Вы находитесь на странице: 1из 38

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Stroke merupakan salah satu penyebab kematian dan kecacatan neurologis
yang utama. Menurut Batticaca (2008), stroke adalah suatu keadaan yang timbul
karena terjadi gangguan peredaran darah di otak yang menyebabkan terjadinya
kematian jaringan otak sehingga mengakibatkan seseorang menderita kelumpuhan
atau kematian. Stroke adalah kehilangan fungsi otak yang diakibatkan terhentinya
suplai darah kebagian otak (Smeltzer & Bare, 2002).
Menurut Batticaca (2008) stroke masih merupakan masalah medis yang
menjadi penyebab kesakitan dan kematian nomor 2 di Eropa serta nomor 3 di
Amerika Serikat. Sebanyak 10% penderita stroke mengalami kelemahan yang
memerlukan perawatan. Penyakit ini juga menimbulkan kecacatan terbanyak pada
kelompok usia dewasa yang masih produktif. Tingginya kasus stroke ini salah
satunya dipicu oleh rendahnya kepedulian masyarakat dalam mengatasi berbagai
faktor resiko yang dapat menimbulakan stroke. Penyebab stroke adalah pecahnya
(ruptur) pembuluh darah di otak dan atau terjadinya trombosis dan emboli.
Menurut Depkes (2011), stroke merupakan penyebab kematian tertinggi dari
seluruh penyebab kematian. Dengan proporsi angka kejadian yaitu 15,4%, disusul
hipertensi, diabetes, kanker, dan penyakit paru obstruksi kronis. Penyakit stroke
merupakan penyebab kematian ketiga tersering di negara maju setelah penyakit
jantung dan kanker.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana anatomi dan fisiologi sistem persyarafan?
2. Apa biokimia yang berkaitan dengan sistem saraf?
3. Apa pengertian dari stroke?
4. Apa etiologi dari stroke?
5. Bagaimana patofisiologi dari stroke?
6. Apa manifestasi klinik dari stroke?
7. Apa pemeriksaan diagnostik dari stroke?

1
8. Apa penatalaksanaan medis dari stroke?
9. Apa komplikasi dari stroke?
10. Apa prognosis dari stroke?
11. Apa upaya pencegahan dari stroke?
12. Bagaimana asuhan keperawatan dari stroke?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui dan memahami anatomi dan fisiologi sistem
persyarafan.
2. Untuk mengetahui dan memahami biokimia yang berkaitan dengan sistem
saraf.
3. Untuk mengetahui dan memahami pengertian dari stroke.
4. Untuk mengetahui dan memahami etiologi dari stroke.
5. Untuk mengetahui dan memahami patofisiologi dari stroke.
6. Untuk mengetahui dan memahami manifestasi klinik dari stroke.
7. Untuk mengetahui dan memahami pemeriksaan diagnostik dari stroke.
8. Untuk mengetahui dan memahami penatalaksanaan medis dari stroke.
9. Untuk mengetahui dan memahami komplikasi dari stroke.
10. Untuk mengetahui dan memahami prognosis dari stroke.
11. Untuk mengetahui dan memahami upaya pencegahan dari stroke.
12. Untuk mengetahui dan memahami asuhan keperawatan dari stroke.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi dan Fisiologi Sistem Persyarafan
a. Pengertian Sistem Saraf
Sistem saraf adalah suatu jaringan saraf yang kompleks, sangat khusus dan
saling berhubungan satu dengan yang lain. Sistem saraf mengkoordinasi,
menafsirkan dan mengontrol interaksi antara individu dengan lingkungan lainnya.
Sistem tubuh yang penting ini juga mengatur kebanyakan aktivitas system-system
tubuh lainnya, karena pengaturan saraf tersebut maka terjalin komunikasi antara
berbagai system tubuh hingga menyebabkan tubuh berfungsi sebagai unit yang
harmonis. Dalam system inilah berasal segala fenomena kesadaran, pikiran,
ingatan, bahasa, sensasi dan gerakan. Jadi kemampuan untuk dapat memahami,
belajar dan memberi respon terhadap suatu rangsangan merupakan hasil kerja
integrasi dari system saraf yang puncaknya dalam bentuk kepribadian dan tingkah
laku individu. Jaringan saraf terdiri Neuroglia dan Sel schwan (sel-sel penyokong)
serta Neuron (sel-sel saraf). Kedua jenis sel tersebut demikian erat berkaitan dan
terintegrasi satu sama lainnya sehingga bersama-sama berfungsi sebagai satu unit.
b. Fungsi Sistem Saraf
Sebagai alat pengatur dan pengendali alat-alat tubuh, maka sistem saraf
mempunyai 3 fungsi utama yaitu :
1. Sebagai Alat Komunikasi
Sebagai alat komunikasi antara tubuh dengan dunia luar, hal ini dilakukan
oleh alat indera, yang meliputi : mata, hidung, telinga, kulit dan lidah.
Dengan adanya alat-alat ini, maka kita akan dengan mudah mengetahui
adanya perubahan yang terjadi disekitar tubuh kita.
2. Sebagai Alat Pengendali
Sebagai pengendali atau pengatur kerja alat-alat tubuh, sehingga dapat
bekerja serasi sesuai dengan fungsinya. Dengan pengaturan oleh saraf, semua
organ tubuh akan bekerja dengan kecepatan dan ritme kerja yang akurat
3. Sebagai Pusat Pengendali Tanggapan
Saraf merupakan pusat pengendali atau reaksi tubuh terhadap perubahan atau
reaksi tubuh terhadap perubahan keadaan sekitar. Karena saraf sebagai

3
pengendali atau pengatur kerja seluruh alat tubuh, maka jaringan saraf
terdapat pada seluruh pada seluruh alat-alat tubuh kita.
c. Struktur Sel Saraf (Neuron)

Setiap neuron terdiri dari satu badan sel yang di dalamnya terdapat
sitoplasma dan inti sel. Dari badan sel keluar dua macam serabut saraf, yaitu
dendrit dan akson (neurit). Dendrit berfungsi menangkap dan mengirimkan impuls
ke badan sel saraf, sedangkan akson berfungsi mengirimkan impuls dari badan
sel ke jaringan lain. Akson biasanya sangat panjang. Sebaliknya, dendrit pendek.
d. Jenis Sel Saraf
Terdapat 5 (lima) jenis sel saraf berdasarkan bentuk, yaitu:
 Unipolar neuron
 Bipolar neuron
 Interneuron
 Pyramidal cell
 Motor neuron

4
Terdapat 3 (tiga) jenis sel saraf berdasarkan fungsi, yaitu:
 Sel Saraf Sensorik (saraf Aferen), berfungsi menghantarkan rangsangan
dari reseptor (penerima rangsangan) ke sumsum tulang belakang.
 Sel Saraf Motorik (saraf Eferen), berfungsi menghantarkan impuls motorik
dari susunan saraf pusat ke efektor.
 Sel Saraf Penghubung/ intermediet/ asosiasi, merupakan penghubung sel
saraf yang satu dengan sel saraf yang lain.
e. Pembagian Sistem Saraf
Berdasarkan letak kerjanya Sistem Saraf terdiri atas 3 bagian yaitu :
1. Sistem Saraf Pusat
A. Otak

Otak terbagi menjadi 3 bagian yaitu :


a) Otak depan
Otak depan terdiri atas otak besar (cerebrum), talamus, dan hipotalamus.
 Otak besar
Merupakan bagian terbesar dari otak, yaitu mencakup 85% dari volume
seluruh bagian otak. Bagian otak besar terdiri atas dua belahan
(hemisfer), yaitu belahan otak kiri dan otak kanan. Otak kanan sangat
berpengaruh terhadap kerja organ tubuh bagian kiri, serta bekerja lebih
aktif untuk pengerjaan masalah yang berkaitan dengan seni atau
kreativitas. Bagian otak kiri mempengaruhi kerja organ tubuh bagian
kanan serta bekerja aktif pada saat Anda berpikir logika dan penguasaan
bahasa atau komunikasi. Di antara bagian kiri dan kanan hemisfer otak,

5
terdapat jembatan jaringan saraf penghubung yang disebut dengan corpus
callosum.

