Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Oleh :
FAKULTAS EKONOMI
YOGYAKARTA
2018
I. Pengertian Desa
Menurut Permen no 113 tahun 2014 Desa adalah desa dan desa adat atau yang
disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut Desa, adalah kesatuan masyarakat hukum
yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan
pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak
asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Desa dalam pengertian umum adalah sebagai suatu gejala yang bersifat universal,
terdapat dimana pun di dunia ini, sebagai suatu komunitas kecil, yang terikat pada
lokalitas tertentu baik sebagai tempat tinggal (secara menetap) maupun bagi pemenuhan
kebutuhannya, dan terutama yang tergantung pada sektor pertanian (Edi Indrizal, 2006).
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, desa adalah kesatuan wilayah yang
dihuni oleh sejumlah keluarga yang mempunyai sistem pemerintahan sendiri (dikepalai
oleh seorang Kepada Desa) atau desa merupakan kelompok rumah di luar kota yang
merupakan kesatuan.
Menurut Permen no 113 tahun 2014 Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan
urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat dalam sistem pemerintahan
Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pemerintah Desa adalah kepala Desa atau yang
disebut dengan nama lain dibantu Perangkat Desa sebagai unsur penyelenggara
pemerintahan desa
II. Laporan Keuangan
Laporan keuangan adalah suatu bentuk pertanggungjawaban dan transparansi
dariaktivitas suatu organisasi. Laporan keuangan banyak dijadikan sebagai tolak ukur
kinerjasuatu organisasi. Laporan keuangan yang dibuat oleh pihak manajemen/pengelola
organisasiini menyajikan informasi-informasi penting yang dapat digunakan oleh pihak-
pihak yang berkepentingan sebagai dasar pengambilan keputusan, kebijakan maupun
tindakan.
Laporan keuangan disajikan baik oleh organisasi bisnis (privat) dengan tujuan
untuk mencari laba maupun organisasi publik (nirlaba) yang tujuan utamanya bukan
mencari labam e l a i n k a n u n t u k p e l a ya n a n k e p a d a m a s y a r a k a t . L a p o r a n
k e u a n g a n p a d a s e k t o r b i s n i s berbeda dengan sektor public
III. Laporan keuangan
Syafri (2008:201) berpendapat bahwa, Laporan keuangan adalah output dan hasil
akhir dari proses akuntansi. Laporan keuangan inilah yang menjadi bahan informasi bagi
para pemakainya sabagai salah satu bahan dalam proses pengambilan
keputusan.Disamping sebagai informasi, laporan keuangan juga sebagai pertanggung
jawaban atau accountability. Sekaligus menggambarkan indicator kesuksesan suatu
perusahaan dalam mencapai tujuannya.
Sementara itu, menurut Sadeli (2002), laporan keuangan adalah hasil dari proses
akuntansi dan merupakan informasi historis Akuntansi adalah proses pengidentifikasian ,
mengukur dan melaporkan informasi ekonomi untuk membuat pertimbangan dan
pengambilan keputusan yang tepat bagi pemakai informasi tersebut.
Pemerintah Desa terdiri dari Kepala Desa dan Perangkat Desa, yang meliputi Sekretaris
Desa dan lainnya. Struktur organisasinya adalah sebagai berikut.
a. Kepala Desa
Kepala desa adalah pemerintah desa atau yang disebut dengan nama lain yang
dibantu perangkat desa sebagai unsur penyelenggara pemerintahan desa (UU RI No 6
Tahun 2014 Pasal 1 Ayat 3). Kepala desa bertugas menyelenggarakan pemerintahan
desa, dan pemberdayaan desa (UU RI No 6 Tahun 2014 Pasal 26 Ayat 1).
c. Sekretaris
Keuangan Desa adalah semua hak dan kewajiban Desa yang dapat dinilai dengan
uang serta segala sesuatu berupa uang dan barang yang berhubungan dengan pelaksanaan
hak dan kewajiban Desa. Pengelolaan Keuangan Desa adalah keseluruhan kegiatan yang
meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, dan pertanggungjawaban
keuangan desa. Rencana Kerja Pemerintah Desa (RKPDesa) merupakan penjabaran dari
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa untuk jangka waktu 1 (satu) tahun.
