Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PENDAHULUAN
Pemetaan geologi adalah suatu kegiatan pengumpulan data dan informasi geologi
yang terdapat dalam suatu daerah penelitian yang menggambarkan penyebaran batuan,
struktur, kenampakan morfologi bentang alam.
Untuk tahap awal, pengumpulan data geologi dapat dilakukan pada skala 1 : 12.500.
Skala tersebut dianggap cukup mewakili intensitas data dan kerapatan singkapan. Namun
untuk suatu kegiatan prospeksi yang memerlukan informasi lebih detail dapat digunakan
skala peta yang lebih kecil. Dari data hasil pemetaan akan dihasilkan peta geologi yang akan
memberikan informasi dan tatanan geologi suatu daerah.
Penelitian ini dimaksudkan untuk memenuhi syarat kelulusan mata kuliah Geologi
Lapangan pada program Studi Teknik Geologi, Sekolah Tinggi Teknik Mineral
Indonesia.Tujuan dari kegiatan kuliah lapangan ini adalah untuk mengimplementasikan
pengetahuan geologi yang telah diperoleh dengan melakukan pengamatan langsung data
geologi di lapangan.dari data pengamatan dilapangan nantinya akan tertuang dalam sebuah
peta yang nantinya berguna untuk mengetahui tatanan geologi daerah pengamatan.
Secara administratif daerah penelitian terletak di 4 desa, yaitu Desa Plumbon, Desa
Krakal, Desa Wonokromo dan Desa Wadasmalang, Kecamatan Karangsambung, Kabupaten
Kebumen, Propinsi Jawa Tengah .
Secara geografis daerah penelitian terletak dikoordinat 07° 34’ 30’’ – 07° 36’ 00’’ LS
dan 109° 42’ 00’’ – 109° 43’ 45’’ BT dengan luas daerah pemetaan 3 x 3 km, dan termasuk
dalam lembar kebumen skala 1 : 25.000. dengan luas daerah 30 x 10 km.Dari bandung,
Kesampaian daerah ke lokasi pemetaan bisa diakses dengan menggunakan kereta api jurusan
kebumen dengan waktu tempuh ± 7 jam dari stasiun Kiara condong Bandung. Setelah sampai
di stasiun kebumen, untuk mencapai kampus LIPI yang menjadi basecamp selama masa
kuliah lapangan, perjalanan dilanjutkan dengan menggunakan kendaran bermotor roda empat
atau roda dua dengan waktu tempuh ± 1 jam. dari kampus LIPI menuju lokasi pemetaan bisa
ditempuh dengan menggunakan Angkot atau sepeda motor dengan waktu tempuh paling lama
sekitar 45 menit kearah selatan kampus LIPI
Daerah Penelitian
Metoda penelitian terdiri dari tiga tahap yaitu pengambilan data lapangan, pengolahan
data,dan penyusunan laporan. Peta dasar yang digunakan dalam penelitian berskala 1:12500
Adapun perlengkapan yang digunakan pada kegiatan ekskursi ini adalah sebagai berikut :
Gambar 2.1 Fisiografi Regional Jawa Tengah(van Bemmelen, 1949 dalam Hadiansyah, 2005)
Secara fisiografi, van Bemmelen (1949) membagi Jawa Tengah menjadi 6 zona
yaitu:
Karangsambung merupakan jejak-jejak tumbukan dua lempeng bumi yang terjadi 117
juta tahun sampai 60 juta tahun yang lalu. Ia juga merupakan pertemuan lempeng Asia
dengan lempeng Hindia. Ia merupakan saksi dari peristiwa subduksi pada usia yang sangat
tua yaitu pada zaman Pra-Tersier. Di daerah ini terjadi proses subduksi pada sekitar zaman
Paleogene (Eosen, sekitar 57,8 juta sampai 36,6 juta tahun yang lalu). Oleh karena itu, pada
tempat ini terekam jejak-jejak proses paleosubduksi yang ditunjukan oleh singkapan-
singkapan batuan dengan usia tua dan merupakan karakteristik dari komponen lempeng
samudera. Karangsambung merupakan tempat singkapan batuan terbesar batuan-batuan dari
zaman Pre-Tersier yang terkenal dengan sebutan Luk Ulo Melange Complex , suatu melange
yang berhubungan dengan subduksi pada zaman Crateceous (145.5 ± 4.0 hingga 65.5 ± 0.3
juta tahunyang lalu) yang diperkirakan berumur 117 juta tahun.
