Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
A.B. Susilo
Abstract
Approach to learning science process skills of inquiry can enhance critical thinking skills and
student motivation. Problem Based Learning Model with proceedings expected to enhance
critical thinking skills and students’ motivation for this model emphasizes on problem solving.
Development of problem-based learning model IPA with Four-D models, which include phase
definition (definition), design (design), development (development) and disseminate (spread)
to increase the motivation to learn and think critically. The collection of data with the test of
critical thinking skills, observation and questionnaires motivation. Learning outcomes of cri-
tical thinking skills test class has increased from 61.53 to 80.24. Significance test of cognitive
learning outcomes trial class values obtained
tcount = 11.76 and the price TTable = 1.69; can be
said to learn the results of tests of critical thinking skills has increased significantly. Students’
motivation in learning has increased from pre-test to post-test. The results of data analysis
showed that the IPA-based learning problem that has been developed to increase motivation
and critical thinking skills of students.
Alamat korespondensi: ISSN 2252 - 6404
Kampus Unnes Bendan Ngisor, Semarang 50233
E-mail: pps@unnes.ac.id
A. B. Susilo / Journal of Elementary Education 1 (1) (2012)
59
A. B. Susilo / Journal of Elementary Education 1 (1) (2012)
Hasil pre-test siswa pada materi berbagai sifat yang dikemukakan Sudjana (2004:93) bahwa ke-
dalam perubahan fisika dan perubahan kimia berhasilan model pembelajaran berdasarkan masa-
mendapatkan nilai rata-rata 61,53 dengan per- lah tergantung adanya sumber belajar bagi siswa,
sentase 12 % siswa tuntas belajar. Nilai post-test alat-alat untuk menguji jawaban atau dugaan. Me-
memperoleh nilai rata-rata 80,24 dengan persen- nuntut adanya perlengkapan kurikulum, menye-
tase ketuntasan belajar klasikal adalah 85 %. Ber- diakan waktu yang cukup, apa lagi data yang dipe-
dasarkan analisis uji-t didapat harga thitung = 11,76 roleh dari lapangan, serta kemampuan guru dalam
dan ttabel = 1.69. Karena thitung > ttabel maka dapat mengangkat dan merumuskan masalah.
diketahui bahwa hasil tes kemampuan berpikir Kegiatan pembelajaran yang dilatih den-
kritis siswa mengalami peningkatan yang signifi- gan menggunakan pembelajaran berdasar ma-
kan dari pre-test ke post-test. salah untuk meningkatkan kemampuan berpikir
Analisis peningkatan skor rata-rata pre-test kritis siswa meliputi: mengamati, mengasumsi
dan post-test setelah diterapkan pembelajaran atau memprediksi, menghipotesis, mengukur,
menggunakan model pembelajaran berbasis ma- mengklasifikasi, mengurangi kemungkinan ke-
salah dihitung dengan menggunakan rumus gain salahan, menarik kesimpulan, menginterpreta-
rata-rata ternormalisasi didapatkan hasil: si data, menganalisis dan mengevaluasi. Pada
S post − S pre tahap mengamati, siswa dengan menggunakan
g = keseluruhan inderanya diajak secara langsung
100% − S pre mengamati objek yang berkaitan dengan mate-
ri yang akan dipelajari yaitu: percobaaan untuk
= 0,49 mengamati perubahan pada lilin yang sedang
Nilai (g) = 0,49 yang berarti peningkatan dibakar, dan mengamati pemisahan campuran.
skor rata-rata pre-test dan post-test berada pada Dari kegiatan ini, diharapkan siswa memperoleh
kategori sedang, dimana nilai untuk kategori pengetahuan yang nyata mengenai perbedaan an-
sedang yaitu 0,3 < g < 0,7. Peningkatan pema- tara sifat fisika dan sifat kimia dari suatu zat. Un-
haman siswa tersebut dikarenakan dalam model tuk dapat mengetahui sesuatu, siswa harus aktif
Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL) pada das- sendiri mengkonstruksi melalui pengalamannya
arnya menyuguhkan kepada peserta didik situasi (Sobry 2007:51). Pada aspek mengasumsi atau
masalah yang otentik dan bermakna yang dapat memprediksi siswa dilatih untuk mengemuka-
memberikan kemudahan kepada siswa untuk me- kan pendapat secara logis tentang suatu hal yang
lakukan penyelidikan dan inkuiri. Peranan guru diajukan dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan
dalam model ini adalah mengajukan masalah, ataupun gambar. Misalnya, siswa mengungkap-
memfasilitasi penyelidikan dan dialog peserta di- kan pendapat mengenai bagaimana membuat air
dik serta mendukung belajarnya. Model ini dior- jernih dari air yang keruh dengan memanfaatkan
ganisasikan di sekitar situasi kehidupan nyata alat dan bahan yang sederhana.
