Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PENDAHULUAN
1
8. Apa penatalaksanaan medis dari stroke?
9. Apa komplikasi dari stroke?
10. Apa prognosis dari stroke?
11. Apa upaya pencegahan dari stroke?
12. Bagaimana asuhan keperawatan dari stroke?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui dan memahami anatomi dan fisiologi sistem
persyarafan.
2. Untuk mengetahui dan memahami biokimia yang berkaitan dengan sistem
saraf.
3. Untuk mengetahui dan memahami pengertian dari stroke.
4. Untuk mengetahui dan memahami etiologi dari stroke.
5. Untuk mengetahui dan memahami patofisiologi dari stroke.
6. Untuk mengetahui dan memahami manifestasi klinik dari stroke.
7. Untuk mengetahui dan memahami pemeriksaan diagnostik dari stroke.
8. Untuk mengetahui dan memahami penatalaksanaan medis dari stroke.
9. Untuk mengetahui dan memahami komplikasi dari stroke.
10. Untuk mengetahui dan memahami prognosis dari stroke.
11. Untuk mengetahui dan memahami upaya pencegahan dari stroke.
12. Untuk mengetahui dan memahami asuhan keperawatan dari stroke.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi dan Fisiologi Sistem Persyarafan
a. Pengertian Sistem Saraf
Sistem saraf adalah suatu jaringan saraf yang kompleks, sangat khusus dan
saling berhubungan satu dengan yang lain. Sistem saraf mengkoordinasi,
menafsirkan dan mengontrol interaksi antara individu dengan lingkungan lainnya.
Sistem tubuh yang penting ini juga mengatur kebanyakan aktivitas system-system
tubuh lainnya, karena pengaturan saraf tersebut maka terjalin komunikasi antara
berbagai system tubuh hingga menyebabkan tubuh berfungsi sebagai unit yang
harmonis. Dalam system inilah berasal segala fenomena kesadaran, pikiran,
ingatan, bahasa, sensasi dan gerakan. Jadi kemampuan untuk dapat memahami,
belajar dan memberi respon terhadap suatu rangsangan merupakan hasil kerja
integrasi dari system saraf yang puncaknya dalam bentuk kepribadian dan tingkah
laku individu. Jaringan saraf terdiri Neuroglia dan Sel schwan (sel-sel penyokong)
serta Neuron (sel-sel saraf). Kedua jenis sel tersebut demikian erat berkaitan dan
terintegrasi satu sama lainnya sehingga bersama-sama berfungsi sebagai satu unit.
b. Fungsi Sistem Saraf
Sebagai alat pengatur dan pengendali alat-alat tubuh, maka sistem saraf
mempunyai 3 fungsi utama yaitu :
1. Sebagai Alat Komunikasi
Sebagai alat komunikasi antara tubuh dengan dunia luar, hal ini dilakukan
oleh alat indera, yang meliputi : mata, hidung, telinga, kulit dan lidah.
Dengan adanya alat-alat ini, maka kita akan dengan mudah mengetahui
adanya perubahan yang terjadi disekitar tubuh kita.
2. Sebagai Alat Pengendali
Sebagai pengendali atau pengatur kerja alat-alat tubuh, sehingga dapat
bekerja serasi sesuai dengan fungsinya. Dengan pengaturan oleh saraf, semua
organ tubuh akan bekerja dengan kecepatan dan ritme kerja yang akurat
3. Sebagai Pusat Pengendali Tanggapan
Saraf merupakan pusat pengendali atau reaksi tubuh terhadap perubahan atau
reaksi tubuh terhadap perubahan keadaan sekitar. Karena saraf sebagai
3
pengendali atau pengatur kerja seluruh alat tubuh, maka jaringan saraf
terdapat pada seluruh pada seluruh alat-alat tubuh kita.
c. Struktur Sel Saraf (Neuron)
Setiap neuron terdiri dari satu badan sel yang di dalamnya terdapat
sitoplasma dan inti sel. Dari badan sel keluar dua macam serabut saraf, yaitu
dendrit dan akson (neurit). Dendrit berfungsi menangkap dan mengirimkan impuls
ke badan sel saraf, sedangkan akson berfungsi mengirimkan impuls dari badan
sel ke jaringan lain. Akson biasanya sangat panjang. Sebaliknya, dendrit pendek.
d. Jenis Sel Saraf
Terdapat 5 (lima) jenis sel saraf berdasarkan bentuk, yaitu:
Unipolar neuron
Bipolar neuron
Interneuron
Pyramidal cell
Motor neuron
4
Terdapat 3 (tiga) jenis sel saraf berdasarkan fungsi, yaitu:
Sel Saraf Sensorik (saraf Aferen), berfungsi menghantarkan rangsangan
dari reseptor (penerima rangsangan) ke sumsum tulang belakang.
