Вы находитесь на странице: 1из 107

JURNAL FARMASI UDAYANA

VOLUME IV, NOMOR 2, DESEMBER 2015

VOLUME IV
NOMOR 2
HALAMAN 1 - 97
EDISI DESEMBER 2015

PENERBIT JURUSAN FARMASI FMIPA UNIVERSITAS UDAYANA


BUKIT JIMBARAN - BALI
JURNAL FARMASI UDAYANA
INFORMASI BAGI PENULIS
DAFTAR ISI

 Deskripsi
 Pembaca
 Editor
 Petunjuk Penulisan

DESKRIPSI
Jurnal Farmasi Udayana merupakan jurnal elektronik yang dikelola oleh jurusan
Farmasi FMIPA Udayana. Jurnal ini yang merupakan media publikasi penelitian
dan review article pada semua aspek ilmu farmasi yang bersifat inovatif , kreatif,
original dan didasarkan pada scientific. Artikel yang dimuat dalam jurnal ini
meliputi penemuan obat, sistem penghantaran obat serta pengembangan obat.
Jurnal ini memuat bidang khusus di farmasi seperti kimia medisinal, farmakologi,
farmakokinetika, farmakodinamika, analisis farmasi, sistem penghantaran obat,
teknologi farmasi, bioteknolofi farmasi, obat herbal dan komponen aktif tanaman
serta evaluasi klinik obat.

PEMBACA
Ilmuwan di bidang kimia medisinal, farmasetika dan biofarmasetika,
farmakologi, kimia analisis, farmakologi klinik, mikrobiologi, bioteknologi, kimia
dan statistika

EDITOR
Penanggung jawab : Drs. Ida Bagus Made Suaskara, M.Si
Pengarah : Drs. I Made Satriya Wibawa, M.Si
Anak Agung Bawa Putra, S.Si., M.Si
Dr.rer.nat. IMAG. Wirasauta, M.Si., Apt
Editor :
Ketua Dewan Redaksi : Cokorda Istri Sri Arisanti, S.Farm., M.Si., Apt
Wakil Dewan Redaksi : Ni Kadek Warditiani, S.Farm., M.Sc., Apt
Mitra Bestari:
Ketua : Luh Putu Febryana Larasanty, S.Farm.,M.Sc., Apt
Anggota:
a. Ni PutuAriantari, S.Farm., M.Farm., Apt (Biologi Farmasi)
b. I G. N. Agung Dewantara, S.Farm., M.Sc., Apt (Teknologi Farmasi)
c. Ni Made Pitri Susanti, S.Farm., M.Si. Apt (Kimia Farmasi)

EMAIL

jurnalfarmasiudayana@gmail.com

INFORMASI UNTUK PENULIS DESEMBER 2015 i


PETUNJUK PENULISAN

PENDAHULUAN

Naskah yang diajukan ke jurnal harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: (1)
topik artikel akan melewati proses review terlebih dahulu oleh editor, dan (2)
artikel belum dipublikasikan atau akan dipublikasikan seluruhnya atau sebagian di
jurnal lain atau media publikasi yang lain.

Tipe artikel

Artikel hasil penelitian

Review article

Naskah review article harus memuat: judul, abstrak dan kata kunci (3-6 kata),
pendahuluan, pembahasan khusus oleh penulis, kesimpulan, ucapan terima kasih,
daftar pustaka, gambar dan tabel. Tiap pokok bahasan dari pendahuluan sampai
kesimpulan harus diberi nomor. Sub pokok bahasan juga harus dinomori dengan
1.1., 1.2., 1.3., dan seterusnya. Setiap halaman harus diberi nomor dan judul harus
diberi halaman 1.

FAKTOR YANG HARUS DIPERHATIKAN

Conflict of interest
Semua penulis wajib menghindari terjadinya Conflict of interest yang meliputi
pembiayaan atau hubungan dengan orang lain atau badan paling lama tiga tahun
sebelum pengajuan artikel ke jurnal yang dapat mempengaruhi secara langsung
maupun tidak langsung penelitian yang bersangkutan

Contoh hal yang potensial menyebabkan Conflict of interest antara lain pekerja,
konsultan, kepemilikan bahan, honor, pengajuan registrasi/paten, hibah atau
sumber dana yang lain.

Verifikasi Artikel
Artikel yang diajukan ke Jurnal Farmasi Udayana belum pernah dipublikasikan
sebelumnya (kecuali dalam bentuk abstrak atau sebagai bagian dari skripsi), tidak
dalam posisi akan diterbitkan pada jurnal lain, artikel telah mendapat persetujuan
semua penulis yang tercantum di dalam artikel yang bersangkutan dan secara
eksplisit telah mendapat persetujuan dari tempat dimana penulis melakukan
penelitian dan jika diterima, artikel tidak dipublikasikan di tempat lain dalam
bentuk yang sama dalam bahasa Indonesia atau bahasa lainnya untuk menghindari
plagiarisme

Konstribusi
Semua penulis harus berpartisipasi di dalam penelitian dan atau penyipan naskah,
sehingga fungsi dari masing-masing penulis harus didefinisikan.

INFORMASI UNTUK PENULIS DESEMBER 2015 ii


Kepemilikan artikel
Semua penulis harus memiliki peran penting pada setiap tahap pengajuan artikel
yang meliputi: (1) konsep dan desain penelitian, pengolahan data atau
menganalisis atau menginterpretasi data, (2) memperbaiki naskah, (3) menyetujui
draf akhir yang akan dipublikasikan

Perubahan penulis
Pada jurnal ini dimungkingkan untuk menambahkan, pengurangi, mengubah
urutan penulis untuk naskah yang diterima. Hal-hal yang perlu dilakukan antara
lain: membuat permintaan untuk dapat menambahkan, mengurangi atau
mengubah urutan penulis kepada pengelola jurnal yang diajukan oleh
corresponding author yang dicantumkan di dalam naskah yang diajukan dan
meliputi: (a) alasan mengapa nama penulis harus ditambahkan, dikurangi atau
diubah susunannya (b) konfirmasi tertulis (e-mail, fax, surat) dari semua penulis
yang menyatakan persetujuan dengan perubahan tersebut di atas

Bahasa
Penulisan menggunakan bahasa Indonesia sesuai ejaan yang disempurnakan.

PERSIAPAN
Penggunaan program miscrosoft word. File dibuat dalam format asli
menggunakan program miscrosoft word. Teks harus dibuat dalam format satu
kolom, huruf font Times new roman 11, 1 spasi, ditulis dalam kertas ukuran A4.

Struktur Artikel
Sub pokok bahasan-penomoran
Artikel dibagi menjadi pokok bahasan dengan penomoran yang jelas. Sub pokok
bahasan harus diberi nomor 1.1 (kemudian 1.1.1, 1.1.2,...), 1.2 dan seterusnya.
Abstrak tidak dimasukkan dalam sistem penomoran.

Pendahuluan
Nyatakan tujuan dan landasan penelitian, hindari tinjauan pustaka yang terperinci
atau kesimpulan dari hasil penelitian

Bahan dan metode


Ungkapkan bahan dan metode secara terperinci untuk kemungkinan keterulangan
penelitian. Metode yang umum digunakan cukup menunjukkan sumber pustaka,
hanya modifikasi yang relevan yang harus dideskripsikan

Hasil
Pengungkapan hasil harus jelas dan ringkas

Pembahasan
Bagian ini harus merupakan kajian mendalam dari hasil penelitian, jangan
mengulang pengungkapan hasil. Hindari kutipan dan pembahasan yang berlebihan
dari penelitian sebelumnya

INFORMASI UNTUK PENULIS DESEMBER 2015 iii


Kesimpulan
Kesimpulan utama dari penelitian sebaiknya ditampilkan dalam kalimat yang
singkat dan jelas, yang dapat menjadi bagian tersendiri di dalam pokok bahasan
kesimpulan atau menjadi bagian dari pembahasan atau hasil

Informasi penting dalam struktur artikel


Judul
Ringkas, jelas dan informatif. Jika dimungkinkan hindari pencantuman persamaan
matematika dan singkatan

Nama penulis dan institusi


Ungkapkan institusi tempat bekerja (tempat dimana penelitian dilakukan) di
bawah nama penulis. Tunjukkan institusi penulis dengan supercript di belakang
nama penulis dan didepan nama institusi. Tuliskan alamat lengkap termasuk kode
pos dan nama kota, jika perlu disertakan alamat email masing-masing penulis

Alamat korespondensi
Tunjukkan dengan jelas siapa yang bertanggung jawab terhadap korespondensi
semua tahap dari pengajuan, revisi, publikasi maupun sampai pasca publikasi.
Cantumkan nomor telepon disamping alamat email, kode pos. Kontak terperinci
harus tetap diperbaharui oleh korespondensi penulis

Alamat penulis
Jika alamat penulis berbeda dibandingkan dengan tempat penelitian semula, maka
alamat terbaru atau tetap penulis sebagai catatan kaki dari nama penulis. Alamat
dimana penelitian semula dilakukan oleh penulis tetap digunakan sebagai alamat
utama. Penulisan catatan kaki untuk alamat terbaru maupun alamat tetap
menggunakan supercrip dengan penomoran Arabic

Abstrak
Dibutuhkan abstrak yang jelas, ringkas dan sesuai fakta penelitian. Abstrak harus
menunjukan tujuan penelitian secara tegas, hasil yang penting dan kesimpulan
umum. Untuk memenuhi persyaratan abstrak ini, disarankan untuk tidak
menyertakan tinjauan pustaka, tetapi jika sangat diperlukan wajib mengutip nama
penulis dan tahun. Disamping itu dihindari pencantuman singkatan yang tidak
umum tetapi jika sangat diperlukan maka harus dijelaskan pada awal abstrak itu
sendiri

Gambar
Gambar harus dibuat untuk menyimpulkan isi dari artikel secara jelas untuk dapat
menarik perhatian pembaca yang berasal dari berbagai bidang yang berhubungan
dengan farmasi. Gambar harus dibuat dalam bagian terpisah dari artikel. Ukuran
gambar: sediakan gambar dengan minimal setara 531x1328 pixel atau lebih, tetapi
dapat tetap terbaca pada layar 200x500 pixel (pada 91 dpi yang sama dengan 5
x13 cm). Program yang digunakan dapat berupa pdfatau MS Word

INFORMASI UNTUK PENULIS DESEMBER 2015 iv


Kata kunci
Kata kunci maksimal 6 kata diletakkan langsung di bawah abstrak, hindari
penggunaan frase dan penghubung (dan, dari dan sebagainya)

Singkatan
Deskripsikan singkatan yang tidak umum sebagai catatan kaki pada halaman
pertama artikel. Singkatan yang menjadi keharusan untuk diungkapkan pada
abstrak diwajibkan didefinisikan pada bagian sebelum singkatan tersebut ditulis.
Penulisan singkatan harus konsisten pada seluruh artikel.

Ucapan terima kasih


Cantumkan ucapan terima kasih pada bagian terpisah di bagian akhir artikel
sebelum daftar pustaka, hindari penyertaan ucapan terima kasih pada judul,
sebagai catatan kaki judul atau bagian artikel lainnya. Buatlah rincian orang yang
berkontribusi di dalam penelitian (penerjemah, pengetik atau pembaca dan lain
sebagainya)

Unit
Gunakan satuan internasional (SI). Jika satuan diungkapkan dalam unit yang
berbeda, sebaikknya diungkapkan kesetaraan dengan SI

Tabel
Penomoran tabel diurut berdasarkan urutan munculnya di dalam artikel. Tabel
dibuat dengan tiga garis horisontal, hindari penggunaan garis vertikal dan data
yang diungkapkan di dalam tabel tidak diungkapkan berulang pada bagian lain
dari artikel

Daftar pustaka
Pastikan daftar pustaka tercantum di dalam artikel. Hasil yang belum
dipublikasikan dan personal communication tidak direkomendasikan dimasukkan
di dalam daftar pustaka. Pustaka yang ditandai dengan In Press menunjukan
bahwa artikel tersebut telah disetujui untuk dipublikasikan dan dapat digunakan
sebagai sumber pustaka. Penulisan pustaka mengikuti aturan penulisan pustakan
jurnal ini.

Aturan penulisan pustaka


Daftar pustaka harus diurut berdasarkan alfabetis dan kronologi. Jika terdapat
lebih dari satu sumber yang berasal dari penulis yang sama pada tahun yang sama,
maka harus ditambahkan a, b, c dan seterusnya di belakang tahun terbit.

Penulisan buku
Penulis, A.A., Penulis, B.B., & Penulis, C.C. (tahun terbit). judul buku: sub judul.
(Edisi [jika bukan edisi pertama}). tempat terbit: penerbit
Contoh:
Buku dengan satu penulis
Nama penulis (tanpa singkatan). (tahun terbit). judul buku. Tempat terbit: penerbit
Reynords Hadi. (2000). Black pioners. Ringwood,Vic: Penguin

INFORMASI UNTUK PENULIS DESEMBER 2015 v


Buku dengan banyak penulis
Dua-enam penulis
Dua penulis: kedua penulis. (tahun terbit). judul buku. Tempat terbit: penerbit
Gilbert, R., & Gilbert, P. (1998). Maculinity goes to school. St. Leonards, N.S.W.:
Allen & Unwin
Lebih dari 6 penulis
Setelah nama dan singkatan nama penulis ke-enam gunakan dkk

Buku yang memiliki editor


Broinowski, A. (Ed.) (1990). ASEAN into 1990s. London: Macmillan
Nugent, S.L., Shore, C. (Eds.). (1997). Anthropologyband cultural study. London:
Pluto Press

Buku yang memiliki penulis dan editor


Valery, P. (1957). Oeuvres (J. Hytier, Ed). Paris: Gallimard

Bab yang terdapat di dalam buku


Penulis, singkatan nama penulis. (tahun terbit). judul bab:sub judul. editor. judul
buku. (hal. x-y). tempat terbit: penerbit

Artikel jurnal
Penulis, singkatan nama penulis. (tahun terbit). judul artikel. singkatan jurnal,
volume (issue), halaman

Skipsi/Tesis/Disertasi
Nama penulis, singkatan nama penulis. (tahun terbit). judul. skrispi/tesis/disertasi.
Universitas, kota

Sumber penulisan singkatan jurnal


Index Medicus journal abbreviations: http//www.nlm.nih.gov/tsd/serials/lji.html
List of titlle word abbreviations: http//www.issn.org/2-22661-LTWA-online.php
CAS (Chemical Abstract Service): http//www.cas.org/sent.html

Submission checklist
Daftar isian di bawah ini dapat digunakan untuk memudahkan pemeriksaan akhir
sebelum artikel dikaji oleh editor.
Satu orang penulis ditunjuk sebagai corresponding author:
 alamat email
 kode pos
 nomor telepon atau fax
Semua file yang dibutuhkan telah diupload
 Kata kunci
 Gambar
 Tabel (termasuk judul, deskrispi, catatan kaki)
Hal selanjutnya yang harus diperhatikan
 Naskah telah dicek tata bahasa dan pengucapannya
 Pustaka telah ditulis sesuai format di dalam jurnal ini

INFORMASI UNTUK PENULIS DESEMBER 2015 vi


 Semua pustaka yang ditulis di dalam daftar pustaka disinggung di dalam
teks
 Izin telah didapat dari untuk materi yang memiliki hak cipta yang berasal
dari sumber lain (termasuk web)

INFORMASI UNTUK PENULIS DESEMBER 2015 vii


DAFTAR ISI

hal
Halaman Judul ………………………………………………………………………….....
Deskripsi Jurnal Farmasi Udayana .................................................................................... i
Petunjuk Penulisan ........................................................................................................... ii
Daftar Isi ………………………………………………………………………………….. viii

1 Uji Aktivitas Adaptogenik Ekstrak Etanol Kulit Batang Bidara (Ziziphus mauritiana
Auct. non Lamk.) dengan Metode Swimming Endurance Test pada Mencit Galur
Balb/C ………………………………………………………………………………… 1
2 Pemberian Ekstrak Etanol Spondias pinnata Terhadap Volume Organ Hati Mencit
Betina ............................................................................................................................. 8
3 Pengaruh Kombinasi Asam Oleat dan Minyak Atsiri Daun Cengkeh (Syzygium
aromaticum L.) Sebagai Permeation Enhancer Terhadap Karakter Fisik dan
Pelepasan Ketoprofen dari Matriks Patch Transdermal ………………………………. 11
4 Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol 80% Daun Spondias pinnata Terhadap Volume
Organ Ginjal Mencit Betina …………………………………………………………... 17
5 Validasi Metode Analisis Penetapan Kadar α-mangostin pada Gel Ekstrak Kulit
Buah Manggis (Garcinia mangostana L.) dengan KLT-Spektrofotodensitometri ……. 20
6 Uji Eritema dan Edema Secara In Vivo pada Natrium Lauril Sulfat 10% …………… 25
7 Perbandingan Metode Ekstraksi Maserasi dan Refluks terhadap Rendemen 29
Andrografolid dari Herba Sambiloto ………………………………………………….
8 Efek Pemberian Ekstrak Etanol Daun Spondias pinnata Terhadap Berat Organ Ginjal
Mencit Betina …………………………………………………………………………. 33
9 Optimasi Formula Matriks Patch Ketoprofen Transdermal Menggunakan Kombinasi
Asam Oleat dan Minyak Atsiri Bunga Cempaka Putih (Michelia alba) sebagai 37
Permeation Enhancer ………………………………………………………………….
10 Pemisahan Fraksi Terpenoid dari Ekstrak Etanol 90% Daun Katuk (Sauropus 45
androgynous (L.) Merr) Menggunakan Kromatografi Kolom ………………………...
11 Profil Stabilitas Fisika Kimia Masker Gel Peel Off Ekstrak Kulit Buah Manggis …… 48
12 Pemberian Ekstrak Etanol Spondias pinnata Terhadap Volume Organ Hati Mencit
Jantan ............................................................................................................................. 53
13 Uji Aktivitas Adaptogenik Ekstrak Etanol Daun Bidara (Ziziphus mauritiana Auct.
non Lamk.) dengan Metode Swimming Endurance Test pada Mencit Galur Balb/C … 56
14 Pengaruh Penggunaan Propilenglikol dan Mentol Terhadap Matrik Patch
Transdermal Ekstrak Air Herba Sambiloto (Andrographis paniculata (Burm. f) Nees. 60
15 Pengaruh Pemberian Fraksi Terpenoid Daun Katuk (Sauropus Androgynus (L.)
Merr) Terhadap Profil Lipid Tikus Putih (Rattus Novergicus, L.) Jantan Galur Wistar
yang Diinduksi Pakan Kaya Lemak ............................................................................... 66
16 Rendemen VCO (Virgin Coconut Oil) yang Diperoleh dengan Penambahan
Enzim Papain dan Bromealin ………………………………………………… 72
17 Stabilitas Formalin Terhadap Pengaruh Suhu dan Lama Pemanasan ………... 76
18 Pengembangan Metode Refluks untuk Ekstraksi Andrografolid dari Herba Sambiloto
(Andrographis paniculata (Burm.f.) Nees) …………………………………………... 82
19 Uji Sitotoksisitas Ekstrak Etanol Limbah Kulit Buah Naga Merah (Hylocereus
polyrhizus) pada Sel Kanker Payudara Secara In Vitro dan In Silico ………………... 91

INFORMASI UNTUK PENULIS DESEMBER 2015 viii


Uji Aktivitas Adaptogenik Ekstrak Etanol Kulit Batang Bidara (Ziziphus mauritiana Auct.
non Lamk.) dengan Metode Swimming Endurance Test pada Mencit Galur Balb/C
(Samirana, P. O., Putra, P. A. S., Leliqia, N. P. E.) 

UJI AKTIVITAS ADAPTOGENIK EKSTRAK ETANOL KULIT BATANG BIDARA


(Ziziphus mauritiana Auct. non Lamk.) DENGAN METODE SWIMMING
ENDURANCE TEST PADA MENCIT GALUR BALB/C

Samirana, P. O.1, Putra, P. A. S.1, Leliqia, N. P. E.1


1
Jurusan Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana

Korespondensi: Putu Ari Setyadi Putra


Jurusan Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana
Jalam Kampus Unud-Jimbaran, Jimbaran-Bali, Indonesia 80364 Telp/Fax: 703837
Email: putuarisetyadiputra@gmail.com

ABSTRAK
Ziziphus mauritiana atau bidara telah diketahui memiliki aktivitas antioksidan.
Adanya teori yang menyatakan keterkaitan antara aktivitas antioksidan dengan adaptogenik
membuat tumbuhan ini diduga memiliki potensi sebagai adaptogen. Tujuan dari penelitiaan
ini adalah untuk mengetahui aktivitas adaptogenik dari kulit batang Z. mauritiana.
Uji aktivitas adaptogenik dilakukan dengan metode swimming endurance test. Hewan
uji yang digunakan dibagi dalam 6 kelompok perlakuan dan diuji kemampuan renangnya.
Waktu renang hewan uji sampai tenggelam diukur dan selanjutnya dianalisis secara statistik.
Ekstrak etanol 96% kulit batang Z. mauritiana dikatakan memiliki aktivitas adaptogenik bila
waktu renang kelompok yang diberikan ekstrak lebih lama jika dibandingkan dengan
kelompok kontrolnegatif (p< 0,05).
Berdasarkan hasil penelitian, ekstrak etanol 96% kulit batang Z. mauritiana mampu
meningkatkan kemampuan renang mencit pada dosis 200, 400, dan 800 mg/kg BB
dibandingkan dengan kelompok kontrol negatif. Hasil ini menunjukkan bahwa ekstrak etanol
96% kulit batang Z. mauritiana memiliki aktivitas adaptogenik. Aktivitas ini tidak terlepas
dari peran beberapa golongan senyawa dan beberapa diantaranya diduga merupakan senyawa
golongan triterpenoid dan flavonoid.
Kata kunci : Ziziphus mauritiana, swimming endurance test, antioksidan, adaptogenik, kulit
batang

1. Pendahuluan produksi radikal bebas (Kenjale et al.,


Stres merupakan suatu respon yang timbul 2007). Radikal bebas berlebih dapat
akibat ketidakmampuan individu untuk memicu ketidakseimbangan dengan
menerima beban fisik dan psikologik yang antioksidan di dalam tubuh yang mana
melebihi batas kemampuannya (Riley, kondisi ini disebut dengan stres oksidatif.
1981). Stres dapat dialami setiap individu Stres oksidatif dapat menggangu
yang apabila tidak ditangani dalam jangka keseimbangan homeostasis dan allostasis
panjang dapat memicu timbulnya berbagai yang berdampak pada terganggunya
penyakit seperti hipertensi, penyakit seluruh sistem di dalam tubuh, termasuk
jantung, kecemasan, depresi, gangguan sistem pertahanan tubuh untuk melawan
kognitif dan sindrom kelelahan kronis stres itu sendiri. Kondisi ini dapat
(Vinod and Shivakumar, 2012). Selama menyebabkan kelelahan fisik berlebih
kondisi stres, terjadi peningkatan yang berakibat pada terjadinya penurunan
kebutuhan energi di dalam tubuh kinerja fisik dan mental individu yang
organisme yang menyebabkan peningkatan mengalami stres. Individu yang mengalami


Uji Aktivitas Adaptogenik Ekstrak Etanol Kulit Batang Bidara (Ziziphus mauritiana Auct.
non Lamk.) dengan Metode Swimming Endurance Test pada Mencit Galur Balb/C
(Samirana, P. O., Putra, P. A. S., Leliqia, N. P. E.) 

stres dapat mengalami kesulitan dalam


beradaptasi. Beberapa upaya dapat 2. Bahan dan Metode
dilakukan untuk menangani kondisi ini 2.1 Bahan
salah satunya dengan penambahan asupan Bahan yang digunakan dalam
mikronutrien berupa adaptogen (Vinod and penelitian meliputi kulit batang Z.
Shivakumar, 2012). mauritiana, etanol 96%, Vitamin C,
Adaptogen merupakan istilah untuk aquadest, dan CMC-Na 0,5%.
suatu bahan yang dapat membantu tubuh 2.2 Hewan Uji
beradaptasi terhadap stres. Secara empiris Hewan uji yang digunakan berupa
adaptogen banyak digunakan dalam bentuk mencit galur Balb/C berjenis kelamin
tonik yang diberikan untuk meningkatkan jantan, sehat (tidak cacat), yang
vitalitas tubuh selama atau setelah masa berumur 2-3 bulan dengan berat
pemulihan penyakit dan ketika terjadi badan antara 25 sampai 30 gram.
perubahan kondisi lingkungan hidup. Evaluasi kelayakan etik (ethical
Terdapat satu teori dari Dardymov dan clearance) terhadap perlakuan hewan
Kirkorian yang menyatakan bahwa uji dilakukan oleh Komisi Etik
aktivitas adaptogenik dari suatu senyawa Penggunaan Hewan untuk Pendidikan
berkaitan erat dengan adanya aktivitas dan Penelitian, Fakultas Kedokteran
antioksidan dari senyawa tersebut (Vinod Hewan, Universitas Udayana
and Shivakumar, 2012). Hal ini 2.3 Preparasi Sampel
dikarenakan aktivitas antioksidan dapat Kulit batang Z. mauritiana didapatkan
menangkal radikal bebas seperti radikal dari lingkungan Kampus Farmasi,
anion superoksida, radikal hidroksil dan Universitas Udayana, Bukit Jimbaran,
hidrogen peroksida yang dihasilkan selama Bali. Sampel kulit batang yang
stres terjadi (Mehta et al., 2012). didapatkan selanjutnya dikeringkan
Ziziphus mauritiana atau di Indonesia terhindar dari sinar matahari
umumnya dikenal dengan bidara, langsung. Pembuatan serbuk simplisia
merupakan tumbuhan yang memiliki dilakukan dengan menggunakan
khasiat pengobatan. Tumbuhan initelah blender dan pengayak.
dilaporkan memiliki beberapa aktivitas 2.4 Ekstraksi
diantaranya sebagai antikanker, Proses ekstraksi kulit batang Z.
antiobesitas, dan antioksidan (Mishra et mauritianadilakukan dengan metode
al., 2011; Bhatia et al., 2010; Perumal et maserasi. Serbuk kulit batang Z.
al., 2012). Aktivitas antioksidan dari mauritiana kering ditimbang
Z.mauritiana telah dibuktikan melalui sebanyak 1kg, kemudian dimaserasi
beberapa penelitian (Abalaka et al,2011; dengan pelarut etanol 96% selama ±
Perumal et al, 2012; Rahman, 2012). 24 jam yang diikuti dengan
Aktivitas antioksidan yang dimiliki Z. pengadukan. Proses penyaringan
mauritiana membuat tumbuhan ini diduga dilakukan setelah proses ekstraksi
memiliki potensi sebagai adaptogenik. selesai. Residu yang ada selanjutnya
Selain itu, secara empiris tumbuhan Z. dimaserasi kembali dengan cara yang
mauritiana diketahui dapat digunakan sama dengan pengulangan sebanyak
sebagai tonik (Gaur and Sharma, 2013). dua kali. Filtrat dari masing-masing
Tujuan penelitian adalah pada untuk proses selanjutnya ditampung dalam
mengujiaktivitas adaptogenikdari ekstrak satu wadah dan diuapkan dengan
etanol 96% kulit batang Ziziphus menggunakan alat rotary evaporator
mauritianadengan metode swimming pada suhu 45-50oC. Rendemen
endurance test secara in vivo pada mencit ekstrak kemudian dihitung dengan
galur Balb/C. persamaan 1.

Uji Aktivitas
A Adaaptogenik Ekkstrak Etanool Kulit Batanng Bidara (Z
Ziziphus mauuritiana Aucct.
non Lamkk.) dengan Metode
M Swimmming Endurance Test ppada Mencit Galur Balb//C
(Samirana, P.
P O., Putra, P
P. A. S., Leliqia, N. P. E.) 
E

Berdasarkan hasil prosses maseraasi


B
A
A1 d
didapatkan m
maserat sebaanyak 13,7442
%Reendemen = x 100%.................(1)
A
A0
L yang selannjutnya diuaapkan dengaan
Keterrangan:
rootary evapporator. Ekkstrak kerinng
A1 = Bobot eksstrak yang diddapatkan y
yang didappat dari hasil h prosees
A0 = Bobot seerbuk simplisia yang p
penguapan sebanyak 76,2098 g.
dimaserassi B
Berdasarkan hasil ini dik
ketahui perseen
reendemen yangy didapaat dari hassil
2.5 Uji Aktivitas Adaptogeniik dengan p
proses maaserasi kuulit batanng
Swim mming Endu urance Test Z
Z.mauritiana a sebesar 7,6%.
Meto ode yang digunakan dalam uji 3.2 Uji
U Aktivitaas Adaptog genik dengaan
Aktiivitas Adapttogenik diad daptasi dari S
Swimming Enndurance Teest
peneelitian yang dilakukan Duraisami B
Berdasarkan hasil pennelitian yanng
et all. (2010) dann Habbu et al. (2010). d
dilakukan diidapatkan data
d rata-rata
Hew wan uji dibagid ke dalam 6 w
waktu renangg mencit masing-masin
m ng
keloompok (masing-masing kelompok k
kelompok pperlakuan seperti
s yanng
terdiiri dari 5 ekoor mencit) yang
y terdiri teertera pada ggambar 1.
dari kelompok kontrol norm mal (tidak
dibeeri perlakuaan), kontrool positif
(dibeerikan vitam min C 100 mg/kg
m BB),
konttrol negatif (diberikan CMC-Na
0,5% %), dan sisaanya diberikkan ekstrak
etannol 96% kulitt batang Z. mauritiana
m
deng gan dosis 200, 400, dan 800 mg/kg
BB. Pemberian perlakuan dilakukan
selam ma 7 hari dan satu jaam setelah
pemmberian t
terakhir dilakukan
swim mming end durance teest pada
keseeluruhan kellompok dalaam tabung Gam
mbar 1. Ratta-rata waktu renang menccit
silinnder gelas deengan tinggi 31 cm dan
berddiameter 9,5 5 cm yang berisi air 4. Pemmbahasan
padaa suhu ruanggan sampai ketinggian Prooses ekstrraksi deng gan metodde
20 cm. Mencitt dibiarkan berenang maserrasi dari sserbuk kulit batang Z Z.
samp pai mencitt tenggelam m. Waktu mauriitiana meenghasilkan persentasse
renaang mencit hinggaa mencit rendemmen eksttrak sebeesar 7,6%%.
tengggelam selanj njutnya diukuur. Berdaasarkan hasill studi pustaaka diketahuui
2.6 Anaalisis Data rentanng rendemenn hasil prooses ekstrakksi
Dataa yang diperoleh beru upa waktu kulit batang Z. mauritiana
m menggunaka
m an
renaang mencit hingga tenggelam. t pelaruut metanol dan
d etanolbeerkisar antarra
Dataa dianalisis secara
s statistik dengan 2,69%%-24,29% (Talmale
( ett al., 20144;
uji ANOVA one o way daan analisis Rahmman, 2012: Siddhart et e al., 20100;
LSD D dengan tarraf kepercayyaan 95%. Samirrana, 2014). Sementara untuk
u ekstraak
Dataa dinyatakaan berbeda bermakna kulit batang
b Z. maauritiana yanng diekstrakksi
jika memiliki nilain signikkansi lebih dengaan pelarut etanol berrkisar antarra
keci l dari 0,05 (p
p< 0,05). 2,69%%-12,5% (T Talmale et al., 20144;
Rahmman, 2012). Jika
J dibandinngkan dengaan
3. Hasil hasil proses eksstraksi yang dilakukann,
3.1 Eksttraksi rendemmen hasil proses ekkstraksi kullit

3
Uji Aktivitas Adaptogenik Ekstrak Etanol Kulit Batang Bidara (Ziziphus mauritiana Auct.
non Lamk.) dengan Metode Swimming Endurance Test pada Mencit Galur Balb/C
(Samirana, P. O., Putra, P. A. S., Leliqia, N. P. E.) 

batang Z. mauritiana yang diperoleh mencit seiring bertambahnya dosis yang


berada dalam rentang. Variasi rendemen diberikan. Hasil ini menunjukkan bahwa
hasil proses ekstraksi ini dapat dipengaruhi ekstrak etanol 96% kulit batang Z.
oleh banyak parameter diantaranya seperti mauritiana pada dosis 800 mg/kg BB lebih
metode ekstraksi, pelarut yang digunakan baik dalam memberikan aktivitas
untuk ekstraksi, ukuran partikel serbuk adaptogenik dibandingkan dengan dosis
simplisia, suhu ekstraksi dan lama proses 200 mg/kg BB dan 400 mg/kg BB.
ekstraksi (Talmale et al., 2014; Baccarin et Vitamin C yang merupakan senyawa
al., 2014; Lawson et al., 2010). Sehingga antioksidan berdasarkan hasil penelitian
proses optimasi parameter-parameter yang yang dilakukan memiliki aktivitas
berpengaruh terhadap ekstraksi perlu adaptogenik. Berdasarkan hal ini aktivitas
dilakukan untuk mendapatkan rendemen antioksidan diduga berkontribusi terhadap
hasil yang lebih optimal. aktivitas adaptogenik. Rahman (2012),
Hasil analisis LSD menunjukkan tidak melaporkan ekstrak etanol kulit batang
terdapat perbedaan waktu renang yang Ziziphus mauritianamemiliki aktivitas
bermakna antara kelompok kontrol normal penangkapan radikal bebas DPPH dengan
dengan kelompok kontrol negatif (p>0,05). nilai IC50sebesar 27,47 μg/mL
Hasil ini menunjukkan bahwa pembawa dibandingkan dengan standar asam
yang digunakan (CMC-Na) tidak askorbat yang memiliki nilai IC50 sebesar
memberikan efek pada hewan uji. 18,63 ± 0,19 μg/mL. Berdasarkan nilai
Kelompok kontrol positif dan kelompok IC50, vitamin C memiliki aktivitas
perlakuan yang diberikan ekstrak etanol antioksidan yang lebih tinggi
96% kulit batang Z. mauritiana dosis 200 dibandingkan dengan ekstrak etanol kulit
mg/kg BB, 400 mg/kg BB, dan 800 mg/kg batangZ. mauritiana.Akan tetapi dari hasil
BB menunjukkan perbedaan yang uji SET vitamin C memiliki aktivitas
bermakna (p<0,05) dengan kelompok adaptogenik lebih rendah secara bermakna
kontrol negatif. Hal ini menunjukkan dibandingkan dengan ekstrak dosis 200,
bahwa vitamin C dan ekstrak etanol 96% 400 dan 800 mg/kg BB. Hal ini
kulit batang Z. mauritiana yang diberikan menandakan bahwa aktivitas adaptogenik
memiliki aktivitas adaptogenik. Kelompok dari kulit batangZ. mauritiana tidak hanya
perlakukan yang diberikan ekstrak etanol disebabkan oleh aktivitas antioksidan
96% kulit batang Z. mauritiana dengan melalui mekanisme penangkapan radikal
dosis 200 mg/kg BB, 400 mg/kg BB dan bebas melainkan juga mekanisme lainnya
800 mg/kg BB memiliki waktu renang yang didukung oleh senyawa-senyawa lain
yang lebih besardan berbedabermakna yang terkandung di dalamnya.
(p<0,05) dibandingkan dengan kelompok Gaur and Sharma (2013) melaporkan
kontrol positif. Hasil ini menunjukkan kulit batang Z. mauritiana mengandung
bahwa ekstrak etanol 96% kulit batang Z. beberapa golongan senyawa antara lain
mauritiana dengan dosis 200 mg/kg BB, alkaloid, saponin, flavonoid, terpenoid dan
400 mg/kg BB dan 800 mg/kg BB fenolik. Beberapa kandungan senyawa
memiliki aktivitas adaptogenik yang lebih tersebut yang diduga memiliki aktivitas
besar dibandingkan dengan vitamin adaptogenik adalah golongan senyawa
C.Selain itu, terdapat perbedaan yang flavonoid dan triterpenoid. Flavonoid yang
bermakna (p<0,05) dari waktu renang merupakan senyawa antioksidan diduga
mencit pada kelompok yang diberikan mampu berkontribusi terhadap aktivitas
ekstrak etanol 96% kulit batang Z. adaptogenik dengan mekanismeregulasi
mauritiana antara dosis 200 mg/kg BB, molekul NO (Nitric Oxide) ketika stres
400 mg/kg BB dan 800 mg/kg BB yang terjadi. Selama kondisi stres terjadi, enzim
mana terjadi peningkatan waktu renang JNK (enzim pemicu stres) meningkatkan

Uji Aktivitas Adaptogenik Ekstrak Etanol Kulit Batang Bidara (Ziziphus mauritiana Auct.
non Lamk.) dengan Metode Swimming Endurance Test pada Mencit Galur Balb/C
(Samirana, P. O., Putra, P. A. S., Leliqia, N. P. E.) 

pembentuk kan radikal bebas yang salah menyebabkan peningkatan kortisol dalam
satunya adalah NO yang mampu sistem sirkulasi. Kadar kostisol yang tinggi
menghambat respirasi mitokondira. mampu membuat individu mengalami
Terhambatnya respirasi mitokondria ini aktivasi respon stres yang berlebihan
menyebabkan terjadinya penurunan seperti depresi, kelelahan, penurunan
produksi ATP yang berakibat kurangnya konsentrasi, dan pengurangan daya
asupan energi sel. Rendahnya ATP di kognitif. Senyawa golongan triterpenoid
dalam sel menyebabkan sel mengalami yang berperan sebagai adaptogen diduga
stres oksidatif dan tidak berfungsinya mampu mengembalikan fungsi normal
protein Hsp (Heat shock protein) yang reseptor glukokortikoid sehingga sekresi
berperan dalam menghasilkan respon kortisol kembali normal dan memberikan
pertahanan terhadap stres (Panossian and efek proteksi terhadap reaksi stres berlebih
Wikman, 2010). Senyawa flavonoid dari (Panossian and Wikman, 2010).
ekstrak 96% kulit batang Z. mauritiana
yang berperan sebagai antioksidan diduga 5. Kesimpulan
mampu mengurangi radikal bebas yang Ekstrak etanol 96% kulit batang Z.
ada melalui pendonoran elektron dan mauritiana memiliki aktivitas adaptogenik
mengembalikan fungsi normal pada dosis 200, 400, dan 800 mg/kg BB
mitokondria sehingga protein Hsp dapat yang mana dosis 800 mg/kg BB diketahui
berperan kembali dalam memberikan memiliki potensi adaptogenik yang lebih
respon pertahanan terhadap stres. besar secara bermaknadibandingkan
Panossian and Wikman (2010) dengan dosis 200 mg/kg BB dan 400
menyatakan bahwa senyawa golongan mg/kg BB. Aktivitas adaptogenik dari
triterpenoid dalam suatu tanaman dapat ekstrak etanol 96% kulit batang Z.
memiliki aktivitas adaptogenik. Golongan mauritianadiduga berasal dari peran
senyawa triterpenoid yang terdapat pada beberapa golongan senyawa dan beberapa
kulit batang Z. mauritiana diduga hampir diantaranya diduga merupakan senyawa
sama dengan senyawa triterpenoid pada golongan triterpenoid dan flavonoid.
beberapa tanaman yang memiliki aktivitas
adaptogenik lainnya seperti P. gingseng Pustaka
(ginsenosida), Bryonia alba (cucurbitasin Abalaka, M.E.,A.Mann and S.O.Adeyomo.
R glukosida), dan E. senticosus 2011. Studies on In-Vitro Antioxidant
(eleuterosida E) yang secara struktural and Free Radical Scavenging Potential
mirip dengan kortikosteroid.Mekanisme and PhytochemicalScreening of Leaves
kerja senyawa golongan triterpenoid yang of Ziziphus mauritiana L. and Ziziphus
ada pada ekstrak kulit batang Z. spinachristi L. Compared with Ascorbic
mauritiana diduga terkait dengan regulasi Acid. J.Med.Gener.Genomics., 3(2):
mediasi aksis HPA melalui perantara 28-34.
reseptor glukokortikoid (GR) yang Alexander, P., M. Hambardzumyan and A.
berperan dalam mengatur sekresi dari Hovhanissyan. 2007. The Adaptogens
kortisol (Panossian and Wikman, 2010; Rhodiola and Schizandra Modify the
Vinod and Shivakumar, 2012). Ketika Response to Immobilization Stress in
kondisi stres terjadi, tubuh merespon Rabbits by Suppressing the Increase of
stresor yang ada dan mengaktifkan Phosphorylated Stress Activated Protein
beberapa enzim salah satunya adalah Kinase, Nitric Oxide and Cortisol. Drug
enzim JNK (enzim pemicu stres). Enzim Target Insights.1: 39-54.
ini akan menekan reseptor glukokortikoid Baccarin, T., R. Ferreira, V. F. Gazoni. R.
di sitosol yang berakibat pada terhentinya A. Yunes, A. Malheiros and M. L.
fungsi penghambatan sekresi kortisol dan Silva. 2014. Influence of Extraction

Uji Aktivitas Adaptogenik Ekstrak Etanol Kulit Batang Bidara (Ziziphus mauritiana Auct.
non Lamk.) dengan Metode Swimming Endurance Test pada Mencit Galur Balb/C
(Samirana, P. O., Putra, P. A. S., Leliqia, N. P. E.) 

Parameters on Hydroalcohol Extract of Kenjale, R. D., R. K. Shah, and S. S.


the Stem Bark of Rapanea ferruginea Sathaye. 2007. Anti-stress and
Mez Using Myrsinoic Acid B as Antioxidant Effect of Root of
Marker. Trop. J.Pharm.Res. 13(7): Chlorophytum borivilianum. Indian
1113-1119. Journal of Experimental Biology, 45:
Bhatia A. andM. Tulica. 2010. 974-979.
Hypoglycemic Activity of Ziziphus Lawson, O. S., A. Oyewumi, F. O.
mauritianaAqueous Ethanol Seed Ologunagba and A. O. Ojomo. 2010.
Extract in Alloxan-induced Diabetic Evaluation of the Parameters Affecting
Mice. Pharmaceutical Biology.48(6): The Solvent Extraction of Soybean Oil.
604-610. ARPN Journal of Engineering and
Deepak, R., G. Bhatia, T. Sen and G. Palit. Applied Sciences. 5(10): 51-55.
2003. Antistress Effects of Ginkgo Mehta, S.K., B.J. Prakash and N. Nayeem.
biloba and Panax ginseng: a 2012. Comparative Evaluation of
comparative study. J Pharmacol Sci. Adaptogenic and Antioxidant Activities
93: 458-464. of Traditionally Used Indian Drugs.
Di Hu, Y. C., R. He, N. Han, Z. Liu, L. Asian Journal of Plant Science and
Miao and J. Yin. 2012. Schizandrin, an Research. 2(4):510-514.
Antioxidant Lignan from Schisandra Mishra T, M. Khullar, and A. Bhatia.
chinensis, Ameliorates Aβ1–42-Induced 2011. Anticancer Potential of Aqueous
Memory Impairment in Mice. Oxidative Ethanol Seed Extract of Ziziphus
Medicine and Cellular Longevity, mauritiana against Cancer Cell Lines
Article ID 72172. Page 7. and Ehrlich Ascites
Duraisami, R., M. Vijay, K. Amit. 2010. Carcinoma.Evidence-
Antistress, Adaptogenic Activity of BasedComplementary and Alternative
Standardized Dried Extract of Aegle Medicine. doi:10.1155/2011/765029.
marmelos Against Diverse Stressors. Panossian, A. and G. Wikman. 2010.
Asian J Pharmaceutical and Clinical ReviewEffects of Adaptogens on the
Research. 3(4): 1-3. Central Nervous System and
Gaur A. and G. N. Sharma. 2013. Ziziphus theMolecular Mechanisms Associated
mauritiana Lam-an Overview. Indo with TheirStress-Protective Activity.
American Journal of Pharm Research. Pharmaceuticals.3:188-224.
3(6): 4560-4566. Perumal, S., R.Mahmud, S.P. Piaru, L.W.
Habbu, P.V., K.M. Mahadevan, P.V. Cai and S. Ramanathan. 2012. Potential
Kulkarni, C. Daulatsingh, V.P. Antiradical Activity and Cytotoxycity
Veerapur, and R.A. Shastry. 2010. Assesment of Ziziphusmauritiana
Adaptogenic and In Vitro Antioxidant andSyzygium polyanthum.
Activity of Flavonoids and other Int.J.Pharmacol. 8(6): 535-541.
Fraction of Argyreia speciosa (Burm.f) Rahman, S. 2012. Antioxidant, Analgesic,
Boj. In Acute and Chronic Stress Cytotoxic and Anthidiarrheal Activities
Paradigms in Rodents. Indian Journal of Ethanolic Zizyphus mauritiana Bark
of Experimental Biology, 48: 53-60. Extract. Orient Pharm Exp Med, 12:
Ji Bak, M., M. Jun and W.S. Jeong. 2012. 67-73.
Antioxidant and Hepatoprotective Riley. 1981. Psychoneuriendrocrinology
Effects of the Red Ginseng Essential on immunocompethence and neoplasia.
Oil in H2O2-Treated HepG2 Cells and Science. 212: 1100-1109.
CCl4-Treated Mice. Int. J. Mol. Sci. Samirana, Oka. 2014.Isolasi dan
ISSN 1422-0067:2314-2330. Identifikasi Senyawa Penangkap
Radikal 2,2-Difenil-1-Pikrihidrazil dari

Uji Aktivitas Adaptogenik Ekstrak Etanol Kulit Batang Bidara (Ziziphus mauritiana Auct.
non Lamk.) dengan Metode Swimming Endurance Test pada Mencit Galur Balb/C
(Samirana, P. O., Putra, P. A. S., Leliqia, N. P. E.) 

Kulit Batang Bidara (Zizyphus Remedy to Stress. Asian Pacific


mauritiana Auct non Lamk.) (Tesis). Journal of Tropical Disease. Page 480-
Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada. 490.
Siddharth, P., P. Kailash, V. Niraj, M.
Karuna, P. Vimal, P. Bharadia and K.
Pundarikakshudu. 2010. Antiulcer
Activity of Methanolic Extract of
Ziziphus mauritiana Stem Bark. IJPPR.
2(3): 6-11.
Talmale, S. A., A. M. Bhujade and M. B.
Patil. 2014. Phytochemical Analysis of
Stem Bark and Root Bark of Ziziphus
mauritiana. IJISET. 1(4): 526-535.
Vinod, S. P. and H. Shivakumar. 2012. A
Current Status of Adaptogens: Natural


Pemberian Ekstrak Etanol Spondias pinnata Terhadap Volume Organ Hati Mencit Betina
(Karso, F. P., Putra, I. G. N. R. 1, Ariantari, N. P., Samirana, P. O., Mahadewi, S. A.)

Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol Kedondong Hutan Terhadap


Volume Organ Hati Mencit Betina

Karso, F. P.1, Putra, I. G. N. R. 1, Ariantari, N. P.1, Samirana, P. O.1, Mahadewi, S. A.1


1
Jurusan Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana

Korespondensi: Fatwa Pranata Karso


Jurusan Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana
Jalam Kampus Unud-Jimbaran, Jimbaran-Bali, Indonesia 80364 Telp/Fax: 0361-703837
Email: fatwapranata@gmail.com

Abstrak
Kedondong hutan (Spondias pinnata) adalah tanaman dari famili Anacardiaceae dan
digunakan untuk pengobatan batuk kronis oleh masyarakat Bali. Ekstrak daun Kedondong hutan
memiliki aktivitas antituberkulosis jenis resistensi ganda. Penelitian dilakukan agar didapat data
tentang pengaruh volume hati mencit betina yang dipapar dengan ekstrak daun Kedondong hutan.
Dua puluh ekor mencit betina dari galur balb/c dikelompokan menjadi 4 kelompok. Secara
oral kelompok kontrol negatif diberikan CMC-Na 0,5%, kelompok perlakuan I, II, III diberikan
ekstrak daun Kedondong hutan masing-masing sebanyak 0,2 g/kg BB, 1 g/kg BB, dan 2 g/kg BB.
Setelah diberi perlakuan selama 31 hari, hati mencit tersebut diambil untuk pemeriksaan volume hati
mencit. Data volume hati mencit pada setiap kelompok kemudian dianlisis secara statistik dengan
ANOVA-one way.
Analisis data volume hati mencit menunjukan tidak ada perbedaan secara signifikan volume
hati yang dimiliki oleh setiap kelompok perlakuan. Perubahan volume hati merupakan indikator
makroskopis yang digunakan untuk mengetahui keamanan zat paparan.

