Вы находитесь на странице: 1из 35

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pemetaan geologi adalah suatu kegiatan pengumpulan data dan informasi geologi
yang terdapat dalam suatu daerah penelitian yang menggambarkan penyebaran batuan,
struktur, kenampakan morfologi bentang alam.

Untuk tahap awal, pengumpulan data geologi dapat dilakukan pada skala 1 : 12.500.
Skala tersebut dianggap cukup mewakili intensitas data dan kerapatan singkapan. Namun
untuk suatu kegiatan prospeksi yang memerlukan informasi lebih detail dapat digunakan
skala peta yang lebih kecil. Dari data hasil pemetaan akan dihasilkan peta geologi yang akan
memberikan informasi dan tatanan geologi suatu daerah.

Daerah Karangsambung, Kebumen, Jawa Tengah merupakan salah satu


tempattersingkapnya batuan campuran, yaitu Kompleks Melange Luk-Ulo yang berumur
Kapur Akhirsampai Paleosen. Satuan batuan ini dianggap sebagai produk jalur subduksi
purba pada Pre-Tersieryang memiliki umur Kapur, yang dapat diamati mulai dari Jawa Barat
selatan (Ciletuh),Pegunungan Serayu (Jawa Tengah) dan Laut Jawa bagian timur ke
Kalimantan Tenggara akibatproses subduksi antara lempeng Indo-Australia yang menunjam
di bawah lempeng benua AsiaTenggara (Asikin, 1974).

Keanekaragaman batuan di Karangsambung dengan kenampakan morfologi serta


kerumitan struktur geologinya menjadikan kawasan ini ditetapkan sebagai monumen geologi,
atau resminya Cagar Alam Geologi Karangsambung berdasarkan Keputusan Menteri ESDM
No.2817K/40/MEM/2006

Hasil pembelajaran pemetaan geologi di Karangsambung, Kebumen, Jawa Tengah


dengankompleksitas tatanan geologinya, diharapkan dapat meningkatkan pengetahun dan
ketajaman polapikir sebagai geologiwan sehingga mampu menghasilkan sarjana-sarjana
geologi yang cakap dilapangan maupun di kelas.
1.2 Maksud dan Tujuan

Penelitian ini dimaksudkan untuk memenuhi syarat kelulusan mata kuliah Geologi
Lapangan pada program Studi Teknik Geologi, Sekolah Tinggi Teknik Mineral
Indonesia.Tujuan dari kegiatan kuliah lapangan ini adalah untuk mengimplementasikan
pengetahuan geologi yang telah diperoleh dengan melakukan pengamatan langsung data
geologi di lapangan.dari data pengamatan dilapangan nantinya akan tertuang dalam sebuah
peta yang nantinya berguna untuk mengetahui tatanan geologi daerah pengamatan.

1.3 Lokasi dan Akses Daerah Penelitian

Secara administratif daerah penelitian terletak di 4 desa, yaitu Desa Plumbon, Desa
Krakal, Desa Wonokromo dan Desa Wadasmalang, Kecamatan Karangsambung, Kabupaten
Kebumen, Propinsi Jawa Tengah .

Secara geografis daerah penelitian terletak dikoordinat 07° 34’ 30’’ – 07° 36’ 00’’ LS
dan 109° 42’ 00’’ – 109° 43’ 45’’ BT dengan luas daerah pemetaan 3 x 3 km, dan termasuk
dalam lembar kebumen skala 1 : 25.000. dengan luas daerah 30 x 10 km.Dari bandung,
Kesampaian daerah ke lokasi pemetaan bisa diakses dengan menggunakan kereta api jurusan
kebumen dengan waktu tempuh ± 7 jam dari stasiun Kiara condong Bandung. Setelah sampai
di stasiun kebumen, untuk mencapai kampus LIPI yang menjadi basecamp selama masa
kuliah lapangan, perjalanan dilanjutkan dengan menggunakan kendaran bermotor roda empat
atau roda dua dengan waktu tempuh ± 1 jam. dari kampus LIPI menuju lokasi pemetaan bisa
ditempuh dengan menggunakan Angkot atau sepeda motor dengan waktu tempuh paling lama
sekitar 45 menit kearah selatan kampus LIPI
Daerah Penelitian

Gambar 1.1. Lokasi Daerah Penelitian Karangsambung Dari Google Earth

Wilayah pemetaan ini dibatasi oleh:

 Bagian utara dibatasi oleh Desa Pencil


 Bagian selatan dibatasi oleh Desa Kalijaya
 Bagian barat dibatasi oleh Daerah Pagarsuru Lor
 Bagian timur dibatasi oleh G. Sanggar

Daerah tersebut dapat diakses dengan menggunakan kendaraan bermotor, berjalan


kaki,maupun dengan menggunakan angkot.

1.4 Metode Penelitian

Metoda penelitian terdiri dari tiga tahap yaitu pengambilan data lapangan, pengolahan
data,dan penyusunan laporan. Peta dasar yang digunakan dalam penelitian berskala 1:12500

 Tahap Pengambilan Data


Tahap ini bertujuan untuk mengambil dan mengumpulkan data geologi yang
dibutuhkandalam melakukan analisis. Pengambilan di lakukan pada daerah penelitian
yang telah ditentukansebelumya yaitu daerah Kabupaten KebumenKecamatan Alian
Desa Kalijaya dan sekitarnya.
 Tahap Pengolahan Data
Tahap ini merupakan tahap analisis data yang diperoleh dilapangan, kemudian diolah
untukmenghasilkan peta lintasan, peta geomorfologi, dan peta geologi daerah
penelitian.
 Tahap Penyusunan Laporan
Tahap ini merupakan tahap akhir dari rangkaian tahapan penelitian yang telah
dilakukan.Seluruh data yang ada digabungkan dan diolah lebih lanjut untuk
diintepretasikan dalam suatulaporan sintesis geologi.