Sel Saraf Motorik (saraf Eferen), berfungsi menghantarkan impuls motorik
dari susunan saraf pusat ke efektor.
Sel Saraf Penghubung/ intermediet/ asosiasi, merupakan penghubung sel
saraf yang satu dengan sel saraf yang lain.
e. Pembagian Sistem Saraf
Berdasarkan letak kerjanya Sistem Saraf terdiri atas 3 bagian yaitu :
1. Sistem Saraf Pusat
A. Otak
5
terdapat jembatan jaringan saraf penghubung yang disebut dengan corpus
callosum.
Talamus
Mengandung badan sel neuron yang melanjutkan informasi menuju
otak besar. Talamus memilih data menjadi beberapa kategori, misalnya
semua sinyal sentuhan dari tangan. Talamus juga dapat menekan suatu
sinyal dan memperbesar sinyal lainnya. Setelah itu talamus menghantarkan
informasi menuju bagian otak yang sesuai untuk diterjemahkan dan
ditanggapi.
Hipotalamus
Mengontrol kelenjar hipofisis dan mengekspresikan berbagai
macam hormon. Hipotalamus juga dapat mengontrol suhu tubuh, tekanan
darah, rasa lapar, rasa haus, dan hasrat seksual. Hipotalamus juga dapat
disebut sebagai pusat kecanduan karena dapat dipengaruhi oleh obat-
obatan yang menimbulkan kecanduan, seperti amphetamin dan kokain.
Di bagian permukaan otak besar terdapat bagian yang disebut
telensefalon serta diensefalon. Pada bagian diensefalon, terdapat banyak
sumber kelenjar yang menyekresikan hormon, seperti hipotalamus dan
kelenjar pituitari (hipofisis). Bagian telensefalon merupakan bagian luar
yang mudah kita amati dari model torso.
Beberapa bagian dari hemisfer mempunyai tugas yang berbeda terhadap
informasi yang masuk. Bagian-bagian tersebut adalah sebagai berikut.
a. Temporal, berperan dalam mengolah informasi suara.
b. Oksipital, berhubungan dengan pengolahan impuls cahaya dari
penglihatan.
6
c. Parietal, merupakan pusat pengaturan impuls dari kulit serta
berhubungan dengan pengenalan posisi tubuh.
d. Frontal, merupakan bagian yang penting dalam proses ingatan dan
perencanaan kegiatan manusia.
b) Otak tengah
Otak tengah merupakan bagian terkecil otak yang berfungsi dalam
sinkronisasi pergerakan kecil, pusat relaksasi dan motorik, serta pusat
pengaturan refleks pupil pada mata. Otak tengah terletak di permukaan
bawah otak besar (cerebrum). Pada otak tengah terdapat lobus opticus
yang berfungsi sebagai pengatur gerak bola mata. Pada bagian otak
tengah, banyak diproduksi neurotransmitter yang mengontrol pergerakan
lembut. Jika terjadi kerusakan pada bagian ini, orang akan mengalami
penyakit parkinson. Sebagai pusat relaksasi, bagian otak tengah banyak
menghasilkan neurotransmitter dopamin.
c) Otak belakang
Otak belakang tersusun atas otak kecil (cerebellum), medula oblongata,
dan pons varoli. Otak kecil berperan dalam keseimbangan tubuh dan
koordinasi gerakan otot. Medula oblongata berperan pula dalam mengatur
pernapasan, denyut jantung, pelebaran dan penyempitan pembuluh darah,
gerak menelan, dan batuk. Batas antara medula oblongata dan sumsum
tulang belakang tidak jelas. Oleh karena itu, medula oblongata sering
disebut sebagai sumsum lanjutan. Pons varoli dan medula oblongata,
selain berperan sebagai pengatur sistem sirkulasi, kecepatan detak jantung,
dan pencernaan, juga berperan dalam pengaturan pernapasan. Bersama
otak tengah, pons varoli dan medula oblongata membentuk unit fungsional
yang disebut batang otak (brainstem).