Melange Luk Ulo didefinisikan oleh Asikin (1974) sebagai percampuran tektonik dari
batuan yang mempunyai lingkungan berbeda, sebagai hasil dari proses subduksi antara
Lempeng Indo-Australia yang menunjam di bawah Lempeng Benua Asia Tenggara, yang
terjadi pada Kala Kapur Atas-Paleosen. Melange tektonik ini litologinya terdiri atas batuan
metamorf, batuan basa dan ultra basa, batuan sedimen laut dalam (sedimen pelagic) yang
seluruhnya mengambang di dalam masa dasar lempung hitam yang tergerus (Scally clay).
2.3 Stratigrafi Karangsambung
Stratigrafi yaitu suatu ilmu yang mempelajari tentang lapisan-lapisan sabtuan serta
hubungannya dengan lapisan batuan yang lainnya, yang bertujuan untuk mendapatkan
pengetahuan tentang sejarah bumi.Secara garis besar, stratigrafidaerah Karangsambung
diurutkan berdasarkan umur dari tua ke muda, yaitu:
2. Formasi Karangsambung
Karakteristik litologi dari formasi Karangsambung yaitu terdiri dari batulempung abu-abu
yang mengandung concression besi, batugamping numulites, konglomerat, dan batu pasir
kuarsa polemik yang berlaminasi. Batupasir graywacke sampai tanah liat hitam menunjukkan
struktur yang bersisik dengan irisan ke segala arah dan hampir merata di permukaan. Struktur
tersebut diperkirakan sebagai hasil mekanisme pengendapan yang terjadi dibawah permukaan
air dengan volume besar, estimasi ini didukung oleh gejala merosot yang dilihat pada inset
batupasir. Umur Formasi Karangsambung ini adalah dari Eosen Tengah (45 juta tahun)
sampai Eosen Akhir (36 juta tahun) dilihat dari adanya foraminifera plankton.
3. Formasi Totogan
4. Formasi Waturanda
Usia formasi Waturanda ini hanya dapat ditentukan secara langsung berdasarkan posisi
statigrafi kebawah diperkirakan sebagai usia Meocene (25,2-5,2 juta tahun) yang terdiri dari
breksi vulkanik dan batupasir wacke dengan sisipan batu lempung dibagian atas. Masa dasar
batupasir berwarna abu-abu dengan butir sedang hingga kasar, terdiri atas kepingan batuan
beku dan obsidian.
5. Formasi Panosogan
6. Formasi Halang
Formasi Halang berumur Miosen Atas-Pliosen dan diendapkan selaras di atas Formasi
Panosogan. Bagian bawah didominasi oleh breksi dengan sisipan batupasir dan napal. Kearah
atas, sisipan batupasir, perselingan napal dan batulempung semakin banyak dengan sisipan
tuf makin dominan.
7. Endapan Alluvial
Endapan aluvial merupakan yang paling muda. Endapan ini memiliki umur Holosen dan
pembentukannya terus berlangsung hingga sekarang.
2.4 Struktur Regional Karangsambung
Struktur utama yang ada di karangsambung dapat dibagi menjadi 3 struktur utama
, yaitu :
1. Arah timurlaut – Baratdaya yang ditunjukkan oleh arah umum sumbu panjang boudin,
berkembang di kelompok batuan Pra – Tersier (Harsolumkso dkk., 1995 dalam
Prasetyadi, 2007 ).
2. Arah Timur – Barat yang ditunjukkan oleh arah umum struktur lipatan yang
berkembang di batuan Tersier,
3. Arah Utara – Selatan berupa sesar yang memotong batuan Pra – Tersier dan Tersier
(Asikin dkk.,1992 dalam Prasetyadi, 2007)
Pola struktur yang terjadi di Jawa diperngaruhi oleh tumbukan antara dua lempeng, yaitu
lempeng Eurasia, dan Indo-Australia. Subduksi yang terjadi pada daerah karangsambung
terjadi pada dua tahap.Zaman kapur – Pliosen Pola struktur berarah barat daya – timur laut
merupakan jejak dari pola yang lebih dikenal dengan sebutan pola meratus.
Struktur ini diperkirakan terjadi karena adanya subduksi antara lempeng Eurasia dengan
Mikrocontinen yang berasal dari lempeng Indo-Australia.Zaman tersier Pola struktur berarah
barat-timur merupakan pola yang terjadi akibat subduksi yang baru atau bisa dibilang masih
berlangsung hingga sekarang. Proses subduksi ini terjadi setelah proses subduksi yang lama
berhenti.
