepada kami lalu berkata,
"Ingat-ingat oleh kalian!." H.r. Ahmad, Musnad Ahmad, juz 26, hal. 187, no. 12640
Apabila jenazah yang disalati lebih dari seorang, hal ini kemungkinannya ada beberapa
kejadian :
1. Apabila jenazah semuanya terdiri dari laki-laki hendaklah jenazah-jenazah itu disejajarkan
kepala-kepala dan hendaklah jenazah yang semasa hidupnya paling banyak hafal dan
mengerti Alquran ditempatkan paling depan di dekat berdirinya imam, jika sama-sama
dalam pemahaman dan hapalan Alquran, maka hendaklah yang paling banyak mengerti
hadis. Jika masih sama hendaklah yang paling tua.
2. Apabila jenazah-jenazah terdiri dari laki-laki serta perempuan maka hendaklah jenazah itu
disejajarkan kepala-kepala. Dan hendaklah jenazah laki-laki disimpan paling depan (dekat
kepada imam)
3. Apabila jenazah-jenazah itu terdiri dari anak laki-laki dan perempuan dewasa, maka laki-
laki tetap di depan meskipun anak kecil, sebagaimana hadits-hadits berikut ini :
ِ ِ َّ عن ْع َّما ٍر ْقَ َاؿ ْحضرت ْجنازةُ ْصِب ْوامرأَةٍ ْفَػ ُقدِّـ
ْاْوِف ِ َ َّصل
َ ىْعلَْيه َم ْ ْالصِب ِْمَّاْيَليْالْ َق ْوَـ َْوُو ِض َع
َ َت ْالْ َم ْرأَْةُ ْ َوَراءَهُ ْف َ َ ْ َ َ َ ََ ْ ََ َ َ َْ
ِ ٍ ِالْ َقوِـْأَبوْسع
ُكْفَػ َقالُواْالسنَّْة َ ْع ْنْ َذلَ وْىَريْػَرَةْْفَ َسأَلْتُػ ُه ْم
ُ ُاس َْوأَبُوْقَػتَ َاد َة َْوأَب َ ْا٘تُ ْد ِري َْوابْ ُن
ٍ َّْعب ْ يد َ ُ ْ
Dari Amar ia berkata, “Saya menghadiri jenazah anak kecil dan jenazah perempuan. Maka
diposisikan jenazah anak laki-laki itu di depan dekat kepada kaum (yang shalat) dan
ditempatkanlah jenazah perempuan di belakangnya. Pada kaum itu ada Abu Said Al Khudri,
20 | كتاب اجلنائز
Ibnu Abas, Abu Qatadah, dan Abu Hurairah. Kemudian aku menanyakannya atas hal itu, maka
mereka menjawab, ‘Itulah sunnah’”. H.r. An Nasai dan Abu Daud
ُْْعلَْي ِه َما ْأ َِمري ِ اْْتيعا ْفَأُخ ِرجت ِ َف ْأ َُّـ ْ ُك ْلث ٍوـ ْبِْنت
َ صلَّى
َ َاُهَا ْف
ُ َْجنَ َازت ْ َ ْ ً َِ َاْزيْ َد ْبْ َن ْعُ َمَر ْتُػ ُوفِّػي
َ ْعلي َْوابْْػنَػ َه
َ َ ُ َّ ب ْأ
ِّ َِّع
ْ َع ْن ْالش
ْىْعلَْي ِه َما ِ ِ ِ ِ َ ْ الْم ِدينَ ِةْفَس َّوىْبَػ
َ َّْصلَ ي َ اْوأ َْر ُجل ِه َماْح
َ ي ُْرءُوسه َم َ َ
Dari Asy-Sya’bi, bahwasanya Ummu Kultsum binti Ali dan anak laki-lakinya, yaitu Azid bin
Umar, keduanya meninggal. Maka dikeluarkanlah jenazah keduanya dan mensalati keduanya,
amir (gubernur) Madinah, maka beliau meratakan antara kepala keduanya dan kaki keduanya
ketika beliau melakukan salat itu. H.r. Said bin Manshur
Adapun mengenai posisi makmum sama dengan makmum-makmum pada salat-salat lainnya.
Yaitu apabila makmumnya hanya satu orang maka makmum berdiri disebelah kanan imam
ِ ْ َذات ْلَيػلَ ٍة ْفَػ ُقمت ْعن ْيسا ِرهِ ْفَأَخ َذ ْرسو ُؿْ ْصلَّيت ْمع ْالنَِّب:ْ اس ْر ِضي ْالل ْعْنػهماْقَ َاؿ
ْْْ ْالل ُْ َ َ ََ َْ ُ ْ ْ َ ِّ َ َ ُ ْ َ َ ُ َ ُ َ َ ٍ َّْعب َ َع ْن ْابْ ِن
ْ ْع ْن َُْيِْينِِْو ِ ِ ِ
َ بَِرأْس ْيْم ْن َْوَرائيْفَ َج َعلَِ ْن
Dari Ibnu Abbas r.a. ia berkata : "Aku pernah shalat bermakmum kepada Nabi saw pada suatu
malam, lalu aku berdiri disebelah kirinya, maka Rasulullah memegang kepalaku dari
belakangku lalu beliau menempatkan aku disebelah kanannya. H.R. Al Bukhari, no 726.
