Вы находитесь на странице: 1из 7

JPE 1 (1) (2012)

Journal of Primary Educational


http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jpe

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN IPA BERBASIS MASALAH


UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR DAN BERPIKIR KRITIS
SISWA SMP

A.B. Susilo

Prodi Pendidikan Dasar, Program Pascasarjana, Universitas Negeri Semarang, Indonesia

Info Artikel Abstrak


Sejarah Artikel: Pembelajaran IPA dengan pendekatan keterampilan proses inkuiri dapat mening-
Diterima Januari 2012 katkan kemampuan berpikir kritis dan motivasi belajar siswa. Model Pembelajaran
Disetujui Februari 2012 Berbasis Masalah dengan menggunakan proses inkuiri diharapkan dapat menin-
Dipublikasikan Juni 2012
gkatkan kemampuan berpikir kritis dan motivasi belajar siswa karena model ini
Keywords: menekankan pada pemecahan masalah. Pengembangan model pembelajaran IPA
Science Learning Model berbasis masalah dengan model Four-D, yang meliputi tahap definition (pendefini-
Motivation Learning sian), design (perancangan), development (pengembangan) dan disseminate (penye-
Critical thinking baran) untuk meningkatkan motivasi belajar dan berpikir kritis. Pengumpulan data
dengan tes kemampuan berpikir kritis, observasi dan angket motivasi. Hasil belajar
kemampuan berpikir kritis kelas uji coba mengalami peningkatan dari 61,53 men-
jadi 80,24. Uji signifikansi hasil belajar kognitif kelas uji coba diperoleh nilai thitung =
11,76 dan harga ttabel = 1,69; dapat dikatakan hasil belajar tes kemampuan berpikir
kritis mengalami peningkatan yang signifikan. Motivasi belajar siswa dalam pemb-
elajaran mengalami peningkatan dari pre-test ke post-test. Hasil analisis data men-
unjukkan bahwa perangkat pembelajaran IPA Berbasis Masalah yang telah dikem-
bangkan mampu meningkatkan motivasi dan kemampuan berpikir kritis siswa.

Abstract
Approach to learning science process skills of inquiry can enhance critical thinking skills and
student motivation. Problem Based Learning Model with proceedings expected to enhance
critical thinking skills and students’ motivation for this model emphasizes on problem solving.
Development of problem-based learning model IPA with Four-D models, which include phase
definition (definition), design (design), development (development) and disseminate (spread)
to increase the motivation to learn and think critically. The collection of data with the test of
critical thinking skills, observation and questionnaires motivation. Learning outcomes of cri-
tical thinking skills test class has increased from 61.53 to 80.24. Significance test of cognitive
learning outcomes trial class values obtained
​​ tcount = 11.76 and the price TTable = 1.69; can be
said to learn the results of tests of critical thinking skills has increased significantly. Students’
motivation in learning has increased from pre-test to post-test. The results of data analysis
showed that the IPA-based learning problem that has been developed to increase motivation
and critical thinking skills of students.

© 2012 Universitas Negeri Semarang


Alamat korespondensi: ISSN 2252 - 6404
Kampus Unnes Bendan Ngisor, Semarang 50233
E-mail: pps@unnes.ac.id
A. B. Susilo / Journal of Elementary Education 1 (1) (2012)