1.5 Pelengkapan Lapangan

Adapun perlengkapan yang digunakan pada kegiatan ekskursi ini adalah sebagai berikut :

 Alat tulis menulis


 Clip Board
 Kompas Geologi (tipe Brunton)
 Palu Geologi
 GPS Garmin 76 CSX dan 60s
 Larutan Hcl (0,1)
 Kantong Sampel
 Field Book
 Camera handphone & Digital
 Kaca Pembesar (Lup)
 Dll.
BAB 2
GEOLOGI REGIONAL

2.1 Fisiografi Regional

Daerah Karangsambung berada di Kabupaten Kebumen, Provinsi Jawa Tengah,


Indonesia. Batas wilayah di sebelah utara daerah ini adalah dengan wilayah Banjarnegara, di
timur berbatasan dengan wilayah Wadaslintang, di sebelah selatan berbatasan dengan
wilayah Kebumen dan di sebelah barat berbatasan dengan daerah Gombong.

Secara geografis, daerah Karangsambung mempunyai koordinat 7⁰34’00” - 7⁰36’30”


LS dan 109⁰37’00” - 109⁰44’00” BT. Secara administratif, daerah Karangsambung termasuk
kedalam Kecamatan Karangsambung dan Kecamatan Karanggayam, Kabupaten Kebumen,
Provinsi Jawa Tengah. Secara fisiografis, daerah Karangsambung termasuk ke dalam Zona
Pegunungan Serayu Selatan.

Gambar 2.1 Fisiografi Regional Jawa Tengah(van Bemmelen, 1949 dalam Hadiansyah, 2005)
Secara fisiografi, van Bemmelen (1949) membagi Jawa Tengah menjadi 6 zona
yaitu:

1. Zona Pegunungan Serayu Selatan


2. Zona Gunung Api Kuarter
3. Zona Dataran Aluvial Jawa Utara
4. Zona Pegunungan Selatan Jawa
5. Zona Depresi Jawa Tengah
6. Zona Antiklinorium Bogor- Serayu Utara- Kendeng

2.2 Geomorfologi Karangsambung


Geomorfologi merupakan studi mengenai bentuk-bentuk permukaan bumi dan semua
proses yang menghasilkan bentuk-bentuk tersebut.Morfologi daerah Karangsambung
merupakan perbukitan struktural, disebut sebagi kompleks melange. Tinggian yang berada
didaerah ini antara lain adalah Gunung Waturanda, bukit Sipako, Gunung Paras, Gunung
Brujul, serta bukit Jatibungkus. Bentukan melange di lapangan Karangsambung merupakan
dalam bentuk blok dengan skala ukuran dari puluhan hingga ratusan meter, selain itu juga
terdapat melange yang membentuk sebuah rangkaian pegunungan.Daerah Karangsambung
oleh para ahli geologi sering disebut sebagai lapangan terlengkap di dunia.

Gambar 2.2 Peta citra SRTM Daerah Karangsambung dan Sekitarnya

Karangsambung merupakan jejak-jejak tumbukan dua lempeng bumi yang terjadi 117
juta tahun sampai 60 juta tahun yang lalu. Ia juga merupakan pertemuan lempeng Asia
dengan lempeng Hindia. Ia merupakan saksi dari peristiwa subduksi pada usia yang sangat
tua yaitu pada zaman Pra-Tersier. Di daerah ini terjadi proses subduksi pada sekitar zaman
Paleogene (Eosen, sekitar 57,8 juta sampai 36,6 juta tahun yang lalu). Oleh karena itu, pada
tempat ini terekam jejak-jejak proses paleosubduksi yang ditunjukan oleh singkapan-
singkapan batuan dengan usia tua dan merupakan karakteristik dari komponen lempeng
samudera. Karangsambung merupakan tempat singkapan batuan terbesar batuan-batuan dari
zaman Pre-Tersier yang terkenal dengan sebutan Luk Ulo Melange Complex , suatu melange
yang berhubungan dengan subduksi pada zaman Crateceous (145.5 ± 4.0 hingga 65.5 ± 0.3
juta tahunyang lalu) yang diperkirakan berumur 117 juta tahun.

Tersingkapnya batuan melange di daerah Karangsambung ini disebabkan oleh adanya


tektonik kompresional yang menyebabkan daerah tersebut dipotong oleh sejumlah sesar-sesar
naik disamping adanya pengangkatan dan proses erosi yang intensif. Apabila diperhatikan
bahwa posisi batuan melange ini dijumpai di sekitar inti lipatan antiklin dan di sekitar zona
sesar naik dan kenyataannya pada saat sekarang posisi inti lipatan ini berada di bagian
lembah yang didalamnya mengalir aliran sungai Luk Ulo yang menunjukan bahwa di daerah
tersebut proses erosi berlangsung lebih intensif.