Dan apabila makmumnya lebih dari satu orang maka mereka berdiri di belakang imam dan
hendaklah berposisi menjadikan imam di depan di tengah mereka :
ْصفَّنَا
َ َاْعلَْيو ْقَ َاؿ ْفَػ ُق ْمنَاْف
َ َ ُ َ َ ْ ً ُ ْعْب ِد ْاللَّ ِو ْقَ َاؿ ْقَ َاؿ َْر ُس
ِ ْإِ َّف ْأَخاْلَ ُكم ْقَ ْد ْمات ْفَػ ُقومواْفَصلوْ وؿ ْاللَّ ِو
َ ْجابِ ِر ْبْ ِن
َ َع ْن
ِْ ْ صف
ْ َّي َ
Dari Jabir bin Abdullah ia berkata, 'Rasulullah saw bersabda, "Sesungguhnya saudara kalian
telah meninggal maka berdirilah kalian lalu mereka pun menyalatinya.' Ia berkata, "Maka kami
pun berdiri dan membuat dua shaf."H.R. Muslim
7. Shalat atas anak kecil dan bayi yang mati dalam kandungan
Shalat atas kedua jenazah ini sama seperti jenazah yang lainnya dan dilaksanakan seperti
umumnya shalat jenazah hanya pada salah satu takbir (yaitu antara takbir kedua sampai
ketiga) dianjurkan untuk berdo’a dengan do’a berikut ini :
ْ اْوْأَ ْجًرا ْ وؿْاللَّ ُه َّم ِ َُْعلَىْالطِّْف ِلْبَِف ِاَتَ ِةْالْ ِكت
َ اْو َسلَ ًف
َ ًْاج َع ْلوُْلَنَاْفَػَرط ُ اب َْويَػ ُق َ ْاٗتَ َس ُنْيَػ ْقَرأ
ْ َوقَ َاؿ
Al-Hasan mengatakan, 'Membaca al-fatihah (ketika menyalatinya) dan mengucapkan, “Ya
Allah, jadikan dia bagi kami (sesuatu) yang tidak menjadi beban pikiran dan menjadi pahala.”
H.R. Bukhari
ْْع ْن ْيَ َسا ِرَىا ِِ
َ اْع ْن َُْيين َهاْأ َْو
ِ ِْ ْالراكِب ْخ ْلف
َ ًْاٖتنَ َازةِ َْوالْ َماشيْأ ََم َام َهاْقَ ِريب َ َ ُ َّ ْقَ َاؿْ َّب ِّ ِْع ْن ْالن
َ َْش ْعبَة ُ َع ِن ْالْ ُمغِ َريةِ ْبْ ِن
َّ ىْعلَْي ِو َْويُ ْد َعىْلَِوالِ َديْ ِوْبِالْ َم ْغ ِفَرةِ َْو
ْ الر ْٓتَِْة َ َّصلَ ُطْي ُ الس ْق
ِّ َو
Dari Al-Mughirah bin Syu'bah dari Nabi saw, beliau bersabda, "(pengantar jenazah) yang
berkendaraan di belakang jenazah dan orang yang berjalan di hadapannya dekat di sebelah
kanannya atau di sebelah kirinya, dan bayi yang keguguran disalati dan dido'akan untuk kedua
orang tuanya supaya mendapatkan maghfirah dan rahmat." H.R. Ahmad, Musnad Ahmad, juz.
37, hal. 124, no. 17468.
Bayi yang meninggal di dalam kandungan perlu dilakukan salat jenazah atasnya bila bayi
tersebut meninggal pada masa kehamilan ibunya mencapai usia sempurna 4 bulan/120 hari,
karena pada usia ini telah ditiupkan ruh sehingga bila kemudian meninggal pada masa ini telah
disebut sebagai mayit. Sebagai mana hadits berikut ini :
َْْْي َم ُع ِْف ِ ْإِ َّف ْخ ْلق ْأ:ْتصدوؽٙ ْوىوْالصادؽْاْ ِ ْيػ ُقو ُؿ ْح َّدثػَناْرسو ُؿ ْاللْ عن ْعب ِد ْاللِ ْب ِن ْمسعوٍد
ُْ َحد ُك ْم َ َ َ ُْ َ َ َ ْ َ ُْ ْ َ ْ َْ ْ َ
ُ َث ْإِلَْي ِو ْالْ َمل
ْْك ْفُػيُػ ْؤذَ ُف ْبِأ َْربَ ِع ُ ضغَةً ِْمثْػلَْوُْ ُثَّْيػُْبْػ َع ْ ْم ُ ُْعلَ َقةً ِْمثْػلَو
ُ ْثَّْيَ ُك ْو ُف َ ْثَّْيَ ُك ْو ُف
ُ ًي ْلَْيػلَة ِ بطْ ِن ْأ ُِّم ِو ْأَربعِي ْيػوم
َ ْ اْوأ َْربَع
َ ً ْ َ َ ْ َْ َ
ْح ُْ ْثَّْيػُْنػ َف ُخْفِْي ِوْالرْو
ُ ْسعِْي ٌد ِ
َ َجلُوُ َْو َع َملُوُ َْو َشقيْأ َْـَ بْ ِرْزقُوُ َْوأ
ٍ ِ
ُ ََكل َماتْفَػيُكْت
21 | كتاب اجلنائز
Dari Abdullah bin Mas'ud r.a , ia berkata, telah menceritakan kepada kami Rasulullah saw.
'Sesungguhnya penciptaan seseorang diantara kalian dikumpulkan pada perut ibunya empat
puluh hari, kemudian menjadi segumpal darah selama itu, kemudian menjadi segumpal daging
selama itu kemudian diutus malaikat dengan membawa ketetapan rezeki, ajal amal kecelakaan
ataupun kebahagiaanya kemudian ditiupkan ruh padanya. H.r. Al-Bukhari, Nailul Authar IV :
76
Adapun bayi yang meninggal pada masa kehamilan ibunya kurang dari 4 bulan/120 hari tidak
termasuk kategori mayit atau jenazah sehingga tidak perlu dilakukan salat jenazah atasnya.
Keterangan-keterangan ini tidak menunjukkan batasan yang pasti tentang berapa lama
bolehnya salat atas jenazah yang telah dikuburkan, hanya menunjukan bahwasanya yang
paling lama yang pernah dilakukan Rasulullah saw adalah setelah satu bulan dikuburkan.
22 | كتاب اجلنائز
9. Shalat ghaib
Shalat ghaib adalah salat jenazah tanpa kehadiran jenazah. Salat jenazah seperti ini di zaman nabi saw
hanya terjadi sekali disaat beliau menerima berita tentang kematian raja Najasyi yang berada di negeri
Habsyah yang terpisah jarak yang sangat jauh dengan Madinah, maka beliau pun mengajak para
sahabat untuk melaksanakan salat atas jenazahnya.