Penyelenggaraan kewenangan Desa berdasarkan hak asal usul dan kewenangan lokal
berskala Desa didanai oleh APBDesa. Penyelenggaraan kewenangan lokal berskala Desa
selain didanai oleh APB Desa, juga dapat didanai oleh anggaran pendapatan dan belanja
negara dan anggaran pendapatan dan belanja daerah.
Seluruh pendapatan Desa diterima dan disalurkan melalui rekening kas Desa dan
penggunaannya ditetapkan dalam APB Desa. Pencairan dana dalam rekening kas Desa
ditandatangani oleh kepala Desa dan Bendahara Desa. Pengelolaan keuangan Desa
meliputi:
a) perencanaan;
b) pelaksanaan;
c) penatausahaan;
d) pelaporan; dan
e) pertanggungjawaban.
Tahapan kegiatan:
1. Kepala Desa menyampaikan laporan pertanggungjawaban realisasi pelaksanaan
APBDesa kepada Bupati/Walikota setiap akhir tahun anggaran.
2. Laporan pertanggungjawaban realisasi pelaksanaan APBDesa, terdiri dari pendapatan,
belanja, dan pembiayaan.
3. Laporan pertanggungjawaban realisasi pelaksanaan APBDesa ditetapkan dengan
Peraturan Desa.
4. Peraturan Desa tentang laporan pertanggungjawaban realisasi pelaksanaan APBDesa
dilampiri:
a. format Laporan Pertanggungjawaban Realisasi Pelaksanaan APBDesa Tahun
Anggaran berkenaan;
b. format Laporan Kekayaan Milik Desa per 31 Desember Tahun Anggaran berkenaan;
dan
c. format Laporan Program Pemerintah dan Pemerintah Daerah yang masuk ke desa.
5. Laporan Pertanggungjawaban Realisasi Pelaksanaan APBDesa merupakan bagian
tidak terpisahkan dari laporan penyelenggaraan Pemerintahan Desa.
6. Laporan realisasi dan laporan pertanggungjawaban realisasi pelaksanaan APBDesa
diinformasikan kepada masyarakat secara tertulis dan dengan media informasi yang
mudah diakses oleh masyarakat.
7. Media informasi antara lain papan pengumuman, radio komunitas, dan media
informasi lainnya.
8. Laporan realisasi dan laporan pertanggungjawaban realisasi pelaksanaan APBDesa
disampaikan kepada Bupati/Walikota melalui camat atau sebutan lain.
9. Laporan pertanggungjawaban realisasi pelaksanaan APBDesa, disampaikan paling
lambat 1 (satu) bulan setelah akhir tahun anggaran berkenaan.
APBDesa disusun untuk masa 1 (satu) tahun anggaran, terhitung mulai 1 Januari
sampai 31 Desember tahun berikutnya.
Rancangan APBDesa harus dibahas dan disepakati antara Kepala Desa bersama
Badan Permusyawaratan Desa (BPD).
APBDesa dapat disusun sejak bulan September dan harus ditetapkan dengan Perdes,
selambat-lambatnya pada 31 Desember pada tahun yang sedang dijalani.
1. Pendapatan Desa
Pendapatan Desa yang ditetapkan dalam APBDes merupakan perkiraan yang terukur
secara rasional dan memiliki kepastian serta dasar hukum penerimaannya. Rasional
artinya menurut pikiran logis atau masuk akal serta sesuai fakta atau data.
2. Belanja Desa
Belanja desa disusun secara berimbang antara penerimaan dan pengeluaran, dan
penggunaan keuangan desa harus konsisten (sesuai dengan rencana, tepat jumlah, dan
tepat peruntukan), dan sesuai dengan ketentuan dan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
3. Pembiayaan Desa
Pelaksanaan keuangan desa merupakan serangkaian kegiatan yang berkaitan dengan pengeluaran
uang dan kegiatan di lapangan. Kegiatan yang dilakukan sesuai kewenangan desa yang diolah
melalui rekening desa. Artinya, semua penerimaan dan pengeluaran desa harus dikelola melalui
rekening desa yang didukung dengan bukti yang lengkap dan sah. Sehingga harus benar-benar
dilakukan pencatatan transaksi secara tertib dan dapat dipertanggungjawabkan.
