Вы находитесь на странице: 1из 19

PERAN DAN SEJARAH PANCASILA PADA MASA ORDE

BARU, ORDE LAMA DAN ORDE REFORMASI

“Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pancasila”

Disusun Oleh :

Lina Fitriani

Rina Rosainy

Nike Puspasari

Neng Ilma Martia Nizar

Wulan Ramadhanti

Yoga Iswara

Tingkat 1B

POLITEKKES KEMENKES BANDUNG PRODI KEPERAWATAN BOGOR

2016/2017
KATA PENGANTAR

Assalamu alaikum wr. wb. Puji syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah swt yang telah
memberikan rahmat karunia-nya kepada kami, sehingga saya berhasil menyelesaikan
makalah ini yang berjudul ‘‘Sejarah dan Peran Pancasila Pada Masa Orde Lama, Orde Baru
dan Orde Reformasi’’. Makalah ini berisikan tentang sejarah Pancasila pada bangsa
indonesia, khususnya sejarah indonesia pada masa orde lama, orde baru dan orde reformasi,
diharapkan makalah ini dapat menambah pengetahuan kita semua, tentang bagaimana sistem
pemerintahan dan kehidupan masyarakat pada masa itu. saya menyadari bahwa makalah ini
jauh dari sempura. oleh karna itu, kritik dan saran dari guru dan teman-teman yang bersifat
membangun, selalu saya harapkan demi lebih baiknya makalah ini.

Penyusunan makkalah ini didasarkan untuk melaksanakan kewajiban kami sebaggai


mahasiswa dan memenuhi tuntutan tugas yang diberikan oleh dosen mata kuliah pancasila.

Terimahkasih kami ucapkan kepada dosen mata kulia pendidikan pancasila yang telah
memberikan tugas ini sehingga mempermuda kami dalam memahami tentang sejarah dan
peran pacasila pada masa itu.

Akhir kata, semoga makalah ini bermanfaat bagi bagi kita semua dan semoga

Allah swt senantiasa meridhoi segala usaha kita, amin.

Bogor, November 2016

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................1

DAFTAR ISI..............................................................................................................................2

BAB I.........................................................................................................................................3

PENDAHULUAN......................................................................................................................3

A. Latar Belakang...................................................................................................................3

B. Rumusan Masalah..............................................................................................................4

BAB II........................................................................................................................................5

PEMBAHASAN........................................................................................................................5

A. PANCASILA MASA ORDE LAMA................................................................................5

B. PANCASILA MASA ORDE BARU.................................................................................7

C. PANCASILA MASA ORDE REFORMASI...................................................................10

Sisi Gelap Pelaksanaan Pancasila.....................................................................................15

BAB III.....................................................................................................................................16

PENUTUP................................................................................................................................16

A. KESIMPULAN...............................................................................................................16

B. SARAN............................................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................18
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pancasila adalah sumber dari segala sumber hukum yang ada di Negara Kesatuan
Republik Indonesia, merupakan Maha karya pendahulu bangsa yang tergali dari jati diri dan
nilai-nilai adi luhur bangsa yang tidak dimiliki oleh bangsa lain. Dengan berbagai kajian
ternyata didapat beberapa kandungan dan keterkaitan antara sila tersebut sebagai sebuah satu
kesatuan yang tidak bisa di pisahkan dikarenakan antar sila tersebut saling menjiwai satu
dengan yang lain.

Ini dengan sendirinya menjadi ciri khas dari semua kegiatan serta aktivitas desah nafas
dan jatuh bangunnya perjalanan sejarah bangsa yang telah melewati masa-masa sulit dari
jaman penjajahan sampai pada saat mengisi kemerdekaan. Ironisnya bahwa ternyata banyak
sekarang warga Indonesia sendiri lupa dan sudah asing dengan pancasila itu sendiri. Ini tentu
menjadi tanda tanya besar kenapa dan ada apa dengan kita sebagai anak bangsa yang justru
besar dan mengalami pasang surut masalah negara ini belum bisa mengoptimalkan tentang
pengamalan nilai-nilai Pancasila tersebut.

Terlebih lagi saat ini dengan jaman yang disepakati dengan nama Era Reformasi yang
terlahir dengan semangat untuk mengembalikan tata negara ini dari penyelewengan-
penyelewengan sebelumnya. Arah dan tujuan reformasi yang utama adalah untuk
menanggulangi dan menghilangkan dengan cara mengurangi secara bertahap dan terus-
menerus krisis yang berkepanjangan di segala bidang kehidupan, serta menata kembali ke
arah kondisi yang lebih baik atas system ketatanegaraan Republik Indonesia yang telah
hancur, menuju Indonesia baru.

