Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
VOLUME IV
NOMOR 2
HALAMAN 1 - 97
EDISI DESEMBER 2015
Deskripsi
Pembaca
Editor
Petunjuk Penulisan
DESKRIPSI
Jurnal Farmasi Udayana merupakan jurnal elektronik yang dikelola oleh jurusan
Farmasi FMIPA Udayana. Jurnal ini yang merupakan media publikasi penelitian
dan review article pada semua aspek ilmu farmasi yang bersifat inovatif , kreatif,
original dan didasarkan pada scientific. Artikel yang dimuat dalam jurnal ini
meliputi penemuan obat, sistem penghantaran obat serta pengembangan obat.
Jurnal ini memuat bidang khusus di farmasi seperti kimia medisinal, farmakologi,
farmakokinetika, farmakodinamika, analisis farmasi, sistem penghantaran obat,
teknologi farmasi, bioteknolofi farmasi, obat herbal dan komponen aktif tanaman
serta evaluasi klinik obat.
PEMBACA
Ilmuwan di bidang kimia medisinal, farmasetika dan biofarmasetika,
farmakologi, kimia analisis, farmakologi klinik, mikrobiologi, bioteknologi, kimia
dan statistika
EDITOR
Penanggung jawab : Drs. Ida Bagus Made Suaskara, M.Si
Pengarah : Drs. I Made Satriya Wibawa, M.Si
Anak Agung Bawa Putra, S.Si., M.Si
Dr.rer.nat. IMAG. Wirasauta, M.Si., Apt
Editor :
Ketua Dewan Redaksi : Cokorda Istri Sri Arisanti, S.Farm., M.Si., Apt
Wakil Dewan Redaksi : Ni Kadek Warditiani, S.Farm., M.Sc., Apt
Mitra Bestari:
Ketua : Luh Putu Febryana Larasanty, S.Farm.,M.Sc., Apt
Anggota:
a. Ni PutuAriantari, S.Farm., M.Farm., Apt (Biologi Farmasi)
b. I G. N. Agung Dewantara, S.Farm., M.Sc., Apt (Teknologi Farmasi)
c. Ni Made Pitri Susanti, S.Farm., M.Si. Apt (Kimia Farmasi)
jurnalfarmasiudayana@gmail.com
PENDAHULUAN
Naskah yang diajukan ke jurnal harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: (1)
topik artikel akan melewati proses review terlebih dahulu oleh editor, dan (2)
artikel belum dipublikasikan atau akan dipublikasikan seluruhnya atau sebagian di
jurnal lain atau media publikasi yang lain.
Tipe artikel
Review article
Naskah review article harus memuat: judul, abstrak dan kata kunci (3-6 kata),
pendahuluan, pembahasan khusus oleh penulis, kesimpulan, ucapan terima kasih,
daftar pustaka, gambar dan tabel. Tiap pokok bahasan dari pendahuluan sampai
kesimpulan harus diberi nomor. Sub pokok bahasan juga harus dinomori dengan
1.1., 1.2., 1.3., dan seterusnya. Setiap halaman harus diberi nomor dan judul harus
diberi halaman 1.
Conflict of interest
Semua penulis wajib menghindari terjadinya Conflict of interest yang meliputi
pembiayaan atau hubungan dengan orang lain atau badan paling lama tiga tahun
sebelum pengajuan artikel ke jurnal yang dapat mempengaruhi secara langsung
maupun tidak langsung penelitian yang bersangkutan
Contoh hal yang potensial menyebabkan Conflict of interest antara lain pekerja,
konsultan, kepemilikan bahan, honor, pengajuan registrasi/paten, hibah atau
sumber dana yang lain.
Verifikasi Artikel
Artikel yang diajukan ke Jurnal Farmasi Udayana belum pernah dipublikasikan
sebelumnya (kecuali dalam bentuk abstrak atau sebagai bagian dari skripsi), tidak
dalam posisi akan diterbitkan pada jurnal lain, artikel telah mendapat persetujuan
semua penulis yang tercantum di dalam artikel yang bersangkutan dan secara
eksplisit telah mendapat persetujuan dari tempat dimana penulis melakukan
penelitian dan jika diterima, artikel tidak dipublikasikan di tempat lain dalam
bentuk yang sama dalam bahasa Indonesia atau bahasa lainnya untuk menghindari
plagiarisme
Konstribusi
Semua penulis harus berpartisipasi di dalam penelitian dan atau penyipan naskah,
sehingga fungsi dari masing-masing penulis harus didefinisikan.
Perubahan penulis
Pada jurnal ini dimungkingkan untuk menambahkan, pengurangi, mengubah
urutan penulis untuk naskah yang diterima. Hal-hal yang perlu dilakukan antara
lain: membuat permintaan untuk dapat menambahkan, mengurangi atau
mengubah urutan penulis kepada pengelola jurnal yang diajukan oleh
corresponding author yang dicantumkan di dalam naskah yang diajukan dan
meliputi: (a) alasan mengapa nama penulis harus ditambahkan, dikurangi atau
diubah susunannya (b) konfirmasi tertulis (e-mail, fax, surat) dari semua penulis
yang menyatakan persetujuan dengan perubahan tersebut di atas
Bahasa
Penulisan menggunakan bahasa Indonesia sesuai ejaan yang disempurnakan.
PERSIAPAN
Penggunaan program miscrosoft word. File dibuat dalam format asli
menggunakan program miscrosoft word. Teks harus dibuat dalam format satu
kolom, huruf font Times new roman 11, 1 spasi, ditulis dalam kertas ukuran A4.
Struktur Artikel
Sub pokok bahasan-penomoran
Artikel dibagi menjadi pokok bahasan dengan penomoran yang jelas. Sub pokok
bahasan harus diberi nomor 1.1 (kemudian 1.1.1, 1.1.2,...), 1.2 dan seterusnya.
Abstrak tidak dimasukkan dalam sistem penomoran.
Pendahuluan
Nyatakan tujuan dan landasan penelitian, hindari tinjauan pustaka yang terperinci
atau kesimpulan dari hasil penelitian
Hasil
Pengungkapan hasil harus jelas dan ringkas
Pembahasan
Bagian ini harus merupakan kajian mendalam dari hasil penelitian, jangan
mengulang pengungkapan hasil. Hindari kutipan dan pembahasan yang berlebihan
dari penelitian sebelumnya
Alamat korespondensi
Tunjukkan dengan jelas siapa yang bertanggung jawab terhadap korespondensi
semua tahap dari pengajuan, revisi, publikasi maupun sampai pasca publikasi.
Cantumkan nomor telepon disamping alamat email, kode pos. Kontak terperinci
harus tetap diperbaharui oleh korespondensi penulis
Alamat penulis
Jika alamat penulis berbeda dibandingkan dengan tempat penelitian semula, maka
alamat terbaru atau tetap penulis sebagai catatan kaki dari nama penulis. Alamat
dimana penelitian semula dilakukan oleh penulis tetap digunakan sebagai alamat
utama. Penulisan catatan kaki untuk alamat terbaru maupun alamat tetap
menggunakan supercrip dengan penomoran Arabic
Abstrak
Dibutuhkan abstrak yang jelas, ringkas dan sesuai fakta penelitian. Abstrak harus
menunjukan tujuan penelitian secara tegas, hasil yang penting dan kesimpulan
umum. Untuk memenuhi persyaratan abstrak ini, disarankan untuk tidak
menyertakan tinjauan pustaka, tetapi jika sangat diperlukan wajib mengutip nama
penulis dan tahun. Disamping itu dihindari pencantuman singkatan yang tidak
umum tetapi jika sangat diperlukan maka harus dijelaskan pada awal abstrak itu
sendiri
Gambar
Gambar harus dibuat untuk menyimpulkan isi dari artikel secara jelas untuk dapat
menarik perhatian pembaca yang berasal dari berbagai bidang yang berhubungan
dengan farmasi. Gambar harus dibuat dalam bagian terpisah dari artikel. Ukuran
gambar: sediakan gambar dengan minimal setara 531x1328 pixel atau lebih, tetapi
dapat tetap terbaca pada layar 200x500 pixel (pada 91 dpi yang sama dengan 5
x13 cm). Program yang digunakan dapat berupa pdfatau MS Word
Singkatan
Deskripsikan singkatan yang tidak umum sebagai catatan kaki pada halaman
pertama artikel. Singkatan yang menjadi keharusan untuk diungkapkan pada
abstrak diwajibkan didefinisikan pada bagian sebelum singkatan tersebut ditulis.
Penulisan singkatan harus konsisten pada seluruh artikel.
Unit
Gunakan satuan internasional (SI). Jika satuan diungkapkan dalam unit yang
berbeda, sebaikknya diungkapkan kesetaraan dengan SI
Tabel
Penomoran tabel diurut berdasarkan urutan munculnya di dalam artikel. Tabel
dibuat dengan tiga garis horisontal, hindari penggunaan garis vertikal dan data
yang diungkapkan di dalam tabel tidak diungkapkan berulang pada bagian lain
dari artikel
Daftar pustaka
Pastikan daftar pustaka tercantum di dalam artikel. Hasil yang belum
dipublikasikan dan personal communication tidak direkomendasikan dimasukkan
di dalam daftar pustaka. Pustaka yang ditandai dengan In Press menunjukan
bahwa artikel tersebut telah disetujui untuk dipublikasikan dan dapat digunakan
sebagai sumber pustaka. Penulisan pustaka mengikuti aturan penulisan pustakan
jurnal ini.
Penulisan buku
Penulis, A.A., Penulis, B.B., & Penulis, C.C. (tahun terbit). judul buku: sub judul.
(Edisi [jika bukan edisi pertama}). tempat terbit: penerbit
Contoh:
Buku dengan satu penulis
Nama penulis (tanpa singkatan). (tahun terbit). judul buku. Tempat terbit: penerbit
Reynords Hadi. (2000). Black pioners. Ringwood,Vic: Penguin
Artikel jurnal
Penulis, singkatan nama penulis. (tahun terbit). judul artikel. singkatan jurnal,
volume (issue), halaman
Skipsi/Tesis/Disertasi
Nama penulis, singkatan nama penulis. (tahun terbit). judul. skrispi/tesis/disertasi.
Universitas, kota
Submission checklist
Daftar isian di bawah ini dapat digunakan untuk memudahkan pemeriksaan akhir
sebelum artikel dikaji oleh editor.
Satu orang penulis ditunjuk sebagai corresponding author:
alamat email
kode pos
nomor telepon atau fax
Semua file yang dibutuhkan telah diupload
Kata kunci
Gambar
Tabel (termasuk judul, deskrispi, catatan kaki)
Hal selanjutnya yang harus diperhatikan
Naskah telah dicek tata bahasa dan pengucapannya
Pustaka telah ditulis sesuai format di dalam jurnal ini
hal
Halaman Judul ………………………………………………………………………….....
Deskripsi Jurnal Farmasi Udayana .................................................................................... i
Petunjuk Penulisan ........................................................................................................... ii
Daftar Isi ………………………………………………………………………………….. viii
1 Uji Aktivitas Adaptogenik Ekstrak Etanol Kulit Batang Bidara (Ziziphus mauritiana
Auct. non Lamk.) dengan Metode Swimming Endurance Test pada Mencit Galur
Balb/C ………………………………………………………………………………… 1
2 Pemberian Ekstrak Etanol Spondias pinnata Terhadap Volume Organ Hati Mencit
Betina ............................................................................................................................. 8
3 Pengaruh Kombinasi Asam Oleat dan Minyak Atsiri Daun Cengkeh (Syzygium
aromaticum L.) Sebagai Permeation Enhancer Terhadap Karakter Fisik dan
Pelepasan Ketoprofen dari Matriks Patch Transdermal ………………………………. 11
4 Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol 80% Daun Spondias pinnata Terhadap Volume
Organ Ginjal Mencit Betina …………………………………………………………... 17
5 Validasi Metode Analisis Penetapan Kadar α-mangostin pada Gel Ekstrak Kulit
Buah Manggis (Garcinia mangostana L.) dengan KLT-Spektrofotodensitometri ……. 20
6 Uji Eritema dan Edema Secara In Vivo pada Natrium Lauril Sulfat 10% …………… 25
7 Perbandingan Metode Ekstraksi Maserasi dan Refluks terhadap Rendemen 29
Andrografolid dari Herba Sambiloto ………………………………………………….
8 Efek Pemberian Ekstrak Etanol Daun Spondias pinnata Terhadap Berat Organ Ginjal
Mencit Betina …………………………………………………………………………. 33
9 Optimasi Formula Matriks Patch Ketoprofen Transdermal Menggunakan Kombinasi
Asam Oleat dan Minyak Atsiri Bunga Cempaka Putih (Michelia alba) sebagai 37
Permeation Enhancer ………………………………………………………………….
10 Pemisahan Fraksi Terpenoid dari Ekstrak Etanol 90% Daun Katuk (Sauropus 45
androgynous (L.) Merr) Menggunakan Kromatografi Kolom ………………………...
11 Profil Stabilitas Fisika Kimia Masker Gel Peel Off Ekstrak Kulit Buah Manggis …… 48
12 Pemberian Ekstrak Etanol Spondias pinnata Terhadap Volume Organ Hati Mencit
Jantan ............................................................................................................................. 53
13 Uji Aktivitas Adaptogenik Ekstrak Etanol Daun Bidara (Ziziphus mauritiana Auct.
non Lamk.) dengan Metode Swimming Endurance Test pada Mencit Galur Balb/C … 56
14 Pengaruh Penggunaan Propilenglikol dan Mentol Terhadap Matrik Patch
Transdermal Ekstrak Air Herba Sambiloto (Andrographis paniculata (Burm. f) Nees. 60
15 Pengaruh Pemberian Fraksi Terpenoid Daun Katuk (Sauropus Androgynus (L.)
Merr) Terhadap Profil Lipid Tikus Putih (Rattus Novergicus, L.) Jantan Galur Wistar
yang Diinduksi Pakan Kaya Lemak ............................................................................... 66
16 Rendemen VCO (Virgin Coconut Oil) yang Diperoleh dengan Penambahan
Enzim Papain dan Bromealin ………………………………………………… 72
17 Stabilitas Formalin Terhadap Pengaruh Suhu dan Lama Pemanasan ………... 76
18 Pengembangan Metode Refluks untuk Ekstraksi Andrografolid dari Herba Sambiloto
(Andrographis paniculata (Burm.f.) Nees) …………………………………………... 82
19 Uji Sitotoksisitas Ekstrak Etanol Limbah Kulit Buah Naga Merah (Hylocereus
polyrhizus) pada Sel Kanker Payudara Secara In Vitro dan In Silico ………………... 91
ABSTRAK
Ziziphus mauritiana atau bidara telah diketahui memiliki aktivitas antioksidan.
Adanya teori yang menyatakan keterkaitan antara aktivitas antioksidan dengan adaptogenik
membuat tumbuhan ini diduga memiliki potensi sebagai adaptogen. Tujuan dari penelitiaan
ini adalah untuk mengetahui aktivitas adaptogenik dari kulit batang Z. mauritiana.
Uji aktivitas adaptogenik dilakukan dengan metode swimming endurance test. Hewan
uji yang digunakan dibagi dalam 6 kelompok perlakuan dan diuji kemampuan renangnya.
Waktu renang hewan uji sampai tenggelam diukur dan selanjutnya dianalisis secara statistik.
Ekstrak etanol 96% kulit batang Z. mauritiana dikatakan memiliki aktivitas adaptogenik bila
waktu renang kelompok yang diberikan ekstrak lebih lama jika dibandingkan dengan
kelompok kontrolnegatif (p< 0,05).
Berdasarkan hasil penelitian, ekstrak etanol 96% kulit batang Z. mauritiana mampu
meningkatkan kemampuan renang mencit pada dosis 200, 400, dan 800 mg/kg BB
dibandingkan dengan kelompok kontrol negatif. Hasil ini menunjukkan bahwa ekstrak etanol
96% kulit batang Z. mauritiana memiliki aktivitas adaptogenik. Aktivitas ini tidak terlepas
dari peran beberapa golongan senyawa dan beberapa diantaranya diduga merupakan senyawa
golongan triterpenoid dan flavonoid.
Kata kunci : Ziziphus mauritiana, swimming endurance test, antioksidan, adaptogenik, kulit
batang
1
Uji Aktivitas Adaptogenik Ekstrak Etanol Kulit Batang Bidara (Ziziphus mauritiana Auct.
non Lamk.) dengan Metode Swimming Endurance Test pada Mencit Galur Balb/C
(Samirana, P. O., Putra, P. A. S., Leliqia, N. P. E.)
3
Uji Aktivitas Adaptogenik Ekstrak Etanol Kulit Batang Bidara (Ziziphus mauritiana Auct.
non Lamk.) dengan Metode Swimming Endurance Test pada Mencit Galur Balb/C
(Samirana, P. O., Putra, P. A. S., Leliqia, N. P. E.)
pembentuk kan radikal bebas yang salah menyebabkan peningkatan kortisol dalam
satunya adalah NO yang mampu sistem sirkulasi. Kadar kostisol yang tinggi
menghambat respirasi mitokondira. mampu membuat individu mengalami
Terhambatnya respirasi mitokondria ini aktivasi respon stres yang berlebihan
menyebabkan terjadinya penurunan seperti depresi, kelelahan, penurunan
produksi ATP yang berakibat kurangnya konsentrasi, dan pengurangan daya
asupan energi sel. Rendahnya ATP di kognitif. Senyawa golongan triterpenoid
dalam sel menyebabkan sel mengalami yang berperan sebagai adaptogen diduga
stres oksidatif dan tidak berfungsinya mampu mengembalikan fungsi normal
protein Hsp (Heat shock protein) yang reseptor glukokortikoid sehingga sekresi
berperan dalam menghasilkan respon kortisol kembali normal dan memberikan
pertahanan terhadap stres (Panossian and efek proteksi terhadap reaksi stres berlebih
Wikman, 2010). Senyawa flavonoid dari (Panossian and Wikman, 2010).
ekstrak 96% kulit batang Z. mauritiana
yang berperan sebagai antioksidan diduga 5. Kesimpulan
mampu mengurangi radikal bebas yang Ekstrak etanol 96% kulit batang Z.
ada melalui pendonoran elektron dan mauritiana memiliki aktivitas adaptogenik
mengembalikan fungsi normal pada dosis 200, 400, dan 800 mg/kg BB
mitokondria sehingga protein Hsp dapat yang mana dosis 800 mg/kg BB diketahui
berperan kembali dalam memberikan memiliki potensi adaptogenik yang lebih
respon pertahanan terhadap stres. besar secara bermaknadibandingkan
Panossian and Wikman (2010) dengan dosis 200 mg/kg BB dan 400
menyatakan bahwa senyawa golongan mg/kg BB. Aktivitas adaptogenik dari
triterpenoid dalam suatu tanaman dapat ekstrak etanol 96% kulit batang Z.
memiliki aktivitas adaptogenik. Golongan mauritianadiduga berasal dari peran
senyawa triterpenoid yang terdapat pada beberapa golongan senyawa dan beberapa
kulit batang Z. mauritiana diduga hampir diantaranya diduga merupakan senyawa
sama dengan senyawa triterpenoid pada golongan triterpenoid dan flavonoid.
beberapa tanaman yang memiliki aktivitas
adaptogenik lainnya seperti P. gingseng Pustaka
(ginsenosida), Bryonia alba (cucurbitasin Abalaka, M.E.,A.Mann and S.O.Adeyomo.
R glukosida), dan E. senticosus 2011. Studies on In-Vitro Antioxidant
(eleuterosida E) yang secara struktural and Free Radical Scavenging Potential
mirip dengan kortikosteroid.Mekanisme and PhytochemicalScreening of Leaves
kerja senyawa golongan triterpenoid yang of Ziziphus mauritiana L. and Ziziphus
ada pada ekstrak kulit batang Z. spinachristi L. Compared with Ascorbic
mauritiana diduga terkait dengan regulasi Acid. J.Med.Gener.Genomics., 3(2):
mediasi aksis HPA melalui perantara 28-34.
reseptor glukokortikoid (GR) yang Alexander, P., M. Hambardzumyan and A.
berperan dalam mengatur sekresi dari Hovhanissyan. 2007. The Adaptogens
kortisol (Panossian and Wikman, 2010; Rhodiola and Schizandra Modify the
Vinod and Shivakumar, 2012). Ketika Response to Immobilization Stress in
kondisi stres terjadi, tubuh merespon Rabbits by Suppressing the Increase of
stresor yang ada dan mengaktifkan Phosphorylated Stress Activated Protein
beberapa enzim salah satunya adalah Kinase, Nitric Oxide and Cortisol. Drug
enzim JNK (enzim pemicu stres). Enzim Target Insights.1: 39-54.
ini akan menekan reseptor glukokortikoid Baccarin, T., R. Ferreira, V. F. Gazoni. R.
di sitosol yang berakibat pada terhentinya A. Yunes, A. Malheiros and M. L.
fungsi penghambatan sekresi kortisol dan Silva. 2014. Influence of Extraction
5
Uji Aktivitas Adaptogenik Ekstrak Etanol Kulit Batang Bidara (Ziziphus mauritiana Auct.
non Lamk.) dengan Metode Swimming Endurance Test pada Mencit Galur Balb/C
(Samirana, P. O., Putra, P. A. S., Leliqia, N. P. E.)
