Вы находитесь на странице: 1из 15

KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS SEBELAS MARET

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


PROGRAM DOKTOR (S3) ILMU PENDIDIKAN

Nama : AGUNG DALYANTO


Mata kuliah : Filsafat Ilmu
Program Studi : S3 Ilmu Pendidikan
Dosen : Dr. Asrowi, M.Pd.

Soal Jawab berkenaan dengan Filsafat Ilmu

1. Silahkan saudara komentari pernyataan berikut ini (1) ” the aggregate of all the
processes by which a person develope abilities, attitudes, and other forma of
behavior of positive value in the society in wich the lives. (2) the social process
by wich people are subjected to the influence of a selected and controlled
environment (especially that the school) so they may attain social competence
and optimum individual development.
Komentar :
1) Pada dasarnya setiap manusia mempunyai nilai positif didalam dirinya yang
tercermin dalam sikap kepribadian sesungguhnya yang perlu
dikembangkan. Oleh karena itu, sikap yang positif akan sangat menjadi
faktor penentu keberhasilan. Bilamana sikap kita positif, maka kitapun akan
memancarkan tindakan yang positif pula. Demikian pula sebaliknya,
bilamana sikap kita negatif maka yang terpancar lewat perilaku kita juga
akan negatif.
2) Untuk dapat mencapai kompetensi sosial dan pengembangan individu yang
optimal maka seseorang perlu secara langsung terjun pada proses sosial di
masyarakat. Dengan ini mereka dapat memperoleh kemampuan untuk
mengenali isyarat-isyarat sosial; bergaul positif dengan teman sebaya dan
orang dewasa melalui kerjasama, mendengarkan, mengambil, dan memulai
dan mempertahankan percakapan; terlibat dalam penyelesaian masalah
sosial; memahami hak orang lain; memperlakukan orang lain secara adil;
membedakan antara tindakan insidental dan disengaja; dan
menyeimbangkan kebutuhan sendiri dengan kebutuhan orang lain

1
2. Jelaskan secara komprehensif ttg konsep dasar, aspek yang menjadi kajian,
tujuan dan bukti-bukti yang harus dijelaskan di dalam (1) Ontologi, (2)
Epistemologi, (3) Aksiologi
Komentar :
(1). Ontologi :
Menurut bahasa, Ontologi berasal dari bahasa Yunani yaitu :
On/Ontos = ada, dan Logos = ilmu. Jadi, ontologi adalah ilmu tentang yang ada.
Menurut Ensiklopedi Britannica Yang juga diangkat dari Konsepsi Aristoteles,
isitlah Ontologi merupakan teori atau studi tentang being / wujud seperti
karakteristik dasar dari seluruh realitas. Ontologi sinonim dengan metafisika
yaitu, studi filosofis untuk menentukan sifat nyata yang asli (real nature) dari
suatu benda untuk menentukan arti, struktur dan prinsip benda tersebut.
(Filosofi ini didefinisikan oleh Aristoteles abad ke-4 SM).
Tujuan Ontologi:
 meneliti semua wujud sejauh ia ada
 mempelajari ciri-ciri esensial dari yang ada dalam dirinya sendiri.
Misalnya mangga, warna, bentuk isi, berserat dsb
 mempelajar struktur realitas dan kategori sesuatu, seperti konsep ada
berubah kepada konsep menjadi, potensial menjadi aktual, jelas dan
tersembunyi,
 melukiskan hakikat wujud mutlak, ketergantungan sesuatu kepadanya
 mempelajari hubugan pikiran dengan realitas

Aspek ontologi; (Filsafat (Ontologi) :


Ilmu tentang kebijaksanaan atau kebenaran Yang dipelajari adalah
obyek sebenarnya Obyek sebenarnya : Obyek materi : Seluruh fakta
kenyataan, misalnya : manusia, alam, dll Dan Obyek formal : bidang
kajian semua pengetahuan, misalnya : biologi, kedokteran, dll

(2). Epistemologi :
Epistemologi membicarakan tentang terjadinya pengetahuan, sumber
pengetahuan, asal mula pengetahuan, batas-batas, sifat, metode, dan
keshahihan pengetahuan. Jadi objek material dari epistemology adalah
pengetahuan dan objek formalnya adalah hakikat pengetahuan itu.