7
Di bagian dalam ada (1) akardorsal yang mengandung neuron
sensorik. (2) akar ventral yang mengandung neuron motorik.
Pada bagian putih terdapat serabut saraf asosiasi.
8
(11) Nervus accecorius, mensarafi gerakan kepala dan bahu
(12) Nervus hipoglosus, mensarafi gerakan lidah
31 pasang saraf sumsum tulang belakang (saraf spinal).
8 pasang → saraf leher (servikal).
12 pasang → saraf punggung (Torakal).
5 pasang → saraf pinggang (Lumbal).
5 pasang → saraf pinggul (Sakral).
1 pasang → saraf ekor (Koksigial).
3. Saraf Otonom
9
b) Sistem saraf Parasimpatis, mempersarafi :
Jantung : memperlambat kecepatan denyut
Sal cerna : meningkatkan motilitas
Sal nafas : konstriksi jalan nafas
Urat praganglionnya panjang karena menempel pada organ yang dibantu.
Berpangkal pada medulla oblongata. Kerjanya berlawanan dengan kerja
saraf simpatis. Terbagi menjadi dua bagian : saraf otonom kranial ( saraf
kranial III, VII, IX, X) dan saraf otonom sakral.
10
Depolarisasi yang dapat disebarkan sendiri ini disebut potensial aksi, yang
merupakan esensi impuls saraf. Potensial aksi adalah suatu kejadian
sementara yang mempunyai ciri tensendiri karena pompa natrium tidak
teraktivasi hanya sementara. Manakala pompa kembali bekerja, listrik
kembali terbentuk dan potensial istirahat kembali pulih.
Aktivasi listrik yang ditambahkan dalam potensial aksi dapat dipantau dalam
situasi klinik tertentu. Sebagai contoh, elektroensefalogram menggambarkan
potensial aksi yang kompleks dari permukaan neuron otak.
Transmisi Sinaptik
Satu sinapsis dibentuk dari elemen presinaps, postinaps, dan ruang kecil
antara elemen (150-1000Ă) yang disebut celah sinaptik. Elemen presinaps
adalah setiap bagian ujung dari neuron; elemen presinaps adalah setiap bagian
neuron lain yang berdekatan dengan elemen presinaps. Satu neuron
menstimulasi atau menghambat yang lain dengan transmisi kimia yang
melintasi sinaps. Kejadian ini melibatkan sintesis transmiter oleh neuron
pertama. Paket transmiter ini kemudian disimpan dalam bagian presinaps.
Sejalan impuls saraf menjalar terus ke akson, impuls ini memicu pelepasan
sejumlah tertentu paket transmiter. Bahan kimia ini dapat berdifusi melintasi
celah sinaptik, tempatnya melekat sementara ke letak ikatan reseptor pada
permukaan dendrite elemen presinaps.
Selama transmiter menuju ke tempat reseptor, daerah dendrite mengalami
baik terstimulasi (terdepolarisasi atau terhipopolarisasi) atau dihambat
(terhipopolarisasi). Kebanyakan transmiter kimia adalah stimulator. Hanya
satu, γ-asam aminobiturat (GABA), diketahui mengakibatkan neuron
terhipopolarisasi.
Dalam interval yang sangat singkat (seperjuta detik), transmiter terlepas
dari tempat reseptor. Kemudian mungkin berikatan kembali atau menjadi
tidak teraktivasi. Inaktivasi terjadi melalui dua cara dasar, tergantung pada zat
kimianya. Transmiter norepineprine berdifusi kembali ke dalam akson untuk
digunakan kembali. Transmiter asetilkolin dihancurkan oleh enzim yang
terdapat pada celah sinaptik. Pada kedua kasus, ketersediaan transmiter yang
dapat melekat pada sisi reseptor sementara dibatasi. Hal ini memungkinkan
11
stimulasi (atau penghambat) neuron yang cepat, berulang, dan diskrit, suatu
faktor penting dalam berfungsinya sistem persyarafan. Berdasarkan gambaran
ini dapat ini dapat dilihat bahwa transmisi sinaps adalah jalur satu arah-dari
akson melintas celah sinaptik ke dendrit neuron berikutnya. Peristiwa ini
tidak dapat dilakukan dengan arah yang berlawanan. Selain itu, juga dapat
dilihat bahwa berkurangnya penghancuran transmiter dapat meningkatkan
efek transmiter ini pada membran postsinaps. Sama halnya, meningkatnya
penghancuran transmiter akan menurunkan efek postsinapsnya.
