Вы находитесь на странице: 1из 20

AKUNTANSI PEMERINTAHAN DESA

Oleh :

Adila Litan Juana (15312440)

Arnie Resita Ihsany (15312442)

Rizki Farah Laudina (15312443)

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

FAKULTAS EKONOMI

YOGYAKARTA

2018
I. Pengertian Desa
Menurut Permen no 113 tahun 2014 Desa adalah desa dan desa adat atau yang
disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut Desa, adalah kesatuan masyarakat hukum
yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan
pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak
asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Desa dalam pengertian umum adalah sebagai suatu gejala yang bersifat universal,
terdapat dimana pun di dunia ini, sebagai suatu komunitas kecil, yang terikat pada
lokalitas tertentu baik sebagai tempat tinggal (secara menetap) maupun bagi pemenuhan
kebutuhannya, dan terutama yang tergantung pada sektor pertanian (Edi Indrizal, 2006).
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, desa adalah kesatuan wilayah yang
dihuni oleh sejumlah keluarga yang mempunyai sistem pemerintahan sendiri (dikepalai
oleh seorang Kepada Desa) atau desa merupakan kelompok rumah di luar kota yang
merupakan kesatuan.
Menurut Permen no 113 tahun 2014 Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan
urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat dalam sistem pemerintahan
Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pemerintah Desa adalah kepala Desa atau yang
disebut dengan nama lain dibantu Perangkat Desa sebagai unsur penyelenggara
pemerintahan desa
II. Laporan Keuangan
Laporan keuangan adalah suatu bentuk pertanggungjawaban dan transparansi
dariaktivitas suatu organisasi. Laporan keuangan banyak dijadikan sebagai tolak ukur
kinerjasuatu organisasi. Laporan keuangan yang dibuat oleh pihak manajemen/pengelola
organisasiini menyajikan informasi-informasi penting yang dapat digunakan oleh pihak-
pihak yang berkepentingan sebagai dasar pengambilan keputusan, kebijakan maupun
tindakan.

Laporan keuangan disajikan baik oleh organisasi bisnis (privat) dengan tujuan
untuk mencari laba maupun organisasi publik (nirlaba) yang tujuan utamanya bukan
mencari labam e l a i n k a n u n t u k p e l a ya n a n k e p a d a m a s y a r a k a t . L a p o r a n
k e u a n g a n p a d a s e k t o r b i s n i s berbeda dengan sektor public
III. Laporan keuangan

PSAK 1 tentang penyajian Laporan keuangan revisi 2013 mendefinisikan laporan


keuangan sebagai suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan
suatu entitas. Tujuan laporan keuangan adalah memberikan informasi mengenai posisi
keuangan, kinerja keuangan dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar
kalangan pengguna laporan dalam pembuatan keputusan ekonomi. Laporan keuangan
menunjukkan hasil pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan sumber daya yang
dipercayakan kepada mereka.

Syafri (2008:201) berpendapat bahwa, Laporan keuangan adalah output dan hasil
akhir dari proses akuntansi. Laporan keuangan inilah yang menjadi bahan informasi bagi
para pemakainya sabagai salah satu bahan dalam proses pengambilan
keputusan.Disamping sebagai informasi, laporan keuangan juga sebagai pertanggung
jawaban atau accountability. Sekaligus menggambarkan indicator kesuksesan suatu
perusahaan dalam mencapai tujuannya.

Sementara itu, menurut Sadeli (2002), laporan keuangan adalah hasil dari proses
akuntansi dan merupakan informasi historis Akuntansi adalah proses pengidentifikasian ,
mengukur dan melaporkan informasi ekonomi untuk membuat pertimbangan dan
pengambilan keputusan yang tepat bagi pemakai informasi tersebut.

IV. Struktur Pemerintahan Desa

Struktur Organisasi Desa

Pemerintah Desa merupakan lembaga perpanjangan pemerintah pusat yang


memiliki peran strategi untuk mengatur masyarakat yang ada di perdesaan demi
mewujudkan pembangunan pemerintah. Berdasarkan perannya tersebut, maka
diterbitkanlah peraturan-peraturan atau undang-undang yang berkaitan dengan
pemerintahan desa yang mengatur pemerintahan Desa, sehingga roda pemerintahan
berjalan dengan optimal.