Kata Kunci: Ekstrak Kedondong hutan, Volume hati, Mencit betina

1. Pendahuluan Data keamanan terhadap penggunaan


Penggunaan tanaman untuk pengobatan ekstrak Kedondong hutan mutlak diperlukan
sudah dilakukan sejak lama. Penyakit yang agar ekstrak ini dapat dikembangkan lebih
diobati bermacam-macam salah satunya adalah lanjut sebagai fitofarmaka. Penelitian ini
penyakit batuk. Kedondong hutan merupakan memberikan informasi tentang pengaruh
tanaman yang digunakan sebagai obat batuk. volume hati mencit betina yang sudah dipapar
Tanaman yang berasal dari famili ekstrak Kedondong hutan.
Anacardiaceae ini sudah sejak lama digunakan Secara struktural dan fungsional, hati
sebagai obat batuk oleh masyarakat Bali. merupakan organ terkompleks kedua setelah
(Hutapea, 1994). Penelitian sebelumnya yang otak dan merupakan kompartemen
dilakukan oleh Savitri et al. (2013) ekstraseluler utama pada vertebrata (Malarkey
membuktikan bahwa ekstrak heksana daun et al., 2005). Hati memiliki tiga fungsi utama
tanaman ini memiliki aktivitas yaitu penyimpanan, metabolisme, dan
antituberkulosis.Penelitian lain yang dilakukan biosintesis. Hati juga memiliki peranan dalam
oleh Ramayanti et al. (2013) juga proses penyerapan makromolekul seperti asam
membuktikan bahwa penggunaan ekstrak amino, karbohidrat, vitamn, lipid, asam
heksana bersama-sama dengan Rifampisin empedu dan kolesterol. Selain itu, hati
mampu memberikan aktivitas antituberkulosis. merupakan kompartemen utama tempat
Selain itu dengan menggunakan ekstrak terjadinya proses metabolisme xenobiotika
metanol Dwija et al. (2013) melaporkan bahwa (Hodgson, 2004; Malarkey et al., 2005).
ekstrak metanol tanaman ini memiliki aktivitas Perubahan volume hati merupakan indikator
antituberkulosis. adanya perubahan pada sel-sel organ akibat
8
Pemberian Ekstrak Etanol Spondias pinnata Terhadap Volume Organ Hati Mencit Betina
(Karso, F. P., Putra, I. G. N. R. 1, Ariantari, N. P., Samirana, P. O., Mahadewi, S. A.)

paparan zat asing. Pada pengujian toksisitas, Dua puluh mencit tersebut dibagi menjadi 4
perbandingan volume organ antara kelompok kelompok, yaitu kelompok kontrol negatif
kontrol dan kelompok perlakuan dilakukan diberikan suspensi CMC-NA(Brataco®) 0,5%,
untuk mengetahui adanya efek yang ditimbul mencit perlakuan I diberikan ekstrak dosis 0,2
akibat pemberian zat paparan (Michael et al., g/kg BB, mencit perlakuan II diberikan
2007; Sellers et al., 2007). ekstrak dosis 1 g/kg BB, mencit perlakuan III
Penelitian bertujuan untuk mendapatkan diberikan ekstrak dosis 2 g/kg BB. Pada hari
data mengenai volume hati mencit betina galur ke-32 setiap mencit dieutanasi menggunakan
balb/c yang sudah diberikan ekstrak daun pelarut eter (Merck®) untuk dibedah dan
Kedondong hutan secara oral. Hasil penelitian diambil organ hatinya. Organ hati setiap
ini dapat digunakan sebagai pedoman pustaka mencit kemudian dihitung volumenya dengan
untuk menelusuri kemungkinan toksisitas yang cara memasukan hati tersebut ke dalam gelas
dimiliki oleh ekstrak daun Kedondong hutan. ukur yang berisi buffer formalin. Volume hati
adalah kenaikan volume buffer yang tampak
2. Bahan dan Metode pada gelas ukur.
2.1 Ekstraksi
Daun tua kedondong hutan berwarna 2.3 Analisis Data
hijau diserbuk dengan alat penggiling Data volume hati mencit setiap
(Miyako®). Kemudian serbuk yang dihasilkan kelompok kemudian dianalisis secara statistika
ditimbang (AND®). Serbuk simplisia (500,213 dengan menggunakan uji Shapiro-Wilk.
g) daun Kedondong hutandimaserasi dengan 8 Apabila data volume hati yang diperoleh
L n-heksana(Brataco®). Ampas yang homogen dan memiliki distribusi nilai volume
didapatkan dikeringkan, kemudian didigesti yang normal maka analisis dilanjutkan dengan
dengan 6,311 L etanol (Brataco®)80% ANOVA-one way dan menggunakan nilai
menggunakan rotary evaporator(Eyela®)pada kepercayaan 96%. Setelah itu dianalisis
suhu 50°C selama 2 jam, lalu maserat yang kembali dengan studi post hoc dengan uji LSD.
dihasilkan disaring dan ditampung, kemudian
pelarutnya diuapkan dengan vaccum rotary 3. Hasil
evaporator dan dengan oven (Binder®)pada 3.1 Ekstraksi
suhu 40°C. Ekstrak yang diperoleh selanjutnya Ekstrak yang dihasilkan adalah sebanyak
ditimbang untuk dihitung bobot dan 82,519 gram dengan persentase rendemen
rendemennya. sebesar 16,503%.

2.2 Perlakuan 3.2 Volume Hati Mencit Betina


Mencit betina galur balb/c diadaptasikan Data volume hati mencit yang dimiliki
dengan pakan pelet ABS dan minum ad libitum oleh kontrol negatif dan kelompok perlakuan
selama 2 minggu sehingga diperoleh mencit I,II,III dicantumkan dalam tabel 1.
dengan bobot 20-30 gram dan umur 3-6 bulan.

Tabel 1. Volume Hati Mencit Betina


Kelompok Volume Hati (mL)
Kontrol Negatif 1,26 ± 0,25
Kelompok Perlakuan I (0,2 g/kgBB) 1,14 ± 0,22
Kelompok Perlakuan II (1 g/kgBB) 1,06 ± 0,19
Kelompok Perlakuan III (2 g/kgBB) 1,22 ± 0,27
Keterangan: n=5

4. Pembahasan memberikan efek dan dapat dikeluarkan dari


Bagian yang diamati pada mencit yang tubuh (Martini, 1992).
sudah diberikan ekstrak Kedondong hutan Analisis data volume hati mencit yang
adalah bagian hatinya. Bagian hati dipilih dicantumkan dalam tabel 1 dengan
sebab hati merupakan bagian utama tubuh yang menggunakan ANOVA memperlihatkan nilai
berperan dalam memetabolisme xenobiotika nilai p<0,05, nilai ini menandakan bahwa
sehingga xenobiotika tersebut dapat volume organ yang dimiliki oleh kontrol
9
Pemberian Ekstrak Etanol Spondias pinnata Terhadap Volume Organ Hati Mencit Betina
(Karso, F. P., Putra, I. G. N. R. 1, Ariantari, N. P., Samirana, P. O., Mahadewi, S. A.)

negatif, kelompok perlakuan I, II, dan III tidak 34


ada perbedaan bermakna.Dengan kata lain
mencit betina tersebut tidak mengalami Martini, F. (1992). Fundamentals of Anatomy
peningkatan atau penurunan volume hati and Physiology. 2nd Ed. United States
setelah diberikan ekstrak Kedondong hutan. of America: A Simon and Schuster
Hasil ini sesuai dengan penelitian tentang Company
pengaruh bobot hati mencit jantan setelah
diberikan ekstrak Kedondong hutan yang telah Michael, B., Yano, Barry., Sellers, R. S., Perry,
dilakukan Purwani et al. (2013). Pada R., Morton, D., Roomie, N., Johnson, J.
penelitian tersebut disimpulkan bahwa K., and Schafer, K.. (2007). Evaluation
pemberian ekstrak tidak mempengaruhi berat of Organ Weights for Rodent and Non-
organ hati mencit tersebut. Kesamaan ini Rodent Toxicity Studies: A Review of
memperlihatkan bahwa pemberian ekstrak Regulatory Guidelines and a Survey of
Kedondong tidak memberi pengaruh terhadap Current Practises. Toxicologic Pathology
hati mencit. Sehingga diperlukan studi lebih Vol. 35: 742-750
lanjut untuk menelusuri keamanan dengan cara
mengamati organ hati secara mikroskopis. Purwani, S. T. D., Ariantari, N. P., dan
Kardena, I M. (2013). Pengaruh
5. Kesimpulan Pemberian Ekstrak Etanol 80% Daun
Volume hati mencit betina galur balb/c Kedondong Hutan Terhadap Berat
tidak mengalami perubahan setelah diberikan Organ Hati Mencit Jantan Galur Balb/c.
ekstrak Kedondong hutan dosis 0,2; 1; dan 2 Jurnal Farmasi Udayana. Vol. 2 (3):
g/Kg BB. 131-135

6. Ucapan Terimakasih Ramayati, N. P. A., Ariantari, N. P., dan


Terima kasih diucapkan kepada laboran Dwija, I B. N. P. (2013). Aktivitas
Jurusan Farmasi Fakultas MIPA Universitas Antituberkulosis Kombinasi Ekstrak n-
Udayana atas nama Anggi Heru Pradipta heksana Daun Kedondong Hutan dengan
karena sudah banyak membantu dalam Rifampisin Terhadap Isolat
pelaksanaan penelitian ini. Mycobacterium tuberculosis Strain
MDR. Jurnal Farmasi Udayana. Vol. 2
Daftar Pustaka (3): 74-78
Dwija, I.B.N.P., Juniarta, I.K., Yowani, S.C.,
dan Ariantari, N.P. (2013). Aktivitas Savitri, L. P. V. A., Ariantari, N. P., dan
Antituberkulosis Ekstrak Metanol Daun Dwija, I B. N. P. (2013). Potensi
Kedondong Hutan (Spondias pinnata Antituberkulosis Ekstrak n-heksana
(L.F.) Kurz.). Jurnal Kimia. Vol. 7 (1): Daun Kedondong Hutan (Spondias
25-30 pinnata (L.f.) Kurz.). Jurnal Farmasi
Udayana. Vol. 2 (3): 105-109
Hodgson, E. (2004). Textbook of Modern
Toxicology. 3rd Ed. United States of Sellers. R. S., Morton, D., Michael, B., Roome,
N., Johnson, J. K., Yano, B. R., Perry,
America: Wiley-Interscience. P.3-6;
359-362 R., and Schaffer, K.. (2007). Society of
Toxicologic Pathology Position Paper:
Hutapea, J.R. (1994). Invetarisasi Tanaman Ogan Weight Recommendation for
Obat Indonesia. Edisi III. Badan Toxicology Studies. Toxicologic
Penelitian dan Pengembangan Pathology Vol. 35: 751-755
Kesehatan: Depkes RI.

Malarkey, D. E., Johnson, K., Ryan, L.,


Boorman, G.., and Maronpot, R. R.
(2005). New Insight into Functional
Aspect of Liver Morphology.
Toxicologic Pathology. Vol. 33 (1): 27-
10
Pengaruh Kombinasi Asam Oleat Dan Minyak Atsiri Daun Cengkeh (Syzygium aromaticum L.) Sebagai
Permeation Enhancer Terhadap Karakter Fisik Dan Pelepasan Ketoprofen Dari Matriks Patch Transdermal
(Setyawan, E.I., Guna, I M.S., Budiputra, D.K.)

PENGARUH KOMBINASI ASAM OLEAT DAN MINYAK ATSIRI DAUN CENGKEH


(Syzygium aromaticum L.) SEBAGAI PERMEATION ENHANCER TERHADAP
KARAKTER FISIK DAN PELEPASAN KETOPROFEN DARI MATRIKS PATCH
TRANSDERMAL

Setyawan, E.I.1, Guna, I M.S.1, Budiputra, D.K.1


1
Jurusan Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana

Korespondensi: Eka Indra Setyawan


Jurusan Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana
Jalan Kampus Unud-Jimbaran, Jimbaran-Bali, Indonesia 80364
Telp/Fax: 0361-703837
Email: indrasetyawan@ymail.com

ABSTRAK
Ketoprofen adalah obat antiinflamasi non-steroid yang dapat menimbulkan iritasi pada saluran
gastrointestinal, sehingga diperlukan jalur pemberian alternatif yaitu dengan patch transdermal. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui pengaruh kombinasi asam oleat dengan minyak atsiri daun cengkeh (Syzygium
aromaticum L.) sebagai permeation enhancer terhadap karakter fisik dan pelepasan ketoprofen dari matriks
patch.
Delapan formula yang diperoleh dari software Design Expert versi 7 menggunakan simplex lattice
design dibuat dengan perbandingan asam oleat:minyak atsiri daun cengkeh sebesar 0,25:0,75; 1:0; 0,5:0,5;
0:1; 0:1; 1:0; 0,5:0,5 dan 0,75:0,25. Pengujian yang dilakukan meliputi pengujian karakter fisik (bobot,
ketebalan, susut pengeringan, ketahanan lipatan) dan efisiensi disolusi. Data yang dihasilkan dianalisis
secara statistik menggunakan ANOVA two-way dengan taraf kepercayaan 95%. Formula optimal ditentukan
oleh software Design Expert versi 7. Penentuan profil dan fluks dianalisis menggunakan Solver.
Uji karakter fisik matriks patch memberikan hasil yang tidak berbeda secara signifikan antara
kedelapan formula, sedangkan uji efisiensi disolusi memberikan hasil yang berbeda signifikan dengan nilai
probalilitas sebesar (< 0,05). Formula optimal yang diperoleh yaitu komposisi asam oleat:minyak atsiri daun
cengkeh sebesar 0,379:0,621 dengan nilai efisiensi disolusi sebesar 27,90% selama 300 menit. Berdasarkan
nilai R2 dari masing-masing formula, mekanisme pelepasan ketoprofen dari matriks patch mengikuti kinetika
Korsmeyer Peppas dengan fluks berkisar antara 0,42 mg/jam.cm2 hingga 0,60 mg/jam.cm2 dan mengikuti
difusi non-Fickian, yakni laju difusi dan erosi polimer berjalan seimbang.

Kata Kunci: ketoprofen, transdermal patch, permeation enhancer, asam oleat, cengkeh (Syzygium
aromaticum L).

1. PENDAHULUAN
Ketoprofen adalah obat antiinflamasi non- alternatif pemberian obat yakni melalui sistem
steroid dengan efek antiinflamasi, analgesik dan penghantaran secara transdermal. Sistem
antipiretik. Mekanisme aksi ketoprofen yakni penghantaran obat secara transdermal adalah
menghambat sintesis prostaglandin. Ketoprofen suatu sistem yang menghantarkan obat melewati
secara luas dipergunakan untuk pengobatan kulit menuju sirkulasi sistemik dengan kecepatan
osteoarthritis dan rheumatoid arthritis (Heo, yang terkontrol (Ansel, 2005).
2008). Seperti pada obat antiinflamasi lainnya Permeation enhancer merupakan eksipien
ketoprofen dapat menimbulkan efek samping yang berperan dalam peningkatan transpor
berupa iritasi pada saluran gastrointestinal apabila perkutan obat dengan cara mengubah sifat pelarut
diberikan secara oral maupun rektal di stratum korneum, sehingga meningkatkan
(Ngawhirunpat, 2008). Untuk mengatasi partisi obat ke jaringan (Pathan, 2009). Ada
persoalan tersebut, maka ditawarkan salah satu beberapa bahan yang dapat dipergunakan sebagai

11
Pengaruh Kombinasi Asam Oleat Dan Minyak Atsiri Daun Cengkeh (Syzygium aromaticum L.) Sebagai
Permeation Enhancer Terhadap Karakter Fisik Dan Pelepasan Ketoprofen Dari Matriks Patch Transdermal
(Setyawan, E.I., Guna, I M.S., Budiputra, D.K.)

permeation enhancer, antara lain asam lemak Penentuan perbandingan komposisi


tidak jenuh dan minyak atsiri (Jadhav, 2012). permeation enhancer antara asam oleat dengan
Minyak atsiri daun cengkeh (Syzygium minyak atsiri pada masing-masing formula
aromaticum L.) sebagai permeation enhancer. dilakukan dengan menggunakan Software Design
Komponen utama dari minyak atsiri daun cengkeh Expert versi 7.
adalah senyawa golongan terpenoid seperti 2.2.1 Evaluasi Fisik Matriks Patch
eugenol, eugenol asetat dan caryophylene Transdermal
(Hastutiningrum, 2010). Minyak atsiri dari daun a. Uji Ketebalan Matriks Patch Transdermal
cengkeh dapat meningkatkan partisi obat pada Pengujian ketebalan matriks patch masing-
formula matriks patch transdermal dengan cara masing formula dilakukan dengan cara mengukur
mengganggu susunan struktur lipid pada stratum ketebalan matriks satu persatu menggunakan
korneum (Jadhav, 2012). Selain minyak atsiri, jangka sorong digital dan dilakukan pada 3 titik
asam oleat juga dapat digunakan sebagai yang berbeda dari masing-masing matriks patch
permeation enhancer. Tujuan dari penelitian ini untuk menghitung ketebalan rata-rata matriks
untuk mengetahui pengaruh penambahan asam patch (Parivesh et al., 2010).
oleat dan minyak atsiri dari daun cengkeh sebagai b. Uji Bobot Matriks Patch Transdermal
permeation enhancer terhadap karakter fisik Pengujian variasi bobot matriks patch pada
matriks patch transdermal dan pelepasan tiap formula dilakukan dengan cara menimbang
ketoprofen dari matriks patch transdermal dan satu persatu matriks patch (Parivesh et al., 2010).
juga untuk mengetahui komposisi optimal dari c. Presentase Susut Pengeringan (Loss on Drying)
asam oleat dan minyak atsiri daun cengkeh yang Matriks Patch Transdermal
mampu menghasilkan karakter fisik matriks patch Matriks patch satu persatu ditimbang dan
yang optimal dan pelepasan ketoprofen dari dimasukkan ke dalam desikator selama 24 jam.
matriks patch transdermal yang optimal. Setelah 24 jam, matriks patch kemudian
ditimbang kembali satu persatu. Hitung selisih
2. BAHAN DAN METODE bobot matriks sebelum dan sesudah dimasukan ke
2.1 Bahan Penelitian dalam desikator. Hasil perhitungan tersebut
Bahan-bahan yang digunakan dalam dinyatakan sebagai angka susut pengeringan
penelitian ini memiliki pharmaceutical grade (Parivesh et al., 2010).
meliputi Ketoprofen (PT. Kalbe Farma), d. Uji Ketahanan Lipatan Matriks Patch
Pharmacoat® 615 (Menjangan Sakti), Minyak Trandermal (Folding Endurance)
atsiri daun cengkeh (Syzygium aromaticum, L ) Uji folding endurance dilakukan dengan cara
(Lansida), asam oleat (Brataco), Polietilen glikol melipatkan matriks berkali-kali pada tempat yang
400 (Brataco) dan air bebas CO2. sama sampai matriks tersebut patah. Jumlah
lipatan yang telah dilakukan dianggap sebagai
2.2 Prosedur Penelitian nilai ketahanan lipatan. Semakin banyak
Tabel 1. Formula matriks patch transdermal ketahanan lipatan matriks, maka semakin baik
karakter fisik matriks patch tersebut (Parivesh et
Minyak al., 2010).
Asam Atsiri 2.2.2 Uji Kandungan Zat Aktif (Drug Content)
Pharmacoat Polietlen
F Oleat Daun Ketopropen Matriks patch ketoprofen dipotong dengan
® 615 8 % glikol 400
(mL) Cengkeh 2% (mL)
(mL) (mL) luas 1 cm2, dilarutkan dalam 100 mL dapar fosfat
(mL) salin pH 7,4. Larutan dari matriks patch
ketoprofen diambil sejumlah 1 mL dan diencerkan
1 0,25 0,75 1 7,5 0,5 dengan ditambahkan dapar fosfat salin pH 7,4
2 1 0 1 7,5 0,5
sampai 10 mL. Selanjutnya serapan diukur
3 0,5 0,5 1 7,5 0,5
menggunakan spektrofotometer UV pada panjang
4 0 1 1 7,5 0,5
gelombang maksimumnya.
5 0 1 1 7,5 0,5
6 1 0 1 7,5 0,5
2.2.3 Evaluasi Pelepasan Ketoprofen dari
7 0,5 0,5 1 7,5 0,5 Matriks Patch Transdermal.
8 0,75 0,25 1 7,5 0,5 a. Uji Pelepasan Ketoprofen
Penentuan pelepasan ketoprofen dilakukan
dengan menggunakan sel difusi Franz tanpa

12
Pengaruh Kombinasi Asam Oleat Dan Minyak Atsiri Daun Cengkeh (Syzygium aromaticum L.) Sebagai
Permeation Enhancer Terhadap Karakter Fisik Dan Pelepasan Ketoprofen Dari Matriks Patch Transdermal
(Setyawan, E.I., Guna, I M.S., Budiputra, D.K.)

menggunakan membran pembatas. Dalam hal ini 3. HASIL


matriks patch ketoprofen langsung mengalami 3.1. Uji Fisik
kontak pada media disolusi yang terdapat pada Tabel 2. Respon uji fisik matriks patch
kompartemen aseptor dalam sel difusi tersebut. ketoprofen.
Media disolusi yang digunakan adalah larutan Respon uji fisik matriks patch ketoprofen
dapar fosfat salin pH 7,4 (45 mL) yang telah Susut
dibuat sebelumnya. F Bobot Tebal
pengeringan Lipatan
Pengambilan sampel dilakukan pada menit (gram) (mm)
(%)
ke-15, 30, 45, 60, 75, 90, 105, 120, 150, 180, 210,
1 2,16 0,80 4,04 > 300
240, 270 dan 300. Diambil cuplikan sebanyak 1
2 2,11 0,84 4,48 > 300
mL kemudian diencerkan dengan dapar fosfat
3 2,09 0,69 3,90 > 300
salin hingga 10 mL. setiap pengambilan cuplikan
selalu diikuti dengan penambahan larutan dapar 4 2,05 0,81 4,41 > 300
fosfat salin pH 7,4 sebanyak volume yang sama 5 1,91 0,76 4,37 > 300
pada saat waktu pengambilan. Lalu diamati 6 2,10 0,83 4,27 > 300
serapannya pada panjang gelombang maksimum. 7 1,96 0,71 4,25 > 300
Berdasarkan serapan yang diperoleh maka dapat 8 2,10 0,79 3,90 > 300
dihitung konsentrasi ketoprofen dalam cuplikan Tabel 3. Persen efisiensi disolusi
menggunakan persamaan linear dari kurva baku
ketoprofen. Asam Jumlah
Luas area Waktu %
b. Penentuan Jumlah Kumulatif Ketoprofen Oleat:Min obat
Run kurva sampling efisiensi
Penentuan jumlah kumulatif ketoprofen yang yak Atsiri (dalam
(mg) (menit) disolusi
terlepas dari basis persatuan luas membran setiap (mL) patch)
waktu (mg) dihitung dari konsentrasi yang di
peroleh setiap waktu (mg/mL) dikalikan jumlah 1 0,25;0,75 300,42 300 3,33 30,06
media disolusi yang digunakan. 8 0,75;0,25 254,43 300 3,33 25,45
c. Penentuan Kecepatan Pelepasan (Fluks) 2 1;0 214,18 300 3,33 21,43
Ketoprofen 6 1;0 199,14 300 3,33 19,92
Penentuan kecepatan pelepasan (fluks) 4 0;1 241,57 300 3,33 24,17
ketoprofen menggunakan program solver yang 5 0;1 252,28 300 3,33 25,24
didasarkan pada fitting curve antara kurva profil 3 0,5;0,5 280,34 300 3,33 28,05
pelepasan dari hasil observasi dengan kurva hasil 7 0,5;0,5 252,04 300 3,33 25,22
prediksi dari model persamaan (orde nol, orde Tabel 4. Nilai dari parameter yang dihasilkan oleh
satu, Higuchi dan Korsmeyer-Peppas). Harga model Korsmeyer-Peppas
slope dari hasil fitting curve tersebut menyatakan
Korsmeyer-Peppas
nilai dari fluks.
F
2.2.4 Analisa Data fluks (mg/jam.cm2) n R2
Data uji karakter fisik dan pelepasan obat
1 0,60 0,61 0,98
dianalisis secara statistik dengan uji ANOVA two-
2 0,50 0,45 0,97
way pada Design Expert versi 7 dengan taraf
3 0,53 0,68 0,97
kepercayaan 95%. Metode uji ANOVA digunakan 4 0,46 0,67 0,98
untuk mengetahui adanya pengaruh masing- 5 0,42 0,79 0,99
masing faktor uji. Nilai probabilitas (< 0,05) 6 0,44 0,51 0,96
menyatakan hasil uji yang berbeda secara 7 0,49 0,65 0,98
signifikan, yaitu adanya pengaruh jumlah asam 8 0,47 0,70 0,98
oleat dan minyak atsiri dalam formula terhadap
uji bobot, uji ketebalan, loss on driying, folding 4. PEMBAHASAN
endurance dan efisiensi disolusi. Penentuan profil 4.1 Uji Fisik Matriks Patch Ketoprofen
pelepasan (orde nol, orde satu, Higuchi dan Pengujian fisik matrik patch diantaranya uji
Korsmeyer-Peppas) dan kecepatan pelepasan ketebalan , uji bobot, uji susut pengeringan dan
(fluks) ketoprofen menggunakan bantuan Solver. ketahanan lipatan. Pengukuran tebal matrik patch
dilakukan dengan cara mengukur tebal matriks
patch pada tiga 3 sisi yang berbeda dari masing-

13
Pengaruh Kombinasi Asam Oleat Dan Minyak Atsiri Daun Cengkeh (Syzygium aromaticum L.) Sebagai
Permeation Enhancer Terhadap Karakter Fisik Dan Pelepasan Ketoprofen Dari Matriks Patch Transdermal
(Setyawan, E.I., Guna, I M.S., Budiputra, D.K.)

masing matriks patch. Hal ini bertujuan untuk menjadi lebih hidrofilik dan menurunkan
memastikan matriks patch yang dibuat memiliki kristalinitas polimer sehingga patch lebih elastis
permukaan yang rata. Hasil rata-rata dari 3 sisi dan lentur (Suprioto, 2010).
tersebut merupakan nilai ketebalan matriks patch. Semua uji fisik matriks patch kemudian
Ketebalan dari matriks patch yang diharapkan dianalisis dengan bantuan software Design Expert
adalah matriks patch yang menghasilkan versi 7. Berdasarkan hasil analisis statistik Anova
ketebalan paling rendah (minimal). Karena dalam software Design Expert versi 7, kedelapan
semakin tipis matriks patch yang dihasilkan akan formula dari masing-masing uji fisik matriks
menyebabkan semakin nyaman patch tersebut patch tersebut memperlihatkan nilai probabilitas
digunkan, tidak mengganggu aktivitas dan (> 0,05) sehingga dari hasil data tersebut dapat
memberikan tampilan patch indah secara estetika. disimpulkan bahwa bobot matriks path kedelapan
Pengujian bobot matriks patch dilakukan formula tersebut memperlihatkan hasil yang tidak
dengan cara menimbang satu persatu matriks berbeda secara signifikan, sehingga tidak dapat
patch pada masing-masing formula. Hasil dari uji digunakan untuk menentukan formula optimal.
bobot matriks patch yang diinginkan adalah
matriks dengan nilai bobot yang paling rendah 4.2 Uji Kandungan Zat Aktif (Drug Content)
(minimal). Semakin ringan matriks patch yang Pengujian ini bertujuan untuk memastikan
dihasilkan akan menyebabkan semakin nyaman bahwa jumlah obat ketoprofen terkandung dalam
patch tersebut digunakan, tidak menggangu patch berada pada jumlah yang semestinya atau
aktivitas dan memberikan tampilan patch yang berada pada rentang yang ditentukan dengan
indah secara estetika. menggunakan metode spektrofotometri UV.
Pengujian susut pengeringan dilakukan dengan Pengukuran kandungan obat didalam patch
memasukkan matriks patch ke dalam desikator menggunakan matriks kosong sebagai blanko.
selama 24 jam, kemudian matriks patch Panjang gelombang maksimal ketoprofen yang
dikeluarkan dari desikator. Selanjutnya dihitung diperoleh terletak pada 260 nm. Persamaan kurva
selisih bobot matriks patch sebelum dimasukkan baku yang digunakan adalah y = 0,0746x - 0,0021
ke dalam desikator dan sesudah dimasukkan ke dengan nilai regresi (r) sebesar 0,999.
dalam desikator, hasil perhitungannya dinyatakan Uji kandungan zat aktif patch untuk
sebagai angka susut pengeringan. Susut kedelapan formula menghasilkan kandungan
pengeringan yang diharapkan dari matriks patch ketoprofen dalam patch berkisar antara 94,45%
transdermal adalah dengan nilai susut hingga 100,77% dengan koefisien variasi sebesar
pengeringan paling rendah (minimal). Susut 1,30% sampai 2,76%. Nilai batas deteksi (LOD)
pengeringan berperan dalam menjaga kestabilan yang diperoleh sebesar 0,286 μg/mL dan batas
fisik patch, sebab presentase susut pengeringan kuantifikasi (LOQ) sebesar 0,953 μg/mL.
yang kecil akan membuat fisik matriks patch tetap Besarnya kandungan ketoprofen pada masing-
lentur dan tidak rapuh sehingga patch masih masing formula dari matriks patch adalah sebesar
nyaman saat digunakan. 1,0611 mg/cm2.
Ketahanan lipatan dari matriks patch yang Dari data hasil drug content didapatkan
diharapkan adalah matriks patch yang persen perolehan kembali kandungan ketoprofen
menghasilkan ketahanan lipatan yang tinggi dari formula 1 sampai 8 sebesar 100,77; 95,71;
(maksimal). Hasil uji ketahanan memperlihatkan 96,13; 97,40; 95,29; 94,45; 98,24; 96,56 secara
bahwa kedelapan formula tersebut memiliki berturut-turut. Berdasarkan ketentuan batas
tingkat ketahanan lipatan yang sama yakni lebih rentang kadar, hasil yang diberikan pada formula
dari 300 lipatan. Hasil uji ketahanan 6 sedikit diluar rentang kadar semestinya, yakni
memperlihatkan bahwa kedelapan formula diperoleh hasil sebesar 94,45%. Hal ini
tersebut memiliki tingkat ketahanan lipatan yang kemungkinan disebabkan karena tidak tersebar
sama yakni lebih dari 300 lipatan. Kemampuan ini meratanya ketoprofen yang terdapat dalam
disebabkan oleh karena pemakaian polietilen matriks patch. Sedangkan hasil penetapan pada
glikol 400 sebagai plasticizer. Polietilen glikol formula uji lainnya masuk ke dalam batas yang
mampu meningkatkan elastisitas patch melalui dapat diterima 95-105 % (Harmita, 2004). Untuk
berbagai macam mekanisme diantaranya, kriteria keseksamaan diberikan jika metode
peningkatan permeabilitas dari patch dengan memberikan koefisien variasi 2%. Akan tetapi
meningkatkan pembasahan patch sehingga patch kriteria ini sangat fleksibel tergantung dari

14
Pengaruh Kombinasi Asam Oleat Dan Minyak Atsiri Daun Cengkeh (Syzygium aromaticum L.) Sebagai
Permeation Enhancer Terhadap Karakter Fisik Dan Pelepasan Ketoprofen Dari Matriks Patch Transdermal
(Setyawan, E.I., Guna, I M.S., Budiputra, D.K.)

konsentrasi analit yang akan diperiksa, jumlah 4.4 Pemilihan Formula Optimal
sampel dan kondisi laboratorium. Dari penelitian Pemilihan formula yang optimal dilakukan
dijumpai bahwa koefisien variasi meningkat dengan cara memasukkan hasil respon pengujian
seiring dengan menurunnya kadar analit yang yang telah dilakukan ke dalam sofware Design
diteliti. Pada kadar 1% atau lebih nilai koefisien Expert. Respon tersebut diantaranya uji bobot
variasi yang dipersyaratkan adalah sekitar 2,5% matriks patch, tebal matrik patch, susut
(Harmita, 2004). Berdasarkan hasil observasi pengeringan, ketahanan lipatan dan uji efisiensi
dapat dilihat bahwa nilai koefisien variasi dari disolusi.
kedelapan formula masih mendekati nilai yang Respon dari semua pengujian secara fisik
dipersyaratkan yaitu 2,5%. matriks patch ketoprofen memberikan hasil yang
tidak signifikan, sehingga tidak dapat digunakan
4.3 Uji Pelepasan Ketoprofen dari Matriks sebagai penentu pemilihan formula optimal.
Patch Namun pada uji efisiensi disolusi memberikan
Uji pelepasan dilakukan dengan respon yang signifikan dilihat dari hasil uji Anova
menggunakan sel difusi Franz yang telah pada sofware Design Expert. Grafik hubungan
dimodifikasi tanpa menggunakan membran. Dari antara komponen asam oleat dan minyak atsiri
data yang diperoleh kemudian dianalisis untuk daun cengkeh terhadap efisiensi disolusi dapat
menentukan parameter-parameter yang digunakan dilihat pada gambar 4.2 dibawah ini
untuk optimasi simplex lattice design (SLD)
menggunakan Design Expert versi 7. Parameter
yang diamati adalah dissolution efficiency (DE).
Nilai probabilitas yang didapat dari hasil uji
Anova pada Design Expert versi 7 menunjukan
perbedaan yang signifikan (< 0,05). Nilai
probabilitas tersebut menandakan bahwa model
persamaan yang digunakan mampu
menggambarkan kondisi aktual hasil pengukuran
uji efisiensi disolusi matriks patch. Nilai Gambar 4.2: Grafik hubungan antara komponen asam oleat dan
minyak atsiri daun cengkeh terhadap nilai efisiensi
probabilitas lack of fit menunjukkan besarnya disolusi
perbedaan antara model persamaan yang Adapun hasil dari Design Expert
diprediksi dengan hasil observasi. Adapun menunjukkan formula optimal yang diperoleh
hasilnya tidak menunjukkan perbedaan yang adalah formula dengan perbandingan asam
signifikan (> 0,05) yang berarti bahwa dari hasil oleat:minyak atsiri (0,379:0,621) dengan nilai
tersebut menunjukkan kedekatan antara model desirability sebesar 0,787. Nilai desirability
persamaan dengan hasil observsi. Pada gambar adalah nilai yang menunjukkan pencapaian suatu
4.1 ini menggambarkan jumlah kumulatif obat model yang digunakan dari target yang
yang terlepas selama 300 menit. diharapkan. Besarnya nilai desirability berkisar
antara 0 hingga 1, dimana hasil yang ideal adalah
yang mendekati nilai 1. Dari formula optimal
yang dihasilkan oleh Design Expert, diprediksikan
bahwa formula tersebut akan menghasilkan patch
dengan efisiensi disolusi sebesar 27,90%.

4.5 Mekanisme Pelepasan Ketoprofen dari


Matrik Patch
Tabel 5. Model persamaan pelepasan obat
Gambar 4.1: Hasil uji jumlah komulatif obat yang terlepas dari (Fudholi, 2013)
masing-masing formula Model Persamaan Pelepasan
Grafik menunjukkan bahwa dari semua Orde-nol Qt = Q0 + K0t
formula yang telah di uji, formula 1 adalah yang Orde-satu Qt unreleased = Q0 exp -k1t
memiliki pelepasan obat yang paling besar. Higuchi Qt = Kh √t
Korsmeyer-
Qt/Q~ = Ktn
Peppas

15
Pengaruh Kombinasi Asam Oleat Dan Minyak Atsiri Daun Cengkeh (Syzygium aromaticum L.) Sebagai
Permeation Enhancer Terhadap Karakter Fisik Dan Pelepasan Ketoprofen Dari Matriks Patch Transdermal
(Setyawan, E.I., Guna, I M.S., Budiputra, D.K.)

Fudholi, A. 2013. Disolusi dan Pelepasan Obat


Keterangan: Qt adalah jumlah kumulatif obat terlepas pada waktu In-vitro. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
tertentu, t adalah waktu (jam), K0 adalah konstanta laju
pelepasan orde-nol, Kh adalah konstanta laju pelepasan Harmita. 2004. Petunjuk Pelaksanaan Validasi
Higuchi, K1 adalah konstanta laju pelepasan orde-satu, Qt/Q~ Metode dan Cara Perhitungannya. Majalah
adalah fraksi obat terlepas dan n adalah eksponensial difusi.
Ilmu Kefarmasian Vol I, No.3, hal. 117-
135.
Hasil dari delapan formula tersebut Hastutiningrum, N. O. 2010. Efek Minyak Atsiri
didapatkan kecepatan pelepasan (fluks) berkisar Daun Cengkeh (Syzygium aromaticumm L.)
antara 0,42 mg/jam.cm2 hingga 0,60 mg/jam.cm2 Terhadap Mortalitas Larva Anopheles
yang diperoleh dari harga slope dari hasil fitting aconitus. Skripsi. Universitas Sebelas Maret,
curve dan nilai eksponensial difusi (n) berkisar Surakarta
antara 0,45 hingga 0,79. Berdasarkan nilai Heo, S. K., J. Cho, J. W. Cheon, M. K. Choi, D.
eksponen difusi (n) mekanisme pelepasan S. Im, J. J. Kim, Y. G. Choi, D. Y. Jeon, S. J.
ketoprofen patch pada formula mengikuti difusi Chung, C. K. Shim, and D. D. Kim. 2008.
non-Fickian yakni laju difusi dan erosi polimer Pharmacokinetics and Pharmacodynamics of
berjalan seimbang. Ketoprofen Plasters. Biopharm Drug Dispos
5. KESIMPULAN 29, p.37-44.
Kombinasi dari asam oleat dan minyak atsiri Irfani, G. 2010. Design and Evaluation of
dari daun cengkeh sebagai permeation enhancer Transdermal Drug Delivery System of
tidak memberikan pengaruh terhadap karakter Valsartan. Karnataka: Rajiv Gandhi
fisik dari matriks patch akan tetapi memberikan University, p. 17-19.
pengaruh terhadap pelepasan dari matriks patch Jadhav, J. K., and S. A. Screenivas. 2012.
transdermal dengan hasil efisiensi disolusi yang Review on Chemical Permeation Enhancer
diperoleh dari formula 1 sampai formula 8 sebesar Used in Transdermal Drug Delivery System.
19,92% hingga 30,05%. International Journal of Science Innovations
Perbandingan komposisi asam oleat dan and Discoveries, Vol. 2, No. 6, p. 204-217.
minyak atsiri daun cengkeh yang optimal Ngawhirunpat, T., P. Opanasopit, T. Rojanarata,
didapatkan sebesar 0,379:0,621 dan pelepasan S. Panomsuk, and L. Chanchome. 2008.
dari hasil efisiensi disolusi pada matrik patch Evaluation of simultaneous permeation and
sebesar 27,90% selama 300 menit. Model metabolism of methyl nicotinate in human,
persamaan pelepasan obat mengikuti model snake, and shed snake skin. Pharm Dev Tech
Korsmeyer Peppas dengan mekanisme pelepasan 2008; 13(1), p. 75- 80.
obat mengikuti difusi non-Fickian yakni laju Parivesh, S., D. Sumeet, and D. Abhishek. 2010,
difusi dan erosi polimer berjalan seimbang. Design, Evaluation, Parameters and
Marketed Products of transdermal patches: A
Review, Res. J. Pharm. Vol. 3, p. 235-240.
UCAPAN TERIMA KASIH
Gede Pasek dan Dwi Ratna Sutriadi selaku Pathan, I. B. and C. M. Setty. 2009. Chemical
laboran di Jurusan Farmasi Fakultas Matematika Penetration Enhancers for Transdermal Drug
dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana Delivery Systems. Tropical Journal of
atas bantuan, masukan, saran, dan motivasinya. Pharmaceutical Research, p.173-179.
Suprioto, Fenny. 2010. Pengembangan Edible
Film Komposit Pektik/ Kitosan dengan
DAFTAR PUSTAKA
Ansel, H. C. 2005. Pengantar Bentuk Sediaan Polietilenglikol (PEG) sebagai Plasticizer.
Farmasi. Jakarta: UI-Press Skripsi. Institut Pertanian Bogor, Bogor

16
Pemberian Ekstrak Etanol 80% Daun Spondias pinnata Terhadap Volume Organ Ginjal Mencit
Betina (Ariantari, N.P., Kardena, I. M., Dewi, I.A.M.K., Agastia, I.P.A., Adiluhur, I.M.P., Mahadewi,
S.A.)

Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol 80% Daun Spondias pinnata Terhadap Volume Organ Ginjal
Mencit Betina

Ariantari, N.P.1, Kardena, I. M.2, Dewi, I.A.M.K.1, Agastia, I.P.A.1, Adiluhur, I.M.P.1,
Mahadewi, S.A.1
1
Jurusan Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana
2
Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana

Korespondensi: Ida Ayu Made Kesuma Dewi


Jurusan Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana
Jalam Kampus Unud-Jimbaran, Jimbaran-Bali, Indonesia 80364 Telp/Fax: 703837
Email:yuwi.vauquelin11@gmail.com

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak etanol 80% daun Spondias
pinnata terhadap volume organ ginjal mencit betina galur balb/c. Pada penelitian ini mencit betina
galur balc/c dibagi secara acak menjadi 4 kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 5 ekor.
Kontrol negatif diberikan CMC-Na 0,5% dan kelompok perlakuan diberikan suspensi ekstrak dosis
0,2; 1; dan 2 g/kgBB per oral selama 31 hari. Pada hari ke-32 dilakukan eutanasi dengan eter secara
inhalasi, kemudian organ ginjal diambil, dan diukur volumenya. Data volume organ ginjal mencit
betina dianalisis statistik menggunakan aplikasi SPSS dengan uji ANOVA-one way. Hasil penelitian
ini menunjukkan pemberian ekstrak etanol 80% daun S. pinnata dengan dosis 0,2; 1; dan 2 g/kgBB
tidak memberikan pengaruh terhadap volume organ ginjal mencit betina.

Kata kunci : daun Spondias pinnata, ekstrak, volume organ ginjal, mencit betina.

1. PENDAHULUAN dalam proses ekskresi di dalam tubuh. Fungsi


Bahan alam sebagai obat tradisional telah utama ginjal yaitu untuk eliminasi produk
digunakan oleh nenek moyang kita sejak buangan yang berasal dari metabolisme
berabad-abad lalu, yang penggunaannya endogen maupun metabolisme xenobiotika,
berdasarkan atas pengalaman dan selain itu juga berperan dalam regulasi
keterampilan secara turun temurun. Secara homeostatis tubuh, pengaturan volume cairan
umum penggunaan obat tradisional dinilai ekstraseluler, dan keseimbangan elektrolit
lebih aman daripada penggunaan obat modern. (Hodgson, 2004). Perubahan volume organ
Obat tradisional aman digunakan apabila merupakan salah satu indikator adanya
digunakan secara tepat yaitu tepat bahan, tepat perubahan pada sel-sel organ akibat paparan
dosis, tepat waktu penggunaan dan tepat cara senyawa kimia (Michael et al., 2007; Seller et
penggunaannya (Sari, 2006). Tanaman al., 2007).
kedondong hutan (Spondias pinnata), berasal
dari suku Anacardiaceae, merupakan salah 2. BAHAN DAN METODE
satu tanaman yang dimanfaatkan secara 2.1. Bahan Penelitian
tradisional sebagai obat batuk (Hutapea, Daun S. pinnata diperoleh dari daerah
1994). Di Bali, daun tanaman ini dibuat Bukit Jimbaran, Badung, Bali, n-heksana,
menjadi minuman kesehatan yang secara etanol 80%, CMC.Na (Brataco®), eter
tradisional disebut loloh cemcem. (Merk®), buffer formalin 10%.
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui
pengaruh pemberian ekstrak etanol 80% daun 2.2. Prosedur Penelitian
S. pinnata terhadap organ ginjal hewan coba 2.2.1. Ekstraksi
yaitu pada mencit betina. Efek toksik obat- Serbuk daun S. pinnata(500,213 g)
obatan sering terlihat pada ginjal, dikarenakan dimaserasi dengan 8 L n-heksana lalu disaring.
ginjal merupakan organ yang berperan penting Ekstrak cair hasil maserasi ditampung dan

17
Pemberian Ekstrak Etanol 80% Daun Spondias pinnata Terhadap Volume Organ Ginjal Mencit
Betina (Ariantari, N.P., Kardena, I. M., Dewi, I.A.M.K., Agastia, I.P.A., Adiluhur, I.M.P., Mahadewi,
S.A.)

ampasnya diuapkan pelarutnya sampai kering. 2.2.3. Analisis Data


Ampas hasil maserasi didigesti menggunakan Data volume organ ginjal mencit betina
6,3 L etanol 80% selama 2 jam pada suhu yang diperoleh kemudian dianalisis statistik
50oC lalu disaring. menggunakan aplikasi SPSS dengan Uji
Ekstrak cair etanol 80% daun S. Saphiro-Wilk untuk mengamati normalitas
pinnata yang diperoleh diuapkan pelarutnya data. Jika data terdistribusi normal, maka
menggunakan vacuum rotary dilanjutkan dengan ANOVA-one way dengan
evaporator(Eyela®OSB-2100). Hasil taraf kepercayaan 95%. Analisis dilanjutkan
penguapan ditampung dalam cawan porselen dengan post hoc study dengan Uji Scheffe
dan dimasukkan ke dalam oven (Binder®) untuk mengetahui perbedaan masing-masing
pada suhu 40oC hingga diperoleh ekstrak kelompok.
kental dan dihitung rendemennya.
3. HASIL
2.2.2. Perlakuan 3.1. Ekstraksi
Mencit betina galur balc/c dengan berat Ekstrak kental etanol 80% daun S. pinnata
badan 20-30 g dibagi secara acak menjadi 4 yang diperoleh dari ekstraksi menggunakan
kelompok, masing-masing kelompok terdiri maserasi kemudian dilanjutkan dengan digesti
dari 5 ekor. Tiap kelompok diberikan sebanyak 82,519 g dengan persentase
perlakuan yang berbeda, kelompok kontrol rendemen ekstrak sebesar 16,503%.
negatif diberikan CMC-Na 0,5% dan
kelompok perlakuan diberikan suspensi 3.2. Volume Ginjal Mencit Betina
ekstrak dosis 0,2; 1; dan 2 g/kgBB. Perlakuan Pengukuran volume ginjal mencit betina
ini diberikan secara berulang selam 31 hari dilakukan untuk mengetahui pengaruh
dengan menggunakan alat sonde. Pada hari ke- pemberian ekstrak etanol 80% daun S. pinnata
32 dilakukan eutanasi dengan eter secara terhadap organ ginjal. Hasil pengamatan
inhalasi, kemudian organ ginjal diambil, dan volume organ ginjal mencit betina galur balb/c
diukur volumenya. setelah pemberian ekstrak etanol 80% daun S.
pinnata ditampilkan pada Tabel 1.