Transmiter sinaptik yang sangat dikenal adalah asetikolin dan
norepinefrin. Transmiter lain meliputi dopamin, histamin, opiat endogen, dan
GABA. Sebagian besar dari transmiter ini bekerja untuk merangsang atau
menghipopolarisasi membran neural postsinaptik.
Baru pada tahun 1970-an para ahli mengetahui bahwa peptida dapat
bekerja sebagai neurotransmiter. Contoh dari neuropeptida ini adalah
endorfin, enkefalin, dan subtan P, yang tampaknya terlibat dalam sensari
nyeri. Endorfin dan enkefalin sering digambarkan sebagai morfin tubuh
sendiri, berperan dalam penurunan sensasi nyeri. Substansi P merangsang
neuron-neuron spinal yang berespon terhadap rangsangan nyeri sehingga
substansi ini diduga terlibat dalam transmisi informasi nyeri dari perifer ke
SSP.
Ambang Rangsang Neural
Dalam SSP (dan ganglion simpatis), akson dari beberapa neuron mungkin
bersinaps dengan dendrit atau badan sel dari suatu neuron. Sebagian mungkin
melepaskan transmiter sinaps penghambat, sementara yang lain melepaskan
suatu transmiter penghambat. Transmiter perangsang yang dikeluarkan dari
satu akson sering tidak cukup memicu potensial aksi pada neuron postsinaptik
(seperti : untuk merangsang sel postsinaps dengan sempurna). Agaknya hal
ini cukup untuk menimbulkan depolarisasi atau hanya merangsang sebagian
membran postsinaps. Kejadian disebut stimulus ambang rangsang sebagian.
Depolarisasi parsial atau terhipopolarisasi, hasilnya membuat neuron
postsinaptik lebih mudah untuk dirangsang oleh stimulasi transmiter
perangsang berikutnya dari akson yang lain, memungkinkan transmiter
12
mencapai neuron, sementara membran postsinaptik sedang hipopolarisasi.
Jadi, dengan melakukan rangsangan ambang sebagian ini disebut “untuk
merendahkan ambang” dari neuron postsinaptik karena stimulasi oleh neuron
presinaptik lainnya. Perangsangan penuh membran postsinaptik adalah
prasyarat untuk pembentukan potensial aksi dan akibatnya menyulut impuls
saraf sepanjang neuron postsinaptik. Hal ini dapat membutuhkan depolarisasi
yag dihasilkan oleh transmiter perangsang dari dua neuron presinaptik atau
lebih.
Jika transmiter sinaptik adalah suatu penghambatan (seperti :GAMA),
maka akan menimbulkan hiperpolarisasi atau “meningkatkan ambang”
neuron postsinaptik. Keadaan ini membuatnya lebih sulit untuk menimbulkan
rangsangan penuh oleh transmiter perangsang.
Ambang rangsang neuron dapat juga dipengaruhi oleh hormon. Tiroksin
merendahkan ambang rangsang dari neuron-neuron tertentu, salah satu tanda
hipertiroidisme adalah adanya refleks medula spinalis yang berlebihan,
seperti kedutan lutut dan pergelangan kaki.
13
didalam pembuluh darah sehingga dapat menyumbat pembuluh darah kedalam
otak) ke bagian otak. Perdarahan kedalam jaringan otak atau ruang subaraknoid
adalah penyebab dari stroke hemoragik. Jumlah stroke iskemik sekitar 83% dari
seluruh kasus stroke. Sisanya sebesar 17% adalah stroke hemoragik (Joyce and
Jane 2014).