7
Pemberian Ekstrak Etanol Spondias pinnata Terhadap Volume Organ Hati Mencit Betina
(Karso, F. P., Putra, I. G. N. R. 1, Ariantari, N. P., Samirana, P. O., Mahadewi, S. A.)
Abstrak
Kedondong hutan (Spondias pinnata) adalah tanaman dari famili Anacardiaceae dan
digunakan untuk pengobatan batuk kronis oleh masyarakat Bali. Ekstrak daun Kedondong hutan
memiliki aktivitas antituberkulosis jenis resistensi ganda. Penelitian dilakukan agar didapat data
tentang pengaruh volume hati mencit betina yang dipapar dengan ekstrak daun Kedondong hutan.
Dua puluh ekor mencit betina dari galur balb/c dikelompokan menjadi 4 kelompok. Secara
oral kelompok kontrol negatif diberikan CMC-Na 0,5%, kelompok perlakuan I, II, III diberikan
ekstrak daun Kedondong hutan masing-masing sebanyak 0,2 g/kg BB, 1 g/kg BB, dan 2 g/kg BB.
Setelah diberi perlakuan selama 31 hari, hati mencit tersebut diambil untuk pemeriksaan volume hati
mencit. Data volume hati mencit pada setiap kelompok kemudian dianlisis secara statistik dengan
ANOVA-one way.
Analisis data volume hati mencit menunjukan tidak ada perbedaan secara signifikan volume
hati yang dimiliki oleh setiap kelompok perlakuan. Perubahan volume hati merupakan indikator
makroskopis yang digunakan untuk mengetahui keamanan zat paparan.
paparan zat asing. Pada pengujian toksisitas, Dua puluh mencit tersebut dibagi menjadi 4
perbandingan volume organ antara kelompok kelompok, yaitu kelompok kontrol negatif
kontrol dan kelompok perlakuan dilakukan diberikan suspensi CMC-NA(Brataco®) 0,5%,
untuk mengetahui adanya efek yang ditimbul mencit perlakuan I diberikan ekstrak dosis 0,2
akibat pemberian zat paparan (Michael et al., g/kg BB, mencit perlakuan II diberikan
2007; Sellers et al., 2007). ekstrak dosis 1 g/kg BB, mencit perlakuan III
Penelitian bertujuan untuk mendapatkan diberikan ekstrak dosis 2 g/kg BB. Pada hari
data mengenai volume hati mencit betina galur ke-32 setiap mencit dieutanasi menggunakan
balb/c yang sudah diberikan ekstrak daun pelarut eter (Merck®) untuk dibedah dan
Kedondong hutan secara oral. Hasil penelitian diambil organ hatinya. Organ hati setiap
ini dapat digunakan sebagai pedoman pustaka mencit kemudian dihitung volumenya dengan
untuk menelusuri kemungkinan toksisitas yang cara memasukan hati tersebut ke dalam gelas
dimiliki oleh ekstrak daun Kedondong hutan. ukur yang berisi buffer formalin. Volume hati
adalah kenaikan volume buffer yang tampak
2. Bahan dan Metode pada gelas ukur.
2.1 Ekstraksi
Daun tua kedondong hutan berwarna 2.3 Analisis Data
hijau diserbuk dengan alat penggiling Data volume hati mencit setiap
(Miyako®). Kemudian serbuk yang dihasilkan kelompok kemudian dianalisis secara statistika
ditimbang (AND®). Serbuk simplisia (500,213 dengan menggunakan uji Shapiro-Wilk.
g) daun Kedondong hutandimaserasi dengan 8 Apabila data volume hati yang diperoleh
L n-heksana(Brataco®). Ampas yang homogen dan memiliki distribusi nilai volume
didapatkan dikeringkan, kemudian didigesti yang normal maka analisis dilanjutkan dengan
dengan 6,311 L etanol (Brataco®)80% ANOVA-one way dan menggunakan nilai
menggunakan rotary evaporator(Eyela®)pada kepercayaan 96%. Setelah itu dianalisis
suhu 50°C selama 2 jam, lalu maserat yang kembali dengan studi post hoc dengan uji LSD.
dihasilkan disaring dan ditampung, kemudian
pelarutnya diuapkan dengan vaccum rotary 3. Hasil
evaporator dan dengan oven (Binder®)pada 3.1 Ekstraksi
suhu 40°C. Ekstrak yang diperoleh selanjutnya Ekstrak yang dihasilkan adalah sebanyak
ditimbang untuk dihitung bobot dan 82,519 gram dengan persentase rendemen
rendemennya. sebesar 16,503%.
ABSTRAK
Ketoprofen adalah obat antiinflamasi non-steroid yang dapat menimbulkan iritasi pada saluran
gastrointestinal, sehingga diperlukan jalur pemberian alternatif yaitu dengan patch transdermal. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui pengaruh kombinasi asam oleat dengan minyak atsiri daun cengkeh (Syzygium
aromaticum L.) sebagai permeation enhancer terhadap karakter fisik dan pelepasan ketoprofen dari matriks
patch.
Delapan formula yang diperoleh dari software Design Expert versi 7 menggunakan simplex lattice
design dibuat dengan perbandingan asam oleat:minyak atsiri daun cengkeh sebesar 0,25:0,75; 1:0; 0,5:0,5;
0:1; 0:1; 1:0; 0,5:0,5 dan 0,75:0,25. Pengujian yang dilakukan meliputi pengujian karakter fisik (bobot,
ketebalan, susut pengeringan, ketahanan lipatan) dan efisiensi disolusi. Data yang dihasilkan dianalisis
secara statistik menggunakan ANOVA two-way dengan taraf kepercayaan 95%. Formula optimal ditentukan
oleh software Design Expert versi 7. Penentuan profil dan fluks dianalisis menggunakan Solver.
Uji karakter fisik matriks patch memberikan hasil yang tidak berbeda secara signifikan antara
kedelapan formula, sedangkan uji efisiensi disolusi memberikan hasil yang berbeda signifikan dengan nilai
probalilitas sebesar (< 0,05). Formula optimal yang diperoleh yaitu komposisi asam oleat:minyak atsiri daun
cengkeh sebesar 0,379:0,621 dengan nilai efisiensi disolusi sebesar 27,90% selama 300 menit. Berdasarkan
nilai R2 dari masing-masing formula, mekanisme pelepasan ketoprofen dari matriks patch mengikuti kinetika
Korsmeyer Peppas dengan fluks berkisar antara 0,42 mg/jam.cm2 hingga 0,60 mg/jam.cm2 dan mengikuti
difusi non-Fickian, yakni laju difusi dan erosi polimer berjalan seimbang.
Kata Kunci: ketoprofen, transdermal patch, permeation enhancer, asam oleat, cengkeh (Syzygium
aromaticum L).
1. PENDAHULUAN
Ketoprofen adalah obat antiinflamasi non- alternatif pemberian obat yakni melalui sistem
steroid dengan efek antiinflamasi, analgesik dan penghantaran secara transdermal. Sistem
antipiretik. Mekanisme aksi ketoprofen yakni penghantaran obat secara transdermal adalah
menghambat sintesis prostaglandin. Ketoprofen suatu sistem yang menghantarkan obat melewati
secara luas dipergunakan untuk pengobatan kulit menuju sirkulasi sistemik dengan kecepatan
osteoarthritis dan rheumatoid arthritis (Heo, yang terkontrol (Ansel, 2005).
2008). Seperti pada obat antiinflamasi lainnya Permeation enhancer merupakan eksipien
ketoprofen dapat menimbulkan efek samping yang berperan dalam peningkatan transpor
berupa iritasi pada saluran gastrointestinal apabila perkutan obat dengan cara mengubah sifat pelarut
diberikan secara oral maupun rektal di stratum korneum, sehingga meningkatkan
(Ngawhirunpat, 2008). Untuk mengatasi partisi obat ke jaringan (Pathan, 2009). Ada
persoalan tersebut, maka ditawarkan salah satu beberapa bahan yang dapat dipergunakan sebagai
11
Pengaruh Kombinasi Asam Oleat Dan Minyak Atsiri Daun Cengkeh (Syzygium aromaticum L.) Sebagai
Permeation Enhancer Terhadap Karakter Fisik Dan Pelepasan Ketoprofen Dari Matriks Patch Transdermal
(Setyawan, E.I., Guna, I M.S., Budiputra, D.K.)
12
Pengaruh Kombinasi Asam Oleat Dan Minyak Atsiri Daun Cengkeh (Syzygium aromaticum L.) Sebagai
Permeation Enhancer Terhadap Karakter Fisik Dan Pelepasan Ketoprofen Dari Matriks Patch Transdermal
(Setyawan, E.I., Guna, I M.S., Budiputra, D.K.)
13
Pengaruh Kombinasi Asam Oleat Dan Minyak Atsiri Daun Cengkeh (Syzygium aromaticum L.) Sebagai
Permeation Enhancer Terhadap Karakter Fisik Dan Pelepasan Ketoprofen Dari Matriks Patch Transdermal
(Setyawan, E.I., Guna, I M.S., Budiputra, D.K.)
masing matriks patch. Hal ini bertujuan untuk menjadi lebih hidrofilik dan menurunkan
memastikan matriks patch yang dibuat memiliki kristalinitas polimer sehingga patch lebih elastis
permukaan yang rata. Hasil rata-rata dari 3 sisi dan lentur (Suprioto, 2010).
tersebut merupakan nilai ketebalan matriks patch. Semua uji fisik matriks patch kemudian
Ketebalan dari matriks patch yang diharapkan dianalisis dengan bantuan software Design Expert
adalah matriks patch yang menghasilkan versi 7. Berdasarkan hasil analisis statistik Anova
ketebalan paling rendah (minimal). Karena dalam software Design Expert versi 7, kedelapan
semakin tipis matriks patch yang dihasilkan akan formula dari masing-masing uji fisik matriks
menyebabkan semakin nyaman patch tersebut patch tersebut memperlihatkan nilai probabilitas
digunkan, tidak mengganggu aktivitas dan (> 0,05) sehingga dari hasil data tersebut dapat
memberikan tampilan patch indah secara estetika. disimpulkan bahwa bobot matriks path kedelapan
Pengujian bobot matriks patch dilakukan formula tersebut memperlihatkan hasil yang tidak
dengan cara menimbang satu persatu matriks berbeda secara signifikan, sehingga tidak dapat
patch pada masing-masing formula. Hasil dari uji digunakan untuk menentukan formula optimal.
bobot matriks patch yang diinginkan adalah
matriks dengan nilai bobot yang paling rendah 4.2 Uji Kandungan Zat Aktif (Drug Content)
(minimal). Semakin ringan matriks patch yang Pengujian ini bertujuan untuk memastikan
dihasilkan akan menyebabkan semakin nyaman bahwa jumlah obat ketoprofen terkandung dalam
patch tersebut digunakan, tidak menggangu patch berada pada jumlah yang semestinya atau
aktivitas dan memberikan tampilan patch yang berada pada rentang yang ditentukan dengan
indah secara estetika. menggunakan metode spektrofotometri UV.
Pengujian susut pengeringan dilakukan dengan Pengukuran kandungan obat didalam patch
memasukkan matriks patch ke dalam desikator menggunakan matriks kosong sebagai blanko.
selama 24 jam, kemudian matriks patch Panjang gelombang maksimal ketoprofen yang
dikeluarkan dari desikator. Selanjutnya dihitung diperoleh terletak pada 260 nm. Persamaan kurva
selisih bobot matriks patch sebelum dimasukkan baku yang digunakan adalah y = 0,0746x - 0,0021
ke dalam desikator dan sesudah dimasukkan ke dengan nilai regresi (r) sebesar 0,999.
dalam desikator, hasil perhitungannya dinyatakan Uji kandungan zat aktif patch untuk
sebagai angka susut pengeringan. Susut kedelapan formula menghasilkan kandungan
pengeringan yang diharapkan dari matriks patch ketoprofen dalam patch berkisar antara 94,45%
transdermal adalah dengan nilai susut hingga 100,77% dengan koefisien variasi sebesar
pengeringan paling rendah (minimal). Susut 1,30% sampai 2,76%. Nilai batas deteksi (LOD)
pengeringan berperan dalam menjaga kestabilan yang diperoleh sebesar 0,286 μg/mL dan batas
fisik patch, sebab presentase susut pengeringan kuantifikasi (LOQ) sebesar 0,953 μg/mL.
yang kecil akan membuat fisik matriks patch tetap Besarnya kandungan ketoprofen pada masing-
lentur dan tidak rapuh sehingga patch masih masing formula dari matriks patch adalah sebesar
nyaman saat digunakan. 1,0611 mg/cm2.
Ketahanan lipatan dari matriks patch yang Dari data hasil drug content didapatkan
diharapkan adalah matriks patch yang persen perolehan kembali kandungan ketoprofen
menghasilkan ketahanan lipatan yang tinggi dari formula 1 sampai 8 sebesar 100,77; 95,71;
(maksimal). Hasil uji ketahanan memperlihatkan 96,13; 97,40; 95,29; 94,45; 98,24; 96,56 secara
bahwa kedelapan formula tersebut memiliki berturut-turut. Berdasarkan ketentuan batas
tingkat ketahanan lipatan yang sama yakni lebih rentang kadar, hasil yang diberikan pada formula
dari 300 lipatan. Hasil uji ketahanan 6 sedikit diluar rentang kadar semestinya, yakni
memperlihatkan bahwa kedelapan formula diperoleh hasil sebesar 94,45%. Hal ini
tersebut memiliki tingkat ketahanan lipatan yang kemungkinan disebabkan karena tidak tersebar
sama yakni lebih dari 300 lipatan. Kemampuan ini meratanya ketoprofen yang terdapat dalam
disebabkan oleh karena pemakaian polietilen matriks patch. Sedangkan hasil penetapan pada
glikol 400 sebagai plasticizer. Polietilen glikol formula uji lainnya masuk ke dalam batas yang
mampu meningkatkan elastisitas patch melalui dapat diterima 95-105 % (Harmita, 2004). Untuk
berbagai macam mekanisme diantaranya, kriteria keseksamaan diberikan jika metode
peningkatan permeabilitas dari patch dengan memberikan koefisien variasi 2%. Akan tetapi
meningkatkan pembasahan patch sehingga patch kriteria ini sangat fleksibel tergantung dari
14
Pengaruh Kombinasi Asam Oleat Dan Minyak Atsiri Daun Cengkeh (Syzygium aromaticum L.) Sebagai
Permeation Enhancer Terhadap Karakter Fisik Dan Pelepasan Ketoprofen Dari Matriks Patch Transdermal
(Setyawan, E.I., Guna, I M.S., Budiputra, D.K.)
konsentrasi analit yang akan diperiksa, jumlah 4.4 Pemilihan Formula Optimal
sampel dan kondisi laboratorium. Dari penelitian Pemilihan formula yang optimal dilakukan
dijumpai bahwa koefisien variasi meningkat dengan cara memasukkan hasil respon pengujian
seiring dengan menurunnya kadar analit yang yang telah dilakukan ke dalam sofware Design
diteliti. Pada kadar 1% atau lebih nilai koefisien Expert. Respon tersebut diantaranya uji bobot
variasi yang dipersyaratkan adalah sekitar 2,5% matriks patch, tebal matrik patch, susut
(Harmita, 2004). Berdasarkan hasil observasi pengeringan, ketahanan lipatan dan uji efisiensi
dapat dilihat bahwa nilai koefisien variasi dari disolusi.
kedelapan formula masih mendekati nilai yang Respon dari semua pengujian secara fisik
dipersyaratkan yaitu 2,5%. matriks patch ketoprofen memberikan hasil yang
tidak signifikan, sehingga tidak dapat digunakan
4.3 Uji Pelepasan Ketoprofen dari Matriks sebagai penentu pemilihan formula optimal.
Patch Namun pada uji efisiensi disolusi memberikan
Uji pelepasan dilakukan dengan respon yang signifikan dilihat dari hasil uji Anova
menggunakan sel difusi Franz yang telah pada sofware Design Expert. Grafik hubungan
dimodifikasi tanpa menggunakan membran. Dari antara komponen asam oleat dan minyak atsiri
data yang diperoleh kemudian dianalisis untuk daun cengkeh terhadap efisiensi disolusi dapat
menentukan parameter-parameter yang digunakan dilihat pada gambar 4.2 dibawah ini
untuk optimasi simplex lattice design (SLD)
menggunakan Design Expert versi 7. Parameter
yang diamati adalah dissolution efficiency (DE).
Nilai probabilitas yang didapat dari hasil uji
Anova pada Design Expert versi 7 menunjukan
perbedaan yang signifikan (< 0,05). Nilai
probabilitas tersebut menandakan bahwa model
persamaan yang digunakan mampu
menggambarkan kondisi aktual hasil pengukuran
uji efisiensi disolusi matriks patch. Nilai Gambar 4.2: Grafik hubungan antara komponen asam oleat dan
minyak atsiri daun cengkeh terhadap nilai efisiensi
probabilitas lack of fit menunjukkan besarnya disolusi
perbedaan antara model persamaan yang Adapun hasil dari Design Expert
diprediksi dengan hasil observasi. Adapun menunjukkan formula optimal yang diperoleh
hasilnya tidak menunjukkan perbedaan yang adalah formula dengan perbandingan asam
signifikan (> 0,05) yang berarti bahwa dari hasil oleat:minyak atsiri (0,379:0,621) dengan nilai
tersebut menunjukkan kedekatan antara model desirability sebesar 0,787. Nilai desirability
persamaan dengan hasil observsi. Pada gambar adalah nilai yang menunjukkan pencapaian suatu
4.1 ini menggambarkan jumlah kumulatif obat model yang digunakan dari target yang
yang terlepas selama 300 menit. diharapkan. Besarnya nilai desirability berkisar
antara 0 hingga 1, dimana hasil yang ideal adalah
yang mendekati nilai 1. Dari formula optimal
yang dihasilkan oleh Design Expert, diprediksikan
bahwa formula tersebut akan menghasilkan patch
dengan efisiensi disolusi sebesar 27,90%.
15
Pengaruh Kombinasi Asam Oleat Dan Minyak Atsiri Daun Cengkeh (Syzygium aromaticum L.) Sebagai
Permeation Enhancer Terhadap Karakter Fisik Dan Pelepasan Ketoprofen Dari Matriks Patch Transdermal
(Setyawan, E.I., Guna, I M.S., Budiputra, D.K.)
16
Pemberian Ekstrak Etanol 80% Daun Spondias pinnata Terhadap Volume Organ Ginjal Mencit
Betina (Ariantari, N.P., Kardena, I. M., Dewi, I.A.M.K., Agastia, I.P.A., Adiluhur, I.M.P., Mahadewi,
S.A.)
Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol 80% Daun Spondias pinnata Terhadap Volume Organ Ginjal
Mencit Betina
Ariantari, N.P.1, Kardena, I. M.2, Dewi, I.A.M.K.1, Agastia, I.P.A.1, Adiluhur, I.M.P.1,
Mahadewi, S.A.1
1
Jurusan Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana
2
Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak etanol 80% daun Spondias
pinnata terhadap volume organ ginjal mencit betina galur balb/c. Pada penelitian ini mencit betina
galur balc/c dibagi secara acak menjadi 4 kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 5 ekor.
Kontrol negatif diberikan CMC-Na 0,5% dan kelompok perlakuan diberikan suspensi ekstrak dosis
0,2; 1; dan 2 g/kgBB per oral selama 31 hari. Pada hari ke-32 dilakukan eutanasi dengan eter secara
inhalasi, kemudian organ ginjal diambil, dan diukur volumenya. Data volume organ ginjal mencit
betina dianalisis statistik menggunakan aplikasi SPSS dengan uji ANOVA-one way. Hasil penelitian
ini menunjukkan pemberian ekstrak etanol 80% daun S. pinnata dengan dosis 0,2; 1; dan 2 g/kgBB
tidak memberikan pengaruh terhadap volume organ ginjal mencit betina.
Kata kunci : daun Spondias pinnata, ekstrak, volume organ ginjal, mencit betina.
17
Pemberian Ekstrak Etanol 80% Daun Spondias pinnata Terhadap Volume Organ Ginjal Mencit
Betina (Ariantari, N.P., Kardena, I. M., Dewi, I.A.M.K., Agastia, I.P.A., Adiluhur, I.M.P., Mahadewi,
S.A.)