 Talamus
Mengandung badan sel neuron yang melanjutkan informasi menuju
otak besar. Talamus memilih data menjadi beberapa kategori, misalnya
semua sinyal sentuhan dari tangan. Talamus juga dapat menekan suatu
sinyal dan memperbesar sinyal lainnya. Setelah itu talamus menghantarkan
informasi menuju bagian otak yang sesuai untuk diterjemahkan dan
ditanggapi.
 Hipotalamus
Mengontrol kelenjar hipofisis dan mengekspresikan berbagai
macam hormon. Hipotalamus juga dapat mengontrol suhu tubuh, tekanan
darah, rasa lapar, rasa haus, dan hasrat seksual. Hipotalamus juga dapat
disebut sebagai pusat kecanduan karena dapat dipengaruhi oleh obat-
obatan yang menimbulkan kecanduan, seperti amphetamin dan kokain.
Di bagian permukaan otak besar terdapat bagian yang disebut
telensefalon serta diensefalon. Pada bagian diensefalon, terdapat banyak
sumber kelenjar yang menyekresikan hormon, seperti hipotalamus dan
kelenjar pituitari (hipofisis). Bagian telensefalon merupakan bagian luar
yang mudah kita amati dari model torso.
Beberapa bagian dari hemisfer mempunyai tugas yang berbeda terhadap
informasi yang masuk. Bagian-bagian tersebut adalah sebagai berikut.
a. Temporal, berperan dalam mengolah informasi suara.
b. Oksipital, berhubungan dengan pengolahan impuls cahaya dari
penglihatan.

6
c. Parietal, merupakan pusat pengaturan impuls dari kulit serta
berhubungan dengan pengenalan posisi tubuh.
d. Frontal, merupakan bagian yang penting dalam proses ingatan dan
perencanaan kegiatan manusia.
b) Otak tengah
Otak tengah merupakan bagian terkecil otak yang berfungsi dalam
sinkronisasi pergerakan kecil, pusat relaksasi dan motorik, serta pusat
pengaturan refleks pupil pada mata. Otak tengah terletak di permukaan
bawah otak besar (cerebrum). Pada otak tengah terdapat lobus opticus
yang berfungsi sebagai pengatur gerak bola mata. Pada bagian otak
tengah, banyak diproduksi neurotransmitter yang mengontrol pergerakan
lembut. Jika terjadi kerusakan pada bagian ini, orang akan mengalami
penyakit parkinson. Sebagai pusat relaksasi, bagian otak tengah banyak
menghasilkan neurotransmitter dopamin.
c) Otak belakang
Otak belakang tersusun atas otak kecil (cerebellum), medula oblongata,
dan pons varoli. Otak kecil berperan dalam keseimbangan tubuh dan
koordinasi gerakan otot. Medula oblongata berperan pula dalam mengatur
pernapasan, denyut jantung, pelebaran dan penyempitan pembuluh darah,
gerak menelan, dan batuk. Batas antara medula oblongata dan sumsum
tulang belakang tidak jelas. Oleh karena itu, medula oblongata sering
disebut sebagai sumsum lanjutan. Pons varoli dan medula oblongata,
selain berperan sebagai pengatur sistem sirkulasi, kecepatan detak jantung,
dan pencernaan, juga berperan dalam pengaturan pernapasan. Bersama
otak tengah, pons varoli dan medula oblongata membentuk unit fungsional
yang disebut batang otak (brainstem).

B. Sumsum Tulang Belakang (Medulla Spinalis)


Fungsi :
a. Penghubung impuls dari dan ke otak.
b. Memungkinkan jalan terpendek pada gerak refleks.

7
 Di bagian dalam ada (1) akardorsal yang mengandung neuron
sensorik. (2) akar ventral yang mengandung neuron motorik.
 Pada bagian putih terdapat serabut saraf asosiasi.

2. Saraf Tepi (Saraf Perifer)

 12 pasang saraf serabut otak (saraf cranial)


 3 pasang saraf sensori.
 5 pasang saraf motori.
 4 pasang saraf gabungan.
Nervus cranialis
(1) Nervus olfaktorius, mensarafi indera penciuman
(2) Nervus optikus, mensarafi indera penglihatan, tajam penglihatan
(3) Nervus okulomotorius, mensarafi gerakan bola mata dari dalam keluar
(4) Nervus trochlearis, mensarafi gerakan bola mata ke bawah dan
samping kanan kiri
(5) Nervus trigeminus, mensarafi kulit wajah, reflek kornea, kepekaan
lidah dan gigi
(6) Nervus abdusen, mensarafi gerakan bola mata ke samping
(7) Nervus facialis, mensarafi otot wajah, lidah (pengecapan)
(8) Nervus auditorius, mensarafi indera pendengaran, menjaga
keseimbangan
(9) Nervus glosofaringeus, mensarafi gerakan lidah, menelan
(10) Nervus vagus, mensarafi faringe laring, gerakan pita suara, menelan

8
(11) Nervus accecorius, mensarafi gerakan kepala dan bahu
(12) Nervus hipoglosus, mensarafi gerakan lidah
 31 pasang saraf sumsum tulang belakang (saraf spinal).
 8 pasang → saraf leher (servikal).
 12 pasang → saraf punggung (Torakal).
 5 pasang → saraf pinggang (Lumbal).
 5 pasang → saraf pinggul (Sakral).
 1 pasang → saraf ekor (Koksigial).
3. Saraf Otonom

SSO meninggalkan korda spinalisdan mempersarafi otot jantung dan polos


serta kelenjar. SSO involunter (tidak disadari). System saraf autonom dibagi
menjadi 2 yaitu :
a) Sistem saraf Simpatis, mempersarafi :
 Jantung : kecepatan denyutdan kekuatan kontraksi jantung.
 Arteri dan vena besar dan kecil : konstriksi
 Otot polos saluran cerna : penurunan motilitas
 Otot polos sal nafas : relaksasi bronkus dan penurunan sekrei bronkus
 Merangsang kelenjar keringat
Terdiri dari 25 pasang simpul saraf. Terletak di sebelah kiri-kanan tulang
belakang. Berpangkal pada medulla spinalis di daerah leher dan di daerah
pinggang sehingga disebut juga saraf torakolumbar. Praganglion pendek.
Praganglion (urat saraf yang terdapat pada pangkal ganglio). Post ganglion
(urat saraf yang berada pada ujung ganglion)

9
b) Sistem saraf Parasimpatis, mempersarafi :
 Jantung : memperlambat kecepatan denyut
 Sal cerna : meningkatkan motilitas
 Sal nafas : konstriksi jalan nafas
Urat praganglionnya panjang karena menempel pada organ yang dibantu.
Berpangkal pada medulla oblongata. Kerjanya berlawanan dengan kerja
saraf simpatis. Terbagi menjadi dua bagian : saraf otonom kranial ( saraf
kranial III, VII, IX, X) dan saraf otonom sakral.