14
7. Kontrasepsi oral (khususnya dengan hipertensi,merokok,dan kadar estrogen
tinggi)
8. Merokok
9. Penyalahgunaan obat (khususnya kokain)
10. Konsumsi alkohol
15
muda dan paling umum embolus berasal dari trombus jantung. Miokardial
trombus paling umum disebabkan oleh penyakit jantung rhematik dengan mitral
stenosi atau atrial fibrilasi. Penyebab yang lain stroke embolik adalah lemak,
tumor sek embolik, septik embolik, eksudat dari subakut bakterial endokarditis,
emboli akibat pembedahan jantung atau vaskuler.
Transient ischemic attack (TIA) berkaitan dengan iskemik serebral dengan
disfungsi neurologi sementara. Disfungsi neurologi dapat berupa hilang kesadaran
dan hilangnya seluruh fungsi sensorik dan motorik, atau hanya ada defisit fokal.
Defisit paling umum adalah kelemahan kontralateral wajah, tangan, lengan,
tungkai, disfasia sementara dan beberapa gangguan sensorik. Serangan iskemik
berlangsung beberapa menit sampai beberapa jam.
16
Kesulitan dalam membentuk kata.
d. Disfagia
Kesulitan dalam menelan.
3. Defisit verbal
a. Afasia ekspresif
Tidak mampu membentuk kata yang dapat dipahami, mungkin
mampu bicara dalam respon kata tunggal.
b. Afasia reseptif
Tidak mampu memahami kata yang dibicarakan, mampu bicara
tetapi tidak masuk akal.
c. Afasia global
Kombinasi baik afasia ekspresif dan reseptif.
4. Defisit kognitif
Penderita stroke akan kehilangan memori jangka pendek dan panjang,
penurunan lapang perhatian, kerusakan kemampuan untuk
berkonsetrasi, alasan abstrak buruk, dan perubahan penilaian.
5. Defisit emosional
Penderita akan mengalami kehilangan kontrol diri, labilitas
emosional, penurunan toleransi pada situasi yang menimbulkan stres,
depresi, menarik diri, rasa takut, bermusuhan dan marah, serta
perasaan isolasi.
17
3. Magnetic Resonance Imaging (MRI)
Menunjukan daerah infark, perdarahan, malformasi arteriovena (MAV).
4. Ultrasonografi doppler (USG doppler)
Mengidentifikasi penyakit arteriovena (masalah sistem arteri karotis [aliran
darah atau timbulnya plak]) dan arteriosklerosis.
5. Elektroensefalogram (Electroencephalogram-EEG)
Mengidentifikasi masalah pada otak dan memperlihatkan daerah lesi yang
spesifik.
6. Sinar X tengkorak
Menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pienal daerah yang
berlawanan dari massa yang meluas, klasifikasi karotis interna terdapat pada
trombosis serebral; klasifikasi parsial dinding aneurisma ada perdarahan
subarakhnoid.
7. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium dilakukan dengan cara memeriksakan darah
rutin, gula darah, urine rutin, cairan serebrospinal, analisa gas darah
(AGD), biokimia darah, dan elektrolit. (Batticaca, 2008)
18
b. Superior temporal arteri – middle serebral arteri anastomisi dengan
melalui daerah yang tersumbat dan menetapkan kembali aliran darah
pada daerah yang dipengaruhi.
2.9 Komplikasi
Komplikasi stroke meliputi:
1. Hipoksia serebral
2. Penurunan aliran darah serebral
3. Luasnya area cidera.
(smeltzer C.Suzzane, 2002)
2.10 Prognosis
Prognosis orang terkena stroke tergantung pada umur, penyakit lain, dan luas
lesi pada otak.Prognosis buruk dengan mortalitas yang tinggi untuk stroke
perdarahan.Namun, dengan diagnosis dini dan tatalaksana yang benar
prognosisnya dubia. Penanganan yang lambat berakibat angka kecacatan dan
kematian tinggi.Secara umum 80% pasien dengan stroke hidup dengan 10-year-
survival rate sekitar 35%. Sepertiga pasien stroke mampu melewati fase akut
tanpa kecacatan berat.