Tabel 1. Hasil Pengamatan Volume Organ Ginjal Mencit Betina Galur Balb/c Setelah Pemberian
Ekstrak Etanol 80% Daun S. pinnata
Kelompok Perlakuan Volume Ginjal (mL) ± SD
Kontrol negative 0,16 ± 0,05
Dosis 0,2 g/kgBB 0,20 ± 0,07
Dosis 1 g/kgBB 0,18 ± 0,08
Dosis 2 g/kgBB 0,18 ± 0,04
Keterangan: n = 5
18
Pemberian Ekstrak Etanol 80% Daun Spondias pinnata Terhadap Volume Organ Ginjal Mencit
Betina (Ariantari, N.P., Kardena, I. M., Dewi, I.A.M.K., Agastia, I.P.A., Adiluhur, I.M.P., Mahadewi,
S.A.)
dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Pengembangan Kesehatan: Depkes RI.
Purwani et al. (2013) sebelumnya yang P.269.
menyatakan bahwa pemberian ekstrak etanol
80% daun S. pinnatayang diekstraksi dengan Michael, B., Yano, Barry., Sellers, R. S.,
cara digesti serbuk simplisia daun S. pinnata Perry, R., Morton, D., Roomie, N.,
menggunakan etanol 80% tidak berpengaruh Johnson, J. K., Schafer, K.. 2007.
terhadap organ ginjal mencit betina Evaluation of Organ Weights for Rodent
and Non-Rodent Toxicity Studies: A
5. KESIMPULAN Review of Regulatory Guidelinesand a
Pemberian ekstrak etanol 80% daun S. Survey of Current Practises. Toxicologic
pinnata dengan dosis 0,2; 1; dan 2 g/kgBB Pathology Vol. 35: 742750
tidak memberikan pengaruh terhadap volume Purwani. 2013. Toksisitas Akut Ekstrak Etanol
organ ginjal mencit betina secara berulang 80% Daun Spondias pinnata Pada
selama 31 hari. Mencit Galur Balb/c (Skripsi). Denpasar:
Universitas Udayana. P. 27.
UCAPAN TERIMAKASIH
Ucapan terima kasih diberikan pada Sari, L. O. R. K. 2006. Pemanfaatan Obat
Anggi Heru Pradipta di Laboratorium Tradisional dengan Pertimbangkan
Farmakognosi dan Fitofarmaka Jurusan Manfaat dan Keamanannya. Majalah
Farmasi, Fakultas MIPA, Universitas Udayana Ilmu Kefarmasian Vol. 3(1): 1-7.
yang telah membantu secara teknis dalam
Sellers. R. S., Morton, D., Michael, B.,
proses penelitian ini.
Roome, N., Johnson, J. K., Yano, B. R.,
Perry, R., and Schaffer, K.. 2007. Society
DAFTAR PUSTAKA
of Toxicologic Pathology Position Paper:
Hodgson, E. 2004. Textbook of Modern
Ogan Weight Recommendation for
Toxicology. 3rd Ed. United States of
Toxicology Studies. Toxicologic
Amerika: Wiley-Interscience. P.3-6;359-
Pathology Vol. 35: 751-755
362.
Hutapea, J. R. 1994. Inventaris Tanaman Obat
Indonesia. Edisi III. Badan Penelitian dan
19
Validasi Metode Analisis Penetapan Kadar α-Mangostin pada Gel Ekstrak Kulit Buah Manggis
(Garcinia mangostana L.) dengan KLT-Spektrofotodensitometri
(Budari, M. K. S., Dewantara, IG. N. A. , Wijayanti, N. P. A. D.)
ABSTRAK
α-mangostin merupakan salah satu derivat xanton yang terkandung dalam kulit buah manggis
yang memiliki aktivitas antibakteri terhadap bakteri pemicu jerawat yaitu Staphylococcus aureus.
Dalam penelitian ini ekstrak kulit buah manggis diformulasikan dalam sediaaan gel. Untuk
menjamin keamanan dan efektivitas dari sediaan obat, semua proses dan metode dalam pembuatan
obat harus dikontrol dengan baik khususnya metode analisis yang digunakan untuk menentukan
kadar zat aktif dalam sediaan. Dimana metode ini harus dapat menentukan kadar α-
mangostindengan tepat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji medote analisis yang
digunakan. Metode analisis kuantitatif harus dapat memenuhi syarat dari beberapa parameter yaitu
akurasi, presisi, rentang dan linieritas, batas deteksi (LOD), batas kuantitasi (LOQ) dan spesifitas.
Pada penelitian ini kadar α-mangostindalam gel ditentukan dengan KLT-Spektrofotodensitometri
dengan fase gerak campuran pelarut kloroform dan etil asetat dengan perbandingan 9:1 dan fase
diam silika gel 60 F254. Hasil pemisahan kemudian dipindai dengan KLT-Scanner pada panjang
gelombang 320nm yaitu panjang gelombang maksimum α-mangostin.
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa metode ini telah memenuhi kriteria penerimaan
validasi yaitu akurasi 99,14%; presisi dengan KV<2%; Spesifikasi dengan korelasi spektrum >0,99; linieritas
dengan r>0,99; batas deteksi (LOD) 17,1ng dan batas kuantitasi (LOQ) 105,4ng.
20
Validasi Metode Analisis Penetapan Kadar α-Mangostin pada Gel Ekstrak Kulit Buah Manggis
(Garcinia mangostana L.) dengan KLT-Spektrofotodensitometri
(Budari, M. K. S., Dewantara, IG. N. A. , Wijayanti, N. P. A. D.)
pemantauan mutu yang dilakukan adalah analisis matematik yang baik, proporsional terhadap
kadar zat aktif dalam sediaan obat untuk konsentrasi analit dalam sampel.
memastikan kandungannya sesuai dengan yang Rentang metode adalah pernyataan batas
dikehendaki. Selain itu perlu dilakukan validasi terendah dan tertinggi analit yang sudah
pada semua hal yang berkaitan dengan proses ditunjukkan dapat ditetapkan dengan kecermatan,
pembuatan obat, salah satu validasi yang harus keseksamaan dan linieritas yang dapat diterima.
dilakukan untuk menjamin kualitas dan keamanan Parameter yang diamati adalah nilai r, dimana
obat adalah validasi metode analisis kadar zat suatu data dikatakan linier apabila nilai r = 1 atau
aktif dalam sediaan obat. -1 (Harmita, 2004).
Validasi metode analisis adalah upaya yang Batas deteksi (detection limit, DL) adalah
dilakukan melalui penelitian laboratorium untuk jumlah terkecil analit dalam sampel yang dapat
membuktikan karakteristik kinerja metode dideteksi yang masih memberikan respon
memenuhi aplikasi analisis yang dimaksud signifikan dibandingkan dengan blangko. Batas
(BPOM, 2001). Validasi dilakukan untuk melihat kuantitasi (quantitation limit, QL) merupakan
pengaruh dari kondisi peralatan yang digunakan, kuantitas terkecil analit dalam sampel yang masih
pereaksi dan personil yang melakukan dapat memenuhi kriteria cermat dan seksama.
pemeriksaan. Parameter validasi yang ditetapkan Nilai dari DL dan QL dapat ditetapkan
dalam analisis kuantitatif yakni kekhasan menggunakan metode S/N.
(spesifitas), linieritas dan rentang, batas deteksi Oleh karena itu, dalam penelitian ini akan
(DL) dan batas kuantitasi (QL), keseksamaan dilakukan validasi metode penetapan kadar α-
(presisi) dan kecermatan (akurasi) (UNODC, mangostin dalam gel ekstrak kulit buah manggis
2009). dengan KLT-Spektrofotodensitometri.
Akurasi diartikan sebagai ukuran yang
menunjukkan derajat kedekatan hasil analisi 2. BAHAN DAN METODE
dengan kadar analit yang sebenarnya. Akurasi 2.1 Bahan
dinyatakan sebagai persen perolehan kembali Bahan-bahan yang digunakan dalam
(recovery) analit yang ditambahkan. penelitian ini adalah ekstrak etanol 95% kulit
Presisi adalah ukuran yang menunjukkan buah manggis, HPMC (Bratachem), propilen
derajat kedekatan antara hasil uji individual, glikol (Bratachem), metil paraben (Bratachem),
diukur melalui penyebaran hasil individual dari propil paraben (Bratachem), akuades (Bratachem),
rata-rata jika prosedur diterapkan secara berulang KH2PO4, air bebas CO2, natrium hidroksida,
pada sampel-sampel yang diambil dari campuran kertas whatmann no. 1, standar baku α-mangostin,
yang homogen. Presisi diukur sebagai simpangan pelarut metanol (PA), kloroform (PA), etil asetat
baku atau simpangan baku relatif (koefisien (PA), dan fase diam plat KLT silika gel 60 F254
variasi). Suatu data dikatakan presisi jika nilai (Merck-Germany).
koefisien variasi (KV) < 2% (Harmita, 2004).
Spesifitas adalah kemampuan mengukur 2.2 Metode Penelitian
analit yang dituju secara tepat dan spesifik dengan 2.2.1 Pembuatan Larutan Dapar Fosfat pH 6,0
adanya komponen-komponen lain dalam matriks Dimasukkan 50 mL kalium fosfat
sampel seperti ketidakmurnian, produk degradasi, monobasa 0,2 M ke dalam labu terukur 200 mL,
dan komponen matriks. Spesifisitas dari suatu tambahkan 5,6 natrium hidroksida 0,2 M,
metode analisis KLTdiperoleh dengan cara kemudian tambahkan air sampai tanda batas
identifikasi dan pemeriksaan kemurnian dari noda (Depkes RI, 1979).
analit. Hal ini dapat dilakukan dengan cara
pengukuran secara in situ dari spektra UV-Vis 2.2.2 Pembuatan Fase Gerak
dari analit dan standar yang sesuai, dimana Fase gerak yang digunakan mengacu pada
keduanya dielusi pada plat yang sama, kemudian Farmakope Herbal Indonesia yaitu campuran
dilakukan penghitungan korelasi dari analit dan pelarut kloroform dan etil asetat dengan
standar tersebut. perbandingan 9:1.
Linieritas adalah kemampuan metode
analisis yang memberikan respon yang secara
langsung atau dengan bantuan transformasi 2.2.3 Pembuatan Larutan Standar α-
mangostin
21
Validasi Metode Analisis Penetapan Kadar α-Mangostin pada Gel Ekstrak Kulit Buah Manggis
(Garcinia mangostana L.) dengan KLT-Spektrofotodensitometri
(Budari, M. K. S., Dewantara, IG. N. A. , Wijayanti, N. P. A. D.)
3.1 Akurasi
Tabel 1. Penetapan Kadar dan Perolehan Kembali α-mangostin
Kadar Kadar yang Persen Perolehan
Rata-rata Rata-rata SD KV (%)
Sebenarnya (ng) Diperoleh (ng) Kembali (%)
400 400,70 100,17
400 391,93 97,98 99,44
400 400,65 100,16
500 496,91 99,38
500 502,06 100,41 98,68 99,14 0,41 0,41
500 489,85 97,97
600 589,19 98,20
600 612,82 102,14 99,31
600 602,56 100,43
3.2 Batas deteksi (detection limit, DL) dan Batas kuantitasi (quantitation limit, QL)
Tabel 2. Data Signal dan Noise pada Kromatogram Larutan Seri Standar α-mangostin.
Rata-rata Sd Noise
Signal Noise
Noise (mN) (SdN)
6,5 2,1 5,3 10,8 17,1 2,6
391,6 3,4 3,1 2,6 6,7 7,7 8,3 5,9 3,6
10 8 1,9 1,9 2,5 5,4
3.3 Presisi
22
Validasi Metode Analisis Penetapan Kadar α-Mangostin pada Gel Ekstrak Kulit Buah Manggis
(Garcinia mangostana L.) dengan KLT-Spektrofotodensitometri
(Budari, M. K. S., Dewantara, IG. N. A. , Wijayanti, N. P. A. D.)
3.4 Spesifitas
Tabel 4. Hasil Uji Kemurnian Spektrum α-mangostin pada Penentuan Spesifisitas
Konsentrasi Rf r(s,m) r(m,e) Kemurnian
400ng 0,42 0,999098 0,998179 Terpenuhi
400ng 0,42 0,999484 0,998867 Terpenuhi
400ng 0,41 0,999392 0,998245 Terpenuhi
500ng 0,42 0,999262 0,998653 Terpenuhi
500ng 0,43 0,999368 0,99865 Terpenuhi
500ng 0,42 0,998776 0,998707 Terpenuhi
600ng 0,43 0,999453 0,998063 Terpenuhi
600ng 0,43 0,999321 0,998526 Terpenuhi
600ng 0,44 0,997198 0,999796 Terpenuhi
Keterangan: r(S-M) = korelasi spektrum Rf awal dibandingkan dengan Rf maks;
r(M-E) = korelasi spektrum Rf maks dibandingkan dengan Rf akhir
23
Validasi Metode Analisis Penetapan Kadar α-Mangostin pada Gel Ekstrak Kulit Buah Manggis
(Garcinia mangostana L.) dengan KLT-Spektrofotodensitometri
(Budari, M. K. S., Dewantara, IG. N. A. , Wijayanti, N. P. A. D.)
akurasi, spesifitas, presisi, rentang dan linieritas, Harmita. 2004. Petunjuk Pelaksanaan Validasi
dengan batas deteksi (LOD) 17,1ng dan batas Metode dan Cara Perhitungannya.Majalah
kuantitasi (LOQ) 105,4ng. Ilmu Kefarmasian, Vol. I, No.3. Hal. 117-
135.
UCAPAN TERIMA KASIH Lawson, L. 1996. Evaluation of Calibration Curve
Kepada Dedi Sumawirawan atas kerjasama Linearity. Guidance Memo. No. 96-007. Hal.
dan bantuannya dalam proses penelitian. 1-9.
UNODC. 2009. Guidance for the Validation of
DAFTAR PUSTAKA Analytical Methodology and Calibration of
Arikumalasari, Jesica. 2013. Optimasi HPMC Equipment Used for Testing og Illicit Drugs
sebagai Gelling Agent dalam Formula Gel in Seized Material and Biological Specimens.
Ekstrak Kulit Buah Manggis (Garcinia New York: United Nations. PP: 9-12.
mangostana L.). (Skripsi). Bali: Jurusan Voigt, R. 1994. Buku Pelajaran Teknologi
Farmasi FMIPA Universitas Udayana. Farmasi. Penerjemah: Soendani Noerono.
Chan, C.C., Y.C. Lee, H. Lam, and X.M. Zhang. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Analytical Method Validation and Instrument Hal. 370, 398-434.
Performance Verification. 2004. Canada: Zhou, X., R. Huang, J. Hao, H. Huang, M. Fu, Z.
John Wiley and Sons. PP: 37-39, 43. Xu, Y. Zhou, Xu-E Li, S.X. Qiu, dan B.
Dhandhukia, P.C. and J.N. Thakker. 2011. Wang. 2011. Two New Prenylated
Quantitative Analysis and Validation of Xanthones from The Pericarp of Garcinia
Method Using HPTLC. Heidelberg: Springer. Mangostana (Mangosteen). Helvetica
Hal. 11-15. Chimica Acta. Vol. 94. Hal. 2092- 2098.
24
Uji Eritema dan Edema secara In Vivo pada Natrium Lauril Sulfat 10% (Dewantara, I. G. N. A.1, Prasetia,
I. G. N. Jemmy, A.1, Putri, N. N. T. A. N.1, Arsana. D. A. M. I. P. S.1, Prabayanti, N. P. M.)
UJI ERITEMA DAN EDEMA SECARA IN VIVO PADA NATRIUM LAURIL SULFAT 10%
Jurusan Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana
Jalan Kampus Unud-Jimbaran, Jimbaran-Bali, Indonesia 80364 Telp/Fax: 703837
Email: agungdp09@gmail.com
ABSTRAK
Surfaktan merupakan suatu molekul dengan rantai hidrokarbon panjang dengan gugus ujung
bersifat polar atau ionik. Surfaktan berfungsi untuk mengangkat dan mengikat kotoran dari suatu
permukaan dengan cara menurunkan tegangan antar muka. Bahan surfaktan sintetik yang sering
digunakan sebagai bahan baku sediaan dipasaran adalah natrium lauril sulfat. Penggunaan surfaktan
sebagai bahan baku sediaan harus diperhatikan, penggunaan bahan yang tidak sesuai akan dapat
menyebabkan efek samping seperti iritasi pada kulit. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
surfaktan sintetik yaitu natrium lauril sulfat 10% sebagai bahan baku sediaan terhadap efek iritasi pada
kulit.
Pengujian iritasi dilakukan secara in vivo dengan menggunakan enam kelinci albino galur New
Zeland dewasa berkelamin jantan. Pencukuran bulu kelinci dilakukan 24 jam sebelum diberikan bahan
uji. Bahan uji diberikan dengan cara patch test tertutup. Pengamatan dilakukan pada jam ke 24, 48 dan 72
setelah pemberian bahan uji. Area uji diperiksa dan diamati perubahannya sebagai reaksi kulit terhadap
bahan uji dan dinilai indeks iritasi kulit dengan cara memberi skor 0 sampai 4 tergantung tingkat
keparahan reaksi kulit yang dilihat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa natrium lauril sulfat dengan
konsentrasi 10% memberikan efek iritasi kulit pada jam ke 24, 48 dan 72.
25
Uji Eritema dan Edema secara In Vivo pada Natrium Lauril Sulfat 10% (Dewantara, I. G. N. A.1, Prasetia,
I. G. N. Jemmy, A.1, Putri, N. N. T. A. N.1, Arsana. D. A. M. I. P. S.1, Prabayanti, N. P. M.)
pada lambung jika tidak sengaja tertelan. Hal ini sediaan uji pada area uji. Setelah dioleskan
berkaitan dengan kemampuan dari kebanyakan bahan uji, area uji lalu ditutup dengan perban
surfaktan untuk dapat merusak membrane yang tidak reaktif dan di plester.
mukosa (Behn, 2005). Setelah 24 jam perlakuan, perban dibuka
Uji keamanan merupakan salah satu dan area uji dibersihkan dengan air untuk
persyaratan sebelum suatu bahan baku dapat menghilangkan sisa bahan uji. Pada jam ke 24,
dijual ke masyarakat umum atau kepasaran. Uji 48 dan 72 setelah pemberian bahan uji, area uji
keamanan dilakukan mencakup pengujian dari kemudian diperiksa dan diamati perubahannya
bahan baku maupun produk akhir. Pengujian sebagai reaksi kulit terhadap bahan uji dan
efek iritasi kulit dari bahan baku atau produk dinilai dengan cara memberi skor 0 sampai 4
akhir sediaan topikal merupakan elemen penting tergantung dari tingkat keparahan reaksi kulit
dari prosedur keamanan (Robinson dan Perkins, yang dilihat (Draize, 1959).
2002). Reaksi iritasi kulit tidak hanya bersifat
lokal pada permukaan kulit rusak saja, tetapi Tabel 1. Skor Derajat Iritasi pada Eritema
juga dapat menyebabkan efek toksik yang dapat REAKSI KULIT SKOR
membahayakan dan mengancam keselamatan
Tanpa eritema 0
jiwa dari penderitanya (Dirjen POM, 1985).
Berdasarkan hal tersebut, maka perlu dilakukan Sangat sedikit eritema (hampir 1
uji iritasi sediaan dengan metode in vivo tidak terlihat)
menggunakan kelinci sebagai hewan uji sebelum Eritema jelas terlihat (diameter 2
pemakaian pada manusia sehingga mencegah 25,1-30 mm)
reaksi hipersensitivitas dan dapat diketahui Eritema sedang (diameter 30,1-35 3
derajat keamanan sediaan yang dihasilkan bagi mm)
konsumen. Eritema berat (gelap merah 4
dengan membentuk eskar,
2. BAHAN DAN METODE diameter > 35 mm)
2.1 Bahan Penelitian Tabel Tabel 2. Skor Derajat Iritasi pada Edema
Bahan-bahan yang digunakan antara lain REAKSI KULIT SKOR
natrium lauril sulfat, aquadest, kelinci albino Tanpa edema 0
galur New Zealand berkelamin jantan, perban, Sangat sedikit edema (hampir 1
plester. tidak terlihat)
Edema jelas terlihat 2
2.2 Metode (ketebalan < 1 mm)
2.2.1Uji Iritasi Pada Kulit Kelinci Edema sedang (tepi naik ± 1 3
Uji iritasi lakukan secara in vivo pada enam mm)
kelinci albino galur New Zeland berkelamin Edema berat (tepi naik lebih 4
jantan dengan metode patch tes dari 1 mm dan meluas keluar
tertutup.Sebelum perlakuan, bulu pada bagian daerah pejanan)
punggung di cukur terlebih dahulu. Pencukuran
ini dilakukan 24 jam sebelum diberi perlakuan (Sani dan Lukmayani, 2010)
pada area uji. Sebelum diberikan perlakuan,
setiap kelinci menerima epidermal abrasi
paralel dengan menggunakan jarum yang steril.