Pendahuluan masalah dan keterampilan intelektual, menum-


buhkan kemampuan kerja sama, dan mengem-
Proses pembelajaran IPA menekankan bangkan sikap sosial siswa.
pada pemberian pengalaman langsung untuk Pembelajaran berdasar masalah dimulai
mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dari masalah yang autentik/ sehari-hari dari kehi-
dan memahami alam sekitar secara ilmiah dan dupan nyata dan bermakna. Tujuan utama PBL
dilaksanakan secara inkuiri ilmiah (scientific inqui- adalah untuk meningkatkan penerapan penge-
ry) untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, tahuan, pemecahan masalah, dan keterampilan
bekerja dan bersikap ilmiah serta mengkomu- pembelajaran mandiri siswa yang mengharuskan
nikasikannya sebagai aspek penting kecakapan mereka untuk secara aktif mengartikulasikan,
hidup. Dalam rangka mewujudkan tujuan pem- memahami, dan memecahkan masalah. PBL
belajaran IPA tersebut, maka menumbuhkan terfokus, di mana pelajar mulai belajar dengan
keterampilan berpikir siswa terutama kemam- membahas simulasi dari suatu masalah otentik.
puan berpikir kritis sangat diperlukan sehingga Isi materi pelajaran dan keterampilan yang ha-
penguasaan suatu konsep oleh siswa tidak hanya rus dipelajari diorganisir sekitar masalah, bukan
berupa hafalan dari sejumlah konsep yang telah sebagai suatu daftar hirarkis topik, jadi ada hu-
dipelajarinya, tetapi mereka juga mampu mene- bungan timbal balik antara pengetahuan dan ma-
rapkan konsep yang dimilikinya pada aspek yang salah. Belajar dirangsang oleh masalah dan dite-
lain. Untuk mewujudkan hal itu, maka sekolah rapkan kembali ke masalah. PBL juga terpusat
dan guru sebagai komponen utama pendidikan pada siswa, memerlukan pelajar untuk diri men-
perlu mengelola pembelajaran sesuai dengan garahkan diri dalam pembelajaran mereka serta
prinsip-prinsip kegiatan belajar mengajar antara menentukan apa yang mereka pecahkan dari ma-
lain: (1) kegiatan berpusat pada siswa, (2) belajar salah yang dihadapi (Jonassen 2008). Pembelaja-
melalui berbuat, (3) belajar mandiri dan belajar ran berbasis Masalah (PBL) adalah strategi pem-
bekerja sama sehingga pembelajaran diharapkan belajaran yang menarik, daripada membaca atau
tidak terfokus pada guru, tetapi bagaimana cara mendengar tentang fakta-fakta dan konsep yang
mengaktifkan siswa dalam belajarnya (student ac- menetapkan bidang studi akademik, siswa me-
tive learning) (Muslich 2007). mecahkan masalah realistis (meskipun, simulasi)
Dari hasil pengamatan dan wawancara yang mencerminkan keputusan dan dilema orang
dengan guru mata pelajaran IPA di SMP 1 Nga- setiap hari. Sebagian orang berpendapat bahwa
direjo Kabupaten Temanggung, saat ini masih PBL adalah strategi pembelajaran yang kuat dan
banyak siswa yang beranggapan bahwa mata menarik, mengarah pada pembelajaran yang ber-
pelajaran IPA sulit dipahami, menjemukan dan kelanjutan.  PBL mendukung pengembangan
membosankan, sehingga tidak sedikit siswa yang strategi belajar mandiri yang memudahkan siswa
mengalami kesulitan dalam memahaminya. untuk mempertahankan dan menerapkan pen-
Hal ini dapat dilihat dari data penerimaan sis- getahuan serta strategi untuk memberikan solusi
wa baru kelas VII pada tahun ajaran 2008/2009 pada situasi baru dan asing (Mergendoller 2001).
dimana input nilai rata-rata UASBN SD siswa Selain itu model PBL dapat memberikan kesem-
yang diterima adalah 8,35, tetapi ternyata hasil patan pada siswa bereksplorasi mengumpulkan
evaluasi pada akhir semester gasal tahun ajaran dan menganalisis data untuk memecahkan masa-
2008/2009 untuk mata pelajaran IPA baru 64,28 lah, sehingga siswa mampu untuk berpikir kritis,
% dari seluruh siswa kelas VII yang tuntas belajar analitis, sistematis dan logis dalam menemukan
sebesar 70% sedangkan 35,72 % siswa belum tun- alternatif pemecahan masalah (Sanjaya 2008).
tas belajar. Dengan melihat hasil analisis yang di- Model pembelajaran menurut Joyce dan
lakukan guru ternyata 45,30 % siswa mengalami Weil adalah suatu pola yang digunakan sebagai
kesulitan untuk menyelesaikan soal-soal analisa pedoman dalam merencanakan pembelajaran di
yang berkaitan dengan kemampuan memecah- kelas atau pembelajaran dalam setting tutorial dan
kan suatu permasalahan. untuk menentukan perangkat-perangkat pembe-
Dalam pengembangan perangkat pem- lajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film,
belajaran yang diperlukan saat ini adalah pem- komputer, kurikulum dan lain-lain. Model pem-
belajaran yang inovatif dan kreatif antara lain belajaran merupakan kerangka konseptual yang
mengembangkan perangkat model pembelaja- menggambarkan prosedur yang sistematis dalam
ran berdasar masalah/Problem Based Learning mengorganisasikan pengalaman belajar untuk
(PBL). Beberapa ahli menyatakan bahwa model mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi
pembelajaran berdasar masalah membantu men- sebagai pedoman bagi perancang dan para pen-
gembangkan keterampilan berpikir, pemecahan gajar dalam merencanakan dan melaksanakan
58
A. B. Susilo / Journal of Elementary Education 1 (1) (2012)