2.11 Upaya Pencegahan Stroke
Langkah utama untuk mencegah stroke adalah menerapkan gaya hidup
sehat. Selain itu, kenali dan hindari faktor risiko yang ada, serta ikuti anjuran
dokter. Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mencegah stroke, antara lain:
19
menurunkan kadar kolesterol dan menjaga berat badan serta tekanan darah
pada tingkat yang sehat. Bagi orang yang berusia 19-64 tahun, pastikan
melakukan aktivitas aerobik setidaknya 150 menit seminggu yang dibagi
dalam beberapa hari, ditambah dengan latihan kekuatan otot setidaknya dua
kali seminggu. Yang termasuk aktivitas aerobik antara lain jalan cepat atau
bersepeda. Sementara yang termasuk latihan kekuatan, antara lain angkat
beban, yoga, ataupun push-up dan sit-uNamun bagi mereka yang baru
sembuh dari stroke, sebaiknya berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter
sebelum memulai kegiatan olahraga. Olahraga teratur biasanya mustahil
dilakukan di beberapa minggu atau beberapa bulan pertama setelah stroke.
Pasien bisa mulai berolahraga setelah rehabilitasi mengalami kemajuan.
3. Berhenti merokok. Risiko stroke meningkat dua kali lipat jika seseorang
merokok, karena rokok dapat mempersempit pembuluh darah dan membuat
darah mudah menggumpal. Tidak merokok berarti juga mengurangi risiko
berbagai masalah kesehatan lainnya, seperti penyakit paru-paru dan jantung.
4. Hindari konsumsi minuman beralkohol. Minuman keras mengandung kalori
tinggi. Jika minuman beralkohol dikonsumsi secara berlebihan, maka
seseorang rentan terhadap berbagai penyakit pemicu stroke, seperti diabetes
dan hipertensi. Konsumsi minuman beralkohol berlebihan juga dapat
membuat detak jantung menjadi tidak teratur.
5. Hindari penggunaan NAPZA. Beberapa jenis NAPZA, seperti kokain dan
methamphetamine, dapat menyebabkan penyempitan arteri dan mengurangi
aliran darah.
6. Periksa tensi darah secara rutin. Tekanan darah tinggi bisa membuat
pembuluh darah Anda mengalami tekanan ekstra. Walaupun tidak
menunjukkan gejala, selalu cek tensi darah secara teratur. Hal tersebut untuk
mengetahui seberapa tekanan darah anda, jika mengalami tekanan darah yang
tidak normal, akan ada pencegahan dini untuk tidak menjurus ke ancaman
penyakit stroke.
20
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1) Identitas klien
seperti nama , umur , jenis kelamin , pendidikan, alamat, pekerjaan,
tanggal , nomor register dan diagnosis medis
2) Keluhan utama
Yang sering menjadi alasan klien adalah kelemahan anggota gerak sebelah
badan, bicara pelo, tidak dapat berkomunikasi dan penurunan tingkat
kesadaran.
3) Data riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Keluhan yang dirasakan oleh pasien sekarang
b. Riwayat penyakit terdahulu
Adanya keluhan atau penyakit yang terjadi sebelum stroke
c. Riwayat penyakit keluarga
Adanya keluarga yang mengidap atau pernah terkena penyakit stroke
4) Aktivitas sehari hari
a. Nutrisi
Klien makan sehari hari apakah sering makan makanan yang
mengandung lemak, makanan apa yang sering dikonsumsi oleh pasien.
b. Minum
Apakah ada ketergantungan mengkonsumsi obat , narkoba , minum
yang berakhohol.
c. Eliminasi
Pada pasien stroke hemoragik biasanya didapatkan pola eliminasi BAB
yaitu konstipasi karena adanya gangguan dalam mobilisasi , ,
bagaimana eliminasi BAK apakah ada kesulitan , warna, bau , berapa
jumlahnya karena pada klien stroke mungkin mengalami inkotinensia
urine sementara karena konfusi.