Pada masa sekarang arah tujuan reformasi kini tidak jelas untungnya walaupun secara
birokratis, rezim orde baru telah tumbang namun, mentalitas orde baru masih nampak disana-
sini. Sedangkan pancasila adalah sebagai ideologi bangsa Indonesia yang merupakan hasil
dari penggabungan dari nilai- nilai luhur yang berasal dari akar budaya masyarakat Indonesia.
Sebagai sebuah ideologi politik, Pancasila bisa bertahan dalam menghadapi perubahan
masyarakat, tetapi bisa pula pudar dan ditinggalkan oleh pendukungnya. Hal itu tergantung
pada daya tahan ideologi tersebut.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang hendak di uraikan dalam makalah ini adalah :

1. Bagaimana kondisi perkembangan pancasila indonesian pada masa Orde Lama ?

2. Bagaimana kondisi perkembangan pancasila pada masa Orde Baru ?

3. Bagaimana kondisi perkembangan pancasila pada masa Orde Reformasi ?


BAB II

PEMBAHASAN

A. PANCASILA MASA ORDE LAMA


Pada masa Orde lama, Pancasila dipahami berdasarkan paradigma yang berkembang
pada situasi dunia yang diliputi oleh tajamnya konflik ideologi. Pada saat itu kondisi politik
dan keamanan dalam negeri diliputi oleh kekacauan dan kondisi sosial-budaya berada dalam
suasana transisional dari masyarakat terjajah (inlander) menjadi masyarakat merdeka. Masa
orde lama adalah masa pencarian bentuk implementasi Pancasila terutama dalam sistem
kenegaraan. Pancasila diimplementasikan dalam bentuk yang berbeda-beda pada masa orde
lama. Terdapat 3 periode implementasi Pancasila yang berbeda, yaitu:
1. Periode 1945-1950.
Konstitusi yang digunakan adalah pancasila dan UUD 1945 yang presidensil, namun
dalam praktek kenegaraan sistem presidensil tak dapat diwujudkan. Setelah penjajah
dapat diusir, persatuan mulai mendapat tantangan. upaya–upaya untuk menggati
pancasila sebagai dasar negara dengan faham komunis oleh PKI mulai memberontak di
Madiun tahun 1948 dan oleh DI/TII yang yang akan mendirikan negara dasar islam.
2. Periode 1950-1959

Penerapan pancasila selama priode ini adalah pancasila diarahkan sebagai ideology
liberal yang ternyata tidak menjamin stabilitas pemerintahan. walaupun dasar negara
tetap pancasila, tetapi rumusan sila keempat bukan berjiwa musyawarah mufakat,
melaikan suara terbanyak (voting). dalam bidang politik, demokrasi berjalan dengan
baik dengan terlaksananya pemilu 1955 yang dianggap paling demokratis.

3. Priode 1956-1965

Dikenal sebagai priode demokrasi terpimpin. demokrasi bukan berada pada kekuasaan
rakyat sehingga yang memimpin adalah nilai-nilai pancasila tetapi berada pada
kekuasaan pribadi presiden soekarno. terjadilah berbagai penyimpangan penafsiran
terhadap pancasila dalam konstitusi. akibanya soekarno menjadi otoriter, diangkat
menjadi persiden seumur hidup, politik konfrontasi, dan menggabungkan nasionalis,
agama, dan komunis, yang ternyata tidak cocok bagi NKRI. terbukti adanya kemerosotan
moral di berbagai masyarakat yang tidak lagi hidup bersendikan nila-nilai pancasila, dan
berusaha untuk menggatikan pancasila dengan ideologi yang lain. dalam
mengimplentasikan pancasila, bungkarno melakukan pemahaman pancasila dengan
paradikma yanga disebut USDK. untuk memberi arah perjalanan bangsa, beliau
menekankan pentingnya memegang teguh UUD 45, sosialisme ala indonesia, demokrasi
terpinpin, ekonomi terpinpin, dan kepribadian nasional. hasilnya terjadi kudeta PKI dan
kondisi ekonomi yang memprihatinkan.

Di setiap masa, pancasila mengalami perkembangan terutama dalam mengartikan


Pancasila itu sendiri. Pada masa orde lama yaitu pada masa kekuasaan presiden Soekarno,
Pancasila mengalami ideologisasi. Pada masa ini pancasila berusaha untuk dibangun,
dijadikan sebagai keyakinan, kepribadian bangsa Indonesia. Presiden Soekarno, pada masa
itu menyampaikan ideologi Pancasila berangkat dari mitologi atau mitos, yang belum jelas
bahwa pancasila dapat mengantarkan bangsa Indonesia ke arah kesejahteraan. Tetapi
Soekarno tetap berani membawa konsep Pancasila ini untuk dijadikan ideologi bangsa
Indonesia.