Tabel 1. Hasil Pengamatan Volume Organ Ginjal Mencit Betina Galur Balb/c Setelah Pemberian
Ekstrak Etanol 80% Daun S. pinnata
Kelompok Perlakuan Volume Ginjal (mL) ± SD
Kontrol negative 0,16 ± 0,05
Dosis 0,2 g/kgBB 0,20 ± 0,07
Dosis 1 g/kgBB 0,18 ± 0,08
Dosis 2 g/kgBB 0,18 ± 0,04
Keterangan: n = 5

4. PEMBAHASAN Hasil uji ANOVA-one way pada data


Pada penelitian ini dilakukan pengamatan volume organ ginjal yang ditampilkan pada
mengenai perubahan volume organ ginjal pada tabel. 1 menunjukkan nilai p>0,05yang artinya
mencit betina, hal ini bertujuan untuk tidak terdapat perbedaan bermakna antara
mengetahui pengaruh pemberian ekstrak volume organ ginjal pada kelompok kontrol
etanol 80% daun S. pinnata terhadap organ dengan kelompok perlakuan dosis 0,2; 1; dan
ginjal. Ginjal merupakan organ yang berperan 2 g/kgBB. Hal ini menunjukkan bahwa
penting dalam proses ekskresi di dalam tubuh. pemberian ekstrak etanol 80% daun S.
Menurut Michael et al. (2007) dan Seller et al. pinnatayang diekstraksi bertingkat yaitu
(2007), perubahan volume organ merupakan dengan maserasi menggunakan n-heksana dan
salah satu indikator adanya perubahan sel-sel dilanjutkan digesti menggunakan etanol 80%
organ akibat paparan senyawa kimia. tidak menyebabkan penurunan volume ginjal
dibandingkan dengan kontrol. Hasil ini selaras

18
Pemberian Ekstrak Etanol 80% Daun Spondias pinnata Terhadap Volume Organ Ginjal Mencit
Betina (Ariantari, N.P., Kardena, I. M., Dewi, I.A.M.K., Agastia, I.P.A., Adiluhur, I.M.P., Mahadewi,
S.A.)

dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Pengembangan Kesehatan: Depkes RI.
Purwani et al. (2013) sebelumnya yang P.269.
menyatakan bahwa pemberian ekstrak etanol
80% daun S. pinnatayang diekstraksi dengan Michael, B., Yano, Barry., Sellers, R. S.,
cara digesti serbuk simplisia daun S. pinnata Perry, R., Morton, D., Roomie, N.,
menggunakan etanol 80% tidak berpengaruh Johnson, J. K., Schafer, K.. 2007.
terhadap organ ginjal mencit betina Evaluation of Organ Weights for Rodent
and Non-Rodent Toxicity Studies: A
5. KESIMPULAN Review of Regulatory Guidelinesand a
Pemberian ekstrak etanol 80% daun S. Survey of Current Practises. Toxicologic
pinnata dengan dosis 0,2; 1; dan 2 g/kgBB Pathology Vol. 35: 742750
tidak memberikan pengaruh terhadap volume Purwani. 2013. Toksisitas Akut Ekstrak Etanol
organ ginjal mencit betina secara berulang 80% Daun Spondias pinnata Pada
selama 31 hari. Mencit Galur Balb/c (Skripsi). Denpasar:
Universitas Udayana. P. 27.
UCAPAN TERIMAKASIH
Ucapan terima kasih diberikan pada Sari, L. O. R. K. 2006. Pemanfaatan Obat
Anggi Heru Pradipta di Laboratorium Tradisional dengan Pertimbangkan
Farmakognosi dan Fitofarmaka Jurusan Manfaat dan Keamanannya. Majalah
Farmasi, Fakultas MIPA, Universitas Udayana Ilmu Kefarmasian Vol. 3(1): 1-7.
yang telah membantu secara teknis dalam
Sellers. R. S., Morton, D., Michael, B.,
proses penelitian ini.
Roome, N., Johnson, J. K., Yano, B. R.,
Perry, R., and Schaffer, K.. 2007. Society
DAFTAR PUSTAKA
of Toxicologic Pathology Position Paper:
Hodgson, E. 2004. Textbook of Modern
Ogan Weight Recommendation for
Toxicology. 3rd Ed. United States of
Toxicology Studies. Toxicologic
Amerika: Wiley-Interscience. P.3-6;359-
Pathology Vol. 35: 751-755
362.
Hutapea, J. R. 1994. Inventaris Tanaman Obat
Indonesia. Edisi III. Badan Penelitian dan

19
Validasi Metode Analisis Penetapan Kadar α-Mangostin pada Gel Ekstrak Kulit Buah Manggis
(Garcinia mangostana L.) dengan KLT-Spektrofotodensitometri
(Budari, M. K. S., Dewantara, IG. N. A. , Wijayanti, N. P. A. D.)

VALIDASI METODE ANALISIS PENETAPAN KADAR α-MANGOSTIN PADA


GEL EKSTRAK KULIT BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana L.) DENGAN
KLT-SPEKTROFOTODENSITOMETRI

Budari, M. K. S.1, Dewantara, IG. N. A. 1, Wijayanti, N. P. A. D.1


1
Jurusan Farmasi Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana

Korespondensi: Made Kalih Sindu Budari


Jurusan Farmasi Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana
Jalan Kampus Unud-Jimbaran, Jimbaran-Bali, Indonesia 80364 Telp/Fax: 0361-703837
Email : kalsinbud@gmail.com

ABSTRAK
α-mangostin merupakan salah satu derivat xanton yang terkandung dalam kulit buah manggis
yang memiliki aktivitas antibakteri terhadap bakteri pemicu jerawat yaitu Staphylococcus aureus.
Dalam penelitian ini ekstrak kulit buah manggis diformulasikan dalam sediaaan gel. Untuk
menjamin keamanan dan efektivitas dari sediaan obat, semua proses dan metode dalam pembuatan
obat harus dikontrol dengan baik khususnya metode analisis yang digunakan untuk menentukan
kadar zat aktif dalam sediaan. Dimana metode ini harus dapat menentukan kadar α-
mangostindengan tepat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji medote analisis yang
digunakan. Metode analisis kuantitatif harus dapat memenuhi syarat dari beberapa parameter yaitu
akurasi, presisi, rentang dan linieritas, batas deteksi (LOD), batas kuantitasi (LOQ) dan spesifitas.
Pada penelitian ini kadar α-mangostindalam gel ditentukan dengan KLT-Spektrofotodensitometri
dengan fase gerak campuran pelarut kloroform dan etil asetat dengan perbandingan 9:1 dan fase
diam silika gel 60 F254. Hasil pemisahan kemudian dipindai dengan KLT-Scanner pada panjang
gelombang 320nm yaitu panjang gelombang maksimum α-mangostin.
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa metode ini telah memenuhi kriteria penerimaan
validasi yaitu akurasi 99,14%; presisi dengan KV<2%; Spesifikasi dengan korelasi spektrum >0,99; linieritas
dengan r>0,99; batas deteksi (LOD) 17,1ng dan batas kuantitasi (LOQ) 105,4ng.

Kata Kunci: α-mangostin, validasi, metode analisis, KLT-Spektrofotodensitometri

1. PENDAHULUAN meninggalkan film tembus pandang, elastis, daya


Manggis merupakan buah yang tumbuh di lekat tinggi yang tidak menyumbat pori sehingga
daerah tropis yang banyak digunakan sebagai obat pernapasan pori tidak terganggu, mudah dicuci
herbal. Kulit buah manggis banyak mengandung dengan air, pelepasan obatnya baik, kemampuan
xanton yang merupakan senyawa golongan penyebarannya pada kulit baik (Voight, 1994).
polifenol (Zhou dkk., 2011). Salah satu derivat Formulasi gel ekstrak kulit buah manggis
xanton yaitu α-mangostin memiliki aktivitas sebagai antijerawat telah dilakukan oleh
antibakteri terhadapbakteri pemicu jerawat yaitu Arikumalasari (2013) dengan memvariasikan
Staphylococcus aureus. jumlah Hidroxy Propy Methyl Cellulose (HPMC).
Ekstrak kulit buah manggis yang Hasil penelitian diperoleh jumlah HPMC 15%
diaplikasikan langsung untuk pengobatan dirasa menghasilkan sediaan dengan sifat fisika dan
tidak praktis dan kurang nyaman, sehingga kimia yang memenuhi persyaratan. Sediaan obat
diperlukan formulasi sediaan sebagai pembawa, mutlak harus memenuhi persyaratan khasiat dan
salah satunya adalah gel. Keuntungan dari sediaan keamanan. Khasiat dan keamanan obat dapat
gel adalah memiliki efek pendinginan pada kulit dijamin melalui pemantauan mutu sediaan mulai
saat digunakan, penampilan sediaan yang jernih dari proses pembuatan, penyimpanan, distribusi
dan elegan, pada pemakaian di kulit setelah kering hingga tahap penggunaannya. Salah satu

20
Validasi Metode Analisis Penetapan Kadar α-Mangostin pada Gel Ekstrak Kulit Buah Manggis
(Garcinia mangostana L.) dengan KLT-Spektrofotodensitometri
(Budari, M. K. S., Dewantara, IG. N. A. , Wijayanti, N. P. A. D.)

pemantauan mutu yang dilakukan adalah analisis matematik yang baik, proporsional terhadap
kadar zat aktif dalam sediaan obat untuk konsentrasi analit dalam sampel.
memastikan kandungannya sesuai dengan yang Rentang metode adalah pernyataan batas
dikehendaki. Selain itu perlu dilakukan validasi terendah dan tertinggi analit yang sudah
pada semua hal yang berkaitan dengan proses ditunjukkan dapat ditetapkan dengan kecermatan,
pembuatan obat, salah satu validasi yang harus keseksamaan dan linieritas yang dapat diterima.
dilakukan untuk menjamin kualitas dan keamanan Parameter yang diamati adalah nilai r, dimana
obat adalah validasi metode analisis kadar zat suatu data dikatakan linier apabila nilai r = 1 atau
aktif dalam sediaan obat. -1 (Harmita, 2004).
Validasi metode analisis adalah upaya yang Batas deteksi (detection limit, DL) adalah
dilakukan melalui penelitian laboratorium untuk jumlah terkecil analit dalam sampel yang dapat
membuktikan karakteristik kinerja metode dideteksi yang masih memberikan respon
memenuhi aplikasi analisis yang dimaksud signifikan dibandingkan dengan blangko. Batas
(BPOM, 2001). Validasi dilakukan untuk melihat kuantitasi (quantitation limit, QL) merupakan
pengaruh dari kondisi peralatan yang digunakan, kuantitas terkecil analit dalam sampel yang masih
pereaksi dan personil yang melakukan dapat memenuhi kriteria cermat dan seksama.
pemeriksaan. Parameter validasi yang ditetapkan Nilai dari DL dan QL dapat ditetapkan
dalam analisis kuantitatif yakni kekhasan menggunakan metode S/N.
(spesifitas), linieritas dan rentang, batas deteksi Oleh karena itu, dalam penelitian ini akan
(DL) dan batas kuantitasi (QL), keseksamaan dilakukan validasi metode penetapan kadar α-
(presisi) dan kecermatan (akurasi) (UNODC, mangostin dalam gel ekstrak kulit buah manggis
2009). dengan KLT-Spektrofotodensitometri.
Akurasi diartikan sebagai ukuran yang
menunjukkan derajat kedekatan hasil analisi 2. BAHAN DAN METODE
dengan kadar analit yang sebenarnya. Akurasi 2.1 Bahan
dinyatakan sebagai persen perolehan kembali Bahan-bahan yang digunakan dalam
(recovery) analit yang ditambahkan. penelitian ini adalah ekstrak etanol 95% kulit
Presisi adalah ukuran yang menunjukkan buah manggis, HPMC (Bratachem), propilen
derajat kedekatan antara hasil uji individual, glikol (Bratachem), metil paraben (Bratachem),
diukur melalui penyebaran hasil individual dari propil paraben (Bratachem), akuades (Bratachem),
rata-rata jika prosedur diterapkan secara berulang KH2PO4, air bebas CO2, natrium hidroksida,
pada sampel-sampel yang diambil dari campuran kertas whatmann no. 1, standar baku α-mangostin,
yang homogen. Presisi diukur sebagai simpangan pelarut metanol (PA), kloroform (PA), etil asetat
baku atau simpangan baku relatif (koefisien (PA), dan fase diam plat KLT silika gel 60 F254
variasi). Suatu data dikatakan presisi jika nilai (Merck-Germany).
koefisien variasi (KV) < 2% (Harmita, 2004).
Spesifitas adalah kemampuan mengukur 2.2 Metode Penelitian
analit yang dituju secara tepat dan spesifik dengan 2.2.1 Pembuatan Larutan Dapar Fosfat pH 6,0
adanya komponen-komponen lain dalam matriks Dimasukkan 50 mL kalium fosfat
sampel seperti ketidakmurnian, produk degradasi, monobasa 0,2 M ke dalam labu terukur 200 mL,
dan komponen matriks. Spesifisitas dari suatu tambahkan 5,6 natrium hidroksida 0,2 M,
metode analisis KLTdiperoleh dengan cara kemudian tambahkan air sampai tanda batas
identifikasi dan pemeriksaan kemurnian dari noda (Depkes RI, 1979).
analit. Hal ini dapat dilakukan dengan cara
pengukuran secara in situ dari spektra UV-Vis 2.2.2 Pembuatan Fase Gerak
dari analit dan standar yang sesuai, dimana Fase gerak yang digunakan mengacu pada
keduanya dielusi pada plat yang sama, kemudian Farmakope Herbal Indonesia yaitu campuran
dilakukan penghitungan korelasi dari analit dan pelarut kloroform dan etil asetat dengan
standar tersebut. perbandingan 9:1.
Linieritas adalah kemampuan metode
analisis yang memberikan respon yang secara
langsung atau dengan bantuan transformasi 2.2.3 Pembuatan Larutan Standar α-
mangostin

21
Validasi Metode Analisis Penetapan Kadar α-Mangostin pada Gel Ekstrak Kulit Buah Manggis
(Garcinia mangostana L.) dengan KLT-Spektrofotodensitometri
(Budari, M. K. S., Dewantara, IG. N. A. , Wijayanti, N. P. A. D.)

Larutan standar α-mangostin dibuat 2.2.6 Penentuan Spesifitas


dengan melarutkan standar α- Larutan uji ditotolkan pada plat yang telah
mangostindalammethanol. dicuci dan diaktivasi kemudian plat dielusi. Plat
dipindai dengan TLC Scanner pada λ maks untuk
2.2.4 Pembuatan Basis Gel membuat kromatogramnya. Kemurnian puncak
Basis gel dibuat berdasarkan formula pada diuji dengan memindai spektrum puncak analit
penelitian Arikumalasari (2013). pada tiga daerah, yaitu awal puncak (S), tengah
puncak (M), dan akhir puncak (E). Masing-
2.2.5 Penentuan Akurasi, Linieritas, DL dan masing spektrum tersebut dihitung korelasinya
QL menggunakan metode cross correlation function
Dibuat larutan standar α-mangostin 400 (r). Puncak telah dikatakan murni apabila korelasi
ng, 500 ng, dan 600 ng. Larutan uji dibuat dengan spektrum pada tiga daerah tersebut di atas 0,95
menambahkan larutan standar ke dalam 1 gram (rS −M −E > 0,95) (Dhandhukia and Thakker,
basis gel. Gel uji kemudian dilarutkan dalam 10
2011).
mL buffer fosfat. 2 mL larutan gel uji dan buffer
fosfat kemudian diekstraksi dengan 2 mL
2.2.7 Penentuan Presisi
kloroform. Akurasi ditentukan dengan
Penentuan presisi dilakukan
menganalisis kadar analit dalam larutan uji dan
menggunakan 3 variasi massa penotolan yang
hasilnya dibandingkan dengan kadar analit yang
berbeda (400, 500, dan 600 ng) dengan 3 kali
ditambahkan. Nilai akurasi dari suatu senyawa
pengulangan. Parameter presisi terpenuhi jika
dalam matriks dengan konsentrasi>0,1% diterima
KV<2% (Harmita, 2004).
jika berada pada rentang 95-105% dari kadar yang
sebenarnya (Harmita, 2009).Penentuan LOD dan
3. HASIL
LOQ dilakukan dengan menggunakan metode
Berdasarkan penelitian yang dilakukan,
signal to noise(Chan dkk., 2004).
didapat hasil validasi metode sebagai berikut.

3.1 Akurasi
Tabel 1. Penetapan Kadar dan Perolehan Kembali α-mangostin
Kadar Kadar yang Persen Perolehan
Rata-rata Rata-rata SD KV (%)
Sebenarnya (ng) Diperoleh (ng) Kembali (%)
400 400,70 100,17
400 391,93 97,98 99,44
400 400,65 100,16
500 496,91 99,38
500 502,06 100,41 98,68 99,14 0,41 0,41
500 489,85 97,97
600 589,19 98,20
600 612,82 102,14 99,31
600 602,56 100,43

3.2 Batas deteksi (detection limit, DL) dan Batas kuantitasi (quantitation limit, QL)
Tabel 2. Data Signal dan Noise pada Kromatogram Larutan Seri Standar α-mangostin.
Rata-rata Sd Noise
Signal Noise
Noise (mN) (SdN)
6,5 2,1 5,3 10,8 17,1 2,6
391,6 3,4 3,1 2,6 6,7 7,7 8,3 5,9 3,6
10 8 1,9 1,9 2,5 5,4

3.3 Presisi

22
Validasi Metode Analisis Penetapan Kadar α-Mangostin pada Gel Ekstrak Kulit Buah Manggis
(Garcinia mangostana L.) dengan KLT-Spektrofotodensitometri
(Budari, M. K. S., Dewantara, IG. N. A. , Wijayanti, N. P. A. D.)

Tabel 3. Presisi Larutan Standar α-mangostin


Konsentrasi AUC Pengulangan Penotolan KV
Rata-rata SD
(ng/spot) (%)
1 2 3
400 398,68 406,99 414,78 406,82 8,05 1,98
500 502,51 515,87 507,27 508,55 6,77 1,33
600 604,87 585,53 601,56 597,32 10,34 1,73

3.4 Spesifitas
Tabel 4. Hasil Uji Kemurnian Spektrum α-mangostin pada Penentuan Spesifisitas
Konsentrasi Rf r(s,m) r(m,e) Kemurnian
400ng 0,42 0,999098 0,998179 Terpenuhi
400ng 0,42 0,999484 0,998867 Terpenuhi
400ng 0,41 0,999392 0,998245 Terpenuhi
500ng 0,42 0,999262 0,998653 Terpenuhi
500ng 0,43 0,999368 0,99865 Terpenuhi
500ng 0,42 0,998776 0,998707 Terpenuhi
600ng 0,43 0,999453 0,998063 Terpenuhi
600ng 0,43 0,999321 0,998526 Terpenuhi
600ng 0,44 0,997198 0,999796 Terpenuhi
Keterangan: r(S-M) = korelasi spektrum Rf awal dibandingkan dengan Rf maks;
r(M-E) = korelasi spektrum Rf maks dibandingkan dengan Rf akhir

4. PEMBAHASAN minimum yang dapat diterima untuk jumlah


Berdasarkan data yang diperoleh pada hasil larutan standar sebanyak 5 larutan adalah 0,991;
uji validasi metode, uji akurasi memberikan nilai sebanyak 6 larutan adalah 0,974; sebanyak 7
rata-rata perolehan kembali α-mangostin adalah larutan adalah 0,951; dan sebanyak 8 larutan
99,14% dengan nilai SD sebesar 0,41 dan KV adalah 0,925 sehingga pada rentang tersebut α-
sebesar 0,41% (tabel 1). Perolehan kembali mangostin memberikan respon yang linier.
(akurasi) dari suatu senyawa dalam matriks dapat Dalam penelitian ini, presisi AUCdengan
diterima jika berada pada rentang 95-105% dari massa penotolan 400 ng, 500 ng, dan 600 ng
kadar yang sebenarnya (Harmita, 2004).Oleh menunjukkan nilai KV berturut-turut 1,98%;
karena itu, perolehan kembali α-mangostin telah 1,33%; dan 1,73%. Suatu metode analisis yang
memenuhi persyaratan validasi untuk parameter menggunakan senyawa standar dalam penetapan
akurasi. presisi harus mempunyai nilai koefisien variasi
Penentuan DL dan QL dilakukan dengan (KV) di bawah 2% untuk dapat memenuhi syarat
memanfaatkan rasio signal-to-noise (S/N). validitas (Harmita, 2004). Oleh karena itu, hasil
Adapun nilai DL dan QL α-mangostin masing- uji presisi yang dilakukan telah memenuhi
masing adalah 17,1 ng dan 105,4 ng. Hal ini persyaratan validasi untuk parameter presisi.
menunjukkan bahwa batas terkecil analit yang Menurut Dhandhukia dan Thakker (2011), uji
masih dapat terdeteksi adalah dengan kadar 17,1 kemurnian (purity) memenuhi persyaratan jika
ng dan batas terkecil analit yang dapat korelasi>0,95. Dari data pada Tabel 4.7, dapat
terkuantitasi adalah 105,4 ng. diketahui bahwa α-mangostin telah memenuhi
Dari penentuan rentang linieritas yang persyaratan korelasi minimum dimana nilai
dikerjakan dalam penelitian ini digunakan 6 r>0,99 yang diukur pada awal puncak (s,m) dan
larutan yakni 50 ng, 100 ng, 500 ng, 1000 ng, akhir puncak (m,e).
1500 ng, dan 2000 ng dan dihasilkan persmaan
regresi linear y=17,2x+1166,4 dengan nilai r
sebesar 0,994. Menurut Lawson (1996) nilai r
5. KESIMPULAN Metode analisis ini memenuhi kriteria
penerimaan validasi metode yang meliputi

23
Validasi Metode Analisis Penetapan Kadar α-Mangostin pada Gel Ekstrak Kulit Buah Manggis
(Garcinia mangostana L.) dengan KLT-Spektrofotodensitometri
(Budari, M. K. S., Dewantara, IG. N. A. , Wijayanti, N. P. A. D.)

akurasi, spesifitas, presisi, rentang dan linieritas, Harmita. 2004. Petunjuk Pelaksanaan Validasi
dengan batas deteksi (LOD) 17,1ng dan batas Metode dan Cara Perhitungannya.Majalah
kuantitasi (LOQ) 105,4ng. Ilmu Kefarmasian, Vol. I, No.3. Hal. 117-
135.
UCAPAN TERIMA KASIH Lawson, L. 1996. Evaluation of Calibration Curve
Kepada Dedi Sumawirawan atas kerjasama Linearity. Guidance Memo. No. 96-007. Hal.
dan bantuannya dalam proses penelitian. 1-9.
UNODC. 2009. Guidance for the Validation of
DAFTAR PUSTAKA Analytical Methodology and Calibration of
Arikumalasari, Jesica. 2013. Optimasi HPMC Equipment Used for Testing og Illicit Drugs
sebagai Gelling Agent dalam Formula Gel in Seized Material and Biological Specimens.
Ekstrak Kulit Buah Manggis (Garcinia New York: United Nations. PP: 9-12.
mangostana L.). (Skripsi). Bali: Jurusan Voigt, R. 1994. Buku Pelajaran Teknologi
Farmasi FMIPA Universitas Udayana. Farmasi. Penerjemah: Soendani Noerono.
Chan, C.C., Y.C. Lee, H. Lam, and X.M. Zhang. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Analytical Method Validation and Instrument Hal. 370, 398-434.
Performance Verification. 2004. Canada: Zhou, X., R. Huang, J. Hao, H. Huang, M. Fu, Z.
John Wiley and Sons. PP: 37-39, 43. Xu, Y. Zhou, Xu-E Li, S.X. Qiu, dan B.
Dhandhukia, P.C. and J.N. Thakker. 2011. Wang. 2011. Two New Prenylated
Quantitative Analysis and Validation of Xanthones from The Pericarp of Garcinia
Method Using HPTLC. Heidelberg: Springer. Mangostana (Mangosteen). Helvetica
Hal. 11-15. Chimica Acta. Vol. 94. Hal. 2092- 2098.

24
Uji Eritema dan Edema secara In Vivo pada Natrium Lauril Sulfat 10% (Dewantara, I. G. N. A.1, Prasetia,
I. G. N. Jemmy, A.1, Putri, N. N. T. A. N.1, Arsana. D. A. M. I. P. S.1, Prabayanti, N. P. M.)

UJI ERITEMA DAN EDEMA SECARA IN VIVO PADA NATRIUM LAURIL SULFAT 10%

Dewantara, I. G. N. A.1, Prasetia, I. G. N. Jemmy, A.1, Putri, N. N. T. A. N.1, Arsana. D. A. M. I. P. S.1,


Prabayanti, N. P. M.1
1
Jurusan Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana

Korespondensi: I Gusti Ngurah Agung Dewantara

Jurusan Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana
Jalan Kampus Unud-Jimbaran, Jimbaran-Bali, Indonesia 80364 Telp/Fax: 703837
Email: agungdp09@gmail.com

ABSTRAK

Surfaktan merupakan suatu molekul dengan rantai hidrokarbon panjang dengan gugus ujung
bersifat polar atau ionik. Surfaktan berfungsi untuk mengangkat dan mengikat kotoran dari suatu
permukaan dengan cara menurunkan tegangan antar muka. Bahan surfaktan sintetik yang sering
digunakan sebagai bahan baku sediaan dipasaran adalah natrium lauril sulfat. Penggunaan surfaktan
sebagai bahan baku sediaan harus diperhatikan, penggunaan bahan yang tidak sesuai akan dapat
menyebabkan efek samping seperti iritasi pada kulit. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
surfaktan sintetik yaitu natrium lauril sulfat 10% sebagai bahan baku sediaan terhadap efek iritasi pada
kulit.
Pengujian iritasi dilakukan secara in vivo dengan menggunakan enam kelinci albino galur New
Zeland dewasa berkelamin jantan. Pencukuran bulu kelinci dilakukan 24 jam sebelum diberikan bahan
uji. Bahan uji diberikan dengan cara patch test tertutup. Pengamatan dilakukan pada jam ke 24, 48 dan 72
setelah pemberian bahan uji. Area uji diperiksa dan diamati perubahannya sebagai reaksi kulit terhadap
bahan uji dan dinilai indeks iritasi kulit dengan cara memberi skor 0 sampai 4 tergantung tingkat
keparahan reaksi kulit yang dilihat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa natrium lauril sulfat dengan
konsentrasi 10% memberikan efek iritasi kulit pada jam ke 24, 48 dan 72.

Kata Kunci : surfaktan, uji iritasi, natrium lauril sulfat, in vivo.

1. PENDAHULUAN atau lebih cairan yang tidak bercampur satu


sama lain (Showell, 2006).
Surfaktan merupakan suatu molekul dengan Bahan surfaktan sintetik yang sering
rantai hidrokarbon panjang dengan gugus ujung digunakan sebagai bahan baku sediaan adalah
bersifat polar atau ionik. Bagian rantai natrium lauril sulfat (NLS). NLS merupakan
hidrokarbon dari molekul ini bersifat hidrofobik golongan surfaktan anionik yaitu surfaktan yang
dan larut dalam cairan non polar, sedangkan mengandung muatan ion negatif. Jenis surfaktan
gugus ujung polar/ionik bersifat hidrofilik dan ini merupakan surfaktan yang paling banyak
larut dalam air (Tang, 2011). Surfaktan dipakai dalam industri (Permono, 2002).
berfungsi untuk mengangkat atau mengikat Pemanfaatan natrium lauril sulfat dalam
kotoran dari suatu permukaan dengan cara formulasi sediaan farmasi sudah sangat luas
menurunkan tegangan antar muka sehingga digunakan pada sediaan nonparenteral dan
dapat melepaskan kotoran yang menempel pada preparat kosmetik. NLS memiliki efek toksisitas
permukaan bahan. Selain itu surfaktan juga sedang berupa efek akut seperti iritasi kulit,
dapat mendispersikan serta menstabilkan dua iritasi mata, iritasi membrane mukosa, dan iritasi

25 
Uji Eritema dan Edema secara In Vivo pada Natrium Lauril Sulfat 10% (Dewantara, I. G. N. A.1, Prasetia,
I. G. N. Jemmy, A.1, Putri, N. N. T. A. N.1, Arsana. D. A. M. I. P. S.1, Prabayanti, N. P. M.)

pada lambung jika tidak sengaja tertelan. Hal ini sediaan uji pada area uji. Setelah dioleskan
berkaitan dengan kemampuan dari kebanyakan bahan uji, area uji lalu ditutup dengan perban
surfaktan untuk dapat merusak membrane yang tidak reaktif dan di plester.
mukosa (Behn, 2005). Setelah 24 jam perlakuan, perban dibuka
Uji keamanan merupakan salah satu dan area uji dibersihkan dengan air untuk
persyaratan sebelum suatu bahan baku dapat menghilangkan sisa bahan uji. Pada jam ke 24,
dijual ke masyarakat umum atau kepasaran. Uji 48 dan 72 setelah pemberian bahan uji, area uji
keamanan dilakukan mencakup pengujian dari kemudian diperiksa dan diamati perubahannya
bahan baku maupun produk akhir. Pengujian sebagai reaksi kulit terhadap bahan uji dan
efek iritasi kulit dari bahan baku atau produk dinilai dengan cara memberi skor 0 sampai 4
akhir sediaan topikal merupakan elemen penting tergantung dari tingkat keparahan reaksi kulit
dari prosedur keamanan (Robinson dan Perkins, yang dilihat (Draize, 1959).
2002). Reaksi iritasi kulit tidak hanya bersifat
lokal pada permukaan kulit rusak saja, tetapi Tabel 1. Skor Derajat Iritasi pada Eritema
juga dapat menyebabkan efek toksik yang dapat REAKSI KULIT SKOR
membahayakan dan mengancam keselamatan
Tanpa eritema 0
jiwa dari penderitanya (Dirjen POM, 1985).
Berdasarkan hal tersebut, maka perlu dilakukan Sangat sedikit eritema (hampir 1
uji iritasi sediaan dengan metode in vivo tidak terlihat)
menggunakan kelinci sebagai hewan uji sebelum Eritema jelas terlihat (diameter 2
pemakaian pada manusia sehingga mencegah 25,1-30 mm)
reaksi hipersensitivitas dan dapat diketahui Eritema sedang (diameter 30,1-35 3
derajat keamanan sediaan yang dihasilkan bagi mm)
konsumen. Eritema berat (gelap merah 4
dengan membentuk eskar,
2. BAHAN DAN METODE diameter > 35 mm)

2.1 Bahan Penelitian Tabel Tabel 2. Skor Derajat Iritasi pada Edema
Bahan-bahan yang digunakan antara lain REAKSI KULIT SKOR
natrium lauril sulfat, aquadest, kelinci albino Tanpa edema 0
galur New Zealand berkelamin jantan, perban, Sangat sedikit edema (hampir 1
plester. tidak terlihat)
Edema jelas terlihat 2
2.2 Metode (ketebalan < 1 mm)
2.2.1Uji Iritasi Pada Kulit Kelinci Edema sedang (tepi naik ± 1 3
Uji iritasi lakukan secara in vivo pada enam mm)
kelinci albino galur New Zeland berkelamin Edema berat (tepi naik lebih 4
jantan dengan metode patch tes dari 1 mm dan meluas keluar
tertutup.Sebelum perlakuan, bulu pada bagian daerah pejanan)
punggung di cukur terlebih dahulu. Pencukuran
ini dilakukan 24 jam sebelum diberi perlakuan (Sani dan Lukmayani, 2010)
pada area uji. Sebelum diberikan perlakuan,
setiap kelinci menerima epidermal abrasi
paralel dengan menggunakan jarum yang steril.
Bahan uji diberikan dengan cara mengoleskan

26 
Uji Eritema dan Edema secara In Vivo pada Natrium Lauril Sulfat 10% (Dewantara, I. G. N. A.1, Prasetia,
I. G. N. Jemmy, A.1, Putri, N. N. T. A. N.1, Arsana. D. A. M. I. P. S.1, Prabayanti, N. P. M.)

3. HASIL

2
Skor  Natrium Lauril 
Sulfat 10% 
1

0
0 24 48 72
Waktu (jam)

Gambar 1. Grafik Hasil Uji Iritasi

Hewan 0 jam 24 jam 48 jam 72 jam


uji Eritema Edema Eritema Edema Eritema Edema Eritema Edema
1 0 0 25,7 0,7 31,2 0,9 30,9 1,1
2 0 0 30,7 0,8 31,1 1,2 31,8 1,3
3 0 0 26,3 0,8 29,8 0,9 30,1 1,1
4 0 0 26,5 0,9 30,6 1,3 30,1 1,3
5 0 0 30,1 0,8 30,5 0,9 30,9 1,4
6 0 0 26,9 0,8 28,1 1,1 30,2 1,2
Tabel 3. Diameter Indeks Iritasi dan Edema (mm)

4. PEMBAHASAN dibersihkan dengan air untuk menghilangkan


sisa bahan uji. Pada jam ke 24, 48 dan 72 setelah
Iritasi adalah gejala inflamasi yang terjadi pemberian bahan uji, area uji kemudian
pada kulit atau membran mukosa setelah diperiksa dan diamati perubahannya sebagai
perlakuan berkepanjangan atau berulang dengan reaksi kulit terhadap bahan uji dan dinilai skor
menggunakan bahan kimia atau bahan lain eritema dan edema yang dihasilkan dengan cara
(Irsan dkk., 2013). Iritasi kulit disebabkan oleh memberi skor 0 sampai 4 sesuai dengan tabel 1
suatu bahan yang dapat terjadi pada setiap dan tabel 2 tergantung dari tingkat keparahan
orang, tidak melibatkan sistem imun tubuh dan reaksi kulit yang dilihat (Draize, 1959).
ada beberapa faktor-faktor yang memegang Hasil pengamatan uji iritasi menunjukkan
peranan seperti keadaan permukaan kulit, bahwa formula dengan natrium lauril sulfat 10%
lamanya bahan bersentuhan dengan kulit, dan menyebabkan iritasi pada kulit dilihat dari grafik
konsentrasi dari bahan. yang diperoleh dimana natrium lauril sulfat
Uji iritasi dilakukan dengan menggunakan 10%memiliki skor indeks iritasi pada jam ke-24,
metode patch tes tertutup. Setelah 24 jam pada jam ke-48 dan pada jam ke-72.
perlakuan, perban dibuka dan area uji

27 
Uji Eritema dan Edema secara In Vivo pada Natrium Lauril Sulfat 10% (Dewantara, I. G. N. A.1, Prasetia,
I. G. N. Jemmy, A.1, Putri, N. N. T. A. N.1, Arsana. D. A. M. I. P. S.1, Prabayanti, N. P. M.)

Suatu sediaan sebelum dipasarkan perlu the United States, Bureau of Food and
dilakukan pengujian atau pengecekan terhadap Drugs, Austin, TX.
pH dari bahan baku yang akan digunakan, Permono, Ajar. 2002. Membuat Sampo.
dimana perbedaan pH merupakan salah satu hal Yogyakarta: Puspa Swara.
yang dapat memicu terjadinya efek samping Robinson, M.K and M.A. Perkins. 2002. A
pada kulit seperti eritema dan edema Strategy for Skin Irritation Testing.
(Tranggono dan Latifah, 2007). American Journal of Contact Dermatitis,
Vol 13, No 1.
5. KESIMPULAN Sani, E. P. dan Lukmayani Y. 2010. Sabun
Transparan Berbahan Dasar Minyak
Berdasarkan hasil uji iritasi pada enam Jelantah serta Hasil Uji Iritasinya pada
kelinci putih galur NewZealand menunjukkan Kelinci. Jurusan Farmasi, Universitas
bahwa Natrium Lauril Sulfat pada konsentasri Islam Bandung.
10% mengalami iritasi sedang pada kulit. Showell, Michael S. 2006. Introduction to
Detergents. In: Showell, M.S editor.
UCAPAN TERIMA KASIH Handbook of Detergents Series Part D:
Formulation. United States of America:
Ucapan terima kasih ditujukan kepada I Gede taylor and Francis Group, LLC.
Pasek Budiyadnya yang telah membantu penulis Tang, M., Veinardi S. 2011. Pengaruh
selama melakukan penelitian di Laboratorium Penambahan Pelarut Organik Terhadap
Teknologi Farmasi Udayana. Tegangan Permukaan Larutan Sabun.
Prosiding Simposium Nasional Inovasi
DAFTAR PUSTAKA Pembelajaran dan Sains. Bandung.

Behn, S., AK Taylor, SC Owen, PJ Weller dan


KK Singh. 2005. Sodium Lauryl Sulfate.
In: -Arthur H,K., editor. Handbook of
Pharmaceuticals Excipients 3rd Ed.
London-United Kingdom: Pharmaceutical
Press. 487-480.
Dirjen POM. 1985. Formularium Kosmetika
Indonesia. Jakarta: Penerbit Departemen
Kesehatan RI. HalamanL’
: 22, 84, 356.
Draize, J.H. 1959. Dermal Toxicity. Pages 46-59
in Appraisal of the Safety of Chemicals in
Food, Drugs and Cosmetics. The
Association of Food and Drug Officials of

Tranggono, Retno Iswari dan Fatma Latifah.


2007. Buku Pegangan Ilmu
Pengetahuan Kosmetik. Jakarta: Pt.
Gramedia Pustaka Utama.

28 
Perbandingan Metode Ekstraksi Maserasi dan Refluks terhadap Rendemen Andrografolid dari Herba
Sambiloto (Andrographis paniculata (Burm.f.) Nees)
(Susanti, N. M. P., Warditiani, N. K., Laksmiani, N. P. L., Widjaja, I. N. K.., Rismayanti, A. A. M. I.) 

PERBANDINGAN METODE EKSTRAKSI MASERASI DAN REFLUKS


TERHADAP RENDEMEN ANDROGRAFOLID DARI HERBA SAMBILOTO
(Andrographis paniculata (Burm.f.) Nees)

Susanti, N. M. P. 1, Warditiani, N. K. 1, Laksmiani, N. P. L.1, Widjaja, I. N. K..1, Rismayanti, A. A. M. I.1


1
Jurusan Farmasi – Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam – Universitas Udayana

Korespondensi: Ni Made Pitri Susanti


Jurusan Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana
Jalan Kampus Unud-Jimbaran, Jimbaran-Bali, Indonesia 80364 Telp/Fax: 0361-703837
Email: p_susanti@yahoo.com

ABSTRAK
Sambiloto (Andrographis paniculata (Burm.f.) Nees) merupakan tanaman dengan kandungan kimia
utamanya adalah andrografolid. Salah satu metode ekstraksi yang paling umum dan sering digunakan
untuk menyari kandungan kimia dari suatu tanaman adalah maserasi. Namun teknik maserasi kurang
efisien karena membutuhkan waktu cukup lama dalam pengerjaannya dan hanya dilakukan perendaman
tanpa bantuan gaya lain. Metode ekstraksi lainnya seperti refluks diharapkan mampu menghasilkan
rendemen yang tinggi serta waktu yang lebih singkat. Penelitian ini bertujuan mengetahui rendemen
andrografolid yang diperoleh dari ekstraksi menggunakan metode maserasi dan refluks.
Penentuan rendemen dilakukan dengan mengitung jumlah andrografolid yang diperoleh berbanding
dengan konsentrasi andrografolid yang ditotolkan. Penentuan jumlah andrografolid dilakukan dengan
menghitung kadar andrografolid menggunakan metode KLT-spektrofotodensitometri. Digunakan fase
diam silika gel 60 GF254 kemudian dielusi dengan campuran pelarut kloroform dan metanol (9:1) v/v. Plat
dipindai dengan TLC Scanner 3 (CAMAG) pada panjang gelombang 230 nm.
Rendemen amdrografolid yang diperoleh dengan metode refluks sebesar 0,72%b/b dan rendemen
menggunakan metode maserasi sebesar 0,62%b/b. Rendemen yang diperoleh dengan menggunakan
metode refluks lebih tinggi dibandingkan maserasi. Hal ini dapat disebabkan tidak adanya bantuan gaya
lain pada maserasi yang hanya dilakukan perendaman sehingga osmosis pelarut ke dalam padatan
berlangsung statis meskipun telah dilakukan pergantian pelarut dengan metode remaserasi sedangkan
pada metode refluks, adanya penambahan panas dapat membantu meningkatkan proses ekstraksi.

Kata kunci: maserasi, refluks, andrografolid, rendemen

1. PENDAHULUAN
Sambiloto dengan nama latin (Pratiwi, 2010), ultrasonikasi (Nurasiah, 2010),
Andrographis paniculata (Burm.f.) Nees sokletasi (Rais, 2014), namun teknik ekstraksi
merupakan salah satu tanaman yang saat ini tersebut memerlukan waktu yang cukup lama
penggunaannya sedang berkembang dalam dalam pengerjaannya, membutuhkan biaya
pengobatan tradisional. Andrographis yang mahal serta tingginya kehilangan senyawa
paniculata (Burm.f.) Nees mengandung andrografolid yang diinginkan (Jadhao dan
diterpen lakton yang terdiri dari andrografolid, Thorat, 2014).
neoandrografolid, deoksiandrografolid dan Maserasi merupakan metode yang paling
isoandrografolid. Andrografolid merupakan umum digunakan untuk ekstraksi andrografolid
komponen mayor dari Andrographis paniculata karena mudah dilakukan dan menggunakan alat
yang telah dilaporkan memiliki beragam efek yang sederhana. Namun, teknik maserasi
farmakologi (Chao dan Lin, 2010). Berbagai kurang efisien karena membutuhkan waktu
teknik ekstraksi andrografolid telah cukup lama dalam pengerjaannya dan hanya
dikembangkan, diantaranya seperti perkolasi dilakukan perendaman tanpa bantuan gaya lain

29
Perbandingan Metode Ekstraksi Maserasi dan Refluks terhadap Rendemen Andrografolid dari Herba
Sambiloto (Andrographis paniculata (Burm.f.) Nees)
(Susanti, N. M. P., Warditiani, N. K., Laksmiani, N. P. L., Widjaja, I. N. K.., Rismayanti, A. A. M. I.) 

sehingga osmosis pelarut ke dalam padatan berturut-turut tidak lebih dari 0,25% (DepKes
berlangsung statis (Nurasiah, 2010). Metode RI, 1986).
ekstraksi lainnya seperti refluks diharapkan 2.2.3 Ekstraksi andrografolid dengan metode
mampu menghasilkan rendemen yang tinggi maserasi
serta waktu yang lebih singkat. Refluks Ekstraksi dilakukan dengan metode
merupakan metode ekstraksi dengan bantuan maserasi menggunakan pelarut etanol 96%.
pemanasan dan mampu mengekstraksi Sebanyak 1 kg serbuk sambiloto (Andrographis
andrografolid yang merupakan senyawa tahan paniculata (Burm.f.) Nees) dimaserasi dengan
panas (Pratiwi, 2010; Mohan et al., 2013). 5 L etanol 96% selama 2 hari. Kemudian
Dengan demikian perlu dilakukan disaring dan ampasnya diremaserasi sebanyak
penelitian mengenai perolehan rendemen pada dua kali dengan 2,5 L etanol 96% masing-
ekstraksi andrografolid menggunakan metode masing selama 1 hari. Maserat dijadikan satu
maserasi dan refluks. kemudian diuapkan dengan vacum rotary
evaporator (Eyela) pada suhu 60˚C hingga
2. BAHAN DAN METODE diperoleh ekstrak kental.
2.1 Bahan 2.2.4 Ekstraksi andrografolid dengan metode
Sampel tanaman yang digunakan adalah refluks
serbuk kering herba sambiloto (Andrographis Ekstraksi dilakukan dengan metode
paniculata (Burm.f.) Nees) yang diperoleh dari refluks menggunakan pelarut etanol 96%.
Kulonprogo, Yogyakarta. Sebanyak 50 gram serbuk sambiloto direfluks
Bahan kimia dan pelarut yang digunakan dengan menggunakan pelarut sebanyak 75 mL.
pada penelitian ini yaitu etanol 96% (Brataco), Refluks dilakukan selama 6 jam pada suhu
metanol p.a. (Merck) dan kloroform p.a. 70ºC. Hasil ekstraksi disaring dengan kertas
(Merck) sebagai fase gerak, standar saring Whatman No. 41 kemudian ditera
andrografolid dengan kemurnian 98% (Sigma- dengan etanol 96% hingga diperoleh volume 75
Aldrich) serta fase diam yang digunakan adalah mL. Diambil sebanyak 5 mL dan disimpan
plat KLT silika gel 60 F254 (Merck-Germany). dalam vial untuk dianalisis.
2.3.5 Penentuan rendemen
2.2 Prosedur Penelitian Penetapan kadar andrografolid dilakukan 
2.2.1 Determinasi tanaman sambiloto dengan menggunakan KLT-
Determinasi tanaman dilakukan dengan Spektrofotodensitometri. Digunakan plat KLT
cara membandingkan sampel sambiloto silika gel 60 F254, kemudian plat dicuci dengan
(Andrographis paniculata (Burm.f.) Nees) yang metanol dan diaktivasi pada suhu 110oC selama
akan digunakan dengan data pustaka acuan. 30 menit. Sampel dan standar andrografolid
Determinasi tanaman dilakukan di UPT Balai ditotolkan pada masing-masing plat dengan
Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Eka Karya volume penotolan sebanyak 10 µL
Bali–LIPI. menggunakan penotol automatic TLC sampler
2.2.2 Penetapan kadar air serbuk sambiloto 4 (CAMAG). Plat dielusi pada chamber
Lebih kurang 1 gram herba sambiloto (CAMAG) yang telah jenuh dengan fase gerak
ditimbang menggunakan botol timbang yang campuran kloroform : metanol (9:1). Plat yang
telah diketahui beratnya. Serbuk yang telah telah dielusi kemudian dimasukkan ke dalam
ditimbang kemudian dikeringkan dalam oven oven (Memmert) pada suhu 60oC selama 5
pada suhu 105°C selama 30 menit. Kemudian menit. Diamati pemisahan tiap bercak pada plat
dinginkan dalam desikator dan ditimbang. secara visual, di bawah sinar UV 254 nm dan
Selanjutnya dilakukan pemanasan kembali UV 366 nm. Plat discan dengan menggunakan
dalam oven selama 30 menit, dinginkan dalam densitometer CAMAG TLC Scanner 4 pada
desikator dan ditimbang kembali. Dilakukan panjang gelombang maksimum andrografolid
pekerjaan yang sama sampai berat konstan dan rentang panjang gelombang 200-400 nm.
yaitu perbedaan antara dua penimbangan Penentuan rendemen andrografolid dengan

30
Perbandingan Metode Ekstraksi Maserasi dan Refluks terhadap Rendemen Andrografolid dari Herba
Sambiloto (Andrographis paniculata (Burm.f.) Nees)
(Susanti, N. M. P., Warditiani, N. K., Laksmiani, N. P. L., Widjaja, I. N. K.., Rismayanti, A. A. M. I.) 

ekstraksi menggunakan metode maserasi dan Tanaman herba sambiloto dan serbuk
refluks ditentukan dengan membuat persamaan kering herba sambiloto yang digunakan dalam
regresi linier y=bx+a dari standar penelitian ini diperoleh dari Kulonprogo,
andrografolid, dimana y adalah nilai AUC pada Yogyakarta. Sampel yang telah terkumpul
sampel dan x adalah kadar. Nilai rendemen dideterminasi di UPT Balai Konservasi
dapat diperoleh dengan memasukkan jumlah Tumbuhan Kebun Raya Eka Karya Bali–LIPI
andrografolid berbanding konsentrasi yang untuk mengetahui kebenaran spesies tanaman
ditotolkan pada plat KLT. yang diteliti. Hasil determinasi menyatakan
bahwa sampel yang digunakan benar spesies
3. HASIL Andrographis paniculata (Burm. f.) Nees.
3.1 Determinasi Tanaman

Tabel 1. Penetapan kadar air serbuk simplisia herba sambiloto (Andrographis paniculata (Burm. f.) Nees)
Persentase Kadar Air
Percobaan
Rata-Rata Standar Deviasi (SD)
1 2 3
9,78 % 10,15 % 9,33 % 9,75 % 0,41%

Tabel 2. Hasil perolehan rendemen andrografolid pada metode maserasi dan refluks

Metode Jumlah Konsentrasi Persentase


Ekstraksi Andrografolid Totolan Rendemen
Maserasi 692,239 ng 67 x 104 ng 0,10% b/b
Refluks 805,153 ng 111,1 x 103 ng 0,72% b/b

4. PEMBAHASAN
Perolehan persentase kadar air rata-rata mampu menghasilkan rendemen andrografolid
yaitu sebesar 9,75% dengan standar deviasi yang lebih tinggi.
0,41%. Penetapan kadar air serbuk sambiloto Refluks merupakan metode ekstraksi
menunjukkan bahwa kadar air pada serbuk dengan bantuan panas. Hal yang sangat
Andrographis paniculata (Burm. f.) Nees lebih berpengaruh terhadap ekstraksi menggunakan
rendah dari persyaratan kadar air maksimal refluks adalah adanya penambahan pemanasan
secara umum yaitu 10% (Depkes RI, 2010). dan pelarut yang digunakan akan tetap dalam
Dengan demikian, kadar air serbuk keadaan segar karena adanya penguapan
Andrographis paniculata (Burm. f.) Nees telah kembali pelarut yang terendam pada bahan.
memenuhi persyaratan kadar air. Rendemen yang diperoleh dari metode refluks
Maserasi merupakan salah satu ekstraksi ini sebesar 0,72% b/b. Rendemen yang
yang paling umum dan sering digunakan untuk diperoleh dengan menggunakan metode
ekstraksi andrografolid karena mudah ekstraksi refluks lebih tinggi dibandingkan
dilakukan. Ekstrak kental yang dihasilkan maserasi. Hal ini dapat disebabkan tidak
sebanyak 60,61 gram. Rendemen yang adanya bantuan gaya lain pada maserasi yang
diperoleh dari metode maserasi ini sebesar hanya dilakukan perendaman sehingga osmosis
0,10% b/b. Metode maserasi ini kurang efisien pelarut ke dalam padatan berlangsung statis
karena membutuhkan waktu yang cukup lama meskipun telah dilakukan pergantian pelarut
dalam pengerjaannya dan menghasilkan dengan metode remaserasi (Nurasiah, 2010)
rendemen yang rendah sehingga dilakukan sedangkan pada metode ekstraksi menggunakan
pengembangan metode ekstraksi refluks agar refluks, adanya penambahan panas dapat

31
Perbandingan Metode Ekstraksi Maserasi dan Refluks terhadap Rendemen Andrografolid dari Herba
Sambiloto (Andrographis paniculata (Burm.f.) Nees)
(Susanti, N. M. P., Warditiani, N. K., Laksmiani, N. P. L., Widjaja, I. N. K.., Rismayanti, A. A. M. I.) 

membantu meningkatkan proses ekstraksi Compounds in Andrographis paniculata


karena suhu merupakan salah satu faktor yang (Chuanxinlian). Chinese Medicine. Vol.
dapat mempengaruhi kecepatan ekstraksi. Suhu 5: 17.
yang tinggi dapat meningkatkan desorpsi Jadhao, D., Bhaskar Thorat. 2014. Purification
senyawa aktif dari tanaman karena perusakan (Crystallization) of Bioactive Ingredient
sel pada bahan meningkat akibat suhu pelarut Andgrographolide from Andrographis
yang tinggi (Jain et al., 2009). Selain adanya paniculata. World Journal of Pharmacy
penambahan suhu yang tinggi, pada metode and Pharmaceutical Sciences. Volume 3,
refluks pelarut yang digunakan akan tetap segar Issue 10, 747-763.
ketika terjadinya ekstraksi sehingga Jain, T., Jain, V., Pandey, R., Vyas, A., &
menghindari terjadinya kejenuhan pelarut yang Shukla, S. S. 2009. Microwave Assisted
dapat meningkatkan kemampuan pelarut untuk Extraction for Phytoconstituents – An
menarik senyawa andrografolid. Overview. Asian Journal Research
Chemistry , 1 (2), 19-25.
5. KESIMPULAN Mohan, M. 2013. Determination of
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh Andrographolide in Andrographis
rendemen dengan metode maserasi sebesar paniculata Extracts with and without
0,10% dan rendemen dengan metode refluks Human Serum by High Performance
sebesar 0,72%. Thin Layer Chromatography. Int. Res. J.
Pharm. ISSN 2230-8407: 41-49.
UCAPAN TERIMAKASIH Nurasiah, E. S. 2010. “Pengoptimuman
Kepada DIKTI atas bantuan dana pada Ekstraksi Andrografolida dari Sambiloto
hibah bersaing serta seluruh dosen pengajar, dengan Rancangan Fraksional Faktorial”
serta staf pegawai di Jurusan Farmasi Fakultas (Skripsi). Bogor: Institut Pertanian
MIPA Universitas Udayana atas dukungan Bogor.
yang telah diberikan. Pratiwi, E. 2010. “Perbandingan Metode
Maserasi, Remaserasi, Perkolasi dan
PUSTAKA Reperkolasi dalam Ekstraksi Senyawa
Aktif Andrographolide dari Tanaman
DepKes RI. 1986. Sediaan Galenik. Jakarta: Sambiloto (Andrographis paniculata
Departemen Kesehatan Republik (Burm.F.) Nees)” (Skripsi). Bogor:
Indonesia. Institut Pertanian Bogor.
Depkes RI. 2010. Farmakope Herbal Rais, I. R. 2014. Andrographolide Extraction
Indonesia. Jakarta: Departemen From Andrographis paniculata (Burm.F.)
Kesehatan Republik Indonesia. Nees Using Soxhlet Extractor.
Chao, W., dan B. Fong Lin.2010. Review Pharmaçiana, Vol. 4, No. 1, 2014: 85-92.
Isolation and Identification of Bioactive

32
Efek Pemberian Ekstrak Etanol Daun Spondias pinnata terhadap Berat Organ Ginjal Mencit Betina
(Nallakrishna, I P. A., Purwani, S. T. D., Kardena, I M., Sudiarta, I W., Ariantari, N. P.)