2.2 Biokimia Sistem Persyarafan


Impuls Saraf
Membran neuron berisi pompa natrium kalium yang menjaga cairan
interstisial di dalam neuron bermuatan lebih negatif daripada cairan
interstisial sebelah luarnya. Seperti jaringan jantung, sitoplasma dari neuron
mengandung anion (partikel bermuatan negatif), yang terlalu besar untuk
meninggalkan sel. Keadaan ini secara elektrokimia menarik sebagian ion-ion
kalium dan ion natrium positif. Jika ini semua terjadi demikian, masuknya ion
positif akan berimbang dengan ion negatif. Netralitas akan terbentuk di dalam
neuron dan selanjutnya tidak akan terjadi sesuatu. Sistem enzim transpor aktif
dalam membran neuron, bagaimanapun , memompa natrium keluar sel
hampir sama dengan kecepatan masuknya. Meskipun kalium di pompa ke
dalam sel, hal ini tidak cukup untuk mengimbang anion. Jadi bagian dalam
neuron tetap negatif berkenaan dengan bagian sebelah luar selama pompa
kalium-natrium bekerja. Negativitas internal relatif ini adalah polaritas
istirahat neuron dan besarnya adalah -85 mV.
Suatu stimulasi bekerja secara lokal untuk mematikan pompa natrium.
Keadaan ini menyebabkan influks lokal natrium dan berakibat depolarisasi
lokal. Jika pemompaan yang cukup tidak teraktivasi sementara, depolarisasi
yang diakibatkan cukup besar untuk tidak mengaktivasi pompa-pompa
natrium dalam sisi-sisi yang berdekatan. Depolarisasi dapat menyebar ke
seluruh neuron.

10
Depolarisasi yang dapat disebarkan sendiri ini disebut potensial aksi, yang
merupakan esensi impuls saraf. Potensial aksi adalah suatu kejadian
sementara yang mempunyai ciri tensendiri karena pompa natrium tidak
teraktivasi hanya sementara. Manakala pompa kembali bekerja, listrik
kembali terbentuk dan potensial istirahat kembali pulih.
Aktivasi listrik yang ditambahkan dalam potensial aksi dapat dipantau dalam
situasi klinik tertentu. Sebagai contoh, elektroensefalogram menggambarkan
potensial aksi yang kompleks dari permukaan neuron otak.
Transmisi Sinaptik
Satu sinapsis dibentuk dari elemen presinaps, postinaps, dan ruang kecil
antara elemen (150-1000Ă) yang disebut celah sinaptik. Elemen presinaps
adalah setiap bagian ujung dari neuron; elemen presinaps adalah setiap bagian
neuron lain yang berdekatan dengan elemen presinaps. Satu neuron
menstimulasi atau menghambat yang lain dengan transmisi kimia yang
melintasi sinaps. Kejadian ini melibatkan sintesis transmiter oleh neuron
pertama. Paket transmiter ini kemudian disimpan dalam bagian presinaps.
Sejalan impuls saraf menjalar terus ke akson, impuls ini memicu pelepasan
sejumlah tertentu paket transmiter. Bahan kimia ini dapat berdifusi melintasi
celah sinaptik, tempatnya melekat sementara ke letak ikatan reseptor pada
permukaan dendrite elemen presinaps.
Selama transmiter menuju ke tempat reseptor, daerah dendrite mengalami
baik terstimulasi (terdepolarisasi atau terhipopolarisasi) atau dihambat
(terhipopolarisasi). Kebanyakan transmiter kimia adalah stimulator. Hanya
satu, γ-asam aminobiturat (GABA), diketahui mengakibatkan neuron
terhipopolarisasi.
Dalam interval yang sangat singkat (seperjuta detik), transmiter terlepas
dari tempat reseptor. Kemudian mungkin berikatan kembali atau menjadi
tidak teraktivasi. Inaktivasi terjadi melalui dua cara dasar, tergantung pada zat
kimianya. Transmiter norepineprine berdifusi kembali ke dalam akson untuk
digunakan kembali. Transmiter asetilkolin dihancurkan oleh enzim yang
terdapat pada celah sinaptik. Pada kedua kasus, ketersediaan transmiter yang
dapat melekat pada sisi reseptor sementara dibatasi. Hal ini memungkinkan

11
stimulasi (atau penghambat) neuron yang cepat, berulang, dan diskrit, suatu
faktor penting dalam berfungsinya sistem persyarafan. Berdasarkan gambaran
ini dapat ini dapat dilihat bahwa transmisi sinaps adalah jalur satu arah-dari
akson melintas celah sinaptik ke dendrit neuron berikutnya. Peristiwa ini
tidak dapat dilakukan dengan arah yang berlawanan. Selain itu, juga dapat
dilihat bahwa berkurangnya penghancuran transmiter dapat meningkatkan
efek transmiter ini pada membran postsinaps. Sama halnya, meningkatnya
penghancuran transmiter akan menurunkan efek postsinapsnya.
Transmiter sinaptik yang sangat dikenal adalah asetikolin dan
norepinefrin. Transmiter lain meliputi dopamin, histamin, opiat endogen, dan
GABA. Sebagian besar dari transmiter ini bekerja untuk merangsang atau
menghipopolarisasi membran neural postsinaptik.
Baru pada tahun 1970-an para ahli mengetahui bahwa peptida dapat
bekerja sebagai neurotransmiter. Contoh dari neuropeptida ini adalah
endorfin, enkefalin, dan subtan P, yang tampaknya terlibat dalam sensari
nyeri. Endorfin dan enkefalin sering digambarkan sebagai morfin tubuh
sendiri, berperan dalam penurunan sensasi nyeri. Substansi P merangsang
neuron-neuron spinal yang berespon terhadap rangsangan nyeri sehingga
substansi ini diduga terlibat dalam transmisi informasi nyeri dari perifer ke
SSP.
Ambang Rangsang Neural
Dalam SSP (dan ganglion simpatis), akson dari beberapa neuron mungkin
bersinaps dengan dendrit atau badan sel dari suatu neuron. Sebagian mungkin
melepaskan transmiter sinaps penghambat, sementara yang lain melepaskan
suatu transmiter penghambat. Transmiter perangsang yang dikeluarkan dari
satu akson sering tidak cukup memicu potensial aksi pada neuron postsinaptik
(seperti : untuk merangsang sel postsinaps dengan sempurna). Agaknya hal
ini cukup untuk menimbulkan depolarisasi atau hanya merangsang sebagian
membran postsinaps. Kejadian disebut stimulus ambang rangsang sebagian.
Depolarisasi parsial atau terhipopolarisasi, hasilnya membuat neuron
postsinaptik lebih mudah untuk dirangsang oleh stimulasi transmiter
perangsang berikutnya dari akson yang lain, memungkinkan transmiter