Soekarno di dalam menjalankan Pancasila tidak berjalan dengan mudah. Banyak


tantangan yang dihadapi, yaitu muncul dari kelompok nasionalis-religius yang belum
menerima Pancasila. Mereka masih menginginkan sila pertama dari Pancasila adalah
“Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya”. Dan
yang paling besar menolak Pancasila adalah Kahar Muzakar, yang selanjutnya membentuk
DI/TII sebagai perlawanan terhadap pemerintah dan untuk menjadikan negara Indonesia
sebagai negara Islam.

Selain itu, kelompok nasionalis-komunis, PKI, yang menginginkan negara Indonesia


menjadi negara komunis. PKI menganggap Tuhan tidak ada. Sedangkan negara Indonesia
mengakui keberagaman agama yang ada di Indoensia. Ini berarti negara Indonesia percaya
adanya Tuhan. Tetapi di dalam perkembangannya, Presiden Soekarno lebih cenderung ke
komunis dan tidak lagi bersifat nasionalis. Ini menjadi salah satu bukti penyelewengan
Soekarno terhadap Pancasila. Penyelewengan yang lain adalah Soekarno menerapkan
Demokrasi terpimpin, yaitu kekuasaan pemerintahan ada di tangan Soekarno. Padahal
demokrasi yang benar adalah demokrasi yang dipegang dan dikendalikan oleh rakyat bukan
oleh penguasa. Dan juga Soekarno mengeluarkan pernyataan bahwa presiden menjabat
seumur hidup. Ini berarti negara Indonesia akan mengalami keotoriterian seorang penguasa.
B. PANCASILA MASA ORDE BARU
Orde Baru adalah sebutan bagi masa pemerintahan Presiden Soeharto di Indonesia.
Orde Baru menggantikan Orde Lama yang merujuk kepada era pemerintahan Soekarno. Orde
Baru hadir dengan semangat "koreksi total" atas penyimpangan yang dilakukan oleh
Soekarno pada masa Orde Lama. Orde Baru berlangsung dari tahun 1966 hingga 1998.

Pada masa orde baru, yaitu kepemimpinan Presiden Soeharto, Pancasila dijadikan
sebagai indoktrinasi. Pancasila dijadikan oleh Soeharto sebagai alat untuk melanggengkan
kekuasaannya. Ada beberapa metode yang digunakan dalam indoktrinasi Pancasila, yaitu
pertama, melalui ajaran P4 yang dilakukan di sekolah-sekolah, melalui pembekalan atau
seminar. Kedua, asas tunggal, yaitu Soeharto membolehkan rakyat untuk membentuk
organisasi tetapi harus berasaskan Pancasila yang merupakan Pancasila versi Soeharto.
Ketiga, stabilisasi yaitu Soeharto melarang adanya kritikan yang dapat menjatuhkan
pemerintah. Jadi Soeharto beranggapan bahwa kritik terhadap pemerintah menyebabkan
ketidakstabilan di dalam negara. Dalam menstabilkannya, Soeharto menggunakan kekuatan
militer sehingga tidak ada yang berani untuk mengkritik pemerintah. Maka muncul
penentang-penentang terhadap Pancasila, yaitu mereka lebih ke gerakan bawah tanah. Dan
penentangnya hampir sama dengan penentang di masa orde lama. Salah satunya kelompok
komunis.

Soeharto dalam menjalankan Pancasila melakukan beberapa penyelewengan, yaitu


Soeharto menerapkan demokrasi sentralistik, demokrasi yang berpusat di tangan pemerintah.
Selain itu, Soeharto memegang kendali terhadap lembaga legislatif, eksekutif dan yudikatif
sehingga peraturan yang dibuat harus sesuai dengan persetujuan Soeharto. Dan juga Soeharto
melemahkan aspek-aspek demokrasi terutama pers karena dapat membahayakan kekuasaan
Soeharto. Maka Soeharo membentuk Departemen penerangan atau lembaga sensor secara
besar-besaran agar setiap berita yang dimuat di media tidak menjatuhkan pemerintah.
Penyelewengan yang lain adalah Soeharto melanggengkan korupsi, kolusi dan nepotisme
sehingga pada masa ini banyak pejabat negara yang melakukan korupsi dan juga pada masa
ini negara Indoensia mengalami krisis moneter.

Orde baru berkehendak ingin melaksanakan Pancasila secara murni dan konsekuen
sebagai kritik terhadap orde lama yang telah menyimpang dari Pancasila P4 (pedoman
penghayatan dan pengalaman pancasila) atau ekaprsetia pacakarsa. Situasi internasional kala
itu masih diliputi konflik perang dingin. Situasi politik dan keamanan dalam negeri kacau dan
ekonomi hampir bangkrut. Indonesia dihadapkan pada pilihan yang sulit, memberikan
sandang dan pangan kepada rakyat atau mengedepankan kepentingan strategi dan politik di
arena internasional seperti yang dilakukan oleh Soekarno.