Gambar 2.3 Bentukan morfologi Daerah Karangsambung dan sekitarnya

Melange Luk Ulo didefinisikan oleh Asikin (1974) sebagai percampuran tektonik dari
batuan yang mempunyai lingkungan berbeda, sebagai hasil dari proses subduksi antara
Lempeng Indo-Australia yang menunjam di bawah Lempeng Benua Asia Tenggara, yang
terjadi pada Kala Kapur Atas-Paleosen. Melange tektonik ini litologinya terdiri atas batuan
metamorf, batuan basa dan ultra basa, batuan sedimen laut dalam (sedimen pelagic) yang
seluruhnya mengambang di dalam masa dasar lempung hitam yang tergerus (Scally clay).
2.3 Stratigrafi Karangsambung

Stratigrafi yaitu suatu ilmu yang mempelajari tentang lapisan-lapisan sabtuan serta
hubungannya dengan lapisan batuan yang lainnya, yang bertujuan untuk mendapatkan
pengetahuan tentang sejarah bumi.Secara garis besar, stratigrafidaerah Karangsambung
diurutkan berdasarkan umur dari tua ke muda, yaitu:

1. Komplek Melange Luk Ulo atau Formasi Melange berumuran Pra-tersier.


2. Formasi Karangsambung yang terdiri atas lempung hitam.
3. Formasi Totogan dengan batuan utamanya lempung bersisik’ Scaly Clay
4. Formasi Waturanda, terdiri atas perlapisan batu pasir dan batuan breksi.
5. Formasi Penosongan, terdiri dari perselingan lempung dan pasir karbonat.
6. Formasi Halang, terdiri dari perselingan lemping dan pasir karbonatan sisipan tuff.
7. Endapan Alluvial, merupakan endapan paling muda yang sedang berlangsung.

Gambar2.3 Kolom stratigrafi wilayah Karangsambung(Asikin,1974)

1. KompleksMelange Luk ulo / Formasi Melang


Luk Ulo merupakan formasi tertua berupa melange yang sangat kompleks, berumur Pre-
Tersier. Batuannya meliputi graywacke, lempung hitam, lavabantal yang berasosiasi dengan
rijang dan gamping merah, tirbidit klastik, dan ofiolit yang tersisipkan diantara batuan
metamorfose berfasies sekis. Batuan-batuan tersebut merupakan hasil dari pencampuran
secara tektonik pada jalur penunjaman (zona subduksi) yang juga telah melibatkan batuan-
batuan asal kerak samudra dan kerak benua. Kompleks ini dibagi menjadi 2 satuan
berdasarkan dominasi fragmen pada masa dasrnya, yaitu satuan Jatisamit disebelah barat dan
satuan Seboro di sebelah utara.Satuan Jatisamit merupakan batuan yang berumur paling tua.
Satuan ini terdiri bongkah asing di dalam masa dasar lempung hitam. Bongkah yang ada
adalah batuan beku basa, batupasir graywacke, serpentinit, rijang, batugamping merah dan
sekis mika. Batuan tersebut membentuk morfologi yang tinggi seperti Gunung Sipako dan
Gunung Bako

2. Formasi Karangsambung

Karakteristik litologi dari formasi Karangsambung yaitu terdiri dari batulempung abu-abu
yang mengandung concression besi, batugamping numulites, konglomerat, dan batu pasir
kuarsa polemik yang berlaminasi. Batupasir graywacke sampai tanah liat hitam menunjukkan
struktur yang bersisik dengan irisan ke segala arah dan hampir merata di permukaan. Struktur
tersebut diperkirakan sebagai hasil mekanisme pengendapan yang terjadi dibawah permukaan
air dengan volume besar, estimasi ini didukung oleh gejala merosot yang dilihat pada inset
batupasir. Umur Formasi Karangsambung ini adalah dari Eosen Tengah (45 juta tahun)
sampai Eosen Akhir (36 juta tahun) dilihat dari adanya foraminifera plankton.

3. Formasi Totogan

Formasi Totogan mempunyai karakteristik yang sama dengan Formasi Karangsambung.


Ditandai dengan litologi berupa batulempung dengan warna coklat, dan kadang-kadang ungu
dengan struktur scaly (menyerpih). Juga terdapat fragmen berupa batukarang yang
terperangkap pada batulumpur, batupasir, batukapur fossil dan batuan beku. Umur dari
formasi Totogan adalah Oligosen (36-25 juta tahun), yang didasarkan pada
keberadaan Globoquadrina praedehiscens danGlobigeriona binaensis

4. Formasi Waturanda

Usia formasi Waturanda ini hanya dapat ditentukan secara langsung berdasarkan posisi
statigrafi kebawah diperkirakan sebagai usia Meocene (25,2-5,2 juta tahun) yang terdiri dari
breksi vulkanik dan batupasir wacke dengan sisipan batu lempung dibagian atas. Masa dasar
batupasir berwarna abu-abu dengan butir sedang hingga kasar, terdiri atas kepingan batuan
beku dan obsidian.

5. Formasi Panosogan

Formasi Penosogan diendapkan diatas Formasi Waturanda dengan litologi berupa


perubahan secara berangsur dari satuan breksi kearah atas menjadi perselingan batupasir
tufan dan batulempung merupakan ciri batas dari Formasi Penosogan yang terletak selaras di
atasnya.Secara umum formasi terdiri dari perlapisan tipis sampai sedang batupasir,
batulempung, sebagian gampingan, kalkanerit, napal-tufan dan tuf. Bagian bawah umumnya
dicirikan oleh pelapisan batupasir dan batulempung, kearah atas kadar karbonatnya semakin
tinggi. Bagian atas terdiri atas perlapisan batupasir gampingan, napal dan kalkanerit. Bagian
atas didomonasi oleh batulempung tufan dan tuf.

6. Formasi Halang

Formasi Halang berumur Miosen Atas-Pliosen dan diendapkan selaras di atas Formasi
Panosogan. Bagian bawah didominasi oleh breksi dengan sisipan batupasir dan napal. Kearah
atas, sisipan batupasir, perselingan napal dan batulempung semakin banyak dengan sisipan
tuf makin dominan.