Tahap pertama pelaksanaan keuangan desa adalah pelaksanaan APB Desa yang meliputi
kegiatan sosialisasi Perdes APB Desa, penyusunan DPA/RAB, pelaksanaan penerimaan,
pelaksanaan belanja.
Tahap kedua pelaksanaan kegiatan yang meliputi: mekanisme pelaksanaan pembangunan
dan pihak-pihak yang terlibat, pelaksanaan pengadaan barang dan jasa, permintaan
pendanaan, dan pencairan.
Tahap ketiga perubahan APB Desa yang meliputi kegiatan penyusunan rancangan
Perubahan APB Desa, Penetapan Perubahan APB Desa dan sosialisasi peraturan tentang
Perubahan APB Desa.
Penatausahaan Keuangan Desa merupakan suatu kegiatan yang wajib serta khusus
dilakukan oleh Bendahara Desa dalam hal mencatat transaksi pengeluaran ataupun penerimaan
desa. Bendahara Desa pun harus jeli perihal melaksanakan tugasnya dalam hal pencatatan yang
mengakibatkan terjadinya suatu transaksi keuangan di Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa
(APBDes) baik itu berupa pendapatan ataupun belanja desa. Jurnal akuntansi yang digunakan
oleh Bendahara desa dalam hal penatausahaan keuangan desa adalah Buku Umum, Buku Pajak
serta Buku Kas Pembantu Pajak.
4. Laporan Pertanggungjawaban
Laporan Pertanggungjawaban ini pada dasarnya adalah laporan realisasi pelaksanaan
APBDesa yang disampaikan oleh Kepala Desa kepada Bupati/Walikota setelah tahun
anggaran berakhir pada 31 Desember setiap tahun. Laporan pertanggungjawaban ini
harus dilakukan oleh Kepala Desa paling lambat pada akhir bulan Januari tahun
berikutnya. Laporan Pertanggungjawaban ini ditetapkan dengan Peraturan Desa dengan
menyertakan lampiran:
Laporan Pertanggungjawaban Realisasi Pelaksanaan APB Desa sesuai Form yang
ditetapkan,
Laporan Kekayaan Milik Desa, dan
Laporan Program Sektoral dan Program Daerah yang masuk ke Desa.
Dalam konteks pengawasan pengelolaan keuangan desa, beberapa pihak yang bersama-sama
bersinergi dalam rangka melakukan pengawasan pengelolaan keuangan desa diantaranya yakni:
1) Masyarakat
Masyarakat mempunyai peran terbesar dalam pengawasan pengelolaan keuangan desa
yaitu pemantauan pelaksanaan pembangunan desa dan penyelenggaraan pemerintahan
desa.
2) BPD
BPD sebagai wakil masyarakat tingkat desa berperan dalam konteks pengawasan kinerja
Kepala Desasebagaimana diamanatkan dalam Undang-Unadng Nomor 6 Tahun 2014
tentang Desa Pasal 55.
3) Camat
Camat mendapat limpahan wewenang dari Bupati untuk melakukan melakukan
pembinaan dan pengawasan pengelolaan keuangan desa. Selain itu camat dapat berperan
dalam fasilitasi pengelolaan keuangan Desa dan pendayagunaan aset Desa.
4) Inspektorat Kabupaten
Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa disebutkan secara
tegas bahwa Pemerintah Kabupaten yang dalam hal ini Inspektorat berperan mengawasi
pengelolaan keuangan desa dan pendayagunaan aset desa. Selain itu inspektorat berperan
juga dengan melakukan pembinaan dan pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan
Desa. Wewenang ini diperkuat dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113
Tahun 2014 tentang Pengelolaan Keuangan Desa pasal 44 Ayat (2).
TITIK KRITIS PENYALAHGUNAAN KEUANGAN DESA DAN LANGKAH
PENGENDALIAN
Adapun beberapa titik kritis penyalahgunaan keuangan desa yang perlu segera diambil langkah
perbaikan antara lain: