Вы находитесь на странице: 1из 10

ASUHAN KEPPERAWATAN WAHAM

PAPER

Oleh:
Moh. Rendi Asep Triawan (716620792)
Melliyana Suci Ramadani (716620793)

A. Pengertian Waham
Waham adalah termasuk gangguan isi pikiran. Pasien meyakini bahwa
dirinya adalah seperti apa yang ada di dalam isi pikirannya. Waham sering
ditemui pada gangguan jiwa berat dan beberapa bentuk waham yang spesifik
sering ditemukan pada penderita skizofrenia.
Waham curiga adalah keyakinan seseorang atau sekelompok orang
berusaha merugikan atau mencederai dirinya, diucapkan berulang-ulang
tetapi tidak sesuai dengan kenyataan (Kelliat, 2009).
Gangguan isi pikir adalah ketidakmampuan individu memproses stimulus
internal dan eksternal secara akurat. Gangguannya adalah berupa waham
yaitu keyakinan individu yang tidak dapat divalidasi atau dibuktikan dengan
realitas. Keyakinan individu tersebut tidak sesuai dengan tingkat intelektual
dan latar belakang budayanya, serta tidak dapat diubah dengan alasan yang
logis. Selain itu keyakinan tersebut diucapkan berulang kali (Kusumawati,
2010).
Waham merupakan salah satu tanda dan gejala gangguan jiwa. Waham terjadi
karena munculnya perasaan terancam oleh lingkungan, cemas, merasa sesuatu
yang tidak menyenangkan terjadi sehingga individu mengingkari ancaman
dari persepsi diri atau objek realitas dengan menyalah artikan kesan terhadap
kejadian, kemudian individu memproyeksikan pikiran dan perasaan internal
pada lingkungan sehingga perasaan,pikiran, dan keinginan negatif tidak dapat
diterima menjadi bagian eksternal dan akhirnya individu mencoba memberi
pembenaran personal tentang realita pada diri sendiri atau orang lain (Purba,
2008).
Waham merupakan salah satu tanda dan gejala gangguan jiwa. Waham
terjadi karena munculnya perasaan terancam oleh lingkungan, cemas, merasa
sesuatu yang tidak menyenangkan terjadi sehingga individu mengingkari
ancaman dari persepsi diri atau objek realitas dengan menyalah artikan kesan
terhadap kejadian, kemudian individu memproyeksikan pikiran dan perasaan
internal pada lingkungan sehingga perasaan,pikiran, dan keinginan negatif
tidak dapat diterima menjadi bagian eksternal dan akhirnya individu mencoba
memberi pembenaran personal tentang realita pada diri sendiri atau orang
lain (Purba, 2008).Prevalensi titik gangguan waham jauh lebih rendah dari
pada skizofrenia, sekitar 0,03%, dengan risiko seumur hidup 0,05% dan
0,1%. Usia rata-rata 40-55 tahun, secara keseluruhan gangguan waham terjadi
sedikit lebih sering pada perempuan (B.K Puri, 2011).
Menurut data yang diperoleh dari Laporan Tahunan (LAPTAH) tahun
Anggaran 2013 Rumah Sakit Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan Jakarta Barat,
pasien gangguan jiwa berjumlah 72.153 orang (79.64%), dari jumlah tersebut
penderita skizofrenia adalah sebanyak 15.090 orang (70.50%). Pasien
gangguan jiwa yang dirawat inap berjumlah 2624 orang sedangkan untuk
pasien rawat inap yang mengalami skizofrenia paranoid sebanyak 1582 orang
(58.23%). Pasien rawat inap yang mengalami gangguan jiwa skizofrenia
paranoid dan gangguan psikotik dengan perilaku curiga yang berlebihan,
perilaku agresif, ketakutan, murung, bicara sendiri, galak dan bersikap
bermusuhan. Gejala ini merupakan tanda dari skizofrenia dengan perilaku
waham sesuai dengan jenis waham yang diyakininya (Laporan Tahunan
(LAPTAH) Tahun Anggaran 2013).
Tindakan perawat dalam melaksanakan praktek keperawatan pada pasien
waham memiliki beberapa terapi yang digunakan salah satunya yaitu
terapi modalitas, dimana terapi modalitas yang umum dilaksanakan adalah
terapi bermain, terapi aktivitas kelompok (TAK), terapi individual, terapi
keluarga, terapi milieu, terapi biologis, intervensi krisis, hipnosis, terapi
perilaku, terapi singkat dan terapi pikiran jasmani rohani. Dalam terapi
individual, tindakan praktek keperawatan pada pasien waham adalah
pembentukan hubungan yang terstruktur dan satu persatun antara perawat
dengan klien untuk mencapai perubahan pada diri klien, mengembangkan
suatu pendekatan yang unik dalam rangka menyelesaikan konflik, Universitas
Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara dan mengurangi penderitaan
serta untuk memenuhi kebutuhan klien yaitu dengan pemberian asuhan
keperawatan (Erlinafsiah, 2010)
agama dalam arti luas dapat didefinisikan sebagai spiritualitas (yang
berkatan dengan hubungan transenden berupa makna dari kehiduapan) dan
religiuus (perilaku tertentu, social, doktrin) (huguelet et al.,2006). Akan tetapi
masih jarang yang mempertimbangkan bahwa agama memiliki peran yang
penting sebagai faktor yang dapat mempengaruhi outkome pada skizofrenia.
Kebanyakan penelitian pada skizofrenia masih berfokus pada waham dan
halusinasi agama yang menghubungkan agama dengan psikoatologi dari
penyaki skizofrenia (mohr et al.,2011).
B. Klasifikasi Waham
Waham dapat diklasifikasikan menjadi beberapa macam, menurut
Direja (2011) yaitu :