Pemerintah Desa terdiri dari Kepala Desa dan Perangkat Desa, yang meliputi Sekretaris
Desa dan lainnya. Struktur organisasinya adalah sebagai berikut.
a. Kepala Desa

Kepala desa adalah pemerintah desa atau yang disebut dengan nama lain yang
dibantu perangkat desa sebagai unsur penyelenggara pemerintahan desa (UU RI No 6
Tahun 2014 Pasal 1 Ayat 3). Kepala desa bertugas menyelenggarakan pemerintahan
desa, dan pemberdayaan desa (UU RI No 6 Tahun 2014 Pasal 26 Ayat 1).

Kewajiban kepala desa menurut UU RI No 6 Tahun 2014 Pasal 26 Ayat 4 adalah:

 Memegang teguh dan mengamalkan Pancasila, melaksanakan Undang-Undang


Desa Negara Republik Indonesia Tahun 1945, serta mempertahankan dan
memelihara keutuhan Negara Republik Indonesia, dan Bhineka Tunggal Ika;

 Meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa;

 Memelihara ketenteraman dan ketertiban masyarakat desa;

 Menaati dan menegakkan peraturan perundang-undangan;

 Melaksanakan kehidupan demokrasi dan berkeadilan gender;

 Melaksanakan prinsip tata pemerintahan Desa yang akuntabel, transparan,


professional, efektif dan efisien, bersih serta bebas dari kolusi,korupsi dan
nepotisme;

 Menjalin kerja sama dan koordinasi dengan seluruh pemangku kepentingan di


desa;
 Menyelenggarakan administrasi Pemerintahan Desa yang baik;

 Mengelola keuangan dan aset desa;

 Melaksanakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan desa;

 Menyelesaikan perselisihan masyarakat di desa;

 Mengembangkan perekonomian masyarakat desa;

 Membina dan melestarikan nilai sosial budaya masyarakat desa;

 Memberdayakan masyarakat dan lembaga kemasyarakatan di desa;

 Mengembangkan potensi sumber daya alam dan melestarikan lingkungan hidup;


dan

 Memberikan informasi kepada masyarakat desa.

b. Badan Permusyawaratan Desa (BPD)


Badan Permusyawaratan Desa (BPD) adalah lembaga yang melaksanakan
fungsi pemerintahan yang anggotanya merupakan wakil dari penduduk desa
berdasarkan keterwakilan wilayah dan ditetapkan secara demokrasi (UU RI No 6
Tahun 2014 Pasal 1 Ayat 4 tentang UU Desa).
Fungsi BPD yang berkaitan dengan kepala desa yaitu (UU RI No 6 Tahun 2014
Pasal 55) adalah:

1. Membahas dan menyepakati Rencana Peraturan Desa bersama kepala desa;

2. Menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat desa; dan

3. Melakukan pengawasan kinerja kepala desa.

c. Sekretaris

Merupakan perangkat desa yang bertugas membantu kepala desa untuk


mempersiapkan dan melaksanakan pengelolaan administrasi desa,
mempersiapkan bahan penyusunan laporan penyelenggaraan pemerintah desa.
Fungsi sekretaris desa adalah:

 Menyelenggarakan kegiatan administrasi dan mempersiapkan bahan untuk


kelancaran tugas kepala desa;

 Membantu dalam persiapan penyusunan Peraturan Desa;

 Mempersiapkan bahan untuk Laporan Penyelenggara Pemerintah Desa;

 Melakukan koordinasi untuk penyelenggaraan rapat rutin;

 Pelaksana tugas lain yang diberikan kepada kepala desa.

d. Pelaksana Teknis Desa:


 Kepala Urusan Pemerintah (KAUR PEM) Tugas Kepala Urusan Pemerintahan
(KAUR PEM) adalah membantu kepala desa melaksanakan pengelolaan
administrasi kependudukan, administrasi pertanahan, pembinaan ketentraman
dan ketertiban masyarakat desa, mempersiapkan bahan perumusan kebijakan
penataan, kebijakan dalam penyusunan produk hukum Desa. Sedangkan fungsi
adalah:

 Melaksanakan administrasi kependudukan.