12
mencapai neuron, sementara membran postsinaptik sedang hipopolarisasi.
Jadi, dengan melakukan rangsangan ambang sebagian ini disebut “untuk
merendahkan ambang” dari neuron postsinaptik karena stimulasi oleh neuron
presinaptik lainnya. Perangsangan penuh membran postsinaptik adalah
prasyarat untuk pembentukan potensial aksi dan akibatnya menyulut impuls
saraf sepanjang neuron postsinaptik. Hal ini dapat membutuhkan depolarisasi
yag dihasilkan oleh transmiter perangsang dari dua neuron presinaptik atau
lebih.
Jika transmiter sinaptik adalah suatu penghambatan (seperti :GAMA),
maka akan menimbulkan hiperpolarisasi atau “meningkatkan ambang”
neuron postsinaptik. Keadaan ini membuatnya lebih sulit untuk menimbulkan
rangsangan penuh oleh transmiter perangsang.
Ambang rangsang neuron dapat juga dipengaruhi oleh hormon. Tiroksin
merendahkan ambang rangsang dari neuron-neuron tertentu, salah satu tanda
hipertiroidisme adalah adanya refleks medula spinalis yang berlebihan,
seperti kedutan lutut dan pergelangan kaki.

2.3 Definisi Stroke


Stroke atau cerebral vasculer accident (CVA) adalah gangguan dalam
sirkulasi intraserebral yang berkaitan vascular insuffiency, trombosis, emboli, atau
perdarahan. Stroke atau CVA adalah kehilangan fungsi otak yang diakibatkan
oleh berhentinya suplai darah kebagian otak (Brunner & Suddarth, 2002). Orang
awam cederung menganggap stroke sebagai penyakit. Sebaliknya, para dokter
justru menyebutnya sebagai gejala klinis yang muncul akibat pembuluh darah
jantung yang bermasalah, penyakit jantung atau secara bersamaan (Auryn, Virzara
2009).
Stroke adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan perubahan
neurologis yang disebabkan oleh adanya gangguan suplai darah kebagian dari
otak. Dua jenis stroke yang utama adalah iskemik dan hemoragik. Stroke iskemik
disebabkan oleh adanya penyumbatan akibat gumpalan aliran darah baik itu
sumbatan karena trombosis (pengumpulan darah yang menyebabkan sumbatan di
pembuluh darah) atau embolik (pecahnya gumpalan darah /benda asing yang ada

13
didalam pembuluh darah sehingga dapat menyumbat pembuluh darah kedalam
otak) ke bagian otak. Perdarahan kedalam jaringan otak atau ruang subaraknoid
adalah penyebab dari stroke hemoragik. Jumlah stroke iskemik sekitar 83% dari
seluruh kasus stroke. Sisanya sebesar 17% adalah stroke hemoragik (Joyce and
Jane 2014).

2.4 Etiologi Stroke


a. Perdarahan intraserebral
Pecahnya pembuluh darah (mikroaneurisma) terutama karena hipertensi
mengakibatkan darah masuk ke dalam jaringan otak, membentuk massa yang
menekan jaringan otak dan menimbulkan edema otak. peningkatan TIK yang
terjadi cepat, dapat mengakibatkan kematian mendadak karena herniasi otak.
Perdarahan intraserebral yang disebabkan karena hipertensi sering di jumpai di
daerah putamen, thalamus, pons, dan serebelum.
b. Perdarahan Subarakhnoid
Dapat terjadi karena trauma atau hipertensi, penyebab tersering adalah
kebocoran anurisma pada area sirkulus Willisi dan Malvormasi arteri – vena
kongenetal. Gejala-gejala pada umumnya mendadak, peningkatan intracranial
(TIK), perubahan tingkat kesadaran, sakit kepala (mungkin hebat), vertigo,
kacau mental, stupor sampai koma, gangguan ocular, hemiparesis atau
hemiplegic, mual muntah, iritasi meningeal (kekakuan nukhal, kernig’s,
Brudzinski’s positif, Fotofobia, penglihatan ganda, peka rangsang,
kegelisahan, peningkatan suhu tubuh).
c. Perdarahan Serebral
Faktor risiko stroke
Beberapa faktor penyebab stroke antara lain:
1. Hipertensi, merupakan faktor risiko utama
2. Penyakit kardiovaskular-embolisme serebral berasal dari jantung.
3. Kolesterol darah tinggi.
4. Obesitas atau kegemukan.
5. Peningkatan hematokrit meningkatkan risiko infark serebral.
6. Diabetes mellitus terkait dengan aterogenesis terakselerasi.

14
7. Kontrasepsi oral (khususnya dengan hipertensi,merokok,dan kadar estrogen
tinggi)
8. Merokok
9. Penyalahgunaan obat (khususnya kokain)
10. Konsumsi alkohol

2.5 Patofisiologi Stroke


Otak sangat tergantung pada oksigen dan tidak mempunyai persediaan suplay
oksigen. Pada saat terjadi anoksia, sebagaimana CVA, metabolisme serebral akan
segera mengalami perubahan dan kematian dan kerusakan permanen dapat terjadi
selama 3 – 10 menit. Banyak kondisi yang akan merubah perfusi serebral yang
akan menyebabkan hipoksia atau anoksia. Hipoksia pertama kali menyebabkan
iskemia. Iskemia dalam waktu singkat (kurang dari 10 – 15 menit) menyebabkan
defisit sementara. Iskemia dalam waktu yang lama menyebabkan kematian sel
permanen dan infark serebral dengan disertai idema serebral.
Tipe defisit lokal permanen akan tergantung pada daerah dari otak yang
dipengaruhi. Daerah otak yang dipengaruhi tergantung pada pembuluh darah
serebral yang dipengaruhi. Paling umum pembuluh darah yang dipengaruhi pada
middle serebral arteri ; yang keduanya adalah arteri karotis interna.
Store trombotik, adalah tipe stroke yang paling umum, dimana sering
dikaitkan dengan sterosklerosis dan menyebabkan penyembitan lumen arteri,
sehingga menyebabkan gangguan suplai darah yang menuju ke otak. Fase awal
dari trombus tidak selalu menyumbat komplit lumen. Penyumbatan komplit dapat
terjadi dalam beberapa jam. Gejala – gejala dari CVA akibat trombus terjadi
selama tidur atau segera setelah bangun tidur. Hal ini berkaitan pada orang tua
aktifitas simpatisnya menurun dan sikap berbaring menyebabkan menurunnya
tekanan darah, yang akan menimbulkan iskemia otak. Pada orang ini hipotensi
postural atau buruknya reflek terhadap perubahan posisi. Tanda dan gejala
neurologi sangat sering memperlihatkan keadaan yang lebih buruk pada 48 jam
pertama setelah trombosis.
Stroke embolik, yang disebabkan embolus adalah penyebab umum ke dua
dari stroke. Klien yang mengalami stroke akibat embolus biasanya usianya lebih

15
muda dan paling umum embolus berasal dari trombus jantung. Miokardial
trombus paling umum disebabkan oleh penyakit jantung rhematik dengan mitral
stenosi atau atrial fibrilasi. Penyebab yang lain stroke embolik adalah lemak,
tumor sek embolik, septik embolik, eksudat dari subakut bakterial endokarditis,
emboli akibat pembedahan jantung atau vaskuler.
Transient ischemic attack (TIA) berkaitan dengan iskemik serebral dengan
disfungsi neurologi sementara. Disfungsi neurologi dapat berupa hilang kesadaran
dan hilangnya seluruh fungsi sensorik dan motorik, atau hanya ada defisit fokal.
Defisit paling umum adalah kelemahan kontralateral wajah, tangan, lengan,
tungkai, disfasia sementara dan beberapa gangguan sensorik. Serangan iskemik
berlangsung beberapa menit sampai beberapa jam.