Jenis waham Pengertian Perilaku klien


Waham kebesaran Keyakinan secara berlebihan “Saya ini pejabat di
bahawa dirinya memiliki kementrian semarang!”
kekuatan khusus atau “Saya punya
kelebihan yang berbeda perusahaan paling besar
dengan orang lain, diucapkan lho “.
berulang-ulang tetapi tidak
sesuai dengan kenyataan
Waham agama Keyakinan terhadap suatu “ Saya adalah tuhan
agama secara berlebihan, yang bisa menguasai
diucapkan berulang-ulang dan mengendalikan
tetapi tidak sesuai dengan semua makhluk”.
kenyataan
Waham curiga Keyakinan seseorang atau “ Saya tahu mereka
sekelompok orang yang mau mau menghancurkan
merugikan atau mencederai saya, karena iri dengan
dirinya, diucapkan berulang- kesuksesan saya”.
ulang tetapai tidak sesuai
dengan kenyataan.
Waham somatik Keyakinan seseorang bahwa “ Saya menderita
tubuh atau sebagian tubuhnya kanker”. Padahal hasil
terserang penyakit, diucapkan pemeriksaan lab tidak
berulang-ulang tetapi tidak ada sel kanker pada
sesuai dengan kenyataan tubuhnya.
Waham nihlistik Keyakinan seseorang bahwa “ ini saya berada di
dirinya sudah meninggal alam kubur ya, semua
dunia, diucapkan yang ada disini adalah
berulangulang tetapi tidak roh-roh nya”
sesuai dengan kenyataan.

C. Etiologi
Gangguan orientasi realitas menyebar dalam lima kategori utama
fungsi otak Menurut Kusumawati, (2010) yaitu :
1. Gangguan fungsi kognitif dan persepsi menyebabkan kemampuan menilai
dan menilik terganggu.
2. Gangguan fungsi emosi, motorik, dan sosial mengakibatkan kemampuan
berespons terganggu, tampak dari perilaku nonverbal (ekspresi dan
gerakan tubuh) dan perilaku verbal (penampilan hubungan sosial).
3. Gangguan realitas umumnya ditemukan pada skizofrenia.
4. Gejala primer skizofrenia (bluer) : 4a + 2a yaitu gangguan asosiasi, efek,
ambivalen, autistik, serta gangguan atensi dan aktivitas.
5. Gejala sekunder: halusinasi, waham, dan gangguan daya ingat.
ASUHAN KEPERAWATAN TEORI PADA PASIEN WAHAM