َّ َ اتْفِ ِيوْفَ َخر َجِْبِِ ْمْإِ َلْالْ ُم ِ ِ ِ َّاسْالن ِ ِ َ َفْرس
ْىْوَكبَّػَرْأ َْربَ َع
َ صل َ َ َّجاش َي ِْفْالْيَػ ْوـْالَّذ
َ يْم َ ِ ْنَػ َعىْللنْوؿْاللَّو ُ َع ْنْأَِب
ُ َ َّ ْىَريْػَرَةْأ
ٍْ تَ ْكبِ َري
ْ ات
Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah saw mengumumkan kematian Najasyi kepada orang-orang di hari
kematiannya lalu beliau keluar bersama mereka ke Musholla dan beliau bertakbir empat kali takbir.
H.R. Muslim
ْصفَّنَا
َ َاْعلَْيو ْقَ َاؿ ْفَػ ُق ْمنَاْف
َ َ ُ َ َ ْ ً ُ ْعْب ِد ْاللَّ ِو ْقَ َاؿ ْقَ َاؿ َْر ُس
ِ ْإِ َّف ْأَخاْلَ ُكم ْقَ ْد ْمات ْفَػ ُقومواْفَصلوْ وؿ ْاللَّ ِو
َ ْجابِ ِر ْبْ ِن
َ َع ْن
ِْ ْ صف
ْ َّي َ
Dari Jabir bin Abdullah ia berkata, 'Rasulullah saw bersabda, "Sesungguhnya saudara kalian telah
meninggal maka berdirilah kalian lalu mereka pun menyalatinya.' Ia berkata, "Maka kami pun berdiri
dan membuat dua shaf."H.R. Muslim
Kaifiyat salat ghaib sama halnya dengan salat jenazah biasa. Salat ghaib dilakukan apabila seorang
muslim meninggal di tempat yang diyakini tidak ada seorang pun yang menyalatinya.
ِ ْع َذ ِ َ ِْالص ََلةِ ْاللَّه َّم ْإِ ِّن ْأَعوذُْب ِ ُْْ َكا َف ْْيَ ْدعْ وؿ ْاللَّ ِو ِ عن
َُْعوذُ اب ْالْ َق ِْْب َْوأ َ ك ْم ْن ُ ُ َّ وْف َّ ْأْ َّب
َ َف َْر ُس ِّ ِْعائ َشةَ َْزْو ِج ْالنَ َْ
ِ
ْك ِْم ْنْالْ َمأْ َِث َْوالْ َم ْغَرـ ِ ك ِْمنْفِْتػنَ ِةْالْمَياْوفِْتػنَ ِةْالْمم ِ ك ِْم ْنْفِْتػنَ ِةْالْ َم ِس
ِ َّ يحْالد
َ َِعُوذُْب ْ اتْاللَّ ُه َّمْإِ ِّنْأ ََ َ َْ َ
ِ
ْ َ َّجاؿ َْوأَعُوذُْب َ ِب
ِ َّ فَػ َْق َاؿْلَوُْقَائِلْماْأَ ْكثَػرْماْتَستَعِي ُذ ِْمنْالْم ْغرِـْفَػ َق َاؿْإِ َّف
ْف َْ ََخلْ ب َْوَو َع َْدْفَأ
َ َّثْفَ َك َذ َ ْالر ُج َلْإ َذاْ َغ ِرَـ
َ ْحد ََ ْ ْ َ َ ٌَ
Dari Aisyah istri Nabi saw, sesungguhnya Rasulullah saw berdo'a di dalam salat, Allohumma inni audzu
bika min adzabil qobri…(Ya Alloh sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari siksa kubur, aku
berlindung kepada-Mu dari fitnah Al-Masihid dajjal, dan aku berlindung kepada-Mu dari fitnah
kehidupan dan fitnah kematian, ya Alloh aku berlindung kepada-Mu dari dosa dan utang), maka
seorang berkata kepadanya, "Alangkah banyaknya engkau berlindung dari utang!" maka beliau
bersabda, "Sesungguhnya apabila seseorang berhutang, (bila) ia berbicara maka ia berdusta dan (bila)
ia berjanji maka ia ingkar."H.R. Al-Bukhari, no. 789
ِ َ َفْرس
ِّ َِْمطْ ُلْالْغ
ْ ْنْظُْل ٌم َ ْقَ َاؿْوؿْالل ُ َ َّ ْىَريْػَرةَْأ ْ َِع ْنْأ
ُ َب
Dari Abu Hurairah ra. bahwa Rasulullah saw. pernah bersabda: "Menunda pembayaran utang oleh
orang mampu adalah suatu kezaliman." H.R. Muslim
ْ!ب ْاَللَّ ِو ِ ِ ِ ََِف ْاِمرأًَة ِْمن ْجهيػنَةَ ْأَتَت ْن ٍص ِ ْعمرا َف ْب ِن ْح ِ
َّ َِْيَاْن:ت ُ ْ َوى َيْ ب ْاَللَّو
ْ َفَػ َقال-ْحْبػلَىْم ْن ْاَ ِّلزنَا َّ ْ ْ َ ُ ْ َ ْ َّ ْأْ ي َ ْ َ ْ َو َع ْن
ْت ْفَائْتِِن ِِْبَاْفَػ َف َع َل ْفَأ ََمَر ِِْبَا ْ ض َعَ اْو ِ ِ ِ ْ ْأ:ْفَػ َق َاؿ. ْولِيَّػ َهاْ ْفَ َد َعاْنَِب ْاَللَّ ِو,ْعلَ َّي ِ
َ ََحس ْن ْإلَْيػ َهاْفَإذ َ َ ُْفَأَق ْمو,ْحدًّا َ ت ُ َصْب
َأ
ِ ْ َِْأَتُصلِّيْعلَيػهاْياْن:ْفَػ َق َاؿ ْعمر,ْثَّْصلَّىْعلَيػها, ِ ِ ُ ْعلَْيػ َهاْثِيَابػُ َه