Bahan uji diberikan dengan cara mengoleskan
26
Uji Eritema dan Edema secara In Vivo pada Natrium Lauril Sulfat 10% (Dewantara, I. G. N. A.1, Prasetia,
I. G. N. Jemmy, A.1, Putri, N. N. T. A. N.1, Arsana. D. A. M. I. P. S.1, Prabayanti, N. P. M.)
3. HASIL
2
Skor Natrium Lauril
Sulfat 10%
1
0
0 24 48 72
Waktu (jam)
27
Uji Eritema dan Edema secara In Vivo pada Natrium Lauril Sulfat 10% (Dewantara, I. G. N. A.1, Prasetia,
I. G. N. Jemmy, A.1, Putri, N. N. T. A. N.1, Arsana. D. A. M. I. P. S.1, Prabayanti, N. P. M.)
Suatu sediaan sebelum dipasarkan perlu the United States, Bureau of Food and
dilakukan pengujian atau pengecekan terhadap Drugs, Austin, TX.
pH dari bahan baku yang akan digunakan, Permono, Ajar. 2002. Membuat Sampo.
dimana perbedaan pH merupakan salah satu hal Yogyakarta: Puspa Swara.
yang dapat memicu terjadinya efek samping Robinson, M.K and M.A. Perkins. 2002. A
pada kulit seperti eritema dan edema Strategy for Skin Irritation Testing.
(Tranggono dan Latifah, 2007). American Journal of Contact Dermatitis,
Vol 13, No 1.
5. KESIMPULAN Sani, E. P. dan Lukmayani Y. 2010. Sabun
Transparan Berbahan Dasar Minyak
Berdasarkan hasil uji iritasi pada enam Jelantah serta Hasil Uji Iritasinya pada
kelinci putih galur NewZealand menunjukkan Kelinci. Jurusan Farmasi, Universitas
bahwa Natrium Lauril Sulfat pada konsentasri Islam Bandung.
10% mengalami iritasi sedang pada kulit. Showell, Michael S. 2006. Introduction to
Detergents. In: Showell, M.S editor.
UCAPAN TERIMA KASIH Handbook of Detergents Series Part D:
Formulation. United States of America:
Ucapan terima kasih ditujukan kepada I Gede taylor and Francis Group, LLC.
Pasek Budiyadnya yang telah membantu penulis Tang, M., Veinardi S. 2011. Pengaruh
selama melakukan penelitian di Laboratorium Penambahan Pelarut Organik Terhadap
Teknologi Farmasi Udayana. Tegangan Permukaan Larutan Sabun.
Prosiding Simposium Nasional Inovasi
DAFTAR PUSTAKA Pembelajaran dan Sains. Bandung.
28
Perbandingan Metode Ekstraksi Maserasi dan Refluks terhadap Rendemen Andrografolid dari Herba
Sambiloto (Andrographis paniculata (Burm.f.) Nees)
(Susanti, N. M. P., Warditiani, N. K., Laksmiani, N. P. L., Widjaja, I. N. K.., Rismayanti, A. A. M. I.)
ABSTRAK
Sambiloto (Andrographis paniculata (Burm.f.) Nees) merupakan tanaman dengan kandungan kimia
utamanya adalah andrografolid. Salah satu metode ekstraksi yang paling umum dan sering digunakan
untuk menyari kandungan kimia dari suatu tanaman adalah maserasi. Namun teknik maserasi kurang
efisien karena membutuhkan waktu cukup lama dalam pengerjaannya dan hanya dilakukan perendaman
tanpa bantuan gaya lain. Metode ekstraksi lainnya seperti refluks diharapkan mampu menghasilkan
rendemen yang tinggi serta waktu yang lebih singkat. Penelitian ini bertujuan mengetahui rendemen
andrografolid yang diperoleh dari ekstraksi menggunakan metode maserasi dan refluks.
Penentuan rendemen dilakukan dengan mengitung jumlah andrografolid yang diperoleh berbanding
dengan konsentrasi andrografolid yang ditotolkan. Penentuan jumlah andrografolid dilakukan dengan
menghitung kadar andrografolid menggunakan metode KLT-spektrofotodensitometri. Digunakan fase
diam silika gel 60 GF254 kemudian dielusi dengan campuran pelarut kloroform dan metanol (9:1) v/v. Plat
dipindai dengan TLC Scanner 3 (CAMAG) pada panjang gelombang 230 nm.
Rendemen amdrografolid yang diperoleh dengan metode refluks sebesar 0,72%b/b dan rendemen
menggunakan metode maserasi sebesar 0,62%b/b. Rendemen yang diperoleh dengan menggunakan
metode refluks lebih tinggi dibandingkan maserasi. Hal ini dapat disebabkan tidak adanya bantuan gaya
lain pada maserasi yang hanya dilakukan perendaman sehingga osmosis pelarut ke dalam padatan
berlangsung statis meskipun telah dilakukan pergantian pelarut dengan metode remaserasi sedangkan
pada metode refluks, adanya penambahan panas dapat membantu meningkatkan proses ekstraksi.
1. PENDAHULUAN
Sambiloto dengan nama latin (Pratiwi, 2010), ultrasonikasi (Nurasiah, 2010),
Andrographis paniculata (Burm.f.) Nees sokletasi (Rais, 2014), namun teknik ekstraksi
merupakan salah satu tanaman yang saat ini tersebut memerlukan waktu yang cukup lama
penggunaannya sedang berkembang dalam dalam pengerjaannya, membutuhkan biaya
pengobatan tradisional. Andrographis yang mahal serta tingginya kehilangan senyawa
paniculata (Burm.f.) Nees mengandung andrografolid yang diinginkan (Jadhao dan
diterpen lakton yang terdiri dari andrografolid, Thorat, 2014).
neoandrografolid, deoksiandrografolid dan Maserasi merupakan metode yang paling
isoandrografolid. Andrografolid merupakan umum digunakan untuk ekstraksi andrografolid
komponen mayor dari Andrographis paniculata karena mudah dilakukan dan menggunakan alat
yang telah dilaporkan memiliki beragam efek yang sederhana. Namun, teknik maserasi
farmakologi (Chao dan Lin, 2010). Berbagai kurang efisien karena membutuhkan waktu
teknik ekstraksi andrografolid telah cukup lama dalam pengerjaannya dan hanya
dikembangkan, diantaranya seperti perkolasi dilakukan perendaman tanpa bantuan gaya lain
29
Perbandingan Metode Ekstraksi Maserasi dan Refluks terhadap Rendemen Andrografolid dari Herba
Sambiloto (Andrographis paniculata (Burm.f.) Nees)
(Susanti, N. M. P., Warditiani, N. K., Laksmiani, N. P. L., Widjaja, I. N. K.., Rismayanti, A. A. M. I.)
sehingga osmosis pelarut ke dalam padatan berturut-turut tidak lebih dari 0,25% (DepKes
berlangsung statis (Nurasiah, 2010). Metode RI, 1986).
ekstraksi lainnya seperti refluks diharapkan 2.2.3 Ekstraksi andrografolid dengan metode
mampu menghasilkan rendemen yang tinggi maserasi
serta waktu yang lebih singkat. Refluks Ekstraksi dilakukan dengan metode
merupakan metode ekstraksi dengan bantuan maserasi menggunakan pelarut etanol 96%.
pemanasan dan mampu mengekstraksi Sebanyak 1 kg serbuk sambiloto (Andrographis
andrografolid yang merupakan senyawa tahan paniculata (Burm.f.) Nees) dimaserasi dengan
panas (Pratiwi, 2010; Mohan et al., 2013). 5 L etanol 96% selama 2 hari. Kemudian
Dengan demikian perlu dilakukan disaring dan ampasnya diremaserasi sebanyak
penelitian mengenai perolehan rendemen pada dua kali dengan 2,5 L etanol 96% masing-
ekstraksi andrografolid menggunakan metode masing selama 1 hari. Maserat dijadikan satu
maserasi dan refluks. kemudian diuapkan dengan vacum rotary
evaporator (Eyela) pada suhu 60˚C hingga
2. BAHAN DAN METODE diperoleh ekstrak kental.
2.1 Bahan 2.2.4 Ekstraksi andrografolid dengan metode
Sampel tanaman yang digunakan adalah refluks
serbuk kering herba sambiloto (Andrographis Ekstraksi dilakukan dengan metode
paniculata (Burm.f.) Nees) yang diperoleh dari refluks menggunakan pelarut etanol 96%.
Kulonprogo, Yogyakarta. Sebanyak 50 gram serbuk sambiloto direfluks
Bahan kimia dan pelarut yang digunakan dengan menggunakan pelarut sebanyak 75 mL.
pada penelitian ini yaitu etanol 96% (Brataco), Refluks dilakukan selama 6 jam pada suhu
metanol p.a. (Merck) dan kloroform p.a. 70ºC. Hasil ekstraksi disaring dengan kertas
(Merck) sebagai fase gerak, standar saring Whatman No. 41 kemudian ditera
andrografolid dengan kemurnian 98% (Sigma- dengan etanol 96% hingga diperoleh volume 75
Aldrich) serta fase diam yang digunakan adalah mL. Diambil sebanyak 5 mL dan disimpan
plat KLT silika gel 60 F254 (Merck-Germany). dalam vial untuk dianalisis.
2.3.5 Penentuan rendemen
2.2 Prosedur Penelitian Penetapan kadar andrografolid dilakukan
2.2.1 Determinasi tanaman sambiloto dengan menggunakan KLT-
Determinasi tanaman dilakukan dengan Spektrofotodensitometri. Digunakan plat KLT
cara membandingkan sampel sambiloto silika gel 60 F254, kemudian plat dicuci dengan
(Andrographis paniculata (Burm.f.) Nees) yang metanol dan diaktivasi pada suhu 110oC selama
akan digunakan dengan data pustaka acuan. 30 menit. Sampel dan standar andrografolid
Determinasi tanaman dilakukan di UPT Balai ditotolkan pada masing-masing plat dengan
Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Eka Karya volume penotolan sebanyak 10 µL
Bali–LIPI. menggunakan penotol automatic TLC sampler
2.2.2 Penetapan kadar air serbuk sambiloto 4 (CAMAG). Plat dielusi pada chamber
Lebih kurang 1 gram herba sambiloto (CAMAG) yang telah jenuh dengan fase gerak
ditimbang menggunakan botol timbang yang campuran kloroform : metanol (9:1). Plat yang
telah diketahui beratnya. Serbuk yang telah telah dielusi kemudian dimasukkan ke dalam
ditimbang kemudian dikeringkan dalam oven oven (Memmert) pada suhu 60oC selama 5
pada suhu 105°C selama 30 menit. Kemudian menit. Diamati pemisahan tiap bercak pada plat
dinginkan dalam desikator dan ditimbang. secara visual, di bawah sinar UV 254 nm dan
Selanjutnya dilakukan pemanasan kembali UV 366 nm. Plat discan dengan menggunakan
dalam oven selama 30 menit, dinginkan dalam densitometer CAMAG TLC Scanner 4 pada
desikator dan ditimbang kembali. Dilakukan panjang gelombang maksimum andrografolid
pekerjaan yang sama sampai berat konstan dan rentang panjang gelombang 200-400 nm.
yaitu perbedaan antara dua penimbangan Penentuan rendemen andrografolid dengan
30
Perbandingan Metode Ekstraksi Maserasi dan Refluks terhadap Rendemen Andrografolid dari Herba
Sambiloto (Andrographis paniculata (Burm.f.) Nees)
(Susanti, N. M. P., Warditiani, N. K., Laksmiani, N. P. L., Widjaja, I. N. K.., Rismayanti, A. A. M. I.)
ekstraksi menggunakan metode maserasi dan Tanaman herba sambiloto dan serbuk
refluks ditentukan dengan membuat persamaan kering herba sambiloto yang digunakan dalam
regresi linier y=bx+a dari standar penelitian ini diperoleh dari Kulonprogo,
andrografolid, dimana y adalah nilai AUC pada Yogyakarta. Sampel yang telah terkumpul
sampel dan x adalah kadar. Nilai rendemen dideterminasi di UPT Balai Konservasi
dapat diperoleh dengan memasukkan jumlah Tumbuhan Kebun Raya Eka Karya Bali–LIPI
andrografolid berbanding konsentrasi yang untuk mengetahui kebenaran spesies tanaman
ditotolkan pada plat KLT. yang diteliti. Hasil determinasi menyatakan
bahwa sampel yang digunakan benar spesies
3. HASIL Andrographis paniculata (Burm. f.) Nees.
3.1 Determinasi Tanaman
Tabel 1. Penetapan kadar air serbuk simplisia herba sambiloto (Andrographis paniculata (Burm. f.) Nees)
Persentase Kadar Air
Percobaan
Rata-Rata Standar Deviasi (SD)
1 2 3
9,78 % 10,15 % 9,33 % 9,75 % 0,41%
Tabel 2. Hasil perolehan rendemen andrografolid pada metode maserasi dan refluks
4. PEMBAHASAN
Perolehan persentase kadar air rata-rata mampu menghasilkan rendemen andrografolid
yaitu sebesar 9,75% dengan standar deviasi yang lebih tinggi.
0,41%. Penetapan kadar air serbuk sambiloto Refluks merupakan metode ekstraksi
menunjukkan bahwa kadar air pada serbuk dengan bantuan panas. Hal yang sangat
Andrographis paniculata (Burm. f.) Nees lebih berpengaruh terhadap ekstraksi menggunakan
rendah dari persyaratan kadar air maksimal refluks adalah adanya penambahan pemanasan
secara umum yaitu 10% (Depkes RI, 2010). dan pelarut yang digunakan akan tetap dalam
Dengan demikian, kadar air serbuk keadaan segar karena adanya penguapan
Andrographis paniculata (Burm. f.) Nees telah kembali pelarut yang terendam pada bahan.
memenuhi persyaratan kadar air. Rendemen yang diperoleh dari metode refluks
Maserasi merupakan salah satu ekstraksi ini sebesar 0,72% b/b. Rendemen yang
yang paling umum dan sering digunakan untuk diperoleh dengan menggunakan metode
ekstraksi andrografolid karena mudah ekstraksi refluks lebih tinggi dibandingkan
dilakukan. Ekstrak kental yang dihasilkan maserasi. Hal ini dapat disebabkan tidak
sebanyak 60,61 gram. Rendemen yang adanya bantuan gaya lain pada maserasi yang
diperoleh dari metode maserasi ini sebesar hanya dilakukan perendaman sehingga osmosis
0,10% b/b. Metode maserasi ini kurang efisien pelarut ke dalam padatan berlangsung statis
karena membutuhkan waktu yang cukup lama meskipun telah dilakukan pergantian pelarut
dalam pengerjaannya dan menghasilkan dengan metode remaserasi (Nurasiah, 2010)
rendemen yang rendah sehingga dilakukan sedangkan pada metode ekstraksi menggunakan
pengembangan metode ekstraksi refluks agar refluks, adanya penambahan panas dapat
31
Perbandingan Metode Ekstraksi Maserasi dan Refluks terhadap Rendemen Andrografolid dari Herba
Sambiloto (Andrographis paniculata (Burm.f.) Nees)
(Susanti, N. M. P., Warditiani, N. K., Laksmiani, N. P. L., Widjaja, I. N. K.., Rismayanti, A. A. M. I.)
32
Efek Pemberian Ekstrak Etanol Daun Spondias pinnata terhadap Berat Organ Ginjal Mencit Betina
(Nallakrishna, I P. A., Purwani, S. T. D., Kardena, I M., Sudiarta, I W., Ariantari, N. P.)
EFEK PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL DAUN Spondias pinnata TERHADAP BERAT ORGAN
GINJAL MENCIT BETINA
ABSTRAK
Kata Kunci: Daun Spondias pinnata, ekstrak, berat organ ginjal, mencit betina
33
Efek Pemberian Ekstrak Etanol Daun Spondias pinnata terhadap Berat Organ Ginjal Mencit Betina
(Nallakrishna, I P. A., Purwani, S. T. D., Kardena, I M., Sudiarta, I W., Ariantari, N. P.)
organ pada hewan coba, salah satunya adalah etanol 80% selama 2 jam pada suhu 50°C dan
ginjal. disaring.
Salah satu organ yang secara rutin Ekstrak cair yang diperoleh diuapkan
terpapar senyawa kimia obat maupun pelarutnya denganvacuumrotaryevaporator.
metabolitnya adalah ginjal (Modaresi et al., Hasilpenguapan dimasukkan ke dalam oven
2011). Ginjal berfungsi untuk pada suhu 40°C hingga diperoleh ekstrak kental
mengeliminasi produk buangan yang berasal dan dihitung rendemennya.
dari metabolisme endogen maupun
2.3.2 Perlakuan
metabolisme xenobiotika. Selain itu, ginjal Mencit betina galur balb/c dengan berat
juga memiliki peran penting dalam regulasi badan 20-30 gram (25 ekor) dibagi menjadi 5
homeostatis tubuh, pengaturan volume kelompok secara acak. Masing-masing
cairan ekstraselular, dan keseimbangan kelompok terdiri dari 5 ekor mencit. Kelompok I
elektrolit (Hodgson, 2004).Berubahnya berat diberikan suspensi CMC Na 0,5%, kelompok II,
organ merupakan salah satu indikator adanya III, IV, dan V masing-masing diberikan suspensi
perubahan sel organ akibat paparan senyawa ekstrak dosis tunggal 0,015; 0,15; 1,5; dan 15
kimia (Michael et al., 2007; Sellers et al., 2007). g/kg BB. Mencit dieutanasi dengan eter secara
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah inhalasi, kemudian organ ginjal diambil, dan
untuk mengetahui efek pemberian ekstrak etanol ditimbang untuk mengetahui berat organ
daun S. pinnata terhadap organ ginjal mencit tersebut.
betina galur balb/c. Diharapkan penelitian ini
dapat menjadi acuanmengenai aspek keamanan 2.3.5 Analisis Data
penggunaan ekstrak etanol daun S. pinnata dan Data berat organ ginjal mencit betina yang
acuan untuk pengujian toksisitas lebih lanjut. diperoleh, dianalisis statistik dengan uji Shapiro-
Wilk. Jika data terdistribusi normal, analisis
2. BAHAN DAN METODE dilanjutkan dengan ANOVA-one waydengan
2.1 Bahan Penelitian taraf kepercayaan 95%. Analisis dilanjutkan
Daun S. pinnata diperoleh dari daerah Bukit dengan post hoc study dengan uji LSD.
Jimbaran, Kabupaten Badung, Bali, etanol 80%,
CMC-Na (Brataco®), eter (Merck®). 3. HASIL
3.1 Ekstraksi
2.2 Alat Penelitian Ekstrak kental yang diperoleh dari digesti
Timbangan analitik (AND® GR-200), oven dengan pelarut etanol 80% sebanyak 81,7 gram
(Binder®), vacuum rotary evaporator (Eyela® dengan rendemen sebesar 16,28%.
OSB-2100), dan alat – alat bedah.
3.2 Berat Organ Ginjal Mencit Betina
2.3 Prosedur Penelitian Berat organ ginjal pada mencit betina
2.3.1 Ekstraksi setelah pemberian ekstrak etanol 80% daun S.
Serbuk kering simplisia daun S. pinnata pinnataditampilkan pada tabel 1.
sebanyak500,76 gram didigesti dengan 7,3 L
Tabel 1.Berat Organ Ginjal Mencit Betina Setelah Pemberian Ekstrak Etanol 80% Daun S. pinnata
Kelompok Berat Organ Ginjal
Kelompok I (Kontrol Negatif) 0,13±0,02
Kelompok II (0,015 g/kg BB) 0,12±0,01
Kelompok III (0,15 g/kg BB) 0,12±0,01
Kelompok IV (1,5 g/kg BB) 0,13±0,01
34
Efek Pemberian Ekstrak Etanol Daun Spondias pinnata terhadap Berat Organ Ginjal Mencit Betina
(Nallakrishna, I P. A., Purwani, S. T. D., Kardena, I M., Sudiarta, I W., Ariantari, N. P.)
35
Efek Pemberian Ekstrak Etanol Daun Spondias pinnata terhadap Berat Organ Ginjal Mencit Betina
(Nallakrishna, I P. A., Purwani, S. T. D., Kardena, I M., Sudiarta, I W., Ariantari, N. P.)