aktivitas belajar mengajar. Dengan adanya motivasi, peserta didik dapat


Model pembelajaran berbasis masalah mengembangkan aktivitas dan inisiatif, dapat
bercirikan penggunaan masalah dunia nyata di- mengarahkan dan memelihara ketekunan dalam
mana model ini dapat digunakan untuk melatih melakukan kegiatan belajar.
meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan Salah satu kecakapan hidup (life skill) yang
kemampuan memecahkan masalah serta un- perlu dikembangkan melalui proses pendidikan
tuk mendapatkan pengetahuan tentang konsep- adalah keterampilan berpikir (Depdiknas 2002).
konsep penting. Pendekatan pembelajaran ini Kemampuan seseorang untuk dapat berhasil da-
mengutamakan proses belajar, dimana tugas lam kehidupannya antara lain ditentukan oleh
guru harus memfokuskan diri untuk membantu keterampilan berpikirnya, terutama dalam upaya
siswa mencapai keterampilan mengarahkan diri. memecahkan masalah-masalah kehidupan yang
Pada model pembelajaran ini peran guru adalah dihadapinya. Dimensi berpikir sebagai proses
mengajukan masalah, mengajukan pertanyaan, yang bersifat pribadi dan internal yang dapat be-
memberikan kemudahan suasana berdialog, dan rawal dan berakhir pada dunia luar atau lingkun-
memberikan fasilitas penelitian, serta melakukan gan seseorang. Proses pembelajaran di sekolah
penelitian. Kegiatan ini dapat dilakukan guru berperan dalam membantu siswa untuk berkem-
saat pembelajaran di kelas dan melalui latihan bang menjadi pemikir yang kritis dan kreatif te-
yang cukup (Arends 2008). Ini berarti bahwa rutama jika guru dapat memfasilitasinya melalui
model pembelajaran berdasarkan masalah hanya kegiatan belajar yang efektif.
dapat terjadi jika guru mampu menciptakan ling- Johnson (Liliasari 2000) mengemukakan
kungan kelas yang terbuka dan membimbing keterampilan berpikir dapat dibedakan menjadi
pertukaran gagasan, sehingga peran guru adalah berpikir kritis dan berpikir kreatif. Kedua jenis
sebagai pemberi rangsangan, pembimbing kegia- berpikir ini disebut juga sebagai keterampilan
tan siswa, dan penentu arah belajar siswa yaitu berpikir tingkat tinggi. Berpikir kritis merupakan
suatu pola atau kerangka konseptual yang berisi proses mental yang terorganisasi dengan baik dan
prosedur yang sistematik dalam mengorganisasi- berperan dalam proses mengambil keputusan un-
kan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tuju- tuk memecahkan masalah dengan menganalisis
an pembelajaran. dan menginterpretasi data dalam kegiatan inkuiri
Pelaksanaan model pembelajaran berdas- ilmiah. Berpikir kreatif adalah proses berpikir
arkan masalah, selain guru yang juga akan men- yang menghasilkan gagasan asli atau orisinal,
jadi penentu keberhasilan pembelajaran adalah konstruktif, dan menekankan pada aspek intuitif
faktor sumber belajar, sarana yang digunakan, dan dan rasional. Pemahaman umum mengenai ber-
kurikulum turut berperan. Hal ini sesuai dengan pikir kritis, sebenarnya adalah pencerminan dari
yang dikemukakan Sudjana (2006:93) bahwa ke- apa yang digagas oleh John Dewey sejak tahun
berhasilan model pembelajaran berdasarkan masa- 1916 sebagai inkuiri ilmiah dan merupakan suatu
lah tergantung adanya sumber belajar bagi siswa, cara untuk membangun pengetahuan. Robert En-
alat-alat untuk menguji jawaban atau dugaan. Me- nis (Morgan 1999) memberikan definisi berpikir
nuntut adanya perlengkapan kurikulum, menye- kritis adalah berpikir reflektif yang berfokus pada
diakan waktu yang cukup, apa lagi data yang dipe- pola pengambilan keputusan tentang apa yang
roleh dari lapangan, serta kemampuan guru dalam harus diyakini dan harus dilakukan. Robert En-
mengangkat dan merumuskan masalah. nis (Morgan 1999) memberikan definisi berpikir
Motivasi mengandung tiga komponen kritis adalah berpikir reflektif yang berfokus pada
pokok, yaitu kebutuhan, tujuan dan dorongan. pola pengambilan keputusan tentang apa yang
Kebutuhan terjadi bila individu merasa ada ke- harus diyakini dan harus dilakukan.
tidak seimbangan antara yang ia miliki dengan Kemampuan berpikir kritis ini dirinci lebih
apa yang ia harapkan. Dorongan merupakan lanjut dan lebih spesifik sesuai dengan pembela-
kekuatan mental untuk melakukan kegiatan jaran IPA sebagai kemampuan yang meliputi: (1)
dalam rangka memenuhi harapan atau penca- mengklasifikasi, (2) mengasumsi, (3) mempre-
paian tujuan. Dorongan yang berorientasi pada diksi dan menghipotesis, (4) menginterpretasikan
tujuan adalah inti dari motivasi. Seseorang akan data, mengiferensi atau membuat kesimpulan,
memiliki motivasi yang tinggi apabila apa yang (5) mengukur, (6) merancang sebuah penyelidi-
dilakukannya telah menjadi kebutuhan. Salah kan untuk memecahkan masalah, (7) mengama-
satu kebutuhan yaitu berkaitan dengan tugas ti, (8) membuat grafik, (9) mengurangi kemung-
dan tanggung jawab seseorang dalam melakukan kinan kesalahan percobaan, (10) mengevaluasi,
suatu pekerjaan untuk mendapatkan kepuasan. (11) menganalisis (Carin dan Sund 1989:160).