2
Aspek estimologi merupakan aspek yang membahas tentang
pengetahuan filsafat. Aspek ini membahas bagaimana cara kita mencari
pengetahuan dan seperti apa pengetahuan tersebut. Dalam aspek
epistemologi ini terdapat beberapa logika, yaitu: analogi, silogisme,
premis mayor, dan premis minor.
Tujuannya Epistemologi:
1. Meneliti pengetahuan, kepercayaan, tabiat dan dasar
pengalaman
2. Berisi langkah-langkah dan prosedur yang diambil seorang
ilmuan untuk sampai pada pengetahuan -tentang suatu objek
sebagaimana adanya, itulah metode ilmia

(3). Aksiologi :

Aksiologi adalah istilah yang berasal dari kata Yunani yaitu: axios yang
berarti nilai. Sedangkan logos berarti teori/ ilmu. Aksiologi merupakan
cabang filsafat ilmu yang mempertanyakan bagaimana manusia
menggunakan ilmunya.
Pembahasan aksiologi menyangkut masalah nilai kegunaan ilmu. Ilmu
tidak bebas nilai. Artinya pada tahap-tahap tertentu kadang ilmu harus
disesuaikan dengan nilai-nilai budaya dan moral suatu masyarakat,
sehingga nilai kegunaan ilmu tersebut dapat dirasakan oleh masyarakat
dalam usahanya meningkatkan kesejahteraan bersama, bukan
sebaliknya malah menimbulkan bencana.
Kegunaannya Aksiologi :
1. Menemukan kebenaran
2. Menimbulkan keyakinan
3. Menemukan ide
3. Pada masa sekarang maupun yang akan datang peran guru dan murid akan
bergeser seperti yang disampaikan berikut: “ Teacher will be engaged in digital
learning environment. How to ensure learners acquire basic technological skills
to learn. Learners will engage in problems that are context dependent,
complicated, messy, and reappear in diverse quises.
Komentar :

3
Perkembangan teknologi yang semakin pesat sangatlah berimbas pada semua
segi kehidupan. Tidak ketinggalan pula pada dunia pendidikan, proses belajar
mengajar yang dulunya bersifat tradisional/manual yakni guru dan murid harus
saling bertatap muka langsung, mulai dari pemberian materi, pemberian tugas,
dilakukan secara langsung, sekarang ini bisa dilakukan tanpa bertatap muka
langsung yakni dengan memanfaatkan teknologi khususnya komputer dan
jaringan internet. Pada proses pembelajaran di era digital, guru berperan sebagai
motivator dan fasilitator bagi proses perkembangan murid.
Untuk memastikan murid memperoleh ketrampilan dasar untuk belajar,
memang masih sangat diperlukan pembelajaran tatap muka, dengan ini guru
dapat memberikan dorongan motivasi dan etika sikap dalam penggunaan
teknologi.

4. Filsafat pendidikan di Indonesia mendasarkan diri pada Pancasila sebagai dasar


negara. Seperti apakah konsep pendidikan Pancasila itu baik dari segi konsep
maupun implementasinya?.

Komentar :

Konsep pendidikan pancasila perlu ditekankan dalam rangka melastarikan


nilai-nilai pancasila dan menanamkan nilai moral positif yang terkandung
didalamnya pada generasi muda khususnya siswa yang tujuan penting dan
vital. Selain itu karena pancasila sebagai dasar negara dan kepribadian bangsa
indonesia. Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa harus dikenalkan dan
diajarkan kepada masayarakat indonesia sebagai pembentuk intelektual
yang bermoral ketuhanan dan kemanusian.

Implementasi pendidikan pancasila, peserta didik akan menjadi manusia


terlebih dahulu, sebelum memasuki ipteks yang dipelajarinya. Menjadi
warga negara indonesia yang unggul dalam pengusaan ipteks, namun tidak
kehilangan jati dirinya dan tidak tercabut dari akar budaya bangsanya dan
keimanannya.