7. Endapan Alluvial

Endapan aluvial merupakan yang paling muda. Endapan ini memiliki umur Holosen dan
pembentukannya terus berlangsung hingga sekarang.
2.4 Struktur Regional Karangsambung

Struktur utama yang ada di karangsambung dapat dibagi menjadi 3 struktur utama
, yaitu :

1. Arah timurlaut – Baratdaya yang ditunjukkan oleh arah umum sumbu panjang boudin,
berkembang di kelompok batuan Pra – Tersier (Harsolumkso dkk., 1995 dalam
Prasetyadi, 2007 ).
2. Arah Timur – Barat yang ditunjukkan oleh arah umum struktur lipatan yang
berkembang di batuan Tersier,
3. Arah Utara – Selatan berupa sesar yang memotong batuan Pra – Tersier dan Tersier
(Asikin dkk.,1992 dalam Prasetyadi, 2007)

Gambar 2.4 Peta Geologi Karangsambung (Asikin dkk., 1992)

Pola struktur yang terjadi di Jawa diperngaruhi oleh tumbukan antara dua lempeng, yaitu
lempeng Eurasia, dan Indo-Australia. Subduksi yang terjadi pada daerah karangsambung
terjadi pada dua tahap.Zaman kapur – Pliosen Pola struktur berarah barat daya – timur laut
merupakan jejak dari pola yang lebih dikenal dengan sebutan pola meratus.
Struktur ini diperkirakan terjadi karena adanya subduksi antara lempeng Eurasia dengan
Mikrocontinen yang berasal dari lempeng Indo-Australia.Zaman tersier Pola struktur berarah
barat-timur merupakan pola yang terjadi akibat subduksi yang baru atau bisa dibilang masih
berlangsung hingga sekarang. Proses subduksi ini terjadi setelah proses subduksi yang lama
berhenti.

Gambar 2.5 Pola stuktur di Pulau Jawa berupa pola Meratus , pola Sunda dan arah Timur –
Barat (Sujanto dan Sumantri , 1977 dalam Natalia dkk., 2010).
BAB 3

GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

3.1 Geomorfologi Daerah Penelitian

Satuan geomorfologi pada peta dibagi menjadi 4 satuan geomorfologi, yaitu satuan
blok punggungan antiklin Gunung Cantel , satuan lembah sinklin Pencil ,satuan punggungan
antiklin Kalikudu , dan satuan lembah antiklin Kalijaya.

Gambar 3.1 Peta Geomorfologi daerah Penelitian

 Satuan lembah sinklin Pencil

Satuan lembah sinklin Pencilini terletak di bagian Barat laut peta dan memanjang dari
arah barat ke timur menempati 10% peta.Satuan ini dicirikan oleh kontur yang
renggangdengan ketinggian 150-250 meter diatas permukaan laut. Litologi pada satuan ini
umumnya berupa batuan sedimen, yaitu batulempung perselingan batugamping klastik.
Lembah Sinklin Pencil Punggungan Antiklin G.Cantel

Gambar 3.2 Pemandangan morfologi lembah sinkiln Pencil dan punggungan antiklin
G.Cantel ke arah Tenggara

 Satuan Punggungan Antiklin Gunung Cantel

Satuan punggungan antiklin G.Cantel ini terletak di bagian Barat laut peta dan
memanjang dari arah timur laut ke barat daya menempati 25% peta. Satuan ini dicirikan oleh
kontur yang rapat dan memiliki arah kemiringan lereng yang relatif sama yaitu ke arah utara .
Litologinya pada satuan ini umumnya berupa batuan sedimen, yaitu batugamping klastik
perselingan batulempung sisipan tuff yang merupakan bagian dari formasi Panosogan.
Punggungan Antiklin ini adalah bagian Barat laut dari lembah antiklin Kalijaya.

Punggungan Antiklin G.Cantel

Gambar 3.3 Pemandangan morfologi punggungan antiklin G.Cantel ke arah Barat laut

 Satuan Lembah Antiklin Kalijaya


Satuan lembah antiklin Kalijaya ini terletak di bagian Timur laut peta dan memanjang
dari arah timur laut ke barat daya menempati 40% peta. Satuan ini dicirikan oleh kontur yang
renggang dan memiliki arah kemiringan lereng yang relatif ke arah utara dan selatan.
Litologinya pada satuan ini umumnya berupa batuan sedimen, yaitu batulempung perselingan
batupasir yang merupakan bagian dari formasi Panosogan. Batulempung yang terdapat di
daerah Kalijaya memiliki kandungan fosil foraminifera bentos dan plangton.

Punggungan Antiklin Kalikudu

Lembah Antiklin Kalijaya

Gambar 3.4 Pemandangan morfologi lembah antiklin Kalijaya dan punggungan antiklin
Kalikudu ke arah Tenggara

 Satuan Punggungan Antiklin Kalikudu

Satuanpunggungan antiklin Kalikudu ini terletak di bagian Tenggara peta dan memanjang
dari arah utara ke selatan menempati 25% peta. Satuan ini dicirikan oleh kontur yang rapat
dan memiliki arah kemiringan lereng yang relatif ke arah selatan.Litologinya pada satuan ini
umumnya berupa batuan sedimen, yaitubatugamping klastik perselingan batulempung sisipan
tuff yang merupakan bagian dari formasi Panosogan.
Punggungan Antiklin Kalikudu

Gambar 3.5 Pemandangan morfologi punggungan antiklin Kalikudu ke arah selatan

3.2 Pola Aliran Sungai

Pola aliran sungai pada dasarnya keseluruhan dari suatu sistem aliran sungai
dipermukaan bumi serta segala proses geologi yang mempengaruhi terbentuknya pola
tersebut. Pada suatu sistem aliran sungai, pola aliran biasanya berkaitan langsung dengan
proses-proses geologi seperti jenis litologi yang berkaitan langsung terhadap resistensi
batuan, struktur geologi yang terbentuk pada suatu daerah serta dari geomorfologi pada
sungai tersebut.