EFEK PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL DAUN Spondias pinnata TERHADAP BERAT ORGAN
GINJAL MENCIT BETINA

Nallakrishna, I P. A.1, Purwani, S. T. D.1,Kardena, I M.2, Sudiarta, I W.3, Ariantari, N. P.1


1
Jurusan Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana
2
Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana
3
Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana

Korespondensi: I Putu Aditya Nallakrishna


Jurusan Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana
Jalan Kampus Unud-Jimbaran, Jimbaran-Bali, Indonesia 80364 Telp/Fax: 0361-703837
Email: aditya.serpentarius@gmail.com

ABSTRAK

Daun Spondias pinnata digunakan sebagai obat batuksecara tradisional.Berdasarkan


penelitian sebelumnya, ekstrak daun S. pinnata memiliki aktivitas antituberkulosis terhadap isolat
Mycobacterium tuberculosis strain Multi-drug resistant. Penelitian ini dilakukanuntuk mengetahui
pengaruh pemberian ekstrak etanol daun S. pinnata terhadap organ ginjal pada mencit betina galur balb/c.
Serbuk daun S. pinnata diekstraksi dengan menggunakan metode digesti, kemudian ekstrak diuji
pada 25 ekor mencit betina galur balb/c yang terbagi dalam 5 kelompok perlakuan. Kelompok kontrol
negatif diberikan suspensi CMC-Na 0,5% sedangkan kelompok perlakuan diberikan ekstrak dosis tunggal
0,015; 0,15; 1,5; dan 15 g/kg BB secara oral. Mencit dibedah dan diambil organ ginjalnya untuk diamati
berat organnya. Perolehan data berat organkemudian dianalisis statistik dengan ANOVA-one way.
Hasil menunjukkan terdapat perbedaan yangsignifikan pada berat organ ginjalmencit betina
antara kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan ekstrak dosis 15 g/kg BB. Pemberian ekstrak
etanoldaun S. pinnata dosis tunggal sebesar 15 g/kg BB menyebabkan peningkatan berat organ ginjal.
Perubahan berat organ menjadi salah satu indikator makroskopis terhadap adanya perubahan pada sel-sel
organ akibat paparansuatu bahan uji.

Kata Kunci: Daun Spondias pinnata, ekstrak, berat organ ginjal, mencit betina

1. PENDAHULUAN Pengembangan ekstrak sebagai obat


Dalam pengobatan tradisional, merupakan pendekatan multikomponen
penggunaan tanaman herbal telah dilakukan karena ekstrak mengandung berbagai
sejak ribuan tahun yang lalu.Kedondong komponen metabolit primer dan sekunder
hutan (Spondias pinnata)dari suku yang dapat mendukung efek farmakologi
Anacardiaceae digunakan secara tradisional yang dihasilkan (Okigbo et al., 2009;
sebagai obat batuk (Hutapea, Williams, 2006). Selain aspek farmakologi,
1994).Penelitian yang telah dilakukan aspek keamanan juga hal yang sangat
melaporkan bahwa ekstrak n-heksana dan penting untuk dievaluasi dalam upaya
metanol dari tanaman inimemiliki aktivitas pengembangan obat, agar keamanan
sebagai antituberkulosis terhadap isolat pemanfaatan ekstrak sebagai obat dapat
Mycobacterium tuberculosisMDR (Ramayanti et dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
al., 2013; Savitri et al., 2013; Dwija et al., Pengujian ini memberikan informasi
2013). adanyapengaruh pemberian ekstrak terhadap

33 
Efek Pemberian Ekstrak Etanol Daun Spondias pinnata terhadap Berat Organ Ginjal Mencit Betina
(Nallakrishna, I P. A., Purwani, S. T. D., Kardena, I M., Sudiarta, I W., Ariantari, N. P.)

organ pada hewan coba, salah satunya adalah etanol 80% selama 2 jam pada suhu 50°C dan
ginjal. disaring.
Salah satu organ yang secara rutin Ekstrak cair yang diperoleh diuapkan
terpapar senyawa kimia obat maupun pelarutnya denganvacuumrotaryevaporator.
metabolitnya adalah ginjal (Modaresi et al., Hasilpenguapan dimasukkan ke dalam oven
2011). Ginjal berfungsi untuk pada suhu 40°C hingga diperoleh ekstrak kental
mengeliminasi produk buangan yang berasal dan dihitung rendemennya.
dari metabolisme endogen maupun
2.3.2 Perlakuan
metabolisme xenobiotika. Selain itu, ginjal Mencit betina galur balb/c dengan berat
juga memiliki peran penting dalam regulasi badan 20-30 gram (25 ekor) dibagi menjadi 5
homeostatis tubuh, pengaturan volume kelompok secara acak. Masing-masing
cairan ekstraselular, dan keseimbangan kelompok terdiri dari 5 ekor mencit. Kelompok I
elektrolit (Hodgson, 2004).Berubahnya berat diberikan suspensi CMC Na 0,5%, kelompok II,
organ merupakan salah satu indikator adanya III, IV, dan V masing-masing diberikan suspensi
perubahan sel organ akibat paparan senyawa ekstrak dosis tunggal 0,015; 0,15; 1,5; dan 15
kimia (Michael et al., 2007; Sellers et al., 2007). g/kg BB. Mencit dieutanasi dengan eter secara
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah inhalasi, kemudian organ ginjal diambil, dan
untuk mengetahui efek pemberian ekstrak etanol ditimbang untuk mengetahui berat organ
daun S. pinnata terhadap organ ginjal mencit tersebut.
betina galur balb/c. Diharapkan penelitian ini
dapat menjadi acuanmengenai aspek keamanan 2.3.5 Analisis Data
penggunaan ekstrak etanol daun S. pinnata dan Data berat organ ginjal mencit betina yang
acuan untuk pengujian toksisitas lebih lanjut. diperoleh, dianalisis statistik dengan uji Shapiro-
Wilk. Jika data terdistribusi normal, analisis
2. BAHAN DAN METODE dilanjutkan dengan ANOVA-one waydengan
2.1 Bahan Penelitian taraf kepercayaan 95%. Analisis dilanjutkan
Daun S. pinnata diperoleh dari daerah Bukit dengan post hoc study dengan uji LSD.
Jimbaran, Kabupaten Badung, Bali, etanol 80%,
CMC-Na (Brataco®), eter (Merck®). 3. HASIL
3.1 Ekstraksi
2.2 Alat Penelitian Ekstrak kental yang diperoleh dari digesti
Timbangan analitik (AND® GR-200), oven dengan pelarut etanol 80% sebanyak 81,7 gram
(Binder®), vacuum rotary evaporator (Eyela® dengan rendemen sebesar 16,28%.
OSB-2100), dan alat – alat bedah.
3.2 Berat Organ Ginjal Mencit Betina
2.3 Prosedur Penelitian Berat organ ginjal pada mencit betina
2.3.1 Ekstraksi setelah pemberian ekstrak etanol 80% daun S.
Serbuk kering simplisia daun S. pinnata pinnataditampilkan pada tabel 1.
sebanyak500,76 gram didigesti dengan 7,3 L

Tabel 1.Berat Organ Ginjal Mencit Betina Setelah Pemberian Ekstrak Etanol 80% Daun S. pinnata
Kelompok Berat Organ Ginjal
Kelompok I (Kontrol Negatif) 0,13±0,02
Kelompok II (0,015 g/kg BB) 0,12±0,01
Kelompok III (0,15 g/kg BB) 0,12±0,01
Kelompok IV (1,5 g/kg BB) 0,13±0,01

34 
Efek Pemberian Ekstrak Etanol Daun Spondias pinnata terhadap Berat Organ Ginjal Mencit Betina
(Nallakrishna, I P. A., Purwani, S. T. D., Kardena, I M., Sudiarta, I W., Ariantari, N. P.)

Kelompok V (15 g/kg BB) 0,17±0,03*


Keterangan: *) berbeda bermakna dengan kontrol (p<0,05); n = 5

4. PEMBAHASAN Ekstrak etanol daun S. pinnata


Penelitian ini mengamati perubahan berat menimbulkan perbedaan yang signifikan pada
organ ginjal karena ginjal merupakan organ berat organ ginjal antara kelompok kontrol
yang penting dalam eliminasi produk buangan dengan kelompok perlakuan ekstrak dosis 15
yang berasal dari metabolisme endogen g/kg BB. Data menunjukkan pemberian ekstrak
maupun metabolisme xenobiotika(Hodgson, etanol dosis 15 g/kg BB menyebabkan
2004).Hasil uji ANOVA pada berat organ ginjal peningkatan berat organ ginjal.
sesuai tabel 1., menunjukkan nilai p<0,05 yang
artinya terdapat perbedaan bermakna antara UCAPAN TERIMA KASIH
berat organ ginjal pada kelompok kontrol Ucapan terima kasih diberikan kepada
dengan kelompok perlakuan dosis 15 g/kg BB. Anggi Heru Pradipta selaku laboran di
Perbedaan berat organ ginjal pada mencit betina Laboratorium Fitofarmasi Jurusan Farmasi
terjadi antara kelompok kontrol negatif dengan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
kelompok perlakuan dosis 15 g/kg BB,dimana Alam Universitas Udayana atas bantuanteknis
beratorganginjalkelompok perlakuan dosis 15 dalam penelitian ini.
g/kg BB lebih besar dari kelompok kontrol
negatif. Pada kelompok hewan uji yang DAFTAR PUSTAKA
diberikan ekstrak dengan dosis lebih rendah Dwija, I.B.N.P., Juniarta, I.K., Yowani, S.C.,
(0,015; 0,15; dan 1,5 g/kgBB), tidak terjadi dan Ariantari, N.P. (2013). Aktivitas
penurunan maupun peningkatan berat organ Antituberkulosis Ekstrak Metanol Daun
ginjal. Kedondong Hutan (Spondias pinnata (L.F.)
Berdasarkan hasil penelitian yang Kurz.). Jurnal Kimia. Vol. 7 (1): 25-30
dilakukan oleh Purwaniet al. (2013) tentang Hodgson, E. (2004). Textbook of Modern
pengaruh pemberian ekstrak etanol 80% daun S. Toxicology. 3rd Ed. United States of
pinnata terhadap berat organ hati mencit jantan America: Wiley-Interscience.
galur balb/c, menunjukkan ekstrak etanol 80% Hutapea, J.R. (1994). Invetarisasi Tanaman
daun S. pinnata tidak memberikan pengaruh Obat Indonesia. Edisi III. Badan Penelitian
terhadap berat organ hati pada kelompok dan Pengembangan Kesehatan: Depkes RI.
perlakuan. Perbedaan hasil antara berat organ Michael, B., Yano, Barry., Sellers, R. S., Perry,
hati dan ginjal yang didapat kemungkinan R., Morton, D., Roomie, N., Johnson, J. K.,
disebabkan oleh perbedaan proses metabolisme Schafer, K.. (2007). Evaluation of Organ
yang terjadi pada masing-masing organ. Weights for Rodent and Non-Rodent
Berubahnya berat organ merupakan salah Toxicity Studies: AReview of Regulatory
satu indikator adanya perubahan pada sel-sel Guidelines and a Survey of Current
organ akibat paparan bahan kimia (Michael et Practises. Toxicologic Pathology Vol. 35:
al., 2007; Sellers et al., 2007). Perubahan berat 742-750
organ ginjal yang ditemukan pada penelitian ini Modaresi, M., Pour, M. G., Tabeidian, S. A.,
dapat digunakan sebagai acuan untuk and Jalalizand, A.(2011). Study of
mengetahui adanya potensi toksik yang mungkin Histopathologic Changes of the Effect of
ditimbulkan akibat pemberian ekstrak etanol Zingiber Extract on Mice Kidney.
80% daun S. pinnata. Penelitian lebih lanjut International Conference on Food
mengenai potensi ketoksikan ekstrak ini perlu Engineering and Biotechnology Vol.
dilakukan melalui uji toksisitas akut dan 9;16-20
subakut. Sellers. R. S., Morton, D., Michael, B., Roome,
N., Johnson, J. K., Yano, B. R., Perry, R.,
5. KESIMPULAN and Schaffer, K.. (2007). Society of

35 
Efek Pemberian Ekstrak Etanol Daun Spondias pinnata terhadap Berat Organ Ginjal Mencit Betina
(Nallakrishna, I P. A., Purwani, S. T. D., Kardena, I M., Sudiarta, I W., Ariantari, N. P.)

Toxicologic Pathology Position Paper: Ogan Ramayati, N. P. A., Ariantari, N. P., dan Dwija,
Weight Recommendation for Toxicology I B. N. P. (2013). Aktivitas Antituberkulosis
Studies. Toxicologic Pathology Vol. 35: Kombinasi Ekstrak n-heksana Daun
751-755 Kedondong Hutan dengan Rifampisin
Okigbo, R. N., Anuagasi, C. L., and Amadi, Terhadap Isolat Mycobacterium tuberculosis
J. E. (2009). Advances in Selected Strain MDR. Jurnal Farmasi Udayana. Vol.
Medicinal and Aromatic Plants 2 (3): 74-78
Indigenous to Africa. Journal of Savitri, L. P. V. A., Ariantari, N. P., dan Dwija, I
Medicinal Plants Research Vol. 3 (2): B. N. P. (2013). Potensi Antituberkulosis
Ekstrak n-heksana Daun Kedondong Hutan
86-95
(Spondias pinnata (L.f.) Kurz.). Jurnal
Purwani, S. T. D., Ariantari, N. P., dan Kardena,
Farmasi Udayana. Vol. 2 (3): 105-109
I M. (2013). Pengaruh Pemberian Ekstrak
Williams, L.A.D. (2006). Ethnomedicine.
Etanol 80% Daun Kedondong Hutan
Terhadap Berat Organ Hati MencitJantan West Indian Med. J. Vol. 55 (4): 215-
Galur Balb/c. Jurnal Farmasi Udayana. 216
Vol. 2 (3): 131-135

36 
Optimasi Formula Matriks Patch Ketoprofen Transdermal Menggunakan Kombinasi Asam Oleat dan
Minyak Atsiri Bunga Cempaka Putih (Michelia alba) sebagai Permeation Enhancer
(Setyawan, E.I., Pratama, P.Y.A., Budiputra, D.K)

OPTIMASI FORMULA MATRIKS PATCH KETOPROFEN TRANSDERMAL


MENGGUNAKAN KOMBINASI ASAM OLEAT DAN MINYAK ATSIRI BUNGA
CEMPAKA PUTIH (Michelia alba) SEBAGAI PERMEATION ENHANCER

Setyawan, E.I1., Pratama, P.Y.A1., Budiputra, D.K1.


1
Jurusan Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana

Korespondensi: Eka Indra Setyawan


Jurusan Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana
Jalam Kampus Unud-Jimbaran, Jimbaran-Bali, Indonesia 80364 Telp/Fax: 703837
Email: indrasetyawan@ymail.com

ABSTRAK
Ketoprofen merupakan obat antiinflamasi non-steroid. Obat golongan ini dapat menimbulkan efek
samping pada saluran pencernaan, sehingga diperlukan alternatif lain pemberian ketoprofen yaitu dengan
patch transdermal. Penelitian ini dilakukan dengan membuat 8 formula dengan perbandingan kombinasi
asam oleat dan minyak atsiri bunga cempaka putih sebesar 1:0; 1:0; 0:1; 0:1; 0,5:0,5; 0,5:0,5; 0,75:0,25
dan 0,25:0,75. Pengujian karakter fisik matriks patch meliputi uji bobot, ketebalan, persentase susut
pengeringan dan ketahanan lipatan. Data hasil uji karakter fisik dalam pemilihan formula optimal
ditentukan oleh software Design Expert versi 7 menggunakan simplex lattice design. Uji T-test dari single
simple test pada software OpenStat digunakan untuk mengkonfirmasi data dari formula optimal yang
dihasilkan oleh simplex lattice design dengan data hasil observasi. Penentuan mekanisme dan kecepatan
pelepasan (fluks) ketoprofen dianalisis menggunakan Solver. Dari hasil analisis, diketahui komposisi
asam oleat dan minyak atsiri bunga cempaka putih (Michelia alba) dengan perbandingan 0,549:0,451
menghasilkan karakter fisik matriks patch yang optimal dari hasil prediksi simplex lattice design pada
software Design Expert versi 7. Matriks patch formula optimal menghasilkan profil pelepasan ketoprofen
dengan total ketoprofen terlepas sebanyak 0,81 mg pada menit ke-300 dan nilai disolusi efisiensi sebesar
18,96% selama 300 menit. Kecepatan pelepasan (fluks) ketoprofen sebesar 0,478 mg/jam.cm2 dengan
mekanisme pelepasan ketoprofen mengikuti persamaan Korsmeyer Peppas dengan difusi Fickian, yaitu
laju difusi lebih kecil dari relaksasi.

Kata Kunci: Ketoprofen, asam oleat, minyak atsiri bunga cempaka putih (Michelia alba), matriks patch
transdermal.

1. PENDAHULUAN
Ketoprofen merupakan salah satu obat memiliki efek samping yang lebih besar
turunan asam propionat yang memiliki efek terhadap saluran cerna, mulai dari dispepsia
antiinflamasi, analgesik dan antipiretik (Rençber sampai pendarahan (Mycek et al., 2001). Oleh
et al., 2009). Dalam pemakaian per oral, karena itu, untuk mengurangi frekuensi
ketoprofen memiliki waktu paruh eliminasi 1-4 pemakaian obat dan mengurangi efek samping
jam, sehingga menyebabkan frekuensi yang ditimbulkan oleh pemakaian ketoprofen
pemakaian obat menjadi lebih sering. Seperti secara per oral, maka perlu dilakukan upaya
obat antiinflamasi non-steroid pada umumnya, untuk mencari alternatif pemberian ketoprofen,
ketoprofen dapat menyebabkan gangguan pada salah satunya dengan pemberian secara
saluran pencernaan jika diberikan per oral transdermal.
(Green, 2001). Dibandingkan golongan Sistem penghantaran obat transdermal atau
antiinflamasi non-steroid lainnya, ketoprofen transdermal drug delivery system (TDDS)

37
Optimasi Formula Matriks Patch Ketoprofen Transdermal Menggunakan Kombinasi Asam Oleat dan
Minyak Atsiri Bunga Cempaka Putih (Michelia alba) sebagai Permeation Enhancer
(Setyawan, E.I., Pratama, P.Y.A., Budiputra, D.K)

merupakan cara penghantaran obat secara memanfaatkan minyak atsiri bunga cempaka
topikal yang dapat memberikan efek sistemik putih sebagai permeation enhancer.
yang terkontrol. Bentuk sediaan dalam sistem Berdasarkan hal tersebut, pada penelitian
penghantaran transdermal adalah patch. ini ingin diketahui komposisi asam oleat dan
Pemberian ketoprofen dalam bentuk patch minyak atsiri bunga cempaka putih (Michelia
diharapkan dapat mengurangi frekuensi alba) yang menghasilkan karakter fisik matriks
pemakaian dan mengurangi efek samping patch yang optimal dan bagaimana profil
ketoprofen yang ditimbulkan akibat pemberian pelepasan beserta mekanisme pelepasan
per oral. ketoprofen yang dihasilkan dari matriks patch
Efektifitas patch ditentukan oleh formula optimal.
kemampuan pelepasan obat dari matriks patch
dan berpenetrasi ke dalam stratum korneum. 2. BAHAN DAN METODE
Partikel obat pertama-tama harus terlarut 2.1 Bahan Penelitian
sehingga terbentuk molekul yang dapat berdifusi Bahan-bahan yang digunakan dalam
melewati matriks, kemudian obat akan penelitian ini meliputi: ketoprofen pemberian
berpenetrasi melewati kulit (Aiache, 1993). Kalbe Farma dan minyak atsiri bunga cempaka
Karakter fisik, kemampuan pelepasan obat dari putih (Michelia alba) (Lansida) berderajat pro
matriks patch serta kemampuan penetrasi obat analisis, Pharmacoat® 615 (Menjangan Sakti),
ditentukan oleh komposisi matriks PEG 400 (Bratachem) dan asam oleat
pembentuknya, sifat fisika kimia obat dan (Bratachem) berderajat teknis.
eksipien yang digunakan (Hendradi dkk., 2010).
Permeation enhancer adalah eksipien yang 2.2 Prosedur Penelitian
ditambahkan ke dalam matriks patch yang Tabel 1. Formula Matriks Patch Transdermal
memiliki fungsi untuk meningkatkan Pharmacoat® Asam Minyak
Ketoprofen PEG 400
kemampuan penetrasi obat ke dalam kulit. F
615 Oleat Atsiri
Terdapat berbagai jenis permeation enhancer 2% b/v
3% b/v (mL) (mL) (mL) (mL)
yang dapat digunakan sebagai eksipien dalam (mL)
1 1 7,5 0,5 0 1
matriks patch, diantaranya adalah asam oleat
2 1 7,5 0,5 0 1
dan minyak atsiri(Inayat and Setty, 2008). 3 1 7,5 0,5 0,75 0,25
Verma and Ram (2011) telah membuktikan 4 1 7,5 0,5 0,5 0,5
bahwa dalam 0,3 mL asam oleat pada sediaan 5 1 7,5 0,5 1 0
patch sebagai permeation enhancer mampu 6 1 7,5 0,5 1 0
meningkatkan pelepasan ketoprofen sebesar 7 1 7,5 0,5 0,25 0,75
40,8%. Selain asam oleat, minyak atsiri juga 8 1 7,5 0,5 0,5 0,5
dapat digunakan sebagai permeation enhancer. Keterangan: F = formula.
Penentuan perbandingan komposisi permeation
Minyak atsiri yang pernah digunakan enhancer antara asam oleat dengan minyak atsiri
sebelumnya sebagai permeation enhancer pada masing-masing formula dilakukan dengan
adalah minyak atsiri cengkeh, serai, mentol dan menggunakansimplex lattice design darisoftware
Design Expert versi 7.
kayu putih (Setty et al., 20010). Minyak atsiri
diketahui dapat mengubah sifat pelarut stratum 2.2.1 Evaluasi Fisik Matriks Patch
korneum sehingga meningkatkan partisi obat ke Transdermal
dalam jaringan di kulit (Inayat and Setty, 2008). A. Uji Bobot Matriks Patch
Bunga cempaka putih (Michelia alba) Pengujian bobot matriks patch pada
merupakan tanaman yang banyak tumbuh di masing-masing formula dilakukan dengan cara
Indonesia, khususnya di Bali. Selama ini, menimbang matriks masing-masing formula
pemakaian minyak atsiri bunga cempaka putih (Parisvesh et al., 2010).
dalam teknik formulasi masih terbatas sebagai B. Uji Ketebalan Matriks Patch
corigen odoris (penambah aroma). Oleh karena
itu, pada kesempatan ini peneliti ingin mencoba

38
Optimasi Formula Matriks Patch Ketoprofen Transdermal Menggunakan Kombinasi Asam Oleat dan
Minyak Atsiri Bunga Cempaka Putih (Michelia alba) sebagai Permeation Enhancer
(Setyawan, E.I., Pratama, P.Y.A., Budiputra, D.K)

Pengujian ketebalan matriks patch masing- design. Verifikasi kemudian dilakukan dengan
masing formula diukur dengan menggunakan menggunakan uji T-test dari single simple test
jangka sorong pada 3 sisi matriks yang berbeda pada software OpenStat.
pada masing-masing formula matriks patch.
Rata-rata pada 3 sisi matriks tersebut merupakan 2.2.4 Uji Kandungan Ketoprofen
nilai ketebalan matriks patch (Parivesh et al., (DrugContent) dari Matriks Patch
2010). Formula Optimal
C. Persentase Susut Pengeringan Matriks Matriks patch formula optimal dilarutkan
Patch dalam 100 mL dapar fosfat salin pH 7,4. Lalu
Matriks ditimbang satu persatu dan diambil 1 mL dari larutan tersebut dan
dimasukan ke dalam desikator selama 24 jam, diencerkan dengan dapar fosfat salin pH 7,4
kemudian matriks kembali ditimbang satu hingga 10 mL pada labu ukur 10 mL. Dilakukan
persatu setelah penyimpanan dalam desikator pengenceran kembali dengan mengambil 1 mL
tersebut. Setelah itu dihitung selisih bobot dari larutan tersebut, dilarutkan kembali hingga
matriks sebelum dan sesudah dimasukan ke 10 mL dengan dapar fosfat salin pH 7,4.
dalam desikator. Hasil perhitungan tersebut Selanjutnya diukur serapan dari larutan
dinyatakan sebagai angka persentase susut tersebut dengan menggunakan spektrofotometer
pengeringan (Parisvesh et al., 2010). UV-Vis pada panjang gelombang maksimum
D. Uji Ketahanan Lipatan Matriks Patch ketoprofen. Dilakukan replikasi 3 kali untuk
Uji ketahanan lipatan dilakukan dengan memvalidasi metode yang digunakan dengan
cara melipat matriks berkali-kali pada tempat melihat akurasi dan presisinya.
yang sama sampai matriks tersebut patah.
Jumlah lipatan yang telah dilakukan dianggap 2.2.5 Uji Pelepasan Ketoprofen dari Matriks
sebagai nilai ketahanan lipatan (Parisvesh et al., Patch Formula Optimal
2010). Uji pelepasan ketoprofen dilakukan dengan
menggunakan sel difusi Franz tanpa
2.2.2 Penentuan Formula Optimal menggunakan membran pembatas. Dalam hal ini
Penentuan formula optimal dilakukan matriks patch formula optimal langsung
dengan melihat hasil uji karakter fisik matriks mengalami kontak pada media disolusi yang
patch pada masing-masing formula dimana terdapat pada kompartemen aseptor dalam sel
dalam uji karakter fisik matriks patch tersebut difusi tersebut. Media disolusi yang digunakan
dicari respon bobot, tebal, persentse susut adalah larutan dapar fosfat salin pH 7,4 dengan
pengeringan dan ketahanan lipatan yang volume 30 mL yang telah dibuat sebelumnya.
minimal. Hasil respon masing-masing formula Pengambilan sampel dilakukan pada menit
kemudian diolah menggunakan metode simplex ke-15, 30, 45, 60, 75, 90, 105, 120, 150, 180,
lattice design pada software Design Expert versi 210, 240, 270 dan 300 diambil cuplikan
7. Formula optimal ditentukan oleh nilai sebanyak 1 mL, kemudian diencerkan dengan
desirability yang paling besar dari simplex dapar fosfat salin pH 7,4 hingga 10 mL. Setiap
lattice design pada software Design Expert versi pengambilan cuplikan selalu diikuti dengan
7. penambahan larutan dapar fosfat salin pH 7,4
sebanyak volume yang sama sewaktu
2.2.3 Verifikasi Formula Optimal pengambilan.Lalu diamati serapannya pada
Verifikasi dilakukan dengan membuat panjang gelombang maksimum ketoprofen.
matriks formula optimal hasil prediksi simplex Berdasarkan serapan yang diperoleh maka dapat
lattice design pada software Design Expert versi dihitung konsentrasi ketoprofen dalam cuplikan
7. Pembuatan matriks patch tersebut dilakukan dengan menggunakan persamaan regresi linear
replikasi 3 kali. Hasil observasi matriks tersebut dari kurva baku ketoprofen.
dibandingkan dengan hasil respon prediksi yang A. Penentuan Jumlah Kumulatif Ketoprofen
dihasilkan formula optimal pada simplex lattice

39
Optimasi Formula Matriks Patch Ketoprofen Transdermal Menggunakan Kombinasi Asam Oleat dan
Minyak Atsiri Bunga Cempaka Putih (Michelia alba) sebagai Permeation Enhancer
(Setyawan, E.I., Pratama, P.Y.A., Budiputra, D.K)

Penentuan jumlah kumulatif ketoprofen F Bobot (gram)


Tebal (mm) Susut Pengeringan
Lipatan
yang terlepas dari basis per satuan luas membran ± SD (%)
setiap waktu dihitung dari konsentrasi yang 1 1,79 0,42 ± 0,01 8,02 > 300
2 1,82 0,46 ± 0,01 8,15 > 300
diperoleh tiap waktu (mg/mL) dikalikan jumlah 3 1,57 0,20 ± 0,01 7,64 > 300
media disolusi yang digunakan. 4 1,56 0,21 ± 0,01 7,34 > 300
B. Penentuan Persen Disolusi Efisiensi 5 1,66 0,30 ± 0,01 7,98 > 300
Ketoprofen 6 1,65 0,29 ± 0,01 7,79 > 300
Disolusi efisiensi ditentukan dari 7 1,60 0,24 ± 0,01 7,73 > 300
8 1,57 0,21 ± 0,01 7,53 > 300
perbandingan luas di bawah kurva disolusi Keterangan: F = formula.
dengan luas segiempat seratus persen zat aktif
larut dalam medium pada saat tertentu. 3.2 Verifikasi Formula Optimal
C. Penentuan Kecepatan Pelepasan (Fluks) Tabel 3. Hasil Verifikasi Formula Optimal
dan Mekanisme Pelepasan Ketoprofen
Respon yang Hasil Observasi
Penentuan kecepatan pelepasan (fluks) diamati Rata-rata ±SD
Nilai Prediksi p-value
ketoprofen menggunakan program solver yang
didasarkan pada fitting curve antara kurva profil Bobot 1,55 gram ± 0,015 1,55 gram 0,83
pelepasan dari hasil observasi dengan kurva Tebal 0,19 mm ± 0,008 0,19 mm 0,70
hasil prediksi dari model persamaan (orde nol,
orde satu, Higuchi dan Korsmeyer-Peppas). Susut Pengeringan 7,50% ± 0,321 7,48% 0,90
Harga slope dari hasil fitting curve tersebut Keterangan: Hasil verifikasi formula optimal diolah menggunakan
uji T-test dari single simple test pada software
menyatakan nilai dari fluks. Mekanisme OpenStat
pelepasan ketoprofen ditentukan dari kurva baku
hubungan antara jumlah kumulatif ketoprofen 3.3 Uji Pelepasan Matriks Patch Formula
yang terlepas dari patch ketoprofen (mg) vs Optimal (0,6:0,4)
waktu (jam). Tabel 4. Persen Disolusi Efisiensi Sampai
Menit ke-300 dan Nilai R2
2.3 Analisis Data Jumlah obat
Respon
Disolusi
Metode uji ANOVA digunakan untuk AUC Waktu sampling (menit) dalam matriks
Efisiensi
Korsmeyer Peppas (R²)
patch (mg)
mengetahui adanya pengaruh masing-masing (%)
181,86 300 3,19 18,96 0,98
faktor yaitu jumlah asam oleat dan minyak atsiri Keterangan: Diameter kontak = 2,4 cm
dalam formula terhadap masing-masing uji. Luas kontak = 4,52 cm2
Verifikasi formula optimal dilakukan dengan Jumlah obat/cm2 = 0,70 mg
Nilai R2 diperoleh dengan menggunakan Solver
menggunakan uji T-test dari single simple test
pada software OpenStat. Mekanisme pelepasan 4. PEMBAHASAN
dan kecepatan pelepasan (fluks) ketoprofen 4.1 Evaluasi Fisik Matriks Patch
ditentukan berdasarkan model persamaan orde Berdasarkan hasil analisis statistik Anova
nol, orde satu, Higuchi dan Korsmeyer Peppas dalam simplex lattice design pada uji bobot,
menggunakan Solver. tebal dan persentase susut pengeringan dari
kedelapan formula menunjukkan nilai
3. HASIL probabilitas < 0,05 sehingga dapat disimpulkan
3.1. Evaluasi Fisik Matriks Patch bahwa bobot, tebal dan persentase susut
Tabel 2. Hasil Respon Karakter Fisik Matriks pengeringan matriks patch kedelapan formula
Patch tersebut berbeda signifikan antara satu dengan
yang lainnya sehingga dapat dijadikan respon ke
dalam desain eksperimen yang akan digunakan
untuk menentukan formula optimal.Namun pada
uji ketahanan lipatan matriks patch pada
masing-masing formula tidak berbeda signifikan

40
Optimasi Formula Matriks Patch Ketoprofen Transdermal Menggunakan Kombinasi Asam Oleat dan
Minyak Atsiri Bunga Cempaka Putih (Michelia alba) sebagai Permeation Enhancer
(Setyawan, E.I., Pratama, P.Y.A., Budiputra, D.K)

sehingga tidak dimasukkan ke dalam desain komponen tersebut akan mempengaruhi


eksperimental. permeabilitas dari matriks patch sehingga
kemampuan dari polimer untuk mengikat air
4.1.1 Uji Bobot akan berkurang.
Dari hasil respon bobot matriks patch, Hal tersebut menyebabkan bobot matriks
diperoleh model persamaan yang sesuai dengan patch akan berkurang juga. Kenyamanan
hasil observasi menggunakan simplex lattice penggunaan patch transdermal ditentukan oleh
design, sehingga menghasilkan persamaan di bobot matriks patch. Semakin ringan matriks
bawah ini. patch yang dihasilkan akan menyebabkan
y = 1,66 (A) + 1,80 (B) – 0,70 (A)(B) semakin nyaman patch tersebut digunakan, tidak
Keterangan: y = bobot matriks patch ketoprofen (gram)
A = proporsi komponen asam oleat mengganggu aktivitas dan memberikan tampilan
B = proporsi komponen minyak atsiri bunga cempaka patch yang indah secara estetika.
putih
Dari persamaan tersebut, diketahui bahwa 4.1.2 Uji Tebal
kombinasi dari asam oleat dengan minyak atsiri Dari hasil respon tebal matriks patch,
bunga cempaka putih menghasilkan bobot diperoleh model persamaan yang sesuai dengan
matriks patch yang semakin kecil dengan nilai hasil observasi menggunakan simplex lattice
koefisiensi sebesar 0,70. Proporsi komponen design, sehingga menghasilkan persamaan di
minyak atsiri bunga cempaka putih memberikan bawah ini.
pengaruh yang paling besar terhadap bobot y = 0,30 (A) + 0,43 (B) – 0,68 (A)(B)
matriks patch ketoprofen dengan nilai Keterangan: y = tebal matriks patch (mm)
A = proporsi komponen asam oleat
koefisiensi sebesar 1,80; sedangkan proporsi B = proporsi komponen minyak atsiri bunga cempaka
komponen asam oleat memiliki nilai koefisiensi putih
sebesar 1,66. Dari persamaan tersebut, diketahui bahwa
Pada gambar 4.1 di bawah ini menunjukkan kombinasi dari asam oleat dengan minyak atsiri
bahwa minyak atsiri bunga cempaka putih bunga cempaka putih menghasilkan tebal
memiliki peran yang besar dalam meningkatkan matriks patch yang semakin kecil dengan nilai
bobot matriks patch dibandingkan dengan asam koefisiensi sebesar 0,68. Proporsi komponen
oleat. minyak atsiri bunga cempaka putih memberikan
pengaruh terhadap tebal matriks patch
ketoprofen dengan nilai koefisiensi sebesar 0,43;
sedangkan proporsi komponen asam oleat
memiliki nilai koefisiensi sebesar 0,30.
Gambar 4.2 di bawah ini menunjukkan
hubungan antara dua komponen yakni asam
oleat dan minyak atsiri bunga cempaka putih
pada matriks patch ketoprofen terhadap
perubahan tebal matriks patch.
Gambar 4.1 Grafik Hubungan antara Komposisi Campuran Asam
Oleat dan Minyak Atsiri Bunga Cempaka Putih
terhadap Bobot Matriks Patch

Hal tersebut disebabkan karena densitas


yang lebih besar dari minyak atsiri bunga
cempaka putih yaitu sebesar 1,25 g/mL,
sedangkan asam oleat hanya sebesar 0,895
g/mL. Namun pada komposisi campuran antara
asam oleat dan minyak atsiri bunga cempaka
putih, bobot matriks patch semakin berkurang. Gambar 4.2 Grafik Hubungan antara Komposisi Campuran Asam
Oleat dan Minyak Atsiri Bunga Cempaka Putih
Hal ini disebabkan karena campuran dari terhadap Tebal Matriks Patch

41
Optimasi Formula Matriks Patch Ketoprofen Transdermal Menggunakan Kombinasi Asam Oleat dan
Minyak Atsiri Bunga Cempaka Putih (Michelia alba) sebagai Permeation Enhancer
(Setyawan, E.I., Pratama, P.Y.A., Budiputra, D.K)

Pada gambar 4.2 di atas menunjukkan


bahwa minyak atsiri bunga cempaka putih
memiliki peran yang besar dalam meningkatkan
tebal matriks patch dibandingkan dengan asam
oleat. Namun pada komposisi campuran antara
asam oleat dan minyak atsiri bunga cempaka
putih, tebal matriks patch semakin berkurang.
Hasil pengukuran tebal matriks patch ini
berkaitan dengan pengukuran pada bobot
Gambar 4.3 Grafik Hubungan antara Komposisi Campuran Asam
matriks patch dimana seiring dengan Oleat dan Minyak Atsiri Bunga Cempaka Putih
menurunnya bobot matriks patch pada setiap terhadap Persentase Susut Pengeringan Matriks Patch
formula, terjadi juga penurunan pada tebal
matriks patch dan begitu juga sebaliknya. Penurunan persentase susut pengeringan
Kenyamanan penggunaan patch transdermal terjadi seiring menurunnya jumlah proporsi
dipengaruhi oleh karakter fisik matriks patch komponen minyak atsiri. Hal ini disebabkan
tersebut, salah satunya adalah ketebalan matriks karena sifat minyak atsiri yang mudah menguap
patch.Semakin tipis matriks patch yang sehingga semakin besar proporsi komponen
dihasilkan akan menyebabkan semakin nyaman minyak atsiri menyebabkan persentase susut
patch tersebut digunakan, tidak mengganggu pengeringan semakin besar.
aktivitas dan memberikan tampilan patch yang Persentase susut pengeringan berperan
indah secara estetika. dalam menjaga kestabilan fisik matriks patch,
sebab persentase susut pengeringan yang kecil
4.1.3 Uji Persentase Susut Pengeringan akan membuat fisik patch tersebut tetap lentur
Dari hasil respon persentase susut dan tidak rapuh sehingga patch masih nyaman
pengeringan matriks patch, diperoleh model saat digunakan.
persamaan yang sesuai dengan hasil observasi
menggunakan simplex lattice design, sehingga 4.2 Penentuan Formula Optimal
menghasilkan persamaan di bawah ini. Hasil formula optimal yang diperoleh dari
y = 7,89 (A) + 8,09 (B) – 2,02 (A)(B) simplex lattice design yaitu formula dengan
Keterangan: y = susut pengeringan matriks patch ketoprofen (%) perbandingan asam oleat:minyak atsiri bunga
A = proporsi komponen asam oleat
B = proporsi komponen minyak atsiri bunga cempaka cempaka putih (0,549:0,451) dengan nilai
putih desirability sebesar 0,907. Grafik hubungan
Dari persamaan tersebut, diketahui bahwa antara komponen asam oleat dan minyak atsiri
kombinasi dari asam oleat dengan minyak atsiri bunga cempaka putih terhadap nilai desirability
bunga cempaka putih menghasilkan persentase dapat dilihat pada gambar 4.4 bawah ini.
susut pengeringan matriks patch yang semakin
kecil dengan nilai koefisiensi sebesar 2,02.
Pengaruh paling besar dihasilkan oleh proporsi
komponen minyak atsiri bunga cempaka putih
dengan nilai koefisiensi sebesar 8,09; sedangkan
proporsi komponen asam oleat memiliki nilai
koefisiensi sebesar 7,89. Pada gambar 4.3 di
bawah ini terlihat bahwa terjadi penurunan
persentase susut pengeringan matriks patch pada
komposisi asam oleat:minyak atsiri (0,25:0,75), Gambar 4.4 Grafik Hubungan antara Komponen Asam Oleat dan
(0,5:0,5) dan (0,75:0,25). Minyak Atsiri Bunga Cempaka Putih terhadap Nilai
Desirability

42
Optimasi Formula Matriks Patch Ketoprofen Transdermal Menggunakan Kombinasi Asam Oleat dan
Minyak Atsiri Bunga Cempaka Putih (Michelia alba) sebagai Permeation Enhancer
(Setyawan, E.I., Pratama, P.Y.A., Budiputra, D.K)

Dari formula optimal yang dihasilkan oleh dipergunakan memenuhi persyaratan dari aspek
simplex lattice design pada software Design kecermatan (akurasi).
Expert versi 7, diprediksikan bahwa formula Keseksamaan diukur sebagai simpangan
tersebut akan menghasilkan matriks patch baku atau koefisien variasi (Harmita, 2004).
dengan bobot sebesar 1,55 gram, tebal matriks Hasil pengukuran drug content terhadap formula
patch sebesar 0,19 mm dan susut pengeringan optimal dengan replikasi sebanyak 3 kali
sebesar 7,48%. tersebut diperoleh nilai koefisien variasi (CV)
sebesar 0,67% (< 2%) dalam kadar > 10 mg.
4.3 Verifikasi Formula Optimal Adapun hasil perhitungan dapat dilihat pada
Verifikasi formula optimal dilakukan lampiran 19. Dengan demikian dapat dikatakan
dengan membuat 3 matriks patch yang bahwa metode analisis yang digunakan telah
menggunakan kombinasi campuran asam oleat memenuhi persyaratan dari aspek keseksamaan
dan minyak atsiri dengan perbandingan 0,6:0,4. (presisi).
Berdasarkan pada nilai probabilitas dari
masing-masing respon, dimana nilai probabilitas 4.5 Uji Pelepasan Ketoprofen dari Matriks
masing-masing respon lebih besar dari 0,05 Patch Formula Optimal
maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada Pada uji pelepasan ini menggunakan sel
perbedaan yang signifikan antara hasil prediksi difusi Franz yang telah dimodifikasi tanpa
simplex lattice design pada softwareDesign menggunakan membran, kemudian ditentukan
Expert versi 7dengan hasil observasi percobaan. profil pelepasan dan mekanisme pelepasan
ketoprofen dari matriks patch formula optimal.
4.4 Uji Kandungan Ketoprofen (Drug
Content) dari Matriks Patch Formula 4.5.1 Penentuan Jumlah Kumulatif
Optimal Ketoprofen
Pengujian ini bertujuan untuk memastikan Penentuan jumlah kumulatif ketoprofen
bahwa jumlah obat ketoprofen yang terkandung yang terlepas dari basis per satuan luas membran
dalam patch berada pada jumlah yang setiap waktu dihitung dari konsentrasi yang
semestinya atau berada pada rentang yang diperoleh tiap waktu (mg/mL) dikalikan jumlah
ditentukan. Pengukuran kandungan obat dalam media disolusi yang digunakan. Dari hasil
matriks patch menggunakan matriks kosong perhitungan diketahui total ketoprofen yang
sebagai blanko untuk menetapkan kadar terlepas sebanyak 0,81 mg pada menit ke-300.
ketoprofen dalam formula optimal. Panjang
gelombang maksimal ketoprofen yang diperoleh 4.5.2 Penentuan Persen Disolusi Efisiensi
terletak pada 260 nm. Ketoprofen
Persamaan kurva baku yang diperoleh Persen disolusi efisiensimerupakan
adalah y = 0,0746x + 0,0021 dengan nilai perbandingan luas area di bawah kurva disolusi
koefisien determinasi (R2) sebesar 0,99. Pada dengan seratus persen zat aktif larut dalam
hasil perhitungan dari persamaan kurva baku, medium pada waktu tertentu. Hasil perhitungan
maka diperoleh nilai LOD sebesar 0,28 μg/mL pada komposisi asam oleat:minyak atsiri bunga
dan LOQ sebesar 0,95 μg/mL. Pada penelitian cempaka putih (0,6:0,4) menghasilkan persen
ini dilakukan pengukuran drug content terhadap ketoprofen terdisolusi selama 300 menit sebesar
formula optimal dengan replikasi sebanyak 3 18,96%.
kali. Hasil persen recovery berkisar antara
4.5.3 Penentuan Kecepatan Pelepasan
98,59% hingga 99,93% yang dapat dilihat pada
(Fluks) dan Mekanisme Pelepasan
lampiran 19. Menurut Harmita (2004), apabila
Ketoprofen
jumlah analit dalam sampel > 10 mg, maka
Pemilihan model persamaan pelepasan
rentang persen recovery yang dipersyaratkan
ketoprofen dilakukan berdasarkan hasil dari nilai
berada pada rentang 98% hingga 102% sehingga
koefisien determinasi (R2) yang paling
dapat disimpulkan metode analisis yang

43
Optimasi Formula Matriks Patch Ketoprofen Transdermal Menggunakan Kombinasi Asam Oleat dan
Minyak Atsiri Bunga Cempaka Putih (Michelia alba) sebagai Permeation Enhancer
(Setyawan, E.I., Pratama, P.Y.A., Budiputra, D.K)

mendekati 1. Nilai R2yang paling mendekati 1


dihasilkan oleh model persamaan Korsmeyer
Peppas dengan nilai R2 sebesar 0,98.
Dari hasil analisis menggunakan Solver
pada model persamaan Korsmeyer Peppas
diperoleh kecepatan pelepasan (fluks)
ketoprofen dari matriks patch formula optimal
sebesar 0,47 mg/jam.cm2. Berdasarkan nilai
eksponen difusi (n)mekanisme pelepasan
ketoprofen dari matriks patch formula optimal
mengikuti difusi Fickian yaitu laju difusi lebih
kecil dari relaksasi. Hal ini disebabkan karena
sifat dari Pharmacoat 615 sebagai polimer yang
digunakan adalah hidrofilik.