A. Pengkajian
1. Faktor predisposisi
a. Biologi
Waham dari bagian dari manifestasi psikologi dimana abnormalitas
otak yang menyebabkan respon neurologis yang maladaptif yang baru mulai
dipahami, ini termasuk hal-hal berikut :
1) Penelitian pencitraan otak sudah mulai menunjukkan keterlibatan otak
yang luas dan dalam perkermbangan skizofrenia. Lesi pada area
frontal, temporal dan limbik paling berhubungan dengan perilaku
psikotik.
2) Beberapa kimia otak dikaitkan dengan skizofrenia. Hasil
penelitian sangat menunjukkan hal-hal berikut ini :
a) Dopamin neurotransmitter yang berlebihan
b) Ketidakseimbangan antara dopamin dan neurotransmitter lain
c) Masalah-masalah pada sistem respon dopamin
Penelitian pada keluarga yang melibatkan anak kembar dan anak yang
diadopsi telah diupayakan untuk mengidentifikasikan penyebab genetik
pada skizofrenia. Sudah ditemukan bahwa kembar identik yang dibesarkan
secara terpisah mempunyai angka kejadian yang tinggi pada skizofrenia dari
pada pasangan saudara kandung yang tidak identik penelitian genetik
terakhir memfokuskan pada pemotongan gen dalam keluarga dimana
terdapat angka kejadian skizofrenia yang tinggi.
b. Psikologi
Teori psikodinamika untuk terjadinya respon neurobiologik yang
maladaptif belum didukung oleh penelitian. Sayangnya teori psikologik
terdahulu menyalahkan keluarga sebagai penyebab gangguan ini sehingga
menimbulkan kurangnya rasa percaya (keluarga terhadap tenaga kesehatan
jiwa profesional).
c. Sosial budaya
Stress yang menumpuk dapat menunjang terhadap awitan skizofrenia
dan gangguan psikotik tetapi tidak diyakini sebagai penyebab utama
gangguan.Seseorang yang merasa diasingkan dan kesepian dapat
menyebabkan timbulnya waham (Direja, 2011).
2. Faktor Presipitasi
a. Biologi
Stress biologi yang berhubungan dengan respon neurologik yang
maladaptif termasuk:
1) Gangguan dalam putaran umpan balik otak yang mengatur proses
informasi
2) Abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang
mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi
rangsangan.
b. Stres lingkungan
Stres biologi menetapkan ambang toleransi terhadap stress yang
berinteraksi dengan stressor lingkungan untuk menentukan terjadinya
gangguan perilaku.
c. Pemicu gejala
Pemicu merupakan prekursor dan stimulus yang yang sering
menunjukkan episode baru suatu penyakit. Pemicu yang biasa terdapat pada
respon neurobiologik yang maladaptif berhubungan dengan kesehatan.
Lingkungan, sikap dan perilaku individu (Direja, 2011).
B. Manifestasi klinik
Perilaku yang dapat ditemukan pada klien dengan Waham antara lain
melakukan percobaan bunuh diri, melakukan tindakan, agresif, destruktif,
gelisah, tidak biasa diam, tidak ada perhatian terhadap kebersihan diri, ada
gangguan eliminasi, merasa cemas, takut. Kadang-kadang panik perasaan
bahwa lingkungan sudah berubah pada klien depersonalisasi (Stuart,2007).
C. Mekanisme Koping
Menurut Direja (2011), Perilaku yang mewakili upaya untuk
melindungi diri sendiri dari pengalaman berhubungan dengan respon
neurobioligi :
1. Regresi berhubungan dengan masalah proses informasi dan upaya
untuk menanggulangi ansietas, hanya mempunyai sedikit energi yang
tertinggal untuk aktivitas hidup sehari-hari
2. Projeksi sebagai upaya untuk menjelaskan kerancuan persepsi.
3. Menarik diri
D. Diagnosis
Pohon masalaha :

Perilaku kekerasan

Waham

Menarik diri

Harga diri rendah

Skema. 2 pohon masalah, (Fitria, 2009, dikutip Direja, 2011).

Diagnosa Keperawatan
1. Risiko kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan waham.
2. Perubahan proses pikir: waham berhubungan dengan harga diri rendah.

