Вы находитесь на странице: 1из 4

Masker Lemon Berbagai Manfaat

Cara membuat masker lemon cukup mudah dilakukan dirumah, lakukanlah untuk
mendapatkan manfaat lemon untuk wajah Anda demi kecantikan alami. Setiap orang pasti tahu
buah lemon. Buah ini sejenis jeruk-jerukan yang memiliki kandungan vitamin C dengan aroma
yang menyegarkan dan rasanya yang asam. Biasanya jeruk lemon di gunakan untuk minuman
segar es lemon di setiap restoran. Namun, disini kami akan membahas lemon untuk dijadikan
masker wajah. Dengan kandungan vitamin C di jeruk lemon sangat bermanfaat untuk menutrisi
kulit terutama kulit wajah. Masker lemon sangat bagus digunakan untuk segala jenis masalah
kulit wajah, seperti wajah berbinyak, wajah berjerawat, dan berkomedo. Sangat cocok
memanfaatkan jeruk lemon untuk masker wajah anda.

Manfaat Lemon untuk Wajah, Buah lemon mempunyai tampilan yang menarik dengan
warna kuning yang menggoda lidah, tampilannya yang unik juga lebih gempal dari jeruk nipis.
Terlebih, kandungan yang terdapat pada buah lemon ini mengandung banyak manfaat dan
khasiatnya untuk menutrisi kesehatan kulit. Dapun kandungan Nutrisi yang terdapat pada buah
lemon terdiri dari protein, asam sitrat, serat tinggi, lemak tak jenuh, karbihidrat, zat besi, asam
folat, kalsium, seng, magnesium, Vitamin B1, B2, B3, dan B5.

Adapun banyak manfaat lemon untuk wajah Bermanfaat untuk Mengobati Jerawat,
Mengatasi Kulit Berminyak, Mengangkat Komedo, Mengecilkan Pori-Pori, Mencerahkan Kulit
Wajah, Menghilangkan Flek Hitam dan Bekas Jerawat, Menghaluskan Permukaan Kulit,
Melembabkan Kulit Wajah, Mengencangkan Kulit Wajah, Mempertahankan Kolagen pada Kulit,
Mencegah Munculnya Penyakit Kulit, sebagai Anti Aging, Mengangkat Minyak dan Kotoran
pada Kulit Wajah Pria, Mengusir Penampilan Kulit yang Lelah dan untuk Menangkal Raikal
Bebas

Perawatan wajah dengan menggunakan perasan lemon ini tidak akan mengimbangi dalam
keberhasilan dengan hasil yang maksimal jika kita tidak melakukan pola hidup dengan sehat.
Maka dari itu, selain melakukan perawatan rutin menggunakan bahan alami ini, alangkah
baiknya untuk di imbangi juga dengan perawatan dari dalam seperti mengkonsumsi makan dan
minuman sehat, serta hindari pola hidup kotor seperti meroko, mengkonsumsi alkohol, dan lain
sebagainya. Itulah beberapa manfaat lemon untuk kesehatan wajah. Selain cara yang bisa anda
lakukan untuk merawat wajah menggunakan perasan lemon sebagai masker alami tadi. Anda
bisa mengkombinasikan perasan lemon ini dengan bahan alami lainnnya, seperti buah lemon
dengan tomat dan susu, buah lemon dengan madu dan minyak almond, buah lemon dengan putih
telur dan minyak almond, serta buah lemon dengan madu yang di rebus. Untuk cara
mengkombinasikannya sendiri sangat mudah. Yaitu dengan mencampurkan perasan lemon
dengan bahan alami yang ingin anda kombinasikan seperti dengan madu dan minyak almond.
Campurkan ketiga bahan ini dengan takaran yang sama, aduk hingga rata lalu oleskan pada
permukaan kulit wajah sampai keleher, biarkan selama kurang lebih 30 menit. Telakhir, bilas
wajah dengan air dingin sampai bersih
https://manfaat.co/cara-membuat-masker-lemon-dan-manfaatnya.html
Tradisi Mekotek
Tradisi ini rutin diadakan setiap 6 bulan sekali atau 210 hari sekali sesuai dengan
kalender Hindu, lebih tepatnya 10 hari setelah Hari Raya Kuningan. Tujuan adanya tradisi
mekotek sendiri adalah sebagai prosesi tolak balak dan memohon keselamatan.
Pada awalnya tradisi Mekotek dilakukan sebagai bentuk penyambutan prajurit Kerajaan
Mengwi yang datang dan membawa kemenangan setelah melawan raja Blambangan, dan
akhirnya berkembang menjadi sebuah tradisi hingga sekarang. Dahulu di tahun 1915, pada jaman
penjajahan Belanda, Tradisi Mekotek Desa Munggu sempat dihentikan. Dikarenakan Belana
merasa khawatir jika akan ada pemberontakan. Namun, yang terjadi malah terdapat wabah
penyakit, dan dengan adanya perundingan yang cukup alot, akhirnya Mekotek diijinkan kembali.

Tardisi Mekotek menggunakan sarana tongkat kayu yang kulitnya sudah dikupas dengan
panjang kurang lebih 2,5 meter. Dulunya tradisi ini menggunakan tombak, namun untuk
menghindari terjadinya peserta yang terluka, tombak diganti dengan kayu. Tongkat-tongkat kayu
dipadukan menjadi satu dengan ujung yang mengerucut hingga membentuk seperti piramid.
Suara tongkat-tongkat kayu yang saling berbenturan inilah mengeluarkan bunyi “tek..tek”
sehingga dikenal dengan nama Mekotek.