21
5) Pemeriksaan fisik
a. Kepala
Pasien pernah mengalami trauma kepala , adanya hemato
b. Mata
Penglihatan adanya kekaburan, akibat adanya gangguan nervus optikus
(nervus II). gangguan dalam mengangkat bola mata (nervus III),
gangguan dalam memutar bola mata (nervus IV)
c. Hidung
Adanya gangguan pada penciuman karena terganggu pada nervus
olfaktorius (nervus I)
d. Mulut
Adanya gangguan pengecapan lidah akibat kerusakan nervus vagus,
sulitnya menelan.
e. Dada
Inspeksi : bentuk simetris
Palpasi : tidak adanya massa dan benjolan
Perkusi : nyeri tidak ada bunyi jantung lup-dup
Auskultasi : nafas cepat dan dalam, adanya rongki, suara
jantung I dan II murmur atau gallop
f. Abdomen
Inspeksi : bentuk simetris, pembesaran tidak ada
Auskultasi : bising usus agak lemah
Perkusi : nyeri tekan tidak ada, nyeri perut tidak ada
g. Ekstremitas
Pada pasien dengan stroke hemoragik biasanya ditemukan hemiplegi
paralisa atau hemiparase , mengalami kelemahan.
22
B. Diagnosa keperawatan
4. Libatkan keluarga
dalam memobilisasi
klien
2. Evaluasi
kemampuan
membedakan panas
dingin dan posisi
3. Bicara dengan
tenang dan perlahan
4. Lakukan validasi
terhadap persepsi
klien dan lakukan
23
orientasi kembali.
24
Setelah dilakukan penyuluhan, klien mampu mengetahui monilisasi dan
pencegahan Stroke.
B. Tujuan Instruksional Khusus/TIK
a. Menjelaskan pengertian stroke
b. Penyebab stroke
c. Pencegahan stroke dan,
d. Mobilisasi pada penyakit stroke.
8. Kegiatan
25
mempraktekkan
mobilisasi
stroke.
26
10. Media : Proyektor(LCD) dan Kursi
12. Evaluasi :
C. Potter, Patricia A dan Anne Griffin Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental
Keperawatan: Konsep, Proses Dan Praktek. Jakarta: EGC
Materi Terlampir
1. Pengertian Stroke
27
2. Faktor Penyebab Stroke
1. Usia
2. Jenis kelamin
3. Ras/suku bangsa
4. Genetik/keturunan
1. Hipertensi
2. Diabetes mellitus
3. Penyakit jantung
5. Merokok
6. Kolesterol tinggi
7. Obesitas
8. Minuman Alkohol
28
Mobilisasi adalah jalan untuk melatih hampir semua otot tubuh untuk
meningkatkan fleksibilitas sendi atau mencegah terjadinya kekakuan pada sendi.
Berbaring telentang
- Letakkan pula bantal di bawah paha yang lemah/lumpuh, dengan posisi agak
memutar ke arah dalam, dan lutut agak ditekuk.
- Lutut ditekuk
- Lengan yang lumpuh menghadap kedepan, pastikan bahu pasien tidak memutar
secara berlebihan
- Tungkai agak ditekuk, tungkai yang sehat menyilang di atas tungkai yang
lumpuh/lemah dengan diganjal bantal.
Latihan gerak sendi ini bertujuan untuk mengurangi kekakuan pada sendi dan
kelemahan pada otot yang dapat dilakukan aktif maupun pasif tergantung dengan
keadaan pasien.
29
Gerakan-Gerakan dalam latihan gerak sendi ini adalah sebagai berikut:
Cara :
- Atur posisi lengan pasien dengan menjauhi sisi tubuh dan siku menekuk dengan
lengan.
- Pegang tangan pasien dengan satu tangan dan tangan yang lain memegang
pergelangan tangan pasien.
Cara :
- Atur posisi lengan pasien dengan menjauhi sisi tubuh dengan telapak mengarah
ke tubuhnya.
- Letakkan tangan di atas siku pasien dan pegang tangannya mendekat bahu.
Cara :
- Atur posisi lengan bawah menjauhi tubuh pasien dengan siku menekuk.
- Letakkan satu tangan perawat pada pergelangan pasien dan pegang tangan
pasien dengan tangan lainnya.
30
- Kembalikan ke posisi semula.
Cara :
- Letakkan satu tangan perawat di atas siku pasien dan pegang tangan pasien
dengan tangan lainnya.
Cara :
- Letakkan satu tangan perawat di atas siku pasien dan pegang tangan pasien
dengan tangan lainnya.
f. Rotasi Bahu
Cara :
- Letakkan satu tangan perawat di lengan atas pasien dekat siku dan pegang
tangan pasien dengan tangan yang lain.
