Вы находитесь на странице: 1из 3

Vesi lengkap

NILUH DJELANTIK SANG DESAINER SEPATU TERNAMA

Ni luh Djelantik, begitulah ia dikenal. Terlahir di Bali tanggal 15 Juni 1975


dengan nama asli Ni Luh Putu Ary Pertami. Putri dari pasangan Ni Nyoman
Palmi dan Putu Djelantik ini merupakan seorang desainer merek sepatu produk
dalam negeri yang telah berkiprah di industri mode dunia. Cinta Ni Luh Putu Ary
Pertami Djelantik terhadap sepatu, terutama hak tinggi alias high heelsmembuat
karyanya mendapat tempat istimewa. Ni luh memang menaruh perhatian lebih
pada alas kaki karena Ni luh kecil tak penah mendapat sepatu yang pas sebab
ibunya selalu membelikan sepatu dengan ukuran dua atau tiga kali lebih besar
dari kakinya dan sepatu Niluh mulai rusak atau berlubang saat ukuran mulai pas
di kaki. Kesederhanaan itulah yang membuat Niluh berangan-angan untuk
memiliki sepatu yang pas di kaki. Ni luh berasal dari keluarga yang sederhana dan
broken home dan sejak umur setahun ia ikut ibunya berjualan di Pasar Kintamani.
Sebagai orangtua tunggal, ibu Niluh berjuang agar bisa menyekolahkan putrinya
di tempat terbaik.

Ni luh memiliki hasrat membaca yang sangat besar, namun karena


kehidupannya yang pas-pasan ibunya tidak bisa membeli banyak buku untuk Ni
Luh. Untungnya, tak jauh dari kios tempat ibunya menggelar dagangan, ada
sebuah toko buku. Sejak Ni luh bisa membaca, ibunya menitipkannya di toko itu.
Sambil bekerja menjaga kios, Niluh pun bisa membaca buku sebanyak yang ia
mau. Dengan keterbatasan pendidikan dan waktu yang habis untuk bekerja,
ibunya mengaku tidak dapat mengajarkan banyak hal kepada Niluh. Setamat
SMA, Niluh meneruskan pendidikan di Jakarta sesuai dengan keinginan ibunya.
Ia kuliah di manajemen keuangan Universitas Gunadarma. Setahun di Jakarta,
Niluh belajar mencari kerja agar bisa mandiri. Pekerjaan pertamanya adalah
operator telepon di sebuah perusahaan tekstil asal Swiss tahun 1995. Mulai
berpenghasilan, Niluh teringat hasratnya memiliki sepatu yang pas di kaki. Gaji
pertama yang didapat, ia langsung membeli sepatu di kawasan Blok M, Jakarta.
Sepatu bertumit tinggi menjadi pilihan karena Niluh bekerja kantoran. Saat itu
harga sepatu yang dibelinya sebesar Rp 15.000, disesuaikan dengan kondisi
keuangan Niluh saat itu. Namun, Sepatu pertamanya yang pas di kaki tidak
nyaman dipakai. Seiring membaiknya kondisi keuangan, Niluh mampu
mendapatkan sepatu impian yang nyaman di kaki dan pas di hati.

Akhir tahun 2001 Ni luh kembali ke Bali dan mendapatkan pekerjaan di


perusahaan fashion Paul Ropp milik pengusaha Amerika Serikat. Niluh
dipercaya untuk memegang kendali sebagai Direktur Marketing. Kerja kerasnya
berbuah sukses, Paul Ropp berkembang pesat. Di tahun pertama yakni 2002,
penjualan naik hingga 330%. Butik bertambah hingga 10 lokasi. Namun pada awal
2003 Pekerjaan marketing harus ditinggalkan karena dalam rangka ekspansi
perusahaan, harus dikompensasikan Niluh dengan jam kerja yang panjang dan
berpergian keluar negeri setiap saat untuk melakukan trade show dan juga
membuka pasar bagi perusahaan tersebut, yang akhirnya membuat Niluh jatuh
sakit dan dokter meminta Niluh tak berpergian jauh sekurangnya dalam waktu
enam bulan. Padahal, profesinya menuntut Niluh untuk terbang ke sejumlah
negara. Yang pada akhirnya Niluh memutuskan untuk kembali ke Bali.

Niluh benar-benar terobsesi oleh “kekurangan” dia di masa lalu dan ia


memilikiprinsip bahwa tiap perempuan seharusnya bisa memakai sepatu dengan
tumit setinggi 12 cm dengan nyaman. Akhirnya niluh memberanikan diri
melahirkan produk sepatu bernama “NILOU” di kawasan Kerobokan dengan
berbekal modal Rp 33.000.000. Brand NILOU ini berasal dari slang lafal Niluh di
lidah bule dan peluang pun tercipta karena Niluh bertemu Cedric Cador yang
memang terbiasa memasarkan produk Indonesia di Eropa.Koleksi pertama NILOU
langsung booming di Prancis, pesanan pun membanjir hingga 4.000
pasang. Pada 2004, Ni Luh mendapatkan kontrakoutsource dari jaringan ritel
Topshop yang berpusat di Inggris. Pintu perdagangan ke Eropa kian terbuka lebar.
Kemudian di tahun yang sama, seorang perempuan berkewarganegaraan
Australia berkunjung ke gerai NILOU di kawasan Seminyak, Bali. Perempuan yang
kemudian dikenal dengan nama Sally Power ini mengaku terkesan dengan sepatu
Nilou dan menawarkan diri untuk menjadi distributor di Negaranya Australia.