2.6 Manifestasi Klinik Stroke


Menurut Smeltzer (2001), manifestasi klinik stroke adalah sebagai berikut :
1. Defisit lapang penglihatan
a. Homonimus hemianopsia (kehilangan setengah lapang penglihatan)
Tidak menyadari orang atau objek di tempat kehilangan,
penglihatan, mengabaikan salah satu sisi tubuh, kesulitan menilai
jarak.
b. Kehilangan penglihatan perifer
Kesulitan melihat pada malam hari, tidak menyadari objek atau
batas objek.
c. Diplopia
Penglihatan ganda
2. Defisit motorik
a. Hemiparesis
Kelemahan wajah, lengan, dan kaki pada sisi yang sama. Paralisis
wajah (karena lesi pada hemisfer yang berlawanan)
b. Ataksia
Berjalan tidak mantap, tegak. Tidak mampu menyatukan kaki,
perlu dasar berdiri yang luas.
c. Disartria

16
Kesulitan dalam membentuk kata.
d. Disfagia
Kesulitan dalam menelan.
3. Defisit verbal
a. Afasia ekspresif
Tidak mampu membentuk kata yang dapat dipahami, mungkin
mampu bicara dalam respon kata tunggal.
b. Afasia reseptif
Tidak mampu memahami kata yang dibicarakan, mampu bicara
tetapi tidak masuk akal.
c. Afasia global
Kombinasi baik afasia ekspresif dan reseptif.
4. Defisit kognitif
Penderita stroke akan kehilangan memori jangka pendek dan panjang,
penurunan lapang perhatian, kerusakan kemampuan untuk
berkonsetrasi, alasan abstrak buruk, dan perubahan penilaian.
5. Defisit emosional
Penderita akan mengalami kehilangan kontrol diri, labilitas
emosional, penurunan toleransi pada situasi yang menimbulkan stres,
depresi, menarik diri, rasa takut, bermusuhan dan marah, serta
perasaan isolasi.

2.7 Pemeriksaan Diagnostik Stroke


1. Angiografi serebral
Membantu menunjukkan penyebab stroke secara spesifik, misalnya
pertahanan atau sumbatan arteri.
2. Skan Tomografi Komputer (Computer Tomography scan – CT-scan)
Mengetahui adamya tekanan normal dan adanya trombosis, emboli serebral,
dan tekanan intrakranial (TIK). Peningkatan TIK dan cairan yang
mengandung darah menunjukan adanya perdarahan subarakhnoid dan
perdarahan intrakranial. Kadar protein total meningkat, beberapa kasus
trombosis disertai proses inflamasi.

17
3. Magnetic Resonance Imaging (MRI)
Menunjukan daerah infark, perdarahan, malformasi arteriovena (MAV).
4. Ultrasonografi doppler (USG doppler)
Mengidentifikasi penyakit arteriovena (masalah sistem arteri karotis [aliran
darah atau timbulnya plak]) dan arteriosklerosis.
5. Elektroensefalogram (Electroencephalogram-EEG)
Mengidentifikasi masalah pada otak dan memperlihatkan daerah lesi yang
spesifik.
6. Sinar X tengkorak
Menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pienal daerah yang
berlawanan dari massa yang meluas, klasifikasi karotis interna terdapat pada
trombosis serebral; klasifikasi parsial dinding aneurisma ada perdarahan
subarakhnoid.
7. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium dilakukan dengan cara memeriksakan darah
rutin, gula darah, urine rutin, cairan serebrospinal, analisa gas darah
(AGD), biokimia darah, dan elektrolit. (Batticaca, 2008)

2.8 Penatalaksanaan Medis


1. Non pembedahan
a. Terapi antikoagulan. Kontraindikasi pemberian terapi antikoagulan pada
klien dengan riwayat ulkus, uremia dan kegagalan hepar. Sodium heparin
diberikan secara subkutan atau melalui IV drip.
b. Phenytonin (Dilantin) dapat digunakan untuk mencegah kejang.
c. Enteris-coated, misalnya aspirin dapat digunakan untuk lebih dulu untuk
menghancurkan trombotik dan embolik.
d. Epsilon-aminocaproic acid (Amicar) dapat digunakan untuk stabilkan
bekuan diatas anurisma ruptur.
e. Calcium channel blocker (nimodipine) dapat diberikan untuk mengatasi
vasospasme pembuluh darah.
2. Pembedahan
a. Karotid endarterektomi untuk mengangkat plaque atherosclerosis.

18
b. Superior temporal arteri – middle serebral arteri anastomisi dengan
melalui daerah yang tersumbat dan menetapkan kembali aliran darah
pada daerah yang dipengaruhi.
2.9 Komplikasi
Komplikasi stroke meliputi:
1. Hipoksia serebral
2. Penurunan aliran darah serebral
3. Luasnya area cidera.
(smeltzer C.Suzzane, 2002)
2.10 Prognosis
Prognosis orang terkena stroke tergantung pada umur, penyakit lain, dan luas
lesi pada otak.Prognosis buruk dengan mortalitas yang tinggi untuk stroke
perdarahan.Namun, dengan diagnosis dini dan tatalaksana yang benar
prognosisnya dubia. Penanganan yang lambat berakibat angka kecacatan dan
kematian tinggi.Secara umum 80% pasien dengan stroke hidup dengan 10-year-
survival rate sekitar 35%. Sepertiga pasien stroke mampu melewati fase akut
tanpa kecacatan berat.
2.11 Upaya Pencegahan Stroke
Langkah utama untuk mencegah stroke adalah menerapkan gaya hidup
sehat. Selain itu, kenali dan hindari faktor risiko yang ada, serta ikuti anjuran
dokter. Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mencegah stroke, antara lain:

1. Menjaga pola makan. Terlalu banyak mengonsumsi makanan asin dan


berlemak dapat meningkatkan jumlah kolesterol dalam darah dan risiko
menimbulkan hipertensi yang dapat memicu terjadinya stroke. Jenis makanan
yang rendah lemak dan tinggi serat sangat disarankan untuk kesehatan.
Hindari konsumsi garam yang berlebihan. Konsumsi garam yang baik adalah
sebanyak 6 gram atau satu sendok teh per hari. Makanan yang disarankan
adalah makanan yang kaya akan lemak tidak jenuh, protein, vitamin, dan
serat. Seluruh nutrisi tersebut bisa diperoleh dari sayur, buah, biji-bijian utuh,
dan daging rendah lemak seperti dada ayam tanpa kulit.
2. Olahraga secara teratur. Olahraga secara teratur dapat membuat jantung dan
sistem peredaran darah bekerja lebih efisien. Olahraga juga dapat