5. Filsafat pendidikan sebagai ilmu mengadakan tinjauan dan mempelajari objek


dari sudut hakekat yang berhadapan dengan beberapa problema yaitu ontology,
epistemology dan aksiologi. Coba jelaskan ketiga hal tersebut.

4
Komentar :
Konsep pendidikan dapat ditinjau dari filsafat melalui 3 cabang yaitu : ontology,
epistemology dan aksiolagi digambarkan pada tabel berikut :
Filsafat Problema Penerapan Pendidikan
Ontology Masalah keberadaan suatu Adanya Aliran-aliran dalam ilmu
ilmu pendidikan
Epistemology Masalah metode pencapaian Kriteria dasar bagi penentuan
pengetahuan yang suatu pengetahuan sehingga
berhubungan dengan ilmu disebut pengetahuan ilmiah
Aksiologi Masalah aktivitas prinsip etika dan estetika dalam
pencapaian ilmu dan penelitian dan praktek ilmu
penerapan ilmu dalam pendidikan
kehidupan masyarakat

6. Dilihat dari konsep dan implementasinya antara pendidikan dan pengajaran


berbeda. Coba jelaskan dengan teori dan pemikiran saudara.
Komentar :
Perbedaan Pendidikan dan pengajaran dalam konsep

Pengajaran lebih menekankan pada penguasaan wawasan dan pengetauan


tentang bidang/program tertentu, misalnya kesehatan, keterampilan. Pengajaran
lebih bersifat kognitif dan afektif. Sedangkan pendidikan lebih menekankan
pada pembentukan manusianya (penanaman sikap dan nilai-nilai) lebih bersifat
psikologis dan bersifat kognektif, afektif dan psikomotor.

Perbedaan Pendidikan dan pengajaran dalam Implementasi :

Pengajaran:

1. Hanya mentransfer ilmu pengetahuan


2. Menekankan IPTEK dan SKILL
3. Memiliki batasan waktu
4. Hanya menitikberatkan pada isi dari metode pangajaran
Pendidikan:

1. Mengajarkan tentang segala nilai kehidupan


2. Tidak memiliki batasan waktu dalam belajar
3. Mengajarkan kematangan mental seseorang.

5
Teori Konsep Implementasi
Pendidikan menitikberatkan pada membentuk budi pekerti
pembentukan dan pengembangan dan watak anak-anak
kepribadian (transfer nilai) (membentuk kesusilaan)

Pengajaran proses transfer ilmu pengetahuan, memberikan


dengan tujuan mendapatkan pengetahuan atau
perubahan tingkah laku pada melatih ketrampilan

peserta didik setelah memperoleh (membentuk kecerdasan)

pengetahuan (transfer
pengetahuan)

7. Setelah terjadi reformasi tampaknya pendidikan di Indonesia semakin kompleks


semakin unik dan sangat variatif baik birokrasi, manajemennya maupun
kebijakan. Bagaimanakah dengan konsep pendidikan nasional bangsa kita yang
tertuang di dalam UUD 1945.
Komentar :
Konsep Pendidikan Nasional sesuai dalam UUD 1945 :
Pendidikan nasional yang berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia,
berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 diarahkan untuk meningkatkan
kecerdasan kehidupan bangsa dan kualitas sumber daya manusia,
mengembangkan manusia serta masyarakat Indonesia yang beriman dan
bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berbudi pekerti
luhur, memiliki pengetahuan, keahlian dan keterampilan, kesehatan jasmani dan
rohani, serta kepribadian yang mantap dan mandiri.
Konsep pendidikan yang tertuang dalam Undang-Undang Dasar 1945 belum
dapat terealisasi seutuhnya di masyarakat kita, walaupun konsep yang diberikan
sangat bagus dengan mengatasnamakan kesejehteraan dalam pendidikan tetapi
masih belum menjangkau masyarakat yang berada di beberapa daerah.