Dalam pemerintahannya presiden Soeharto melakukan beberapa penyelewengan dalam


penerapan Pancasila, yaitu diterapkannya demokrasi sentralistik, demokrasi yang berpusat
pada pemerintah. Selain itu presiden juga memegang kendali terhadap lembaga legislative,
eksekutif dan yudikatif sehingga peraturan yang di buat harus sesuai dengan persetujuannya.
Presiden juga melemahkan aspek-aspek demokrasi terutama pers karena dinilai dapat
membahayakan kekuasaannya. Maka, presiden Soeharto membentuk Departemen
Penerangan atau lembaga sensor secara besar-besaran agar setiap berita yang dimuat di media
tidak menjatuhan pemerintahan. Penyelewengan yang lain adalah pelanggengan korupsi,
kolusi, dan nepotisme sehingga pada masa ini banyak pejabat negara yang melakukan
korupsi. Tak hanya itu, pada masa ini negara Indonesia juga mengalami krisis moneter yang
di sebabkan oleh keuangan negara yang tidak stabil dan banyaknya hutang kepada pihak
negara asing. Demokratisasi akhirnya tidak berjalan, dan pelanggaran HAM terjadi dimana-
mana yang dilakukan oleh aparat pemerintah atau negara.

a. Latar belakang lahirnya orde baru

1) terjadinya pristiwa gerakan 30 september 1965 keadaan politik dan keamanan


negara menjadi kacau karena peristiwa gerakan 30 september 1965 di tambah
adanya konflik di angkatan darat yang sudah berlangsung lama.

2) keadaan prekonomian semakin memburuk dimana inflasi mencapai 600%


sedangkan upaya pemerintah melakukan evaluasi rupiah dan kenaikan BBM
menyebabkan tumbulnya keresahan masyarakat.

3) Reaksi keras dan meluas dari masyarakat yang mengutuk peristiwa pembunuhan
besar-besaran yang di lakukan oleh PKI.

b. Kegagalan (Penyimpangan) Sistem Pemerintahan Orde Baru

1) Semaraknya korupsi, kolusi, nepotisme

2) Pembangunan Indonesia yang tidak merata dan timbulnya kesenjangan


3) pembangunan antara pusat dan daerah, sebagian disebabkan karena kekayaan
daerah sebagian besar disedot ke pusat.

4) Munculnya rasa ketidakpuasan di sejumlah daerah karena kesenjangan


pembangunan, terutama di Aceh dan Papua.

5) Kecemburuan antara penduduk setempat dengan para transmigran yang


memperoleh tunjangan pemerintah yang cukup besar pada tahun-tahun
pertamanya.

6) Bertambahnya kesenjangan sosial (perbedaan pendapatan yang tidak merata


bagi si kaya dan si miskin).

7) Pelanggaran HAM kepada masyarakat non pribumi (terutama masyarakat


Tionghoa).

8) Kritik dibungkam dan oposisi diharamkan.

9) Kebebasan pers sangat terbatas, diwarnai oleh banyak koran dan majalah yang
dibredel.

10) Penggunaan kekerasan untuk menciptakan keamanan, antara lain dengan


program "Penembakan Misterius".

11) Tidak ada rencana suksesi (penurunan kekuasaan ke pemerintah/presiden


selanjutnya).

12) Menurunnya kualitas birokrasi Indonesia yang terjangkit penyakit Asal Bapak
Senang, hal ini kesalahan paling fatal Orde Baru karena tanpa birokrasi yang
efektif negara pasti hancur.

C. PANCASILA MASA ORDE REFORMASI


Secara harfiah reformasi memiliki arti suatu gerakan untuk memformat ulang, menata
ulang atau menata kembali hal-hal yang menyimpang untuk dikembalikan pada format atau
bentuk semula sesuai dengan nilai-nilai ideal yang dicita-citakan rakyat. Oleh karena itu
suatu gerakan reformasi memiliki kondisi syarat-syarat sebagai berikut:
1. Suatu gerakan reformasi dilakukan karena adanya suatu penyimpangan-penyimpangan.

2. Suatu gerakan reformasi dilakukan harus dengan suatu cita-cita yang jelas (landasan
ideologis) tertentu.

3. Suatu gerakan reformasi dilakukan dengan berdasarkan pada suatu kerangka structural
tertentu (dalam hal ini UUD) sebagai kerangka acuan reformasi.

4. Reformasi dilakukan ke arah suatu perubahan kondisi serta keadaan yang lebih baik dalam
segala aspek antara lain bidang politik, ekonomi, sosial, budaya, serta kehidupan keagamaan.
Pancasila sebagai sumber nilai memiliki sifat yang reformatif artinya memiliki aspek
pelaksanaan yang senantiasa mampu menyesuaikan dengan dinamika aspirasi rakyat. Dalam
mengantisipasi perkembangan jaman yaitu dengan jalan menata kembali kebijaksanaan-
kebijaksanaan yang tidak sesuai dengan aspirasi rakyat. Mengetahui peran Pancasila sebagai
paradigma reformasi dalam bidang hukum, politik, dan ekonomi Pancasila sebagai Paradigma
Reformasi Hukum.

Setelah peristiwa 21 Mei 1998 saat runtuhnya kekuasaan orde baru, salah satu
subsistem yang mengalami kerusakan parah adalah bidang hukum. Produk hukum baik
materi maupun penegaknya dirasakan semakin menjauh dari nilai-nilai kemanusiaan,
kerakyatan serta keadilan.Kerusakan atas subsistem hukum yang sangat menentukan dalam
berbagai bidang misalnya, politik, ekonomi dan bidang lainnya maka bangsa Indonesia ingin
melakukan suatu reformasi, menata kembali subsistem yang mengalami kerusakan tersebut.

Di era reformasi ini, Pancasila seakan tidak memiliki kekuatan mempengaruhi dan
menuntun masyarakat. Pancasila tidak lagi populer seperti pada masa lalu. Elit politik dan
masyarakat terkesan masa bodoh dalam melakukan implementasi nilai-nilai pancasila dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara. Pancasila memang sedang kehilangan legitimasi,
rujukan dan elan vitalnya. Sebab utamannya sudah umum kita ketahui, karena rejim Orde
Lama dan Orde Baru menempatkan Pancasila sebagai alat kekuasaan yang otoriter.

Terlepas dari kelemahan masa lalu, sebagai konsensus dasar dari kedirian bangsa ini,
Pancasila harus tetap sebagai ideologi kebangsaan. Pancasila harus tetap menjadi dasar dari
penuntasan persoalan kebangsaan yang kompleks seperti globalisasi yang selalu mendikte,
krisis ekonomi yang belum terlihat penyelesaiannya, dinamika politik lokal yang berpotensi
disintegrasi, dan segregasi sosial dan konflik komunalisme yang masih rawan. Kelihatannya,
yang diperlukan dalam konteks era reformasi adalah pendekatan-pendekatan yang lebih
konseptual, komprehensif, konsisten, integratif, sederhana dan relevan dengan perubahan-
perubahan yang terjadi dalam kehidupan masyarakat, bangsa dan negara.

Di era reformasi ini ada gejala Pancasila ikut “terdeskreditkan” sebagai bagian dari
pengalaman masa lalu yang buruk. Sebagai suatu konsepsi politik Pancasila pernah dipakai
sebagai legitimasi ideologis dalam membenarkan negara Orde Baru dengan segala sepak
terjangnya. Sungguh suatu ironi sampai muncul kesan di masa lalu bahwa mengkritik
pemerintahan Orde Baru dianggap “Anti Pancasila“.

Jadi sulit untuk dielakkan jika sekarang ini muncul pendeskreditan atas Pancasila.
Pancasila ikut disalahkan dan menjadi sebab kehancuran. Orang gamang untuk berbicara
Pancasila dan merasa tidak perlu untuk membicarakannya. Bahkan bisa jadi orang yang
berbicara Pancasila dianggap ingin kembali ke masa lalu. Anak muda menampakkan
kealpaan bahkan phobia-nya apabila berhubungan dengan Pancasila. Salah satunya
ditunjukkan dari pernyataan Ketua Umum Gerakan Mahasiswa dan Pemuda Indonesia M
Danial Nafis pada penutupan Kongres I GMPI di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta, Senin,
3 Maret 2008 bahwa kaum muda yang diharapkan menjadi penerus kepemimpinan bangsa
ternyata abai dengan Pancasila. Pernyataan ini didasarkan pada hasil survey yang dilakukan
oleh aktivis gerakan nasionalis tersebut pada 2006 bahwa sebanyak 80% mahasiswa memilih
syariah sebagai pandangan hidup berbangsa dan bernegara.

Sebanyak 15,5 persen responden memilih aliran sosialisme dengan berbagai varian
sebagai acuan hidup dan hanya 4,5 persen responden yang masih memandang Pancasila tetap
layak sebagai pandangan hidup berbangsa dan bernegara.

Di sisi lain, rezim reformasi sekarang ini juga menampakkan diri untuk “malu-malu”
terhadap Pancasila. Jika kita simak kebijakan yang dikeluarkan ataupun berbagai pernyataan
dari pejabat negara, mereka tidak pernah lagi mengikutkan kata-kata Pancasila. Hal ini jauh
berbeda dengan masa Orde Baru yang hampir setiap pernyataan pejabatnya menyertakan kata
-kata Pancasila.