19
menurunkan kadar kolesterol dan menjaga berat badan serta tekanan darah
pada tingkat yang sehat. Bagi orang yang berusia 19-64 tahun, pastikan
melakukan aktivitas aerobik setidaknya 150 menit seminggu yang dibagi
dalam beberapa hari, ditambah dengan latihan kekuatan otot setidaknya dua
kali seminggu. Yang termasuk aktivitas aerobik antara lain jalan cepat atau
bersepeda. Sementara yang termasuk latihan kekuatan, antara lain angkat
beban, yoga, ataupun push-up dan sit-uNamun bagi mereka yang baru
sembuh dari stroke, sebaiknya berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter
sebelum memulai kegiatan olahraga. Olahraga teratur biasanya mustahil
dilakukan di beberapa minggu atau beberapa bulan pertama setelah stroke.
Pasien bisa mulai berolahraga setelah rehabilitasi mengalami kemajuan.
3. Berhenti merokok. Risiko stroke meningkat dua kali lipat jika seseorang
merokok, karena rokok dapat mempersempit pembuluh darah dan membuat
darah mudah menggumpal. Tidak merokok berarti juga mengurangi risiko
berbagai masalah kesehatan lainnya, seperti penyakit paru-paru dan jantung.
4. Hindari konsumsi minuman beralkohol. Minuman keras mengandung kalori
tinggi. Jika minuman beralkohol dikonsumsi secara berlebihan, maka
seseorang rentan terhadap berbagai penyakit pemicu stroke, seperti diabetes
dan hipertensi. Konsumsi minuman beralkohol berlebihan juga dapat
membuat detak jantung menjadi tidak teratur.
5. Hindari penggunaan NAPZA. Beberapa jenis NAPZA, seperti kokain dan
methamphetamine, dapat menyebabkan penyempitan arteri dan mengurangi
aliran darah.
6. Periksa tensi darah secara rutin. Tekanan darah tinggi bisa membuat
pembuluh darah Anda mengalami tekanan ekstra. Walaupun tidak
menunjukkan gejala, selalu cek tensi darah secara teratur. Hal tersebut untuk
mengetahui seberapa tekanan darah anda, jika mengalami tekanan darah yang
tidak normal, akan ada pencegahan dini untuk tidak menjurus ke ancaman
penyakit stroke.

20
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

1) Identitas klien
seperti nama , umur , jenis kelamin , pendidikan, alamat, pekerjaan,
tanggal , nomor register dan diagnosis medis
2) Keluhan utama
Yang sering menjadi alasan klien adalah kelemahan anggota gerak sebelah
badan, bicara pelo, tidak dapat berkomunikasi dan penurunan tingkat
kesadaran.
3) Data riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Keluhan yang dirasakan oleh pasien sekarang
b. Riwayat penyakit terdahulu
Adanya keluhan atau penyakit yang terjadi sebelum stroke
c. Riwayat penyakit keluarga
Adanya keluarga yang mengidap atau pernah terkena penyakit stroke
4) Aktivitas sehari hari
a. Nutrisi
Klien makan sehari hari apakah sering makan makanan yang
mengandung lemak, makanan apa yang sering dikonsumsi oleh pasien.
b. Minum
Apakah ada ketergantungan mengkonsumsi obat , narkoba , minum
yang berakhohol.
c. Eliminasi
Pada pasien stroke hemoragik biasanya didapatkan pola eliminasi BAB
yaitu konstipasi karena adanya gangguan dalam mobilisasi , ,
bagaimana eliminasi BAK apakah ada kesulitan , warna, bau , berapa
jumlahnya karena pada klien stroke mungkin mengalami inkotinensia
urine sementara karena konfusi.

21
5) Pemeriksaan fisik
a. Kepala
Pasien pernah mengalami trauma kepala , adanya hemato
b. Mata
Penglihatan adanya kekaburan, akibat adanya gangguan nervus optikus
(nervus II). gangguan dalam mengangkat bola mata (nervus III),
gangguan dalam memutar bola mata (nervus IV)
c. Hidung
Adanya gangguan pada penciuman karena terganggu pada nervus
olfaktorius (nervus I)
d. Mulut
Adanya gangguan pengecapan lidah akibat kerusakan nervus vagus,
sulitnya menelan.
e. Dada
 Inspeksi : bentuk simetris
 Palpasi : tidak adanya massa dan benjolan
 Perkusi : nyeri tidak ada bunyi jantung lup-dup
 Auskultasi : nafas cepat dan dalam, adanya rongki, suara
jantung I dan II murmur atau gallop
f. Abdomen
 Inspeksi : bentuk simetris, pembesaran tidak ada
 Auskultasi : bising usus agak lemah
 Perkusi : nyeri tekan tidak ada, nyeri perut tidak ada
g. Ekstremitas
Pada pasien dengan stroke hemoragik biasanya ditemukan hemiplegi
paralisa atau hemiparase , mengalami kelemahan.

22
B. Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan Tujuan dan kriteria hasil Intervensi

1. hambatan mobilitas Pasien mendemontrasikan 1. pantau tingkat


fisik b.d keterbatasan mobilisasi aktif kemampuan
rentang gerak mobilisasi klien
Kriteria hasil :
2. Pantau kekuatan
 Tidak ada kontraktur
otot
atau foot drop
3. Lakukan ROM
 Kontraksi otot
pasit atau aktif sesuai
membaik
kemampuan dan jika
 Mobilisasi bertahap TTV stabil

4. Libatkan keluarga
dalam memobilisasi
klien

Persepsi dan kesadaran


2. hambatan komunikasi 1. ciptakan suasana
akan lingkungan
verbal b.d lingkungan yang
dipertahankan
nyaman

2. Evaluasi
kemampuan
membedakan panas
dingin dan posisi

3. Bicara dengan
tenang dan perlahan

4. Lakukan validasi
terhadap persepsi
klien dan lakukan

23
orientasi kembali.

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)


1. Pokok Bahasan : Mobilisasi dan Pencegahan Stroke Berulang
2. Sub Pokok Bahasan : Pengertian Stroke,Faktor Penyebab Stroke,
Mobilisasi Pada Pasien Stroke dan pencegahan stroke.
3. Sasaran : Kelompok penderita Stroke di wilayah
Bangsal Timur
4. Waktu : Pukul 14:40 s/d Selesai
5. Tempat : Aula Balai Desa Bangsal Timur
6. Hari / Tanggal : Selasa, 10 Mei 2015
7. Tujuan :
A. Tujuan Instruksional Umum/TIU

24
Setelah dilakukan penyuluhan, klien mampu mengetahui monilisasi dan
pencegahan Stroke.
B. Tujuan Instruksional Khusus/TIK
a. Menjelaskan pengertian stroke
b. Penyebab stroke
c. Pencegahan stroke dan,
d. Mobilisasi pada penyakit stroke.

8. Kegiatan

No Langka- Waktu Kegiatan Kegiatan


langka penyuluhan sasaran

1 Pendahuluan 5 menit Salam, Peserta


Menegnalkan penyuluhan
anggota tim mampu
penyuluhan, dan mengetahui
menjelaskan tujuan dari
tujuan kegiatan. penyuluhan

2 Penyajian 2 jam 1.Menjelaskan a. Peserta


penegrtian sedikit
stroke memahami
2.Menjelaskan pengrtian
penyebab stroke stroke
3.Cara b. Mampu
pencegahan menyebutkan 3
stroke dan, penyebab
4.Demontrasi steroke
Mobilisasi c. Mampu
stroke. memehami
pencegahan
stroke dan,
d. Mampu

25
mempraktekkan
mobilisasi
stroke.