5. KESIMPULAN
Komposisi asam oleat dan minyak atsiri
bunga cempaka putih (Michelia alba) dengan
perbandingan 0,549:0,451 menghasilkan
karakter fisik matriks patch yang optimal dari
hasil prediksi simplex lattice design pada
software Design Expert versi 7. Hendradi, E., Isnaeni, Efrin P., dan Aditya F.
Matriks patch formula optimal 2010.Optimasi Efektivitas Sediaan
menghasilkan profil pelepasan dengan total Transdermal Patch Natrium
ketoprofen terlepas sebanyak 0,81 mg pada Diklofenak.DIPA-RM STRATNAS. p.194-
menit ke-300, nilai disolusi efisiensi sebesar 203.
18,96%selama 300 menit, kecepatan pelepasan Inayat, B.P., and Setty, C.M. 2008. Chemical
(fluks) ketoprofen sebesar 0,478 mg/jam.cm2 Penetration Enhancers for Transdermal Drug
dengan mekanisme pelepasan ketoprofen Delivery System. J.Pharm Res., 8(2):173.
mengikuti persamaan Korsmeyer Peppas dengan Mycek, M.J., Harvey, R.A., and Champe, C.C.
difusi Fickian yaitu laju difusi lebih kecil dari 2001. Farmakologi Ulasan Bergambar.
relaksasi. Lippincottt’s Illustrated Reviews:
Farmacology. Penerjemah Azwar Agoes.
UCAPAN TERIMA KASIH Edisi II. Jakarta. Widya Medika: p.259.
Parisvesh, S., Sumeet, D., and Abhishek, D.
Gede Pasek dan Dwi Ratna Sutriadi selaku
2010. Design, Evaluation, Parameters and
laboran di Jurusan Farmasi Fakultas Matematika Marketed Products of Transdermal Patches.
dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas J. Pharm. Res., 3(2):235-240.
Udayana atas bantuan, masukan, saran, dan Rençber, S., Karavana, S.Y., and Özyazici, M.
motivasinya. 2009. Bioavailability File: Ketoprofen.
FABAD J. Pharm, 34:203-216.
DAFTAR PUSTAKA Setty, C.M., Yogesh, J., and Inayat, B.P. 2010.
Aiache, J.M. 1993. Farmasetika 2 Biofarmasi. Effect of essential oils as penetration
Edisi 2. Penerjemah: Dr. Widji Soeratri. enhancers on percutaneouspenetration of
Surabaya: Airlangga University. Press. p.7. furosemide through human cadaver
Green, G.A. 2001. Understanding NSAIDs: skin.Acta Pharmaceutica Sciencia, 52:159-
from aspirin to COX-2.Clin Cornerstone 168.
Sport Medical, 3:50-59. Verma, P., and Ram, A. 2011. Effect of
Different Penetration Enhanchers on Skin

44
Optimasi Formula Matriks Patch Ketoprofen Transdermal Menggunakan Kombinasi Asam Oleat dan
Minyak Atsiri Bunga Cempaka Putih (Michelia alba) sebagai Permeation Enhancer
(Setyawan, E.I., Pratama, P.Y.A., Budiputra, D.K)

Permeation of Drug Using Ethosomal


Carrier Systems. Journal of Current
Pharmaceutical Research, 5(1): 42-44.

45
Pemisahan Fraksi Terpenoid dari Ekstrak Etanol 90% Daun Katuk (Sauropus androgynous (L.) Merr)
Menggunakan Kromatografi Kolom
(Warditiani, N.K., Susanti, N.M.P., Samirana, P.O., Milawati, Widhiastuti, K.A.P., Pinangkaan, C.)

PEMISAHAN FRAKSI TERPENOID DARI EKSTRAK ETANOL 90% DAUN KATUK


(Sauropus androgynous (L.) Merr) MENGGUNAKAN KROMATOGRAFI KOLOM

Warditiani, N.K.1, Susanti, N.M.P.1, Samirana, P.O.1, Milawati1, Widhiastuti, K.A.P.1, Pinangkaan, C.1
1
Jurusan Farmasi Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana

Korespondensi: Milawati
Jurusan Farmasi Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana
Jalan Kampus Unud-Jimbaran, Jimbaran-Bali, Indonesia 80364 Telp/Fax: 0361-703837
Email : Mila29firdaus@gmail.com

ABSTRAK
Daun katuk (Sauropus androgynus (L.) Merr) dapat digunakan sebagai obat tradisonal sakit
kerongkongan, meningkatkan produksi ASI, serta memiliki aktivitas sebagai antidislipidemia. Senyawa
kimia yang terkandung dalam ekstrak etanol 90% yaitu alkaloid, saponin, flavonoid, tanin, dan terpenoid.
Salah satu kandungan kimia yang paling banyak terkandung pada daun katuk adalah terpenoid. Tujuan
dari penelitian ini yaitu untuk mendapatkan fraksi terpenoid dari ekstrak etanol 90% daun katuk.
Pemisahan fraksi terpenoid dilakukan dalam beberapa tahap yaitu: ekstraksi, fraksinasi dengan
kromatografi kolom lambat dengan pelarut campur kloroform:metanol (9:1-1:9 v/v), identifikasi
kandungan kimia dengan KLT, skrining fitokimia. Hasil fraksinasi kromatografi kolom didapatkan 20
fraksi dengan hasil positif terpenoid sebanyak 5 fraksi dari fraksi nomor 13-17.

Kata kunci : Sauropus androgynus (L.) Merr, terpenoid, kromatografi kolom lambat

1. PENDAHULUAN dari jaringan tumbuhan dengan memakai


Daun katuk secara tradisional telah petroleum eter. Seskuiterpen lakton, diterpen,
digunakan oleh masyarakat untuk meningkatkan sterol dan triterpenoid yang kurang polar dapat
produksi air susu ibu dan mengatasi sembelit diektraksi dengan benzen, eter, dan kloroform.
(Santoso, 2008). Ekstrak etanol daun katuk juga Etil asetat dan aseton dapat mengekstraksi
telah teruji memiliki aktivitas antidislipidemia diterpenoid teroksigenasi, sterol dan
pada penelitian yang dilakukan oleh Budiman triterpenoid. Etanol, metanol, dan air dapat
(2014). Senyawa kimia yang terkandung dalam mengekstraksi triterpenoid dan glikosida sterol
ekstrak etanol 90% daun katuk yaitu alkaloid, (Citoglu dan Acikara, 2012).
terpenoid, flavonoid, saponin, tanin, dan Terpenoid dapat dipisahkan secara
glikosida (Budiman, 2014). Terpenoid kromatografi pada silika gel atau alumina
merupakan senyawa yang banyak terkandung di memakai pelarut eter atau kloroform, kemudian
dalam daun katuk (Selvi dan Basker, 2010). dilanjutkan dengan deteksi menggunakan
Terpenoid berasal dari molekul isopren pereaksi penampak noda asam sulfat pekat atau
CH2=C(CH3)-CH=CH2 dan kerangka vanillin-asam sulfat (Harborne, 2006).
karbonnya dibangun oleh penyambungan dua Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
atau lebih satuan C5. Terpenoid hidrokarbon mendapatkan fraksi terpenoid dari ekstrak
memiliki rumus umum (C5H8)n dan etanol90% daun katuk (Sauropus androgynus
diklasifikasikan berdasarkan jumlah atom (L.) Merr).
karbon atau jumlah n yang terdapat dalam dalam 2. BAHAN DAN METODE
struktur (Harborne, 2006: Yadav dkk., 2014). 2.1. Bahan Penelitian
Secara kimia, terpenoid umumnya larut Bahan-bahan yang digunakan adalah serbuk
dalam lemak dan terdapat di dalam sitoplasma daun katuk (Sauropus androgynous (L.) Merr)
sel tumbuhan. Biasanya terpenoid diekstraksi yang diperoleh dari daerah Kulonprogo,

45
Pemisahan Fraksi Terpenoid dari Ekstrak Etanol 90% Daun Katuk (Sauropus androgynous (L.) Merr)
Menggunakan Kromatografi Kolom
(Warditiani, N.K., Susanti, N.M.P., Samirana, P.O., Milawati, Widhiastuti, K.A.P., Pinangkaan, C.)

Yogyakarta, etanol teknis 96%, kloroform Ekstraksi serbuk daun katuk dilakukan
teknis, metanol teknis, akuades, plat KLT GF dengan metode maserasi pelarut etanol 90%.
250 merk Merck, serbuk silika, glass wool, Didapatkan ekstrak berwarna ungu pekat.
vanilin, asam sulfat pekat. Sebanyak 1 gram ekstrak etanol 90%
2.2. Alat Penelitian difraksinasi menggunakan kromatografi kolom
Alat yang digunakan dalam penelitian ini fase gerak gradien campuran pelarut
adalah seperangkat alat maserasi, seperangkat kloroform:metanol 9:1 sampai 1:9. Hasil
alat gelas, kolom kromatografi, rotary fraksinasi didapatkan sebanyak 20 fraksi.
evaporator (Eyela®), plat KLT silika gel GF Masing-masing fraksi ditampung sebanyak
254, serbuk silika, chamber KLT (Camag®), 10mL. Dilakukan identifikasi menggunakan
pipet mikro, botol semprot, oven (Binder®), KLT pada semua fraksi selanjutnya
lampu UV254 dan UV366 (Camag®). disemprotkan pereaksi penampak noda vanillin-
2.3. Prosedur Penelitian sulfat. Terjadi perubahan warna menjadi kuning-
2.3.1. Ekstraksi dan Penguapan Pelarut coklat pada fraksi 13-17 (gambar 1).
Sebanyak 100 gram serbuk daun katuk
diekstraksi dengan cara maserasi menggunakan
1 liter pelarut etanol 90%. Hasil ekstraksi
diuapkan pelarutnya sampai didapat ekstrak
kental.
2.3.2. Fraksinasi dengan Kromatografi Kolom
Sebanyak 1 gram ekstrak kental etanol 90%
Ekstrak etanol 90% difraksinasi menggunakan
kromatografi kolom campuran pelarut gradien Gambar 1 Pengamatan profil KLT fraksi secara
kloroform:metanol dengan perbandingan 9:1 visual setelah disemprot vanillin-
sampai 1:9 (masing-masing perbandingan sulfat.
sebanyak 20mL). Hasil fraksinasi didapatkan
sebanyak 20 fraksi. 4. PEMBAHASAN
2.3.3. Identifikasi profil KLT Pembuatan ekstrak dilakukan dengan metode
Fraksi-fraksi yang diperoleh diidentifikasi maserasi pelarut etanol 90%. Etanol 90%
dengan KLT. Fase gerak yang digunakan adalah merupakan campuran hidroalkohol yang mudah
kloroform : metanol = 7 : 3. Plat KLT disemprot bercampur, sehingga dalam proses ekstraksi
dengan pereaksi penampak noda vanillin-asam dapat menyari kandungan kimia baik yang
sulfat, kemudian diamati reaksi warna yang bersifat polar maupun non polar (Ansel, 1989).
terjadi. Hasil positif terpenoid menunjukkan Ekstrak kental yang diperoleh dipisahkan
perubahan warna menjadi kuning-coklat, dengan metode kromatografi kolom lambat
kuning, coklat dan ungu (Harborne, 2006). untuk memisahkan komponen-komponen yang
terdapat pada ekstrak. Fase gerak pelarut campur
kloroform : metanol (10:0 v/v sampai 0:10 v/v)
3. HASIL mampu memisahkan senyawa triterpenoid
Bahan tanaman yang digunakan berupa (Rivero-Cruz dkk., 2008), sehingga senyawa
simplisia daun katuk yang diperoleh dari terpenoid dalam daun katuk dapat dipisahkan
Kulonprogo, Yogyakarta. Determinasi dilakukan dengan pelarut campur gradien kloroform :
di Jurusan Biologi, Fakultas MIPA, UGM untuk metanol (9:1 v/v sampai 1:9 v/v) untuk
mengetahui kebenaran jenis tanaman yang kromatografi kolom lambat.
diteliti. Hasil determinasi menyatakan bahwa Pada Gambar 1, bercak yang awalnya tidak
benar tanaman yang digunakan untuk penelitian nampak menjadi berwarna setelah disemprot
ini masuk dalam jenis Sauropus androgynus (L.) dengan pereaksi semprot yang diamati secara
Merr. visual. Bercak setelah disemprot dengan

46
Pemisahan Fraksi Terpenoid dari Ekstrak Etanol 90% Daun Katuk (Sauropus androgynous (L.) Merr)
Menggunakan Kromatografi Kolom
(Warditiani, N.K., Susanti, N.M.P., Samirana, P.O., Milawati, Widhiastuti, K.A.P., Pinangkaan, C.)

vanillin-asam sulfat pada fraksi 13 sampai 17 Budiman, A. (2014). Pengaruh Pemberian


menunjukkan perubahan warna menjadi kuning- Ekstrak Etanol 90% Daun Katuk
coklat. Perubahan warna secara visual tersebut (Sauropus androgynous (L.) Merr)
diduga merupakan senyawa terpenoid. Menurut terhadap Kadar Kolesterol Total dan
Wagner dkk. (1984) bercak yang mengandung
Trigliserida Tikus Jantan Galur
golongan terpenoid akan tampak secara visual
berwarna biru-hijau, kuning-coklat, atau merah-
Wistar yang Diinduksi Pakan Kaya
violet setelah disemprot dengan pereaksi Lemak (Skripsi). Jimbaran:
vanillin-asam sulfat dan dipanaskan. Pada fraksi Universitas Udayana.
1 sampai 10 tidak ditemukan adanya senyawa Citoglu, G.S. dan O.B. Acikara. (2012).
terpenoid. Hal tersebut dapat disebabkan Column Chromatography for
perbedaan kepolaran eluen yang digunakan Terpenoids and Flavonoids. In:
ketika mengelusi kolom. Eluen pada fraksi awal Sasikumar Dhanarasu, ed.
bersifat cenderung non polar kemudian Chromatography and Its Applications.
meningkat kepolarannya ketika menuju ke fraksi Croatia: Intech. P.14.
akhir, sehingga dapat menyebabkan perbedaan Harborne, J. B. (2006). Metode Fitokimia
kemampuan eluen untuk menarik komponen
Penuntun Cara Modern Mengenalisa
kandungan kimia. Dalam hal ini menunjukkan
bahwa pada saat fraksinasi terpenoid cenderung
Tumbuhan. Bandung: Institut
tertarik dalam pelarut semipolar. Teknologi Bandung. P.123-125.
Rivero-Cruz, J.F., Min Zhu, A.D Kinghorn,
5. KESIMPULAN C.D. Wu. (2008). Antimicrobial
Berdasarkan hasil penelitian fraksi terpenoid constituents of Thompson seedless
dari ekstrak etanol 90% daun katuk dapat raisins (Vitis viniferaagainst selected
dipisahkan menggunakan kromatografi kolom oral pathogens. Phytochemistry
lambat fase gerak gradien campuran pelarut Letters, 1:151-154
kloroform:metanol (9:1 sampai 1:9). Hasil Santoso, H.B. (2008). Ragam & Khasiat
fraksinasi didapatkan fraksi terpenoid pada Tanaman Obat. Jakarta PT Agromedia
nomor 13-17 menggunakan bantuan pereaksi
Pustaka. P. 51.
penampak noda vanillin-sulfat.
Selvi, S. dan A. Basker. (2010).
6. UCAPAN TERIMA KASIH Phytochemical Analysis and GC-MS
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ni profiling in the leaves of Sauropus
Nyoman Putri Paramita Sari, Anak Agung Sinta Androgynus (L.) Merr. International
Indrani, Ni Putu Aditya Kusuma Dewi dan tim Journal of Drug Development &
biologi farmasi Unud atas bantuan teknis dalam Research, 4(1): 162-167.
pengerjaan dan penyiapan alat bahan dalam Wagner, H., S. Bladt, dan E.M. Zgainski.
penelitian ini. (1984). Plant Drug Analysis. Berlin:
Springer. P.294.
Yadav, N., R. Yadav, dan A. Goyal. (2014).
PUSTAKA Chemistry of Terpenoid. International
Ansel, H.C. (1989). Pengantar Bentuk Journal of Pharmaceutical Sciences
Sediaan Farmasi. Jakarta: UI press: Review and Research, 27(2): 272-27
616-617.

47
Profil Stabilitas Fisika Kimiamasker Gel Peel-Off Ekstrak Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana L.)
(Wijayanti, N.P.A.D., Astuti, K.W., Prasetia, I.G.N.J.A., Darayanthi, M.Y.D., Nesa, P.N.P.D., Wedarini,
L.D.S., Adhiningrat, D.N.P.)  
 
PROFIL STABILITAS FISIKA KIMIAMASKER GEL PEEL-OFF EKSTRAK KULIT BUAH MANGGIS
(Garcinia mangostana L.)

Wijayanti, N.P.A.D.1, Astuti, K.W.1, Prasetia, I.G.N.J.A.1, Darayanthi, M.Y.D.1, Nesa, P.N.P.D.1, Wedarini,
L.D.S.1, Adhiningrat, D.N.P.1
1
Jurusan Farmasi – Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam – Universitas Udayana

Korespondensi : Ni Putu Ayu Dewi Wijayanti


Jurusan Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana
Jalan Kampus Unud-Jimbaran, Jimbaran-Bali, Indonesia 80364 Telp/Fax: 0361-703837
Email: dwijayanti27@gmail.com

ABSTRAK

Ekstrak kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.) kaya akan kandungan xanton yang diketahui
bersifat sebagai antioksidan. Pada penelitian sebelumnya, telah dilakukan optimasi formula masker gel peel-
off ekstrak kulit buah manggis. Namun, formula optimal yang diperoleh belum tentu memiliki stabilitas yang
baik selama penyimpanan. Berdasarkan hal tersebut maka dilakukan penelitian untuk mengetahui profil
stabilitas fisik masker gel peel-off ekstrak kulit buah manggis dengan HPMC sebagai gelling agent.
Penelitian ini diawali dengan mengumpulkan simplisia, ekstraksi, standarisasi ekstrak, fomulasi dan
penetapan profil stabilitas fisika kimia. Simplisia diekstraksi menggunakan etanol 96% kemudian
diformulasi menjadi sediaan masker gel peel-off lalu ditetapkan profil stabilitas fisika (organoleptis,
homogenitas, viskositas, daya sebar, daya lekat, sineresis) dan kimia (pH) dari masker gel peel off ekstrak
kulit buah manggis. Profil stabilitas sediaan ditetapkan selama penyimpanan 28 hari pada suhu 30°C.
Penetapan profil stabilitas didasarkan dengan melihat perubahan yang terjadi dimulai dari awal formulasi
hingga 28 hari penyimpanan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara keseluruhan masker gel peel off ekstrak kulit buah
manggis stabil selama penyimpanan 28 hari pada suhu 300C.

Kata kunci: manggis, masker gel peel-off, stabilitas fisika kimia, penyimpanan.

1. PENDAHULUAN dan dapat membuat database yang penting untuk


Kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.) formulasi produk lain (Djajadisastra, 2008).
memiliki potensi unggulan karena kandungan Berdasarkan latar belakang tersebut, maka
xanton berkhasiat sebagai antioksidan yang dapat perlu dilakukan penelitian mengenai profil
digunakan untuk mencegah penuaan dini (Lim, stabilitas fisika dan kimia dari sediaan masker gel
2012; Masaki, 2010). Efek antioksidan akan lebih peel-off ekstrakkulit buah manggis.
baik bila diformulasikan dalam bentuk sediaan
kosmetik topikal dibandingkan oral karena zat 2. BAHAN DAN METODE
aktif dapat lebih lama berinteraksi dengan kulit 2.1 Bahan
wajah (Draelos and Thaman, 2006; Evrilia dkk., Bahan-bahan yang dugunakan dalam
2014). Salah satu bentuk sediaan yang telah penelitian ini adalah kulit buah manggis, bahan
dikembangkan adalah masker gel peel-off. kimia derajat teknis seperti PVA (Bratachem),
Telah dilakukan formulasi masker gel peel-off HPMC (Bratachem), gliserin (Bratachem), metil
ekstrak kulit buah manggis hingga diperoleh paraben (Bratachem), propil paraben (Bratachem),
formula optimal. Akan tetapi formula optimal akuades (Bratachem) dan etanol 96%
belum tentu memiliki stabilitas yang baik selama (Bratachem).
penyimpanan. Stabilitas suatu sediaan dapat
dilihat dari profil stabilitasnya selama 2.2 Prosedur Penelitian
penyimpanan. Pentingnya melihat profil stabilitas 2.2.1 Penyiapan Ekstrak Kulit Buah Manggis
berhubungan dengan keawetan (daya tahan) (Garcinia mangostana L.)
sediaan gel, meminimalkan efek potensial yang Sampel buah manggis diperoleh dari Desa
tidak diinginkan dari ketidakstabilan suatu sediaan Luwus, Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan,

48 
 
Profil Stabilitas Fisika Kimiamasker Gel Peel-Off Ekstrak Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana L.)
(Wijayanti, N.P.A.D., Astuti, K.W., Prasetia, I.G.N.J.A., Darayanthi, M.Y.D., Nesa, P.N.P.D., Wedarini,
L.D.S., Adhiningrat, D.N.P.)

Bali. Determinasi tanaman dilakukan di Pusat


Penelitian Determinasi Kebun Raya Eka Karya C. Pengujian Homogenitas
Bedugul, Tabanan, Bali Pengujian dilakukan dengan mengoleskan
Buah manggis yang diperoleh kemudian sampel pada gelas objek dan diamati
dicuci, dipisahkan kulit dengan daging buahnya. menggunakan mikroskop optik pada perbesaran
Kulit buah diiris tipis dan dikeringkan dalam oven 10×(Arikumalasari, 2013).
pada suhu 65°C, kemudian diserbukkan. Serbuk D. Pengujian Viskositas
kulit buah manggis kemudian di maserasi Pengukuran viskositas dilakukan dengan
menggunakan etanol 96%. Maserat diuapkan menempatkan 50 mL sampel dalam viskometer
dengan rotary evaporator pada suhu 50°C hingga Brookfield DV-E hingga spindel terendam.
diperoleh ekstrak kental (Utami, 2014). Viskometer Brookfield DV-E dijalankan
kemudian viskositas dari sediaan masker gel peel-
2.2.2 Pembuatan Sediaan Masker Gel Peel-off off akan terbaca (Septiani dkk., 2011).
Ekstrak Kulit Buah Manggis E. Pengujian Daya Lekat
Formula sediaan terdiri dari PVA, HPMC, Sampel 0,25 gram diletakan diantara 2 gelas
gliserin, ekstrak etanol 96% kulit buah manggis obyek. Kemudian ditekan dengan beban 1 kg
(Garcinia mangostana L.), metil paraben, propil selama 5 menit. Setelah itu beban diangkat dari
paraben dan air. PVA didispersikan dalam gelas obyek kemudian gelas obyek dipasang pada
akuades dengan pengadukan yang konstan dan alat test.Alat test diberi beban 80 gram dan
didiamkan hingga suhu kira-kira 40°C (Campuran kemudian dicatat waktu pelepasannya masker gel
1). HPMC dikembangkan dalam akuades peel-off dari gelas obyek (Arikumalasari, 2013).
kemudian diaduk dengan menggunakan magnetic F. Pengujian Daya Sebar
stirrer dan didiamkan selama 10 menit Sebanyak 1 gram sediaaan diletakkan di atas
(Campuran 2). Gliserin dicampurkan dengan kaca berukuran 20 x 20 cm yang berada di atas
ekstrak kulit buah manggis (Campuran 3). Metil sebuah kertas grafik, dibiarkan 60 detik kemudian
paraben dan propil paraben dilarutkan dalam diukur diameter sediaan yang terbentuk.
akuades (Campuran 4). Campuran 1, 2, 3 dan 4 Selanjutnya ditutup dengan kertas mika dan
dicampurkan dan diaduk hingga homogen. diberikan beban hingga bobot mencapai 125 gram
Sediaan dibuat replikasi sebanyak 3 kali utuk dan dibiarkan selama60 detik. Diameter sediaan
memperoleh nilai rata-rata, dilanjutkan dengan yang terbentuk kemudian diukur (Niyogi et al.,
evaluasi sifat fisika kimia dan penetapan profil 2012; Putra, 2014).
stabilitas selama 28 hari.
2.2.4 Evaluasi Kimia Sediaan Masker Gel Peel-
2.2.3 Evaluasi Fisika Sediaan Masker Gel Peel- off Ekstrak Kulit Buah Manggis
off Ekstrak Kulit Buah Manggis A. Pengujian pH Sediaan
A. Pengujian Organoleptis Sebanyak 1 gram sediaan dilarutkan dalam
Pengamatan dilakukan dengan melihat secara 10 mL air bebas CO2 hingga 10 mL. Elektroda pH
langsung warna dan bau dari gel yang dibuat. meter dicelupkan ke dalam larutan yang diuji,
B. Pengujian sineresis jarum pH meter dibiarkan bergerak sampai
Sebanyak 5 gram sampel dimasukkan ke menunjukkan posisi tetap. pH yang ditunjukkan
dalam tabung sentrifugasi hingga mencapai jarum pH meter dicatat. (Depkes RI, 1995;
setengah volume tabung. Tabung kemudian Aulton, 1988).
disentrifugasi dengan kecepatan 8000 rpm selama
2.2.5 Penetapan Profil Stabilitas Fisika Kimia
15 menit. Persentase sineresis kemudian dihitung
Sediaan Masker Gel Peel-off Ekstrak Kulit
menggunakan persamaan: Buah Manggis
Penetapan profil stabilitas fisika dilakukan
dengan mengevaluasi sifat fisika sediaan selama
28 hari penyimpanan pada suhu 30°C.Sampling
% sineresis = dilakukan pada hari ke 0, 1, 7, 14, 21 dan 28
dimana hari ke 0 merupakan waktu sediaan selesai
dibuat (Abdassah dkk., 2009). Setiap kali
(Charoenrein et al, 2008). sampling dilakukan evaluasi sifat fisika yaitu
pengujian organoleptis, homogenitas, viskositas,
49 
Profil Stabilitas Fisika Kimiamasker Gel Peel-Off Ekstrak Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana L.)
(Wijayanti, N.P.A.D., Astuti, K.W., Prasetia, I.G.N.J.A., Darayanthi, M.Y.D., Nesa, P.N.P.D., Wedarini,
L.D.S., Adhiningrat, D.N.P.)  
 
daya lekat, daya sebar, waktu sediaan
mengering,sineresis dan evaluasi kimia yaitu 3. HASIL
pengujian pH sediaan. Hasil pengujian profil stabilitas fisika kimia
masker gel peel off ekstrak kulit buah manggis
2.2.6 Analisis Data yang disimpan selama 28 hari pada suhu 30°C
Profil stabilitas sediaan dapat dilihat dari dapat dilihat pada Tabel 3.2.
membandingkan perubahan yang terjadi dimulai
dari awal formulasi hingga 28 hari penyimpanan
suhu 30°C.
Tabel3.2 Hasil Pengujian Profil Stabilitas Fisika Kimia Masker Gel Peel Off Ekstrak Kulit Buah Manggis

Hari Hari Hari Hari Hari Hari


Pengujian
Ke-0 Ke-1 Ke-7 Ke-14 Ke-21 Ke-28
Kuning Kuning Kuning Kuning Kuning Kuning
Organoleptis dan tidak dan tidak dan tidak dan tidak dan tidak dan tidak
berbau berbau berbau berbau berbau berbau
Homogenitas
Homogen Homogen Homogen Homogen Homogen Homogen
5805±934, 5731±942, 9801±219, 9206±116 12867±10
Viskositas 3108±8,62
3 9 4 2,8 25
6,35 6,30 5,76 ± 5,78 ± 5,31 ±
Daya Sebar 6,6 ±0,086
±0,173 ±0,180 0,125 0,076 0,152
Daya Lekat 14 ±2,08 14 ± 0,57 18 ± 2,51 19 ± 3,51 19 ± 0,11 25 ± 4,04
Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak
Sineresis terjadi terjadi terjadi terjadi terjadi terjadi
sineresis sineresis sineresis sineresis sineresis sineresis
pH 6,35±0,18 5,12±0,08 5,18±0,18 5,37±0,20 5,49±0.19 4,83±0,21

4. PEMBAHASAN Berdasarkan hasil uji yang diperoleh, sediaan


Serbuk simplisia kulit buah manggis memiliki homogenitas yang tidak baik dari awal
diekstraksi menggunakan pelarut etanol 96%. penyimpanan. Sediaan masker gel yang dihasilkan
Pelarut kemudian diuapkan hingga diperoleh tidak homogen karena ekstrak yang digunakan
ekstrak kental. Ekstrak kental yang diperoleh pada formulasi merupakan ekstrak kental hasil
berwarna coklat dan berbau alkohol. ekstraksi menggunakan pelarut etanol. Etanol
Ekstrak kemudian diformulasikan menjadi merupakan pelarut yang mampu menarik senyawa
sediaan masker gel peel off ekstrak kulit buah polar maupun nonpolar (Puspitasari, 2013). Hal
manggis dan ditetapkan profil stabilitasnya. tersebutmenyebabkan saat ekstrak diformulasikan
Penetapan profil stabilitas dilakukan dengan menjadi sediaan masker gel peel off, senyawa
menyimpan sediaan selama 28 hari pada suhu nonpolar yang terkandung dalam ekstrak akan
30°C (Abdassah dkk., 2009). Proses ini susah terdispersi dalam basis gel yang cenderung
diharapkan menjadi simulasi penyimpanan jangka polar.
panjang pada iklim tropis khususnya Indonesia. Hasil uji viskositas menunjukkan bahwa
Selanjutnya dilakukan evaluasi sifat fisik meliputi sediaan mengalami peningkatan viskositas selama
organoleptis dan sineresis. 28 hari penyimpanan dibandingkan dengan hari
Pengujian organoleptis dilakukan dengan ke-0 pembuatan sediaan. Gel memiliki sifat
mengamati warna dan bau sediaan selama 28 hari formulasi yang apabila dibiarkan dan tidak
penyimpanan. Berdasarkan hasil pengujian selama mengalami gangguan seperti pengadukan akan
28 hari, sediaan masker gel peel off ekstrak kulit menyebabkan terjadinya peningkatan viskositas
buah manggis tidak mengalami perubahan warna pada sediaan. Sifat yang dimiliki gel tersebut
dan bau, yaitu berwarna kuning dan tidak berbau. adalah tiksotropi (Ansel, 1989).
Warna kuning pada sediaan disebabkan oleh Pengujian daya sebar selama 28 hari
kandungan α-mangostin dan β-mangostin pada penyimpanan menunjukkan bahwa sediaan
kulit buah manggis (Praptiwi dan Poeloengan, mengalami penurunan daya sebar. Daya sebar
2010). sediaan yang dihasilkan berbanding terbalik
50 
 
Profil Stabilitas Fisika Kimiamasker Gel Peel-Off Ekstrak Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana L.)
(Wijayanti, N.P.A.D., Astuti, K.W., Prasetia, I.G.N.J.A., Darayanthi, M.Y.D., Nesa, P.N.P.D., Wedarini,
L.D.S., Adhiningrat, D.N.P.)  
 
dengan viskositas sediaan. Pada penyimpanan DAFTAR PUSTAKA
selama 28 hari, terjadi peningkatan viskositas
sediaan, sehingga menyebabkan terjadinya Abdassah, M., T. Rusdiana, A. Subghan dan G.
penurunan daya sebar sediaan yang dihasilkan Hidayati. 2009. Formulasi Gel Pengelupas
(Garg et al., 2002) Kulit Mati yang Mengandung Etil Vitamin C
Selama 28 hari penyimpanan, sediaan dalam Sistem Penghantaran Macrobead.
mengalami peningkatan daya lekat. Secara umum, Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia. Vol. 7,
Kemampuan gel melekat pada kulit dapat No. 2. Hal. 105-111.
mempengaruhi efek terapi yang dihasilkan. Ansel, H. C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan
Semakin lama sediaan melekat pada kulit, maka Farmasi Edisi 4. Penerjemah: Farida
efek terapi yang diberikan oleh sediaan akan lebih Ibrahim. Jakarta: UI Press. Hal. 390-391.
lama sebab sediaan akan lebih lama kontak Bhasha, S. A., S. A. Khalid, S. Duraivel, D.
dengan kulit (Ansel, 1989). Bhowmik and K. P. Samapth Kumar. 2013.
Hasil uji sineresis menunjukkan sediaan tidak Recent Trends in Usage of Polymera in The
mengalami sineresis selama 28 hari penyimpanan Formulation of Dermatological Gels. Indian
suhu 30°C. Sineresis merupakan peristiwa gel Journal of Research in Pharmacy and
mengerut secara alamiah dan menyebabkan air di Biotechnology. Vol. 1, No. 2. P. 161-168.
dalam gel akan terperas keluar ke permukaan gel DepKes RI. 1980. Materia Medika Indonesia Jilid
(Bhasha, 2013). Faktor yang mempengaruhi ada IV. Jakarta: Direktorat Jendral Badan
tidaknya sineresis adalah gelling agent. HPMC Pengawas Obat dan Makanan. Halaman:
sebagai gelling agentakan membentuk ikatan 153-154; 158.
silang antar molekul yang dapat mengurangi DepKes RI. 1979. Materia Medika Indonesia Jilid
mobilitas pelarut dan membentuk massa gel. I. Jakarta: Direktorat Jenderal Pengawasan
Lamanya penyimpanan dapat meningkatkan Obat dan Makanan. Halaman: 36-39; 141-
jumlah ikatan silang antar molekul, sehingga 145.
pelarut air yang terdapat di dalam gel akan Garg, A., D. Aggarwal, S. Garg and A. K. Sigla.
semakin terjerap dalam gelling agent (Suyudi, 2002. Spreading of Semisolid
2014). Formulation.USA: Pharmaceutical
Masker gel peel off ekstrak kulit buah Technology. P. 84-104.
manggis mengalami penurunan pH selama 28 hari Jones, W. P. and A. D. Kinghorn. 2006.
penyimpanan. pH sediaan topikal harus sesuai Extraction of Plant SecondaryMetabolites.
dengan pH fisiologis kulit agar tidak terjadi iritasi In: Sarker, S. D., Latif, Z.and Gray, A. I.,
kulit dan kulit kering (Young et al., 2002). eds. Natural ProductsIsolation. 2nd Ed.
New Jersey: HumanaPress. P.341-342.
Kristanti, A. N., N. S. Aminah., M. Tanjung dan
5. KESIMPULAN
B. Kurniadi. 2008. Buku Ajar Fitokimia.
Profil stabilitas fisika kimia sediaan masker
Surabaya: Jurusan Kimia Laboratorium
gel peel-offekstrak kulit buah manggis selama 28
Kimia Organik FMIPA Universitas
hari pada suhu 30°C adalah tidak mengalami
Airlangga. Halaman: 47.
perubahan organoleptis (warna dan bau),
Praptiwi dan M. Poeloengan. 2010. Uji Aktivitas
homogenitas sediaan yang baik, terjadi
Antibakteri Ekstrak Kulit Buah Manggis.
peningkatan viskositas, terjadi penurunan daya
Media Litbang Kesehatan. 20(2). Hal. 65-69.
sebar, terjadi peningkatan daya lekat, tidak terjadi
Puspitasari, L., D. A. Swastini dan C. I. A.
sineresis dan terjadi penurunan pH. Secara
Skrining Fitokimia Ekstrak Etanol 95% Kulit
keseluruhan masker gel peel off ekstrak kulit buah
Buah Manggis (Garcinia Mangostana L.).
manggis stabil selama penyimpanan.
Jurnal Farmasi Udayana. Hal. 1-5.
Robinson, T. 1991. Kandungan Organik
UCAPAN TERIMA KASIH
Tumbuhan Tinggi. Terjemahan Kosasih
LPPM dan Fakultas MIPA Universitas
Padmawinata. Bandung: Penerbit ITB
Udayana atas bantuan dana Hibah Unggulan
(dalam Tensiska, C. Hanny W., Nuri A.
Program Studi yang diberikan serta Seluruh dosen
2003. Aktivitas Antioksidan Ekstrak Buah
pengajar, serta staf pegawai di Jurusan Farmasi
Andaliman (Zanthoxyulum acanthopodium
Fakultas MIPA Universitas Udayana.
DC) Dalam Beberapa Sistem Pangan dan
Kestabilan Aktivitasnya Terhadap Kondisi
51 
 
Profil Stabilitas Fisika Kimiamasker Gel Peel-Off Ekstrak Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana L.)
(Wijayanti, N.P.A.D., Astuti, K.W., Prasetia, I.G.N.J.A., Darayanthi, M.Y.D., Nesa, P.N.P.D., Wedarini,
L.D.S., Adhiningrat, D.N.P.)

Suhu dan pH. Jurnal Tekno dan Industri


Pangan. Vol. XIV No. 1 Th. 2003. Halaman:
29-33).
Shai, A., H. I. Maibach and R. Baran. 2009.
Handbook of Cosmetic Skin Care Second
Edition. USA: Informa UK. P. 4-11; 34-39.
Siepmanna, F., J. Siepmann, M. Walther, R. J.
Macrae and r. Bodmeier. 2007. Polymer
Blends for Controlled Release Coatings. J.
Control Release. 125:1-15.
Sukmawati, N. M. A. 2013. Formulasi dan
Evaluasi Sediaan Masker Wajah Gel Peel
Off dari Ekstrak Etanol 96% Kulit Buah
Manggis (Garcinia mangostana L.).
(Skripsi). Bali: Jurusan Farmasi FMIPA
Universitas Udayana.

52 
Pemberian Ekstrak Etanol Spondias pinnata Terhadap Volume Organ Hati Mencit Jantan
(Ariantari, N. P., Putra, I. G. N. R., Karso, F. P., Adiluhur, M. A., Kusuma, P. A. C.)

Pemberian Ekstrak Etanol Spondias pinnata Terhadap Volume Organ Hati Mencit Jantan

Ariantari, N. P.1, Putra, I. G. N. R. 1, Karso, F. P. 1, Adiluhur, M. A. 1, Kusuma, P. A. C. 1


1
Jurusan Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana

Korespondensi: I Gusti Ngurah Redika Putra


Jurusan Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana
Jalam Kampus Unud-Jimbaran, Jimbaran-Bali, Indonesia 80364 Telp/Fax: 703837
Email:redikaputra93@gmail.com

ABSTRAK

Daun kedondong hutan (Spondias pinnata) merupakan bagian tanaman yang secara
tradisional digunakan sebagai obat batuk. Beberapa penelitian sebelumnya menunjukan bahwa
ekstrak daun S.pinnatamemiliki aktivitas antituberkulosis terhadap Myobacterium tuberculosisMDR.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak etanol daun S. pinnataterhadap
volume organ hati pada mencit jantan galur balb/c.
Serbuk daun S. pinnata diekstraksi menggunakan metode maserasi dan dilanjutkan dengan
digesti, kemudian ekstrak diuji pada 40 ekor mencit jantan galur balb/c yang terbagi dalam 4
kelompok perlakuan. Kelompok kontrol negatif diberikan suspensi CMC-Na 0,5% sedangkan
kelompok perlakuan diberikan ekstrak dosis 0,2; 1; dan 2 g/kg BB secara berulang selama 31 hari.
Mencit dibedah dan diambil organ hatinya.Data volume organ hati kemudian dianalisis statistik
dengan ANOVA-one way.
Hasil menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada volume organ hati mencit
jantan antara kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan, sehingga pemberian ekstrak secara
berulang tidak mempengaruhi volume organ hati mencit jantan. Perubahan volume organ menjadi
salah satu indikator makroskopis terhadap adanya perubahan pada sel-sel organ akibat paparan suatu
bahan uji

Kata Kunci: Daun Spondias pinnata, ekstrak, volume organ hati, mencit jantan

1. PENDAHULUAN pemberian ekstrak terhadap organ sasaran


Pengobatan tradisional telah dilakukan hewan coba, yaitu hati.
sejak dahulu dan digunakan sampai saat ini. Hati merupakan kelenjar terbesar dan
DaunS. pinnatadari suku Anacardiasae secara mempunyai fungsi yang penting bagi
tradisional digunakan sebagai obat batuk kehidupan (Dyce et al., 2002). Hati berfungsi
(Hutapea, 1994). Penelitian sebelumnya yang sebagai regulasi metabolik, regulasi
telah dilakukan olehRamayanti et al.(2013); hematologi, dan produksi empedu (Martini,
Savitri et al.(2013); dan Dwija et al.(2013) 1992). Hati juga berperan penting dalam
melaporkan bahwa ekstrak etanol tanaman ini metabolisme karbohidrat, protein, lemak,
memiliki aktivitas antituberkulosis terhadap M. steroid, penyimpanan vitamin dan mineral,
tuberculosis MDR. serta detoksifikasi (Price, 1994). Berubahnya
Pengembangan ekstrakS. pinnatasebagai volume organ merupakan salah satu indikator
fitofarmaka untuk tuberkulosismemerlukan perubahan sel organ yang diakibatkan oleh
adanya jaminan terhadap keamanan, agar paparan senyawa kimia (Michael et al., 2007;
keamanan pemanfaatanekstrak dapat Sellers et al., 2007).
dipertanggungjawabkan secara Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
ilmiah.Pengujian inidilakukan untuk pengaruh pemberian ekstrak etanol daun S.
mengetahui informasi tentang pengaruh pinnata terhadap organ hati mencit jantan galur

53 
Pemberian Ekstrak Etanol Spondias pinnata Terhadap Volume Organ Hati Mencit Jantan
(Ariantari, N. P., Putra, I. G. N. R., Karso, F. P., Adiluhur, M. A., Kusuma, P. A. C.)
 
balb/c. Diharapkan penelitian ini dapat menjadi Mencit jantan secara acak dibagi
acuan mengenai aspek keamanan penggunaan menjadi 4 kelompok yang memiliki rentang
ekstrak etanol daun S. pinnata dan acuan untuk berat badan 20-30 gram. Masing-maisng
pengujian toksisitas lebih lanjut. kelompok terdiri dari 10 ekor mencit.
Kelompok kontrol negatif diberikan suspensi
2. BAHAN DAN METODE CMC Na 0,5%, kelompok perlakuan II, III, dan
2.1 BahanPenelitian IV masing-masing diberikan suspensi ekstrak
Bahan tanaman yang digunakan adalah dengan dosis 0,2; 1; dan 2 g/Kg BB secara
daun S. pinnata yang diambil dari kawasan berulang selama 31 hari. Mencit dieutanasi,
daerah Bukit Jimbaran, Badung, Bali. Bahan kemudian organ hati diambil menggunakan
kimia yang digunakan adalah n-heksana, etanol alat bedah, dan diukur volumenya.
80%, eter (Merck®), CMC-Na
(Brataco®),buffer formalin 10%. 2.2.3 Analisis Data
Data yang diperoleh berupa volume
2.2 Prosedur Penelitian organ hati mencit. Analisis data secara statistik
2.2.1 Ekstraksi dilakukan dengan dengan uji Shapiro-
Serbuk kering daun S. pinnataditimbang Wilk.Jika data homogen dan terdistribusi
dengan timbangan analitik (AND® GR- normal,maka analisis dilanjutkan dengan
200)sebanyak 500,02 gram dimaserasi dengan ANOVA-one way dengan taraf kepercayaan
8,0 L n-heksana, lalu ekstrak cair n-heksana 95%. Selanjutnyadengan post hoc study
S.pinnata dan ampasnya dipisah. Ampas dengan uji Scheffe.
serbuk daun S.pinnata kemudian didigesti
dengan 6,3 L etanol 80% selama 2 jam pada 3. HASIL
suhu 50oC an disaring. 3.1 Ekstraksi
Ekstrak cair etanol 80% S.pinnatayang Ekstrak kental etanol 80 % daun
diperoleh kemudian diuapkan dengan vacuum S.pinnatayang diperoleh dari ekstraksi
rotary evaporator(Eyela®OSB-2100). Hasil maserasi kemudian dilanjutkan dengan digesti
penguapan dimasukan ke dalam sebanyak 82,5 gram (rendemen 16,50%).
oven(Binder®) pada suhu 40oC hingga ekstrak
kental dan dihitung rendemennya. 3.2 Volume Hati Mencit Jantan
Volume organ hatimasing-masing
2.2.2 Perlakuan kelompok mencitsetelah perlakuan ditampilkan
pada tabel 1.

Tabel 1. Volume Organ Hati Mencit Jantan


Kelompok Volume Organ (mL)
Kelompok I (Kontrol Negatif) 1,06 ± 0,08
Kelompok II (Dosis 0,2 g/kgBB) 1,22 ± 0,08
Kelompok III (Dosis 1 g/kgBB) 1,20 ± 0,14
Kelompok IV (Dosis 2 g/kgBB) 1,18 ± 0,13
Keterangan : n = 5

4. PEMBAHASAN ada perbedaan bermakna antara volume organ


Penelitian ini mengamati perubahan volume hati pada kelompok kontrol dengan kelompok
dari organ hati karena hati merupakan organ perlakuan dosis 0,2; 1; dan 2 g/kgBB.Hal ini
penting yang berfungsi sebagai regulasi menunjukkan bahwa pemberian ekstrak tidak
metabolik, regulasi hematologi, dan produksi menyebabkan kenaikan maupun penurunan
empedu (Martini, 1992), serta organ ini rentan volume organ hati. Hasil ini selaras dengan
mengalami kerusakan yang diakibatkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
metabolit yang bersifat toksik (Brzoska et al., Purwani et al. (2013) tentang pengaruh
2003). pemberian ekstrak etanol 80% daun S.pinnata
Hasil uji ANOVA pada data volume organ terhadap berat organ hati mencit jantan,
hati mencit jantan berdasarkan pada tabel 1., menunjukkan ekstrak etanol 80% tidak
menunjukkan nilai p<0,05 yang artinya tidak memberikan pengaruh pada berat organ hati
54 

 
Pemberian Ekstrak Etanol Spondias pinnata Terhadap Volume Organ Hati Mencit Jantan
(Ariantari, N. P., Putra, I. G. N. R., Karso, F. P., Adiluhur, M. A., Kusuma, P. A. C.)

mencit jantan setelah pemberian dosis tunggal Risk Assessment. 5th Ed. New York:
ekstrak S.pinnata yang didapat dengan Informa Healthcare USA Inc.
menggunakan metode digesti. Hasil ini
menunjukkan bahwa pemberian ekstrak tidak Martini, F. (1992). Fundamentals of Anatomy
tidak mempengaruhi gambaran makroskopis and Physiology. 2nd Ed. United States
organ hati dilihat dari parameter berat dan of America: A Simon and Schuster
volume organ. Tidak adanya perubahan Company..
patologi secara makroskopis yang jelas, bukan
berarti tidak ada perubahan jaringan organ hati Michael, B., Yano, Barry., Sellers, R. S., Perry,
pada pengamatan mikroskopis (Lu, 2009). R., Morton, D., Roomie, N., Johnson, J.
Sehingga perlu dilakukan evaluasi lebih lanjut K., Schafer, K.. (2007). Evaluation of
untuk melihat pengaruh pemberian ekstrak Organ Weights for Rodent and Non-
terhadap gambaran mikroskopis organ hati. Rodent Toxicity Studies: A Review of
Regulatory Guidelines and a Survey of
5. KESIMPULAN Current Practises. Toxicologic Pathology
Pemberian secara berulang ekstrak etanol Vol. 35: 742-750
S. pinnataselama 31 haridengan dosis 0,2; 1;
dan 2 g/kgBB tidak berpengaruh terhadap Sellers. R. S., Morton, D., Michael, B., Roome,
volume hati mencit jantan. N., Johnson, J. K., Yano, B. R., Perry,
R., and Schaffer, K.. (2007). Society of
UCAPAN TERIMA KASIH Toxicologic Pathology Position Paper:
Ucapan terima kasih diberikan pada Ogan Weight Recommendation for
laboran Laboratorium Fitofarmasi Jurusan Toxicology Studies. Toxicologic
Farmasi Fakultas MIPA Universitas Udayana Pathology Vol. 35: 751-755
yaitu Anggi Heru Pradipta atas bantuan
teknisnya pada penelitian ini. Purwani, S. T. D., Ariantari, N. P., dan
Kardena, I M. (2013). Pengaruh
DAFTAR PUSTAKA Pemberian Ekstrak Etanol 80% Daun
Kedondong Hutan Terhadap Berat
Brzoska, M. M., Jakoniuk, J. Organ Hati Mencit Jantan Galur Balb/c.
M.,Marcinkiewicz, B. P. and Sawicki, Jurnal Farmasi Udayana. Vol. 2 (3):
B.(2003). Liver and Kidney Function 131-135
andHistology in Rats Exposed to
Cadmiumand Ethanol. Alcohol Alcohol Ramayati, N. P. A., Ariantari, N. P., dan
Vol. 38 (1):2-10 Dwija, I B. N. P. (2013). Aktivitas
Antituberkulosis Kombinasi Ekstrak n-
Dwija, I.B.N.P., Juniarta, I.K., Yowani, S.C., heksana Daun Kedondong Hutan dengan
dan Ariantari, N.P. (2013). Aktivitas Rifampisin Terhadap Isolat
Antituberkulosis Ekstrak Metanol Daun Mycobacterium tuberculosis Strain
Kedondong Hutan (Spondias pinnata MDR. Jurnal Farmasi Udayana. Vol. 2
(L.F.) Kurz.). Jurnal Kimia. Vol. 7 (1): (3): 74-78
25-30.
Savitri, L. P. V. A., Ariantari, N. P., dan
Dyce, K. M., Sack, W. O, Wensing, C. J. G. Dwija, I B. N. P. (2013). Potensi
(2002). Textbook of Veterinary Anatomy. Antituberkulosis Ekstrak n-heksana
rd Daun Kedondong Hutan (Spondias
3 Ed. Philadelphia: Elseiver.
pinnata (L.f.) Kurz.). Jurnal Farmasi
Hutapea, J.R. (1994). Invetarisasi Tanaman Udayana. Vol. 2 (3): 105-109
Obat Indonesia. Edisi III. Badan
Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan: Depkes RI.