 Mempersiapkan bahan-bahan penyusunan perencanaan peraturan desa dan


keputusan kepala desa.

 Melaksanakan kegiatan administrasi pertanahan.

 Melaksanakan kegiatan pencatatan monografi desa.

 Mempersiapkan bantuan dan melaksanakan penataan kelembagaan


masyarakat untuk kelancaran penyelenggaraan pemerintahan desa.

 Mempersiapkan bantuan dan dan melaksanakan kegiatan masyarakat yang


berhubungan dengan upaya menciptakan ketentraman dan ketertiban
masyarakat dan pertahanan sipil.
 Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan kepada desa.

V. Pengelolaan Keuangan Desa


1. Keuangan Desa

Keuangan Desa adalah semua hak dan kewajiban Desa yang dapat dinilai dengan
uang serta segala sesuatu berupa uang dan barang yang berhubungan dengan pelaksanaan
hak dan kewajiban Desa. Pengelolaan Keuangan Desa adalah keseluruhan kegiatan yang
meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, dan pertanggungjawaban
keuangan desa. Rencana Kerja Pemerintah Desa (RKPDesa) merupakan penjabaran dari
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa untuk jangka waktu 1 (satu) tahun.

Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDesa) merupakan rencana


keuangan tahunan Pemerintahan Desa. Diperlukan Peraturan Bupati/Walikota untuk
mengatur mengenai Pengelolaan Keuangan Desa.

2. Pengelolaan Keuangan Desa

Pengelolaan Keuangan Desa adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan,


pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, dan pertanggungjawaban keuangan desa.

Penyelenggaraan kewenangan Desa berdasarkan hak asal usul dan kewenangan lokal
berskala Desa didanai oleh APBDesa. Penyelenggaraan kewenangan lokal berskala Desa
selain didanai oleh APB Desa, juga dapat didanai oleh anggaran pendapatan dan belanja
negara dan anggaran pendapatan dan belanja daerah.

Penyelenggaraan kewenangan Desa yang ditugaskan oleh Pemerintah didanai oleh


anggaran pendapatan dan belanja negara. Dana anggaran pendapatan dan belanja negara
dialokasikan pada bagian anggaran kementerian/lembaga dan disalurkan melalui satuan
kerja perangkat daerah kabupaten/kota. Penyelenggaraan kewenangan Desa yang
ditugaskan oleh pemerintah daerah didanai oleh anggaran pendapatan dan belanja daerah.

Seluruh pendapatan Desa diterima dan disalurkan melalui rekening kas Desa dan
penggunaannya ditetapkan dalam APB Desa. Pencairan dana dalam rekening kas Desa
ditandatangani oleh kepala Desa dan Bendahara Desa. Pengelolaan keuangan Desa
meliputi:

a) perencanaan;

b) pelaksanaan;

c) penatausahaan;

d) pelaporan; dan

e) pertanggungjawaban.

Kepala Desa adalah pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan Desa. Dalam


melaksanakan kekuasaan pengelolaan keuangan Desa, kepala Desa menguasakan
sebagian kekuasaannya kepada perangkat Desa.

Pertanggungjawaban Formulir/Daftar yang dipergunakan:


1. Laporan Pertanggungjawaban Realisasi Pelaksanaan APBDesa.
2. Peraturan Desa.
3. Laporan Kekayaan Milik Desa.
4. Laporan Program Pemerintah dan Pemerintah Daerah yang masuk ke desa.