8. Aliran pendidikan yang dianut para tokoh pendidikan dunia dapat membuka
pemikiran dan pemahaman tentang pendidikan. Barang kali saudara masih ingat
seperti apakah pendapat para tokoh tersebut seperti John Locke, William Stern,
J.J Rousseau, dan Arthur Schopenhauer serta Ki Hajar Dewantara. Jelaskan dan
bandingkan pendapat tokoh tersebut.
Komentar :
6
Tokoh Aliran Konsep
John Locke Empirisme Teori tabula rasa, yakni anak lahir
di dunia bagaikan kertas putih yang
bersih. Pengalaman empirik yang
diperoleh dari lingkungan akan
berpengaruh besar dalam
menentukan perkembangan ana
William Stern Konvergensi Seorang anak dilahirkan di dunia
sudah disertai pembawaan baik
maupun pembawaan buruk
J.J Rousseau Naturalisme Pada hakekatnya semua anak
manusia adalah baik pada waktu
dilahirkan yaitu dari sejak tangan
sang pencipta. Tetapi akhirnya
rusak sewaktu berada ditangan
manusia
Arthur Schopenhauer Nativisme Hasil pendidikan dan
perkembangan manusia itu
ditentukan oleh pembawaan yang
diperolehnya sejak anak itu
dilahirkan. Anak dilahirkan
kedunia sudah mempunyai
pembawaan dari orang tua maupun
disekelilingnya, dan pembawaan
itulah yang menentukan
perkembangan dan hasil pendidikan
Ki Hajar Dewantara Hamemayu Anak-anak adalah sebuah
Hayuning kehidupan yang akan tumbuh
Manungso menurut kodratnya sendiri, yaitu
kekuatan hidup lahir dan hidup
batin mereka

9. Bagaimana menurut Persepsi sdr tentang Pendidikan di Indonesia saat ini dilihat
dari filsafat pendidikan. Jelaskan secara konseptual.
Komentar :
Indonesia mengalami masalah pendidikan yang komplek. Selain angka
putus sekolah, pendidikan di Indonesia juga menghadapi berbagai masalah lain,

7
mulai dari buruknya infrastruktur hingga kurangnya mutu guru. Masalah utama
pendidikan di Indonesia adalah kualitas guru yang masih rendah, kualitas
kurikulum yang belum standar, dan kualitas infrastruktur yang belum memadai.
Sementara itu dunia pendidikan di Indonesia belum punya konsep atau
teori-teori sendiri yang cocok dengan kondisi, kebiasaan atau budaya Indonesia
tentang pengertian pendidikan dan cara-cara mencapai tujuan pendidikan.
sebagian besar konsep atau teori pendidikan di impor dari luar negeri sehingga
belum tentu valid untuk diterapkan di Indonesia.

10. Secara logika filsafat, ilmu pengetahuan pada dasarnya adalah ilmu yang
belum selesai, maka membutuhkan penguatan teori-teori baru dan
metodologi, serta hasil penelitian sehingga ilmu pengetahuan tetap belum
selesai. Mengapa demikian.
Jawab :
Ilmu-ilmu pengetahuan pada dasarnya membantu manusia dalam
mengorientasikan diri dalam dunia dan memecahkan berbagai persoalan hidup.
Berbeda dari binatang, manusia tidak dapat membiarkan insting mengatur
perilakunya. Untuk mengatasi masalah-masalah, manusia membutuhkan
kesadaran dalam memahami lingkungannya. Di sinilah ilmu-ilmu membantu
manusia mensistematisasikan apa yang diketahui manusia dan
mengorganisasikan proses pencariannya.
Pada abad modern ini, ilmu-ilmu pengetahuan telah merasuki setiap
sudut kehidupan manusia. Hal ini tidak dapat dipungkiri karena ilmu-ilmu
pengetahuan banyak membantu manusia mengatasi berbagai masalah
kehidupan. Prasetya T. W. dalam artikelnya yang berjudul “Anarkisme dalam
Ilmu Pengetahuan Paul Karl Feyerabend” mengungkapkan bahwa ada dua
alasan mengapa ilmu pengetahuan menjadi begitu unggul. Pertama, karena
ilmu pengetahuan mempunyai metode yang benar untuk mencapai hasil-
hasilnya. Kedua, karena ada hasil-hasil yang dapat diajukan sebagai bukti
keunggulan ilmu pengetahuan. Dua alasan yang diungkapkan Prasetya tersebut,
dengan jelas menunjukkan bahwa ilmu pengetahuan memainkan peranan yang
cukup penting dalam kehidupan umat manusia.
Akan tetapi, usaha ilmu pengetahuan tersebut sesungguhnya terbatas.
Keterbatasan itu terletak pada cara kerja ilmu-ilmu pengetahuan yang hanya
membatasi diri pada tujuan atau bidang tertentu. Karena pembatasan itu, ilmu