Lu, F.C. (2009). Lu’s Basic Toxicology:


Fundamentals, Target Organs, and
55 
Uji Aktivitas Adaptogenik Ekstrak Etanol Daun Bidara (Ziziphus mauritiana Auct. non Lamk.)
dengan Metode Swimming Endurance Test pada Mencit Galur Balb/C
(Samirana, P. O., Taradipta, I D. M. R., Leliqia, N. P. E.) 

UJI AKTIVITAS ADAPTOGENIK EKSTRAK ETANOL DAUN BIDARA


(Ziziphus mauritiana Auct. non Lamk.) DENGAN METODE SWIMMING ENDURANCE
TEST PADA MENCIT GALUR BALB/C

Samirana, P. O1, Taradipta, I. D. M. R.1, Leliqia, N. P. E.1


1
Jurusan Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana

Korespondensi: I Dewa Made Roni Taradipta


Jurusan Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana
Jalan Kampus Unud-Jimbaran, Jimbaran-Bali, Indonesia 80364 Telp/Fax: 0361-703837
Email: roni.divine@gmail.com

ABSTRAK

Ziziphus mauritiana atau bidara telah terbukti memiliki aktivitas antioksidan


berdasarkan atas penelitian-penelitian sebelumnya.Aktivitas antioksidan diduga berkontribusi
terhadap aktivitas adaptogenik serta efek empiris sebagai tonik memperkuat dugaan
bahwatumbuhan ini memiliki potensi sebagai adaptogenik. Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mengetahui aktivitas adaptogenik dari ekstrak etanol daunZ. mauritiana.
Serbuk daun Z. mauritiana diekstraksi menggunakan metode maserasi dengan pelarut
etanol 96%.Ekstrak diuji aktivitas adaptogeniknya dengan metode Swimming Endurance Test
(SET) terhadap mencit galur Balb/C yang dibagi menjadi 6 kelompok yaitu kelompok kontrol
normal, kontrol negatif, kontrol positif (Vitamin C) dan perlakuan (diberikan ekstrak dengan
dosis 200, 400 dan 800 mg/kg BB). Analisis data dilakukan dengan uji ANOVA one way
dengan taraf kepercayaan 95%, kemudian dilanjutkan dengan analisis LSD.
Hasil menunjukkan bahwa ekstrak etanol daunZ. mauritianadengan dosis 200 mg/kg
BB, 400 mg/kg BB dan 800 mg/kg BB memiliki aktivitas adaptogenik (p<0,05).Peningkatan
dosis esktrak etanol daunZ. mauritiana meningkatkan aktivitas adaptogenik secara signifikan
(p< 0,05).

Kata Kunci: Ziziphus mauritiana,Daun, Ekstrak Etanol, Swimming Endurance


Test,Adaptogenik

1. PENDAHULUAN protein dan lipid sehingga dapat


Stres merupakan suatu respon yang menimbulkan penyakit (Mehta et
timbul ketika keadaan homeostasis al.,Birbenet al., 2012). Keberadaan radikal
individu terganggu akibat terpapar oleh bebas dalam tubuh dapat ditangkap oleh
stressor (Chrousos, 2009). Selama kondisi suatu senyawa yang disebut dengan
stres, terjadi peningkatan kebutuhan energi antioksidan.
di dalam tubuh organisme yang Suatu teori menyatakan bahwa
menyebabkan peningkatan produksi aktivitas antioksidan berkontribusi
radikal bebas (Kenjale et al., 2007). terhadap aktivitas adaptogenik yang
Akumulasi radikal bebas dalam tubuh dimiliki oleh suatu tanaman (Vinod
dapat meyebabkan kondisi stres oksidatif andShivakumar, 2012). Adaptogen
yang berdampak pada kerusakan DNA, merupakan suatu senyawa yang dapat

56 
Uji Aktivitas Adaptogenik Ekstrak Etanol Daun Bidara (Ziziphus mauritiana Auct. non Lamk.)
dengan Metode Swimming Endurance Test pada Mencit Galur Balb/C
(Samirana, P. O., Taradipta, I D. M. R., Leliqia, N. P. E.) 

membantu tubuh untuk beradaptasi


terhadap stres dengan membantu 2.2.2 Swimming Endurance Test
mengembalikan keseimbangan tubuh Metode yang digunakan dalam uji
(Winston and Maimes, 2007). Aktivitas Aktivitas Adaptogenik diadaptasi dari
adaptogen kemungkinan disebabkan oleh penelitian yang dilakukan Duraisami et al.
aktivitas antioksidan yang dapat (2010) dan Habbu et al. (2010).
mengembalikan ketidakseimbangan Mencitjantan dengan berat badan 25-30
jumlah radikal bebas dengan antioksidan gram dibagi menjadi 6 kelompok yang
dalam tubuh. terdiri dari masing-masing 5 ekor mencit.
Bidara atau yang dikenal dengan Kelompok I (kontrol normal) diberikan
bahasa latinZiziphus mauritiana Lam. akuades, kelompok II (kontrol positif)
telah diketahui memiliki aktivitas diberikan vitamin C dosis 100 mg/kg BB,
antioksidan. Salah satu bagian tanaman Z. kelompok III (kontrol negatif) diberikan
mauritiana telah dibuktikan memiliki CMC-Na 0,5%, kelompok IV sampai VI
aktivitas antioksidan adalah bagian diberikan ekstrak etanol daun Z.
daunnya (Perumal et al., 2012; Abalaka et mauritiana dengan dosis berturut-turut
al., 2011). Berdasarkan aktivitas 200, 400 dan 800 mg/kg BB. Perlakuan
antioksidan yang dimiliki, daun Z. dilakukan satu kali sehari selama 7 hari.
mauritiana diduga memiliki aktivitas Satu jam setelah pemberian ekstrak
adaptogenik. Efek empiris yang dimiliki terakhir dilakukan SET dalam bejana gelas
oleh Z. mauritiana sebagai tonik (Sharma dengan tinggi 30 cm, dan berdiameter 10
and Gaur, 2013) juga memperkuat dugaan cm yang berisi air dengan suhu ruangan
bahwa Z. mauritiana memiliki aktivitas sampai ketinggian 15 cm. Mencit
adaptogenik. dibiarkan berenang sampai mencit
Tujuan dari penelitian ini adalah tenggelam. Diukur waktu dari mencit
untuk mengetahui aktivitas adaptogenik mulai berenang hingga mencit tenggelam,
ekstrak etanol daun Z. mauritiana. kemudian dilakukan analisis data.

2. BAHAN DAN METODE 2.2.3 Analisis Data


2.1 Bahan Penelitian Waktuberenang mencit dianalisis
Daun Z. mauritiana dari daerah secara statistik dengan ANOVA one
Bukit Jimbaran, Kabupaten Badung, Bali, waykemudian dilanjutkan dengan analisis
etanol 96%, CMC-Na 0,5% dan vitamin C. LSD. Data dinyatakan berbeda secara
signifikan apabila memiliki nilai p<0,05.
2.2 Prosedur Penelitian
2.2.1 Ekstraksi 3. HASIL
Serbuk daunZ.mauritianakering 3.1 Ekstraksi
sebanyak 1 kg dimaserasi dengan 7,5 L Ekstrak kental yang diperoleh dari
pelarut etanol 96% selama ± 3×24 jam maserasi dengan pelarut etanol 96%
dengan dilakukanpengadukansesekali. sebanyak 61,42 gram dengan rendemen
Ketika proses telah selesai 6,14 % b/b.
dilakukanpenyaringan. Residu dimaserasi
kembali dengan 5 L etanol. Remaserasi
dilakukan sebanyak 2 kali selama ± 2×24
jam. Ekstrak hasil maserasi atau filtrat
yang dihasilkan ditampung menjadi satu
dan diuapkan dengan menggunakan alat
Rotary evaporator pada suhu 45-50oC, 3.2 Swimming Endurance Test(SET)
sehingga diperoleh ekstrak kental.

57 
Uji Aktivitas Adaptogenik Ekstrak Etanol Daun Bidara (Ziziphus mauritiana Auct. non Lamk.)
dengan Metode Swimming Endurance Test pada Mencit Galur Balb/C
(Samirana, P. O., Taradipta, I D. M. R., Leliqia, N. P. E.) 

Rata-rata waktu berenang mencit nilai IC50 sebesar 78,12 μg/mL.


dapat dilihat pada gambar 1. Untuk Berdasarkan nilai IC50, vitamin C memiliki
analisis LSD dapat dilihat pada tabel 1. aktivitas antioksidan yang lebih tinggi
dibandingkan dengan ekstrak etanol daun
Z. mauritiana. Namun dari hasil uji SET
1100
vitamin C memiliki aktivitas adaptogenik
1200
Rata-rata waktu berenang

lebih rendah secara signifikan


1000 854.6 dibandingkan dengan ekstrak dosis 400
724.8
800 dan 800 mg/kg BB.Hal ini menandakan
(detik)

631.6
600
434.4 451.4 bahwa aktivitas adaptogenik dari daun Z.
400 mauritiana tidak hanya disebabkan oleh
200
aktivitas antioksidan melalui mekanisme
penangkapan radikal bebas, namun
0
Normal Positif Negatif 200 400 800
disebabkan juga oleh mekanisme aksi
mg/kg BB mg/kg BB mg/kg BB lainnya.
Kelompok Preeti and Tripathi (2014)
Gambar 1. Diagram batang rata-rata waktu melaporkan Z. mauritiana mengandung
berenang mencit pada uji SET beberapa golongan senyawa antara lain
alkaloid, glikosida, saponin, flavonoid,
Tabel 1. Ringkasan analisis LSD terpenoid dan fenolik.Di antara kandungan
Kelompok II III IV V VI senyawa tersebut yang diduga memiliki
I <0,001 0,304* <0,001  <0,001 <0,001 aktivitas adaptogenik adalah golongan
II <0,001 <0,001  <0,001 <0,001
III   <0,001  <0,001 <0,001 senyawa flavonoid dan triterpenoid.
IV     <0,001 <0,001 Flavonoid yang merupakan senyawa
<0,001 
V
VI
 
 
 
 
 
 
antioksidan diduga mampu berkontribusi
Keterangan: * : tidak berbeda secara signifikan terhadap aktivitas adaptogenik dengan
mekanisme mencegah kerusakan protein
fungsional serta meningkatkan produksi
4. PEMBAHASAN ATP dengan menghambat radikal bebas
Uji aktivitas adaptogenik dalam yang terbentuk selama kondisi stres
penelitian ini dilakukan dengan metode (Panossian and Wikman,
SET. Berdasarkan gambar 1., ekstrak 2010).Berdasarkan penelitian Panossian
etanol daun Z. mauritiana serta vitamin C and Wikman (2010) triterpenoid tetrasiklik
memiliki aktivitas adaptogenik dimana dalam P. ginseng memiliki aktivitas
waktu berenang yang dihasilkan lebih adaptogenik dengan mekanisme
lama dibandingkan dengan kontrol negatif mengembalikan fungsi normal reseptor
(p<0,05).Potensi adaptogenik yang glukokortikoid sehingga sekresi kortisol
dihasilkan oleh ekstrak berbanding lurus kembali normal dan memberikan efek
dengan dosis yang diberikan (p< 0,05). proteksi terhadap reaksi stres berlebih.
Vitamin C yang merupakan senyawa Kadar kortisol yang tinggi mampu
antioksidan memiliki aktivitas menyebabkan aktivasi respon stres
adaptogenik. Berdasarkan hal ini aktivitas berlebihan seperti depresi, kelelahan,
antioksidan diduga dapat berkontribusi penurunan konsentrasi dan penurunan
terhadap aktivitas adaptogenik. Abalaka et kognitif.
al. (2011)melaporkan ekstrak etanol daun
Z. mauritianamemiliki aktivitas 5. KESIMPULAN
penangkapan radikal DPPH dengan nilai Ekstrak etanol daunZ. mauritiana
IC50sebesar 101,02 μg/mldibandingkan memiliki aktivitas adaptogenik pada dosis
dengan standar vitamin C yang memiliki 200, 400 dan 800 mg/kg BB. Peningkatan

58 
 
Uji Aktivitas Adaptogenik Ekstrak Etanol Daun Bidara (Ziziphus mauritiana Auct. non Lamk.)
dengan Metode Swimming Endurance Test pada Mencit Galur Balb/C
(Samirana, P. O., Taradipta, I D. M. R., Leliqia, N. P. E.) 

dosis esktrak etanol daunZ. mauritiana of Experimental Biology. Vol. 45:


meningkatkan aktivitas adaptogenik secara 974-979.
signifikan (p< 0,05). Mehta, S.K., B.J. Prakash and N. Nayeem.
2012. Comparative Evaluation of
Adaptogenic and Antioxidant
DAFTAR PUSTAKA Activities of Traditionally Used
Indian Drugs. Asian Journal of
Abalaka, M.E., A. Mann and S.O. Plant Science and Research. Vol. 2
Adeyomo. 2011. Studies on In- (4): 510-514.
VitroAntioxidant and Free Radical Panossian, A. and G. Wikman. 2010.
Scavenging Potential and ReviewEffects of Adaptogens on
PhytochemicalScreening of Leaves the Central Nervous System and
of Ziziphus mauritiana L. and theMolecular Mechanisms
Ziziphus spinachristiL. Compared Associated with TheirStress—
with Ascorbic Acid. Protective Activity.
J.Med.Gener.Genomics. Vol.3(2): Pharmaceuticals. Vol.3: 188-224.
28-34. Perumal, S., R. Mahmud, S.P. Piaru, L.W.
Birben, E., U.M. Sahiner, C. Sackesen, S. Cai and S. Ramanathan. 2012.
Erzurum and O. Kalayci. 2012. Potential Antiradical Activity and
Oxidative Stress and Antioxidant Cytotoxycity Assesment of
Defense. WAO journal. Vol. 5: 9- Ziziphusmauritiana and Syzygium
19 polyanthum. Int.J.Pharmacol.
Chrousos, G.P. 2009. Stress and Disorders Vol.8(6): 535-541.
of the Stress System. Preeti and S. Tripathi. 2014. Ziziphus
Endocrinology. Vol. 5: 374-381. jujuba : A Phytopharmacological
Duraisami, R., V.A. Mohite andA.J. Review. International Journal of
Kasbe. 2010. Antistress, Research and Development in
Adaptogenic Activity of Pharmacy and Life Sciences. Vol. 3
Standardized Dried Extract of (3): 959-966.
Aegle marmelosAgainst Diverse Sharma, G.N. and A. Gaur. 2013. Ziziphus
Stressors. Asian J Pharmaceutical mauritiana Lam-An Overview.
and Clinical Research. Vol. 3(4): Indo American Journal of
1-3. Pharmaceutical Research. Vol. 3
Habbu, P.V., K.M. Mahadevan, P.V. (6): 4560-4566.
Kulkarni, C. Daulatsingh, V.P. Vinod, S. P. and H. Shivakumar. 2012. A
Veerapur, and R.A. Shastry. 2010. Current Status of Adaptogens:
Adaptogenic and In Vitro Natural Remedy to Stress. Asian
Antioxidant Activity of Flavonoids Pacific Journal of Tropical
and Other Fraction of Argyreia Disease. S480-S490.
speciosa (Burm.f) Boj. In Acute Winston, D. and S. Maimes. 2007.
and Chronic Stress Paradigms in Adaptogens: Herbs for Strength,
Rodents. Indian Journal of Stamina and Stress Relief.
Experimental Biology. Vol.48: 53- Washington: Herbal Therapeutics
60. Inc. Page: 17.
Kenjale, R.D., R.K. Shah and S.S.
Sathaye. Anti-stress and Anti-
oxidant Effects of Roots of
Chlorophytum borivilianum (Santa
Pau & Fernandes). Indian Journal

59 
 
Pengaruh Penggunaan Propilenglikol dan Mentol Terhadap Matrik Patch Transdermal Ekstrak Air Herba
Sambiloto (Andrographis paniculata (Burm. f.) Nees)
Setyawan E.I1., Warditiani N.K1., Dewi S.M.1

PENGARUH PENGGUNAAN PROPILENGLIKOL DAN MENTOL TERHADAP MATRIK PATCH


TRANSDERMAL EKSTRAK AIR HERBA SAMBILOTO (Andrographis paniculata (Burm. f.) Nees)

Setyawan E.I1., Warditiani N.K1., Dewi S.M.1


1
Jurusan Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana

Korespondensi: Sayu Mentari Dewi


Jurusan Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana
Jalam Kampus Unud-Jimbaran, Jimbaran-Bali, Indonesia 80364 Telp/Fax: 703837
Email: mentaridewi98@gmail.com

Abstrak
Herba sambiloto (Andrographis paniculata (Burm.f.) Nees) telah banyak diteliti untuk pengobatan
dislipidemia. Penelitian ini bertujuan untuk memformulasi ekstrak air herba sambiloto ke dalam sistem
penghantaran obat secara transdermal yaitu patch transdermal.
Ekstrak air herba sambiloto sebagai bahan aktif dibuat dengan teknik maserasi sedangkan formulasi
patch dibuat menggunakan sistem matrix controlled. Bahan tambahan yang digunakan dalam pembuatan
patch transdermalantara lain; metilselulosa, propilenglikol, dan mentol. Proporsi jumlah penggunaan
propilenglikol dan mentol dalam formula ditentukan dengan menggunakan metode simplex lattice design.
Evaluasi matrik patch meliputi; bobot matrik patch, ketebalan matrik patch, persentase susut pengeringan
patch dan ketahanan lipatan patch.
Hasil penelitian memperlihatkan tebal matrik berkisar antara 0,01 – 0,18 mm, bobot matrik antara
0,40 – 2,42 gram, ketahanan lipatan >300 lipatan dan persentase susut pengeringanantara 2,48% -
48,14%. Formula optimal dihasilkan oleh kombinasi propilenglikol dengan mentol perbandingan (2:0)
yang memiliki nilai desirability 0,986.

Kata kunci: Ekstrak air herba sambiloto, propilenglikol, mentol, transdermal, matrik patch

1. PENDAHULUAN menghambat enzim HMG CoA reduktase yang


Prevalensi dislipidemia di dunia masih diisolasi dari hati tikus uji.
cukup tinggi. Angka prevalensi yang tinggi ini Pada kesempatan ini peneliti menawarkan
menunjukkan bahwa diperlukannya suatu suatu bentuk penghantaran obat baru yakni rute
pengembangan obat dalam upaya mengurangi transdermal. Salah satu bentuk sediaan
kejadian penyakit dislipidemia. transdermal adalah sediaan patch. Patch
Hasil penelitian yang dilakukan oleh transdermal memiliki keunggulan dibandingkan
Nugroho, dkk. (2012) ekstrak terpurifikasi dari dengan sediaan transdermal lainnya seperti gel,
herba sambiloto telah terbukti mampu krim, dan salep. Keunggulan tersebut salah
menurunkan kadar LDL dan trigliserida darah satunya adalah dapat memberikan kemudahan
secara signifikan karena mengandung senyawa dalam pengaturan dosis.
andrografolid. Patel, dkk. (2011) juga Efektivitas suatu patch tidak hanya
membuktikan bahwa ekstrak air dari daun ditentukan oleh zat aktifnya saja tetapi juga
sambiloto memiliki aktivitas antihiperlipidemia dipengaruhi oleh komponen bahan tambahan
pada dosis 100 dan 200 mg/kg dengan cara yang digunakan, seperti plasticizer dan
permeation enhancer.
Plasticizer ditambahkan ke dalam suatu polimer patchdimana patch akan menjadi lebih lembut,
untuk memodifikasi karakter fisik patch. lebih lentur, dan dapat tahan terhadap tahanan
Plasticizer dapat mengubah viskoelastik mekanik (Bharkatiya et al., 2010). Adapun


60 
Pengaruh Penggunaan Propilenglikol dan Mentol Terhadap Matrik Patch Transdermal Ekstrak Air Herba
Sambiloto (Andrographis paniculata (Burm. f.) Nees)
Setyawan E.I1., Warditiani N.K1., Dewi S.M.1

plasticizer yang dapat digunakan adalah jumlah penggunaan kedua bahan tambahan
propilenglikol. Permeation enhancer adalah tersebut dalam rangka optimasi formula.
eksipien yang ditambahkan ke dalam matrik
patch yang berfungsi untuk meningkatkan 2. BAHAN DAN METODE
kemampuan penetrasi obat ke dalam kulit. Salah 2.1 Bahan Penelitian
satu bahan yang dapat digunakan sebagai Serbuk kering Andrographis
permeation enhancer adalah mentol. paniculata(Burm. f.) Nees yang diperoleh dari
Dari berbagai macam penelitian yang telah Kulonprogo, aquadest , metilselulosa SM 4000
diuraikan, belum ada penelitian yang pemberian dari PT. Menjangan sakti berderajat
menggunakan kombinasi antara propilenglikol teknis, dan propilenglikol dari Bratachem
dan mentoldi dalam suatu formula patch yang berderajat teknis.
menggunakan ekstrak herba sambiloto. Oleh 2.2 Metode Penelitian
karena itu, dilakukan suatu penelitian untuk 2.2.1 Pembuatan Formula Patch Transdermal
mempelajari dan mengetahui pengaruh Metode yang digunakan dalam
propilenglikol dan mentoldalam formulasi patch pembuatan patch transdermal adalah metode
terhadap sifat fisik patch yang dihasilkan serta matrik.

Tabel 1. Formula Matrik Patch Transdermal Ekstrak Sambiloto (diolah dengan menggunakan metode
Simplex Lattice Design)

Mentol 1%
Metilselulosa Propilengikol (mL)
RUN Ekstrak Air Herba
3% (mL) (mL)
Sambiloto 1% (mL)

R1 10 5 1,5 0,5
R2 10 5 1 1
R3 10 5 1 1
R4 10 5 0 2
R5 10 5 0 2
R6 10 5 0,5 1,5
R7 10 5 2 0
R8 10 5 2 0

2.2.2 Evaluasi Fisik Patch 3 kali pada patch yang berbeda dari formula
a. Tebal Patch yang sama, kemudian dihitung bobot rata-
Ketebalan patch diukur dalam titik yang ratanya (Parivesh dkk., 2010).
berbeda dengan menggunakan jangka sorong c. Folding Endurance
dan menentukan ketebalan rata-rata dan standar Uji ketahanan suatu patch dilakukan dengan
deviasi yang sama untuk memastikan ketebalan cara dilipat berulang kali di tempat yang sama
patch (Rani et al., 2011). sampai pecah. Banyaknya lipatan yang dapat
b. Keseragaman Bobot dilakukan dianggap sebagai nilai ketahanan
Pengujian variasi bobot patch pada tiap (Rani et al., 2011).
formula dilakukan dengan cara menimbang satu d. Loss on drying
persatu patch. Penimbangan dilakukan replikasi

61 
Pengaruh Penggunaan Propilenglikol dan Mentol Terhadap Matrik Patch Transdermal Ekstrak Air Herba
Sambiloto (Andrographis paniculata (Burm. f.) Nees)
Setyawan E.I1., Warditiani N.K1., Dewi S.M.1

Patch ditimbang satu persatu kemudian


dimasukkan ke dalam moisture balance pada 2.2.4 Verifikasi Formula Optimal
suhu 105oC hingga alat menunjukkan angka Verifikasi dilakukan dengan membuat
susut pengeringan (Patel, 2009). matrik patch dari formula yang paling optimal
hasil prediksi dari simplex lattice design pada
2.2.3 Penentuan Formula Optimal software Design Expert versi 7. Pembuatan
Formula optimal dilakukan dengan melihat hasil matrik patch tersebut dilakukan pengulangan
uji karakter fisik matrik patch pada masing- sebanyak 3 kali. Hasil observasi matrik tersebut
masing formula dimana dalam uji karakter fisik dibandingkan dengan hasil respon prediksi yang
matrik patch tersebut dicari respon bobot, tebal, dihasilkan formula optimal pada simplex lattice
persentase susut pengeringan dan ketahanan design. Kemudian dilakukan verifikasi dengan
lipatan yang maksimal. Hasil uji dari masing- menggunakan uji T-test dari single simple test
masing formula kemudian diolah menggunakan pada software OpenStat.
metode simplex lattice design pada software
Design Expert versi 7 dengan memperhatikan
nilai desirability yang paling besar.

3. HASIL

Tabel 2. Hasil Evaluasi Karakter Fisik Matrik Patch

Tebal rata- Loss on


Perbandingan Bobot Folding
Run rata matrik Drying
PG : mentol (gram) Endurance
(mm) (%)
1 1,5 : 0,5 0,0832 2,2529 >300 13,57
2 1:1 0,0153 1,7881 >300 13,53
3 1:1 0,0551 1,6681 >300 9,30
4 0:2 0,0611 0,4014 >300 42,30
5 0:2 0,0264 0,4366 >300 48,14
6 0,5 : 1,5 0,1350 1,7430 >300 11,52
7 2:0 0,0650 2,4270 >300 4,09
8 2:0 0,1834 2,3961 >300 2,48
4. PEMBAHASAN hasil percobaan dengan hasil prediksi model.
Berdasarkan hasil analisa statistik, tebal Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa
matrik patch dari kelima formula tidak berbeda penambahan propilenglikol dan mentol
secara siginifikan dengan nilai probabilitas memberikan pengaruh terhadap bobot matrik
sebesar 0,2883 (> 0,05), sehingga dengan patch, akan tetapi tidak ada suatu model dalam
demikian tidak dapat dijadikan salah satu faktor metode simplex lattice design (linier, quadratic,
dalam menentukan formula optimal. dan cubic) yang mampu menggambarkan hasil
Berdasarkan hasil analisa statistic, bobot percobaan tersebut.
patch kelima formula memiliki nilai probabilitas Nilai ketahanan lipatan matrik patch sama
sebesar 0,0008 (< 0,05), artinya bahwa kelima pada kelima formula yaitu lebih dari 300 kali
formula tersebut berbeda secara signifikan. yang dapat dilihat pada tabel 4.2., sehingga tidak
Nilai lack of fit yang dihasilkan setelah analisis dapat dijadikan sebagai salah satu faktor dalam
fitting kurva adalah sebesar 46,49 dengan nilai menentukan formula optimal.
probabilitas sebesar 0,0055 (<0,05) yang artinya Berdasarkan hasil analisa statistik, persentase
hanya ada 0,55% peluang kesesuaian antara susut pengeringan patch kelima formula

62 
Pengaruh Penggunaan Propilenglikol dan Mentol Terhadap Matrik Patch Transdermal Ekstrak Air Herba
Sambiloto (Andrographis paniculata (Burm. f.) Nees)
Setyawan E.I1., Warditiani N.K1., Dewi S.M.1

menunjukkan perbedaan yang signifikan dengan


nilai probabilitas sebesar 0,0005 (<0,05),
sehingga nilai respon persentase susut
pengeringan patch kelima formula ini dapat
digunakan sebagai salah satu faktor dalam
menentukan formula optimal. Berikut adalah
persamaan yang menggambarkan hubungan
antara propilenglikol dan mentol :

Y = 1,5629A + 22,52986B – 13,64956AB +


15,34683AB(A-B)………...........(1)
Keterangan : Gambar 1. Grafik Hubungan antara Komposisi
Y = susut pengeringan matriks patch Propilenglikol dengan Mentol
transdermal (%) terhadap Persentase Susut
A= proporsi komponen propilenglikol Pengeringan Matrik Patch
B=proporsi komponen mentol Transdermal.

Pada gambar 1 terlihat bahwa terjadi


peningkatan persentase susut pengeringan
matrik patch pada komposisi
propilenglikol:mentol (0:2) dan terjadi
penurunan persentase susut pengeringan matrik
patch pada komposisi propilenglikol:mentol
(2:0). Pada persamaan (1) dapat diketahui bahwa
penambahan mentol atau propilenglikol
memiliki pengaruh terhadap persentase susut
pengeringan. Interaksi antara propilenglikol dan
mentol dapat mengurangi atau meningkatkan
persentase susut pengeringan dengan mekanisme Gambar 2 Grafik Normal Plot of Residual yang
yang belum diketahui. Peningkatan persentase menggambarkan random error atau
susut pengeringan terjadi diiringi dengan systematic error yang ditandai
penambahan jumlah penggunaan mentol dan dengan terdistribusinya data
menurun dengan berkurangnya jumlah mengikuti garis linier.
penggunaan mentol.Penambahan mentol
berperan paling besar dalam meningkatkan susut Hasil Normal Plot of Residuals pada gambar
pengeringan matrik patch dengan koefisien 2 menunjukkan bahwa nilai respon uji
22,52986. Hal ini dikarenakan mentol persentase susut pengeringan matrik patch
merupakan komponen yang mudah menguap terdistribusi secara merata mengikuti garis linier,
sehingga semakin besar penambahan mentol ke yang artinya nilai respon akan memberikan hasil
dalam formula maka persentase susut yang baik. Pada gambar 3 dapat dilihat bahwa
pengeringan juga akan meningkat. hasil respon persentase susut pengeringan matrik
patch transdermal tidak ada yang berada diluar
garis linier. Hal ini menunjukkan bahwa tidak
terdapat data pencilan dan besarnya variasi data
pada kedelapan run selama percobaan masih
dapat diterima sehingga tidak perlu dilakukan
formulasi ulang.

63 
Pengaruh Penggunaan Propilenglikol dan Mentol Terhadap Matrik Patch Transdermal Ekstrak Air Herba
Sambiloto (Andrographis paniculata (Burm. f.) Nees)
Setyawan E.I1., Warditiani N.K1., Dewi S.M.1

Penggunaan propilenglikol dan mentol


berpengaruh dalam meningkatkan dan
menurunkan persentase susut pengeringan
matrik patch dimana komposisi
propilenglikol:mentol (2:0) menghasilkan
formula optimal secara fisik dari hasil prediksi
simplex latticedesign pada software Design
Expert versi 7.

SARAN
Sebaiknya dilakukan penelitian lebih lanjut
untuk mengetahui jumlah pelepasan zat aktif
dari patch transdermal.

Gambar 3. Grafik Cook’s Distance yang


menunjukkan ada tidaknya data DAFTAR PUSTAKA
yang bersifat pencilan yang Andika, W. T., Sujatmoko, dan M. Khairuman.
2014. Formulasi Ekstrak Seduh
Selanjutnya dengan metode simplex lattice Hepatoprotektor dari Ekstrak Sambiloto
design melalui pendekatan secara numerik, (Andrographis paniculata). BIMFI. Vol.
disarankan dua formula optimal yaitu formula 2, No. 2.
pertama dengan komposisi
propilenglikol:mentol (2:0) yang memiliki nilai
desirability 0,986 dan formula kedua dengan Bharkatiya, M., R.K. Nema, and M. Bhatnagar.
komposisi propilenglikol:mentol (0,791:1,209) 2010. Designing and Characterization of
yang memiliki nilai desirability 0,851. Drug Free Patches for Transdermal
Application. International Journal of
Pharmaceutical Science and Drug
Research. 2(1): 35-39.

Buxton, R. 2007. Design Expert 7. Mathematics


Learning Support Centre,p.2-10.

Depkes RI. 1995. Farmakope Indonesia edisi 4.


Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia. 4. 449-450.
Gambar 4. .Hubungan antara Propilenglikol
dengan Mentol terhadap Nilai Fox, L.T., Minja G., Jeanetta D.P., and Josias
Desirabilit yang Menunjukkan H.H. 2011. Transdermal Drug Delivery
Letak Formula Optimal Enhancement by Compounds of Natural
Origin. Molecules. 16: 10507-10540.
Kemudian hasil verifikasi formula
menunjukkan antara hasil prediksi dengan hasil Jansje, H.V., Ticoalu, dan Yoseph L. S. 2013.
percobaan memiliki nilai probabilitas sebesar Prevalensi Penyakit Tidak Menular pada
0,548 (>0,05) yang artinya bahwa hasil prediksi Tahun 2012-2013 di Kecamatan
dengan hasil percobaan tidak berbeda signifikan. Airmadidi Kabupaten Minahasa Utara
Sulawesi Utara.
5. KESIMPULAN

64 
Pengaruh Penggunaan Propilenglikol dan Mentol Terhadap Matrik Patch Transdermal Ekstrak Air Herba
Sambiloto (Andrographis paniculata (Burm. f.) Nees)
Setyawan E.I1., Warditiani N.K1., Dewi S.M.1

Luo J., Yi-tong M., Zi-xiang Y., Yi-ning Y.,


Xiang X., Xiang M., Fen L., Xiao-mei Patel, H.D., Gaurang B.S., and Vandit T. 2011.
L., and Bang-dang C. 2014. Prevalence, Investigation of HMG Co A Reductase
Awareness, Treatment and Control of Inhibitory Activity of
Dyslipidemia Among Adults in Antihyperlipidemic Herbal Drugs In
Northwestern China: The Vitro Study. Asean J.Exp.Biol.Sci. 2(1):
Cardiovascular Risk Survey. Lipids in 63-68.
Health and Disease. 13(4): 1-6.
Ratnani, R.D., I. Hartati., L. Kurniasari. 2012.
Nugroho, A. E., Mohamad A., Ni Kadek W., Potensi Produksi Andrographolide dari
Eka S., Suwidjiyo P., and Endang L. Sambiloto (Andrographis paniculata
2012. Antidiabetic and Ness) melalui Proses Ekstraksi
Antihiperlipidemic Effect of Hidroptropi. Momentum. Vol 8, No. 1.
Andrographis paniculata (Burm. f.)
Nees and Andrographolide in High- Rani S., Kamal S., Navneet S., and Pooja M.
Fructose-Fat-Fed Rats. Indian Journal 2011. Transdermal Patches a Successful
of Pharmacology. 44(3): 377-381. Tool in Transdermal Drug Delivery
System: An Overview. Pelagia
Parivesh, S., Sumeet, D., and Abhishek, D., Research Library. 2(5): 17-29.
2010, Design, Evaluation, Parameters
and Marketed Products of transdermal Rowe, R.C., P. J. Sheskey, M. E. Quinn. 2009.
patches: A Review, J. Pharm. Res., 3(2): Handbook of Pharmaceutical Excipients
235-240. Sixth Edition. Pharmaceutical Press:
USA.
Patel, D.P., Setty, C.M., Mistry., G.N., Patel ,
L.S., Patel, T.J., Mistry, P.C., Rana, Venkatraman, S., Davar, N., Chester, A., and
A.K., Patel, P.K., dan Mishra, R.S., Kleiner, L. 2002. An Overview of
2009, Development and Evaluation of Controlled Release System in Wise,
Ethyl Cellulose-Based Transdermal D.L.Handbook of Pharmaceutical
Films of Furosemide for Improved In Controlled Release Technology.New
Vitro Skin Permeation, Pharm. Sci. York: Marcel Dekker, Inc. p.445-52.
Tech., 10(2): 437-442.

65 
Pengaruh Pemberian Fraksi Terpenoid Daun Katuk (Sauropus Androgynus (L.) Merr) Terhadap Profil
Lipid Tikus Putih (Rattus Novergicus, L.) Jantan Galur Wistar yang Diinduksi
Pakan Kaya Lemak (Warditiani, N. K, Indrani, A.A.I. S., Sari, N. A. P. P., Swasti, I.A.S., Dewi,
N.P.A.K., Widjaja I.N.K.)

PENGARUH PEMBERIAN FRAKSI TERPENOID DAUN KATUK (SAUROPUS ANDROGYNUS


(L.) MERR) TERHADAP PROFIL LIPID TIKUS PUTIH (RATTUS NOVERGICUS, L.) JANTAN
GALUR WISTAR YANG DIINDUKSI
PAKAN KAYA LEMAK

Warditiani, N. K.1, Indrani, A.A.I. S.1, Sari, N. A. P. P.1, Swasti, I.A.S.1, Dewi, N.P.A.K.1, Widjaja
I.N.K.1

1
Jurusan Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana

Korespondensi: Anak Agung Istri Sinta Indrani


Jurusan Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana
Jalam Kampus Unud-Jimbaran, Jimbaran-Bali, Indonesia 80364 Telp/Fax: 703837
Email: sintaindrani@gmail.com

Abstrak
Daun katuk (Sauropus androgynus (L.) Merr) diketahui memiliki aktivitas sebagai
antidislipidemia. Senyawa kimia yang terkandung dalam ekstrak etanol 90% yaitu alkaloid, saponin,
flavonoid, tanin, dan terpenoid. Salah satu kandungan kimia yang diduga memiliki aktivitas sebagai
antidislipidemia yaitu terpenoid. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh
pemberian fraksi terpenoid daun katuk (Sauropus androgynus (L.) Merr) terhadap profil lipid darah
tikus putih jantan galur wistar yang diinduksi pakan kaya lemak.
Penelitian ini meliputi beberapa tahap yaitu: ekstraksi, fraksinasi dengan kromatografi kolom
lambat dengan pelarut campur kloroform:metanol (9:1-1:9 v/v) dan induksi pakan kaya lemak selama
30 hari sebelum perlakuan. Kelompok penelitian dibagi menjadi 5 kelompok yang terdiri dari kontrol
negatif (CMC Na 0,1%), kontrol positif (simvastatin 1,8 mg/kgBB), dan perlakuan yang diberikan dua
variasi dosis fraksi terpenoid daun katuk yaitu 50 mg/kgBB dan 100 mg/kgBB selama 21 hari dengan
pembawa CMC Na 0,1%. Pengambilan darah dilakukan sebelum dan setelah perlakuan. Pengukuran
kadar kolesterol total, trigliserida, LDL, dan HDL menggunakan reaksi enzimatis. Data yang
diperoleh diolah secara statistik.
Hasil pemisahan menggunakan metode kromatografi kolom lambat didapatkan 7 fraksi
terpenoid. Fraksi terpenoid daun katuk pada dosis 50mg/kgBB dan 100mg/kgBB memiliki pengaruh
yang baik terhadap profil lipid dalam menurunkan kadar kolesterol total, trigliserida, dan LDL serta
meningkatkan kadar HDL (p<0,05).

Kata Kunci: Sauropus androgynus (L.) Merr, terpenoid, kromatografi kolom lambat, profil lipid.

1. Pendahuluan menjadi faktor resiko pemicu berbagai


Dislipidemia merupakan suatu kelainan penyakit, salah satunya yaitu penyakit jantung
metabolisme lipid yang ditandai dengan koroner. WHO memperkirakan dari setengah
meningkatnya kadar kolestrol total, Low lebih kasus penyakit jantung iskemik yang
Density Lipoprotein (LDL) di dalam darah dan terjadi di dunia berkaitan dengan kondisi
tingginya kadar trigliserida yang disertai dislipidemia, dimana angka kematiannya telah
dengan penurunan kadar High Density mencapai lebih dari empat juta tiap tahunnya
Liporotein (HDL) (Musunuru, 2010). (Singh, et.al., 2011).
Pada kondisi dislipidemia, tingginya kadar Pengobatan dislipidemia harus disertai
LDL yang beredar dalam darah diidentifikasi dengan perubahan pola hidup seperti berhenti
sebagai faktor risiko potensial untuk terjadinya merokok, meningkatkan aktivitas fisik dengan
stress oksidatif yang memicu meningkatnya olahraga yang cukup, serta mengurangi asupan
peroksidasi lipid pada membran lipid dan lemak jenuh dan kolesterol untuk menurunkan
66
Pengaruh Pemberian Fraksi Terpenoid Daun Katuk (Sauropus Androgynus (L.) Merr) Terhadap Profil
Lipid Tikus Putih (Rattus Novergicus, L.) Jantan Galur Wistar yang Diinduksi
Pakan Kaya Lemak (Warditiani, N. K, Indrani, A.A.I. S., Sari, N. A. P. P., Swasti, I.A.S., Dewi,
N.P.A.K., Widjaja I.N.K.)

kadar kolesterol. Terapi dislipidemia yang Berdasarkan uraian di atas, maka perlu
sering digunakan sebagai terapi lini pertama dilakukan penelitian lebih lanjut untuk
adalah golongan statin (Oxford dan King, mengetahui pengaruh pemberian fraksi
2002). terpenoid daun katuk (Sauropus androgynus
Penggunaan obat tradisional sebagai (L.) Merr) terhadap profil lipid tikus putih
alternatif pengobatan dikalangan masyarakat (Rattus norvegicus, L.) jantan galur wistar
yang semakin meningkat mengakibatkan yang diinduksi pakan kaya lemak.
penelitian mengenai tanaman obat semakin
berkembang. Indonesia sebagai salah satu 2. Bahan dan Metode
negara dengan keanekaragaman hayati yang 2.1 Pembuatan Fraksi Terpenoid
berlimpah memiliki keuntungan dengan adanya Sejumlah 1,5 Kg serbuk kering Sauropus
banyak jenis tumbuhan obat yang berpotensi Androgynus dimaserasi dengan 7 L etanol
sebagai bahan baku obat. Untuk itu, perlu 90%. Kemudian disaring dan ampasnya
dilakukan penelitian-penelitian mengenai diremaserasi dua kali. Maserat dijadikan satu
pengembangan obat dari tanaman seperti uji dan diuapkan hingga diperoleh ekstrak kental.
efektivitas sehingga dapat diketahui aktivitas Selanjutnya dilakukan fraksinasi dengan
tumbuhan obat tersebut dalam mengobati suatu kromatografi kolom lambat menggunakan fase
penyakit. Salah satu jenis tanaman yang dapat gerak bergradien yaitu kloroform : metanol
dimanfaakan sebagai tanaman obat diantaranya dengan perbandingan 9:1 v/v sampai 1:9 v/v.
adalah daun katuk (Sauropus androgynus (L.)
Merr). 2.2 Aklimatisasi Hewan Uji
Daun katuk secara tradisional telah banyak Tiga puluh (30) ekor tikus dengan berat
digunakan oleh masyarakat sebagai obat badan 150-200 gram dikandangkan pada
herbal. Dalam penelitian yang telah dilakukan kondisi lingkungan standard (suhu 25±1oC,
oleh Warditiani, dkk., (2014), Ekstrak etanol kelembaban 55±5% dan fase terang gelap =
daun katuk yang mengandung senyawa 12:12 jam). Tiap kandang berisi 6 ekor tikus
alkaloid, terpenoid, flavonoid, saponin, tanin, dan diberi akses bebas untuk air minum dan
dan glikosida telah teruji memiliki aktivitas pakan.
antidislipidemia pada dosis 100 mg/kgBB dan
200 mg/kgBB yang mampu menurunkan kadar 2.3 Pemberian Perlakuan pada Tikus untuk
kolesterol total, trigliserida, dan LDL pada Tahap Pengujian
tikus jantan galur wistar yang diinduksi pakan Tikus dibagi menjadi 5 kelompok, 6 ekor
kaya lemak. tikus disetiap kelompoknya dan diberikan
Kandungan senyawa terpenoid, yang perlakuan sebagai berikut: kelompok 1 (kontrol
terdapat pada daun katuk diduga memiliki normal) diberikan pakan standar BR-1 dan
aktivitas sebagai antidislipidemia. Terpenoid aquadest, klompok II (kontrol negatif)
berperan dalam menghambat biosintesis diberikan pakan kaya lemak dan CMC Na
kolesterol dengan mengatur degradasi enzim 3- 0,1%; kelompok III (kontrol positif) diberikan
hidroksi-3-metilglutaril (HMG-KoA) reduktase pakan kaya lemak dan simvastatin dosis 1,8
(Bradfute dan Simoni, 1994). Menurut mg/kgBB/hari; kelompok IV diberikan pakan
penelitian Machaba dkk. (2014), menunjukkan kaya lemak dan larutan uji fraksi terpenoid
bahwa senyawa triterpenoid (Methyl-3β- dosis 50 mg/kgBB; kelompok V diberikan
hydroxylanosta-9,24-dien-21-oate) yang pakan kaya lemak dan larutan uji fraksi
diisolasi dari kulit batang Protorhus longifolia terpenoid dosis 100 mg/kgBB.
(Benrh) Engl memiliki aktivitas Setelah aklitimasi, tikus siap diinduksi
antidislipidemia yang diuji secara in-vivo. pakan kaya lemak dengan campuran pakan
Pemberian secara per oral isolat triterpenoid meliputi pakan BR-1 80%, lemak babi 15%
dengan dosis 100 mg/kgBB dan 200 mg/kgBB dan kuning telur 5% selama 52 hari. Masing-
mampu menurunkan kadar kolesterol dan LDL, masing kelompok diberikan perlakuan sesuai
serta meningkatkan HDL secara signifikan dengan kelompok perlakuannya. Pada hari ke
pada tikus yang diinduksi pakan kaya lemak 31 dan 52 dari masing-masing kelompok
(Machaba dkk., 2014). dilakukan pengukuran kadar total kolestrol,
67
Pengaruh Pemberian Fraksi Terpenoid Daun Katuk (Sauropus Androgynus (L.) Merr) Terhadap Profil
Lipid Tikus Putih (Rattus Novergicus, L.) Jantan Galur Wistar yang Diinduksi
Pakan Kaya Lemak (Warditiani, N. K, Indrani, A.A.I. S., Sari, N. A. P. P., Swasti, I.A.S., Dewi,
N.P.A.K., Widjaja I.N.K.)
 
trigliserida dan HDL dalam serum darah untuk 2.5 Analisis Data
melihat pengaruh pemberian fraksi terpenoid Data yang diperoleh berupa kadar
terhadap profil lipid tikus. kolesterol total, trigliserida, HDL, dan LDL
dianalisis secara statisik dengan SPSS. Data
2.4 Pengukuran Kadar Kolesterol Total, diuji normalitasnya dengan Shapiro-Wilk dan
Trigliserida, HDL dan LDL homogenitasnya dengan uji Levene. Data
Darah yang diambil ditampung dan dianalisis dengan uji statistik non parametrik
didiamkan selama 15 menit lalu disentrifugasi Kruskal-Wallis untuk mengetahui perbedaan
dengan kecepatan 3000 rpm. Setelah serum masing-masing kelompok dan selanjutnya
terpisah, dipipet sebanyak 10µL lalu dilakukan uji Mann-Withney dengan taraf
dimasukan ke dalam tabung reaksi. kepercayaan 95% untuk mengetahui kelompok
Standar kolesterol dengan konsentrasi 200 yang memberikan perbedaan bermakna.
mg/dL, blanko dan sampel serum masing- Dikatakan berbeda bermakna apabila p<0,05
masing diambil sebanyak 10 µL dengan pipet dan tidak berbeda bermakna apabila p>0,05.
mikro, kemudian ditambahkan dengan 1000 Fraksi terpenoid dikatakan memiliki
µL reagen kolesterol. Reagen disimpan pada pengaruh terhadap profil lipid tikus apabila
suhu 2-8 ºC. Larutan divortex. Dinkubasi pada salah satu atau kombinasi dari penurunan kadar
suhu 20-25oC selama 20 menit. Absorbansinya kolesterol total, trigliserida, dan LDL serta
dibaca dengan spektrofotometer UV-Vis pada peningkatan kadar HDL pada kelompok
panjang gelombag 500 nm. perlakuan berbeda bermakna (p<0,05) dengan
Pengukuran trigliserida dilakukan dengan kelompok kontrol negatif.
menggunakan standar trigliserida konsentrasi
200 mg/dL, blanko dan sampel serum masing- 3. Hasil
masing diambil sebanyak 10 µL dengan pipet Dari hasil fraksinasi, diperoleh 7 fraksi
mikro, kemudian ditambahkan dengan 1000 yang mengandung terpenoid yaitu fraksi ke 11
µL reagen trigliserida. Reagen disimpan pada hingga fraksi ke 17.
suhu 2-8 ºC. Larutan divortex. Dinkubasi pada Penelitian ini bersifat eksperimental
suhu 20-25oC selama 20 menit. Absorbansinya dengan pendekatan pre dan post test control
dibaca dengan spektrofotometer UV-Vis pada group design. Penelitian ini menggunakan
panjang gelombag 500 nm. sampel berupa 30 ekor tikus putih jantan galur
Untuk pengukuran HDL, standar Wistar (Rattus novergicus) umur 4 minggu
kolesterol dengan konsentrasi 200 mg/dL, dengan berat badan 150-200 gram. Hewan
blanko dan sampel serum masing-masing percobaan dibagi secara acak menjadi 5 grup
dambil 200 µL, lalu ditambahkan dengan 500 yang masing-masing berjumlah 6 ekor. Grup
µL reagen presipitan HDL di vortex, larutan tikus normal merupakan kelompok I dan grup
o tikus yang mengalami dislipidemia terdapat
diinkubasi selama 15 menit pada suhu 20-25 C
C, disentrifugasi selama 20 menit dengan pada kelompok II III, IV, dan V. Grup II
kecepatan 4500 rpm. Diambil bagian merupakan kelompok negatif yang diberikan
supernatan sebanyak 100 µL, kemudian diet kaya lemak dan CMC-Na 0,1 % dan grup
tambahkan reagen kolesterol 1000 µL di III yang merupakan kelompok positif diberikan
o simvastatin 1,8 mg/kgBB. Tikus IV dan V
inkubasi selama 10 menit pada suhu 20 C.
Absoransinya dibaca dengan spektrofotometer diberikan diet kaya lemak dan fraksi terpenoid
UV-Vis pada panjang gelombang 500 nm. dengan dosis 50 dan 100 mg/kgBB selama 21
Reagen disimpan pada suhu 2-8 ºC. hari. Kemudian kadar kolesterol total,
Kadar LDL dalam supernatan serum trigliserida, LDL dan HDL diukur secara
diperhitungkan dengan rumus: spektrofotometri UV-Vis.
Hasil uji Shapiro-Wilk dan Levene test
  dari data kadar kolesterol total, trigliserida,
LDL, dan HDL sebelum diberikan perlakuan
dan setelah diberikan perlakuan menunjukkan
bahwa data telah terdistribusi normal (p>0,05 )
namun data tidak homogen (p<0,05). Oleh
68

 
Pengaruh Pemberian Fraksi Terpenoid Daun Katuk (Sauropus Androgynus (L.) Merr) Terhadap Profil
Lipid Tikus Putih (Rattus Novergicus, L.) Jantan Galur Wistar yang Diinduksi
Pakan Kaya Lemak (Warditiani, N. K, Indrani, A.A.I. S., Sari, N. A. P. P., Swasti, I.A.S., Dewi,
N.P.A.K., Widjaja I.N.K.)
 
sebab itu, dilakukan uji non parametrik dengan 4. Pembahasan
uji Kruskal-Wallis untuk melihat adanya Berdasarkan hasil induksi pakan kaya
kelompok percobaan yang memberikan lemak yang diberikan selama 30 hari telah
perbedaan bermakna. Hasil yang diperoleh berhasil menaikkan kadar kolesterol total,
menunjukkan adanya perbedaan bermakna trigliserida, LDL di atas normal, serta
(p<0,05) pada kadar kolesterol total, menurunkan HDL di bawah normal, pada
trigliserida, LDL, dan HDL dari kelima semua kelompok perlakuan yang diinduksi
kelompok tikus sebelum perlakuan dan setelah pakan kaya lemak. Berdasarkan uji statistik
pemberian fraksi. Mann-Withney dengan taraf kepercayaan 95%,
Tabel 1. Kadar rata-rata lipid tikus sebelum menunjukkan adanya perbedaan bermakna
diberikan perlakuan dan setelah diberikan antara kelompok normal yang tidak diinduksi
perlakuan dengan pakan kaya lemak dengan 4 kelompok
Kadar rata-rata lipid lainnya yang diinduksi dengan pakan kaya
Sebelum perlakuan lemak. Oleh sebab itu, hewan uji pada
KT TG HDL LDL kelompok-kelompok tersebut dapat dinyatakan
N 51,56 112,42 14,14 17,99 menderita dislipidemia.
± 7,43 ±34,39 ±1,12 ±4,18 Hewan uji yang telah mengalami
dislipidemia selanjutnya diberikan perlakuan
(-) 102,43 151,75 7,05 65,03 pemberian simvastatin, fraksi terpenoid dosis
±10,89 ±4,97 ±0,90 ±10,71 50 mg/KgBB dan dosis 100 mg/KgBB selama
21 hari. Hasil uji Mann-Withney menunjukkan
(+) 83,02 166,23 6,38 43,40 nilai p<0,05 sehingga dapat dikatakan bahwa
±1,81 8,93 ±2,77 ±3,37 terdapat perbedaan bermakna kadar kolesterol
total, trigliserida, LDL, dan HDL antara
TI 82,68 156,25 8,84 42,59 kelompok kontrol negatif dengan kelompok
±14,38 ±3,88 ±1,74 ±12,37 perlakuan dosis 50 mg/KgBB dan kelompok
perlakuan dosis 100 mg/KgBB. Hal tersebut
TII 82,39 152,74 8,04 43,80 menunjukkan bahwa pemberian fraksi
±3,90 ±6,95 ±1,53 ±5,34 terpenoid daun katuk dosis 50 mg/KgBB dan
Setelah perlakuan 100 mg/KgBB memiliki pengaruh yang
KT TG HDL LDL signifikan dalam menurunkan kadar kolesterol
N 52,85 112,24 27,13 3,28 total, trigliserida, LDL, maupun meningkatkan
±0,87 ±23,08 ±1,88 ±1,93 kadar HDL.
Kemampuan simvastatin sebagai obat
(-) 128,34 161,92 3,17 92,78 antidislipidemia menunjukkan bahwa
±19,11 ±9,48 ±1,61 ±17,09 simvastatin memiliki pengaruh yang signifikan
dalam menurunkan kadar kolesterol total,
(+) 40,47 33,44 15,15 18,64 trigliserida, LDL, maupun meningkatkan kadar
±13,58 ±18,35 ±2,45 ±15,40 HDL (p<0,05). Untuk megetahui kemampuan
fraksi terpenoid daun katuk dengan
TI 47,75 54,24 15,81 21,10 simvastatin, dapat dilihat dengan
±2,94 ±10,83 ±2,45 ±2,08 membandingkan antara kelompok positif
dengan kelompok perlakuan dosis 50
TII 45,39 52,96 15,45 19,35 mg/KgBB dan perlakuan dosis 100 mg/KgBB.
±5,55 ±30,15 ±2,60 ±7,66 Hasil uji Mann-Withney menunjukkan bahwa
Keterangan: N = normal, (-) = negatif, (+) = positif, pemberian fraksi terpenoid daun katuk dosis 50
TI = perlakuan fraksi terpenoid dosis 50 mg/kgBB, mg/KgBB dan 100 mg/kgBB mempunyai
TII = perlakuan fraksi terpenoid dosis 100 kemampuan yang sebanding atau tidak berbeda
mg/kgBB. bermakna (p>0,05) dengan simvastanin dalam
menurunkan kadar kolesterol total, trigliserida,
LDL, dan meningkatkan kadar HDL.