Toxicologic Pathology Position Paper: Ogan Ramayati, N. P. A., Ariantari, N. P., dan Dwija,
Weight Recommendation for Toxicology I B. N. P. (2013). Aktivitas Antituberkulosis
Studies. Toxicologic Pathology Vol. 35: Kombinasi Ekstrak n-heksana Daun
751-755 Kedondong Hutan dengan Rifampisin
Okigbo, R. N., Anuagasi, C. L., and Amadi, Terhadap Isolat Mycobacterium tuberculosis
J. E. (2009). Advances in Selected Strain MDR. Jurnal Farmasi Udayana. Vol.
Medicinal and Aromatic Plants 2 (3): 74-78
Indigenous to Africa. Journal of Savitri, L. P. V. A., Ariantari, N. P., dan Dwija, I
Medicinal Plants Research Vol. 3 (2): B. N. P. (2013). Potensi Antituberkulosis
Ekstrak n-heksana Daun Kedondong Hutan
86-95
(Spondias pinnata (L.f.) Kurz.). Jurnal
Purwani, S. T. D., Ariantari, N. P., dan Kardena,
Farmasi Udayana. Vol. 2 (3): 105-109
I M. (2013). Pengaruh Pemberian Ekstrak
Williams, L.A.D. (2006). Ethnomedicine.
Etanol 80% Daun Kedondong Hutan
Terhadap Berat Organ Hati MencitJantan West Indian Med. J. Vol. 55 (4): 215-
Galur Balb/c. Jurnal Farmasi Udayana. 216
Vol. 2 (3): 131-135
36
Optimasi Formula Matriks Patch Ketoprofen Transdermal Menggunakan Kombinasi Asam Oleat dan
Minyak Atsiri Bunga Cempaka Putih (Michelia alba) sebagai Permeation Enhancer
(Setyawan, E.I., Pratama, P.Y.A., Budiputra, D.K)
ABSTRAK
Ketoprofen merupakan obat antiinflamasi non-steroid. Obat golongan ini dapat menimbulkan efek
samping pada saluran pencernaan, sehingga diperlukan alternatif lain pemberian ketoprofen yaitu dengan
patch transdermal. Penelitian ini dilakukan dengan membuat 8 formula dengan perbandingan kombinasi
asam oleat dan minyak atsiri bunga cempaka putih sebesar 1:0; 1:0; 0:1; 0:1; 0,5:0,5; 0,5:0,5; 0,75:0,25
dan 0,25:0,75. Pengujian karakter fisik matriks patch meliputi uji bobot, ketebalan, persentase susut
pengeringan dan ketahanan lipatan. Data hasil uji karakter fisik dalam pemilihan formula optimal
ditentukan oleh software Design Expert versi 7 menggunakan simplex lattice design. Uji T-test dari single
simple test pada software OpenStat digunakan untuk mengkonfirmasi data dari formula optimal yang
dihasilkan oleh simplex lattice design dengan data hasil observasi. Penentuan mekanisme dan kecepatan
pelepasan (fluks) ketoprofen dianalisis menggunakan Solver. Dari hasil analisis, diketahui komposisi
asam oleat dan minyak atsiri bunga cempaka putih (Michelia alba) dengan perbandingan 0,549:0,451
menghasilkan karakter fisik matriks patch yang optimal dari hasil prediksi simplex lattice design pada
software Design Expert versi 7. Matriks patch formula optimal menghasilkan profil pelepasan ketoprofen
dengan total ketoprofen terlepas sebanyak 0,81 mg pada menit ke-300 dan nilai disolusi efisiensi sebesar
18,96% selama 300 menit. Kecepatan pelepasan (fluks) ketoprofen sebesar 0,478 mg/jam.cm2 dengan
mekanisme pelepasan ketoprofen mengikuti persamaan Korsmeyer Peppas dengan difusi Fickian, yaitu
laju difusi lebih kecil dari relaksasi.
Kata Kunci: Ketoprofen, asam oleat, minyak atsiri bunga cempaka putih (Michelia alba), matriks patch
transdermal.
1. PENDAHULUAN
Ketoprofen merupakan salah satu obat memiliki efek samping yang lebih besar
turunan asam propionat yang memiliki efek terhadap saluran cerna, mulai dari dispepsia
antiinflamasi, analgesik dan antipiretik (Rençber sampai pendarahan (Mycek et al., 2001). Oleh
et al., 2009). Dalam pemakaian per oral, karena itu, untuk mengurangi frekuensi
ketoprofen memiliki waktu paruh eliminasi 1-4 pemakaian obat dan mengurangi efek samping
jam, sehingga menyebabkan frekuensi yang ditimbulkan oleh pemakaian ketoprofen
pemakaian obat menjadi lebih sering. Seperti secara per oral, maka perlu dilakukan upaya
obat antiinflamasi non-steroid pada umumnya, untuk mencari alternatif pemberian ketoprofen,
ketoprofen dapat menyebabkan gangguan pada salah satunya dengan pemberian secara
saluran pencernaan jika diberikan per oral transdermal.
(Green, 2001). Dibandingkan golongan Sistem penghantaran obat transdermal atau
antiinflamasi non-steroid lainnya, ketoprofen transdermal drug delivery system (TDDS)
37
Optimasi Formula Matriks Patch Ketoprofen Transdermal Menggunakan Kombinasi Asam Oleat dan
Minyak Atsiri Bunga Cempaka Putih (Michelia alba) sebagai Permeation Enhancer
(Setyawan, E.I., Pratama, P.Y.A., Budiputra, D.K)
merupakan cara penghantaran obat secara memanfaatkan minyak atsiri bunga cempaka
topikal yang dapat memberikan efek sistemik putih sebagai permeation enhancer.
yang terkontrol. Bentuk sediaan dalam sistem Berdasarkan hal tersebut, pada penelitian
penghantaran transdermal adalah patch. ini ingin diketahui komposisi asam oleat dan
Pemberian ketoprofen dalam bentuk patch minyak atsiri bunga cempaka putih (Michelia
diharapkan dapat mengurangi frekuensi alba) yang menghasilkan karakter fisik matriks
pemakaian dan mengurangi efek samping patch yang optimal dan bagaimana profil
ketoprofen yang ditimbulkan akibat pemberian pelepasan beserta mekanisme pelepasan
per oral. ketoprofen yang dihasilkan dari matriks patch
Efektifitas patch ditentukan oleh formula optimal.
kemampuan pelepasan obat dari matriks patch
dan berpenetrasi ke dalam stratum korneum. 2. BAHAN DAN METODE
Partikel obat pertama-tama harus terlarut 2.1 Bahan Penelitian
sehingga terbentuk molekul yang dapat berdifusi Bahan-bahan yang digunakan dalam
melewati matriks, kemudian obat akan penelitian ini meliputi: ketoprofen pemberian
berpenetrasi melewati kulit (Aiache, 1993). Kalbe Farma dan minyak atsiri bunga cempaka
Karakter fisik, kemampuan pelepasan obat dari putih (Michelia alba) (Lansida) berderajat pro
matriks patch serta kemampuan penetrasi obat analisis, Pharmacoat® 615 (Menjangan Sakti),
ditentukan oleh komposisi matriks PEG 400 (Bratachem) dan asam oleat
pembentuknya, sifat fisika kimia obat dan (Bratachem) berderajat teknis.
eksipien yang digunakan (Hendradi dkk., 2010).
Permeation enhancer adalah eksipien yang 2.2 Prosedur Penelitian
ditambahkan ke dalam matriks patch yang Tabel 1. Formula Matriks Patch Transdermal
memiliki fungsi untuk meningkatkan Pharmacoat® Asam Minyak
Ketoprofen PEG 400
kemampuan penetrasi obat ke dalam kulit. F
615 Oleat Atsiri
Terdapat berbagai jenis permeation enhancer 2% b/v
3% b/v (mL) (mL) (mL) (mL)
yang dapat digunakan sebagai eksipien dalam (mL)
1 1 7,5 0,5 0 1
matriks patch, diantaranya adalah asam oleat
2 1 7,5 0,5 0 1
dan minyak atsiri(Inayat and Setty, 2008). 3 1 7,5 0,5 0,75 0,25
Verma and Ram (2011) telah membuktikan 4 1 7,5 0,5 0,5 0,5
bahwa dalam 0,3 mL asam oleat pada sediaan 5 1 7,5 0,5 1 0
patch sebagai permeation enhancer mampu 6 1 7,5 0,5 1 0
meningkatkan pelepasan ketoprofen sebesar 7 1 7,5 0,5 0,25 0,75
40,8%. Selain asam oleat, minyak atsiri juga 8 1 7,5 0,5 0,5 0,5
dapat digunakan sebagai permeation enhancer. Keterangan: F = formula.
Penentuan perbandingan komposisi permeation
Minyak atsiri yang pernah digunakan enhancer antara asam oleat dengan minyak atsiri
sebelumnya sebagai permeation enhancer pada masing-masing formula dilakukan dengan
adalah minyak atsiri cengkeh, serai, mentol dan menggunakansimplex lattice design darisoftware
Design Expert versi 7.
kayu putih (Setty et al., 20010). Minyak atsiri
diketahui dapat mengubah sifat pelarut stratum 2.2.1 Evaluasi Fisik Matriks Patch
korneum sehingga meningkatkan partisi obat ke Transdermal
dalam jaringan di kulit (Inayat and Setty, 2008). A. Uji Bobot Matriks Patch
Bunga cempaka putih (Michelia alba) Pengujian bobot matriks patch pada
merupakan tanaman yang banyak tumbuh di masing-masing formula dilakukan dengan cara
Indonesia, khususnya di Bali. Selama ini, menimbang matriks masing-masing formula
pemakaian minyak atsiri bunga cempaka putih (Parisvesh et al., 2010).
dalam teknik formulasi masih terbatas sebagai B. Uji Ketebalan Matriks Patch
corigen odoris (penambah aroma). Oleh karena
itu, pada kesempatan ini peneliti ingin mencoba
38
Optimasi Formula Matriks Patch Ketoprofen Transdermal Menggunakan Kombinasi Asam Oleat dan
Minyak Atsiri Bunga Cempaka Putih (Michelia alba) sebagai Permeation Enhancer
(Setyawan, E.I., Pratama, P.Y.A., Budiputra, D.K)
Pengujian ketebalan matriks patch masing- design. Verifikasi kemudian dilakukan dengan
masing formula diukur dengan menggunakan menggunakan uji T-test dari single simple test
jangka sorong pada 3 sisi matriks yang berbeda pada software OpenStat.
pada masing-masing formula matriks patch.
Rata-rata pada 3 sisi matriks tersebut merupakan 2.2.4 Uji Kandungan Ketoprofen
nilai ketebalan matriks patch (Parivesh et al., (DrugContent) dari Matriks Patch
2010). Formula Optimal
C. Persentase Susut Pengeringan Matriks Matriks patch formula optimal dilarutkan
Patch dalam 100 mL dapar fosfat salin pH 7,4. Lalu
Matriks ditimbang satu persatu dan diambil 1 mL dari larutan tersebut dan
dimasukan ke dalam desikator selama 24 jam, diencerkan dengan dapar fosfat salin pH 7,4
kemudian matriks kembali ditimbang satu hingga 10 mL pada labu ukur 10 mL. Dilakukan
persatu setelah penyimpanan dalam desikator pengenceran kembali dengan mengambil 1 mL
tersebut. Setelah itu dihitung selisih bobot dari larutan tersebut, dilarutkan kembali hingga
matriks sebelum dan sesudah dimasukan ke 10 mL dengan dapar fosfat salin pH 7,4.
dalam desikator. Hasil perhitungan tersebut Selanjutnya diukur serapan dari larutan
dinyatakan sebagai angka persentase susut tersebut dengan menggunakan spektrofotometer
pengeringan (Parisvesh et al., 2010). UV-Vis pada panjang gelombang maksimum
D. Uji Ketahanan Lipatan Matriks Patch ketoprofen. Dilakukan replikasi 3 kali untuk
Uji ketahanan lipatan dilakukan dengan memvalidasi metode yang digunakan dengan
cara melipat matriks berkali-kali pada tempat melihat akurasi dan presisinya.
yang sama sampai matriks tersebut patah.
Jumlah lipatan yang telah dilakukan dianggap 2.2.5 Uji Pelepasan Ketoprofen dari Matriks
sebagai nilai ketahanan lipatan (Parisvesh et al., Patch Formula Optimal
2010). Uji pelepasan ketoprofen dilakukan dengan
menggunakan sel difusi Franz tanpa
2.2.2 Penentuan Formula Optimal menggunakan membran pembatas. Dalam hal ini
Penentuan formula optimal dilakukan matriks patch formula optimal langsung
dengan melihat hasil uji karakter fisik matriks mengalami kontak pada media disolusi yang
patch pada masing-masing formula dimana terdapat pada kompartemen aseptor dalam sel
dalam uji karakter fisik matriks patch tersebut difusi tersebut. Media disolusi yang digunakan
dicari respon bobot, tebal, persentse susut adalah larutan dapar fosfat salin pH 7,4 dengan
pengeringan dan ketahanan lipatan yang volume 30 mL yang telah dibuat sebelumnya.
minimal. Hasil respon masing-masing formula Pengambilan sampel dilakukan pada menit
kemudian diolah menggunakan metode simplex ke-15, 30, 45, 60, 75, 90, 105, 120, 150, 180,
lattice design pada software Design Expert versi 210, 240, 270 dan 300 diambil cuplikan
7. Formula optimal ditentukan oleh nilai sebanyak 1 mL, kemudian diencerkan dengan
desirability yang paling besar dari simplex dapar fosfat salin pH 7,4 hingga 10 mL. Setiap
lattice design pada software Design Expert versi pengambilan cuplikan selalu diikuti dengan
7. penambahan larutan dapar fosfat salin pH 7,4
sebanyak volume yang sama sewaktu
2.2.3 Verifikasi Formula Optimal pengambilan.Lalu diamati serapannya pada
Verifikasi dilakukan dengan membuat panjang gelombang maksimum ketoprofen.
matriks formula optimal hasil prediksi simplex Berdasarkan serapan yang diperoleh maka dapat
lattice design pada software Design Expert versi dihitung konsentrasi ketoprofen dalam cuplikan
7. Pembuatan matriks patch tersebut dilakukan dengan menggunakan persamaan regresi linear
replikasi 3 kali. Hasil observasi matriks tersebut dari kurva baku ketoprofen.
dibandingkan dengan hasil respon prediksi yang A. Penentuan Jumlah Kumulatif Ketoprofen
dihasilkan formula optimal pada simplex lattice
39
Optimasi Formula Matriks Patch Ketoprofen Transdermal Menggunakan Kombinasi Asam Oleat dan
Minyak Atsiri Bunga Cempaka Putih (Michelia alba) sebagai Permeation Enhancer
(Setyawan, E.I., Pratama, P.Y.A., Budiputra, D.K)
40
Optimasi Formula Matriks Patch Ketoprofen Transdermal Menggunakan Kombinasi Asam Oleat dan
Minyak Atsiri Bunga Cempaka Putih (Michelia alba) sebagai Permeation Enhancer
(Setyawan, E.I., Pratama, P.Y.A., Budiputra, D.K)
41
Optimasi Formula Matriks Patch Ketoprofen Transdermal Menggunakan Kombinasi Asam Oleat dan
Minyak Atsiri Bunga Cempaka Putih (Michelia alba) sebagai Permeation Enhancer
(Setyawan, E.I., Pratama, P.Y.A., Budiputra, D.K)
42
Optimasi Formula Matriks Patch Ketoprofen Transdermal Menggunakan Kombinasi Asam Oleat dan
Minyak Atsiri Bunga Cempaka Putih (Michelia alba) sebagai Permeation Enhancer
(Setyawan, E.I., Pratama, P.Y.A., Budiputra, D.K)
Dari formula optimal yang dihasilkan oleh dipergunakan memenuhi persyaratan dari aspek
simplex lattice design pada software Design kecermatan (akurasi).
Expert versi 7, diprediksikan bahwa formula Keseksamaan diukur sebagai simpangan
tersebut akan menghasilkan matriks patch baku atau koefisien variasi (Harmita, 2004).
dengan bobot sebesar 1,55 gram, tebal matriks Hasil pengukuran drug content terhadap formula
patch sebesar 0,19 mm dan susut pengeringan optimal dengan replikasi sebanyak 3 kali
sebesar 7,48%. tersebut diperoleh nilai koefisien variasi (CV)
sebesar 0,67% (< 2%) dalam kadar > 10 mg.
4.3 Verifikasi Formula Optimal Adapun hasil perhitungan dapat dilihat pada
Verifikasi formula optimal dilakukan lampiran 19. Dengan demikian dapat dikatakan
dengan membuat 3 matriks patch yang bahwa metode analisis yang digunakan telah
menggunakan kombinasi campuran asam oleat memenuhi persyaratan dari aspek keseksamaan
dan minyak atsiri dengan perbandingan 0,6:0,4. (presisi).
Berdasarkan pada nilai probabilitas dari
masing-masing respon, dimana nilai probabilitas 4.5 Uji Pelepasan Ketoprofen dari Matriks
masing-masing respon lebih besar dari 0,05 Patch Formula Optimal
maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada Pada uji pelepasan ini menggunakan sel
perbedaan yang signifikan antara hasil prediksi difusi Franz yang telah dimodifikasi tanpa
simplex lattice design pada softwareDesign menggunakan membran, kemudian ditentukan
Expert versi 7dengan hasil observasi percobaan. profil pelepasan dan mekanisme pelepasan
ketoprofen dari matriks patch formula optimal.
4.4 Uji Kandungan Ketoprofen (Drug
Content) dari Matriks Patch Formula 4.5.1 Penentuan Jumlah Kumulatif
Optimal Ketoprofen
Pengujian ini bertujuan untuk memastikan Penentuan jumlah kumulatif ketoprofen
bahwa jumlah obat ketoprofen yang terkandung yang terlepas dari basis per satuan luas membran
dalam patch berada pada jumlah yang setiap waktu dihitung dari konsentrasi yang
semestinya atau berada pada rentang yang diperoleh tiap waktu (mg/mL) dikalikan jumlah
ditentukan. Pengukuran kandungan obat dalam media disolusi yang digunakan. Dari hasil
matriks patch menggunakan matriks kosong perhitungan diketahui total ketoprofen yang
sebagai blanko untuk menetapkan kadar terlepas sebanyak 0,81 mg pada menit ke-300.
ketoprofen dalam formula optimal. Panjang
gelombang maksimal ketoprofen yang diperoleh 4.5.2 Penentuan Persen Disolusi Efisiensi
terletak pada 260 nm. Ketoprofen
Persamaan kurva baku yang diperoleh Persen disolusi efisiensimerupakan
adalah y = 0,0746x + 0,0021 dengan nilai perbandingan luas area di bawah kurva disolusi
koefisien determinasi (R2) sebesar 0,99. Pada dengan seratus persen zat aktif larut dalam
hasil perhitungan dari persamaan kurva baku, medium pada waktu tertentu. Hasil perhitungan
maka diperoleh nilai LOD sebesar 0,28 μg/mL pada komposisi asam oleat:minyak atsiri bunga
dan LOQ sebesar 0,95 μg/mL. Pada penelitian cempaka putih (0,6:0,4) menghasilkan persen
ini dilakukan pengukuran drug content terhadap ketoprofen terdisolusi selama 300 menit sebesar
formula optimal dengan replikasi sebanyak 3 18,96%.
kali. Hasil persen recovery berkisar antara
4.5.3 Penentuan Kecepatan Pelepasan
98,59% hingga 99,93% yang dapat dilihat pada
(Fluks) dan Mekanisme Pelepasan
lampiran 19. Menurut Harmita (2004), apabila
Ketoprofen
jumlah analit dalam sampel > 10 mg, maka
Pemilihan model persamaan pelepasan
rentang persen recovery yang dipersyaratkan
ketoprofen dilakukan berdasarkan hasil dari nilai
berada pada rentang 98% hingga 102% sehingga
koefisien determinasi (R2) yang paling
dapat disimpulkan metode analisis yang
43
Optimasi Formula Matriks Patch Ketoprofen Transdermal Menggunakan Kombinasi Asam Oleat dan
Minyak Atsiri Bunga Cempaka Putih (Michelia alba) sebagai Permeation Enhancer
(Setyawan, E.I., Pratama, P.Y.A., Budiputra, D.K)
5. KESIMPULAN
Komposisi asam oleat dan minyak atsiri
bunga cempaka putih (Michelia alba) dengan
perbandingan 0,549:0,451 menghasilkan
karakter fisik matriks patch yang optimal dari
hasil prediksi simplex lattice design pada
software Design Expert versi 7. Hendradi, E., Isnaeni, Efrin P., dan Aditya F.
Matriks patch formula optimal 2010.Optimasi Efektivitas Sediaan
menghasilkan profil pelepasan dengan total Transdermal Patch Natrium
ketoprofen terlepas sebanyak 0,81 mg pada Diklofenak.DIPA-RM STRATNAS. p.194-
menit ke-300, nilai disolusi efisiensi sebesar 203.