Gambar 2.5 Pola stuktur di Pulau Jawa berupa pola Meratus , pola Sunda dan arah Timur –
Barat (Sujanto dan Sumantri , 1977 dalam Natalia dkk., 2010).
BAB 3
Satuan geomorfologi pada peta dibagi menjadi 4 satuan geomorfologi, yaitu satuan
blok punggungan antiklin Gunung Cantel , satuan lembah sinklin Pencil ,satuan punggungan
antiklin Kalikudu , dan satuan lembah antiklin Kalijaya.
Satuan lembah sinklin Pencilini terletak di bagian Barat laut peta dan memanjang dari
arah barat ke timur menempati 10% peta.Satuan ini dicirikan oleh kontur yang
renggangdengan ketinggian 150-250 meter diatas permukaan laut. Litologi pada satuan ini
umumnya berupa batuan sedimen, yaitu batulempung perselingan batugamping klastik.
Lembah Sinklin Pencil Punggungan Antiklin G.Cantel
Gambar 3.2 Pemandangan morfologi lembah sinkiln Pencil dan punggungan antiklin
G.Cantel ke arah Tenggara
Satuan punggungan antiklin G.Cantel ini terletak di bagian Barat laut peta dan
memanjang dari arah timur laut ke barat daya menempati 25% peta. Satuan ini dicirikan oleh
kontur yang rapat dan memiliki arah kemiringan lereng yang relatif sama yaitu ke arah utara .
Litologinya pada satuan ini umumnya berupa batuan sedimen, yaitu batugamping klastik
perselingan batulempung sisipan tuff yang merupakan bagian dari formasi Panosogan.
Punggungan Antiklin ini adalah bagian Barat laut dari lembah antiklin Kalijaya.
Gambar 3.3 Pemandangan morfologi punggungan antiklin G.Cantel ke arah Barat laut
Gambar 3.4 Pemandangan morfologi lembah antiklin Kalijaya dan punggungan antiklin
Kalikudu ke arah Tenggara
Satuanpunggungan antiklin Kalikudu ini terletak di bagian Tenggara peta dan memanjang
dari arah utara ke selatan menempati 25% peta. Satuan ini dicirikan oleh kontur yang rapat
dan memiliki arah kemiringan lereng yang relatif ke arah selatan.Litologinya pada satuan ini
umumnya berupa batuan sedimen, yaitubatugamping klastik perselingan batulempung sisipan
tuff yang merupakan bagian dari formasi Panosogan.
Punggungan Antiklin Kalikudu
Pola aliran sungai pada dasarnya keseluruhan dari suatu sistem aliran sungai
dipermukaan bumi serta segala proses geologi yang mempengaruhi terbentuknya pola
tersebut. Pada suatu sistem aliran sungai, pola aliran biasanya berkaitan langsung dengan
proses-proses geologi seperti jenis litologi yang berkaitan langsung terhadap resistensi
batuan, struktur geologi yang terbentuk pada suatu daerah serta dari geomorfologi pada
sungai tersebut.
Pada daerah penelitian terdapat satu sungai besar dan beberapa sungai kecil.
Sungai besar mengalir dari hulu yang berada dibagian timur laut ke arah hilir bagian
barat daya daerah pelitian. Sedangkan untuk anak sungainya mengalir berarah barat laut
– tenggara yang lebih dominan, dan ada juga yang mengalir dari timur ke barat daerah
penelitian.
Pola aliran sungai pada daerah penelitian secara umum dibagi atas 2 jenis pola
aliran yaitu :
a. Pola Pararel yang umumya pola aliran ini menunjukkan daerah yang berlereng
sedang sampai curam. Pada daerah penelitian pola tersebut terdapat di anak sungai,
yang mengalir dari puncak perbukitan menuju ke lembahanyang mencerminkan
adanya kontrol struktur di daerah penelitian.
b. Pola aliran Sungai Besar yaitu Kali Jaya mencerminkan tipe meandering dengan ciri
kenampakan sungai yang berkelok kelok menandakan umur sungai relatip tua.
Sungai Besar ini berbelok-belok karena beberapa faktor yaitu struktur yang terjadi di
daerah ini seperti sesar, dan tingkat resistensi batuan yang ada di daerah ini.
Deskripsi batuan:
Deskripsi Batuan :
Lintasan pada hari ketiga ditentukan di cabang kali jaya berawal dari hulu
menuju hilir cabang kali jaya ditemukan sesar naik dengan keduduka bidang SesarN
2700 E / 700 pada singkapan perselingan batugamping klastik dan batulempung. Arah
dip sudah mulai ke arah utara dan daerah ini merupakan lembah antiklin.