Rezim Reformasi mempunyai cara sendiri mempraktikkan Pancasila. Rezim ini tidak
ingin dinilai melakukan indoktrinasi Pancasila dan tidak ingin menjadi seperti dua rezim
sebelumnya yang menjadikan Pancasila sebagai ideologi kekuasaan. untuk melegitimasikan
kelanggengan otoritarianisme Orde Lama dan otoritarianisme Orde Baru Saat ini orang mulai
sedikit demi sedikit membicarakan kembali Pancasila dan menjadikannya sebagai wacana
publik. Beberapa istilah baru diperkenalkan untuk melihat kembali Pancasila. Kuntowijoyo
memberikan pemahaman baru yang dinamakan radikalisasi Pancasila

Sesungguhnya jika dikatakan bahwa rezim sekarang alergi terhadap Pancasila tidak
sepenuhnya benar. Pernyataan tegas dari negara mengenai Pancasila menurut penulis dewasa
ini adalah dikeluarkannya ketetapan MPR No XVIII/ MPR /1998 tentang Pencabutan
Ketetapan MPR RI No II / MPR / 1978 tentang Pedoman Penghayatan dan Pengamalan
Pancasila (Eka Prasetya Pancakarsa) dan Penetapan tentang Penegasan Pancasila sebagai
dasar Negara. Pada pasal 1 Ketetapan tersebut dinyatakan bahwa Pancasila sebagaimana
dimaksud dalam Pembukaan Undang Undang Dasar 1945 adalah dasar negara dari Negara
Kesatuan Republik Indonesia harus dilaksanakan secara konsisten dalam kehidupan
bernegara. Dokumen kenegaraan lainnya adalah Peraturan Presiden No 7 tahun 2005 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2004-2009. Salah satu kutipan
dari dokumen tersebut menyatakan bahwa dalam rangka Strategi Penataan Kembali
Indonesia, bangsa Indonesia ke depan perlu secara bersama-sama memastikan Pancasila dan
Pembukaan Undang- Undang Dasar 1945 tidak lagi diperdebatkan. Untuk memperkuat
pernyataan ini, Presiden Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada salah satu bagian
pidatonya yang bertajuk “Menata Kembali Kerangka Kehidupan Bernegara Berdasarkan
Pancasila” dalam rangka 61 tahun hari lahir Pancasila meminta semua pihak untuk
menghentikan perdebatan tentang Pancasila sebagai dasar negara, karena berdasarkan Tap
MPR No XVIII /MPR/1998,

Memahami peran Pancasila di era reformasi, khususnya dalam konteks sebagai dasar
negara dan ideologi nasional, merupakan tuntutan hakiki agar setiap warga negara Indonesia
memiliki pemahaman yang sama dan akhirnya memiliki persepsi dan sikap yang sama
terhadap kedudukan, peranan dan fungsi Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara. Apalagi manakala dikaji perkembangannya secara konstitusional
terakhir ini dihadapkan pada situasi yang tidak kondusif sehingga kridibilitasnya menjadi
diragukan, diperdebatkan, baik dalam wacana politis maupun akademis.

Semenjak ditetapkan sebagai dasar negara (oleh PPKI 18 Agustus 1945), Pancasila telah
mengalami perkembangan sesuai dengan pasang naiknya sejarah bangsa Indonesia (Koento
Wibisono, 2001) memberikan tahapan perkembangan Pancasila sebagai dasar negara dalam
tiga tahap yaitu :
1. tahap 1945 – 1968 sebagai tahap politis.

2. tahap 1969 – 1994 sebagai tahap pembangunan ekonomi.

3. tahap 1995 – 2020 sebagai tahap repositioning Pancasila.

Penahapan ini memang tampak berbeda lazimnya para pakar hukum ketatanegaraan
melakukan penahapan perkembangan Pancasila Dasar Negara yaitu :

1. 1945 – 1949 masa Undang-Undang Dasar 1945 yang pertama ;

2. 1949 – 1950 masa konstitusi RIS .

3. 1950 – 1959 masa UUDS 1950.

4. 1959 – 1965 masa orde lama.

5. 1966 – 1998 masa orde baru.

6. 1998 – sekarang masa reformasi.

Hal ini patut dipahami, karena adanya perbedaan pendekatan, yaitu dari segi politik dan dari
segi hukum.