31
- Gerakkan lengan bawah ke bawah sampai menyentuh tempat tidur, telapak
tangan menghadap ke bawah.
Cara :
- Pegang jari-jari kaki pasien dengan satu tangan, sementara tang lain memegang
kaki.
Cara :
- Pegang separuh bagian atas kaki pasien dengan satu jari dan pegang pergelangan
kaki dengan tangan satunya.
- Putar kaki keluar sehingga bagian telapak kaki menjauhi kaki yang lain.
32
i. Fleksi dan ekstensi pergelangan Kaki
Cara :
- Letakkan satu tangan perawat pada telapak kaki pasien dan satu tangan yang lain
di atas pergelangan kaki. Jaga kaki lurus dan rilek.
Cara :
- Letakkan satu tangan di bawah lutut pasien dan pegang tumit pasien dengan
tangan yang lain.
Cara :
- Letakkan satu tangan perawat pada pergelangan kaki dan satu tangan yang lain
di atas lutut.
33
- Kembalikan ke posisi semula.
Cara :
- Letakkan satu tangan perawat di bawah lutut pasien dan satu tangan pada tumit.
- Jaga posisi kaki pasien lurus, angkat kaki kurang lebih 8 cm dari tempat tidur,
gerakkan kaki menjauhi badan pasien.
Konsumsi makanan dengan tinggi serat. Makanan tinggi serat akan membantu
dalam pencegahan penyakit stroke ini dan juga turut andil mengendalikan lemak
dalam darah. Kurangi kolesterol "jahat" sehingga dapat meningkatkan kesehatan
jantung dan mengurangi risiko stroke.
34
b. Kurangi konsumsi garam
Perokok memiliki risiko stroke dua kali lipat. Merokok dapat merusak pembuluh
darah dan meningkatkan tekanan darah, serta mempercepat penyumbatan di
pembuluh darah. Kebiasaan merokok dapat menyebabkan atherosclerosis
(pengerasan dinding pembuluh darah) dan membuat darah menjadi mudah untuk
menggumpal dan darah menggumpal akan meningkatkan resiko penyakit stroke
ini.
Orang yang kelebihan berat badan atau obesitas memiliki risiko yang lebih besar
memiliki kadar kolesterol tinggi, hipertensi, diabetes, dan stroke. Olahraga dapat
mengurangi berat badan sehingga mengurangi risiko penyakit-penyakit tersebut.
Melakukan aktivitas fisik secara teratur dengan berolahraga termasuk dalam
salahsatu tips dan cara dalam membantu menurunkan tensi darah dan menciptakan
keseimbangan lemak yang sehat dalam darah.
Para peneliti menemukan risiko stroke bisa berkurang sampai 7 persen untuk
setiap 7 gram penambahan serat yang dikonsumsi setiap hari. Dengan kata lain
mereka yang paling rajin mengonsumsi serat risikonya paling rendah terkena
stroke.
35
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Stroke merupakan salah satu penyebab kematian dan kecacatan neurologis
yang utama. Menurut Batticaca (2008), stroke adalah suatu keadaan yang timbul
karena terjadi gangguan peredaran darah di otak yang menyebabkan terjadinya
kematian jaringan otak sehingga mengakibatkan seseorang menderita kelumpuhan
atau kematian. Stroke adalah kehilangan fungsi otak yang diakibatkan terhentinya
suplai darah kebagian otak (Smeltzer & Bare, 2002).
Penyebab utama dari stroke adalah aterosklerosis (trombosis), embolisme,
hipertensi yang menimbulkan perdarahan intraserebral dan ruptur aneurisme sakular.
36
3.2 Saran
Untuk para mahasiswa keperawatan seharusnya lebih aktif dalam berbagai diskusi
waktu penyajian makalah sehingga pengatahuan dan wawasannya dapat
berkembang terutama tentang asuhan keperawatan pada klien dengan riwayat
strok. Bagi para dosen, kami mengharapkan agar dapat memberikan arahan dan
pengetahuan baru yang mungkin belum dibahas oleh mahasiswa dalam forum
diskusinya sehingga ada suatukesinambungan dan kontribusi antara mahasiswa
dengan dosen.
37
DAFTAR PUSTAKA
38