3 Evaluasi 20 menit 1. Menanyakan 1. Peserta


penegertian mampu
stroke kepada menyebutkan
peserta penegrtian
2. stroke
Menanyakan 2. Peserta
penyebab stroke mampu
kepada penderita menyebutkan
3. penyebab
Menanyakan stroke minimal
pencegahan 3
stroke kepada 3. Peserta
paserta dan, mampu
4. Meminta menyebutkan
peserta untuk cara
memperaktekkan pencegahan
mobilisasi stroke stroke
4. Paserta
mampu
mempraktekka
terapi
mobilisasi
stroke.

4 Penutup 5 menit Salam Peserta


perpisahan dan menjawab
ucapan terima salam
kasih
Metode : Ceramah dan Demonstrasi

26
10. Media : Proyektor(LCD) dan Kursi

11. Materi : Terlampir

12. Evaluasi :

a. Peserta mampu mejelaskan pengertian stroke ?

b. Peserta mampu menjelaskan penyebab stroke ?

c. Peserta mampu menjelaskan pencegahan stroke ?

d. Peserta mampu mempraktekkan mobilisasi stroke ?

13. Daftar Pustaka :

A. Purwanti dan Arina. 2008. Rehabilitasi Klien Pasca Stroke. Kartasura:FIK


UMS

B. Smeltzer, Suzanne.(2001). Keperawatan Medikal Bedah.. Jakarta : EGC

C. Potter, Patricia A dan Anne Griffin Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental
Keperawatan: Konsep, Proses Dan Praktek. Jakarta: EGC

Materi Terlampir

1. Pengertian Stroke

Menurut kriteria WHO stroke secara klinis didefinisikan sebagai gangguan


fungsional otak yang terjadi secara mendadak dengan tanda dan gejala klinis baik
fokal maupun global yang berlangsung lebih dari 24 jam atau dapat menimbulkan
kematian yang disebabkan oleh karena gangguan peredaran darah otak. Stroke
adalah kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh berhentinya suplai darah dan
oksigen ke otak. Berkurangnya aliran darah dan oksigen ini dikarenakan adanya
sumbatan, penyempitan, atau pecahnya pembuluh darah di otak (Smeltzer, 2001).

27
2. Faktor Penyebab Stroke

a. Faktor resiko yang tidak dapat dikontrol

1. Usia

Setiap manusia akan bertambah umurnya, dengan demikian kemungkinan


terjadinya stroke lebih besar. Pada umumnya resiko terjadinya stroke mulai usia
35 tahun dan meningkat setiap tahunnya.

2. Jenis kelamin

Pria memiliki kecenderungan lebih besar terkena serangan stroke dibanding


perempuan.

3. Ras/suku bangsa

4. Genetik/keturunan

Seseorang yang mempunyai riwayat stroke dalam keluarganya, menjadi seseorang


yang beresiko tinggi terkena serangan stroke.

b. Faktor resiko yang dapat dikontrol atau dikendalikan diantaranya :

1. Hipertensi

2. Diabetes mellitus

3. Penyakit jantung

4. Riwayat stroke sebelumnya

5. Merokok

6. Kolesterol tinggi

7. Obesitas

8. Minuman Alkohol

3. Mobilisasi Pada Pasien Stroke

28
Mobilisasi adalah jalan untuk melatih hampir semua otot tubuh untuk
meningkatkan fleksibilitas sendi atau mencegah terjadinya kekakuan pada sendi.

A. Pelaksanaan mobilisasi dini posisi tidur

Berbaring telentang

- Posisi kepala, leher, dan punggung harus lurus.

- Letakkan bantal dibawah lengan yang lemah/lumpuh secara berhati-hati,


sehingga bahu terangkat keatas dengan lengan agak ditinggikan dan memutar
kearah luar, siku dan pergelangan tangan agak ditinggikan.

- Letakkan pula bantal di bawah paha yang lemah/lumpuh, dengan posisi agak
memutar ke arah dalam, dan lutut agak ditekuk.

Miring kesisi yang sehat

- Bahu yang lumpuh harus menghadap kedepan

- Lengan yang lumpuh memeluk bantal dengan siku diluruskan

- Kaki yang lumpuh diletakkan didepan

- Dibawah paha dan tungkai diganjal bantal

- Lutut ditekuk

Miring kesisi yang lumpuh/lemah

- Lengan yang lumpuh menghadap kedepan, pastikan bahu pasien tidak memutar
secara berlebihan

- Tungkai agak ditekuk, tungkai yang sehat menyilang di atas tungkai yang
lumpuh/lemah dengan diganjal bantal.

B. Latihan Gerak Sendi (Range of Motion)

Latihan gerak sendi ini bertujuan untuk mengurangi kekakuan pada sendi dan
kelemahan pada otot yang dapat dilakukan aktif maupun pasif tergantung dengan
keadaan pasien.

29
Gerakan-Gerakan dalam latihan gerak sendi ini adalah sebagai berikut:

a. Fleksi dan Ekstensi Pergelangan Tangan

Cara :

- Atur posisi lengan pasien dengan menjauhi sisi tubuh dan siku menekuk dengan
lengan.

- Pegang tangan pasien dengan satu tangan dan tangan yang lain memegang
pergelangan tangan pasien.

- Tekuk tangan pasien ke depan sejauh mungkin.

b. Fleksi dan Ekstensi Siku

Cara :

- Atur posisi lengan pasien dengan menjauhi sisi tubuh dengan telapak mengarah
ke tubuhnya.

- Letakkan tangan di atas siku pasien dan pegang tangannya mendekat bahu.

- Lakukan dan kembalikan ke posisi sebelumnya.

c. Pronasi dan Supinasi Lengan Bawah

Cara :

- Atur posisi lengan bawah menjauhi tubuh pasien dengan siku menekuk.

- Letakkan satu tangan perawat pada pergelangan pasien dan pegang tangan
pasien dengan tangan lainnya.

- Putar lengan bawah pasien sehingga telapaknya menjauhinya.

- Kembalikan ke posisi semula.

- Putar lengan bawah pasien sehingga telapak tangannya menghadap ke arahnya.

30
- Kembalikan ke posisi semula.

d. Pronasi Fleksi Bahu

Cara :

- Atur posisi tangan pasien disisi tubuhnya.

- Letakkan satu tangan perawat di atas siku pasien dan pegang tangan pasien
dengan tangan lainnya.

- Angkat lengan pasien pada posisi semula.

e. Abduksi dan Adduksi Bahu

Cara :

- Atur posisi lengan pasien di samping badannya.

- Letakkan satu tangan perawat di atas siku pasien dan pegang tangan pasien
dengan tangan lainnya.

- Gerakkan lengan pasien menjauh dari tubuhnya kearah perawat (Abduksi).

- Gerakkan lengan pasien mendekati tubuhnya (Adduksi)

- Kembalikan ke posisi semula.

f. Rotasi Bahu

Cara :

- Atur posisi lengan pasien menjauhi tubuh dengan siku menekuk.

- Letakkan satu tangan perawat di lengan atas pasien dekat siku dan pegang
tangan pasien dengan tangan yang lain.

31
- Gerakkan lengan bawah ke bawah sampai menyentuh tempat tidur, telapak
tangan menghadap ke bawah.

- Kembalikan posisi lengan ke posisi semula.

- Gerakkan lengan bawah ke belakang sampai menyentuh tempat tidur, telapak


tangan menghadap ke atas.

- Kembalikan lengan ke posisi semula.

g. Fleksi dan Ekstensi Jari-jari

Cara :

- Pegang jari-jari kaki pasien dengan satu tangan, sementara tang lain memegang
kaki.

- Bengkokkan (tekuk) jari-jari kaki ke bawah

- Luruskan jari-jari kemudian dorong ke belakang.

- Kembalikan ke posisi semula.

h. Infersi dan efersi kaki

Cara :

- Pegang separuh bagian atas kaki pasien dengan satu jari dan pegang pergelangan
kaki dengan tangan satunya.

- Putar kaki ke dalam sehingga telapak kaki menghadap ke kaki lainnya.

- Kembalikan ke posisi semula

- Putar kaki keluar sehingga bagian telapak kaki menjauhi kaki yang lain.

- Kembalikan ke posisi semula.

32
i. Fleksi dan ekstensi pergelangan Kaki

Cara :

- Letakkan satu tangan perawat pada telapak kaki pasien dan satu tangan yang lain
di atas pergelangan kaki. Jaga kaki lurus dan rilek.

- Tekuk pergelangan kaki, arahkan jari-jari kaki ke arah dada pasien.

- Kembalikan ke posisi semula.

- Tekuk pergelangan kaki menjauhi dada pasien.

j. Fleksi dan Ekstensi lutut.

Cara :

- Letakkan satu tangan di bawah lutut pasien dan pegang tumit pasien dengan
tangan yang lain.

- Angkat kaki, tekuk pada lutut dan pangkal paha.

- Lanjutkan menekuk lutut ke arah dada sejauh mungkin.

- Kebawahkan kaki dan luruskan lutut dengan mengangkat kaki ke atas.

- Kembali ke posisi semula.

k. Rotasi pangkal paha

Cara :

- Letakkan satu tangan perawat pada pergelangan kaki dan satu tangan yang lain
di atas lutut.

- Putar kaki menjauhi perawat.

- Putar kaki ke arah perawat.

33
- Kembalikan ke posisi semula.

l. Abduksi dan Adduksi pangkal paha.

Cara :

- Letakkan satu tangan perawat di bawah lutut pasien dan satu tangan pada tumit.

- Jaga posisi kaki pasien lurus, angkat kaki kurang lebih 8 cm dari tempat tidur,
gerakkan kaki menjauhi badan pasien.

- Gerakkan kaki mendekati badan pasien.

- Kembalikan ke posisi semula.

4. Cara Pencegahan Penyakit Stroke Berulang

Stroke merupakan penyakit pemicu kematian yang serius, namun sebenarnya


dapat dicegah. Perubahan gaya hidup perlu ditingkatkan guna mengurangi risiko
stroke. Berikut beberapa perubahan gaya hidup yang dapat dilakukan :

a. Konsumsi makanan sehat

Konsumsi makanan dengan tinggi serat. Makanan tinggi serat akan membantu
dalam pencegahan penyakit stroke ini dan juga turut andil mengendalikan lemak
dalam darah. Kurangi kolesterol "jahat" sehingga dapat meningkatkan kesehatan
jantung dan mengurangi risiko stroke.

34
b. Kurangi konsumsi garam

Mengurangi konsumsi garam dapat menurunkan tekanan darah sehingga


mengurangi risiko stroke.

c. Hindari Kebiasaan buruk seperti : merokok dan minum alkohol

Perokok memiliki risiko stroke dua kali lipat. Merokok dapat merusak pembuluh
darah dan meningkatkan tekanan darah, serta mempercepat penyumbatan di
pembuluh darah. Kebiasaan merokok dapat menyebabkan atherosclerosis
(pengerasan dinding pembuluh darah) dan membuat darah menjadi mudah untuk
menggumpal dan darah menggumpal akan meningkatkan resiko penyakit stroke
ini.

d. Hidup aktif dan olahraga yang teratur

Orang yang kelebihan berat badan atau obesitas memiliki risiko yang lebih besar
memiliki kadar kolesterol tinggi, hipertensi, diabetes, dan stroke. Olahraga dapat
mengurangi berat badan sehingga mengurangi risiko penyakit-penyakit tersebut.
Melakukan aktivitas fisik secara teratur dengan berolahraga termasuk dalam
salahsatu tips dan cara dalam membantu menurunkan tensi darah dan menciptakan
keseimbangan lemak yang sehat dalam darah.

e. Perbanyak konsumsi serat dan banyak minum air putih

Para peneliti menemukan risiko stroke bisa berkurang sampai 7 persen untuk
setiap 7 gram penambahan serat yang dikonsumsi setiap hari. Dengan kata lain
mereka yang paling rajin mengonsumsi serat risikonya paling rendah terkena
stroke.

35
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Stroke merupakan salah satu penyebab kematian dan kecacatan neurologis
yang utama. Menurut Batticaca (2008), stroke adalah suatu keadaan yang timbul
karena terjadi gangguan peredaran darah di otak yang menyebabkan terjadinya
kematian jaringan otak sehingga mengakibatkan seseorang menderita kelumpuhan
atau kematian. Stroke adalah kehilangan fungsi otak yang diakibatkan terhentinya
suplai darah kebagian otak (Smeltzer & Bare, 2002).
Penyebab utama dari stroke adalah aterosklerosis (trombosis), embolisme,
hipertensi yang menimbulkan perdarahan intraserebral dan ruptur aneurisme sakular.

36
3.2 Saran

Untuk para mahasiswa keperawatan seharusnya lebih aktif dalam berbagai diskusi
waktu penyajian makalah sehingga pengatahuan dan wawasannya dapat
berkembang terutama tentang asuhan keperawatan pada klien dengan riwayat
strok. Bagi para dosen, kami mengharapkan agar dapat memberikan arahan dan
pengetahuan baru yang mungkin belum dibahas oleh mahasiswa dalam forum
diskusinya sehingga ada suatukesinambungan dan kontribusi antara mahasiswa
dengan dosen.

37
DAFTAR PUSTAKA

Widagdo, Wahyu, dkk. 2008. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan


Gangguan Sistem Persarafan. Jakarta : Katalog Dalam Terbitan (KDT)
Batticaca, F. B. 2008. Asuhan Keperawatan Dengan Sistem Persarafan. Jakarta:
Salemba Medika
Smeltzer, Suzzane C. Dan Brenda G.Bare. 2002. Buku ajar Keperawatan Medikal
Bedah Bunner dan Suddarth. Edisi ke 8. Jakarta : EGC
Power M, Tyrrell PJ, Rudd AG, et al. Did a quality improvement collaborative
make stroke care better? A cluster randomized trial. Implement Sci 2014;9:40
Ardiansyah, M.(2012). Medikal Bedah Untuk Mahasiswa.Jakarta:Salemba
Medika

38

Вам также может понравиться