Tradisi Mekotek ini diikuti oleh seluruh warga dari 15 banjar di Desa Mengwi, mulai dari
anak-anak yang berusia 12 tahun hingga orang tua yang berumur 60 tahun ikut memeriahkan
perayaan yang satu ini. Hal tersebut memperlihatkan bagaimana peran budaya tradisional Bali ini
yang sangat penting di kalangan masyarakat setempat.
Para warga yang ikut diwajibkan untuk menggunakan pakaian adat madya. Saat siang
hari telah tiba, mereka berkumpul di Pura Dalem Munggu untuk melaksanakan
persembahyangan bersama dengan memberikan ucapan terima kasih atas segala hasil
perkebunan dan usaha yang dijalankan. Kemudian, mereka melakukan pawai menuju ke sumber
air yang terdapat di kampung ini. Para warga dibagi menjadi beberapa kelompok dan disetiapa
kelompoknya terdiri dari sekitar 50 orang. Setiap kelompok tersebut akan membawa tongkatnya
masing-masing sambil diadu dan membentuk sebuah piramid. Para peserta yang memiliki
keberanian dapat naik ke puncak piramid.
Tradisi Mekotek yang hanya satu-satunya di Desa Mengwi meruppakan sebuah tradisi
yang meriah dan unik. Desa Mengwi beradi di Desa Munggu, Kecamatan Mengwi, Kabupaten
Badung, Bali. Letaknya dekat dengan pusatb pariwisata Bali seperti Canggu, Seminyak, Kuta
dan Legian. Banyak dari pelancong yang berada di kawasan ramai di Bali datang untuk melihat
prosesi tradisi Mekotek yang hanya ada di Desa Munggu ini. Dan jangan lupa kamera Anda
untuk mengabadikan tradisi unik ini.
https://www.kintamani.id/tradisi-mekotek-desa-munggu-tradisi-tolak-balak-ala-warga-
bali-telah-ada-sejak-zaman-belanda-003162.html

Tradisi Gebug Ende Seraya


Sejarah dari Gebug Ende Seraya ini adalah, pada jaman kerajaan Karangasem, warga
Desa Seraya ditugaskan sebagai prajurit untuk menyerang kerajaan Seleparang yang ada di pulau
Lombok. Karena pada jaman itu warga Seraya dikenal kuat dan tangguh serta memiliki ilmu
kebal, maka mereka dijadikan garda depan untuk menyerang kerajaan Seleparang, sehingga
kerajaan Seleparang dapat dikuasai kerajaan Karangasem.

Prajurit Desa Seraya yang semangat ksatrianya masih berkobar meskipun telah menang,
akhirnya mereka bertarung dengan teman mereka sendiri dengan menggunakan alat perang
seadanya. Seiring dengan kejadian tersebut munculah permainan Gebug Ende yang ada sampai
sekarang.

Tempat Pelaksanaan Tradisi Gebug Ende Karangasem yaitu di Desa Seraya yang terletak
sekitar 10 km dari pusat kota Amlapura, perjalanan dari Denpasar kurang lebih 2,5 jam
menggunakan mobil, setelah melewati objek wisata Taman Ujung Karangasem. Desa Seraya
sendiri memang terletak di dataran tinggi, dimana kondisi geografisnya tanahnya cenderung
tandus dan kering pada saat musim kemarau, sehingga kondisi seperti ini kurang menguntungkan
bagi para petani juga.

Ritual Gebug Ende ini diawali dengan persembahyangan dengan berbagai banten atau
sesaji, yang kemudian akan dilanjutkan dengan adu ketangkasan antara dua orang laki-laki.
Kedua laki-laki tersebut akan saling serang dengan membawa sebatang rotan dengan panjang 1,5
hingga 2 meter yang akan digunakan untuk memukul lawan dan perisai rotan bundar untuk
menangkis serangan dari lawan. Nama Gebug Ende sendiri memiliki arti yaitu Gebug yang
artinya menggebug atau memukul lawan, Ende yang berarti perisai atau tameng.

Aturan Main Tradisi Gebug Ende Karangasem Para peserta yang hendak bertanding
berpakaian adat Bali madya dilengkapi dengan udeng atau ikat kepala berwana merah sebagai
lambang jiwa pemberani. Kemudian mereka hanya bertelanjang dada dan memakai sarung.
Selama proses Gebug Ende akan diiringi dengan suara gamelan sehingga menambah ketegangan
dan memacu adrenalin agar terus bertarung. Pertarungan akan berlangsung selama 10 menit
dengan dipimpin oleh wasit yang disebut Saye.

Ritual akan menjadi lebih baik apabila saat pertandingan ada yang terluka hingga
berdarah, karena dengan hal tersebut diharapkan hujan akan cepat turun. Maka dari itu para
peserta Gebug Ende ini adalah harus yang sudah ahli.
https://www.kintamani.id/tradisi-gebug-ende-karangasem-tradisi-unik-turun-temurun-
warga-desa-seraya-003100.html

Вам также может понравиться