Pelaksana/Unit kerja yang terlibat:


1. Sekretaris Desa
2. Kepala Desa
3. Bupati/Walikota
4. Camat atau sebutan lain
5. Masyarakat

Tahapan kegiatan:
1. Kepala Desa menyampaikan laporan pertanggungjawaban realisasi pelaksanaan
APBDesa kepada Bupati/Walikota setiap akhir tahun anggaran.
2. Laporan pertanggungjawaban realisasi pelaksanaan APBDesa, terdiri dari pendapatan,
belanja, dan pembiayaan.
3. Laporan pertanggungjawaban realisasi pelaksanaan APBDesa ditetapkan dengan
Peraturan Desa.
4. Peraturan Desa tentang laporan pertanggungjawaban realisasi pelaksanaan APBDesa
dilampiri:
a. format Laporan Pertanggungjawaban Realisasi Pelaksanaan APBDesa Tahun
Anggaran berkenaan;
b. format Laporan Kekayaan Milik Desa per 31 Desember Tahun Anggaran berkenaan;
dan
c. format Laporan Program Pemerintah dan Pemerintah Daerah yang masuk ke desa.
5. Laporan Pertanggungjawaban Realisasi Pelaksanaan APBDesa merupakan bagian
tidak terpisahkan dari laporan penyelenggaraan Pemerintahan Desa.
6. Laporan realisasi dan laporan pertanggungjawaban realisasi pelaksanaan APBDesa
diinformasikan kepada masyarakat secara tertulis dan dengan media informasi yang
mudah diakses oleh masyarakat.
7. Media informasi antara lain papan pengumuman, radio komunitas, dan media
informasi lainnya.
8. Laporan realisasi dan laporan pertanggungjawaban realisasi pelaksanaan APBDesa
disampaikan kepada Bupati/Walikota melalui camat atau sebutan lain.
9. Laporan pertanggungjawaban realisasi pelaksanaan APBDesa, disampaikan paling
lambat 1 (satu) bulan setelah akhir tahun anggaran berkenaan.

Secara umum, pengertian perencanaan keuangan adalah kegiatan untuk


memperkirakan pendapatan dan belanja untuk kurun waktu tertentu di masa yang akan
datang. Dalam kaitannya dengan Pengelolaan Keuangan Desa, perencanaan dimaksud
adalah proses penyusunan APBDesa.

Penyusunan APBDesa berdasar pada RKPDesa, yaitu rencana pembangunan


tahunan yang ditetapkan dengan Peraturan Desa (Perdes). Dengan demikian, APBDesa
yang juga ditetapkan dengan Perdes, merupakan dokumen rencana kegiatan dan anggaran
yang memiliki kekuatan hukum.

FUNGSI APB DESA

Sebagai dokumen yang memiliki kekuatan hukum, APBDesa menjamin kepastian


rencana kegiatan, dalam arti mengikat Pemerintah Desa dan semua pihak yang terkait,
untuk melaksanakan kegiatan sesuai rencana yang telah ditetapkan, serta menjamin
tersedianya anggaran dalam jumlah yang tertentu yang pasti, untuk melaksanakan
rencana kegiatan dimaksud. APBDesa menjamin kelayakan sebuah kegiatan dari segi
pendanaan, sehingga dapat dipastikan kelayakan hasil kegiatan secara teknis.

KETENTUAN PENYUSUNAN APB DESA

Dalam menyusun APBDesa, ada beberapa ketentuan yag harus dipatuhi:

 APBDesa disusun berdasarkan Peraturan Desa tentang RKPDesa.

 APBDesa disusun untuk masa 1 (satu) tahun anggaran, terhitung mulai 1 Januari
sampai 31 Desember tahun berikutnya.

 Rancangan APBDesa harus dibahas dan disepakati antara Kepala Desa bersama
Badan Permusyawaratan Desa (BPD).
 APBDesa dapat disusun sejak bulan September dan harus ditetapkan dengan Perdes,
selambat-lambatnya pada 31 Desember pada tahun yang sedang dijalani.

Selain itu, secara teknis penyusunan APBDesa juga harus memperhatikan:

1. Pendapatan Desa

Pendapatan Desa yang ditetapkan dalam APBDes merupakan perkiraan yang terukur
secara rasional dan memiliki kepastian serta dasar hukum penerimaannya. Rasional
artinya menurut pikiran logis atau masuk akal serta sesuai fakta atau data.

2. Belanja Desa

Belanja desa disusun secara berimbang antara penerimaan dan pengeluaran, dan
penggunaan keuangan desa harus konsisten (sesuai dengan rencana, tepat jumlah, dan
tepat peruntukan), dan sesuai dengan ketentuan dan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.

3. Pembiayaan Desa

Pembiayaan desa baik penerimaan pembiayaan maupun pengeluaran pembiayaan harus


disesuaikan dengan kapasitas dan kemampuan nyata/sesungguhnya yang dimiliki desa,
serta tidak membebani keuangan desa di tahun anggaran tertentu.

4. SiLPA (Sisa Lebih Perhitungan Anggaran)

Dalam menetapkan anggaran Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Anggaran


Sebelumnya (SiLPA), agar disesuaikan dengan kapasitas potensi riil yang ada, yaitu
potensi terjadinya pelampauan realisasi penerimaan desa, terjadinya penghematan
belanja, dan adanya sisa dana yang masih mengendap dalam rekening kas desa yang
belum dapat direalisasikan hingga akhir tahun anggaran sebelumnya
PELAKSANAAN KEUANGAN DESA

Pelaksanaan keuangan desa merupakan serangkaian kegiatan yang berkaitan dengan pengeluaran
uang dan kegiatan di lapangan. Kegiatan yang dilakukan sesuai kewenangan desa yang diolah
melalui rekening desa. Artinya, semua penerimaan dan pengeluaran desa harus dikelola melalui
rekening desa yang didukung dengan bukti yang lengkap dan sah. Sehingga harus benar-benar
dilakukan pencatatan transaksi secara tertib dan dapat dipertanggungjawabkan.

1. Pengaturan Pelaksanaan Keuangan Desa

Pengaturan pelaksanaan keuangan desa bertujuan untuk:

 Meningkatkan efektivitas dan efesiensi pengelolaan keuangan desa


 Meningkatkan akuntabilitas pelaksanaan keuangan desa yang didasarkan pada perencanaan
anggaran dalam APB Desa.
 Membangun konsistensi antar tahapan dalam satu mekanisme dan siklus pengelolaan
keuangan desa.
 Memberikan dasar dan arahan dalam pelaksanaan kegiatan.

2. Prinsip Pelaksanaan Keuangan Desa


Pelaksanaan keuangan desa harus berdasarkan prinsip-prinsip sebagai berikut:
 Tidak diperbolehkan melakukan transaksi belanja jika tidak ada dalam Perdes APB Desa
 Setiap transaksi penerimaan dan belanja harus didukung dengan bukti yang lengkap dan
sah.
 Seluruh bukti transaksi harus mendapat pengesahan kepala desa dan bertanggung jawab
atas kebenaran material yang timbul dari penggunaan bukti dimaksud.
 Pengeluaran kas yang mengakibatkan beban APB Desa tidak dapat dilakukan sebelum
rancangan Peraturan Desa tentang APB Desa ditetapkan dan ditempatkan dalam lembaran
desa.
3. Tahapan Pelaksanaan Keuangan Desa

 Tahap pertama pelaksanaan keuangan desa adalah pelaksanaan APB Desa yang meliputi
kegiatan sosialisasi Perdes APB Desa, penyusunan DPA/RAB, pelaksanaan penerimaan,
pelaksanaan belanja.
 Tahap kedua pelaksanaan kegiatan yang meliputi: mekanisme pelaksanaan pembangunan
dan pihak-pihak yang terlibat, pelaksanaan pengadaan barang dan jasa, permintaan
pendanaan, dan pencairan.
 Tahap ketiga perubahan APB Desa yang meliputi kegiatan penyusunan rancangan
Perubahan APB Desa, Penetapan Perubahan APB Desa dan sosialisasi peraturan tentang
Perubahan APB Desa.

PENATAUSAHAAN KEUANGAN DESA

Penatausahaan Keuangan Desa merupakan suatu kegiatan yang wajib serta khusus
dilakukan oleh Bendahara Desa dalam hal mencatat transaksi pengeluaran ataupun penerimaan
desa. Bendahara Desa pun harus jeli perihal melaksanakan tugasnya dalam hal pencatatan yang
mengakibatkan terjadinya suatu transaksi keuangan di Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa
(APBDes) baik itu berupa pendapatan ataupun belanja desa. Jurnal akuntansi yang digunakan
oleh Bendahara desa dalam hal penatausahaan keuangan desa adalah Buku Umum, Buku Pajak
serta Buku Kas Pembantu Pajak.