59
A. B. Susilo / Journal of Elementary Education 1 (1) (2012)

Metode afektif. Silabus mata pelajaran IPA materi pokok


berbagai sifat dalam perubahan fisika dan kimia.
Penelitian pengembangan dilaksanakan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
untuk mengembangkan perangkat pembelajaran (RPP), pada tahap ini secara teoritik diperoleh
berbasis masalah mata pelajaran IPA SMP Kelas suatu diskripsi bahwa pembelajaran IPA dengan
VII semester II dengan materi pokok berbagai si- menggunakan PBL untuk meingkatkan kemam-
fat dalam perubahan fisika dan perubahan kimia. puan berpikir kritis dan motivasi siswa diawali
Perangkat tersebut meliputi silabus, rencana pe- dengan penyusunan draf penyusunan Rencana
laksanaan pembelajaran, lembar kegiatan siswa, Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) kemudian di
materi ajar, alat evaluasi kognitif, afektif, media validasi oleh dosen pembimbing sebagai valida-
pembelajaran, serta instrumen penelitian. si ahli dan guru serumpun mata pelajaran IPA.
Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri Validasi ahli meliputi validasi isi yang mencakup
1 Ngadirejo Kabupaten Temanggung. Subyek semua perangkat yang dikembangkan pada tahap
dalam penelitian ini adalah perangkat pembe- desain.
lajaran dan subyek ujicoba dalam penelitian ini Lembar Kerja Siswa Berbasis Masalah,
adalah siswa kelas VII semester 2 tahun pelajaran pada lembar kerja siswa berisi masalah, topik, tu-
2008/2009. Penetapan kelas sebagai subyek uji juan, alat dan bahan yang diperlukan, cara kerja,
coba dilakukan secara acak dengan teknik cluster dan soal latihan untuk didiskusikan. Penggunaan
random sampling dari seluruh populasi yang ada LKS berbasis masalah adalah suatu pembelaja-
di kelas VII. ran bernuansa konfrontatif, yang menghadapkan
Jenis data yang dikumpulkan berupa data siswa pada masalah-masalah praktis. LKS berba-
kualitatif dan kuantitatif, yang mencakup: proses sis masalah ini memiliki ciri-ciri:
pelaksanaan pembelajaran, data hasil obser- Belajar dimulai dari suatu permasalahan.
vasi guru dan siswa, motivasi belajar siswa, dan Permasalahan yang diberikan berhubun-
kemampuan berpikir kritis siswa. Data tentang gan dengan dunia nyata siswa dan ada di lokal
aktivitas siswa selama proses kegiatan belajar sekitar siswa.
mengajar diambil dengan menggunakan lembar Pelajaran diorganisasikan di seputar per-
observasi aktivitas siswa. Data kemampuan ber- masalahan.
pikir kritis siswa untuk mengukur pencapaian Memberikan tanggung jawab yang besar
siswa setelah mempelajari konsep dengan meng- kepada siswa untuk menjalankan secara lang-
gunakan lembar soal tes kemampuan berpikir kri- sung proses belajar mereka sendiri.
tis. Data tentang motivasi belajar siswa diambil Seting pembelajaran menggunakan kelom-
dengan pok-kelompok kecil.
Menuntut siswa untuk mendemonstrasi-
kan apa yang telah dipelajari dalam bentuk suatu
Hasil dan Pembahasan
produk atau kinerja.
Materi Ajar (Modul), materi ajar merupa-
Pengembangan Perangkat Pembelajaran,
kan buku pegangan siswa sebagai panduan bela-
pada tahap pengembangan ini menggunakan
jar baik dalam proses pembelajaran di kelas mau-
Four-D Models yang bertujuan untuk memperoleh
pun belajar mandiri. Modul yang dipersiapkan
perangkat pembelajaran yang berorientasi pada
disesuaikan dengan model pembelajaran berdas-
model pembelajaran IPA berbasis masalah untuk
ar masalah yang meliputi materi sifat fisika dan
meningkatkan motivasi belajar dan kemampuan
kimia, pemisahan campuran serta perubahan fi-
berpikir kritis siswa yang berupa silabus, RPP,
sika dan kimia.
LKS, serta modul (materi ajar). Perangkat pem-
Media Pembelajaran, media pembelajaran
belajaran yang dihasilkan merupakan perangkat
ini bertujuan untuk memotivasi siwa dalam setiap
pembelajaran yang valid dan reliabel. Di samping
submateri pokok yang dipelajari. Dengan media
itu dikembangkan instrumen-instrumen yang di-
pembelajaran tersebut siswa dapat memusatkan
gunakan dalam penelitian ini yaitu instrumen
perhatian, termotivasi, dan dapat mengaitkan
lembar observasi dan angket motivasi belajar sis-
permasalahan dan pengalaman yang diketahui
wa.
siswa sehari-hari.
Silabus dan Sistem Penilaian, pada pen-
Hasil penelitian menunjukkan adanya pe-
gembangan silabus dilakukan dengan menam-
ningkatan hasil tes kemampuan berpikir kritis sis-
bahkan indikator pencapaian hasil belajar.
wa antara pre-test dan post-test, yaitu perbedaan
Evaluasi proses dan hasil belajar juga telah di-
hasil belajar siswa sebelum dan sesudah diterap-
kembangkan yang meliputi evaluasi kognitif dan
kannya model pembelajaran berbasis masalah.
60
A. B. Susilo / Journal of Elementary Education 1 (1) (2012)