Pada daerah penelitian terdapat satu sungai besar dan beberapa sungai kecil.
Sungai besar mengalir dari hulu yang berada dibagian timur laut ke arah hilir bagian
barat daya daerah pelitian. Sedangkan untuk anak sungainya mengalir berarah barat laut
– tenggara yang lebih dominan, dan ada juga yang mengalir dari timur ke barat daerah
penelitian.

Pola aliran sungai pada daerah penelitian secara umum dibagi atas 2 jenis pola
aliran yaitu :

a. Pola Pararel yang umumya pola aliran ini menunjukkan daerah yang berlereng
sedang sampai curam. Pada daerah penelitian pola tersebut terdapat di anak sungai,
yang mengalir dari puncak perbukitan menuju ke lembahanyang mencerminkan
adanya kontrol struktur di daerah penelitian.
b. Pola aliran Sungai Besar yaitu Kali Jaya mencerminkan tipe meandering dengan ciri
kenampakan sungai yang berkelok kelok menandakan umur sungai relatip tua.
Sungai Besar ini berbelok-belok karena beberapa faktor yaitu struktur yang terjadi di
daerah ini seperti sesar, dan tingkat resistensi batuan yang ada di daerah ini.

3.3 Lintasan Geologi Daerah Penelitian


Sebelum pelaksanaan kegiatan pemetaan di lapangan, terlebih dahulu kita membuat
perencanaan peta lintasan untuk mempermudah penentuan lokasi pengamatan dan
pengambilan contoh. Hal ini sangat mempengaruhi efektifitas dan efisiensi waktu. Secara
umum pada pemetaan geologi kali ini, kami bagi menjadi 7 lintasan terbuka. yakni:

1. Lintasan Hari Pertama


Lokasi : Kali Jaya dan Cabang Kali Jaya
Tanggal : 19 – 11 - 2017
Cuaca : Cerah

Lintasan pertama kami menyusuri sungai kalijaya lalu masuk ke cabang


kalijaya. Kami berjalan bagian hilir menuju hulu. Dibagian hilir kalijaya ditemukan
singkapan batuan sedimen berupa singkapan batulempung karbonatan perselingan
batugamping klastik, kondisi singkapan segar dengan kedudukan N930/80. Semakin
kita menyisir ke arah hulu sungai dan cabang kalijaya, batuannya tetap perselingan
batulempung dan batugamping klastik, kecuali ada beberapa variasi Dip yang berbeda
hingga 580 namun dengan Strike yang relatif E – W semakin kearah hulu sungai ada
sedikit perubahan litologi batuan, terdapatnya batupasir dengan tuff sebagai sisipan.

Deskripsi batuan:

- Batulempung berwarna abu-abu gelap, semen karbonatan,tidak kompak.


- Batugamping klastik, berwarna abu-abu terang, ukuran butir lempung (kalsilutit) –
pasir halus (kalkarenit), bentuk butir membundar, pemilahan baik, kemas terbuka,
porositas baik, kompak.
Gambar 3.5 Singkapan perselingan batulempung batugamping

- Batulempung berwarna abu-abu gelap, semen karbonatan,tidak kompak.


- Batupasir bewarna abu – abu, ukuran butir berbutir halus, bentuk butirmembundar,
pemilahan baik, kemas tertutup, semen karbonat, kompak,mineral kuarsa, biotit,
plagioklas
- Tuff berwarna abu terang, ukuran butir ash <2 mm, bentuk butir membundar,
pemilahan baik, porositas buruk, nonkarbonatan, kompak.

Gambar 3.6 Perselingan batulempung batupasir sisipan tuff

2. Lintasan Hari Kedua


Lokasi : Cabang Kali Jaya dan Kali Kudu
Tanggal : 20 – 11 - 2017
Cuaca : Cerah
Lintasan kedua kami menyusuri lalu masuk ke cabang kalijaya. Kami menemukan
singkapan sedimen yaitu batubreksi polimik dengan arah breksiasi N800E, semakin
berjalan ke arah hulu ada perubahan litologi yaitu perselingan batulempung batupasir
dengan kedudukan N950E/470.

Deskripsi Batuan :

- Breksi, abu-abu gelap, menyudut-menyudut tanggung, kerakal-bongkah, pemilahan


buruk, kemas terbuka, porositas baik, kompak, masiv, fragmen basalt, andesit, masa
dasar pasir.

Gambar 3.7 Singkapan breksi kali jaya

- Batulempung berwarna abu-abu gelap, semen karbonatan,tidak kompak.


- Batupasir bewarna abu – abu, ukuran butir berbutir halus, bentuk butir membundar,
pemilahan baik, kemas tertutup, semen karbonat, kompak, mineral kuarsa, biotit,
plagioklas.
Gambar 3.8 Singkapan perselingan batulempungdan batupasir

3. Lintasan Hari Ketiga


Lokasi : Cabang Kali Jaya
Tanggal : 21 – 11 - 2017
Cuaca : Cerah

Lintasan pada hari ketiga ditentukan di cabang kali jaya berawal dari hulu
menuju hilir cabang kali jaya ditemukan sesar naik dengan keduduka bidang SesarN
2700 E / 700 pada singkapan perselingan batugamping klastik dan batulempung. Arah
dip sudah mulai ke arah utara dan daerah ini merupakan lembah antiklin.

Deskripsi Batuan :

- Batugamping klastik, berwarna abu-abu terang, ukuran butir pasir halus (kalkarenit),
bentuk butir membundar, pemilahan baik, kemas terbuka, porositas sedang, kompak.
- Batulempung berwarna abu-abu gelap, semen karbonatan,tidak kompak.
Gambar 3.9 Singkapan perselingan batugamping batulempung cabang kali jaya

4. Lintasan Hari Keempat


Lokasi : Gunung Cantel dan Pedurenan
Tanggal : 22 – 11 - 2017
Cuaca : Cerah

Hari keempat penelitian dilakukan di gunung cantel dan pedurenan..