Deskripsi Batuan :
- Batugamping klastik, berwarna abu-abu terang, ukuran butir pasir halus (kalkarenit),
bentuk butir membundar, pemilahan baik, kemas terbuka, porositas sedang, kompak.
- Batulempung berwarna abu-abu gelap, semen karbonatan,tidak kompak.
Gambar 3.9 Singkapan perselingan batugamping batulempung cabang kali jaya
Deskripsi batuan:
- Batugamping klastik, berwarna abu-abu terang, ukuran butir pasir halus (kalkarenit),
bentuk butir membundar, pemilahan baik, kemas terbuka, porositas sedang, kompak.
- Batulempung karbonatan, berwarna abu-abu terang, semen karbonatan,tidak kompak.
Deskripsi batuan:
Deskripsi batuan:
Pengamatan hari ketujuh kami lakukan di daerah Pencil dan gunung Wudel.
Pada gunung Wudel ditemukan singkapan berupa perselingan batulempung dengan
batupasir dengan kedudukan N 2580E/32.
Deskripsi batuan:
1. Satuan Batulempung 1
Satuan ini merupakan bagian yang paling tua di daerah penelitian. Penyebaran
satuan batuan ini pada daerah timur-barat peta geologi, dengan sekitar 50%.
Batulempung ini termasuk pada formasi Panosogan.
3. Satuan Batulempung 2
Satuan ini didominasi oleh perlapisan batulempung karbonatan kuat, terdapat
perselingan batulempung karbonatan perselingan batugamping klastik. Arah sebaran
untuk satuan ini dari timur laut hingga barat daya. Satuan ini termasuk pada formasi
Panosogan.
- Batulempung karbonatan, berwarna abu-abu terang, semen karbonatan,tidak kompak.
- Batugamping klastik, berwarna abu-abu terang, ukuran butir pasir halus (kalkarenit),
bentuk butir membundar, pemilahan baik, kemas terbuka, porositas sedang, kompak.
Satuan batuan ini merupakan satuan termuda di daerah penelitian. Satuan ini tersebar
di sebelah selatan pada peta geologi. Sebaran satuan ini tersebar sekitar 10% di daerah
penelitian. Satuan ini didominasi oleh breksi, satuan batuan ini termasuk pada formasi
Halang dengan fragmen batubasalt dan batuandesit, dengan masa dasar pasir kasar, semen
karbonat.
Lipatan sinklin pencil ini mempunyai arah sumbu lipatan NE – SW. Dimensilipatan
sinklin ini besar dan memanjang dari barat daya lokasi penelitian sampai dengan timur
laut. Lipatan ini terjadi karena adanya kompresi dari arah utara dan selatan pada daerah
penelitian. Satuan batuan pada daerah ini dipengaruhi oleh adanya deformasi bersifat
ductile.
Lipatan sinklin kalijaya ini mempunyai arah sumbu lipatan NE – SW. Dimensi lipatan
ini lebih besar daripada lipatan sinklin pencil, pada daerah penelitian memanjang dari
arah barat hingga ke timur. Lipatan antiklin kalijaya terjadi karena adanya kompresi dari
arah utara dan selatan.
Sesar Naik Kalijaya
Sesar naik kalijaya ini memiliki bidang sesar dengan kedudukan N 2700E/ 700.
Dimensi pada sesar ini kecil, sesar ini hamper sejjar dengan sumbu lipatan kalijaya
yang relatuf berarah barat – timur, pada sesar ini terdapat di singkapan batulempung
karbonatan perselingan batugamping klastik (kalkarenit).
SEJARAH GEOLOGI
Berdasarkan data-data geologi yang meliputi data pengukuran strike dan dip litologi
hingga sruktur geologi daerah penelitian dapat membuat suatu rangkaian sejarah geologi
untuk daerah penelitian. Data-data geologi yang diperoleh dilapangan meliputi data strike dan
dip, stratigrafi daerah penelitian yang mana dibagi menjadi 4 satuan batuan, yaitu satuan
batulempung 1, satuan batugamping klastik (kalkarenit), satuan batulempung 2, dan satuan
breksi.
Jika di urutkan dari rekaman pola struktur daerah penelitian mengalami fase depormasi
akibat dari gaya kompresi. Pada fase awal terbentuk perlipatan antiklin kalijaya yang berada
di selatan daerah penelitian dan sinklin pencil yang berada di bagian utara daerah penelitian.