E. Rencana Intervensi
Tindakan keperawatan untuk pasien
1. Tujuan
a. Pasien dapat berorientasi kepada realitas secara bertahap.
b. Pasien dapat memenuhi kebutuhan dasar.
c. Pasien mampu berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan.
d. Pasien menggunakan obat dengan prinsip lima benar.
2. Tindakan
a. Bina hubungan saling percaya.
1) Mengucapkan salam terapeutik.
2) Berjabat tangan.
3) Menjelaskan tujuan interaksi.
4) Membuat kontrak topik, waktu, dan tempat setiap kali bertemu pasien.
b. Bantu orientasi realitas.
1) Tidak mendukung atau membantah waham pasien.
2) Yakinkan pasien berada dalam keadaan aman.
3) Observasi pengaruh waham terhadap aktivitas sehari-hari.
4) Jika pasien terus-menerus membicarakan wahamnya, dengarkan tanpa
memberikan dukungan atau menyangkal sampai pasien berhenti
membicarakannya.
5) Berikan pujian bila penampilan dan orientasi pasien sesuai dengan
realitas.
c. Diskusikan kebutuhan psikologis atau emosional yang tidak terpenuhi
sehingga menimbulkan kecemasan, rasa takut, dan marah.
1) Tingkatkan aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan fisik dan
emosional pasien.
2) Berdiskusi tentang kemampuan positif yang dimiliki.
3) Bantu melakukan kemampuan yang dimiliki.
4) Berdiskusi tentang obat yang diminum.
5) Melatih minum obat yang benar.
Tindakan keperawatan untuk keluarga
1. Tujuan
a. Keluarga mampu mengidentifikasi waham pasien.
b. Keluarga mampu memfasilitasi pasien untuk memenuhi kebutuhan
yang dipenuhi oleh wahamnya.
c. Keluarga mampu mempertahankan program pengobatan pasien secara
optimal.
2. Tindakan
a. Diskusikan dengan keluarga tentang waham yang dialami pasien.
b. Diskusikan dengan keluarga tentang hal berikut
1) Cara merawat pasien waham di rumah.
2) Follow up dan keteraturan pengobatan.
3) Lingkungan yang tepat untuk pasien
c. Diskusikan dengan keluarga tentang obat pasien (nama obat, dosis,
frekuensi, efek samping, akibat penghentian obat).
d. Diskusikan dengan keluarga kondisi pasien yang memerlukan
konsultasi segera.
F. Evaluasi
1. Pasien mampu melakukan hal berikut.
a. Mengungkapkan keyakinannya sesuai dengan kenyataan.
b. Berkomunikasi sesuai kenyataan.
c. Menggunakan obat dengan benar dan patuh.
2. Keluarga mampu melakukan hal berikut.
a. Membantu pasien untuk mengungkapkan keyakinannya sesuai
kenyataan.
b. Membantu pasien melakukan kegiatan-kegiatan sesuai dengan
kemampuan dan kebutuhan pasien
c. Membantu pasien menggunakan obat dengan benar dan patuh.
Daftar pustaka

Yusuf, Ah. Fitryasari, R. Nihayati, E. 2015. BUKU AJAR KEPERAWATAN


KESEHATAN JIWA. Jakarta Selatan. Salemba Medika.
Direja.A.H.S.(2011). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha.
Medika.
Kusumawati F dan Hartono Y. (2010). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta:
Selemba Medika
Fitria,N.(2009). Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan. Jakarta: Selemba Medika
Keliat, B.A. (2009).Proses Keperawatan Jiwa. Jakarta: ECG
Purba, dkk.(2008).Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Masalah Psikososial
dan Gangguan Jiwa. Medan: USU Press
Puri, B.K., Laking, P.J., & Treasaden, I.H., 2011. Buku Ajar Psikiatri Edisi 2..
Jakarta: EGC
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jendral Bina Upaya
Kesehatan. (2012). Laporan Rencana Bisnis Anggaran Tahun 2012. Jakarta:
Rumah Sakit Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan. Diperoleh dari
www.rsjsh.com/files/biskitz/post/201312/RBA_2012.pdf. Di akses pada
tanggal 13 Mei 2014. (2013). Laporan Tahunan (LAPTAH) Tahun
Anggaran 2013. Jakarta: Rumah Sakit Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan.
Erlinafsiah. 2010. Modal Praktik Keperawatan Jiwa. Jakarta: Trans Info Media
Mohr, s. Et al., 2011. Spirituality and religiousness as predictive fractors of
outcome in schizophrenia and schizo-affective, 17, 348-357.

Вам также может понравиться