Hasil pre-test siswa pada materi berbagai sifat yang dikemukakan Sudjana (2004:93) bahwa ke-
dalam perubahan fisika dan perubahan kimia berhasilan model pembelajaran berdasarkan masa-
mendapatkan nilai rata-rata 61,53 dengan per- lah tergantung adanya sumber belajar bagi siswa,
sentase 12 % siswa tuntas belajar. Nilai post-test alat-alat untuk menguji jawaban atau dugaan. Me-
memperoleh nilai rata-rata 80,24 dengan persen- nuntut adanya perlengkapan kurikulum, menye-
tase ketuntasan belajar klasikal adalah 85 %. Ber- diakan waktu yang cukup, apa lagi data yang dipe-
dasarkan analisis uji-t didapat harga thitung = 11,76 roleh dari lapangan, serta kemampuan guru dalam
dan ttabel = 1.69. Karena thitung > ttabel maka dapat mengangkat dan merumuskan masalah.
diketahui bahwa hasil tes kemampuan berpikir Kegiatan pembelajaran yang dilatih den-
kritis siswa mengalami peningkatan yang signifi- gan menggunakan pembelajaran berdasar ma-
kan dari pre-test ke post-test. salah untuk meningkatkan kemampuan berpikir
Analisis peningkatan skor rata-rata pre-test kritis siswa meliputi: mengamati, mengasumsi
dan post-test setelah diterapkan pembelajaran atau memprediksi, menghipotesis, mengukur,
menggunakan model pembelajaran berbasis ma- mengklasifikasi, mengurangi kemungkinan ke-
salah dihitung dengan menggunakan rumus gain salahan, menarik kesimpulan, menginterpreta-
rata-rata ternormalisasi didapatkan hasil: si data, menganalisis dan mengevaluasi. Pada
S post − S pre tahap mengamati, siswa dengan menggunakan
g = keseluruhan inderanya diajak secara langsung
100% − S pre mengamati objek yang berkaitan dengan mate-
ri yang akan dipelajari yaitu: percobaaan untuk
= 0,49 mengamati perubahan pada lilin yang sedang
Nilai (g) = 0,49 yang berarti peningkatan dibakar, dan mengamati pemisahan campuran.
skor rata-rata pre-test dan post-test berada pada Dari kegiatan ini, diharapkan siswa memperoleh
kategori sedang, dimana nilai untuk kategori pengetahuan yang nyata mengenai perbedaan an-
sedang yaitu 0,3 < g < 0,7. Peningkatan pema- tara sifat fisika dan sifat kimia dari suatu zat. Un-
haman siswa tersebut dikarenakan dalam model tuk dapat mengetahui sesuatu, siswa harus aktif
Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL) pada das- sendiri mengkonstruksi melalui pengalamannya
arnya menyuguhkan kepada peserta didik situasi (Sobry 2007:51). Pada aspek mengasumsi atau
masalah yang otentik dan bermakna yang dapat memprediksi siswa dilatih untuk mengemuka-