18,96%selama 300 menit, kecepatan pelepasan Inayat, B.P., and Setty, C.M. 2008. Chemical
(fluks) ketoprofen sebesar 0,478 mg/jam.cm2 Penetration Enhancers for Transdermal Drug
dengan mekanisme pelepasan ketoprofen Delivery System. J.Pharm Res., 8(2):173.
mengikuti persamaan Korsmeyer Peppas dengan Mycek, M.J., Harvey, R.A., and Champe, C.C.
difusi Fickian yaitu laju difusi lebih kecil dari 2001. Farmakologi Ulasan Bergambar.
relaksasi. Lippincottt’s Illustrated Reviews:
Farmacology. Penerjemah Azwar Agoes.
UCAPAN TERIMA KASIH Edisi II. Jakarta. Widya Medika: p.259.
Parisvesh, S., Sumeet, D., and Abhishek, D.
Gede Pasek dan Dwi Ratna Sutriadi selaku
2010. Design, Evaluation, Parameters and
laboran di Jurusan Farmasi Fakultas Matematika Marketed Products of Transdermal Patches.
dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas J. Pharm. Res., 3(2):235-240.
Udayana atas bantuan, masukan, saran, dan Rençber, S., Karavana, S.Y., and Özyazici, M.
motivasinya. 2009. Bioavailability File: Ketoprofen.
FABAD J. Pharm, 34:203-216.
DAFTAR PUSTAKA Setty, C.M., Yogesh, J., and Inayat, B.P. 2010.
Aiache, J.M. 1993. Farmasetika 2 Biofarmasi. Effect of essential oils as penetration
Edisi 2. Penerjemah: Dr. Widji Soeratri. enhancers on percutaneouspenetration of
Surabaya: Airlangga University. Press. p.7. furosemide through human cadaver
Green, G.A. 2001. Understanding NSAIDs: skin.Acta Pharmaceutica Sciencia, 52:159-
from aspirin to COX-2.Clin Cornerstone 168.
Sport Medical, 3:50-59. Verma, P., and Ram, A. 2011. Effect of
Different Penetration Enhanchers on Skin
44
Optimasi Formula Matriks Patch Ketoprofen Transdermal Menggunakan Kombinasi Asam Oleat dan
Minyak Atsiri Bunga Cempaka Putih (Michelia alba) sebagai Permeation Enhancer
(Setyawan, E.I., Pratama, P.Y.A., Budiputra, D.K)
45
Pemisahan Fraksi Terpenoid dari Ekstrak Etanol 90% Daun Katuk (Sauropus androgynous (L.) Merr)
Menggunakan Kromatografi Kolom
(Warditiani, N.K., Susanti, N.M.P., Samirana, P.O., Milawati, Widhiastuti, K.A.P., Pinangkaan, C.)
Warditiani, N.K.1, Susanti, N.M.P.1, Samirana, P.O.1, Milawati1, Widhiastuti, K.A.P.1, Pinangkaan, C.1
1
Jurusan Farmasi Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana
Korespondensi: Milawati
Jurusan Farmasi Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana
Jalan Kampus Unud-Jimbaran, Jimbaran-Bali, Indonesia 80364 Telp/Fax: 0361-703837
Email : Mila29firdaus@gmail.com
ABSTRAK
Daun katuk (Sauropus androgynus (L.) Merr) dapat digunakan sebagai obat tradisonal sakit
kerongkongan, meningkatkan produksi ASI, serta memiliki aktivitas sebagai antidislipidemia. Senyawa
kimia yang terkandung dalam ekstrak etanol 90% yaitu alkaloid, saponin, flavonoid, tanin, dan terpenoid.
Salah satu kandungan kimia yang paling banyak terkandung pada daun katuk adalah terpenoid. Tujuan
dari penelitian ini yaitu untuk mendapatkan fraksi terpenoid dari ekstrak etanol 90% daun katuk.
Pemisahan fraksi terpenoid dilakukan dalam beberapa tahap yaitu: ekstraksi, fraksinasi dengan
kromatografi kolom lambat dengan pelarut campur kloroform:metanol (9:1-1:9 v/v), identifikasi
kandungan kimia dengan KLT, skrining fitokimia. Hasil fraksinasi kromatografi kolom didapatkan 20
fraksi dengan hasil positif terpenoid sebanyak 5 fraksi dari fraksi nomor 13-17.
Kata kunci : Sauropus androgynus (L.) Merr, terpenoid, kromatografi kolom lambat
45
Pemisahan Fraksi Terpenoid dari Ekstrak Etanol 90% Daun Katuk (Sauropus androgynous (L.) Merr)
Menggunakan Kromatografi Kolom
(Warditiani, N.K., Susanti, N.M.P., Samirana, P.O., Milawati, Widhiastuti, K.A.P., Pinangkaan, C.)
Yogyakarta, etanol teknis 96%, kloroform Ekstraksi serbuk daun katuk dilakukan
teknis, metanol teknis, akuades, plat KLT GF dengan metode maserasi pelarut etanol 90%.
250 merk Merck, serbuk silika, glass wool, Didapatkan ekstrak berwarna ungu pekat.
vanilin, asam sulfat pekat. Sebanyak 1 gram ekstrak etanol 90%
2.2. Alat Penelitian difraksinasi menggunakan kromatografi kolom
Alat yang digunakan dalam penelitian ini fase gerak gradien campuran pelarut
adalah seperangkat alat maserasi, seperangkat kloroform:metanol 9:1 sampai 1:9. Hasil
alat gelas, kolom kromatografi, rotary fraksinasi didapatkan sebanyak 20 fraksi.
evaporator (Eyela®), plat KLT silika gel GF Masing-masing fraksi ditampung sebanyak
254, serbuk silika, chamber KLT (Camag®), 10mL. Dilakukan identifikasi menggunakan
pipet mikro, botol semprot, oven (Binder®), KLT pada semua fraksi selanjutnya
lampu UV254 dan UV366 (Camag®). disemprotkan pereaksi penampak noda vanillin-
2.3. Prosedur Penelitian sulfat. Terjadi perubahan warna menjadi kuning-
2.3.1. Ekstraksi dan Penguapan Pelarut coklat pada fraksi 13-17 (gambar 1).
Sebanyak 100 gram serbuk daun katuk
diekstraksi dengan cara maserasi menggunakan
1 liter pelarut etanol 90%. Hasil ekstraksi
diuapkan pelarutnya sampai didapat ekstrak
kental.
2.3.2. Fraksinasi dengan Kromatografi Kolom
Sebanyak 1 gram ekstrak kental etanol 90%
Ekstrak etanol 90% difraksinasi menggunakan
kromatografi kolom campuran pelarut gradien Gambar 1 Pengamatan profil KLT fraksi secara
kloroform:metanol dengan perbandingan 9:1 visual setelah disemprot vanillin-
sampai 1:9 (masing-masing perbandingan sulfat.
sebanyak 20mL). Hasil fraksinasi didapatkan
sebanyak 20 fraksi. 4. PEMBAHASAN
2.3.3. Identifikasi profil KLT Pembuatan ekstrak dilakukan dengan metode
Fraksi-fraksi yang diperoleh diidentifikasi maserasi pelarut etanol 90%. Etanol 90%
dengan KLT. Fase gerak yang digunakan adalah merupakan campuran hidroalkohol yang mudah
kloroform : metanol = 7 : 3. Plat KLT disemprot bercampur, sehingga dalam proses ekstraksi
dengan pereaksi penampak noda vanillin-asam dapat menyari kandungan kimia baik yang
sulfat, kemudian diamati reaksi warna yang bersifat polar maupun non polar (Ansel, 1989).
terjadi. Hasil positif terpenoid menunjukkan Ekstrak kental yang diperoleh dipisahkan
perubahan warna menjadi kuning-coklat, dengan metode kromatografi kolom lambat
kuning, coklat dan ungu (Harborne, 2006). untuk memisahkan komponen-komponen yang
terdapat pada ekstrak. Fase gerak pelarut campur
kloroform : metanol (10:0 v/v sampai 0:10 v/v)
3. HASIL mampu memisahkan senyawa triterpenoid
Bahan tanaman yang digunakan berupa (Rivero-Cruz dkk., 2008), sehingga senyawa
simplisia daun katuk yang diperoleh dari terpenoid dalam daun katuk dapat dipisahkan
Kulonprogo, Yogyakarta. Determinasi dilakukan dengan pelarut campur gradien kloroform :
di Jurusan Biologi, Fakultas MIPA, UGM untuk metanol (9:1 v/v sampai 1:9 v/v) untuk
mengetahui kebenaran jenis tanaman yang kromatografi kolom lambat.
diteliti. Hasil determinasi menyatakan bahwa Pada Gambar 1, bercak yang awalnya tidak
benar tanaman yang digunakan untuk penelitian nampak menjadi berwarna setelah disemprot
ini masuk dalam jenis Sauropus androgynus (L.) dengan pereaksi semprot yang diamati secara
Merr. visual. Bercak setelah disemprot dengan
46
Pemisahan Fraksi Terpenoid dari Ekstrak Etanol 90% Daun Katuk (Sauropus androgynous (L.) Merr)
Menggunakan Kromatografi Kolom
(Warditiani, N.K., Susanti, N.M.P., Samirana, P.O., Milawati, Widhiastuti, K.A.P., Pinangkaan, C.)
47
Profil Stabilitas Fisika Kimiamasker Gel Peel-Off Ekstrak Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana L.)
(Wijayanti, N.P.A.D., Astuti, K.W., Prasetia, I.G.N.J.A., Darayanthi, M.Y.D., Nesa, P.N.P.D., Wedarini,
L.D.S., Adhiningrat, D.N.P.)
PROFIL STABILITAS FISIKA KIMIAMASKER GEL PEEL-OFF EKSTRAK KULIT BUAH MANGGIS
(Garcinia mangostana L.)
Wijayanti, N.P.A.D.1, Astuti, K.W.1, Prasetia, I.G.N.J.A.1, Darayanthi, M.Y.D.1, Nesa, P.N.P.D.1, Wedarini,
L.D.S.1, Adhiningrat, D.N.P.1
1
Jurusan Farmasi – Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam – Universitas Udayana
ABSTRAK
Ekstrak kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.) kaya akan kandungan xanton yang diketahui
bersifat sebagai antioksidan. Pada penelitian sebelumnya, telah dilakukan optimasi formula masker gel peel-
off ekstrak kulit buah manggis. Namun, formula optimal yang diperoleh belum tentu memiliki stabilitas yang
baik selama penyimpanan. Berdasarkan hal tersebut maka dilakukan penelitian untuk mengetahui profil
stabilitas fisik masker gel peel-off ekstrak kulit buah manggis dengan HPMC sebagai gelling agent.
Penelitian ini diawali dengan mengumpulkan simplisia, ekstraksi, standarisasi ekstrak, fomulasi dan
penetapan profil stabilitas fisika kimia. Simplisia diekstraksi menggunakan etanol 96% kemudian
diformulasi menjadi sediaan masker gel peel-off lalu ditetapkan profil stabilitas fisika (organoleptis,
homogenitas, viskositas, daya sebar, daya lekat, sineresis) dan kimia (pH) dari masker gel peel off ekstrak
kulit buah manggis. Profil stabilitas sediaan ditetapkan selama penyimpanan 28 hari pada suhu 30°C.
Penetapan profil stabilitas didasarkan dengan melihat perubahan yang terjadi dimulai dari awal formulasi
hingga 28 hari penyimpanan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara keseluruhan masker gel peel off ekstrak kulit buah
manggis stabil selama penyimpanan 28 hari pada suhu 300C.
Kata kunci: manggis, masker gel peel-off, stabilitas fisika kimia, penyimpanan.
48
Profil Stabilitas Fisika Kimiamasker Gel Peel-Off Ekstrak Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana L.)
(Wijayanti, N.P.A.D., Astuti, K.W., Prasetia, I.G.N.J.A., Darayanthi, M.Y.D., Nesa, P.N.P.D., Wedarini,
L.D.S., Adhiningrat, D.N.P.)
52
Pemberian Ekstrak Etanol Spondias pinnata Terhadap Volume Organ Hati Mencit Jantan
(Ariantari, N. P., Putra, I. G. N. R., Karso, F. P., Adiluhur, M. A., Kusuma, P. A. C.)
Pemberian Ekstrak Etanol Spondias pinnata Terhadap Volume Organ Hati Mencit Jantan
ABSTRAK
Daun kedondong hutan (Spondias pinnata) merupakan bagian tanaman yang secara
tradisional digunakan sebagai obat batuk. Beberapa penelitian sebelumnya menunjukan bahwa
ekstrak daun S.pinnatamemiliki aktivitas antituberkulosis terhadap Myobacterium tuberculosisMDR.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak etanol daun S. pinnataterhadap
volume organ hati pada mencit jantan galur balb/c.
Serbuk daun S. pinnata diekstraksi menggunakan metode maserasi dan dilanjutkan dengan
digesti, kemudian ekstrak diuji pada 40 ekor mencit jantan galur balb/c yang terbagi dalam 4
kelompok perlakuan. Kelompok kontrol negatif diberikan suspensi CMC-Na 0,5% sedangkan
kelompok perlakuan diberikan ekstrak dosis 0,2; 1; dan 2 g/kg BB secara berulang selama 31 hari.
Mencit dibedah dan diambil organ hatinya.Data volume organ hati kemudian dianalisis statistik
dengan ANOVA-one way.
Hasil menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada volume organ hati mencit
jantan antara kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan, sehingga pemberian ekstrak secara
berulang tidak mempengaruhi volume organ hati mencit jantan. Perubahan volume organ menjadi
salah satu indikator makroskopis terhadap adanya perubahan pada sel-sel organ akibat paparan suatu
bahan uji
Kata Kunci: Daun Spondias pinnata, ekstrak, volume organ hati, mencit jantan
53
Pemberian Ekstrak Etanol Spondias pinnata Terhadap Volume Organ Hati Mencit Jantan
(Ariantari, N. P., Putra, I. G. N. R., Karso, F. P., Adiluhur, M. A., Kusuma, P. A. C.)
balb/c. Diharapkan penelitian ini dapat menjadi Mencit jantan secara acak dibagi
acuan mengenai aspek keamanan penggunaan menjadi 4 kelompok yang memiliki rentang
ekstrak etanol daun S. pinnata dan acuan untuk berat badan 20-30 gram. Masing-maisng
pengujian toksisitas lebih lanjut. kelompok terdiri dari 10 ekor mencit.
Kelompok kontrol negatif diberikan suspensi
2. BAHAN DAN METODE CMC Na 0,5%, kelompok perlakuan II, III, dan
2.1 BahanPenelitian IV masing-masing diberikan suspensi ekstrak
Bahan tanaman yang digunakan adalah dengan dosis 0,2; 1; dan 2 g/Kg BB secara
daun S. pinnata yang diambil dari kawasan berulang selama 31 hari. Mencit dieutanasi,
daerah Bukit Jimbaran, Badung, Bali. Bahan kemudian organ hati diambil menggunakan
kimia yang digunakan adalah n-heksana, etanol alat bedah, dan diukur volumenya.
80%, eter (Merck®), CMC-Na
(Brataco®),buffer formalin 10%. 2.2.3 Analisis Data
Data yang diperoleh berupa volume
2.2 Prosedur Penelitian organ hati mencit. Analisis data secara statistik
2.2.1 Ekstraksi dilakukan dengan dengan uji Shapiro-
Serbuk kering daun S. pinnataditimbang Wilk.Jika data homogen dan terdistribusi
dengan timbangan analitik (AND® GR- normal,maka analisis dilanjutkan dengan
200)sebanyak 500,02 gram dimaserasi dengan ANOVA-one way dengan taraf kepercayaan
8,0 L n-heksana, lalu ekstrak cair n-heksana 95%. Selanjutnyadengan post hoc study
S.pinnata dan ampasnya dipisah. Ampas dengan uji Scheffe.
serbuk daun S.pinnata kemudian didigesti
dengan 6,3 L etanol 80% selama 2 jam pada 3. HASIL
suhu 50oC an disaring. 3.1 Ekstraksi
Ekstrak cair etanol 80% S.pinnatayang Ekstrak kental etanol 80 % daun
diperoleh kemudian diuapkan dengan vacuum S.pinnatayang diperoleh dari ekstraksi
rotary evaporator(Eyela®OSB-2100). Hasil maserasi kemudian dilanjutkan dengan digesti
penguapan dimasukan ke dalam sebanyak 82,5 gram (rendemen 16,50%).
oven(Binder®) pada suhu 40oC hingga ekstrak
kental dan dihitung rendemennya. 3.2 Volume Hati Mencit Jantan
Volume organ hatimasing-masing
2.2.2 Perlakuan kelompok mencitsetelah perlakuan ditampilkan
pada tabel 1.
Pemberian Ekstrak Etanol Spondias pinnata Terhadap Volume Organ Hati Mencit Jantan
(Ariantari, N. P., Putra, I. G. N. R., Karso, F. P., Adiluhur, M. A., Kusuma, P. A. C.)
mencit jantan setelah pemberian dosis tunggal Risk Assessment. 5th Ed. New York:
ekstrak S.pinnata yang didapat dengan Informa Healthcare USA Inc.
menggunakan metode digesti. Hasil ini
menunjukkan bahwa pemberian ekstrak tidak Martini, F. (1992). Fundamentals of Anatomy
tidak mempengaruhi gambaran makroskopis and Physiology. 2nd Ed. United States
organ hati dilihat dari parameter berat dan of America: A Simon and Schuster
volume organ. Tidak adanya perubahan Company..
patologi secara makroskopis yang jelas, bukan
berarti tidak ada perubahan jaringan organ hati Michael, B., Yano, Barry., Sellers, R. S., Perry,
pada pengamatan mikroskopis (Lu, 2009). R., Morton, D., Roomie, N., Johnson, J.
Sehingga perlu dilakukan evaluasi lebih lanjut K., Schafer, K.. (2007). Evaluation of
untuk melihat pengaruh pemberian ekstrak Organ Weights for Rodent and Non-
terhadap gambaran mikroskopis organ hati. Rodent Toxicity Studies: A Review of
Regulatory Guidelines and a Survey of
5. KESIMPULAN Current Practises. Toxicologic Pathology
Pemberian secara berulang ekstrak etanol Vol. 35: 742-750
S. pinnataselama 31 haridengan dosis 0,2; 1;
dan 2 g/kgBB tidak berpengaruh terhadap Sellers. R. S., Morton, D., Michael, B., Roome,
volume hati mencit jantan. N., Johnson, J. K., Yano, B. R., Perry,
R., and Schaffer, K.. (2007). Society of
UCAPAN TERIMA KASIH Toxicologic Pathology Position Paper:
Ucapan terima kasih diberikan pada Ogan Weight Recommendation for
laboran Laboratorium Fitofarmasi Jurusan Toxicology Studies. Toxicologic
Farmasi Fakultas MIPA Universitas Udayana Pathology Vol. 35: 751-755
yaitu Anggi Heru Pradipta atas bantuan
teknisnya pada penelitian ini. Purwani, S. T. D., Ariantari, N. P., dan
Kardena, I M. (2013). Pengaruh
DAFTAR PUSTAKA Pemberian Ekstrak Etanol 80% Daun
Kedondong Hutan Terhadap Berat
Brzoska, M. M., Jakoniuk, J. Organ Hati Mencit Jantan Galur Balb/c.
M.,Marcinkiewicz, B. P. and Sawicki, Jurnal Farmasi Udayana. Vol. 2 (3):
B.(2003). Liver and Kidney Function 131-135
andHistology in Rats Exposed to
Cadmiumand Ethanol. Alcohol Alcohol Ramayati, N. P. A., Ariantari, N. P., dan
Vol. 38 (1):2-10 Dwija, I B. N. P. (2013). Aktivitas
Antituberkulosis Kombinasi Ekstrak n-
Dwija, I.B.N.P., Juniarta, I.K., Yowani, S.C., heksana Daun Kedondong Hutan dengan
dan Ariantari, N.P. (2013). Aktivitas Rifampisin Terhadap Isolat
Antituberkulosis Ekstrak Metanol Daun Mycobacterium tuberculosis Strain
Kedondong Hutan (Spondias pinnata MDR. Jurnal Farmasi Udayana. Vol. 2
(L.F.) Kurz.). Jurnal Kimia. Vol. 7 (1): (3): 74-78
25-30.
Savitri, L. P. V. A., Ariantari, N. P., dan
Dyce, K. M., Sack, W. O, Wensing, C. J. G. Dwija, I B. N. P. (2013). Potensi
(2002). Textbook of Veterinary Anatomy. Antituberkulosis Ekstrak n-heksana
rd Daun Kedondong Hutan (Spondias
3 Ed. Philadelphia: Elseiver.
pinnata (L.f.) Kurz.). Jurnal Farmasi
Hutapea, J.R. (1994). Invetarisasi Tanaman Udayana. Vol. 2 (3): 105-109
Obat Indonesia. Edisi III. Badan
Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan: Depkes RI.