8
pengetahuan tidak dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang keseluruhan
manusia.
Di sinilah filsafat menjadi penting. Ilmu-ilmu pengetahuan,
membutuhkan filsafat guna melihat manusia secara keseluruhan. Ilmu-ilmu
pengetahuan (ilmu-ilmu pasti) tidak langsung berkecimpung dalam usaha
manusia menuju kebenaran. Usaha ilmu-ilmu itu lebih merupakan suatu
sumbangan agar pengetahuan itu sendiri semakin mendekati kebenaran.
Filsafatlah yang secara langsung berperan dalam usaha manusia untuk mencari
kebenaran. Di dalam filsafat, berbagai pertanyaan yang berhubungan dengan
kebenaran dikumpulkan dan diolah demi menemukan jawaban yang memadai.

11. Aliran filsafat banyak cabangnya dan banyak coraknya. Coba konsentrasikan
pemikiran anda ke dalam 4 hal saja yaitu konstruktivisme, post positivism,
transformatif dan pragmatisme. Coba diberikan penjelasan dan sekaligus di
implementasinkan ke dalam jenis-jenis penelitian yang anda sukai.
Jawab :
Aliran Konstruktivisme
Kontrukstivisme merupakan aliran filsafat yang lebih cenderung
membahas masalah epistimologis. Aliran ini berpendapat bahwasannya ilmu
merupakan hasil konstruksi ( ciptaan ) manusia. Maka aliran ini mengganggap
manusia itu sendirilah yang menciptakan ilmunya
Dalam filsafat konstruktivisme terdapat prinsip prinsip dasar yang mana
merupakan sebab munculnya aliran ini. yang pertama, aliran ini mengatakan
bahwasannya ilmu merupakan upaya mengungkap realitas. Yang kedua, dalam
penelitian, hubungan antara subjek dan objek penelitian harus dapat dijelaskan.
Dan yang ketiga, hasil penelitian dapat dikatakan ilmu atau sebuah temuan
menurut konstrukstivisme hanya jika memungkinkan untuk digunakan proses
generalisasi pada waktu dn tempat yang berbeda.
Lain daripada itu terdapat pula beberapa indikator dasar kontrukstivisme
yaitu :
(1) Penggunaan metode kualitatif dalam proses pengumpulan data dan
kegiatan analisis data.
(2) mencari relevansi indikator kualitas untuk mencari data data
lapangan.

9
(3) teori – teori yang dikembangkan harus lebih bersifat membumi (
grounded theory).
(4) kegiatan ilmu harus bersifat natural.
(5) variabel-variabel penelitian yang kaku dan steril.
(6) penelitian lebih bersifat partisipatif dari mengontrol.
Penelitian konstruktivisme pada umumnya tidak dimulai dengan
seperangkat teori (sebagaimana halnya dengan postpositivisme) namun
mengembangkan sebuah teori atau sebuah pola makna secara induktif selama
proses berlangsung. Metode penjaringan dan analisis yang digunakan penganut
konstruktivisme biasanya berbentuk kuantitatif. Akan tetapi, data kuantitatif
dapat digunakan untuk mendukung data kualitatif serta memperdalam analisis
secara efektif.