yang menghindari jawaban sederhana dan men- Untuk tingkat yang lebih tinggi, siswa di-
gundang berbagai pemecahan yang bersaing. Ci- minta untuk melakukan suatu pembuktian nyata
ri-ciri utama model ini meliputi suatu pengajuan atas asumsi-asumsi yang mereka ajukan (meng-
pertanyaan atau masalah, suatu pemusatan antar hipotesis) sesuai dengan prosedur di dalam LKS.
disiplin, penyelidikan otentik, kerjasama serta Sebelumnya, siswa terlebih dahulu diajak untuk
menghasilkan karya dan peragaan. PBL erat se- berpikir tentang alat dan bahan yang diperlukan
kali hubungannya dengan kemampuan berpikir utnuk mendukung kegiatan pembuktian tersebut.
kritis (Wang 2008). Walaupun hanya sebatas berpikir tentang alat
Model pembelajaran ini sangat efektif un- dan bahan, kegiatan tersebut juga bagian dari
tuk mengajarkan proses-proses berpikir tingkat aspek berpikir kritis yang ingin dilatih, yaitu me-
tinggi, membantu siswa memproses informasi rancang suatu penyelidikan untuk meningkatkan
yang telah dimilikinya dan membantu peserta di- kemampuan berpikir kritisnya. Pada tahap peny-
dik membangun sendiri pengetahuannya tentang elidikan, siswa mengukur, mengklasifikasi, men-
dunia sosial dan fisik di sekelilingnya. Pembela- gurangi kemungkinan kesalahan, menarik kesim-
jaran berdasarkan permasalahan bertumpu pada pulan, menginterpretasi data, menganalisis, dan
psikologi kognitif dan para konstruktivis men- terakhir melakukan evaluasi. Pada tahap pengu-
genai belajar. Model pembelajaran ini sesuai juga kuran dan mengurangi kemungkinan kesalahan,
dengan yang dikehendaki oleh prinsip-prinsip siswa dilatih untuk mengukur suhu akibat reak-
CTL (Contextual Teaching Learning), yaitu inkuiri, si kimia beserta satuannya dengan benar. Dari
konstruktivisme dan menekankan pada berpikir kegiatan pengukuran tersebut, maka diperoleh
tingkat yang lebih tinggi. Hal ini sesuai dengan suatu informasi atau data. Kegiatan selanjutnya,
61
A. B. Susilo / Journal of Elementary Education 1 (1) (2012)
siswa mengelompokkan atau mengklasifikasikan pada orang lain dan menunjukkan minat terha-
data ke dalam suatu tabel yang telah disediakan. dap bermacam-macam masalah IPA. Secara
Kemudian dari tabel tersebut peserta didik mela- umum motivasi belajar siswa dalam pembelaja-
kukan interpretasi data dan analisis data dalam ran PBL mengalami peningkatan. Setelah pem-
bentuk pernyataan maupun perhitungan. Hal belajaran dengan PBL, motivasi belajar siswa
tersebut sesuai dengan pendapat Johnson dalam yang tergolong rendah sebesar 3 siswa (8,83%)
Ibrahim berpikir kritis merupakan proses mental dan sesudah pembelajaran dengan PBL menja-
yang terorganisasi dengan baik dan berperan da- di tidak ada (0,0%). Motivasi belajar siswa yang
lam proses mengambil keputusan untuk meme- tergolong sedang sebelum pembelajaran dengan
cahkan masalah dengan menganalisis dan men- PBL sebesar 29 siswa (85,29%) dan sesudah pem-
ginterpretasi data dalam kegiatan inkuiri ilmiah. belajaran dengan PBL menjadi 9 siswa (26,47%).
Walaupun guru telah memberitahukan dan men- Motivasi belajar siswa yang tergolong tinggi se-
jelaskan tujuan atau sasaran pembelajaran yang belum pembelajaran dengan PBL sebesar 2 sis-
harus dicapai oleh siswa, ternyata pada awal per- wa (5,88%) dan sesudah pembelajaran dengan
temuan sebagian besar siswa masih mengalami PBL meningkat menjadi 25 siswa (73,53%). Hal
kebingungan dan belum mengerti tentang kegia- ini berarti bahwa motivasi belajar siswa setelah
tan yang mereka kerjakan karena merupakan hal pembelajaran dengan menggunakan model pem-
yang baru dan belum pernah dilakukan. Tetapi belajaran berdasar masalah untuk meningkatkan
pada pertemuan selanjutnya, dengan mengarah- kemampuan berpikir kritis mengalami peningka-
kan siswa untuk lebih banyak bertanya dapat tan (MacKinnon, 1999).