Pengamatan dimulai dari bagian kaki gunung cantel hingga puncak gunung cantel lalu
di lanjut ke pedurenan. Pada lokasi ini arah dip berubah menjadi ke utara tidak seperti
pada hari pertama. Terdapat singkapan perselingan batugamping dan batulempung
karbonatan dengan kedudukan N2550 E/24.

Deskripsi batuan:

- Batugamping klastik, berwarna abu-abu terang, ukuran butir pasir halus (kalkarenit),
bentuk butir membundar, pemilahan baik, kemas terbuka, porositas sedang, kompak.
- Batulempung karbonatan, berwarna abu-abu terang, semen karbonatan,tidak kompak.

Gambar 3.10 Singkapan perselingan batugamping batulempung gunung cantel


5. Lintasan Hari Kelima
Lokasi : Desa Pencil
Tanggal : 23 – 11 - 2017
Cuaca : Cerah

Hari kelima penelitian dilakukan dilakukan di Desa Pencil. Di daerah ini


ditemukan singkapan berupa perselingan batulempung dan batugampingklastik
dengan kedudukan N2720 E/20, tidak ditemukan perubahan dip yang signifikan.

Deskripsi batuan:

- Batulempung karbonatan, berwarna abu-abu terang, semen karbonatan,tidak kompak.


- Batugamping klastik, berwarna abu-abu terang, ukuran butir pasir halus (kalkarenit),
bentuk butir membundar, pemilahan baik, kemas terbuka, porositas sedang, kompak.

Gambar 3.11 Singkapan perselingan batulempungbatugamping Desa Pencil

6. Lintasan Hari Keenam


Lokasi : Daerah Pencil dan Pagarsuru Kidul
Tanggal : 24 – 11 - 2017
Cuaca : Cerah

Hari keenam penelitian dilakukan dilakukan di Desa Pencil dan Pagarsuru


Dibagian Desa Pencil ditemukan singkapan berupa perselingan batulempung dan
batugamping dengan kedudukan N2630 E/13, pada Pagarsuru ditemukan singkapan
batulempung perselingan batupasirN960 E/23.

Deskripsi batuan:

- Batulempung karbonatan, berwarna abu-abu terang, semen karbonatan,tidak kompak.


- Batugamping klastik, berwarna abu-abu terang, ukuran butir pasir halus (kalkarenit),
bentuk butir membundar, pemilahan baik, kemas terbuka, porositas sedang, kompak.

Gambar 3.12 Singkapan perselingan batulempungbatugamping Desa Pencil

- Batulempung berwarna abu-abu gelap, semen karbonatan,tidak kompak.


- Batupasir bewarna abu – abu, ukuran butir berbutir halus, bentuk butir membundar,
pemilahan baik, kemas tertutup, semen karbonat, kompak,mineral kuarsa, biotit,
plagioklas

Gambar 3.13 Singkapan perselingan batulempung danbatupasir daerah Pagarsuru

7. Lintasan Hari Ketujuh


Lokasi : Daerah Pencil dan Gunung Wudel
Tanggal : 25 – 11 - 2017
Cuaca : Cerah

Pengamatan hari ketujuh kami lakukan di daerah Pencil dan gunung Wudel.
Pada gunung Wudel ditemukan singkapan berupa perselingan batulempung dengan
batupasir dengan kedudukan N 2580E/32.

Deskripsi batuan:

- Batulempung berwarna abu-abu gelap, semen karbonatan,tidak kompak.


- Batupasir bewarna abu – abu, ukuran butir berbutir halus, bentuk butir membundar,
pemilahan baik, kemas tertutup, semen karbonat, kompak,mineral kuarsa, biotit,
plagioklas.

Gambar 3.14 Singkapan perselingan batulempung dan batupasir gunung wudel


Gambar 3.15 Peta lintasan daerah penelitian

3.4 Stratigrafi Daerah Penelitian

Stratigrafi daerah penelitan meliputi 2 formasi yang ada di Karangsambung.Yakni


formasi Panosogan dan Formasi halang. Formasi Panosogan di sebelah selatan dan
formasi Halang terletak di sebelah utara. Formasi Panosogan di dominasi oleh
batulempung yang berumur miosen tengah, sedangkan formasi Halang didominasi oleh
batuan breksi yang berumur miosen akhir. Satuan batuan pada daerah ini terbagi menjadi
4 satuan, yaitu :

1. Satuan Batulempung 1

Satuan ini merupakan bagian yang paling tua di daerah penelitian. Penyebaran
satuan batuan ini pada daerah timur-barat peta geologi, dengan sekitar 50%.
Batulempung ini termasuk pada formasi Panosogan.

- Batulempung, warna abu-abu gelap, tidak kompak, semen karbonat


- Batupasir bewarna abu – abu, ukuran butir berbutir halus, bentuk butir membundar,
pemilahan baik, kemas tertutup, semen karbonat, kompak,mineral kuarsa, biotit,
plagioklas, struktur sedimen parallel laminasi.