Post Positivism
Secara ontologis aliran post-positivisme bersifat critical realism dan
menganggap bahwa realitas memang ada dan sesuai dengan kenyataan dan
hukum alam tapi mustahil realitas tersebut dapat dilihat secara benar oleh
peneliti. Secara epistomologis: Modified dualist/objectivist, hubungan peneliti
dengan realitas yang diteliti tidak bisa dipisahkan tapi harus interaktif dengan
subjektivitas seminimal mungkin. Secara metodologis adalah modified
experimental/ manipulatif.
Post positivisme merupakan sebuah aliran yang datang setelah
positivisme dan memang amat dekat dengan paradigma positivisme. Salah satu
indikator yang membedakan antara keduanya bahwa post positivisme lebih
mempercayai proses verifikasi terhadap suatu temuan hasil observasi melalui
berbagai macam metode. Dengan demikian suatu ilmu memang betul mencapai
objektivitas apabila telah diverifikasi oleh berbagai kalangan dengan berbagai
cara.
Verifiaksi tersebut melalui beberapa asumsi berikut :
1) Fakta tidak bebas nilai, melainkan bermuatan teori.
2) Falibilitas Teori, tidak satupun teori yang dapat sepenuhnya dijelaskan
dengan bukti-bukti empiris, bukti empiris memiliki kemungkinan untuk
menunjukkan fakta anomali.
3) Fakta tidak bebas melainkan penuh dengan nilai.

10
4) Interaksi antara subjek dan objek penelitian. Hasil penelitian bukanlah
reportase objektif melainkan hasil interaksi manusia dan semesta yang
penuh dengan persoalan dan senantiasa berubah.
5) Asumsi dasar post-positivisme tentang realitas adalah jamak individual.
6) Hal itu berarti bahwa realitas (perilaku manusia) tidak tunggal melainkan
hanya bisa menjelaskan dirinya sendiri menurut unit tindakan yang
bersangkutan.
7) Fokus kajian post-positivis adalah tindakan-tindakan (actions) manusia
sebagai ekspresi dari sebuah keputusan.

Dengan demikian postpositivisme adalah aliran yang ingin memperbaiki


kelemahan pada positivisme. Satu sisi Postpositivisme sependapat dengan
Positivisme bahwa realitas itu memang nyata ada sesuai hukum alam. Tetapi
pada sisi lain Postpositivisme berpendapat manusia tidak mungkin mendapatkan
kebenaran dari realitas apabila peneliti membuat jarak dengan realitas atau tidak
terlibat secara langsung dengan realitas. Hubungan antara peneliti dengan
realitas harus bersifat interaktif, untuk itu perlu menggunakan prinsip
trianggulasi yaitu penggunaan bermacam-macam metode, sumber data, data,
dan lain-lain.

Aliran Transformatif

Aliran transformatif muncul pada tahun 1980-an dan 1990-an sebagai


akibat dari ketidakpuasan terhadap paradigma penelitian yang ada dan
kesadaran bahwa teori-teori sosiologi dan psikologi yang mendasari paradigma-
paradigma yang ada pada dasarnya dikembangkan melalui pandangan ’kulit
putih’, didominasi oleh perspektif kaum pria, dan didasarkan pada penelitian
yang menggunakan pria sebagai subyek.

Aliran transformatif merasa bahwa pendekatan konstruktivisme tidak


membahas isu-isu keadilan sosial dan kaum yang terpinggirkan secara memadai
(Creswell, dalam Mackenzie & Knipe, 2006). Aliran ini percaya bahwa
penelitian perlu dijalin dengan agenda-agenda politik dan politisi agar
penelitian tersebut menghasilkan tindakan-tindakan yang mereformasi
kehidupan partisipan, lembaga tempat individu hidup, dan kehidupan peneliti
sendiri (Emzir, 2008: 16). Sehubungan dengan itu, penelitian harus mengangkat