memberikan kemudahan kepada siswa untuk me- kan pendapat secara logis tentang suatu hal yang
lakukan penyelidikan dan inkuiri. Peranan guru diajukan dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan
dalam model ini adalah mengajukan masalah, ataupun gambar. Misalnya, siswa mengungkap-
memfasilitasi penyelidikan dan dialog peserta di- kan pendapat mengenai bagaimana membuat air
dik serta mendukung belajarnya. Model ini dior- jernih dari air yang keruh dengan memanfaatkan
ganisasikan di sekitar situasi kehidupan nyata alat dan bahan yang sederhana.
yang menghindari jawaban sederhana dan men- Untuk tingkat yang lebih tinggi, siswa di-
gundang berbagai pemecahan yang bersaing. Ci- minta untuk melakukan suatu pembuktian nyata
ri-ciri utama model ini meliputi suatu pengajuan atas asumsi-asumsi yang mereka ajukan (meng-
pertanyaan atau masalah, suatu pemusatan antar hipotesis) sesuai dengan prosedur di dalam LKS.
disiplin, penyelidikan otentik, kerjasama serta Sebelumnya, siswa terlebih dahulu diajak untuk
menghasilkan karya dan peragaan. PBL erat se- berpikir tentang alat dan bahan yang diperlukan
kali hubungannya dengan kemampuan berpikir utnuk mendukung kegiatan pembuktian tersebut.
kritis (Wang 2008). Walaupun hanya sebatas berpikir tentang alat
Model pembelajaran ini sangat efektif un- dan bahan, kegiatan tersebut juga bagian dari
tuk mengajarkan proses-proses berpikir tingkat aspek berpikir kritis yang ingin dilatih, yaitu me-
tinggi, membantu siswa memproses informasi rancang suatu penyelidikan untuk meningkatkan
yang telah dimilikinya dan membantu peserta di- kemampuan berpikir kritisnya. Pada tahap peny-
dik membangun sendiri pengetahuannya tentang elidikan, siswa mengukur, mengklasifikasi, men-
dunia sosial dan fisik di sekelilingnya. Pembela- gurangi kemungkinan kesalahan, menarik kesim-
jaran berdasarkan permasalahan bertumpu pada pulan, menginterpretasi data, menganalisis, dan
psikologi kognitif dan para konstruktivis men- terakhir melakukan evaluasi. Pada tahap pengu-
genai belajar. Model pembelajaran ini sesuai juga kuran dan mengurangi kemungkinan kesalahan,
dengan yang dikehendaki oleh prinsip-prinsip siswa dilatih untuk mengukur suhu akibat reak-
CTL (Contextual Teaching Learning), yaitu inkuiri, si kimia beserta satuannya dengan benar. Dari
konstruktivisme dan menekankan pada berpikir kegiatan pengukuran tersebut, maka diperoleh
tingkat yang lebih tinggi. Hal ini sesuai dengan suatu informasi atau data. Kegiatan selanjutnya,
61
A. B. Susilo / Journal of Elementary Education 1 (1) (2012)