Gambar 3.16 satuan batulempung 1

2. Satuan Batugamping Klastik


Satuan ini memiliki luas sekitar 20%. Satuan ini memiliki arah sebaran dari
bagian utara dan selatan peta geologi, memanjang dari barat ke timur. Satuan batuan
ini di dominasi oleh batugamping klastik (kalkarenit), yang dimana terdapat
perselingan batugamping klastik dan batulempung karbonatan. Satuan ini termasuk
pada formasi Panosogan
- Batugamping klastik, berwarna abu-abu terang, ukuran butir pasir halus (kalkarenit),
bentuk butir membundar, pemilahan baik, kemas terbuka, porositas sedang, kompak.
- Batulempung karbonatan, berwarna abu-abu terang, semen karbonatan,tidak kompak.
Gambar 3.17 satuan batugamping klastik

3. Satuan Batulempung 2
Satuan ini didominasi oleh perlapisan batulempung karbonatan kuat, terdapat
perselingan batulempung karbonatan perselingan batugamping klastik. Arah sebaran
untuk satuan ini dari timur laut hingga barat daya. Satuan ini termasuk pada formasi
Panosogan.
- Batulempung karbonatan, berwarna abu-abu terang, semen karbonatan,tidak kompak.
- Batugamping klastik, berwarna abu-abu terang, ukuran butir pasir halus (kalkarenit),
bentuk butir membundar, pemilahan baik, kemas terbuka, porositas sedang, kompak.

Gambar 3.18 satuan batugamping klastik


4. Satuan Breksi

Satuan batuan ini merupakan satuan termuda di daerah penelitian. Satuan ini tersebar
di sebelah selatan pada peta geologi. Sebaran satuan ini tersebar sekitar 10% di daerah
penelitian. Satuan ini didominasi oleh breksi, satuan batuan ini termasuk pada formasi
Halang dengan fragmen batubasalt dan batuandesit, dengan masa dasar pasir kasar, semen
karbonat.

- Breksi polimik, abu-abu gelap, menyudut-menyudut tanggung, kerakal-bongkah,


pemilahan buruk, kemas terbuka, porositas baik, kompak, masiv, fragmen basalt,
andesit, masa dasar pasir, semen karbonat.

Gambar 3.19 satuan breksi


3.5 Struktur Geologi Daerah Penelitian
Struktur yang teramati pada daerah penelitian terdapat lipatan dan sesar naik

Gambar 3.20 Peta Geologi Daerah Penelitian

 Lipatan Sinklin Pencil

Lipatan sinklin pencil ini mempunyai arah sumbu lipatan NE – SW. Dimensilipatan
sinklin ini besar dan memanjang dari barat daya lokasi penelitian sampai dengan timur
laut. Lipatan ini terjadi karena adanya kompresi dari arah utara dan selatan pada daerah
penelitian. Satuan batuan pada daerah ini dipengaruhi oleh adanya deformasi bersifat
ductile.

 Lipatan Antiklin Kalijaya

Lipatan sinklin kalijaya ini mempunyai arah sumbu lipatan NE – SW. Dimensi lipatan
ini lebih besar daripada lipatan sinklin pencil, pada daerah penelitian memanjang dari
arah barat hingga ke timur. Lipatan antiklin kalijaya terjadi karena adanya kompresi dari
arah utara dan selatan.
 Sesar Naik Kalijaya

Sesar naik kalijaya ini memiliki bidang sesar dengan kedudukan N 2700E/ 700.
Dimensi pada sesar ini kecil, sesar ini hamper sejjar dengan sumbu lipatan kalijaya
yang relatuf berarah barat – timur, pada sesar ini terdapat di singkapan batulempung
karbonatan perselingan batugamping klastik (kalkarenit).

Gambar 3.21 Sesar Naik Kalijaya


BAB 4

SEJARAH GEOLOGI

4.1 Sejarah Geologi Daerah Penelitian

Berdasarkan data-data geologi yang meliputi data pengukuran strike dan dip litologi
hingga sruktur geologi daerah penelitian dapat membuat suatu rangkaian sejarah geologi
untuk daerah penelitian. Data-data geologi yang diperoleh dilapangan meliputi data strike dan
dip, stratigrafi daerah penelitian yang mana dibagi menjadi 4 satuan batuan, yaitu satuan
batulempung 1, satuan batugamping klastik (kalkarenit), satuan batulempung 2, dan satuan
breksi.

Lingkungan pengendapan di daerah penelitian pada umur miosen tengah adalah


lingkungan laut dalam, yang diendapkan berupa batulempung 1 dengan perselingan
batulempung batupasir. Di atas lapisan batulempung 1 diendapkan secara selaras
batugamping klastik (kalkarenit) dengan dicirikannya adanya penurunan muka air laut
(regresi). Di atas batugamping klastik diendapkan secara selaras batulempung 2 dengan
adanya kenaikan muka air laut (transgresi). Setelah proses tersebut terjadi pengendapan
breksi dengan lingkungan pengendapan daerah daratan pada umur miosen akhir

Gambar 4.1 Skema lingkungan pengendapan daerah penelitian


Sejarah Tektonik Daerah Penelitian

Proses tektonik yang terjadi di daerah penelitian menyebabkan banyak berkembangnya


struktur, seperti lipatan sinklin pencil, lipatan antiklin kalijaya sesar mendatar mengganan
kalijaya, sesar naik kalijaya. Struktur yang berkembang di daerah penelitian sangat
berpengaruh terhadap bentukan morfologi daerah penelitian yang menyebabkan terbentuknya
morfologi yang khas Seperti adanya punggungan antiklin G.cantel sebagai bagian dari sayap
lipatan antiklin.

Jika di urutkan dari rekaman pola struktur daerah penelitian mengalami fase depormasi
akibat dari gaya kompresi. Pada fase awal terbentuk perlipatan antiklin kalijaya yang berada
di selatan daerah penelitian dan sinklin pencil yang berada di bagian utara daerah penelitian.
Setelah fase pelipatan dan gaya kompresi masih kuat, maka batuan akan telipatkan dan jika
keelastisan batuan lebih minus dibanding gaya kompresinya, maka fase berikutnya lipatan
tadi akan patah yang membentuk sesar naik kalijaya, fase berikutnya terbentuk sesar
mendatar mengganankalijaya.