Setelah fase pelipatan dan gaya kompresi masih kuat, maka batuan akan telipatkan dan jika
keelastisan batuan lebih minus dibanding gaya kompresinya, maka fase berikutnya lipatan
tadi akan patah yang membentuk sesar naik kalijaya, fase berikutnya terbentuk sesar
mendatar mengganankalijaya.
BAB 5
KESIMPULAN
2. Satuan batugamping klastik, satuan ini memiliki luas sekitar 20%. Satuan ini memiliki
arah sebaran dari bagian utara dan selatan peta geologi, memanjang dari barat ke
timur. Satuan batuan ini di dominasi oleh batugamping klastik (kalkarenit), yang
dimana terdapat perselingan batugamping klastik dan batulempung karbonatan.
Satuan ini termasuk pada formasi Panosogan
3. Satuan batulempung 2, satuan ini didominasi oleh perlapisan batulempung karbonatan
kuat, terdapat perselingan batulempung karbonatan perselingan batugamping klastik.
Arah sebaran untuk satuan ini dari timur laut hingga barat daya. Satuan ini termasuk
pada formasi Panosogan.
4. Satuan breksi, satuan batuan ini merupakan satuan termuda di daerah penelitian.
Satuan ini tersebar di sebelah selatan pada peta geologi. Sebaran satuan ini tersebar
sekitar 10% di daerah penelitian. Satuan ini didominasi oleh breksi, satuan batuan ini
termasuk pada formasi Halang dengan fragmen batubasalt dan batuandesit, dengan
masa dasar pasir kasar, semen karbonat.
Struktur geologi yang berkembang didaerah penelitian yaitu:
- Lipatan sinklin pencil.
- Lipatan antiklin kalijaya.
- Sesar naik kalijaya
Berdasarkan data-data geologi yang meliputi data pengukuran strike dan dip litologi
hingga sruktur geologi daerah penelitian dapat membuat suatu rangkaian sejarah
geologi untuk daerah penelitian. Data-data geologi yang diperoleh dilapangan
meliputi data strike dan dip, stratigrafi daerah penelitian yang mana dibagi menjadi 4
satuan batuan, yaitu satuan batulempung 1, satuan batugamping klastik (kalkarenit),
satuan batulempung 2, dan satuan breksi.Lingkungan pengendapan di daerah
penelitian pada umur miosen tengah adalah lingkungan laut dalam, yang diendapkan
berupa batulempung 1 dengan perselingan batulempung batupasir. Di atas lapisan
batulempung 1 diendapkan secara selaras batugamping klastik (kalkarenit) dengan
dicirikannya adanya penurunan muka air laut (regresi). Di atas batugamping klastik
diendapkan secara selaras batulempung 2 dengan adanya kenaikan muka air laut
(transgresi). Setelah proses tersebut terjadi pengendapan breksi dengan lingkungan
pengendapan daerah daratan pada umur miosen akhir.
DAFTAR PUSTAKA
Asikin, S., 1974, Evolusi Geologi Jawa Tengah dan Sekitarnya, Ditinjau dari Segi Teori
Tektonik Dunia yang Baru, Disertasi Doktor, Dept. Teknik GeologiITB, tidak diterbitkan.
Fahmi, A. D., 2007, Analisis Kestabilan Lereng Batugamping dengan Menggunakan Metode
Kinematik dan Klasifikasi Massa Batuan di Desa Nonkosepet, Kecamatan Ponjong,
Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta, Skripsi Sarjana S-1, Program Studi Teknik Geologi,
Institut Teknologi Bandung, Bandung (tidak diterbitkan).
Brahmantyo, Budi dan Sampurno., 2004, Kumpulan Modul Praktikum : Geomorfologi dan
Geologi Foto, Bandung : Laboratorium Geologi Lingkungan
Bellon, H., Maury, R. C., Soeria-Atmadja, R., Polve, M., Pringgopawiro, H., dan Priadi, B.,
(1989): Chronologie 40K – 40Ar du volcanisme Tertiaire de Java Central (Indonesie): mise
en evidence des deux episodes distincts de magmatisme d’arc, C. R. Acad. Sci. Paris, Serie II,
309, 1971-1977
Prasetyadi, C., (2007): Evolusi Tektonik Paleogen Jawa Bagian Timur, Desertasi, Program
Doktor Teknik Geologi, Institut Teknologi Bandung