membantu siswa menjadi lebih mengerti dan pa-
ham tentang kegiatan yang dilakukan walaupun Simpulan
dengan materi yang berbeda. Kegiatan yang di-
lakukan sesuai dengan pembelajaran sains yang Telah berhasil dikembangkanperangkat
memfokuskan kegiatan dalam bentuk penemuan pembelajaran dengan Four-D Models yang bero-
dan pengolahan informasi antara lain: mengama- rientasi pada model pembelajaran IPA berbasis
ti, mengukur, mengajukan pertanyaan, mengkla- masalah. Terjadi peningkatan kemampuan ber-
sifikasi, memecahkan masalah dan sebagainya pikir kritis siswa yang ditunjukkan dengan hasil
(Depdiknas 2006: 4). pre-test dan post-test, yaitu perbedaan hasil be-
Aktivitas siswa terhadap kegiatan peme- lajar siswa sebelum dan sesudah diterapkannya
cahan masalah terlihat bahwa pada pelaksanaan model pembelajaran berbasis masalah. Motivasi
pembelajaran berdasarkan masalah, untuk instru- belajar siswa setelah pembelajaran dengan meng-
men aktivitas pemecahan masalah diperoleh bah- gunakan model pembelajaran berdasar masalah
wa dari 14 aspek yang diamati semuanya telah di- untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis
laksanakan dengan tingkat ketercapaian 81,97% mengalami peningkatan baik siswa yang berke-
yang berarti dalam kategori baik. Hal ini berarti mampuan rendah, sedang maupun tinggi.
kegiatan pembelajaran dengan model pembe-
lajaran berdasar masalah dapat membuat siswa Daftar Pustaka
menjadi lebih aktif. Hal ini disebabkan karena
LKS yang sudah dibuat mempunyai karakteris- Carind & Sund. 1989. Teaching Science Trough Discovery.
tik belajar yang dimulai dari suatu permasalahan Toronto: Merril Publishing Company.
Depdiknas. 2002. Kurikulum Berbasis Kompetensi SLTP
yang berhubungan dengan dunia nyata siswa dan
Pedoman Umum. Jakarta: Direktorat Jenderal
menuntut siswa untuk mendemonstrasikan apa Pendidikan Dasar dan Menengah.
yang telah dipelajari dalam bentuk suatu produk Depdiknas. 2004. Kurikulum Berbasis Kompetensi SLTP
atau kinerja. Pedoman Khusus. Jakarta: Direktorat Jenderal
Motivasi belajar siswa dalam pembelaja- Pendidikan Dasar dan Menengah.
ran IPA pada materi berbagai sifat dalam mate- Jonasen, D.H. and Woei Hung. 2008. All Problems
ri perubahan fisika dan kimia dengan menggu- are not Equal: Implications for Problem-Based
nakan perangkat pembelajaran berdasar masalah Learning. The Interdisciplinary Journal of Prob-
dapat dilihat dari enam aspek yaitu menunjukkan lem-based Learning, 2 (2) : 6 – 28.
Liliasari. 2000. Model Pembelajaran untuk Menin-
minat terhadap pelajaran IPA, senang mencari
gkatkan Keterampilan Berpikir Konseptual
dan memecahkan masalah IPA, ulet menghadapi Tingkat Tinggi Calon Guru IPA. Proceeding
kesulitan atau tidak mudah putus asa dan tidak National Science Education Seminar on The Prob-
mudah puas terhadap prestasi yang dicapai da- lems of Mathematics and Science Education and
lam pelajaran IPA, tekun menghadapi tugas, le- Alternatives to Solve The Problems. FMIPA Uni-
bih senang bekerja sendiri atau tidak tergantung versitas Malang.
62
A. B. Susilo / Journal of Elementary Education 1 (1) (2012)
MacKinnon, M. M. 1999. “CORE elements of student Sanjaya, W. 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi
motivation in problem-based learning” In M. Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Prenada me-
Theall (Ed.), Motivation from within: Approaches dia grup.
for encouraging faculty and students to excel, 49-58. Sobry S,M. 2007. Menggagas Pembelajaran Efektif dan
San Francisco: Jossey-Bass. Bermakna. Mataram: NTP Press.
Mergendoller, J.R., Nan L. Maxwell and Yolanda Bel- Sudjana. 2006. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung:
lisimo. 2006. The Effectiveness of Problemn Tarsito.
Based Instruction: A Comparative Study of Wang, Shin Yun. 2008. Problem Based Learning and
Instructional Methods and Student Character- Critical Thinking, a philosophic Point of view.
istics. The Interdisciplinary Journal of Problem- Medical Science 24 : 6–13.
based Learning, 1 (2) : 49–69.
Weizman, A. snd Beth A. Covitt. 2008. Measuring
Morgan. 1999. Learning to think things through: A guide to
Teachers’ Learning from a Problem-Based
critical thinking in the curriculum. Upper Saddle
Learning Approach to Professional Develop-
River, NJ: Prentice-Hall.
ment in Science Education. The Interdisciplinary
Muslich. 2007. KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi
Journal of Problem-based Learning. 2 (2) : 29-60.
dan Kontekstual. Jakarta: Bumi Aksara.
63