Adapun fungsi dari buku-buku tersebut adalah sebagai berikut :


 Buku kas umum berfungsi untuk mencatat atas seluruh baik berupa penerimaan dan
pengeluaran yang bersifat cash/tunai.
 Buku Bank berfungsi untuk mencatat segala transaksi penerimaan dan pengeluaran
melalui pendapatan transfer.
 Buku Kas Pembantu Pajak berfungsi untuk mencatat penerimaan uang yang berasal dari
pungutan pajak dan pengeluaran penyetoran pajak ke kas Negara.

1. Penatausahaan Penerimaan Desa


Bendahara Desa mencatat transaksi kedalam Buku Kas Umum ketika dirinya
menerima penerimaan uang yang bersifat cash ( tunai ) dengan cara membuat bukti
berupa kuitansi.Sedangkan bila bendahara desa menerima pendapatan yang berupa
transfer maka bendahara akan memperoleh informasi berupa nota yang di catat kredit di
buku bank atas uang yang masuk ke Rekening Kas Bank Desa.Berdasarkan nota tersebut
sebagai acuan kemudian bendahara desa wajib mencatat kedalam buku bank.Semua
penerimaan baik itu cash (tunai ) atau bersumber dari transfer harus di catat secara benar
dan tertib. Selain pencatatan pada kedua buku tersebut, Bendahara Desa juga wajib
membukukanya kedalam laporan realisasi Buku Rincian Pendapatan. Pencatatan Buku
Rincian Pendapatan berguna untuk mengklasifikasi rincian dari realisasi pendapatan yang
diterima agar dapat dilaporkan ke dalam Laporan Realisasi APB Desa.

2. Penatausahaan Pengeluaran Desa


Belanja Kegiatan yang bersifat cash (tunai) yang dikeluarkan oleh Bendahara
Desa harus dibuatkan bukti transaksi berupa kwitansi pengeluaran dan wajib dicatat oleh
Bendahara Desa dalam Buku Kas Umum. Sedangkan yang
bersifat belanja transfer langsung ke pada pihak ketiga, Bendahara Desa mencatat ke
dalam Buku Bank (tidak dicatat di BKU, karena BKU untuk transaksi cash (tunai) ).
Pencatatan penerimaan baik kas maupun pendapatan transfer wajib disertai dengan bukti
yang lengkap dan sah serta dicatat secara benar dan tertib.
Selain pencatatan transaski di Buku Kas Umum atau Buku Bank, Bendahara Desa
juga mencatat kewajiban perpajakan yang dipotong/dipungut atas transaksi belanja yang
dilakukan. Atas pemotongan/pungutan pajak yang dilakukan, Bendahara Desa mencatat
dalam Buku Pajak pada kolom penerimaan. Nilai Potongan/pungutan pajak didasarkan
pada bukti kwitansi sebagaimana telah dibahas sebelumnya. Ketika Bendahara Desa
melakukan penyetoran ke Kas Negara dengan batasan waktu yang diatur dalam
ketentuan perpajakan melalui Surat Setoran Pajak (SSP) maka Bendahara Desa
mencatat dalam Buku Pembantu Pajak pada kolom kredit (Pengeluaran).
Khusus untuk pajak daerah disesuaikan dengan peraturan yang diatur oleh daerah
masing- masing, dan jika memang diberlakukan kepada desa maka dalam peraturan
kepala daerah tersebut harus terdapat pemberian kewenangan pemungutan pajak daerah
kepada Bendahara Desa. Jika perihal itu tidak disebutkan maka Bendahara Desa
tidak dianjurkan untuk melakukan pemungutan karena tidak ada kewenangan.

3. Penatausahaan Pembiayaan Desa


Seperti layaknya pencatatan atas transaksi Pendapatan pada Buku Kas Umum
(BKU) ataupun Buku Bank (BB), untuk membukukan Realiasi Pembiayaan, baik
pendapatan pembiayaan ataupun belanja pembiayaan dicatat dalam Buku Rincian
Pembiayaan (BRP). Pencatatan dalam Buku Rincian Pembiayaan berfungsi untuk
mengcrosscheck rincian dari realisasi pembiayaan. Pencatatan ini sangat di
butuhkan agar dapat dilaporkan dalam Laporan Realisasi APB Desa. Pencatatan seluruh
pendapatan pembiayaan maupun belanja pembiayaan tersebut dilaksanakan secara benar
dan tertib.