Pancasila pada masa reformasi tidak jauh berbeda dengan Pancasila pada masa orde
baru dan orde lama, yaitu tetap ada tantangan yang harus dihadapi. Tantangan itu adalah
KKN, yang merupakan masalah yang sangat berat dan sulit untuk dituntaskan. Apalagi pada
masa ini korupsi benar-benar merajalela. Para pejabat negara yang melakukan korupsi sudah
tidak malu lagi. Mereka malah bangga, dengan ditunjukkan saat pejabat itu keluar dari
gedung KPK dengan melambaikan tangan serta tersenyum, seperti artis yang baru terkenal.
Ini merupakan masalah yang benar-benar harus diselesaikan. Selain KKN, globalisasi
menjadi racun bagi bangsa Indonesia karena semakin lama ideologi Pancasila tergerus
dengan ideologi liberal dan kapitalis. Ditambah lagi tantangan pada masa ini bersifat terbuka,
lebih bebas dan nyata. oleh sebab itu, kita harus melaksanakan Pancasila sesuai dengan nilai-
nilai dikandungnya, serta mengembangkan toleransi dan plurralisme di dalam diri kita
masing-masing.

Secara harfiah reformasi memiliki arti suatu gerakan untuk memformat ulang,
menata ulang atau menata kembali hal-hal yang menyimpang untuk dikembalika pada format
atau bentuk semula sesuai dengan nilai-nilai ideal yang dicita-citakan rakyat.
Kegagalan (Penyimpangan) pada masa Reformasi

1) Belum terlaksananya kebijakan pemerintahan Habibie karena pembuatan perudang-


undangan menunjukkan secara tergesa-gesa, sekalipun perekonomian menunjukkan
perbaikan dibandingkan saat jatuhnya Presiden Soeharto.

2) Kasus pembubaran Departemen Sosial dan Departemen Penerangan pada masa


pemerintahan Abdurachman Wahid, menciptakan persoalan baru bagi rakyat banyak
karena tidak dipikirkan penggantinya.

3) Ada perseteruan antara DPR dan Presiden Abdurachman Wahid yang berlanjut
dengan Memorandum I dan II berkaitan dengan kasus “Brunei Gate” dan “Bulog
Gate”, kemudian MPR memberhentikan presiden karena dianggap melanggar haluan
negara.

4) Baik pada masa pemerintahan Abdurachman Wahid maupun Megawati, belum


terselesaikan masalah konflik Aceh, Maluku, Papua, Kalimantan Tengah dan ancaman
disintegrasi lainnya.

5) Belum maksimalnya penyelesaian masalah pemberantasan KKN, kasus-kasus


pelanggaran HAM, terorisme, reformasi birokrasi, pengangguran, pemulihan
investasi, kredibilitas aparatur negara, utang domestik, kesehatan dan pendidikan serta
kerukunan beragama.

Sisi Gelap Pelaksanaan Pancasila

Berikut ini adalah daftar penyelewengan dan penyimpangan terhadap Pancasila di


masa orde lama, orde baru dan di Orde reformasi :
I. Masa Orde Lama
1) Adanya penyelewengan pada sila keempat yang mengutamakan musyawarah
dan mufakat tidak dapat dilaksanakan, sebab demokrasi yang diterapkan
pada tahun 1945-1950 adalah demokrasi parlementer, dimana presiden hanya
berfungsi sebagai kepala negara, sedang kepala pemerintahan dipegang oleh
Perdana Menteri. Sistem ini menyebabkan tidak adanya stabilitas
pemerintahan.
2) Sistem pemerintahan tahun 1950-1959 yang liberal sehingga lebih
menekankan hak-hak individual.
3) Anggota Konstituante hasil pemilu tidak dapat menyusun UUD seperti
yang diharapkan. Hal ini menimbulkan krisis politik, ekonomi, dan
keamanan.
4) Pada periode 1959-1965 menerapkan demokrasi terpimpin. Demokrasi bukan
berada pada kekuasaan rakyat sehingga yang memimpin adalah nilai-nilai
Pancasila tetapi berada pada kekuasaan pribadi presiden Soekarno.
5) Presiden Soekarno melakukan pemahaman pancasila dengan paradigma yang di
sebut dengan USDEK dan menyebarkan Nasionalis, Agama, dan Komunis
6) Adanya upaya-upaya untuk mengganti Pancasila sebagai dasar negara faham
komunis oleh PKI melalui pemberontakan di Madiun tahun 1948 dan oleh
DI/TII yang ingin mendirikan negara dengan dasar Islam.
II. Masa Orde Baru
1) Presiden Soeharto menjabat selama 32 tahun.
2) Terjadi penafsiran sepihak terhadap Pancasila oleh rezim Orde Baru melalui
program P4.
3) Adanya penindasan ideologis, sehingga orang-orang yang mempunyai gagasan
kreatif dan kritis menjadi takut.
4) Adanya penindasan secara fisik seperti pembunuhan terhadap orang di Timor-
Timur, Aceh, Irian Jaya, kasus Tanjung Priok, pengrusakan/penghancuran pada
kasus 27 Juli dan seterusnya.
5) Perlakuan diskriminasi oleh negara juga dirasakan oleh masyarakat non
pribumi (keturunan) dan masyarakat golongan minoritas. Mereka merasa
diasingkan, bahkan acapkali mereka hanya dijadikan sebagai kambing hitam
jika ada masalah, atau diperas secara ekonomi.