ABSTRAK
56
Uji Aktivitas Adaptogenik Ekstrak Etanol Daun Bidara (Ziziphus mauritiana Auct. non Lamk.)
dengan Metode Swimming Endurance Test pada Mencit Galur Balb/C
(Samirana, P. O., Taradipta, I D. M. R., Leliqia, N. P. E.)
57
Uji Aktivitas Adaptogenik Ekstrak Etanol Daun Bidara (Ziziphus mauritiana Auct. non Lamk.)
dengan Metode Swimming Endurance Test pada Mencit Galur Balb/C
(Samirana, P. O., Taradipta, I D. M. R., Leliqia, N. P. E.)
631.6
600
434.4 451.4 bahwa aktivitas adaptogenik dari daun Z.
400 mauritiana tidak hanya disebabkan oleh
200
aktivitas antioksidan melalui mekanisme
penangkapan radikal bebas, namun
0
Normal Positif Negatif 200 400 800
disebabkan juga oleh mekanisme aksi
mg/kg BB mg/kg BB mg/kg BB lainnya.
Kelompok Preeti and Tripathi (2014)
Gambar 1. Diagram batang rata-rata waktu melaporkan Z. mauritiana mengandung
berenang mencit pada uji SET beberapa golongan senyawa antara lain
alkaloid, glikosida, saponin, flavonoid,
Tabel 1. Ringkasan analisis LSD terpenoid dan fenolik.Di antara kandungan
Kelompok II III IV V VI senyawa tersebut yang diduga memiliki
I <0,001 0,304* <0,001 <0,001 <0,001 aktivitas adaptogenik adalah golongan
II <0,001 <0,001 <0,001 <0,001
III <0,001 <0,001 <0,001 senyawa flavonoid dan triterpenoid.
IV <0,001 <0,001 Flavonoid yang merupakan senyawa
<0,001
V
VI
antioksidan diduga mampu berkontribusi
Keterangan: * : tidak berbeda secara signifikan terhadap aktivitas adaptogenik dengan
mekanisme mencegah kerusakan protein
fungsional serta meningkatkan produksi
4. PEMBAHASAN ATP dengan menghambat radikal bebas
Uji aktivitas adaptogenik dalam yang terbentuk selama kondisi stres
penelitian ini dilakukan dengan metode (Panossian and Wikman,
SET. Berdasarkan gambar 1., ekstrak 2010).Berdasarkan penelitian Panossian
etanol daun Z. mauritiana serta vitamin C and Wikman (2010) triterpenoid tetrasiklik
memiliki aktivitas adaptogenik dimana dalam P. ginseng memiliki aktivitas
waktu berenang yang dihasilkan lebih adaptogenik dengan mekanisme
lama dibandingkan dengan kontrol negatif mengembalikan fungsi normal reseptor
(p<0,05).Potensi adaptogenik yang glukokortikoid sehingga sekresi kortisol
dihasilkan oleh ekstrak berbanding lurus kembali normal dan memberikan efek
dengan dosis yang diberikan (p< 0,05). proteksi terhadap reaksi stres berlebih.
Vitamin C yang merupakan senyawa Kadar kortisol yang tinggi mampu
antioksidan memiliki aktivitas menyebabkan aktivasi respon stres
adaptogenik. Berdasarkan hal ini aktivitas berlebihan seperti depresi, kelelahan,
antioksidan diduga dapat berkontribusi penurunan konsentrasi dan penurunan
terhadap aktivitas adaptogenik. Abalaka et kognitif.
al. (2011)melaporkan ekstrak etanol daun
Z. mauritianamemiliki aktivitas 5. KESIMPULAN
penangkapan radikal DPPH dengan nilai Ekstrak etanol daunZ. mauritiana
IC50sebesar 101,02 μg/mldibandingkan memiliki aktivitas adaptogenik pada dosis
dengan standar vitamin C yang memiliki 200, 400 dan 800 mg/kg BB. Peningkatan
58
Uji Aktivitas Adaptogenik Ekstrak Etanol Daun Bidara (Ziziphus mauritiana Auct. non Lamk.)
dengan Metode Swimming Endurance Test pada Mencit Galur Balb/C
(Samirana, P. O., Taradipta, I D. M. R., Leliqia, N. P. E.)
59
Pengaruh Penggunaan Propilenglikol dan Mentol Terhadap Matrik Patch Transdermal Ekstrak Air Herba
Sambiloto (Andrographis paniculata (Burm. f.) Nees)
Setyawan E.I1., Warditiani N.K1., Dewi S.M.1
Abstrak
Herba sambiloto (Andrographis paniculata (Burm.f.) Nees) telah banyak diteliti untuk pengobatan
dislipidemia. Penelitian ini bertujuan untuk memformulasi ekstrak air herba sambiloto ke dalam sistem
penghantaran obat secara transdermal yaitu patch transdermal.
Ekstrak air herba sambiloto sebagai bahan aktif dibuat dengan teknik maserasi sedangkan formulasi
patch dibuat menggunakan sistem matrix controlled. Bahan tambahan yang digunakan dalam pembuatan
patch transdermalantara lain; metilselulosa, propilenglikol, dan mentol. Proporsi jumlah penggunaan
propilenglikol dan mentol dalam formula ditentukan dengan menggunakan metode simplex lattice design.
Evaluasi matrik patch meliputi; bobot matrik patch, ketebalan matrik patch, persentase susut pengeringan
patch dan ketahanan lipatan patch.
Hasil penelitian memperlihatkan tebal matrik berkisar antara 0,01 – 0,18 mm, bobot matrik antara
0,40 – 2,42 gram, ketahanan lipatan >300 lipatan dan persentase susut pengeringanantara 2,48% -
48,14%. Formula optimal dihasilkan oleh kombinasi propilenglikol dengan mentol perbandingan (2:0)
yang memiliki nilai desirability 0,986.
Kata kunci: Ekstrak air herba sambiloto, propilenglikol, mentol, transdermal, matrik patch
1
60
Pengaruh Penggunaan Propilenglikol dan Mentol Terhadap Matrik Patch Transdermal Ekstrak Air Herba
Sambiloto (Andrographis paniculata (Burm. f.) Nees)
Setyawan E.I1., Warditiani N.K1., Dewi S.M.1
plasticizer yang dapat digunakan adalah jumlah penggunaan kedua bahan tambahan
propilenglikol. Permeation enhancer adalah tersebut dalam rangka optimasi formula.
eksipien yang ditambahkan ke dalam matrik
patch yang berfungsi untuk meningkatkan 2. BAHAN DAN METODE
kemampuan penetrasi obat ke dalam kulit. Salah 2.1 Bahan Penelitian
satu bahan yang dapat digunakan sebagai Serbuk kering Andrographis
permeation enhancer adalah mentol. paniculata(Burm. f.) Nees yang diperoleh dari
Dari berbagai macam penelitian yang telah Kulonprogo, aquadest , metilselulosa SM 4000
diuraikan, belum ada penelitian yang pemberian dari PT. Menjangan sakti berderajat
menggunakan kombinasi antara propilenglikol teknis, dan propilenglikol dari Bratachem
dan mentoldi dalam suatu formula patch yang berderajat teknis.
menggunakan ekstrak herba sambiloto. Oleh 2.2 Metode Penelitian
karena itu, dilakukan suatu penelitian untuk 2.2.1 Pembuatan Formula Patch Transdermal
mempelajari dan mengetahui pengaruh Metode yang digunakan dalam
propilenglikol dan mentoldalam formulasi patch pembuatan patch transdermal adalah metode
terhadap sifat fisik patch yang dihasilkan serta matrik.
Tabel 1. Formula Matrik Patch Transdermal Ekstrak Sambiloto (diolah dengan menggunakan metode
Simplex Lattice Design)
Mentol 1%
Metilselulosa Propilengikol (mL)
RUN Ekstrak Air Herba
3% (mL) (mL)
Sambiloto 1% (mL)
R1 10 5 1,5 0,5
R2 10 5 1 1
R3 10 5 1 1
R4 10 5 0 2
R5 10 5 0 2
R6 10 5 0,5 1,5
R7 10 5 2 0
R8 10 5 2 0
2.2.2 Evaluasi Fisik Patch 3 kali pada patch yang berbeda dari formula
a. Tebal Patch yang sama, kemudian dihitung bobot rata-
Ketebalan patch diukur dalam titik yang ratanya (Parivesh dkk., 2010).
berbeda dengan menggunakan jangka sorong c. Folding Endurance
dan menentukan ketebalan rata-rata dan standar Uji ketahanan suatu patch dilakukan dengan
deviasi yang sama untuk memastikan ketebalan cara dilipat berulang kali di tempat yang sama
patch (Rani et al., 2011). sampai pecah. Banyaknya lipatan yang dapat
b. Keseragaman Bobot dilakukan dianggap sebagai nilai ketahanan
Pengujian variasi bobot patch pada tiap (Rani et al., 2011).
formula dilakukan dengan cara menimbang satu d. Loss on drying
persatu patch. Penimbangan dilakukan replikasi
61
Pengaruh Penggunaan Propilenglikol dan Mentol Terhadap Matrik Patch Transdermal Ekstrak Air Herba
Sambiloto (Andrographis paniculata (Burm. f.) Nees)
Setyawan E.I1., Warditiani N.K1., Dewi S.M.1
3. HASIL
62
Pengaruh Penggunaan Propilenglikol dan Mentol Terhadap Matrik Patch Transdermal Ekstrak Air Herba
Sambiloto (Andrographis paniculata (Burm. f.) Nees)
Setyawan E.I1., Warditiani N.K1., Dewi S.M.1
63
Pengaruh Penggunaan Propilenglikol dan Mentol Terhadap Matrik Patch Transdermal Ekstrak Air Herba
Sambiloto (Andrographis paniculata (Burm. f.) Nees)
Setyawan E.I1., Warditiani N.K1., Dewi S.M.1
SARAN
Sebaiknya dilakukan penelitian lebih lanjut
untuk mengetahui jumlah pelepasan zat aktif
dari patch transdermal.
64
Pengaruh Penggunaan Propilenglikol dan Mentol Terhadap Matrik Patch Transdermal Ekstrak Air Herba
Sambiloto (Andrographis paniculata (Burm. f.) Nees)
Setyawan E.I1., Warditiani N.K1., Dewi S.M.1
65
Pengaruh Pemberian Fraksi Terpenoid Daun Katuk (Sauropus Androgynus (L.) Merr) Terhadap Profil
Lipid Tikus Putih (Rattus Novergicus, L.) Jantan Galur Wistar yang Diinduksi
Pakan Kaya Lemak (Warditiani, N. K, Indrani, A.A.I. S., Sari, N. A. P. P., Swasti, I.A.S., Dewi,
N.P.A.K., Widjaja I.N.K.)
Warditiani, N. K.1, Indrani, A.A.I. S.1, Sari, N. A. P. P.1, Swasti, I.A.S.1, Dewi, N.P.A.K.1, Widjaja
I.N.K.1
1
Jurusan Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana
Abstrak
Daun katuk (Sauropus androgynus (L.) Merr) diketahui memiliki aktivitas sebagai
antidislipidemia. Senyawa kimia yang terkandung dalam ekstrak etanol 90% yaitu alkaloid, saponin,
flavonoid, tanin, dan terpenoid. Salah satu kandungan kimia yang diduga memiliki aktivitas sebagai
antidislipidemia yaitu terpenoid. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh
pemberian fraksi terpenoid daun katuk (Sauropus androgynus (L.) Merr) terhadap profil lipid darah
tikus putih jantan galur wistar yang diinduksi pakan kaya lemak.
Penelitian ini meliputi beberapa tahap yaitu: ekstraksi, fraksinasi dengan kromatografi kolom
lambat dengan pelarut campur kloroform:metanol (9:1-1:9 v/v) dan induksi pakan kaya lemak selama
30 hari sebelum perlakuan. Kelompok penelitian dibagi menjadi 5 kelompok yang terdiri dari kontrol
negatif (CMC Na 0,1%), kontrol positif (simvastatin 1,8 mg/kgBB), dan perlakuan yang diberikan dua
variasi dosis fraksi terpenoid daun katuk yaitu 50 mg/kgBB dan 100 mg/kgBB selama 21 hari dengan
pembawa CMC Na 0,1%. Pengambilan darah dilakukan sebelum dan setelah perlakuan. Pengukuran
kadar kolesterol total, trigliserida, LDL, dan HDL menggunakan reaksi enzimatis. Data yang
diperoleh diolah secara statistik.
Hasil pemisahan menggunakan metode kromatografi kolom lambat didapatkan 7 fraksi
terpenoid. Fraksi terpenoid daun katuk pada dosis 50mg/kgBB dan 100mg/kgBB memiliki pengaruh
yang baik terhadap profil lipid dalam menurunkan kadar kolesterol total, trigliserida, dan LDL serta
meningkatkan kadar HDL (p<0,05).
Kata Kunci: Sauropus androgynus (L.) Merr, terpenoid, kromatografi kolom lambat, profil lipid.
kadar kolesterol. Terapi dislipidemia yang Berdasarkan uraian di atas, maka perlu
sering digunakan sebagai terapi lini pertama dilakukan penelitian lebih lanjut untuk
adalah golongan statin (Oxford dan King, mengetahui pengaruh pemberian fraksi
2002). terpenoid daun katuk (Sauropus androgynus
Penggunaan obat tradisional sebagai (L.) Merr) terhadap profil lipid tikus putih
alternatif pengobatan dikalangan masyarakat (Rattus norvegicus, L.) jantan galur wistar
yang semakin meningkat mengakibatkan yang diinduksi pakan kaya lemak.
penelitian mengenai tanaman obat semakin
berkembang. Indonesia sebagai salah satu 2. Bahan dan Metode
negara dengan keanekaragaman hayati yang 2.1 Pembuatan Fraksi Terpenoid
berlimpah memiliki keuntungan dengan adanya Sejumlah 1,5 Kg serbuk kering Sauropus
banyak jenis tumbuhan obat yang berpotensi Androgynus dimaserasi dengan 7 L etanol
sebagai bahan baku obat. Untuk itu, perlu 90%. Kemudian disaring dan ampasnya
dilakukan penelitian-penelitian mengenai diremaserasi dua kali. Maserat dijadikan satu
pengembangan obat dari tanaman seperti uji dan diuapkan hingga diperoleh ekstrak kental.
efektivitas sehingga dapat diketahui aktivitas Selanjutnya dilakukan fraksinasi dengan
tumbuhan obat tersebut dalam mengobati suatu kromatografi kolom lambat menggunakan fase
penyakit. Salah satu jenis tanaman yang dapat gerak bergradien yaitu kloroform : metanol
dimanfaakan sebagai tanaman obat diantaranya dengan perbandingan 9:1 v/v sampai 1:9 v/v.
adalah daun katuk (Sauropus androgynus (L.)
Merr). 2.2 Aklimatisasi Hewan Uji
Daun katuk secara tradisional telah banyak Tiga puluh (30) ekor tikus dengan berat
digunakan oleh masyarakat sebagai obat badan 150-200 gram dikandangkan pada
herbal. Dalam penelitian yang telah dilakukan kondisi lingkungan standard (suhu 25±1oC,
oleh Warditiani, dkk., (2014), Ekstrak etanol kelembaban 55±5% dan fase terang gelap =
daun katuk yang mengandung senyawa 12:12 jam). Tiap kandang berisi 6 ekor tikus
alkaloid, terpenoid, flavonoid, saponin, tanin, dan diberi akses bebas untuk air minum dan
dan glikosida telah teruji memiliki aktivitas pakan.
antidislipidemia pada dosis 100 mg/kgBB dan
200 mg/kgBB yang mampu menurunkan kadar 2.3 Pemberian Perlakuan pada Tikus untuk
kolesterol total, trigliserida, dan LDL pada Tahap Pengujian
tikus jantan galur wistar yang diinduksi pakan Tikus dibagi menjadi 5 kelompok, 6 ekor
kaya lemak. tikus disetiap kelompoknya dan diberikan
Kandungan senyawa terpenoid, yang perlakuan sebagai berikut: kelompok 1 (kontrol
terdapat pada daun katuk diduga memiliki normal) diberikan pakan standar BR-1 dan
aktivitas sebagai antidislipidemia. Terpenoid aquadest, klompok II (kontrol negatif)
berperan dalam menghambat biosintesis diberikan pakan kaya lemak dan CMC Na
kolesterol dengan mengatur degradasi enzim 3- 0,1%; kelompok III (kontrol positif) diberikan
hidroksi-3-metilglutaril (HMG-KoA) reduktase pakan kaya lemak dan simvastatin dosis 1,8
(Bradfute dan Simoni, 1994). Menurut mg/kgBB/hari; kelompok IV diberikan pakan
penelitian Machaba dkk. (2014), menunjukkan kaya lemak dan larutan uji fraksi terpenoid
bahwa senyawa triterpenoid (Methyl-3β- dosis 50 mg/kgBB; kelompok V diberikan
hydroxylanosta-9,24-dien-21-oate) yang pakan kaya lemak dan larutan uji fraksi
diisolasi dari kulit batang Protorhus longifolia terpenoid dosis 100 mg/kgBB.
(Benrh) Engl memiliki aktivitas Setelah aklitimasi, tikus siap diinduksi
antidislipidemia yang diuji secara in-vivo. pakan kaya lemak dengan campuran pakan
Pemberian secara per oral isolat triterpenoid meliputi pakan BR-1 80%, lemak babi 15%
dengan dosis 100 mg/kgBB dan 200 mg/kgBB dan kuning telur 5% selama 52 hari. Masing-
mampu menurunkan kadar kolesterol dan LDL, masing kelompok diberikan perlakuan sesuai
serta meningkatkan HDL secara signifikan dengan kelompok perlakuannya. Pada hari ke
pada tikus yang diinduksi pakan kaya lemak 31 dan 52 dari masing-masing kelompok
(Machaba dkk., 2014). dilakukan pengukuran kadar total kolestrol,
67
Pengaruh Pemberian Fraksi Terpenoid Daun Katuk (Sauropus Androgynus (L.) Merr) Terhadap Profil
Lipid Tikus Putih (Rattus Novergicus, L.) Jantan Galur Wistar yang Diinduksi
Pakan Kaya Lemak (Warditiani, N. K, Indrani, A.A.I. S., Sari, N. A. P. P., Swasti, I.A.S., Dewi,
N.P.A.K., Widjaja I.N.K.)
trigliserida dan HDL dalam serum darah untuk 2.5 Analisis Data
melihat pengaruh pemberian fraksi terpenoid Data yang diperoleh berupa kadar
terhadap profil lipid tikus. kolesterol total, trigliserida, HDL, dan LDL
dianalisis secara statisik dengan SPSS. Data
2.4 Pengukuran Kadar Kolesterol Total, diuji normalitasnya dengan Shapiro-Wilk dan
Trigliserida, HDL dan LDL homogenitasnya dengan uji Levene. Data
Darah yang diambil ditampung dan dianalisis dengan uji statistik non parametrik
didiamkan selama 15 menit lalu disentrifugasi Kruskal-Wallis untuk mengetahui perbedaan
dengan kecepatan 3000 rpm. Setelah serum masing-masing kelompok dan selanjutnya
terpisah, dipipet sebanyak 10µL lalu dilakukan uji Mann-Withney dengan taraf
dimasukan ke dalam tabung reaksi. kepercayaan 95% untuk mengetahui kelompok
Standar kolesterol dengan konsentrasi 200 yang memberikan perbedaan bermakna.
mg/dL, blanko dan sampel serum masing- Dikatakan berbeda bermakna apabila p<0,05
masing diambil sebanyak 10 µL dengan pipet dan tidak berbeda bermakna apabila p>0,05.
mikro, kemudian ditambahkan dengan 1000 Fraksi terpenoid dikatakan memiliki
µL reagen kolesterol. Reagen disimpan pada pengaruh terhadap profil lipid tikus apabila
suhu 2-8 ºC. Larutan divortex. Dinkubasi pada salah satu atau kombinasi dari penurunan kadar
suhu 20-25oC selama 20 menit. Absorbansinya kolesterol total, trigliserida, dan LDL serta
dibaca dengan spektrofotometer UV-Vis pada peningkatan kadar HDL pada kelompok
panjang gelombag 500 nm. perlakuan berbeda bermakna (p<0,05) dengan
Pengukuran trigliserida dilakukan dengan kelompok kontrol negatif.
menggunakan standar trigliserida konsentrasi
200 mg/dL, blanko dan sampel serum masing- 3. Hasil
masing diambil sebanyak 10 µL dengan pipet Dari hasil fraksinasi, diperoleh 7 fraksi
mikro, kemudian ditambahkan dengan 1000 yang mengandung terpenoid yaitu fraksi ke 11
µL reagen trigliserida. Reagen disimpan pada hingga fraksi ke 17.
suhu 2-8 ºC. Larutan divortex. Dinkubasi pada Penelitian ini bersifat eksperimental
suhu 20-25oC selama 20 menit. Absorbansinya dengan pendekatan pre dan post test control
dibaca dengan spektrofotometer UV-Vis pada group design. Penelitian ini menggunakan
panjang gelombag 500 nm. sampel berupa 30 ekor tikus putih jantan galur
Untuk pengukuran HDL, standar Wistar (Rattus novergicus) umur 4 minggu
kolesterol dengan konsentrasi 200 mg/dL, dengan berat badan 150-200 gram. Hewan
blanko dan sampel serum masing-masing percobaan dibagi secara acak menjadi 5 grup
dambil 200 µL, lalu ditambahkan dengan 500 yang masing-masing berjumlah 6 ekor. Grup
µL reagen presipitan HDL di vortex, larutan tikus normal merupakan kelompok I dan grup
o tikus yang mengalami dislipidemia terdapat
diinkubasi selama 15 menit pada suhu 20-25 C
C, disentrifugasi selama 20 menit dengan pada kelompok II III, IV, dan V. Grup II
kecepatan 4500 rpm. Diambil bagian merupakan kelompok negatif yang diberikan
supernatan sebanyak 100 µL, kemudian diet kaya lemak dan CMC-Na 0,1 % dan grup
tambahkan reagen kolesterol 1000 µL di III yang merupakan kelompok positif diberikan
o simvastatin 1,8 mg/kgBB. Tikus IV dan V
inkubasi selama 10 menit pada suhu 20 C.