11
masalah-masalah sosial yang penting sebagai topik, seperti isu kekuasaan,
ketidaksetraan, penganiayaan, penindasan, dan perampasan hak. Peneliti
advokasi sering memulai dengan menjadikan salah satu dari isu ini sebagai
fokus penelitian. Kemudian, dia akan berjalan bersama secara kolaboratif
dengan partisipan dengan pengertian partisipan dapat membantu merancang
pertanyaan, mengumpulkan data, menganilisis informasi, atau menerima
penghargaan untuk partisipasinya dalam penelitian. Sebagaimana halnya dalam
penelitian konstruktivisme, peneliti advokasi/partisipatori/transformatif dapat
mengkombinasikan metode penjaringan dan analisis data kuantitatif dan
kualitatif. Namun, penggunaan pendekatan gabungan (mixed methods) akan
memberikan kepada peneliti transformatif sebuah struktur untuk
mengembangkan potret kehidupan sosial yang lebih utuh. Penggunaan berbagai
perspektif dan lensa memungkinkan diperolehnya pemahaman yang lebih
beragam tentang nilai-nilai, pandangan dan keberadaan kehidupan sosial.

Pragmatisme

Aliran Pragmatisme tidak terikat pada sistem filosofi atau realitas


tertentu. Penganut pragmatisme pada awalnya menolak asumsi ilmiah yang
menyatakan penelitian sosial dapat mengakses kebenaran tentang dunia nyata
hanya dengan mengandalkan sebuah metode ilmiah tunggal (Mertens, dalam
Mackenzie & Knipe, 2006). Pragmatisme berfokus pada masalah penelitian dan
menggunakan seluruh bentuk pendekatan untuk memahami masalah itu. Oleh
karena itu peneliti pragmatis bebas memilih metode, teknik, dan prosedur
penelitian yang paling sesuai dengan kebutuhan dan tujuannya. Karakteristik ini
menunjukkan bahwa pragmatisme merupakan paradigma yang menyangga
landasan filosofis studi metode gabungan (mixed-methods research). Meskipun
demikian beberapa peneliti yang menggunakan metode gabungan, secara
filosofis, lebih mencondongkan diri mereka kepada paradigma transformatif
paradigm (Mertens, dalam Mackenzie & Knipe, 2006). Hal ini mengungkapkan
bahwa metode gabungan dapat digunakan dalam berbagai paradigma.

Implementasi aliran-aliran tersebut diatas dalam penelitian dapat di gambarkan


dalam rangkuman pengetahuan penelitian berikut :

Postpositivisme Konstruktivisme
 Determinasi  Pemahaman

12
 Reduksionisme  Makna Jamak Pertisipan
 Observasi Empiris dan  Konstruksi Sosial dan
Pengukuran Historis
 Verifikasi Teori  Menghasilkan Teori

Transformatif Pragmatisme
 Politis o Konsekuensi Tindakan
 Berorientasi pada Masalah o Berpusat pada Masalah
Kekuasaan Pluralistik
 Kolaboratif o Berorientasi pada Praktik
 Berorientasi pada Dunia Nyata
Perubahan

12. Philosophy was, As Its etymology from the Greek words Pilos and sopia
suggests, love of wisdom or learning. More over it was love of learning in
general; it subsumed under one heading what to dy we call science as well as
what we now call philosophy. It is for the reason that pilosophy is often referred
to us the mother as well as the queen of the science. Filsafat adalah, Seperti
etimologinya dari kata-kata Yunani yang Pilos dan sopia tunjukkan, cinta
kebijaksanaan atau pembelajaran. Lebih dari itu adalah cinta belajar secara
umum; ia dimasukkan di bawah satu judul apa yang harus kita sebut ilmu
pengetahuan serta apa yang sekarang kita sebut filsafat. Ini karena alasan bahwa
pilosofi sering disebut ibu dan ratu ilmu pengetahuan.
Apakah pengertian ini masih relevan dengan arah perkembangan berpikir
manusia modern seperti sekarang?. Mohon analisis dan jawaban yang bersifat
tekstual dan kontekstual.

Komentar :

Istilah dari filsafat secara tekstual berasal bahasa Yunani :


”philosophia”. Seiring perkembangan jaman akhirnya dikenal juga dalam
berbagai bahasa, seperti : ”philosophic” dalam kebudayaan bangsa Jerman,
Belanda, dan Perancis; “philosophy” dalam bahasa Inggris; “philosophia”
dalam bahasa Latin; dan “falsafah” dalam bahasa Arab.( Pudjo Sumedi AS.,
Drs.,M.Ed. dan Mustakim, S.Pd.,MM,).