ْت ْ َب ْاَللَّو َْوقَ ْد َْزن َّ َ َ ْ َ َ ُ َ ُ َْ َ َ ُ ت ْ َْثَّْأ ََمَر ِْبَاْفَػ ُرْت,ا َ ت ْ فَ ُش َّْك
ِ َت ْأَف ِ ِ ِ ِ ِْلََق ْد ْتَابت ْتَػوبةً ْلَو ْقُ ِّسمت ْبػي ْسبع:فَػ َق َاؿ
ْتْ ْج َاد َ ض َل ْم ْن ْأَ ْف َ َْ ْوَى ْل َْو َج ْد, َ ي ْم ْن ْأ َْى ِل ْاَلْ َمدينَْة ْلََوس َعتْػ ُه ْم
َ َْ َ َْ ْ َ ْ َْ ْ َ
ْ ْالْ؟ َْ بِنَػ ْف ِس َهاْلِلَّ ِوْتَػ َع
Dari Imran bin Hushain r.a. bahwasanya ada seorang wanita dari suku Juhainah mendatangi Rasulullah
s.a.w. dan ia sedang dalam keadaan hamil karena perbuatan zina. Kemudian ia berkata: "Ya Rasulullah,
saya telah melakukan sesuatu perbuatan yang harus dikenakan had -hukuman- maka tegakkanlah had
itu atas diriku." Nabiyullah s.a.w. lalu memanggil wali wanita itu lalu bersabda: "Berbuat baiklah kepada
wanita ini dan apabila telah melahirkan -kandungannya, maka datanglah padaku dengan
membawanya." Wali tersebut melakukan apa yang diperintahkan. Setelah bayinya lahir -lalu beliau
s.a.w. memerintahkan untuk memberi hukuman, wanita itu diikatlah pada pakaiannya, kemudian
dirajamlah. Selanjutnya beliau s.a.w. menyalati jenazahnya. Umar berkata pada beliau: "Apakah Tuan
menyalati jenazahnya, ya Rasulullah, sedangkan ia telah berzina?" Beliau s.a.w. bersabda: "Ia telah
benar-benar bertaubat, andaikata taubatnya itu dibagikan kepada tujuh puluh orang dari penduduk
Madinah, pasti masih mencukupi. Pernahkah engkau menemukan yang lebih utama dari orang yang
merelakan jiwanya karena mencari keridhaan Allah Ta’ala semata." (H.r. Muslim)
24 | كتاب اجلنائز
Menguburkan jenazah
dan luaskan pula dari arah kedua kakinya, mudah-mudahan ia pun akan dilapangkan disurga. H.R. Ahmad, Abu
Daud, Nailul Authar IV : 113 ْْْْْ
ْْش ِػديْ ٌد ٍ ْيػػوـْأُح ٍػدْفَػ ُق ْلنَػاْيػاْرسػوَؿْاللِْاَ ْٗت ْفػرْعلَيػنَػاْلِ ُك ِّػلْإِنْسِْْشػ َكونَاْإِ َلْرسػوِؿْالل
َ ػاف َ َْ ُ َ َُْ َ ُ ََْ َُْ ْ َ ْعام ٍرْقَ َاؿ
ِ ْى َش ِاـْب ِن
َ ْ
ِ عن
َْ
ْػاْر ُسػ ْػوَؿػْي ِّـ
ػدق ػن ْ ػنػم ف ْا
و ل ػاق ػفْ ٍ احػ
ػد ِ ػيْوالثََّلَثَػةَ ِْفْقَػ ٍػْبْو
ِ ػن ػث ِ ْْاِح ِفػرواْوأ َْع ِْم ُقػواْوأَح ِسػنُػواْو ْادفَػنُػػوْاِْػاؿْرسػػو ُؿْالل
ال
َ َ ُ َ ُ ْ َ
َ ْ ُ َ َ َ ْ َ ْ َ ْ ْ َ ْ ْ َ َ ُ ْ ْ ُ َ َ فَػ َق
ْ ْاح ٍدْرواهْالنسائيْوالرتمذي ِ ثْثََلَثٍَة ِْفْقَػ ٍْبْو
َ ْ
ِ
َ اْوَكا َفْأَِبْثَال َ ًِّم ْواْأَ ْكثَػَرُى ْمْقُػ ْرآن
ِ
ُ اللْقَ َاؿْقَد
Dari Hisyam bin Amir ia berkara, 'Kami mengadu kepada Rasulullah saw. pada perang uhud, kami berkata,
Wahai Rasulullah sangat berat bagi kami membuat satu kuburan untuk setiap satu jenazah." Maka Rasulullah
bersabda, "Galilah dengan baik dan kuburkanlah dua atau tiga pada satu kuburan!" maka mereka kembali
bertanya, "Jenazah siapa yang mesti kami tempatkan paling depan ?" beliau menjawab, "Tempatkan pada
posisi paling depan (di arah kiblat) yang paling banyak diantara mereka hafalan Al-Qur'annya! ." Ketika itu
ayahku ditempatkan di posisi yang ketiga diantara tiga jenazah itu.' H.R. An-Nasai, At-Tirmidzi, Nailul Authar IV :
113 ْْْْ
Yang menguburkan jenazah sebaiknya laki-laki yang pada waktu malam harinya tidak jima’
َ ْعلَػػىْالْ َقػ ِْػْبْقَػ ِ ِ َ ْقَػِْػاْلَِر ُسػ ْػوِؿْالل ْ ْش ػ ِه ْدنَاْبِْنتًػ:ْ ٍ ػسْب ػ ِنْمالِػ