siswa mengelompokkan atau mengklasifikasikan pada orang lain dan menunjukkan minat terha-
data ke dalam suatu tabel yang telah disediakan. dap bermacam-macam masalah IPA. Secara
Kemudian dari tabel tersebut peserta didik mela- umum motivasi belajar siswa dalam pembelaja-
kukan interpretasi data dan analisis data dalam ran PBL mengalami peningkatan. Setelah pem-
bentuk pernyataan maupun perhitungan. Hal belajaran dengan PBL, motivasi belajar siswa
tersebut sesuai dengan pendapat Johnson dalam yang tergolong rendah sebesar 3 siswa (8,83%)
Ibrahim berpikir kritis merupakan proses mental dan sesudah pembelajaran dengan PBL menja-
yang terorganisasi dengan baik dan berperan da- di tidak ada (0,0%). Motivasi belajar siswa yang
lam proses mengambil keputusan untuk meme- tergolong sedang sebelum pembelajaran dengan
cahkan masalah dengan menganalisis dan men- PBL sebesar 29 siswa (85,29%) dan sesudah pem-
ginterpretasi data dalam kegiatan inkuiri ilmiah. belajaran dengan PBL menjadi 9 siswa (26,47%).
Walaupun guru telah memberitahukan dan men- Motivasi belajar siswa yang tergolong tinggi se-
jelaskan tujuan atau sasaran pembelajaran yang belum pembelajaran dengan PBL sebesar 2 sis-
harus dicapai oleh siswa, ternyata pada awal per- wa (5,88%) dan sesudah pembelajaran dengan
temuan sebagian besar siswa masih mengalami PBL meningkat menjadi 25 siswa (73,53%). Hal
kebingungan dan belum mengerti tentang kegia- ini berarti bahwa motivasi belajar siswa setelah
tan yang mereka kerjakan karena merupakan hal pembelajaran dengan menggunakan model pem-
yang baru dan belum pernah dilakukan. Tetapi belajaran berdasar masalah untuk meningkatkan
pada pertemuan selanjutnya, dengan mengarah- kemampuan berpikir kritis mengalami peningka-
kan siswa untuk lebih banyak bertanya dapat tan (MacKinnon, 1999).
membantu siswa menjadi lebih mengerti dan pa-
ham tentang kegiatan yang dilakukan walaupun Simpulan
dengan materi yang berbeda. Kegiatan yang di-
lakukan sesuai dengan pembelajaran sains yang Telah berhasil dikembangkanperangkat
memfokuskan kegiatan dalam bentuk penemuan pembelajaran dengan Four-D Models yang bero-
dan pengolahan informasi antara lain: mengama- rientasi pada model pembelajaran IPA berbasis
ti, mengukur, mengajukan pertanyaan, mengkla- masalah. Terjadi peningkatan kemampuan ber-
sifikasi, memecahkan masalah dan sebagainya pikir kritis siswa yang ditunjukkan dengan hasil
(Depdiknas 2006: 4). pre-test dan post-test, yaitu perbedaan hasil be-
Aktivitas siswa terhadap kegiatan peme- lajar siswa sebelum dan sesudah diterapkannya
cahan masalah terlihat bahwa pada pelaksanaan model pembelajaran berbasis masalah. Motivasi
pembelajaran berdasarkan masalah, untuk instru- belajar siswa setelah pembelajaran dengan meng-
men aktivitas pemecahan masalah diperoleh bah- gunakan model pembelajaran berdasar masalah
wa dari 14 aspek yang diamati semuanya telah di- untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis
laksanakan dengan tingkat ketercapaian 81,97% mengalami peningkatan baik siswa yang berke-
yang berarti dalam kategori baik. Hal ini berarti mampuan rendah, sedang maupun tinggi.
kegiatan pembelajaran dengan model pembe-
lajaran berdasar masalah dapat membuat siswa Daftar Pustaka
menjadi lebih aktif. Hal ini disebabkan karena
LKS yang sudah dibuat mempunyai karakteris- Carind & Sund. 1989. Teaching Science Trough Discovery.
tik belajar yang dimulai dari suatu permasalahan Toronto: Merril Publishing Company.
Depdiknas. 2002. Kurikulum Berbasis Kompetensi SLTP
yang berhubungan dengan dunia nyata siswa dan
Pedoman Umum. Jakarta: Direktorat Jenderal
menuntut siswa untuk mendemonstrasikan apa Pendidikan Dasar dan Menengah.
yang telah dipelajari dalam bentuk suatu produk Depdiknas. 2004. Kurikulum Berbasis Kompetensi SLTP
atau kinerja. Pedoman Khusus. Jakarta: Direktorat Jenderal
Motivasi belajar siswa dalam pembelaja- Pendidikan Dasar dan Menengah.
ran IPA pada materi berbagai sifat dalam mate- Jonasen, D.H. and Woei Hung. 2008. All Problems
ri perubahan fisika dan kimia dengan menggu- are not Equal: Implications for Problem-Based
nakan perangkat pembelajaran berdasar masalah Learning. The Interdisciplinary Journal of Prob-
dapat dilihat dari enam aspek yaitu menunjukkan lem-based Learning, 2 (2) : 6 – 28.
Liliasari. 2000. Model Pembelajaran untuk Menin-
minat terhadap pelajaran IPA, senang mencari
gkatkan Keterampilan Berpikir Konseptual
dan memecahkan masalah IPA, ulet menghadapi Tingkat Tinggi Calon Guru IPA. Proceeding
kesulitan atau tidak mudah putus asa dan tidak National Science Education Seminar on The Prob-
mudah puas terhadap prestasi yang dicapai da- lems of Mathematics and Science Education and
lam pelajaran IPA, tekun menghadapi tugas, le- Alternatives to Solve The Problems. FMIPA Uni-
bih senang bekerja sendiri atau tidak tergantung versitas Malang.
62
A. B. Susilo / Journal of Elementary Education 1 (1) (2012)