69

 
Pengaruh Pemberian Fraksi Terpenoid Daun Katuk (Sauropus Androgynus (L.) Merr) Terhadap Profil
Lipid Tikus Putih (Rattus Novergicus, L.) Jantan Galur Wistar yang Diinduksi
Pakan Kaya Lemak (Warditiani, N. K, Indrani, A.A.I. S., Sari, N. A. P. P., Swasti, I.A.S., Dewi,
N.P.A.K., Widjaja I.N.K.)

Kemampuan fraksi terpenoid daun katuk kolesterol bebas menjadi kolesterol ester,
dengan simvastatin juga dilihat dari selisih kemudian kolesterol ester ini dimasukkan ke
kadar lipid sebelum perlakuan dan setelah dalam inti partikel lipoprotein membentuk
perlakuan. Selisih kadar lipid menunjukkan HDL. HDL ini disirkulasikan melalui darah
bahwa pemberian fraksi terpenoid daun katuk dan memasukkan lebih banyak kolesterol dari
dosis 100 mg/KgBB memiliki kemampuan darah dan jaringan kembali ke hati (Djellouli
yang sebanding dengan simvastatin dalam dkk., 2014).
menurunkan kolesterol total, trigliserida, LDL,
dan meningkatkan kadar HDL dengan nilai 5. Kesimpulan
p>0,05. Begitu pula dengan pemberian fraksi Fraksi terpenoid daun katuk memiliki
terpenoid daun katuk dengan dosis 50 pengaruh baik terhadap profil lipid yang dapat
mg/kgBB, namun kadar trigliserida berbeda menurunkan kadar kolesterol total, trigliserida,
bermakna dengan simvastatin yang artinya LDL, dan meningkatkan kadar HDL dengan
pada dosis ini tidak mampu menurunkan kadar dosis 50 mg/kgBB dan 100 mg/kgBB pada
trigliserida yang sebanding dengan simvastatin. tikus jantan galur wistar yang diinduksi pakan
Fraksi terpenoid daun katuk dosis 50 kaya lemak.
mg/kgBB dan dosis 100 mg/kgBB menunjukan
bahwa tidak adanya perbedaan yang bermakna
(p>0,05) kadar kolesterol total, trigliserida,
HDL, dan LDL antara fraksi terpenoid dosis 6. Ucapan Terimakasih
50 mg/kgBB dengan fraksi terpenoid dosis 100 Penulis mengucapkan terimakasihkepada
mg/kgBB, dan dilihat berdasarkan hasil selisih DITJEN DIKTI atas bantuan biaya pada
kadar lipid sebelum perlakuan dan setelah penelitian ini, juga terima kasih kepada tim
perlakuan menunjukan bahwa tidak adanya Bahan Alam Unud atas bantuan teknis dalam
perbedaan yang bermakna. Berdasarkan hal mempersiapkan alat bahan dalam pengujian
tersebut dapat dikatakan bahwa pengaruh aktivitas.
fraksi terpenoid dosis 50 mg/kgBB dan dosis
100 mg/kgBB adalah sebanding. Fraksi
terpenoid daun katuk dengan dosis yang lebih PUSTAKA
rendah telah efektif dalam menurunkan kadar Djellouli1, F., D. Krouf1, M. Bouchenak,
kolesterol total, trigliserida, LDL, dan M.A.L. Dubois. 2014. Favorable
meningkatkan kadar HDL. Effects of Globularia alypum L.
Terpenoid dapat menurunkan kadar
Lyophilized Methanolic Extract on the
kolesterol dengan cara mengahambat enzim 3-
hidroksi-3-metilglutaril (HMG-KoA) reduktase Reverse Cholesterol Transport and
yang merupakan enzim dalam sintesis Lipoprotein Peroxidation in
kolesterol (Bradfute dan Simoni, 1994). Streptozotocin-Induced Diabetic Rats.
Triterpenoid dari daun Cyclocarya paliurus International Journal of
dapat memberikan penghambatan terhadap Pharmacognosy and Phytochemical
enzim lipase pankreas yang berperan dalam Research, 6(4):758-765.
mencerna trigliserida dari makanan di usus
Lunagariya, N.A., N.K. Patel, S.C. Jagtap, dan
kecil. Lipase pankreas bertanggung jawab atas
emulsifikasi lipid sebelum penyerapan usus. K.K. Bhutani. 2014. Inhibitors Of
Penghambatan lipase pankreas akan Pancreatic Lipase: State Of The Art
menghambat penyerapan lemak dan and Clinical Perspectives.
menurunkan atau mengurangi kadar kolesterol Experimental and Clinical Sciences
dan trigliserida darah (Lunagariya dkk., 2014). Journal, 13:897-921.
Senyawa terpenoid pada tanaman Globularia Machaba, K.E., S.Z.Z. Cobongela, R.A. Mosa,
alypum L. diduga memiliki peran dalam L.A. Oladipupo, T.G. Djarova, dan
meningkatkan aktivitas enzim Lecithin A.R. Opoku. 2014. In Vivo Anti-
Cholesterol Acylterase (LCAT). Suatu enzim hyperlipidemic Activity of the
plasma yang disebut dengan LCAT mengubah Triterpene from the Stem Bark of
70
Pengaruh Pemberian Fraksi Terpenoid Daun Katuk (Sauropus Androgynus (L.) Merr) Terhadap Profil
Lipid Tikus Putih (Rattus Novergicus, L.) Jantan Galur Wistar yang Diinduksi
Pakan Kaya Lemak (Warditiani, N. K, Indrani, A.A.I. S., Sari, N. A. P. P., Swasti, I.A.S., Dewi,
N.P.A.K., Widjaja I.N.K.)
 
Protorhus longifolia (Benrh) Engl.
Lipids in Health and Disease, 13(1): 1-
7
Musunuru, K. 2010. Atherogenic dyslipidemia:
cardiovascular risk and dietary
intervention. Lipids, Vol.45 (10).
Oxford, A.W., F.D. King. 2002. Progress in
Medical Chemistry. Amsterdam :
Elsevier Science. P.1-5
Singh, A.K., S.K. Singh, N. Singh, N. Agrawal
and K. Gopal. 2011. Obesity and
Dyslipidemia. InterJ Biol Med, Vol 2
(3). P. 824-828.
Warditiani, N.K., N.M.P. Susanti, I.N.K.
Widjaja, dan I.N.A. Budiman. 2014.
Ethanol Extracts of Sauropus
androgynus (L) Merr. Activity
Antihyperlipidemia of High Fat Diet-
Fed Rats. Proceeding on International
Conference of Pharmaceutical Care.
Malang, Indonesia.

71

 
Rendemen VCO (Virgin Coconut Oil) yang Diperoleh dengan Penambahan Enzim Papain dan Bromealin
(Widjaja I.N.K., Warditiani N.K., Susanti, N.M.P., Larasanty L.P.F)

RENDEMEN VCO (Virgin Coconut Oil) YANG DIPEROLEH DENGAN PENAMBAHAN ENZIM
PAPAIN DAN BROMEALIN

Widjaja I.N.K.1, Warditiani N.K. 1, Susanti, N.M.P., Larasanty L.P.F. 1


1
Jurusan Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana

Korespondensi: I Nyoman Kadjeng Widjaja


Jurusan Farmasi Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana
Jalan Kampus Unud-Jimbaran, Jimbaran-Bali, Indonesia 80364 Telp/Fax: 0361-703837
Email : ink_widjaja@yahoo.com

ABSTRAK
VCO merupakan minyak kelapa murni yang dapat dibuat secara enzimatis dengan penambahan enzim
protease yaitu enzim papain dan enzim bromealin. Kedua enzim tersebut mampu memecah protein yang
terkandung pada krim santan kelapa sehingga akan terbentuk lapisan minyak. Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui rendemen VCO yang dihasilkan dengan penambahan enzim papain dan
bromealin, serta kualitas VCO berdasarkan nilai kadar air dan bilangan peroksida. Hasil menunjukkan
bahwa rendemen VCO yang diperoleh dengan penambahan enzim papain lebih banyak yaitu 12,02%
sedangakan dengan penamabhan enzim bromealin sebanyak 10,27%. Untuk kualitas VCO yang
dihasilkan sudah memenuhi syarat SNI. Nilai kadar air VCO yang ditambah enzim papain dan bromealin
sebesar 0%. Bilangan peroksida dari VCO yang ditambah enzim papain adalah 0,443 mg ek/kg dan
bilangan peroksida VCO yang dibuat dengan menambahkan enzim bromealin 1,068 mg ek/kg.

Kata kunci: VCO, rendemen, kadar air, bilangan peroksida

1. PENDAHULUAN rambut dan kulit, sebagai basis munyak untuk


VCO (virgin coconut oil) merupakan berbagai produk kosmetik dan perawatan kulit,
minyak yang diperoleh dari daging buah kelapa sebagai minyak pembawa untuk aromaterapi dan
segar dan matang baik secara mekanis maupun massage oil dan makanan nutraceutical
alami dengan maupun tanpa pemanasan, dan (Bawalan dan Chapman, 2006).
tidak menyebabkan perubahan pada sifat alami VCO dibuat dengan cara diekstrak dari
minyak. VCO merupakan bentuk murni dari daging kelapa segar, atau dikenal dengan proses
minyak kelapa dengan karakteristik minyak basah. Pembuatan minyak dengan cara basah
tidak berwarna, beraroma kelapa segar, dan dapat dilakukan melalui pembuatan santan
bebas dari aroma serta rasa tengik (APCC, terlebih dahulu. Santan kelapa merupakan
2003). VCO memiliki aktivitas antioksidan, merupakan emulsi minyak dalam air, yang
antiinflamasi, (Fife, 2004), antimikroba dalam prosesnya jika santan didiamkan maka
(Dalmacion dkk., 2012), antiviral, akan terpisah menjadi dua bagian yaitu bagian
antiaterogenik, antikarsinogenik, antiplatelet, krim santan dan bagian air. Pada bagian krim
antitumor dan aktivitas imunostimulan santan akan terkandung minyak yang diinginkan
(Carandang, 2008). VCO juga mampu sehingga emulsi tersebut harus dipecah untuk
menstimulasi proses metabolisme tubuh, mengambil bagian minyaknya. Untuk memecah
meningkatkan energy serta mencegah deposisi emulsi dapat dilakukan dengan metode
lemak sehingga dapat digunakan untuk pemansan dan tanpa pemanasan yaitu dengan
mencegah terjadinya obesitas (Dayrit, 2003). penambahan enzim (Sugiyono, 2007). Untuk
VCO juga dapat dimanfaatkan sebagai pelembab pembuatan secara enzimatis, dapat digunakan
72 
Rendemen VCO (Virgin Coconut Oil) yang Diperoleh dengan Penambahan Enzim Papain dan Bromealin
(Widjaja I.N.K., Warditiani N.K., Susanti, N.M.P., Larasanty L.P.F)  

enzim-enzim protease, seperti papain, ditambahkan pada krim santan (1:1). Kemudian
bromelain, dan fisin (Utari dan Muchtadi, 1989). disentrifugasi 5000 rpm selama 30 menit. Lalu
Papain terkandung dalam getah papaya diamkan selama 2 jam hingga terbentuk 3
sedangkan bromelain terkandung dalam buah lapisan yaitu lapisan air, lapisan minyak dan
nanas. Berdasarkan uraian di atas maka ingin lapisan krim.
diketahui rendemen VCO yang diperoleh dengan 2.2 Penetapan Kadar Air VCO
cara penambahan getah papaya dan sari buah Sebanyak 1 gram sampel minyak dimasukkan
nanas. ke dalam alat Moisture balance dan
dipanaskan pada suhu 105ºC selama 1 jam.
2. METODE PENELITIAN 2.3 Penetapan Bilangan Peroksida VCO
2.1 Pembuatan VCO Ditimbang 0,5 g sampel dan ditambahkan 10 mL
Buah kelapa hijau tua (500 g) diparut, kemudian kloroform. Campuran digoyangkan dengan kuat,
dipisahkan sari santan dan ampasnya. Buat ditambahkan 15 mL asam asetat glasial dan 1
dahulu krim santan yaitu dengan cara santan sari mL larutan kalium iodida jenuh. Erlenmeyer
kelapa di mixer selama 3 menit kemudian segera ditutup dan dikocok selama 5 menit pada
diamkan hingga terbentuk dua lapisan yaitu tempat gelap dengan suhu 15-250C. Campuran
lapisan air dan krim santan. Lalu dilakukan ditambahkan 75 mL air suling dan dikocok
preparasi pada sari santan kelapa tersebut. dengan kuat. Campuran dititrasi dengan larutan
Pertama, dengan menambahkan enzim papain standar natrium tiosulfat 0,02 N dengan larutan
yang terkandung pada getah buah papaya, dan kanji sebagai indikator dan dihitung nilai
kedua dengan menambahkan enzim bromealin bilangan peroksida dalam sampel (SNI, 2008).
yang terkandung pada buah nanas. Cara
pertama, siapkan enzim papain yang terkandung 3. HASIL
dalam getah buah papaya. Getah pohon papaya Preparasai pada krim santan yang
diambil pagi hari kemudian ditambahkan dilakukan akan menghasilkan 3 lapisan yaitu
akuades (1:4) lalu diaduk, kemudian lapisan air, lapisan minyak dan lapisan krim.
ditambahkan larudan dapar fospat (pH 7) lalu Kemudian pisahkan lapisan minyak dari lapisan
disentrifugasi 5000 rpm selama 20 menit. Ambil yang lain dengan cara memipet lapisan minyak
bagian supernatannya untuk kemudian tersebut. Lapisan minyak inilah yang dikenal
ditambahkan pada krim santan (2:1). dengan nama VCO.
Sentrifugasi campuran tersebut 5000 rpm selama Dilakukan pula pengukuran kadar air dari
30 menit. Akan terbentuk 3 lapisan yaitu lapisan VCO untuk mengetahui kualitas dari VCO yang
air, lapisan minyak dan lapisan krim. diperoleh. VCO yang dibuat dengan
Cara kedua, buah nanas yang sudah dikupas menambahkan enzim papain dan bromealin
kulitnya dibender dengan manambahkan air memiliki kadar air 0%. Kualitas VCO juga
(1:1). Buah nanas yang sudah diblender dinilai dari bilangan peroksida dari VCO. Hasil
ditambahkan larutan dapar fospat (pH 7). pengukuran bilangan peroksida dari VCO
Kemudian diaduk, lalu ambil bagian filtratnya. tampak pada tabel 2.
Filtrat yang mengandung enzim bromealin

Tabel 1. Rendemen VCO


Preparasi Rendemen VCO (%) Rata-rata
Pengulangan 1 Pengulangan 2 Pengulangan 3 (%)
Enzim Papain 10,50 11,65 13,91 12,02
Enzim Bromealin 10,00 10,3 10,5 10,27

73 

 
Rendemen VCO (Virgin Coconut Oil) yang Diperoleh dengan Penambahan Enzim Papain dan Bromealin
(Widjaja I.N.K., Warditiani N.K., Susanti, N.M.P., Larasanty L.P.F)

Tabel 2. Bilangan peroksida dari VCO


Preparasi Bilangan peroksida dalam VCO (mg ek/kg) Rata-rata
Pengulangan 1 Pengulangan 2 Pengulangan 3
Enzim Papain 0,266 0,532 0,531 0,443 ± 0,120

Enzim Bromealin 0,534 1,602 1,068 1,068 ± 0,53

4. PEMBAHASAN merupakan salah satu tanda adanya pemecahan


VCO merupakan minyak yang terkandung atau kerusakan pada minyak karena adanya
dalam buah kelapa yang mengandung asam terjadinya oksidasi atau kontak dengan udara
lemak linoleat dan oleat yang baik untuk tubuh. yang menyebabkan ketengikan pada minyak
VCO juga bermanfaat untuk kecantikan yaitu (ASA, 2000). Pada penelitian ini, dilakukan
dimanfaatkan untuk membuat massage oil dan penetapan bilangan peroksida dengan
sabun. VCO dibuat dari krim santan kelapa menggunakan metode yang telah ditetapkan oleh
dengan menambahkan enzim papain atau enzim Standar Nasional Indonesia (SNI). Hasil
bromealin. Enzim papain dan bromealin pengamatan penetapan bilangan peroksida yang
merupakan enzim protease yang mampu diperoleh dicantumkan pada Tabel 2.
memecah protein yang bias dimanfaatkan untuk Berdasarkan persyaratan SNI, minyak
pembuatan VCO secara enzimatis (Utari dan dinyatakan berkualitas jika memiliki nilai
Muchtadi, 1989). bilangan peroksida kurang dari 2 mg ek/kg. Dari
Berdasarkah hasil (Tabel 1) bahwa hasil yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa
rendemen VCO lebih banyak diperoleh dengan VCO yang dihasilkan memenuhi persyaratan
penambahan enzim papain, yaitu 12,02 %. VCO kualitas SNI (SNI, 2008).
yang dihasilkan dengan penambahan enzim
bromealin menghasilkan VCO sebanyak 10,27
%. Hal ini mungkin disebabkan karena papain 5. KESIMPULAN
merupakan enzim yang lebih tahan panas, 5.1 Rendemen VCO yang dihasilkan lebih
memiliki kisaran pH lebih luas dan lebih murni banyak dengan menggunakan enzim papain
dibandingkan dengan enzim bromealin yang yaitu 12,02% sedangakan dengan
terkandung di alam karena tidak mengandung penambahan enzim bromealin rendemen
karbohidrat seperti pada enzim bromealin VCO yang diperoleh sebanyak 10,27%.
(Iswanto, dkk., 2011). 5.2 Kadar air dan bilangan peroksida dari VCO
Kualitas VCO yang dihasilkan dinilai dari yang dibuat dengan penambahan enzim
kadar air yang terkandung dalam VCO. Adanya papain dan bromealin memenuhi syarat
kadar air dalam VCO disebabkan karena kontak SNI. Kadar air dari kedua VCO adalah 0%,
dengan air. Adanya kandungan air dalam VCO sedangakan bilangan peroksida untuk VCO
dapat menyebabkan ketengikan pada VCO yang dihasilkan dari penambahan enzim
sehingga akan menurunkan kualitas dari VCO papain 0,443 mg ek/kg dan bilangan
(Kateren, 1986). Hasil menunjukkan bahwa peroksida untuk VCO yang dihasilkan dari
VCO yang dibuat dengan penambahan enzim penambahan enzim bromealin 1,068 mg
papain dan bromealin memiliki kadar air ek/kg.
sebanyak 0%. Berdasarkan persyaratan SNI,
VCO yang berkualitas memiliki kadar air 6. DAFTAR PUSTAKA
maksimal 0,2% (SNI, 2008). APCC. 2004. APCC Standards for Virgin
Selain pengukuran kadar air, penetapan Coconut Oil. Diunduh dari:
bilangan peroksida juga menentukan kualitas www.apccsec.org/document. Diunduh
dari VCO yang dihasilkan. Bilangan peroksida tanggal 30 April 2014.
74 
Rendemen VCO (Virgin Coconut Oil) yang Diperoleh dengan Penambahan Enzim Papain dan Bromealin
(Widjaja I.N.K., Warditiani N.K., Susanti, N.M.P., Larasanty L.P.F)

Bawalan, D. D. Dan K. R. Chapman. 2006.


Virgin Coconut Oil: Production Manual for
Micro- and Village-scale Processing.
Bangkok: Food and Agriculture
Organization of the United Nations.
Carandang, E.V. 2008. Health Benefits Of
Virgin Coconut Oil. PJCS. Vol. 21, No. 2:
8-12.
Dalmacion, G.V., A.R. Ortega, I.G. Pena, and
C.F. Ang. 2012. Preliminary Study On The
In-Vitro Susceptibility of Mycobacterium
tuberculosis Isolates to Virgin Coconut Oil.
Functional Foods in Health and Disease.
Vol. 2, No. 8: 280-299.
Dayrit, C.S. 2003. Coconut for Better Health.
Quenzon City : Philippine Coconut
Authority Auditorium.
Fife, B. 2004. The Coconut Oil Miracle.
Colorado Springs: Picadilly Books Ltd.
Iswanto, K. N., S. Y. Sudarminto., dan E.
Saparianti. 2011. Karakteristik Aktivitas
Proteolitik Enzim Papain Kasar. Malang:
Universitas Brawijaya.
Ketaren, S. 1986. Minyak dan Lemak Pangan,
Jakarta: Universitas Indonesia. Hal: 30-36.

SNI. 2008. Minyak Kelapa Virgin (VCO).


Jakarta: Badan Standarisasi Nasional.
Sugiyono. 2007. Pembuatan Minyak Kelapa
Hemat Energi, Teknologi Alternatif untuk
Rakyat. Laporan Penelitian. Bogor:
Fakultas Teknologi Pertanian IPB.
Utari, N., dan D. Muchtadi. 1989. Ekstraksi
Minyak Kelapa Secara Enzimatis: Analisis
Sifat Fisiko Kimia Minyak serta Evaluasi
Sifat Fungsional dan Nilai Gizi Residu
Padatan. Laporan Penelitian. Bogor:
Fakultas Teknologi Pertanian IPB.

75 
Stabilitas Formalin Terhadap Pengaruh Suhu dan Lama Pemanasan
(Laksmiani, N. P. L., Widjaja, I. N. K.., Sonia)

STABILITAS FORMALIN TERHADAP PENGARUH SUHU DAN LAMA PEMANASAN

Laksmiani, N. P. L.1, Widjaja, I. N. K..1, Sonia1


1
Jurusan Farmasi – Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam – Universitas Udayana

Korespondensi: Ni Putu Linda Laksmiani


Jurusan Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana
Jalan Kampus Unud-Jimbaran, Jimbaran-Bali, Indonesia 80364 Telp/Fax: 0361-703837
Email: lindalaksmiani@gmail.com

ABSTRAK

Formalin merupakan senyawa kimia yang dimanfaatkan sebagai agen desinfektan dan agen bacterial
yang baik. Namun banyak produsen atau pedagang makanan yang menyalahgunakan formalin sebagai
pengawet makanan. Pada dasarnya, bahan makanan sebelum dikonsumsi menjadi makanan jadi maka
bahan tersebut diolah terlebih dahulu melalui proses pemanasan dengan suhu rata-rata diatas 100 0 C.
Sehingga formalin yang digunakan sebagai pengawet pada makanan akan mengalami proses penguraian.
Maka perlu dilakukan uji stabilitas formalin dengan menggunakan metode spektrofotometri visible
memanfaatkan pereaksi nash serta dilakukan pula evaluasi mengenai kinetika kimia formalin.
Validasi metode dilakukan sebelum uji stabilitas formalin dengan mengukur absorbansi 3 seri larutan
standar formalin dengan konsentrasi 2, 4, 6, 8 dan 10 μg/mL dengan prosedur sebagai berikut: 1 mL
larutan standar formalin dengan 2 mL pereaksi Nash. Didiamkan selama 2 jam hingga kompleks senyawa
diacetyldihydrolutidine (DDL) yang terbentuk menjadi stabil. Selanjutnya larutan formalin diukur
absorbansinya pada panjang gelombang maksimumnya yaitu 412 nm.
Suhu dan lama pemanasan mempengaruhi stabilitas formalin. Pemanasan pada suhu larutan 96 0 C
selama 40 menit dapat menguraikan formalin sebanyak 88,1%. Kinetika degradasi formalin mengikuti
orde reaksi 1 dengan tetapan laju reaksi sebesar 0,053 μg/mL menit dan waktu paruh selama 13,08 menit.

Kata kunci: formalin, stabilitas, suhu pemanasan , lama pemanasan, spektrofotometri visibel.

1. PENDAHULUAN
Formalin merupakan suatu senyawa aldehid Pemanasan pada suhu diatas titik didih
yang memiliki potensi sebagai desinfektan dan formalin (Td = 96 0 C) akan menyebabkan
agen bakterial yang baik. Formalin merupakan formalin terurai menjadi karbondioksida dan
campuran dari larutan jenuh (saturated solution) karbonmonoksida (Siong, 2007).
formaldehid, metanol dan air dengan Pada umumnya, bahan makanan yang akan
perbandingan 37 % : 13 % : 50 %, sehingga dijadikan makanan akan melewati proses
formalin yang beredar di pasaran adalah formalin pemanasan, seperti dibakar, direbus dan digoreng,
dengan kadar formaldehid 37% (Siong, 2007).
yang suhunya berada diatas suhu 100 0 C. Dengan
Larutan ini memiliki efek berbahaya bagi demikian bahan makanan yang mengandung
kesehatan tubuh, dimana jika berada di dalam pengawet formalin yang telah melewati proses
tubuh manusia, maka formalin dapat pemanasan akan mengalami proses penguraian
menimbulkan iritasi pada membran mukosa, formalin yang dikandungnya (Siong, 2006).
sesak nafas, kanker hidung, kanker tenggorokan, Sejauh mana tingkat penguraian formalin tersebut,
hipotermia, koma dan bahkan kematian maka perlu dilakukan uji stabilitas formalin
(Nuryasin, 2006). Menurut WHO (2007) maupun dengan menggunakan metode deteksi formalin
US-EPA, Reference dose (Rfd) untuk sehingga stabilitas formalin dapat ditentukan.
Formaldehid adalah 0,2 mg per kg berat badan
per hari. 2. BAHAN DAN METODE

76
Stabilitas Formalin Terhadap Pengaruh Suhu dan Lama Pemanasan
(Laksmiani, N. P. L., Widjaja, I. N. K.., Sonia)

2.1 Bahan hitungnya lebih besar dari r tabel yaitu 0,878


Larutan Formalin 20%, Larutan Asam Asetat (Alhusin, 2002).
p.a., Ammonium Asetat p.a. Larutan Asetil Aseton Dibuat kurva kalibrasi hubungan antara
p.a. dan Aquades. absorbansi dengan variasi konsentrasi. Dibuat
2.2 Prosedur Penelitian
persamaan regresi linier, y = bx + a.
2.2.1 Pembuatan Larutan Stok Formalin 200 μg/mL
b. Akurasi Kecermatan dinyatakan sebagai
Diambil 0,5 mL larutan formalin 20%
ditambahkan aquadest hingga 500 mL. persen perolehan kembali (recovery) analit yang
ditambahkan. Dari persamaan garis regresi linear
2.2.2 Pembuatan Pereaksi Nash yang didapat dari pengukuran absorbansi 5
Disiapkan 15 gram Ammonium Asetat larutan standar, maka dapat dihitung kadar
(NH4CH3COO) ditambahkan 0,3 mL Asam Asetat larutan standar dari hasil pengukuran
(CH3COOH) dan 0,2 mL Asetil Aseton lalu menggunakan alat, sehingga % selisih perolehan
diencerkan dengan Aquadest hingga 100 mL. kembali dapat ditetapkan dengan rumus sebagai
berikut: 
2.2.3 Pembuatan Larutan Standar
Pada penelitian ini dibuat 5 variasi kadar cb − c a
larutan standar, yaitu konsentrasi 2; 4; 6; 8 dan 10    % perolehan kembali = x100%
μg/mL. Variasi konsentrasi dibuat dengan ca
pengenceran dari larutan stok pada poin 2.2.1.
Keterangan: ca: kadar awal ; cb: kadar terukur alat
2.2.4 Validasi Metode Deteksi Menggunakan Vanderwielen, dkk menyatakan bahwa selisih
Metode Spektrofotometri Visibel dengan kadar pada berbagai penentuan ( X d ) harus 5%
Pereaksi Nash
Validasi metode dilakukan dengan menentukan atau kurang pada setiap konsentrasi analit dimana
harga masing-masing variabel metode deteksi, prosedur dilakukan (Harmita, 2004).
antara lain menentukan kecermatan (accuracy), c. LOD dan LOQ Dimasukkan nilai absorbansi
keseksamaan (precision), linearitas, batas deteksi ke dalam persamaan regresi linier, y=bx+a.
(LOD) dan batas kuantitasi (LOQ). Sebelum Ditentukan nilai LOD dan LOQ.
menentukan harga masing-masing variabel d. Presisi Dilakukan uji presisi dengan
metode validasi, maka dilakukan pengukuran pengulangan pengukuran absorbansi seri
absorbansi 3 seri larutan standar formalin dengan konsentrasi larutan standar sebanyak 3 kali.
konsentrasi 2, 4, 6, 8 dan 10 μg/mL dengan Dibuat 3 seri larutan standar dengan rentang
prosedur sebagai berikut: 1 ml larutan standar kadar yang sama. Dilakukan perhitungan standar
formalin direaksikan dengan 2 mL pereaksi Nash. deviasi (SD) dan koefisien variasi (KV)
Didiamkan selama 2 jam hingga kompleks berdasarkan perolehan nilai absorbansi pada
senyawa diacetyldihydrolutidine (DDL) yang masing-masing konsentrasi.
terbentuk menjadi stabil. Selanjutnya larutan
formalin diukur absorbansinya pada panjang 2.2.5 Uji Stabilitas Formalin
gelombang maksimumnya yaitu 412. Setelah a. Pemanasan Larutan Standar Formalin pada
didapatkan absorbansi masing-masing Berbagai Suhu
konsentrasi dalam 3 seri larutan standar, Diambil 200 mL larutan standar formalin
selanjutnya dicari rata-rata absorbansi tiap konsentrasi 10 μg/mL di atas heater hingga suhu
konsentrasinya dan dibuat kurva kalibrasi/ larutan mencapai 96 0 C selama 30 menit. Larutan
persamaan garis regresi linear antara konsentrasi didinginkan pada suhu kamar kemudian diambil
dengan absorbansi rata-ratanya 1 mL dan ditambahkan 2 mL pereaksi Nash,
a. Rentang dan Linieritas            Linearitas dapat didiamkan selama 2 jam hingga terbentuk
ditentukan dengan melihat nilai koefisien korelasi kompleks dan diukur absorbansinya dengan
r pada analisis regresi linear yang didapat dari menggunakan spektrofotometer visibel pada
hasil pengukuran absorbansi larutan standar. panjang gelombang 412 nm. Percobaan diulangi
Metode analisis dikatakan linear apabila nilai r dengan suhu pemanasan larutan pada 80 0 C dan
70 0 C.

77
Stabilitas Formalin Terhadap Pengaruh Suhu dan Lama Pemanasan
(Laksmiani, N. P. L., Widjaja, I. N. K.., Sonia)

b. Variasi Waktu Pemanasan Larutan reaksi dan waktu paruh formalin dapat
Standar Formalin ditentukan.
Dilakukan percobaan yang sama seperti pada
poin a pada suhu 96 0 C (suhu dimana formalin 3. HASIL
paling banyak terdegradasi) dengan variasi waktu Tujuan penelitian ini adalah untuk
20, 30, dan 40 menit. Selanjutnya masing-masing mengetahui harga masing-masing variabel
larutan yang telah dipanaskan diukur metode validasi dalam penentuan stabilitas
absorbansinya pada panjang gelombang 412 nm. formalin dengan menggunakan metode
c. Analisis Data spektrofotometri visibel dengan pereaksi Nash,
Dengan menggunakan metode one step point serta mengetahui stabilitas formalin itu sendiri
yaitu dengan menggunakan rumus Lambert-Beer terhadap pengaruh suhu dan lama pemanasan.
langsung dan dengan melalui persamaan garis Dalam validasi metode, digunakan beberapa
regresi linear/ kurva kalibrasi, maka konsentrasi variabel, antara lain: akurasi, presisi, linearitas,
larutan sisa dapat ditentukan. Dengan kinetika LOD dan LOQ. Sedangkan, untuk penentuan
reaksi, maka laju reaksi, orde reaksi, tetapan stabilitas formalin, maka digunakan parameter
kinetika kimia, meliputi orde reaksi, tetapan laju
reaksi dan waktu paruh.

Tabel 1. Hasil Analisis Validasi Metode Deteksi Formalin Menggunakan Spektrofotometri Visibel

Absorbansi
Ca Seri Seri Seri Rata- Cb Akurasi Presisi r LOD LOQ
I II III rata (%) (%KV)
(y1) (y2) (y3)
2 0,194 0,193 0,209 0,199 2,17 8,5 4,68
4 0,349 0,369 0,354 0,357 3,87 3,25 2,95
6 0,570 0,543 0,560 0,558 6,04 0,67 2,42
8 0,749 0,749 0,754 0,751 8,12 1,5 0,43 0,999 0,43 1,44
10 0,932 0,906 0,951 0,930 10,05 5 2,40
Rata-rata 3,78 2,58
Keterangan : persamaan regresi linear y = 0,0928x-0,002; Ca = konsentrasi yang dibuat; Cb = konsentrasi
yang terukur/terhitung

Tabel 2. Data Kinetika Kimia Formalin

78
Stabilitas Formalin Terhadap Pengaruh Suhu dan Lama Pemanasan
(Laksmiani, N. P. L., Widjaja, I. N. K.., Sonia)

No. Lama waktu Jumlah Log jumlah Laju reaksi Laju reaksi
pemanasan (t) formalin formalin rata-rata rata-rata
(menit) sisa (a) sisa r r
(b) − Δa − Δb
v= v= (x: t, y: (x: t, y:
Δt Δt a) b)

1 0 2000 3,301

2 20 816,26 2,912 59,19 0,0195


0,96 0,99
3 30 459,3 2,662 51,36 0,0213

4 40 237,97 2,377 44,05 0,0231

Keterangan : Pemanasan formalin dilakukan pada suhu 96 0C; Persamaaan regresi linear Orde 0, y = -
45,06 x + 1892,33; Orde 1, y= - 0,023 x + 3,327

4. PEMBAHASAN b. Pengaruh Suhu dan Lama Pemanasan


a. Validasi Metode Deteksi Menggunakan Terhadap Formalin
Metode Spektrofotometri Visibel Uji pengaruh suhu pemanasan terhadap
Pengukuran larutan formalin standar stabilitas formalin, didapatkan hasil dimana
diawali dengan mereaksikan larutan formalin pemanasan selama 30 menit pada suhu larutan
dengan pereaksi Nash, dimana larutan formalin 70 dan 800C, formalin belum dapat terdegradasi
yang sebelumnya tidak berwarna, setelah dilihat dari % formalin yang hilang hanya
bereaksi maka akan dihasilkan larutan sebesar 0,25-1,28% saja, sedangkan pada suhu
berwarna kuning (terbentuk senyawa 960C formalin terdegradasi sebanyak 76,96%.
Diacetyldihydrolutidine/DDL). Larutan Dari hasil tersebut, maka formalin mengalami
berwarna tersebut dapat dianalisis dengan degradasi terbesar adalah pada suhu didihnya
metode spektrofotometri di daerah panjang (960C).
gelombang sinar visibel. Dari percobaan Setelah dilakukan uji stabilitas formalin
diperoleh serapan maksimum terjadi pada terhadap pengaruh suhu pemanasan, maka
panjang gelombang 412 nm. Reaksi selanjutnya dilakukan uji pengaruh lama waktu
pembentukan senyawa DDL antara formaldehid pemanasan terhadap stabilitas formalin.Variasi
dengan Nash berlangsung relatif lambat, lama pemanasan pada suhu didih fomalin
dibutuhkan waktu sekitar 2 jam agar warnanya (960C) dilakukan selama 20, 30 dan 40 menit.
stabil dan bisa dianalisis. Larutan berwarna ini Pemilihan variasi lama pemanasan tersebut
akan stabil hingga 24 jam. didasarkan atas pertimbangan rata-rata lama
Rentang konsentrasi yang digunakan waktu proses pemasakan/ perebusan makanan
memiliki hubungan yang linear yaitu semakin dengan menggunakan media air pada umumnya
besar konsentrasi larutan maka absorbansinya jumlah formalin yang hilang adalah sebanyak
semakin besar pula, dengan nilai koefisien 59,19% untuk pemanasan selama 20 menit,
korelasi (r) sebesar 0,999. Rentang konsentrasi sebanyak 76,96% untuk pemanasan selama 30
ini dikatakan linear karena memiliki nilai r menit, dan sebanyak 88,1% untuk pemanasan
hitung lebih besar dari nilai r tabel yaitu sebesar selama 40 menit. Dari hasil tersebut, dapat
0,878 untuk metode yang menggunakan standar dilihat bahwa dengan meningkatnya lama
sebanyak 5 buah dengan taraf kepercayaan waktu pemanasan, maka rata-rata jumlah %
sebesar 95%. Untuk nilai presisi, akurasi, LOD formalin yang hilang semakin banyak pula,
dan LOQ dapat dilihat pada tabel 1. sehingga peningkatan lama waktu pemanasan
akan memberikan peningkatan jumlah formalin

79
Stabilitas Formalin Terhadap Pengaruh Suhu dan Lama Pemanasan
(Laksmiani, N. P. L., Widjaja, I. N. K.., Sonia)

yang terdegradasi. Proses pemanasan pada suhu waktu pemanasan selama 13,08 menit, maka
didih formalin yaitu 960C selama 40 menit formalin terdegradasi sebanyak 50% atau
memang belum dapat menghilangkan seluruh setengahnya. Dengan menggunakan kinetika
formalin (100%), sehingga dibutuhkan waktu kimia, dapat pula dicari lama waktu pemanasan
pemanasan yang lebih lama untuk menguraikan larutan formalin agar formalin terdegradasi
formalin secara sempurna. sempurna (100%). Setelah dilakukan
perhitungan, maka dengan waktu selama
c. Laju, Orde , Tetapan Reaksi dan Waktu 144,65 menit formalin dapat terdegradasi
Paruh Formalin sempurna.
      Kinetika kimia formalin dikarakterisasi
dengan orde reaksi, tetapan laju reaksi serta KESIMPULAN
waktu paruhnya. Penentuan orde reaksi dapat Suhu dan lama pemanasan mempengaruhi
dicari dengan mengamati nilai laju reaksi rata- stabilitas formalin. Pemanasan pada suhu
rata dan nilai koefisien korelasi (r) pada larutan 960C selama 40 menit dapat
persamaan garis regresi linear antara waktu menguraikan formalin sebanyak 88,1 %.
pemanasan (x) dan jumlah formalin sisa setelah Kinetika degradasi formalin mengikuti orde
pemanasan (y) atau antara waktu pemanasan reaksi 1 dengan tetapan laju reaksi sebesar
(x) dan log jumlah formalin sisa setelah 0,053 μg/mL menit dan waktu paruh selama
pemanasan (y). Laju reaksi rata-rata dicari 13,08 menit
dengan membandingkan selisih konsentrasi
setelah pemanasan dengan konsentrasi sebelum
pemanasan dibandingkan dengan selisih lama UCAPAN TERIMAKASIH
waktu pemanasan ⎛⎜ v = Δc ⎞⎟ .
− Kepada grup riset jurusan farmasi FMIPA
⎝ Δt ⎠ Udayana; seluruh dosen pengajar, serta staf
Orde reaksi dikatakan mengikuti orde 0 pegawai di Jurusan Farmasi Fakultas MIPA
apabila laju reaksi rata-ratanya per satuan Universitas Udayana atas dukungan yang telah
waktu adalah konstan dan peningkatan diberikan.
konsentrasi tidak mempengaruhi laju.
PUSTAKA
Sedangkan, orde reaksi dikatakan mengikuti
Alhusin, S. 2002. Aplikasi Statistik Praktis
orde 1 apabila konsentrasi sebanding dengan
dengan SPSS 10 for Windows, Edisi I.
laju, dan apabila nilai koefisien korelasi yang
Yogyakarta: J & J Learning.
didapat dari persamaan regresi linear antara
waktu dengan log konsentrasi (jumlah Gandjar, Ibnu Gholib dan Abdul Rohman.
formalin) sisa mendekati 1. Pada tabel 2 2008. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta:
didapatkan laju reaksi rata-rata dan nilai Pustaka Pelajar.
koefisien korelasi formalin dan diketahui
bahwa proses degradasi formalin adalah Harmita. 2004. Petunjuk Validasi Metode dan
mengikuti orde 1 karena laju reaksi rata-ratanya Cara Perhitungannya. Jakarta:
persatuan waktu adalah tidak konstan, dan Departemen Farmasi FMIPA-UI.
koefisien korelasi yang didapat dengan
memasukkan nilai y yaitu log jumlah formalin Martin, A, J. Swarbrick, A. Cammarata. 2008.
sisa lebih besar dibanding dengan memasukkan Farmasi Fisik. Jakarta. UI Press.
nilai y yaitu jumlah formalin sisa.
Setelah diketahui orde reaksinya, maka Nash, T. 1953. The Colorimetric Estimation of
tetapan laju reaksi dan waktu paruh proses Formaldehyde by Means of Hantzsch
degradasi formalin dapat ditentukan. Dari hasil Reaction. Available at:
perhitungan didapatkan tetapan laju reaksinya http://www.biochemj.org/bj/055/0416/0550
416.pdf Opened: 01/09/2009
adalah 0,053 μg dan waktu paruhnya
mL menit
adalah 13,08 menit. Waktu paruh selama 13,08 Nuryasin, Achmad. 2006. Bahaya Formalin.
menit ini menunjukkan bahwa dengan lama Available at: http://www.disnakkeswan-

80
Stabilitas Formalin Terhadap Pengaruh Suhu dan Lama Pemanasan
(Laksmiani, N. P. L., Widjaja, I. N. K.., Sonia)

lampung.go.id/index2.php?option=com_co
ntent&do_pdf=1&id=246 Opened:
07/09/2009

Rafael. 2009. Detail Formalin. Available at:


file:///D:/My Received
Files/formalin/formalin net/MyRaffaell »
Blog Archive » Detail Formalin.htm
Opened: 30/07/2009

Siong, Kian. 2007. Formalin Tahu, Pasta Gigi,


dan Obat Kumur. Available at:
file:///D:/My Received
Files/formalin/formalin net/471.htm.
Opened: 30/07/2009

81
Pengembangan Metode Refluks untuk Ekstraksi Andrografolid dari Herba Sambiloto
(Andrographis paniculata (Burm.f.) Nees)
(Laksmiani, N. P. L., Susanti, N.M.P., Widjaja, I. N. K.., Rismayanti, A. A. M. I.)