II. Masa Era Reformasi

1) Menjadikan Pancasila sebagai ideologi tanpa memperhatikan kerelevannya.


Para elite politik cenderung hanya memanfaatkan gelombang reformasi ini
guna meraih kekuasaan sehingga tidak mengherankan apabila banyak terjadi
perbenturan kepentingan politik.
2) Pemerintah kurang konsisten dalam menegakkan hukum.
3) Menurunnya rasa persatuan dan kesatuan yang ditandai dengan adanya konflik
di beberapa daerah.
4) Pergantian presiden secara singkat di era reformasi.
BAB III

PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Bahwa pancasila sebagai dasar falsafah dan pandangan hidup serta sumber dari semua
sumber hukum adalah warisan hukum yang digali dari nilai budaya, adat serta
kepribadian bangsa.

2. Tidak ada yang salah dalam pancasila hanya saja penjabaran pelaksanaan pada masa
pemerintahan sebelumnya hanya menjadi topeng dan kedok pembenaran kekuasaan saja.

3. Pada masa reformasi ini sesuai dengan maknanya maka tidak salah dan tepat bila
kitharus kembali pada nlai-nilai pancasila yang telah sekian lama menjadi asing dan
jauhdari kehidupan kita sebagai bangsa.

4. Pengamalan nilai pancasila harus seiring dengan semangat reformasi dalam


perubahanmenuju tatanan masyarakat yang madani adalah menjadi tonggak sejarah
dimana keberhasilan reformasi justru pada keberhasilan mengembalikan kemurnian dan
keutuhan serta kekuatan pancasilaisme disetiap warga negara indonesia

B. SARAN
Berdasarkan kesimpulan di atas ada beberapa saran yang dapat diberikan guna
mewujudkan upaya pembinaan masyarakat dalam menghayati dan mengamalkan nilai-nilai
Pancasila yang meliputi paham kebangsaan, rasa kebangsaan dan semangat kebangsaan,
antara lain:

1. Untuk meningkatkan Wawasan Kebangsaan bagi segenap komponen bangsa diperlukan


perhatian dan penanganan pihak-pihak terkait secara integratif. Untuk itu, perlu diwujudkan
adanya suatu wadah atau lembaga yang akan menangani masalah Wawasan Kebangsaan serta
perlunya buku pedoman nasional yang dapat digunakan baik melalui pendidikan formal
maupun nonformal.

2. Peran para elit pemerintah, elit politik dan tokoh masyarakat LSM serta media massa
sangat diperlukan untuk meningkatkan wawasan Kebangsaan. Untuk itu para tokoh tersebut
harus mempunyai komitmen untuk selalu mengutamakan kepentingan bangsadan negara di
ataskepentingan pribadi dan golongan dengan mengeyampingkan pemikiran sempit yang
menguntungkan hanya sekelompok orang Perlunya pengamalan Pancasila secara nyata dalam
kehidupan sehari-hari melaluipenataran atau sertifikasi Pedoman Penghayatan dan
Pengamalan Pancasila (P4), diseluruh lembaga pendidikan, baik formal maupun nonformal,
agarlebih tertanam rasacinta tanah air, bangsa dan negara bahkan selalu siap dalam usaha bela
negara.

3. Perlunya penyelengaran di seluruh elemen masyarakat tentang pembinaan dalam


menghayati dan mengamalkan nilai-nilai Pancasila yang meliputi paham kebangsaan,rasa
kebangsaan dan semangat kebangsaan, di setiap Kabupaten atau Kota denganmelibatkan
instansi terkait secara bertahap dan berlanjut.
DAFTAR PUSTAKA

Erwin. M. (2012). sistem pemerintahan orde baru.

http://sistem-pemerintahan-orde-baru.html 01 Noveber 2014.

Susi. (2012). lahirnya reformasi dan jatuhnya masa

http://lahirnya-reformasi-dan-jatuhnya-masa.html 01 November 2014.

Amir. (2013). sejarah indonesia http://www.wikipedia.org/sejarahindonesia// 10 November


2014

Awar. (2011). pran pancasila dimasa orde lama dan orde baru.

http://pancasila-dimasa-orde-lama-dan-orde-baru.html 01 November 2014.

Syahar, H.Syaidus, 1975, Pancasila Sebagai Paham Kemasyarakatan Dan Kenegaraan


Indonesia, Alumni, Bandung.

Kaelan, 2003, Pendidikan Pancasila, Paradigma, Yogyakarta.

Вам также может понравиться