ْػت
ُ ػاؿْفَػَرأَيْػ َ سٌ ْ َجػػالْػاؿ َْوَر ُسػ ْػو ُؿْالل َ ػاؿ َ ْقَػْػك َ ْ ِ َعػ ْػنْأَنَػ
ْ ْفْقَػ ِْْبَىا ِ ِ افْقَ َاؿْفَػ َق َاؿ
ِ عيػنَػي ِوْتَ ْدمع
ْ ِ ْى ْلْمْن ُك ْم َْر ُج ٌلْ َلْْيػُ َقا ِرؼْاللَّْيػلَةَْفَػ َق َاؿْأَبػُ ْوْطَْل ََةَْأَنَاْقَ َاؿْفَاْنْ ِزْؿْقَ َاؿْفَػنَػَزَؿ
َ َ َ ْ َْ
Dari Anas bin Malik r.a. ia berkata, 'Kami menghadiri (pemakaman) putri Rasulullah saw. Ia (Anas) berkata,
'Rasulullah ketika itu duduk dihadapan kuburannya, maka aku melihatnya berlinangan air mata. Ia (Anas)
mengatakan, beliau bersabda : "Adakah diantara kalian yang tadi malam tidak berhubungan badan dengan
istrinya ?" maka Abu Thalhah berkata, 'aku!' beliau bersabda, 'Turunlah (ke dalam lubang kubur) !'. ia (Anas)
mengatakan, 'maka turunlah Abu Thalhah ke kuburnya. H.R. Al-Bukhari ْ
Memasukkan jenazah dari arah kaki kuburan
ْْثَّْأ َْد َْخلَػوُْالْ َقْبػ َػر ِْم ْػنْقِبَ ِػلْ ِر ْجلَػي
ُ ىْعلَْي ِػو
َ َّصػل
ِ
َ َْعْب ُػدْاللْبْ ُػنْيَِزيْ َػدْف
ِ ثْأَ ْفْيصػلِّي
َ ْعلَْيػو
َ َ َ ُ ُ ىْاٗتََر
ْ ص َ ََ َع ْنْأَِبْإِ ْس
َ اؽْقَ َاؿْأ َْو
ْ ْاْم َنْالسن َِّةْرواهْأبوْداود
ِ الْ َق ِْبْوقَ َاؿْى َذ
َ َ ْ
Dari Abu Ishaq ia berkata, 'Al Harats pernah berwasiat untuk disalati oleh Abdullah bin Yazid, (maka ketika Al-
Harats wafat) Abdullah menyalatinya kemudian ia memasukannya ke dalam kubur dari arah kaki kubur, dan ia
berkata, "ini adalah termasuk sunnah (Nabi saw)." . H.R. Abu Daud. Nailul Authar IV : 115
Mayit boleh dikeluarkan dari kubur dan liang lahatnya karena suatu sebab.
ْْح ْفَرتَػوُْفَػأ ََمَرْبِ ِػو ِ ِ ِ ِ ِ ِ عنْجابِ ِرْب ِن
ُ ْمػاْأ ُْدخ َػل
َ ْ َعْب َػدْاللْبْ َػنْأ َُبْبَػ ْع َػدْػىْر ُس ْػو ُؿْالل َ َْْأَت:ْػاؿ َ َْعْنػ ُه َماْقَ ُْعْبدْالل َْرض َيْالل َ ْ َ َْ
ِ ِ ِ ِ ِ ِ ػث ِ
ْػاؿ
َ ص ػػاْقَػ ً اس ػػاْقَمْيً َّاْعب َ ْعلَْي ػػوْم ػ ْػنْ ِريْق ػػو َْوأَلْبَ َس ػػوُْقَمْي
َ ص ػػوُْفَػػاللُْأ َْعلَػ ُػم َْوَك ػػا َفْ َك َس ػ َ َ ػىْرْكبَتَػْي ػػو َْونَػ َف ػ
ُ ْعلَػ
َ ُض ػ َػعو
َ ِجْفَػ َو
َ ُخر
ْ فَ ػأ
ْك
َص ِ ِافْفَػ َق َاؿْلَوْابنْعب ِدْاللِْياْرسوَؿْاللِْأَلْبِسْأ ِ ْقَ ِميصِْس ْفيا ُْفَْْوقَ َاؿْأَبػوْىارو َفْوَكا َفْعلَىْرسوِؿْالل
َ َبْقَمْي ْ ْ ُْ َ َ َْ ُ ْ ُ َْ ْ ُ َ َ َ ُْ َ ُْ َُ
ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ
َ ْم َكاْفَأَةًْل َم
ْ اْصنَ َْع ُ ُصو َ ْعْب َدْاللْقَمْي َ س ْ ْأَلْبَّْب َّ َِفْالن ُ الَّذيْيَليْج ْل َد َؾْقَ َاؿ
َّ ْس ْفيَا ُفْفَػيَػَرْو َفْأ
Dari Jabir bin Abdullah r.a. ia berkata, 'Rasulullah saw. mendatangi Abdullah bin Ubayy setelah ia dimasukan ke
kuburnya. Maka beliau memrintahkan supaya jasadnya dikeluarkan (dari kuburnya) lalu beliau meletakkan
(jasadnya) diatas kedua lututnya dan beliau meludahi (seluruh tubuh) nya serta memakaikan gamisnya –
Wallahu a'lam- beliau pernah memakaikan kepada Abbas pakaian (Abdullah bin Ubay). Sufyan berkata, 'dan
Abu Harun berkata, 'Rasulullah memiliki dua gamis, lalu Ibnu Abdullah berkata kepadanya, 'Wahai Rasulullah
pakaikanlah untuk ayahku gamismu yang menutupi kulitmu !' Sufyan berkata, 'Maka mereka melihat Nabi saw.
memakaikan gamisnya kepada Abdullah bin Ubay sebagai balasan terhadap apa yang dia perbuat.' H.R.