MacKinnon, M. M. 1999. “CORE elements of student Sanjaya, W. 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi
motivation in problem-based learning” In M. Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Prenada me-
Theall (Ed.), Motivation from within: Approaches dia grup.
for encouraging faculty and students to excel, 49-58. Sobry S,M. 2007. Menggagas Pembelajaran Efektif dan
San Francisco: Jossey-Bass. Bermakna. Mataram: NTP Press.
Mergendoller, J.R., Nan L. Maxwell and Yolanda Bel- Sudjana. 2006. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung:
lisimo. 2006. The Effectiveness of Problemn Tarsito.
Based Instruction: A Comparative Study of Wang, Shin Yun. 2008. Problem Based Learning and
Instructional Methods and Student Character- Critical Thinking, a philosophic Point of view.
istics. The Interdisciplinary Journal of Problem- Medical Science 24 : 6–13.
based Learning, 1 (2) : 49–69.
Weizman, A. snd Beth A. Covitt. 2008. Measuring
Morgan. 1999. Learning to think things through: A guide to
Teachers’ Learning from a Problem-Based
critical thinking in the curriculum. Upper Saddle
Learning Approach to Professional Develop-
River, NJ: Prentice-Hall.
ment in Science Education. The Interdisciplinary
Muslich. 2007. KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi
Journal of Problem-based Learning. 2 (2) : 29-60.
dan Kontekstual. Jakarta: Bumi Aksara.

63

Вам также может понравиться