PENGEMBANGAN METODE REFLUKS


UNTUK EKSTRAKSI ANDROGRAFOLID DARI HERBA SAMBILOTO
(Andrographis paniculata (Burm.f.) Nees)

Laksmiani, N. P. L.1, Susanti, N.M.P.1, Widjaja, I. N. K..1, Rismayanti, A. A. M. I.1


1
Jurusan Farmasi – Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam – Universitas Udayana

Korespondensi: Ni Putu Linda Laksmiani


Jurusan Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana
Jalan Kampus Unud-Jimbaran, Jimbaran-Bali, Indonesia 80364 Telp/Fax: 0361-703837
Email: lindalaksmiani@gmail.com

ABSTRAK
Refluks merupakan metode ekstraksi dengan bantuan pemanasan. Faktor yang mempengaruhi proses
ekstraksi diantaranya jumlah pelarut dan waktu ekstraksi. Penelitian ini bertujuan mengetahui jumlah
pelarut dan waktu ekstraksi andrografolid yang optimum menggunakan metode refluks.
Optimasi jumlah pelarut dalam ekstraksi andrografolid menggunakan metode refluks dengan
perbandingan jumlah pelarut etanol 96% sebanyak 1:2, 1:3, 1:4, 1:5 dan 1:6. Optimasi waktu ekstraksi
dengan variasi waktu 3, 6, 9 dan 12 jam. Penentuan jumlah pelarut dan waktu ekstraksi optimum
dilakukan dengan perhitungan kadar andrografolid menggunakan metode KLT-spektrofotodensitometri
yang tervalidasi. Fase diam plat silika gel 60 GF254 dielusi dengan campuran pelarut kloroform dan
metanol (9:1) v/v kemudian dipindai menggunakan TLC Scanner 3 (CAMAG).
Seluruh parameter telah memenuhi persyaratan validasi yaitu rata-rata perolehan kembali 85,68%
(80-110%); rentang linieritas dengan r = 0,9938 (r > 0,95); nilai LOD 133,273 ng/µL; nilai LOQ 444,122
ng/µL; presisi <2%; spesifisitas dengan kemurnian puncak >0,99 dan nilai Rs >1,5. Jumlah pelarut
optimum yaitu pada perbandingan 1:3 dan waktu ekstraksi optimum yaitu 6 jam.

Kata kunci: refluks, andrografolid, jumlah pelarut, waktu ekstraksi, KLT- Spektrofotodensitometri

1. PENDAHULUAN
Sambiloto (Andrographis paniculata 2010; Mohan, 2013). Beberapa faktor yang
(Burm.f.) Nees) merupakan salah satu tanaman dapat mempengaruhi proses ekstraksi
yang saat ini penggunaannya sedang diantaranya jumlah pelarut dan waktu ekstraksi.
berkembang dalam pengobatan tradisional. Jumlah pelarut menjadi faktor kritis dalam
Andrographis paniculata (Burm.f.) Nees ekstraksi karena pada prinsipnya volume
mengandung diterpen lakton yang terdiri dari pelarut harus mencukupi untuk melarutkan
andrografolid, neoandrografolid, 14- senyawa yang akan diekstraksi. Dengan
deoksiandrografolid, deoksi-11- demikian, perlu dilakukan penelitian lebih
oksoandrografolid (Chao, 2010; Niranjan, lanjut mengenai pengembangan metode refluks
2010; Sudarsono, 2006). Andrografolid dengan variasi jumlah pelarut dan waktu
merupakan komponen mayor dari pemanasan untuk ekstraksi andrografolid dari
Andrographis paniculata yang telah dilaporkan herba sambiloto (Andrographis paniculata
memiliki beragam efek farmakologi (Chao, (Burm.f.) Nees) sehingga diperoleh kadar
2010). Andrografolid dapat diambil atau andrografolid yang optimal dengan jumlah
dipisahkan dari tanamannya melalui proses pelarut dan waktu yang lebih efisien.
yang disebut dengan ekstraksi (Depkes, 1986;
Pratiwi, 2010). Refluks merupakan metode
ekstraksi dengan bantuan pemanasan dan
mampu mengekstraksi andrografolid yang
merupakan senyawa tahan panas (Pratiwi,

82
Pengembangan Metode Refluks untuk Ekstraksi Andrografolid dari Herba Sambiloto
(Andrographis paniculata (Burm.f.) Nees)
(Laksmiani, N. P. L., Susanti, N.M.P., Widjaja, I. N. K.., Rismayanti, A. A. M. I.)
2. BAHAN DAN METODE 2.2.4 Pemilihan jumlah pelarut dalam ekstraksi
2.1 Bahan andrografolid dengan metode refluks
Sampel tanaman yang digunakan adalah Ekstraksi andrografolid dilakukan dengan
serbuk kering herba sambiloto (Andrographis metode refluks menggunakan pelarut etanol
paniculata (Burm.f.) Nees) yang diperoleh dari 96%. Dilakukan ekstraksi menggunakan
Kulonprogo, Yogyakarta. Bahan kimia dan perbandingan serbuk herba sambiloto dengan
pelarut yang digunakan pada penelitian ini jumlah pelarut sebanyak 1:2, 1:3, 1:4, 1:5 dan
yaitu etanol 96% (Brataco), metanol p.a. 1:6 pada suhu 70˚C selama 3 jam. Hasil
(Merck) dan kloroform p.a. (Merck) sebagai ekstraksi disaring dengan kertas saring
fase gerak, standar andrografolid dengan kemudian ditera dengan etanol 96% hingga
kemurnian 98% (Sigma-Aldrich) serta fase diperoleh volume sesuai dengan masing-masing
diam yang digunakan adalah plat KLT silika jumlah pelarut. Diambil sebanyak 5 mL dan
gel 60 F254 (Merck-Germany). disimpan dalam vial untuk dianalisis.
2.2.5 Pemilihan waktu ekstraksi andrografolid
2.2 Prosedur Penelitian dengan metode refluks
2.2.1 Determinasi tanaman sambiloto Ekstraksi andrografolid dilakukan dengan
Determinasi tanaman dilakukan dengan metode refluks menggunakan pelarut etanol
cara membandingkan sampel sambiloto 96%. Dilakukan ekstraksi dengan variasi waktu
(Andrographis paniculata (Burm.f.) Nees) yang selama 3, 6, 9 dan 12 jam pada suhu 70˚C.
akan digunakan dengan data pustaka acuan. Hasil ekstraksi disaring dengan kertas saring
Determinasi tanaman dilakukan di UPT Balai kemudian ditera dengan etanol 96% hingga
Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Eka Karya diperoleh volume sesuai dengan jumlah pelarut
Bali–LIPI. yang digunakan. Diambil sebanyak 5 mL dan
2.2.2 Penetapan kadar air serbuk sambiloto
disimpan dalam vial untuk dianalisis.
Lebih kurang 1 gram herba sambiloto
2.2.6 Validasi metode penetapan kadar
ditimbang menggunakan botol timbang yang
andrografolid dengan KLT-
telah diketahui beratnya. Serbuk yang telah
Spektrofotodensitometri
ditimbang kemudian dikeringkan dalam oven
a. Rentang dan Linieritas Dibuat rentang
pada suhu 105°C selama 30 menit. Kemudian
larutan konsentrasi 50 ng, 100 ng, 200 ng, 400
dinginkan dalam desikator dan ditimbang.
ng, 800 ng dan 1000 ng. Ditotolkan pada plat
Selanjutnya dilakukan pemanasan kembali
KLT silika gel 60 F254. Dielusi dengan fase
dalam oven selama 30 menit, dinginkan dalam
gerak kloroform:metanol (9:1). Di scan pada
desikator dan ditimbang kembali. Dilakukan
panjang gelombang maksimum andrografolid
pekerjaan yang sama sampai berat konstan
pada 230 nm. Dibuat kurva kalibrasi hubungan
yaitu perbedaan antara dua penimbangan
antara AUC dengan Rf. Dibuat persamaan
berturut-turut tidak lebih dari 0,25% (DepKes
regresi linier dari larutan seri konsentrasi
RI, 1986).
andrografolid y = bx + a.
2.2.3 Ekstraksi andrografolid dengan metode
b. Akurasi Dibuat larutan sampel yang
maserasi
ditambahkan dengan standar andrografolid
Ekstraksi andrografolid dilakukan dengan
dengan konsentrasi 500 ng kemudian ditotolkan
metode maserasi menggunakan pelarut etanol
diatas plat KLT silika gel 60 F254 dengan
96%. Sebanyak 1 kg serbuk sambiloto
volume 10 µL. Dielusi dengan fase gerak
(Andrographis paniculata (Burm.f.) Nees)
kloroform:metanol (9:1). Di scan pada panjang
dimaserasi dengan 5 L etanol 96% selama 2
gelombang maksimum andrografolid pada 230
hari. Kemudian disaring dan ampasnya
nm. Dilakukan penetapan kadar andrografolid.
diremaserasi sebanyak dua kali dengan 2,5 L
Persen perolehan kembali ditentukan dengan
etanol 96% masing-masing selama 1 hari.
menentukan berapa persen analit yang
Maserat dijadikan satu kemudian diuapkan
ditambahkan dapat ditemukan.
dengan vacum rotary evaporator pada suhu
60˚C hingga diperoleh ekstrak kental.

83
Pengembangan Metode Refluks untuk Ekstraksi Andrografolid dari Herba Sambiloto
(Andrographis paniculata (Burm.f.) Nees)
(Laksmiani, N. P. L., Susanti, N.M.P., Widjaja, I. N. K.., Rismayanti, A. A. M. I.)

c. LOD dan LOQ Dimasukkan nilai AUC ke pada masing-masing plat dengan volume
dalam persamaan regresi linier, y=bx+a. penotolan sebanyak 10 µL menggunakan
Ditentukan nilai LOD dan LOQ. penotol automatic TLC sampler 4. Plat dielusi
d. Presisi Dilakukan uji presisi dengan pada chamber yang telah jenuh dengan fase
membuat larutan dengan konsentrasi 100 ng, gerak campuran kloroform:metanol (9:1). Plat
400 ng dan 800 ng. Ditotolkan pada plat KLT yang telah dielusi kemudian dimasukkan ke
silika gel 60 F254. Setelah dielusi dengan fase dalam oven pada suhu 60oC selama 5 menit
gerak kloroform:metanol (9:1), discan pada untuk menghilangkan pelarut pada plat.
panjang gelombang maksimum andrografolid Diamati pemisahan tiap bercak pada plat secara
pada 230 nm. Dilakukan pengulangan visual, di bawah sinar UV 254 nm dan UV 366
penotolan pada masing-masing konsentrasi nm. Plat discan dengan menggunakan
sebanyak 3 kali pada plat KLT silika gel 60 densitometer CAMAG TLC Scanner 4 pada
F254. Dilakukan perhitungan standar deviasi panjang gelombang maksimum andrografolid
(SD) dan koefisien variasi (KV) berdasarkan dan rentang panjang gelombang 200-400 nm.
perolehan nilai AUC pada masing-masing Dilakukan penetapan kadar dengan membuat
konsentrasi. kurva kalibrasi dari larutan seri konsentrasi
e. Selektivitas/Spesifisitas Selektivitas dapat andrografolid dan persamaan regresi linier y =
dilakukan dengan menganalisis standar bx + a, dan ditentukan nilai r, dimana y adalah
andrografolid dan sampel hasil ekstraksi nilai AUC dan x adalah kadar.
menggunakan parameter resolusi (Rs). Spot
andrografolid pada sampel dikonfirmasi dengan 3. HASIL
membandingkan nilai Rf pada spot dan standar. 3.1 Determinasi Tanaman
Kemurnian puncak andrografolid diuji dengan Tanaman herba sambiloto dan serbuk
membandingkan spektrum pada tingkat yang kering herba sambiloto yang digunakan dalam
berbeda yaitu posisi peak start (S), peak apex penelitian ini diperoleh dari Kulonprogo,
(M) dan peak end (E). Yogyakarta. Sampel yang telah terkumpul
2.2.7 Penetapan kadar andrografolid dengan dideterminasi di UPT Balai Konservasi
metode KLT-Spektrofotodensitometri Tumbuhan Kebun Raya Eka Karya Bali–LIPI
Identifikasi andrografolid dilakukan dengan untuk mengetahui kebenaran spesies tanaman
menggunakan KLT Spektrofotodensitometri. yang diteliti. Hasil determinasi menyatakan
Digunakan plat KLT silika gel 60 F254, bahwa sampel yang digunakan benar spesies
kemudian plat dicuci dengan metanol dan Andrographis paniculata (Burm. f.) Nees.
diaktivasi pada suhu 110oC selama 30 menit.
Sampel dan standar andrografolid ditotolkan

Tabel 1. Penetapan kadar air serbuk simplisia herba sambiloto (Andrographis paniculata (Burm. f.) Nees)
Persentase Kadar Air
Percobaan
Rata-Rata Standar Deviasi (SD)
1 2 3
9,78 % 10,15 % 9,33 % 9,75 % 0,41%

84
Pengembangan Metode Refluks untuk Ekstraksi Andrografolid dari Herba Sambiloto
(Andrographis paniculata (Burm.f.) Nees)
(Laksmiani, N. P. L., Susanti, N.M.P., Widjaja, I. N. K.., Rismayanti, A. A. M. I.)

Tabel 2. Data %recovery dengan metode standar adisi menggunakan larutan standar andrografolid

Kadar analit
Kadar Kadar
yang Rata-rata
sampel Replikasi terukur %recovery
ditambahkan %recovery
(ng) (ng)
(ng)
1 779,800 79,45%
382,531 500 2 789,772 81,44% 85,68%
3 863,296 96,15%

Tabel 3. Data %KV pada standar andrografolid

AUC
Konsentrasi
Replikasi Replikasi Replikasi SD KV
analit (ng)
1 2 3
100 1184,9 1193,3 1170,7 11,423 0,965%
400 3412,1 3447,5 3455,9 23,245 0,676%
800 5971,3 5974 5974,7 1,795 0,03%
Keterangan: AUC = luas area puncak; SD = standar deviasi; KV = koefisien variasi

Tabel 4. Data nilai resolusi standar andrografolid

Replikasi X Y Z Rs1 Rs2


1 0 0,41 0,85 13,6 5,1
2 0 0,39 0,85 15,6 5,7
3 0,04 0,37 0,8 6,6 9,5

Tabel 5. Data nilai resolusi sampel

Replikasi X Y Z Rs1 Rs2


1 0,01 0,4 0,6 8,6 3,6
2 0,07 0,41 0,61 6,1 2,6
3 0,01 0,41 0,52 11,4 2
Keterangan: x: Rf puncak sebelum puncak andrografolid; y: Rf andrografolid; z: Rf puncak setelah
puncak andrografolid; Rs1: Resolusi andrografolid dengan puncak sebelumnya; Rs2: Resolusi
andrografolid dengan puncak setelahnya

85
Pengembangan Metode Refluks untuk Ekstraksi Andrografolid dari Herba Sambiloto
(Andrographis paniculata (Burm.f.) Nees)
(Laksmiani, N. P. L., Susanti, N.M.P., Widjaja, I. N. K.., Rismayanti, A. A. M. I.)

Gambar 1. Kurva kalibrasi andrografolid dalam penentuan linearitas

UV 254 nm UV 366 nm

T1 T2 T3 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S2 S2 S2 S2 S2 S2 S3 S3 S3 S3 S3 S3 T1 T4 T5 T1 T2 T3 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S2 S2 S2 S2 S2 S2 S3 S3 S3 S3 S3 S3T1T4 T5

Gambar 2. Hasil pemisahan standar andrografolid dan sampel pada UV 254 dan 366 nm. T1= sampel
ekstraksi dengan maserasi; T2, T3, T4, T5 = sampel ekstraksi dengan refluks selama 3, 6, 9 dan 12 jam; S1
= standar andrografolid 100 ng; S2 = standar andrografolid 400 ng; S3 = standar andrografolid 800 ng

86
Pengembangan Metode Refluks untuk Ekstraksi Andrografolid dari Herba Sambiloto
(Andrographis paniculata (Burm.f.) Nees)
(Laksmiani, N. P. L., Susanti, N.M.P., Widjaja, I. N. K.., Rismayanti, A. A. M. I.)

Gambar 3. Perbandingan spektrum standar andrografolid dan spektrum sampel pada panjang gelombang
230 nm. Keterangan: A = spektrum standar andrografolid; B = spektrum sampel hasil ekstraksi dengan
maserasi dan refluks pada variasi jumlah pelarut dan waktu ekstraksi

Gambar 5. Grafik hubungan antara perbandingan jumlah pelarut dan kadar andrografolid

Gambar 6. Grafik hubungan antara waktu ekstraksi dan kadar andrografolid

87
Pengembangan Metode Refluks untuk Ekstraksi Andrografolid dari Herba Sambiloto
(Andrographis paniculata (Burm.f.) Nees)
(Laksmiani, N. P. L., Susanti, N.M.P., Widjaja, I. N. K.., Rismayanti, A. A. M. I.)

Gambar 7. Kromatogram ekstrak etanol herba sambiloto (Andrographis paniculata (Burm. f.) Nees pada
variasi jumlah pelarut

Gambar 8. Kromatogram ekstrak etanol herba sambiloto (Andrograhis paniculata (Burm. f.) Nees pada
variasi waktu ekstraksi

88
Pengembangan Metode Refluks untuk Ekstraksi Andrografolid dari Herba Sambiloto
(Andrographis paniculata (Burm.f.) Nees)
(Laksmiani, N. P. L., Susanti, N.M.P., Widjaja, I. N. K.., Rismayanti, A. A. M. I.)

4. PEMBAHASAN
4.1 Validasi Metode Penetapan Kadar andrografolid ditandai dengan warna spot
Andrografolid dengan KLT- keabu-abuan seperti yang terlihat pada UV
Spektrofotodensitometri 366 nm. Kromatogram yang diperoleh
a. Rentang dan linearitas Hasil yang kemudian dilakukan scan pada panjang
diperoleh menyatakan bahwa konsentrasi gelombang 230 nm untuk dapat mengetahui
andrografolid tersebut memenuhi parameter kemiripan spektrum antara senyawa standar
akurasi, presisi, dan linearitas, sehingga dan sampel ekstrak seperti pada gambar 3.
diperoleh rentang pada konsentrasi 50-1000 ng. Gambar 3 menunjukkan nilai korelasi
Dari kurva kalibrasi seri larutan standar spektrum sampel dengan standar andrografolid
pembanding andrografolid diperoleh persamaan sebesar 0,991.
regresi linearnya yaitu y = 7,5513x + 572,79 a. Jumlah pelarut optimum dalam ekstraksi
dengan nilai koefisien regresi linear (r) = andrografolid dengan metode refluks
0,9938 seperti yang terlihat pada gambar 1. Hasil menunjukkan bahwa semakin besar
b. Akurasi Pada penelitian ini diperoleh perbandingan jumlah pelarut maka kadar
%recovery pada konsentrasi 500 ng dari adisi andrografolid yang terdapat pada bahan akan
larutan standar andrografolid yang dilakukan semakin meningkat, akan tetapi setelah
sebanyak 3 kali replikasi dengan rata-rata mencapai jumlah pelarut yang optimum
perolehan kembali sebesar 85,68%, nilai komponen yang terambil dari bahan
tersebut menunjukkan %recovery telah mengalami penurunan (Gambar 4). Gambar 6
memenuhi kriteria yang dipersyaratkan (tabel menunjukkan pada kromatogram adanya
2). penambahan satu puncak mulai dari jumlah
c. LOD & LOQ Hasil perhitungan pelarut dengan perbandingan 1:4 hingga 1:6
menunjukkan bahwa nilai LOD adalah 133,273 disertai dengan nilai AUC pada puncak
ng/µL dan LOQ adalah 444,122 ng/µL. andrografolid yang semakin berkurang dan
d. Presisi Dalam penelitian ini %KV pada mengakibatkan penurunan kadar
konsentrasi standar andrografolid yang andrografolid. Hal ini dapat disebabkan oleh
ditentukan pada 3 replikasi menunjukkan komponen-komponen yang terdapat dalam
bahwa seluruh konsentrasi memenuhi kriteria bahan jumlahnya terbatas dan pelarut yang
penerimaan seperti terlihat pada tabel 3. digunakan memiliki batas kemampuan untuk
e. Spesifisitas/Selektivitas Hasil yang melarutkan bahan yang ada meskipun
diperoleh menunjukkan bahwa nilai resolusi dilakukan penambahan jumlah pelarut.
yang diperoleh >1,5 (tabel 4 dan 5). Hal ini b. Waktu ekstraksi andrografolid optimum
menunjukkan bahwa metode dapat memisahkan dengan metode refluks
senyawa dengan matriks lainnya dalam suatu Hasil menunjukkan kadar andrografolid
larutan sehingga memenuhi parameter yang dihasilkan berbeda dalam berbagai waktu
selektivitas. Spesifisitas dilakukan dengan ekstraksi. Kelarutan komponen dalam sampel
membandingkan spektra pada posisi awal (s), secara perlahan sebanding dengan peningkatan
tengah (m) dan akhir puncak (e) menunjukkan waktu ekstraksi, akan tetapi setelah mencapai
korelasi > 0,99, hal ini dapat dikatakan bahwa waktu optimum jumlah komponen yang
noda/puncak kromatogram murni dan terambil dari bahan akan mengalami
memenuhi parameter spesifisitas. penurunan (Gambar 5). Gambar 7
menunjukkan bahwa adanya penambahan
4.2 Penetapan Kadar Andrografolid dengan puncak senyawa yang terbentuk ketika
Metode KLT-Spektrofotodensitometri dilakukan peningkatan waktu ekstraksi. Pada
Gambar 2 menunjukkan hasil pemisahan kajian ini, diduga senyawa andrografolid
andrografolid pada plat KLT yang diamati mempunyai kelarutan yang lebih besar jika
pada UV 254 dan 366 nm dengan nilai Rf dibandingkan dengan kelarutan senyawa
sampel 0,37-0,39 dan Rf pada standar 0,38- lainnya, namun dengan bertambahnya waktu,
0,41. Nilai Rf sampel dan Rf pada standar jumlah senyawa lain yang terlarut semakin

89
Pengembangan Metode Refluks untuk Ekstraksi Andrografolid dari Herba Sambiloto
(Andrographis paniculata (Burm.f.) Nees)
(Laksmiani, N. P. L., Susanti, N.M.P., Widjaja, I. N. K.., Rismayanti, A. A. M. I.)

bertambah sehingga dapat memperkecil Reperkolasi dalam Ekstraksi Senyawa


jumlah senyawa andrografolid yang mampu Aktif Andrographolide dari Tanaman
terekstraksi. Sambiloto (Andrographis paniculata
(Burm.F.) Nees)” (Skripsi). Bogor:
KESIMPULAN Institut Pertanian Bogor.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan Sudarsono, Puidjoarinto, A. Gunawan, D.
jumlah optimum andrografolid yang mampu Wahyuono, S. Donatus, I.A. Drajad, M.
terekstraksi adalah pada perbandingan serbuk Wibowo, S. Ngatidjan. 2006. Tumbuhan
herba sambiloto dan jumlah pelarut 1:3 dengan Obat 1. Pusat Penelitian Obat
waktu ektraksi selama 6 jam. Tradisional, Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta. Hal 25-28.

UCAPAN TERIMAKASIH
Kepada DIKTI atas bantuan dana pada
hibah bersaing serta seluruh dosen pengajar,
serta staf pegawai di Jurusan Farmasi Fakultas
MIPA Universitas Udayana atas dukungan
yang telah diberikan.

PUSTAKA
Chao, W., dan B. Fong Lin.2010. Review
Isolation and Identification of Bioactive
Compounds in Andrographis paniculata
(Chuanxinlian). Chinese Medicine. Vol. 5:
17.
DepKes RI. 1986. Sediaan Galenik. Jakarta:
Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.
Depkes RI. 2010. Farmakope Herbal
Indonesia. Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.
Mohan, M., S. Khanam, B.G. Shivananda.
2013. Optimization of Microwave Assisted
Extraction of Andrographolide from
Andrographis paniculata and its
Comparison with Refluxation Extraction
Method. Journal of Pharmacognosy and
Phytochemistry Vol. 2. 342-348.
Niranjan, A., Tewari, S.K., Lehry, A. 2010.
Biological Activities of Kalmegh (A.
Paniculata Ness) and Its Active Principles.
Indian J. of Nat. Prod. And Res. 1(2): 125-
135.
Nurasiah, E. S. 2010. “Pengoptimuman
Ekstraksi Andrografolida dari Sambiloto
dengan Rancangan Fraksional Faktorial”
(Skripsi). Bogor: Institut Pertanian
Bogor.
Pratiwi, E. 2010. “Perbandingan Metode
Maserasi, Remaserasi, Perkolasi dan

90
Uji Sitotoksisitas Ekstrak Etanol Limbah Kulit Buah Naga Merah (Hylocereus polyrhizus)
pada Sel Kanker Payudara Secara In Vitro dan In Silico
(Sarasmita, M.A, Laksmiani, N.P.L.) 

UJI SITOTOKSISITAS EKSTRAK ETANOL LIMBAH KULIT BUAH NAGA MERAH


(Hylocereus polyrhizus) PADA SEL KANKER PAYUDARA SECARA IN INVITRO DAN
IN SILICO

Sarasmita, M.A1, Laksmiani, N.P.L1


1
Jurusan Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana

Korespondensi: Made Ary Sarasmita


Jurusan Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana
Jalam Kampus Unud-Jimbaran, Jimbaran-Bali, Indonesia 80364 Telp/Fax: 703837
Email: arysarasmita@yahoo.com

ABSTRAK

Kanker payudara merupakan salah satu penyakit yang menimbulkan angka kesakitan
dan kematian tertinggi. Penderita kanker payudara pada stadium lanjut menggunakan
sitostatika yang meningkatkan resiko adverse drug reaction. Buah naga (Hylocereus
polyrhizus) mengandung senyawa yang diduga berperan sebagai antioksidan. Kandungan
flavonoid dalam kulit buah naga diduga memiliki aktivitas antioksidan yang mampu
menurunkan ROS sehingga dapat mencegah kanker. Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis aktivitas sitotoksik ekstrak etanol kulit buah naga pada sel kanker payudara
MCF-7 secara in vitro dan mengkaji mekanisme molekuler dari komponen aktif ekstrak
ethanol kulit buah naga secara in silico dengan protein target PgP, IKK dan HER-2. Uji
sitotoksisitas ekstrak ethanol kulit buah naga merah dilakukan dengan metode MTT. IC50
ekstrak kulit buah naga merah diukur terhadap sel MCF-7. Uji docking molekular (in silico)
dilakukan dengan preparasi protein, preparasi senyawa uji, validase metode molecular
docking dan docking betasianin pada HER-2, Pgp dan IKK. Hasil penelitian menunjukkan
ekstrak kulit buah naga memiliki potensi sebagai agen sitotoksik pada sel MCF-7 dengan
nilai IC50 387,49 μg/mL. Potensi sitotoksik dari kulit buah naga merah diperantarai oleh
kemampuan betasianin menghambat protein target IκB kinase (IKK) dengan afinitas -6,15
kkal/mol, sehingga NF-κB terinaktivasi dan proliferasi sel MCF-7 dapat terhambat.

Kata kunci : Hylocereus polyrhizus, sitotoksik, carcinoma mammae, betasianin, docking

1. Pendahuluan dapat menyebabkan resistensi karena


Kanker payudara merupakan salah dapat menginduksi over-ekspresi P-
satu kanker terbanyak pada wanita glycoprotein (Pgp) yang menyebabkan
yang menimbulkan angka kesakitan efflux (pengeluaran) obat kemoterapi
dan kematian yang tinggi (Ruddon, dari dalam sel. Pgp merupakan
2007). Salah satu target penting pada downstream dari NFκB, suatu faktor
terapi kanker payudara adalah transkripsi yang penting dalam
Estrogen Receptor (ER) seperti HER-2 proliferasi sel. Aktivitas NFκB
yang mempunyai peranan dalam diregulasi oleh IκB Kinase (IKK)
proliferasi dan perkembangan kanker (Deng et al., 2001). Oleh karena itu
payudara. Salah satu contoh agen HER-2, Pgp dan IKK menjadi target
kemoterapi yang digunakan adalah yang penting dalam pengembangan
doxorubicin. Penggunaan doxorubicin

91 
Uji Sitotoksisitas Ekstrak Etanol Limbah Kulit Buah Naga Merah (Hylocereus polyrhizus)
pada Sel Kanker Payudara Secara In Vitro dan In Silico
(Sarasmita, M.A, Laksmiani, N.P.L.) 

agen bertarget molekular. Penggunaan marker, mikropipet, tip, rak


agen kemoterapi berpotensi ampul/tempat eppendorf, alat-alat
menimbulkan efek samping pada sel gelas, flakon, timbangan analitik,
normal dan menekan sistem imun. mikroskop cahaya, inverted
Suatu pengembangan obat yang microscope, tabung konikal,
selektif terhadap sel kanker payudara haemocytometer, cell counter,
namun tidak menimbulkan kerusakan kamera digital, autoklaf, filter,
pada sel normal diperlukan. vorteks, sentrifuse. Alat ujiin silico
Salah satu upaya kemoprevensi meliputi seperangkat komputer
adalah mengembangkan agen dengan spesifikasi Windows 7 32
antikanker dari tumbuhan obat bit dan program co-PenDrive
tradisional yang merupakan bagian dari Linux untuk simulasi Linux pada
keanekaragaman hayati Indonesia. Windows, Autodock 4.2 untuk
Buah naga merah (Hylocereus molekular docking, Autodock 4.2
polyrhizus) adalah tumbuhan buah untuk preparasi protein, dan
yang mudah dijumpai dan sering hanya Marvin Sketch untuk preparasi
dimanfaatkan daging buahnya untuk senyawa uji betasianin.
konsumsi. Pemanfaatan limbah kulit 2.2 Bahan
buah naga belum banyak diteliti dan Kulit buah naga merah
dikembangkan sebagai obat. Salah satu (Hylocereus polyrhizus), etanol
senyawa kimia yang memiliki efek 96%, Sel kanker payudar jenis
antikanker adalah senyawa flavonoid. MCF-7. Kultur sel ditumbuhkan
Flavonoid memiliki aktivitas dalam media penumbuh
menangkap radikal bebas (Reactive Dulbecco’s modified Eagle’s
Oxygen Species / ROS) yang dapat medium (DMEM) high glucose
menekan proses proliferasi sel kanker. yang mengandung Fetal Bovine
Kulit buah naga diketahui memiliki Serum (FBS) 10% (v/v) (Gibco),
kandungan flavonoid seperti penisillin-streptomisin 1 % (v/v)
betasianin. (Gibco), tripsin.
Tujuan penelitian ini untuk 2.3 Pembuatan Ekstrak
mengembangkan limbah kulit buah Bubuk simplisia kulit buah
naga merah sebagai agen antikanker naga merah yang sudah
pada sel kanker payudara melalui dikeringkan dalam oven suhu 500C
aktivitas sitotoksik pada sel kanker selama 24 jam sebanyak 1 kg
payudara yang dimodelkan oleh sel dimaserasi dengan pelarut etanol
MCF-7 secara in vitro dengan asam dengan perbandingan 1:5
menganalisis nilai IC50 dari ekstrak (bahan: pelarut). Maserasi
etanol kulit buah naga merah. Selain dilakukan selama 24 jam dengan
itu menganalisis mekanisme molekuler dan diremaserasi sebanyak 2 kali.
yang memperantarai efek sitotoksiknya Maserat kemudian disaring dan
terhadap sel kanker payudara melalui dipekatkan menggunakan vaccum
docking molekuler atau in silico. rotary evaporator.
2.4 Uji Sitotoksitas dengan
2. Metode Penelitian Metode MTT
2.1 Alat Sel dengan kepadatan 1 x 104
Alat perlindungan diri, sel/sumuran didistribusikan ke
waterbathsuhu 37°C, Laminar Air dalam plate 96 sumuran dan
Flow Hood (LAF), inkubator CO2, diinkubasi selama 24 jam. Media
tissue cultureflask/dish, pen diambil, dicuci PBS, ditambahkan
92 
Uji Sitotoksisitas Ekstrak Etanol Limbah Kulit Buah Naga Merah (Hylocereus polyrhizus)
pada Sel Kanker Payudara Secara In Vitro dan In Silico
(Sarasmita, M.A, Laksmiani, N.P.L.) 

100 µl media kontrol atau sampel, 3.1 Bobot dan pH esktrak etanol
inkubasi selama 24 jam. Pada akhir kulit buah naga
inkubasi, media kultur yang Bobot ekstrak kulit buah
mengandung sampel dibuang, naga yang diperoleh sebesar
dicuci dengan 100 µl PBS. 268,5448 gram dengan rentang
Kemudian ke dalam masing- pH ekstrak kulit buah naga
masing sumuran ditambahkan 100 yaitu 5,10 – 5,27.
µl media kultur yang mengandung 3.2 Uji Sitotoksisitas dengan
MTT 5 mg/ml, inkubasi lagi metode MTT
selama 4 jam pada suhu 37°C. Sel Ekstrak etanol kulit buah
yang hidup akan bereaksi dengan naga merah mempunyai
MTT membentuk kristal formazan aktivitas sitotoksik pada sel
berwarna ungu. Setelah 4 jam, MCF-7 dengan nilai IC50
media yang mengandung MTT 387,49 μg/mL. Efek sitotoksik
dibuang, dicuci PBS kemudian ekstrak etanol kulit buah naga
ditambahkan larutan asam merah terjadi mulai konsentrasi
isopropanol 200 µl untuk 200 μg/mL pada sel MCF-7
melarutkan kristal formazan. dimana mulai terlihat adanya
Digoyang di atas shaker selama 10 sel yang mati yang terbentuk
menit kemudian dibaca dengan bulat mengambang dan rata-
ELISA reader pada panjang rata persentase viabilitas selnya
gelombang 550 nm. ±standard error (SE) dari 3
2.5 Uji docking dengan Autodock kali eksperimen adalah 66,1 %
Uji docking dimulai dengan ± 7,1.
preparasi protein HER-2, IKK, dan
PgP yang berikatan dengan native
ligand. Optimasi struktur senyawa
uji dilakukan dengan program
Marvin Sketch. Pada tahap validasi
metode docking molekuler, native
ligand di-docking-kan kembali
pada protein yang telah dihilangkan
native ligand-nya. Hasil analisis
menunjukkan Root Mean Square
Distances (RMSD) Heavy Atoms
senyawa hasil docking
dibandingkan dengan referensi.
Docking senyawa uji betasianin
pada protein yang sudah
dihilangkan native ligand-nya
menggunakan program Autodock
Gambar 3.1. Efek perlakuan
4.2.
ekstrak etanolik kulit buah naga
merah terhadap viabilitas sel MCF-
7.

3. Hasil Penelitian dan Pembahasan

93 
Uji Siitotoksisitas Ekstrak Etaanol Limbah Kulit Buah Naga Merahh (Hylocereuus polyrhizus)
pada Sel
S Kanker Payudara
P Seccara In Vitro
o dan In Silicco
(Sarasmita, M.A, Laksmmiani, N.P.LL.) 

3.3 Ujji Docking Molecular dengaan


Metode
M Autodock

Kontrol sel 50 μg/mL


μ 10
00 μg/mL

(a) (b)

Gamb bar 3.3(a) Interaksi antara


a nativve
200 μg/m
mL 400 μg/mL
μ 80
00 μg/mL ligandd dengan pprotein targget IKK; (bb)
Interaaksi antara bbetasianin deengan proteiin
Gambarr 3.2. Efek k perlakuan ekstrak target IKK.
etanolik kulit buah naga merahh terhadap
morfologgi sel MCF F-7 setelah diinkubasi 4. Peembahasan
selama 24 jam. Seel MCF-7 merupakan
m saalah satu jennis
sel adenokarsinnoma payu udara yanng
T
Tabel di baawah ini menjelaskan
m diperooleh dari pleural efusi e wanitta
tentang jumlah konsentrasi dan persentase kaukaasian berum mur 69 tahhun penderita
viabilitass sel ekstraak etanol kulit
k buah kankeer payudaraa golongann darah O O,
naga. dengaan Rh posiitiftahap meetastasis. Sel
MCF--7 tanpaa perlakuuan tidaak
Tabel 3.1Persentaase viabillitas sel menunnjukkan adaanya ekspressi Pgp, tetappi
±standarrd error (SE)) ekstrak etaanolik kulit selMCCF-7 dengann perlakuann doxorubiciin
buah nag
ga merah terjadii over-eksprresi Pgp (Simsteinet all.,
N Konsen Persen
ntase Viabilitaas Rata 2003). Pgp meruupakan suattu transporteer
o -trassi Sel rata yang termasuk dalam kelluarga ATP P-
μg/mmL I II IIII Viabili-- bindinng cassettte (ABC C). NF-κ κB
tas Seel meruppakan faktoor transkripssi yang akttif
± SE akan meningkatka
m an transkripsi gen MDR R1
1 50 100.67 89.91 111
1.24 100.61 ± pengkkode PgP maupun protein annti
6,16
apoptoosis Bcl-2 (Ruddon, 2007). Pggp
memppertahankan konsenttrasi ageen
2 1000 93.92 105.41 82.26 93.86 ± kemotterapi yangg rendah di d dalam sel
6,68
dengaan memomppa obat ke luar dari seel,
3 2000 52.19 70.6 75.52 66.1 ± 7,1 sedang gkan B
Bcl-2 m
meningkatka an
penghhambatan daalam pemacuuan apoptosiis.
4 4000 26.85 35.97 29.04 30.62 ±
2,75
Sehing gga adannya inaktivasii NF-κB oleeh
IκB kinase (IK KK) akan menghambat
5 8000 4.07 7.17 11.18 7.47 ±
2,06
ekspreesi Pgp mauupun Bcl-2(Deng et all.,
2001).
Siitotoksik meerupakan sifafat toksik ataau
beracuun suatu sennyawa terhaadap sel yanng
hidup. Uji sittotoksisitas secara in i

94
Uji Sitotoksisitas Ekstrak Etanol Limbah Kulit Buah Naga Merah (Hylocereus polyrhizus)
pada Sel Kanker Payudara Secara In Vitro dan In Silico
(Sarasmita, M.A, Laksmiani, N.P.L.) 

vitromenggunakan kultur sel yang dengan ligan memiliki nilai RMSD 1,49,
digunakan dalam evaluasi keamanan obat, sedangkan IKK dengan ligan memiliki
kosmetika, zat tambahan makanan dan RMSD 0,74 dan HER-2 dengan ligannya,
digunakan juga untuk mendeteksi adanya menghasilkan RMSD 2,62. Bila dilihat
aktivitas antineoplastik dari suatu senyawa dari nilai RMSD maka interaksi molekuler
(Ricci, 2006). Uji ini digunakan secara dapat dilanjut ke tahap berikut.
luas untuk menggantikan uji toksisitas Potensi sitotoksik dari kulit buah
secara in vivo yang menggunakan hewan. naga merah diperantarai oleh kemampuan
Beberapa alasan penggantian uji ini antara betasianin menghambat protein target IκB
lain adalah uji sitotoksisitas in vitro lebih kinase (IKK) sehingga NF-κB terinaktivasi
ekonomis daripada uji toksisitas dan proliferasi sel MCF-7 dapat terhambat.
menggunakan hewan, keterbatasan model Namun afinitasnya masih lebih rendah dari
hewan untuk dapat dikorelasikan hasilnya native ligannya untuk protein target IKK
pada manusia karena adanya perbedaan yaitu -6,15 kkal/mol sedangkan native
antar spesies, dan adanya dorongan moral ligan dengan IKK sebesar -9,82 kkal/mol.
untuk mengurangi percobaan yang Sedangkan ikatan antara betasianin
menggunakan hewan (Ricci, 2006). dengan Pgp afinitasnya lebih besar
Sampai saat ini, aktivitas antioksidan (+15,90 kkal/mol) dibandingkan dengan
kulit buah naga merah diketahui masih native ligan yaitu -8,88 kkal/mol dan
terbatas pada pengujian tingkat ekstrak dan HER-2 dengan betasianin memiliki nilai
fraksi. Penelitian menyebutkan bahwa energi ikatan sebesar +14,19 kkal/mol.
aktivitas antioksidan ekstrak etanol kulit HER-2 dengan ligannya sendiri, nilai
buah naga (IC50 0,3 mg/ml) lebih tinggi energi ikatannya -7,01 kkal/mol. Hal ini
daripada aktivitas antioksidan pada daging menunjukkan ekstrak etanol kulit buah
buahnya (IC50> 1 mg/ml) (Nurliyana, naga merah memiliki potensi sitotoksik
2012). terhadap sel MCF-7 melalui penghambatan
Penelitian lain juga melakukan uji protein IKK sehingga proliferasi sel
aktivitas ekstrak kulit buah naga dengan kanker payudara MCF-7 dapat dihambat.
beberapa pelarut yang tingkat Berdasarkan hasil penelitian
kepolarannya berbeda-beda. Ekstrak kulit menunjukkan bahwa ekstrak kulit buah
buah naga merah dalam pelarut n-heksana naga merah memiliki potensi sebagai agen
diketahui memiliki aktivitas antioksidan sitotoksik pada sel kanker payudara
dengan nilai IC50 sebesar 853,543 µg/ml melalui uji sitotoksisitas secara invitro dan
(Putra, 2012). Ekstrak kulit buah naga insilico. Hal ini dapat disebabkan karena
merah dalam pelarut methanol memiliki ekstrak kulit buah naga banyak
aktivitas antioksidan dengan nilai IC50 mengandung senyawa flavonoid yang
sebesar 634,292 µg/ml (Romadhona, memiliki aktivitas anti oksidan dan
2012). sedangkan pengujian ekstrak kulit mencegah pembentukan radikal bebas.
buah naga dengan pelarut kloroform Penelitian Rebecca (2010) menguji
menunjukkan aktivitas antioksidan yang identifikasi pigmen dan aktivitas
cukup besar yaitu nilai IC50 sebesar 43,836 antioksidan ekstrak buah naga merah
µg/ml (Mitasari, 2012). (Hylocereus polyrhizus). Dari hasil
Sebelum dilakukan analisa docking penelitian menggunakan instrument HPLC
molekuler dipastikan terlebih dahulu disebutkan buah naga merah mengandung
validitas dari metode yang digunakan betanin. Selain itu, nilai total fenolik buah
dengan melihat nilai RMSD antara native naga sebesar 86,10 mg dari total 0,5 gram
ligan dengan protein target. Nilai RMSD ekstrak kering buah naga. Aktivitas
yang dapat diterima dan metode antioksidan dengan metode DPPH
dinyatakan valid bila RMSD 1-3 Å. Pgp
95 
Uji Sitotoksisitas Ekstrak Etanol Limbah Kulit Buah Naga Merah (Hylocereus polyrhizus)
pada Sel Kanker Payudara Secara In Vitro dan In Silico
(Sarasmita, M.A, Laksmiani, N.P.L.) 

penangkap radikal menunjukkan Activate NF-κB Pathway.J.Biol.


konsentrasi efektif buah naga sebesar 2,90 Chem.276 (1),413–420.
mM ekuivalen dengan vitamin C/gram DeVita, V.T., Theodore, S.L. and Steven
ekstrak kering. A.R. 2011. Cancer Principles and
Penelitian Pranata (2013) menguji Practice of Oncology, 9th edition.
aktivitas antioksidan dari kulit buah naga Wolters Kluwer. Lippinot Williams
merah dengan metode DPPH (1,1-difenil- and Wilkins. USA.
2-pikrilhidrazil) dan uji aktivitas Fajriani, H.Q. 2013. Penentuan Aktivitas
antioksidan dengan metode KLT Antioksidan Kulit Buah Naga Super
(kromatografi lapis tipis). Penelitian Merah (Hylocereus costarioensis) dan
Pranata (2013) menyebutkan hasil skrining produk olahannya berupa permen
fitokimia ekstrak kulit buah naga jelly.Skripsi. Jakarta: Universitas
mengandung flavonoid dan triterpenoid Pendidikan Indonesia, hal 1-5.
dan memiliki aktivitas antioksidan dengan Fortugno, P., Wall, NR., Giodini, A.,
nilai IC50 sebesar 3349,936 µg/ml (Pranata, 2002. Survivin Exists in
2013). Immunochemically Distinct
Subcellular Pools and is Involved in
5. Kesimpulan Spindle Microtubule Function.J Cell
Ekstrak kulit buah naga memiliki Sci. 115: 85-575.
potensi sebagai agen sitotoksik pada sel Gibbs, J.B. 2000. Anticancer Drug
MCF-7 dengan nilai IC50 387,49 μg/mL. Targets: Growth Factor and Growth
Potensi sitotoksik dari kulit buah naga Factor Signaling.J. Clin. Inves.105 (1):
merah diperantarai oleh kemampuan 9-13.
betasianin menghambat protein target IκB Jamilah, B., Shu, C. E., Kharidah,
kinase (IKK) dengan afinitas -6,15 M.,Dzulkifly, M. A., and Noranizan,
kkal/mol sehingga NF-κB terinaktivasi dan A.2011. Physico-chemical
proliferasi sel MCF-7 dapat terhambat. Characteristics of Red Pitaya
(Hylocereus lemairei) Peel. Int. Food.
6. Ucapan Terima Kasih Res. J. 18: 279-286.
Ucapan terima kasih diucapkan untuk King, R. J. B. 2000. Cancer Biology, 2nd
Lembaga Penelitian dan Pengabdian edition, Pearson Education Limited.
kepada Masyarakat (LPPM) Universitas London.
Udayana, Fakultas MIPA Unud, Kitagawa, S. 2006. Inhibitory Effect of
Laboratorium Toksikologi Forensik, Polyphenols on P-Glycoprotein-
Lembaga Sains dan Forensik Unud, dan Mediated Transport.Biol. Pharm.
Cancer Chemoprevention Research Center Bull.29(1):1-6.
Universitas Gadjah Mada. Mitasari, A. 2012. Uji Aktivitas Ekstrak
Kloroform Kulit buah Naga Merah
6. Daftar Pustaka (Hylocereus polyrhizus Britton &
Chahar, M.K., Sharma, N., and Joshi, Y.C. Rose) Menggunakan Metode DPPH
2011. Flavonoids: A versatile source of (1,1-Defenil-2-Pikril Hidrazil).
anticancer drugs. Pharmacognosy Skripsi.Pontianak: Program Studi
Review. Jan-Jun; 5(9): 1-12. Farmasi.Universitas Tanjungpura. Hal.
Deng, L., Lin-Lee, Y.C., Claret, F.X. and 51; 68.
Kuo, M.T. 2001. 2- Nurliyana, R., Syed Z. I., Mustapha S.K.,
Acetylaminofluorene Up-regulates Rat Aisyah, M. R., dan Kamarul R. K.
mdr1b Expression through Generating 2010. Antioxidant study of pulp and
Reactive Oxygen Species That peel dragon fruits: a comparative
study. Int. Food. Res. J. 17:365-375.
96 
Uji Sitotoksisitas Ekstrak Etanol Limbah Kulit Buah Naga Merah (Hylocereus polyrhizus)
pada Sel Kanker Payudara Secara In Vitro dan In Silico
(Sarasmita, M.A, Laksmiani, N.P.L.) 

Putra, T. U. 2012. Uji Aktivitas Ekstrakn- Pontianak: Program Studi Farmasi.


Heksana Kulit buah Naga Universitas Tanjungpura. Hal. 51.
Merah(Hylocereus polyrhizus Britton Ruddon, R.W. 2007.Cancer Biology,
& Rose)Menggunakan Metode DPPH Fourth Edition. Oxford University
(1,1-Defenil-2-Pikril Hidrazil). Press.
Skripsi.Pontianak: Program Studi Sastrohamidjojo, H., 2007. Spektroskopi.
Farmasi,Universitas Tanjungpura. Hal. Edisi Kedua. Penerbit Liberty.
52. Yogyakarta
Reuter, S., Eifes, S., Dicato, M., Shan D. Z., Seng J. F., Pi C. N., Yuan L.G.
Aggarwal, B.B., and Diederich, M. and Gang Z. C. 2008. Isolation and
2008. Modulation of Anti-apoptotic Identification of an Anti-tumor
and Survival Pathways by Curcumin as Component from Leaves of Impatiens
a Strategy to Induce Apoptosis in balsamina. Molecules. 13. 220-229.
Cancer Cells.Biochemical Simstein, R., Burow, M., Parker, A.,
Pharmacol.76: 1340–1351. Weldon, C., and Beckman, B. 2003.
Ricci, M.S., and Zhong, W.X. 2006. Apoptosis, Chemoresistance, and
Chemotherapeutic Approaches for Breast Cancer: Insights from the MCF-
Targetting Cell Death Pathways.The 7 Cell Model System, Experimental
Oncologist.11:342-357. Biology and Medicine.228: 995-1003.
Romadhona, A. 2012. Uji Aktivitas Singh, N. 2007. Apoptosis in Health and
Ekstrak Etanol Kulit buah Naga Merah Disease and Modulation of Apoptosis
(Hylocereus polyrhizus Britton & for Therapy: An Overview, Indian J. of
Rose) Menggunakan Metode DPPH Clin. Biochemistry.22 (2): 6-16.
(1,1-Defenil-2-Pikril Hidrazil). Skripsi.

97 

Вам также может понравиться