4. Dokumen Penatausahaan oleh Bendahara Desa


Bendahara Desa tidak gunakan buku pembantu lainya baik berbentuk Buku
Pembantu Panjar dan Buku Pembantu Rincian Objek Belanja, karena ketiga buku
tersebut sudah dicatat oleh petugas lainya. Buku Pembantu Panjar (BPP) secara
sederhana sudah diganti dengan Buku Pembantu Kegiatan yang dikelola Pelaksana
Kegiatan. Buku Pembantu Rincian Objek Belanja ini sebagai akumulasi yang
menggambarkan realisasi belanja serta dapat dilihat pada SPP terakhir yang juga dicatat
oleh Pelaksana Kegiatan. Buku Pembantu Kas Tunai diganti dengan Buku Kas Umum.
Perihal mulai dari Buku Kas Umum (BKU), Buku Bank (BK) dan Buku Kas Pembantu
Pajak serta Buku Rincian Pendapatan dan Buku Rincian Pembiayaan disajikan sebagai
berikut:
A. Buku Kas Umum
Buku Kas Umum ini berfungsi untuk mencatat semua transaksi, baik penerimaan
maupun pengeluaran yang berkaitan dengan kas (uang tunai).

B. Buku Bank Desa


Buku Bank Berfungsi untuk mencatat semua transaksi, baik penerimaan maupun
pengeluaran yang terkait dengan bank (penarikan, penyetoran, dll).

C. Buku Kas Pembantu Pajak


Berfungsi untuk mencatat semua transaksi penerimaan dan pengeluaran pajak
(khususnya PPh Pasal 21 dan PPn), dalam kaitannya Bendahara Desa sebagai Wajib
Pungut (Wapu).
5. Laporan Bendahara Desa
Berdasarkan Permendagri 113 Tahun 2014 pasal 35, bendahara desa wajib
mempertanggungjawabkan uang melalui laporan pertanggungjawaban. Laporanini
disampaikan setiap bulan kepada kepala desa paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya.
Sebelumnya melaporkan laporanya, bendahara desa harus melakukan tutup buku di akhir
bulan secara tertib, meliputi Buku Kas Umum (BKU), Buku Bank (BB), Buku Pajak (BP)
dan Buku Rincian Pendapatan (BRP). Penutupan buku ini dilakukan bersama kepala
desa. Laporan pertanggungjawaban bendahara desa menggambarkan arus uang masuk
yang diterima dari pendapatan dan arus uang yang keluar untuk belanja, panjar dan lain-
lain.

6. Penatausahaan oleh Pelaksanaan Kegiatan


Penatausahaan yang dilaksanakan oleh Pelaksana Kegiatan seperti mencatat kedalam
Buku Kas Pembantu Kegiatan dan Laporan Kegiatan ketika kegiatan selesai.
Buku Kas Pembantu Kegiatan mencatat penerimaan yang diperoleh dari bendahara
desa (panjar) atau dari masyarakat (swadaya) yang telah dirupiahkan.Pengeluaran dicatat
oleh Pelaksana Kegiatan atas belanja-belanja yang telah dilaksanakan baik berupa belanja
barang atau jasa maupun belanja modal. Atas saldo yang masih tersisa dan berada di
pelaksana kegiatan, maka dilaksanakan penyetoran kepada bendahara desa.
Hal yang perlu menjadi catatan adalah semua penerimaan dan pengeluaran tersebut
didukung dengan bukti yang sah dan lengkap, tidak hanya pengeluaran tetapi termasuk
juga penerimaan. bukti penerimaan yang perlu dibuat oleh pelaksana kegiatan berupa
tanda terima swadaya berupa barang dan daftar hadir untuk tenaga atau gotong royong.

PELAPORAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN DESA

1. Fungsi Pelaporan dan Pertanggungjawaban Keuangan Desa


Pelaporan sebagai salah satu alat pengendalian untuk:
 Mengetahui kemajuan pelaksanaan kegiatan
 Mengevaluasi berbagai aspek (hambatan, masalah, faktor-faktor berpengaruh,
keberhasilan, dan sebagainya) terkait pelaksaan kegiatan
2. Prinsip Pelaporan dan Pertanggungjawaban Pengelolan Keuangan Desa
Hal-hal penting atau prinsip yang harus diperhatikan dalam melaksanakan pelaporan ini,
antara lain:
 Menyajikan informasi data yang valid, akurat dan terkini.
 Sistematis (mengikuti kerangka pikir logis).
 Ringkas dan jelas.
 Tepat waktu sesuai kerangka waktu yang telah ditetapkan dalam Permendagri.

3. Tahap dan Prosedur Penyampaian Laporan


Pelaporan yang dimaksud dalam Pengelolaan Keuangan Desa adalah penyampaian
laporan realisasi/pelaksanaan APBDesa secara tertulis oleh Kepala Desa (Pemerintah
Desa) kepada Bupati/Walikota sesuai ketentuan yang telah ditetapkan dalam peraturan
perundang-undangan yang dipilah dalam dua tahap:
 Laporan Semester Pertama disampaikan oleh Kepala Desa kepada
Bupati/Walikota paling lambat pada akhir bulan Juli tahun berjalan.
 Laporan Semester Kedua/Laporan Akhir disampaiakan oleh Kepala Desa kepada
Bupati/Walikota paling lambat pada akhir bulan Januari tahun berikutnya.

Flowchart Pelaporan Keuangan Desa

4. Laporan Pertanggungjawaban
Laporan Pertanggungjawaban ini pada dasarnya adalah laporan realisasi pelaksanaan
APBDesa yang disampaikan oleh Kepala Desa kepada Bupati/Walikota setelah tahun
anggaran berakhir pada 31 Desember setiap tahun. Laporan pertanggungjawaban ini
harus dilakukan oleh Kepala Desa paling lambat pada akhir bulan Januari tahun
berikutnya. Laporan Pertanggungjawaban ini ditetapkan dengan Peraturan Desa dengan
menyertakan lampiran:
 Laporan Pertanggungjawaban Realisasi Pelaksanaan APB Desa sesuai Form yang
ditetapkan,
 Laporan Kekayaan Milik Desa, dan
 Laporan Program Sektoral dan Program Daerah yang masuk ke Desa.

PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN

Dalam konteks pengawasan pengelolaan keuangan desa, beberapa pihak yang bersama-sama
bersinergi dalam rangka melakukan pengawasan pengelolaan keuangan desa diantaranya yakni:

1) Masyarakat
Masyarakat mempunyai peran terbesar dalam pengawasan pengelolaan keuangan desa
yaitu pemantauan pelaksanaan pembangunan desa dan penyelenggaraan pemerintahan
desa.
2) BPD
BPD sebagai wakil masyarakat tingkat desa berperan dalam konteks pengawasan kinerja
Kepala Desasebagaimana diamanatkan dalam Undang-Unadng Nomor 6 Tahun 2014
tentang Desa Pasal 55.
3) Camat
Camat mendapat limpahan wewenang dari Bupati untuk melakukan melakukan
pembinaan dan pengawasan pengelolaan keuangan desa. Selain itu camat dapat berperan
dalam fasilitasi pengelolaan keuangan Desa dan pendayagunaan aset Desa.
4) Inspektorat Kabupaten
Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa disebutkan secara
tegas bahwa Pemerintah Kabupaten yang dalam hal ini Inspektorat berperan mengawasi
pengelolaan keuangan desa dan pendayagunaan aset desa. Selain itu inspektorat berperan
juga dengan melakukan pembinaan dan pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan
Desa. Wewenang ini diperkuat dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113
Tahun 2014 tentang Pengelolaan Keuangan Desa pasal 44 Ayat (2).
TITIK KRITIS PENYALAHGUNAAN KEUANGAN DESA DAN LANGKAH
PENGENDALIAN

Adapun beberapa titik kritis penyalahgunaan keuangan desa yang perlu segera diambil langkah
perbaikan antara lain:

Вам также может понравиться