BAB 5

KESIMPULAN

 Geomorfologi daerah penelitian terbagi menjadi 4 satuan berdasarkan analisis peta


topografi yaitu: Satuan Lembah Sinklin Pencil, Satuan Punggungan Antiklin Gunung
Cantel, Satuan Lembah Antiklin Kalijaya, Satuan Punggungan Antiklin Kalikudu
 Stratigrafi daerah penelitan daerah ini terbagi menjadi 4 satuan, yaitu :
1. Satuan batulempung 1, Satuan ini merupakan bagian yang paling tua di daerah
penelitian. Penyebaran satuan batuan ini pada daerah timur-barat peta geologi, dengan
sekitar 50%. Batulempung ini termasuk pada formasi Panosogan.

2. Satuan batugamping klastik, satuan ini memiliki luas sekitar 20%. Satuan ini memiliki
arah sebaran dari bagian utara dan selatan peta geologi, memanjang dari barat ke
timur. Satuan batuan ini di dominasi oleh batugamping klastik (kalkarenit), yang
dimana terdapat perselingan batugamping klastik dan batulempung karbonatan.
Satuan ini termasuk pada formasi Panosogan
3. Satuan batulempung 2, satuan ini didominasi oleh perlapisan batulempung karbonatan
kuat, terdapat perselingan batulempung karbonatan perselingan batugamping klastik.
Arah sebaran untuk satuan ini dari timur laut hingga barat daya. Satuan ini termasuk
pada formasi Panosogan.
4. Satuan breksi, satuan batuan ini merupakan satuan termuda di daerah penelitian.
Satuan ini tersebar di sebelah selatan pada peta geologi. Sebaran satuan ini tersebar
sekitar 10% di daerah penelitian. Satuan ini didominasi oleh breksi, satuan batuan ini
termasuk pada formasi Halang dengan fragmen batubasalt dan batuandesit, dengan
masa dasar pasir kasar, semen karbonat.
 Struktur geologi yang berkembang didaerah penelitian yaitu:
- Lipatan sinklin pencil.
- Lipatan antiklin kalijaya.
- Sesar naik kalijaya

 Berdasarkan data-data geologi yang meliputi data pengukuran strike dan dip litologi
hingga sruktur geologi daerah penelitian dapat membuat suatu rangkaian sejarah
geologi untuk daerah penelitian. Data-data geologi yang diperoleh dilapangan
meliputi data strike dan dip, stratigrafi daerah penelitian yang mana dibagi menjadi 4
satuan batuan, yaitu satuan batulempung 1, satuan batugamping klastik (kalkarenit),
satuan batulempung 2, dan satuan breksi.Lingkungan pengendapan di daerah
penelitian pada umur miosen tengah adalah lingkungan laut dalam, yang diendapkan
berupa batulempung 1 dengan perselingan batulempung batupasir. Di atas lapisan
batulempung 1 diendapkan secara selaras batugamping klastik (kalkarenit) dengan
dicirikannya adanya penurunan muka air laut (regresi). Di atas batugamping klastik
diendapkan secara selaras batulempung 2 dengan adanya kenaikan muka air laut
(transgresi). Setelah proses tersebut terjadi pengendapan breksi dengan lingkungan
pengendapan daerah daratan pada umur miosen akhir.
DAFTAR PUSTAKA

Asikin, S., 1974, Evolusi Geologi Jawa Tengah dan Sekitarnya, Ditinjau dari Segi Teori
Tektonik Dunia yang Baru, Disertasi Doktor, Dept. Teknik GeologiITB, tidak diterbitkan.

Fahmi, A. D., 2007, Analisis Kestabilan Lereng Batugamping dengan Menggunakan Metode
Kinematik dan Klasifikasi Massa Batuan di Desa Nonkosepet, Kecamatan Ponjong,
Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta, Skripsi Sarjana S-1, Program Studi Teknik Geologi,
Institut Teknologi Bandung, Bandung (tidak diterbitkan).

Hadiyansyah, D., 2005, Karakteristik Struktur Formasi Karangsambung, Daerah


Karangsambung dan Sekitarnya, Kecamatan Karangsambung-Karanggayam, Kabupaten
Kebumen, Propinsi Jawa Tengah, Skripsi Sarjana S-1, Program Studi Teknik Geologi,
Institut Teknologi Bandung, Bandung (tidak diterbitkan).
Harsolumakso, A. H., Suparka M. E., Zaim Y., Magetsari N. A., Kapid R., DardjiNoeradi,
dan Chalid I. Abdullah, 1996, Karakteristik Struktur Melange diDaerah Luk Ulo, Kebumen,
Jawa Tengah. Prosiding Seminar NasionalGeoteknologi III, hal. 441-442.

Asikin, Sukendar. Geologi Struktur Indonesia, Bandung : Laboratorium Geologi Dinamis-


Geologi ITB

Sapiie, Benyamin.,dkk. Geologi Fisik, Bandung : Penerbit ITB

Brahmantyo, Budi dan Sampurno., 2004, Kumpulan Modul Praktikum : Geomorfologi dan
Geologi Foto, Bandung : Laboratorium Geologi Lingkungan

Harsolumakso, A. H.,2009, Buku Pedoman Geologi Lapangan,Bandung : Penerbit ITB

Bellon, H., Maury, R. C., Soeria-Atmadja, R., Polve, M., Pringgopawiro, H., dan Priadi, B.,
(1989): Chronologie 40K – 40Ar du volcanisme Tertiaire de Java Central (Indonesie): mise
en evidence des deux episodes distincts de magmatisme d’arc, C. R. Acad. Sci. Paris, Serie II,
309, 1971-1977

Prasetyadi, C., (2007): Evolusi Tektonik Paleogen Jawa Bagian Timur, Desertasi, Program
Doktor Teknik Geologi, Institut Teknologi Bandung

Вам также может понравиться