Bukhari. ْْْ ْْْْ
ْْم ػ ْػنْيػُ ْقتَػ ُْػل ِْم ػ ْػن ِ
َ ْم ْقتُػ ػ ْػولً ِْفْأ ََّوؿ
ِ ِػاؿْم ػػاْأَر
َ َّانْإل َّ ِ ِْد َع ػ ِػانْأ
ْ َ َ َ َبْم ػ َػنْاللْي ػ ِػلْفَػ َق ػ ْ َ ُح ػ ٌدُ ض ػ َػرْأ
َ ػاْح
َ ْلَ َّم ػ:ْػاؿ َ ْقَػَْع ػ ْْػنْ َج ػػابِ ٍر
ِ ِ
ْص ِ استَػ ْو ْ ض َْو ِ ْْديْػنًاْفَاق َ ْفَِْإ َّفْس َْر ُس ْوِؿْالل
َ ْعلَ َّي ِ كْ َغْيػَرْنَػ ْفَ ْعلَ َّي ِْمْن َ ْْ َوإِ ِّنْلَْأَتْػ ُرُؾْبَػ ْعد ْيْأَّْب
َ َعَّز ِّ ِابْالن ِ ََص
َْأ
ْآلخ ػ ػ ِر ِ ِ ُ ػكْخيػ ػػراْفَأَص ػػبَنَاْفَ َك ػػا َفْأ ََّوَؿْقَتِي ػ ٍػلْودفِ ػػنْمع ػػوْآخ ػػر ِْفْقَػ ػ ٍػْب ِ بِأ
َ ْْم ػ َػعْا َ ُػبْنػَ ْفس ػ ْػيْأَ ْفْأَتْػ ُرَك ػػو ْ ْثَّْ َلْْتَط ػ ْ ُ َ ُ ََ َ َُ ْ ْ َ ْ ً ْ َ َ َخ َوات ػ ْ
ْ ض ْعتُوُْ َغْيػَرأُذُنِِْو ٍ ِ
ُ استَ ْخَر ْجتُوُْبَػ ْع َدْستَّةَْأَ ْش ُه ٍرْفَِإ َذ
َ اْى َوْ َكيَػ ْوـْ َو ْ َف
Dari Jabir r.a. ia berkata, 'Ketika terjadi perang Uhud, Ayahku memanggilku pada suatu malam lalu ia berkata,
'Tidaklah diperlihatkan kepadaku kecauli aku adalah orang yang pertama kali terbunuh diantara para sahabat
Nabi saw. sesungguhnya aku tidak meninggalkan setelahku yang lebih kuat melebihiku darimu selain diri
Rasulullah saw. Aku memiliki utang maka tunaikanlah (utangku) dan beri wasiat yang baik pada saudara-
saudara perempuanmu. Ketika kami memasuki waktu pagi, ternyata ia (ayahku) adalah orang yang pertama
terbunuh syahid dan ia dikuburkan bersama yang lainnya dalam satu kuburan. Kemudian hatiku belum merasa
bahagia untuk meninggalkan ia bersama yang lainnya (dalam satu kuburan), lalu aku meminta supaya ia
dikeluarkan (dari kuburannya) setelah (dikuburkan selama) enam bulan, ternyata jasadnya masih seperti pada
hari aku meletakkannya (dikuburnya) kecuali telinganya.' H.R. Al-Bukhari
ْ
27 | كتاب اجلنائز
Ta'ziyah
Ta'ziyah berarti menghibur atau memberikan dorongan semangat agar bersabar dan berbesar hati atas
musibah yang menimpa.
َْص ََابِِْو ْ َوفِي ِه ْْم ْ َر ُج ٌْل ْلَْوُ ْابْ ٌْن ِ ِ ْ ِس ْ ََيل
ْ س ْإِلَْي ْو ْنَػ َفٌْر ْم ْْن ْأ ُ ْ َْ َ ْإ َذا ْ َجلْ ب ْالل ْو
ِ ِ َّ ْ َِاؿ ْ َكا َْف ْن َْ ََع ْن ْ ُم َعا ِويَْةَ ْبْ ِْن ْقُػَّرَْة ْ َع ْْن ْأَبِ ِْيو ْق
ُْاٗتَْل َق ْةَْلِ ِذ ْك ِْرْابْنِِْوْفَ ََ ِز َْفْ َعلَْي ِْوْفَػ َف َق َدْه
ْ ْضَْر ُ الر ُج ُْلْأَ ْفْ ََْي َْ َيْيَ َديِْْوْفَػ َهل
َّ ْكْفَ ْامتَػنَ َْع َْ ْ فْظَ ْه ِرْهِْفَػيُػ ْقعِ ُدْهُْبَػ ِْ صغِ ْريٌْيَأْتِ ِْيوْ ِم ْْنْ َخ ْل َ
ْ ْفَ َسْأَلَْوُ ْ َع ْْن ْبػُنَػيِِّْوْ َّب ْ ِك ْفَػلَ ِقيَْوُ ْالن َْ َوؿ ْاللَِّْو ْبػُنَػيْوُ ْالَّ ِذي ْ َرأَيْػتَْوُ ْ َىل
َْ اِل َْْل ْأ ََرى ْفََُلنًا ْقَالُوا ْيَا ْ َر ُس ْ ِ اؿ ْ َمَْ ْفَػ َقْ َّب ْ ِالن
ْابْ ِم ْْن ٍْ َلْب َْ َِيْ َغ ًداْإْ َِّْعْبِِْوْعُ ُمَرَْؾْأ َْْوَْْلْتَأ َْ كْأَ ْفَِْتَت َْ َحبْْإِلَْي َ اؿْيَاْفََُل ُْفْأَُيَاْ َكا َْفْأ َْ َكْفَػ َعَّز ْاهُْ َعلَْي ِْوْ ُْثَّْق
َْ ََخبَػَرْهُْأَن َّْوُْ َىل
ْ فَأ
ْتَُْوَٚ ْ ِلْ ِْ اٖتَن َِّْة ْفَػيَػ ْفتَ َُ َها ِْ َل ْب
ْ ْ اب َْ ِن ْإ ْ ِ ب ْاللَِّْو ْبَ ْْل ْيَ ْسبِ ُق
َّْ َِاؿ ْيَا ْن
َْ َك ْقَْ َك ْإِلَْي ِْو ْيَْػ ْفتَ َُ ْوُ ْل
َْ اٖتَن َِّْة ْإَِّْل ْ َو َج ْدتَْوُ ْقَ ْد ْ َسبَػ َق
ْ ْ اب ِْ أَبْػ َو
ْك َْ َاؾْل َْ اؿْفَ َذَْ َِلْق ََّْ َِحبْْإ َأ