NILOU semakin tenar. Pada saat bersamaan, desainer-desainer


internasional yang berproduksi atau mencari inspirasi di Bali ikut memakai produk
NILOU. Dari situlah Niluh memulai hubungan profesional mendesainkan sepatu
untuk perancang-perancang busana dunia seperti Nicola Finetti, Shakuhachi,
Tristanblair, dan Jessie Hill. Di awal pendirian, Ni Luh membutuhkan waktu hingga
2 bulan untuk menyelesaikan satu desain sepatu. Alokasi waktu paling lama untuk
berdiskusi dengan pengrajin. Biasanya, Niluh menunjukkan sepatu mahal
koleksinya ke tukang.“Niluh tanya ke mereka, bisa nggak bikin yang lebih bagus
dari ini,” kata penggemar alas kaki karya Manolo Blahnik dan Christian Louboutin
ini. Untuk membedakan dengan produsen sepatu lainnya, NILOU fokus ke
pembuatan sepatu dengan tumit antara 10 cm hingga 12 cm dengan memakai
bahan baku yang kebanyakan dari kulit asli, kuningan, kayu, hingga manik-manik.
Di awal pendirian Niloh memiliki dua karyawan dan hanya mampu memproduksi
3 pasang sepatu itupun hanya barang pajangan. Setelah berkembang, Nilou
memiliki kapasitas produksi hingga 200 pasang sepatu per bulan dan dibantu 22
karyawan dan 3 asisten kepercayaan. Nilou telah membuka 36 butik di 20 negara,
antara lain Australia, Amerika Serikat, Prancis, Jepang, dan Uni Emirat Arab.

Di tengah kesuksesan, cobaan datang. Pada 2007, Niluh mendapat tawaran


dari agen di Australia dan Prancis untuk melebarkan sayap. Nilou diproduksi
secara massal di Cina dengan iming-iming sejumlah besar saham. Dengan tegas,
Niluh menolak. Dia tak ingin cintanya yang melekat setiap pasang sepatu yang
dihasilkan dari workshopnya tergantikan oleh mesin atas nama kapitalisme. Brand
NILOU yang sudah mendunia ternyata sudah didaftarkan pihak lain dan terpaksa
Niluh membunuh brand NILOU. Kemudian di awal 2008, Niluh kembali
membangun usahanya dengan mproduksi sepatu bermerek “Niluh Djelantik”.
Sebelum memulai dengan brand Niluh Djelantik, Niluh belum memikirkan merek
pengganti dan ia berkonsentrasi untuk membangun merek luar dengan cara
mendesain, mendevelopment, dan memproduksi, tetapi menyerahkan modal ke
merek tersebut. Agar tak terulang, brand Niluh Djelantik langsung dipatenkan.
Label baru ini bahkan telah menembus Globus Switzerland pada 2011, yang
merupakan salah satu retailer terkemuka di Eropa. Dan juga bekerja sama dengan
retailer terkemuka untuk membuka Niluh Djelantik di Rusia. Selain memproduksi
alas kaki yang siap jual Niluh juga membuat sepatu customize lewat proses
pengepasan ukuran kaki dibutiknya di Bali.

Dengan bantuan 15 perajin sepatu yang semuanya berasal dari Bali, Niluh
dapat memproduksi 200 pasang sepatu per bulan. Kualitas produk yang tinggi
serta menonjolkan eksklusivitas membuat harga jual sepatu buatannya tergolong
tidak murah. Untuk menghasilkan sepasang sepatu, butuh waktu berkisar 2 hari
hingga seminggu. Harga jualnya dibanderol mulai Rp 1.400.000 hingga Rp
5.000.000 per pasang. Hingga kini niluh memiliki tiga toko diantaranya Niluh
Djelantik Outlet 144, Jalan Raya Kerobokan 80361 Bali, Niluh Djelantik Flagship
Store 88 AB, Jalan Petitenget 80361 Bali dan Niluh Djelantik Jakarta 74A Jalan
Kemang Timur Raya 12730 Jakarta Selatan. Selain itu Niluh juga membuat online
store di www.niluhdjelantik.com semua koleksi Niluh Jelantik mulai dari sepatu,
sandal, tas, dompet, dan clutch dapat di lihat dan dipesan melalui website ini. dan
Niluh juga mempromosikan semua desainnya melalui akun facebook
pribadinya. Berbagai Penghargaan telah diraih Niluh diantaranya Best Fashion
Brand & Designer The Yak Awards in 2010, Dinominasikan sebagai Ernst & Young
for Ernst & Young Entrepreneurial Winning Women 2012 Awards.

Вам также может понравиться