Secara kontekstual, dewasa ini muncul berbagai macam jenis ilmu


pengetahuan khusus dengan objek studi yang berbeda-beda. Terhadap objek
manusia dan masyarakatnya, berkembang ilmu pengetahuan humaniora dan
ilmu pengetahuan sosial. Terhadap objek alam dan anasir-anasirnya,

13
berkembang ilmu pengetahuan alam meliputi fisika, kimia, biologi, dan
matematika. Terhadap objek ketuhanan, berkembang ilmu pengetahuan agama
meliputi teologi Islam, Kristen, Hindu, Budha dan sebagainya.

Pada dasarnya induk dari segala ilmu adalah filsafat, kemudian


muncullah berbagai macam ilmu pengetahuan sebagai cabang dari filsafat.
Seiring dengan munculnya berbagai macam masalah tentang ilmu pengetahuan,
maka muncullah Filsafat Ilmu Pengetahuan sebagai cabang dari filsafat yang
mempelajari tentang hakikah penyelidikan ilmu pengetahuan.

Adapun keberadaan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam paradigma


Filsafat Ilmu Pengetahuan dapat dikategorikan secara Ontologis, Epistemologis,
dan Etis.

Secara ontologis menjelaskan bahwa pluralitas ilmu pengetahuan dan


teknologi terikat dalam satu kesatuan hubungan di dalam objek materi, yaitu
manusia, alam, dan Sang Pencipta. Disamping itu, juga terikat dalam satu
kesatuan hubungan dalam objek formanya (cara atau sudut pandang, dari sudut
mana objek materi dipandang, dipikirkan, dan ditinjau atau diselidiki), yaitu
sudut pandang yang bersifat universal. Menurut objeknya, baik yang material
maupun yang formal, pluralitas ilmu pengetahuan terikat dalam satu kesatuan
sistem hubungan yang bersifat interdisipliner dan multidisipliner.

Secara epistemologis menjelaskan bahwa dalam rangka mencapai


kebenaran objektif (ilmiah), metode dan sistem apapun yang dipergunakan
harus berdasarkan pada objek forma yang bersifat ontologis interdisipliner dan
multidisipliner. Sedemikian rupa sehingga titik singgung (overlapping) antara
disiplin yang satu dengan yang lain menjadi tegas dan nyata. Hal ini akan sangat
membantu terbentuknya sikap ilmiah sebagai jalan yang tepat dalam
pemberdayaan ilmu pengetahuan dan teknologi sesuai dengan latar belakang
keberadaanya.

Sedangkan secara etis, maksudnya adalah menjelaskan masalah


pertanggungjawaban ilmu pengetahuan dan teknologi baik menurut dasar
ontologis maupun epistemologis. Kecenderungan intelektual epistemologis
terhadap teknologi dan industrialisasi untuk kelangsungan hidup memang tidak

14
bisa ditunda-tunda, asalkan tetap dapat difungsikan (pragmaticable) bagi
ontologi kelangsungan kehidupan, yaitu kehidupan yang berkeadilan.

Sejauh apapun pluralitas ilmu pengetahuan berkembang, ternyata tetap


terikat oleh dua faktor, sehingga pluralitas itu tetap di dalam suatu entitas yang
utuh sebagai ilmu pengetahuan. Faktor pertama adalah manusia sebagai
pendukung (subjek) ilmu pengetahuan. Artinya bagai-manapun pluralitas dan
berbedanya ilmu pengetahuan, namun ia tetap dari manusia, oleh manusia dan
untuk kepentingan manusia dalam memenuhi kebutuhan hidup dan
kehidupannya. Fakor kedua yang justru menentukan kecenderungan kearah
kesatuan pluralisme ilmu pengetahuan itu adalah karena sifat hakikat atau
bawaan ilmu pengetahuan itu sendiri.

ALHAMDULILLAH..

15

Вам также может понравиться