Dari Mu'awiyyah bin Qurrah dari ayahnya ia berkata, 'Nabi saw apabila beliau duduk maka ikut duduk
bersamanya sekelompok sahabat beliau, di dalam kelompok itu ada seorang laki-laki yang memiliki anak kecil
yang mendatanginya dari belakang punggungnya, lalu ia mendudukkannya di hadapannya. Lalu anak itu pun
meninggal dan membuat laki-laki itu tidak dapat menghadiri halaqah (majelis ilmu) nabi karena ingat kepada
anaknya lalu ia bersedih karenanya. Maka nabi saw pun kehilangannya lalu beliau bersabda, "Aku tidak melihat
si Fulan ! mereka menjawab, "Wahai Rasulullah anak kecilnya yang biasa engkau lihat telah meninggal." Maka
nabi saw pun menemuinya lalu beliau bertanya tentang anak kecilnya lalu ia mengabarkan kepada beliau
bahwa ia telah tiada. Maka beliau pun berta'ziyah kepadanya kemudian bersabda, "Hai Fulan!, mana yang lebih
engkau sukai, bersenang-senang seumur hidupmu atau engkau kelak mendatangi pintu dari pintu-pintu surga
lalu engkau mendapati ia (anakmu) telah mendahuluimu masuk ke dalamnya seraya membukakan pintu (surga)
untukmu?". Ia menjawab, "Wahai nabi ! ia (anakku) mendahuluiku menuju pintu surga lalu membukakannya
untukku, itulah yang lebih aku sukai."Beliau bersabda, " Maka mudah-mudahan yang demikian itu untukmu."
H.r. An-Nasai, no. 2061
ْْأ َْْو-ْتَاَٚ ًْصبِيَّْا ْ ُْإِلَْيِْوْتَ ْدعَّْب
َّْ ُْوهُْ َوُُتِْْبُْه
َ ْأف ِْ َإحدىْبَػن
ِّْ اتْالن ْ ْت ْْ َْ ْأر َسل:ْاؿَْ َْق،ْاللُْعنهما ْ ْيدْرضي ٍْ أس َامةْبنْ َز َ ْوعن
ُْْ َوُكلْْ َش ْي ٍْءْ ِعْن َدْه،ْأعطَى ْ ْأخ َْذْ َولَْوُْ َما َْ للِْتَػ َع
َ ْالْ َما ْ ْأفَّْ ْأخِ ْْبَىا ِ
ْ َْف،ْْ((ْ ْارج ْْعْإِلَْيػ َها:ْاؿْللرسوؿ َْ تْفَػ َق ِْ ت ْوْٙفْا-ًْابْنْا
ِ ِ َ
ْ .ْمتفقْ َعلَْي ْو
ٌْ ْ...ْ))ْب ِ
ْْ ص ْْْبْ َولْتَ َْتَسْ َْفَػ ْلت،ْْفَ ُم ْرَىا،ْأج ٍْلْ ُم َس ّمى ِ
َ ب
Dari Usamah bin Zaid r.a, katanya: "Salah seorang dari puteri Nabi s.a.w. mengutus seseorang kepada beliau
s.a.w. untuk memanggilnya dan memberitahukan padanya bahwa salah seorang anaknya -yakni anak puteri
Nabi s.a.w. itu-, sedang berada dalam keadaan akan meninggal dunia. Nabi s.a.w. lalu bersabda kepada utusan
puterinya itu: "Kembalilah dulu ke tempat puteriku itu dan beritahukanlah padanya bahwasanya bagi Allah
adalah apa-apa yang diambil, bagiNya apa-apa yang diberikan dan segala sesuatu menurut ajal yang ditentukan
di sisiNya. Maka dari itu perintahkanlah ia supaya bersabar saja dan supaya mengharapkan keridhaan Allah …
(Muttafaq 'alaih)
ْث ْ تْلَوُْثََلَثَةٌ ِْم َنْالْ َولَ ِدْ َلْْيَػْبػلُغُ ْو
َ اْاٗتِْن
ِ َّاس ِ ِْْْقَ َاؿْقَ َاؿْرسو ُؿْاللٍَْ ك
ُ ِ ْماْم َنْالن:
ُ ْم ْسل ٌمُْيَُْو َ ُْ َ
ٍ ِسْب ِنْمال
َ ْ ِ ََع ْنْأَن
ِِ ْ ْاٖتَنَّةَْبَِف
ُ َّض ِل َْر ْٓتَتوْإِي
ْ ْاى ْم ْ ُإِلَّْأ َْد َخلَوُْالل
Dari Anas bin Malik r.a. ia berkata, 'Rasulullah saw. Tidak seolah seorang muslim kehilangan tiga orang anaknya
yang belum baligh kecuali Allah akan memasukkannya kedalam surga dengan karunia dan rahmat-Nya kepada
mereka." H.r. Bukhari
ْ ْْاٖتَن َِّة ِ ْم ْر ِض ًع ِ ِ َّ ْعلَْي ِو ِ ِّ ْلَ َّماْتُػو:ْْقَ َاؿْعنْالبػر ِْاء
ْ اْف ُ ُْإ َّفْلَوْْالسَلَ ُـْقاَ َؿ َْر ُس ْو ُؿْالل َ ّفْإِبْػَراىْي ُم
َُ ََ ْ َ
Dari Adiy bin Tsabit bahwasanya ia mendengar Al-Bara' r.a. berkata, 'Ketika Ibrahim (putra Nabi) meninggal,
beliau bersabda, 'Sesungguhnya ada yang menyusuinya disurga.' H.r. Bukhari ْ
ِ ُ عنْأ ُِّـْسلَمةَْقَالَتْدخلْرس
َ ِوحْإِ َذاْقُب
ُْضْتَبِ َعو ِ
َ ضوُْ ُثَّْقَ َاؿْإ َّفْالر َ ص ُرهُْفَأَ ْغ َمَ َْش َّقْب َ ْ َعلَىْأَِبْوؿْاللَّو
َ ْسلَ َمةَ َْوقَ ْد َُ َََ ْ َ َ َْ
ِ ِ ِ ِ ِ ِ َالْبصر ْفَض َّج ْن
ْْثَّْقَ َاؿ
ُ ىْماْتَػ ُقولُو َف
َ َْعلَ اْعلَىْأَنْػ ُفس ُك ْم ْإَِّل ِْبٍَْري ْفَِإ َّف ْالْ َم ََلئ َكةَْيػُ َؤِّمْنُو َف
َ اس ْم ْن ْأ َْىلو ْفَػ َق َاؿ َْل ْتَ ْدعُو ٌ َ َُ َ
ِ ب ِ ِ ِ ِ ِ ِ َ اخلُ ْفوُ ِْف ِ ِ
ْيَ ْالعالَمَ َّ ين َْوا ْغف ْر ْلَنَا َْولَوُ ْيَا َْرَ ْعقبة ْف ْالغَاب ِر ْ ي َْو َ ِّتَْهديْٙد َر َجتَوُ ِْف ْا َ اَللَّ ُه َّم ْا ْغف ْرِْألَِب
َ ْسلَ َمةَ َْو ْارْفَ ْع
ْرواهْمسلم.َْوافْ َس ْحْلَوُ ِْفْقَػ ِْْبهِ َْونَػ ِّوْرْلَوُْفِ ِيو
Dari Ummu Salamah ia berkata, Rasulullah saw menjenguk Abu Salamah, saat itu matanya terbuka lalu beliau
memejamkannya kemudian beliau bersabda, "Sesungguhnya ruh itu bila dicabut diikuti oleh pandangan," lalu
28 | كتاب اجلنائز
berteriaklah orang-orang dari keluarganya, beliau bersabda, "Janganlah kalian berdo'a untuk diri kalian kecuali
dengan kebaikan karena sesungguhnya malaikat itu mengaminkan apa yang kalian ucapkan," kemudian beliau
mengucapkan, "Ya Allah, Wahai Tuhan kami, Ampunilah Abu Salamah, tinggikanlah kedudukannya di antara
orang-orang yang mendapat petunjuk, gantilah ia (yang pergi) dengan orang yang tinggal. Ampunilah kami dan
ia wahai Allah Tuhan sekalian alam. Lapangkanlah kiburnya dan terangkanlah baginya padanya H.R. Muslim,
no. 1528
Ziarah Kubur
Adzab kubur
2. Amal soleh
ْْجا ِريٍَة ْأ َْو ٍ
َ ْص َدقَة
ِ ٍ ِ
َ ْع َملُوُْإَِّل ْم ْن ْثَََلثَة ْإَِّل ْم ْن
َْ ُْعْنو ِْ ات
َ ْاإلنْ َسا ُف ْانْػ َقطَ َع ِ ِ َ َف ْرس
َ ْقَ َاؿ ْإ َذْوؿ ْاللَّو
َ اْم ُ َع ْن ْأَِب
ُ َ َّ ْىَريْػَرَة ْأ
ْ ُْصالِ ٍحْيَ ْدعُوْلَْو ٍ ِ ِ
َ ع ْل ٍمْيػُْنتَػ َف ُعْبِوْأ َْو َْولَد
Dari Abu Hurairah sesungguhnya Rasulullah saw bersabda, "Apabila manusia meninggal terputus darinya
amalnya kecuali dari tiga perkara, yaitu shodaqah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan dan anak saleh yang
mendoakannya." H.R. Muslim, no. 3084
ْْع ِم َل ِِْبَاْبَػ ْع َدهُ ِْم ْنْ َغ ِْْري
َ ْم ْن
َ َج ُر
ْ اْوأ
َ َج ُرَى
ْ ْح َسنَةًْفَػلَوُْأ
َ ًْسنَّة
ِ ِْ ْمنْس َّن ِْفْوؿْاللَّ ِو
ُ ْاإل ْس ََلـ َ َْ ُ ْفَػ َق َاؿ َْر ُس...ْْج ِريْ ٍرَ َع ْن
ْاْم ْن ْبَػ ْع ِدهِ ِْم ْن
ِ ْاإلس ََلِـ ْسنَّةً ْسيِّئَةًْ َكا َف ْعلَي ِو ْ ِوْزرىاْوِوْزر ْمن ْع ِمل ِِْب
َ َ َ ْ َ ُ َ َُ ْ َ َ ُ ْ ِْ ْس َّن ِْف
ِ أَ ْف ْيػْنػ ُقص ِْمن ْأ
َ ُجوِرى ْم
َ ْش ْيءٌ َْوَم ْن ُ ْ َ َ
ِ
َ ص ِْم ْنْأ َْوَزا ِرى ْم
ْ ٌْش ْي ْء َ َغ ِْريْأَ ْفْيَػْنػ ُق
Dari Jarir, ia berkata, … Kemudian Rasulullah saw bersabda, "Siapa yang memberikan contoh yang baik dalam
islam maka baginya pahala, dan pahala orang yang mengamalkannya setelahnya, tanpa dikurangi sedikit pun
dari pahala mereka, dan siapa yang memberikan contoh yang jelek, baginya dosa dan juga dosa orang yang
mengamalkan setelahnya tanpa dikurangi sedikit pun dari dosa-dosa mereka." H.R. Muslim, no. 1691
32 | كتاب اجلنائز
ْ
كتاب اجلنائز | 33