Absoransinya dibaca dengan spektrofotometer diberikan diet kaya lemak dan fraksi terpenoid
UV-Vis pada panjang gelombang 500 nm. dengan dosis 50 dan 100 mg/kgBB selama 21
Reagen disimpan pada suhu 2-8 ºC. hari. Kemudian kadar kolesterol total,
Kadar LDL dalam supernatan serum trigliserida, LDL dan HDL diukur secara
diperhitungkan dengan rumus: spektrofotometri UV-Vis.
Hasil uji Shapiro-Wilk dan Levene test
dari data kadar kolesterol total, trigliserida,
LDL, dan HDL sebelum diberikan perlakuan
dan setelah diberikan perlakuan menunjukkan
bahwa data telah terdistribusi normal (p>0,05 )
namun data tidak homogen (p<0,05). Oleh
68
Pengaruh Pemberian Fraksi Terpenoid Daun Katuk (Sauropus Androgynus (L.) Merr) Terhadap Profil
Lipid Tikus Putih (Rattus Novergicus, L.) Jantan Galur Wistar yang Diinduksi
Pakan Kaya Lemak (Warditiani, N. K, Indrani, A.A.I. S., Sari, N. A. P. P., Swasti, I.A.S., Dewi,
N.P.A.K., Widjaja I.N.K.)
sebab itu, dilakukan uji non parametrik dengan 4. Pembahasan
uji Kruskal-Wallis untuk melihat adanya Berdasarkan hasil induksi pakan kaya
kelompok percobaan yang memberikan lemak yang diberikan selama 30 hari telah
perbedaan bermakna. Hasil yang diperoleh berhasil menaikkan kadar kolesterol total,
menunjukkan adanya perbedaan bermakna trigliserida, LDL di atas normal, serta
(p<0,05) pada kadar kolesterol total, menurunkan HDL di bawah normal, pada
trigliserida, LDL, dan HDL dari kelima semua kelompok perlakuan yang diinduksi
kelompok tikus sebelum perlakuan dan setelah pakan kaya lemak. Berdasarkan uji statistik
pemberian fraksi. Mann-Withney dengan taraf kepercayaan 95%,
Tabel 1. Kadar rata-rata lipid tikus sebelum menunjukkan adanya perbedaan bermakna
diberikan perlakuan dan setelah diberikan antara kelompok normal yang tidak diinduksi
perlakuan dengan pakan kaya lemak dengan 4 kelompok
Kadar rata-rata lipid lainnya yang diinduksi dengan pakan kaya
Sebelum perlakuan lemak. Oleh sebab itu, hewan uji pada
KT TG HDL LDL kelompok-kelompok tersebut dapat dinyatakan
N 51,56 112,42 14,14 17,99 menderita dislipidemia.
± 7,43 ±34,39 ±1,12 ±4,18 Hewan uji yang telah mengalami
dislipidemia selanjutnya diberikan perlakuan
(-) 102,43 151,75 7,05 65,03 pemberian simvastatin, fraksi terpenoid dosis
±10,89 ±4,97 ±0,90 ±10,71 50 mg/KgBB dan dosis 100 mg/KgBB selama
21 hari. Hasil uji Mann-Withney menunjukkan
(+) 83,02 166,23 6,38 43,40 nilai p<0,05 sehingga dapat dikatakan bahwa
±1,81 8,93 ±2,77 ±3,37 terdapat perbedaan bermakna kadar kolesterol
total, trigliserida, LDL, dan HDL antara
TI 82,68 156,25 8,84 42,59 kelompok kontrol negatif dengan kelompok
±14,38 ±3,88 ±1,74 ±12,37 perlakuan dosis 50 mg/KgBB dan kelompok
perlakuan dosis 100 mg/KgBB. Hal tersebut
TII 82,39 152,74 8,04 43,80 menunjukkan bahwa pemberian fraksi
±3,90 ±6,95 ±1,53 ±5,34 terpenoid daun katuk dosis 50 mg/KgBB dan
Setelah perlakuan 100 mg/KgBB memiliki pengaruh yang
KT TG HDL LDL signifikan dalam menurunkan kadar kolesterol
N 52,85 112,24 27,13 3,28 total, trigliserida, LDL, maupun meningkatkan
±0,87 ±23,08 ±1,88 ±1,93 kadar HDL.
Kemampuan simvastatin sebagai obat
(-) 128,34 161,92 3,17 92,78 antidislipidemia menunjukkan bahwa
±19,11 ±9,48 ±1,61 ±17,09 simvastatin memiliki pengaruh yang signifikan
dalam menurunkan kadar kolesterol total,
(+) 40,47 33,44 15,15 18,64 trigliserida, LDL, maupun meningkatkan kadar
±13,58 ±18,35 ±2,45 ±15,40 HDL (p<0,05). Untuk megetahui kemampuan
fraksi terpenoid daun katuk dengan
TI 47,75 54,24 15,81 21,10 simvastatin, dapat dilihat dengan
±2,94 ±10,83 ±2,45 ±2,08 membandingkan antara kelompok positif
dengan kelompok perlakuan dosis 50
TII 45,39 52,96 15,45 19,35 mg/KgBB dan perlakuan dosis 100 mg/KgBB.
±5,55 ±30,15 ±2,60 ±7,66 Hasil uji Mann-Withney menunjukkan bahwa
Keterangan: N = normal, (-) = negatif, (+) = positif, pemberian fraksi terpenoid daun katuk dosis 50
TI = perlakuan fraksi terpenoid dosis 50 mg/kgBB, mg/KgBB dan 100 mg/kgBB mempunyai
TII = perlakuan fraksi terpenoid dosis 100 kemampuan yang sebanding atau tidak berbeda
mg/kgBB. bermakna (p>0,05) dengan simvastanin dalam
menurunkan kadar kolesterol total, trigliserida,
LDL, dan meningkatkan kadar HDL.
69
Pengaruh Pemberian Fraksi Terpenoid Daun Katuk (Sauropus Androgynus (L.) Merr) Terhadap Profil
Lipid Tikus Putih (Rattus Novergicus, L.) Jantan Galur Wistar yang Diinduksi
Pakan Kaya Lemak (Warditiani, N. K, Indrani, A.A.I. S., Sari, N. A. P. P., Swasti, I.A.S., Dewi,
N.P.A.K., Widjaja I.N.K.)
Kemampuan fraksi terpenoid daun katuk kolesterol bebas menjadi kolesterol ester,
dengan simvastatin juga dilihat dari selisih kemudian kolesterol ester ini dimasukkan ke
kadar lipid sebelum perlakuan dan setelah dalam inti partikel lipoprotein membentuk
perlakuan. Selisih kadar lipid menunjukkan HDL. HDL ini disirkulasikan melalui darah
bahwa pemberian fraksi terpenoid daun katuk dan memasukkan lebih banyak kolesterol dari
dosis 100 mg/KgBB memiliki kemampuan darah dan jaringan kembali ke hati (Djellouli
yang sebanding dengan simvastatin dalam dkk., 2014).
menurunkan kolesterol total, trigliserida, LDL,
dan meningkatkan kadar HDL dengan nilai 5. Kesimpulan
p>0,05. Begitu pula dengan pemberian fraksi Fraksi terpenoid daun katuk memiliki
terpenoid daun katuk dengan dosis 50 pengaruh baik terhadap profil lipid yang dapat
mg/kgBB, namun kadar trigliserida berbeda menurunkan kadar kolesterol total, trigliserida,
bermakna dengan simvastatin yang artinya LDL, dan meningkatkan kadar HDL dengan
pada dosis ini tidak mampu menurunkan kadar dosis 50 mg/kgBB dan 100 mg/kgBB pada
trigliserida yang sebanding dengan simvastatin. tikus jantan galur wistar yang diinduksi pakan
Fraksi terpenoid daun katuk dosis 50 kaya lemak.
mg/kgBB dan dosis 100 mg/kgBB menunjukan
bahwa tidak adanya perbedaan yang bermakna
(p>0,05) kadar kolesterol total, trigliserida,
HDL, dan LDL antara fraksi terpenoid dosis 6. Ucapan Terimakasih
50 mg/kgBB dengan fraksi terpenoid dosis 100 Penulis mengucapkan terimakasihkepada
mg/kgBB, dan dilihat berdasarkan hasil selisih DITJEN DIKTI atas bantuan biaya pada
kadar lipid sebelum perlakuan dan setelah penelitian ini, juga terima kasih kepada tim
perlakuan menunjukan bahwa tidak adanya Bahan Alam Unud atas bantuan teknis dalam
perbedaan yang bermakna. Berdasarkan hal mempersiapkan alat bahan dalam pengujian
tersebut dapat dikatakan bahwa pengaruh aktivitas.
fraksi terpenoid dosis 50 mg/kgBB dan dosis
100 mg/kgBB adalah sebanding. Fraksi
terpenoid daun katuk dengan dosis yang lebih PUSTAKA
rendah telah efektif dalam menurunkan kadar Djellouli1, F., D. Krouf1, M. Bouchenak,
kolesterol total, trigliserida, LDL, dan M.A.L. Dubois. 2014. Favorable
meningkatkan kadar HDL. Effects of Globularia alypum L.
Terpenoid dapat menurunkan kadar
Lyophilized Methanolic Extract on the
kolesterol dengan cara mengahambat enzim 3-
hidroksi-3-metilglutaril (HMG-KoA) reduktase Reverse Cholesterol Transport and
yang merupakan enzim dalam sintesis Lipoprotein Peroxidation in
kolesterol (Bradfute dan Simoni, 1994). Streptozotocin-Induced Diabetic Rats.
Triterpenoid dari daun Cyclocarya paliurus International Journal of
dapat memberikan penghambatan terhadap Pharmacognosy and Phytochemical
enzim lipase pankreas yang berperan dalam Research, 6(4):758-765.
mencerna trigliserida dari makanan di usus
Lunagariya, N.A., N.K. Patel, S.C. Jagtap, dan
kecil. Lipase pankreas bertanggung jawab atas
emulsifikasi lipid sebelum penyerapan usus. K.K. Bhutani. 2014. Inhibitors Of
Penghambatan lipase pankreas akan Pancreatic Lipase: State Of The Art
menghambat penyerapan lemak dan and Clinical Perspectives.
menurunkan atau mengurangi kadar kolesterol Experimental and Clinical Sciences
dan trigliserida darah (Lunagariya dkk., 2014). Journal, 13:897-921.
Senyawa terpenoid pada tanaman Globularia Machaba, K.E., S.Z.Z. Cobongela, R.A. Mosa,
alypum L. diduga memiliki peran dalam L.A. Oladipupo, T.G. Djarova, dan
meningkatkan aktivitas enzim Lecithin A.R. Opoku. 2014. In Vivo Anti-
Cholesterol Acylterase (LCAT). Suatu enzim hyperlipidemic Activity of the
plasma yang disebut dengan LCAT mengubah Triterpene from the Stem Bark of
70
Pengaruh Pemberian Fraksi Terpenoid Daun Katuk (Sauropus Androgynus (L.) Merr) Terhadap Profil
Lipid Tikus Putih (Rattus Novergicus, L.) Jantan Galur Wistar yang Diinduksi
Pakan Kaya Lemak (Warditiani, N. K, Indrani, A.A.I. S., Sari, N. A. P. P., Swasti, I.A.S., Dewi,
N.P.A.K., Widjaja I.N.K.)
Protorhus longifolia (Benrh) Engl.
Lipids in Health and Disease, 13(1): 1-
7
Musunuru, K. 2010. Atherogenic dyslipidemia:
cardiovascular risk and dietary
intervention. Lipids, Vol.45 (10).
Oxford, A.W., F.D. King. 2002. Progress in
Medical Chemistry. Amsterdam :
Elsevier Science. P.1-5
Singh, A.K., S.K. Singh, N. Singh, N. Agrawal
and K. Gopal. 2011. Obesity and
Dyslipidemia. InterJ Biol Med, Vol 2
(3). P. 824-828.
Warditiani, N.K., N.M.P. Susanti, I.N.K.
Widjaja, dan I.N.A. Budiman. 2014.
Ethanol Extracts of Sauropus
androgynus (L) Merr. Activity
Antihyperlipidemia of High Fat Diet-
Fed Rats. Proceeding on International
Conference of Pharmaceutical Care.
Malang, Indonesia.
71
Rendemen VCO (Virgin Coconut Oil) yang Diperoleh dengan Penambahan Enzim Papain dan Bromealin
(Widjaja I.N.K., Warditiani N.K., Susanti, N.M.P., Larasanty L.P.F)
RENDEMEN VCO (Virgin Coconut Oil) YANG DIPEROLEH DENGAN PENAMBAHAN ENZIM
PAPAIN DAN BROMEALIN
ABSTRAK
VCO merupakan minyak kelapa murni yang dapat dibuat secara enzimatis dengan penambahan enzim
protease yaitu enzim papain dan enzim bromealin. Kedua enzim tersebut mampu memecah protein yang
terkandung pada krim santan kelapa sehingga akan terbentuk lapisan minyak. Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui rendemen VCO yang dihasilkan dengan penambahan enzim papain dan
bromealin, serta kualitas VCO berdasarkan nilai kadar air dan bilangan peroksida. Hasil menunjukkan
bahwa rendemen VCO yang diperoleh dengan penambahan enzim papain lebih banyak yaitu 12,02%
sedangakan dengan penamabhan enzim bromealin sebanyak 10,27%. Untuk kualitas VCO yang
dihasilkan sudah memenuhi syarat SNI. Nilai kadar air VCO yang ditambah enzim papain dan bromealin
sebesar 0%. Bilangan peroksida dari VCO yang ditambah enzim papain adalah 0,443 mg ek/kg dan
bilangan peroksida VCO yang dibuat dengan menambahkan enzim bromealin 1,068 mg ek/kg.
enzim-enzim protease, seperti papain, ditambahkan pada krim santan (1:1). Kemudian
bromelain, dan fisin (Utari dan Muchtadi, 1989). disentrifugasi 5000 rpm selama 30 menit. Lalu
Papain terkandung dalam getah papaya diamkan selama 2 jam hingga terbentuk 3
sedangkan bromelain terkandung dalam buah lapisan yaitu lapisan air, lapisan minyak dan
nanas. Berdasarkan uraian di atas maka ingin lapisan krim.
diketahui rendemen VCO yang diperoleh dengan 2.2 Penetapan Kadar Air VCO
cara penambahan getah papaya dan sari buah Sebanyak 1 gram sampel minyak dimasukkan
nanas. ke dalam alat Moisture balance dan
dipanaskan pada suhu 105ºC selama 1 jam.
2. METODE PENELITIAN 2.3 Penetapan Bilangan Peroksida VCO
2.1 Pembuatan VCO Ditimbang 0,5 g sampel dan ditambahkan 10 mL
Buah kelapa hijau tua (500 g) diparut, kemudian kloroform. Campuran digoyangkan dengan kuat,
dipisahkan sari santan dan ampasnya. Buat ditambahkan 15 mL asam asetat glasial dan 1
dahulu krim santan yaitu dengan cara santan sari mL larutan kalium iodida jenuh. Erlenmeyer
kelapa di mixer selama 3 menit kemudian segera ditutup dan dikocok selama 5 menit pada
diamkan hingga terbentuk dua lapisan yaitu tempat gelap dengan suhu 15-250C. Campuran
lapisan air dan krim santan. Lalu dilakukan ditambahkan 75 mL air suling dan dikocok
preparasi pada sari santan kelapa tersebut. dengan kuat. Campuran dititrasi dengan larutan
Pertama, dengan menambahkan enzim papain standar natrium tiosulfat 0,02 N dengan larutan
yang terkandung pada getah buah papaya, dan kanji sebagai indikator dan dihitung nilai
kedua dengan menambahkan enzim bromealin bilangan peroksida dalam sampel (SNI, 2008).
yang terkandung pada buah nanas. Cara
pertama, siapkan enzim papain yang terkandung 3. HASIL
dalam getah buah papaya. Getah pohon papaya Preparasai pada krim santan yang
diambil pagi hari kemudian ditambahkan dilakukan akan menghasilkan 3 lapisan yaitu
akuades (1:4) lalu diaduk, kemudian lapisan air, lapisan minyak dan lapisan krim.
ditambahkan larudan dapar fospat (pH 7) lalu Kemudian pisahkan lapisan minyak dari lapisan
disentrifugasi 5000 rpm selama 20 menit. Ambil yang lain dengan cara memipet lapisan minyak
bagian supernatannya untuk kemudian tersebut. Lapisan minyak inilah yang dikenal
ditambahkan pada krim santan (2:1). dengan nama VCO.
Sentrifugasi campuran tersebut 5000 rpm selama Dilakukan pula pengukuran kadar air dari
30 menit. Akan terbentuk 3 lapisan yaitu lapisan VCO untuk mengetahui kualitas dari VCO yang
air, lapisan minyak dan lapisan krim. diperoleh. VCO yang dibuat dengan
Cara kedua, buah nanas yang sudah dikupas menambahkan enzim papain dan bromealin
kulitnya dibender dengan manambahkan air memiliki kadar air 0%. Kualitas VCO juga
(1:1). Buah nanas yang sudah diblender dinilai dari bilangan peroksida dari VCO. Hasil
ditambahkan larutan dapar fospat (pH 7). pengukuran bilangan peroksida dari VCO
Kemudian diaduk, lalu ambil bagian filtratnya. tampak pada tabel 2.
Filtrat yang mengandung enzim bromealin
73
Rendemen VCO (Virgin Coconut Oil) yang Diperoleh dengan Penambahan Enzim Papain dan Bromealin
(Widjaja I.N.K., Warditiani N.K., Susanti, N.M.P., Larasanty L.P.F)
75
Stabilitas Formalin Terhadap Pengaruh Suhu dan Lama Pemanasan
(Laksmiani, N. P. L., Widjaja, I. N. K.., Sonia)
ABSTRAK
Formalin merupakan senyawa kimia yang dimanfaatkan sebagai agen desinfektan dan agen bacterial
yang baik. Namun banyak produsen atau pedagang makanan yang menyalahgunakan formalin sebagai
pengawet makanan. Pada dasarnya, bahan makanan sebelum dikonsumsi menjadi makanan jadi maka
bahan tersebut diolah terlebih dahulu melalui proses pemanasan dengan suhu rata-rata diatas 100 0 C.
Sehingga formalin yang digunakan sebagai pengawet pada makanan akan mengalami proses penguraian.
Maka perlu dilakukan uji stabilitas formalin dengan menggunakan metode spektrofotometri visible
memanfaatkan pereaksi nash serta dilakukan pula evaluasi mengenai kinetika kimia formalin.
Validasi metode dilakukan sebelum uji stabilitas formalin dengan mengukur absorbansi 3 seri larutan
standar formalin dengan konsentrasi 2, 4, 6, 8 dan 10 μg/mL dengan prosedur sebagai berikut: 1 mL
larutan standar formalin dengan 2 mL pereaksi Nash. Didiamkan selama 2 jam hingga kompleks senyawa
diacetyldihydrolutidine (DDL) yang terbentuk menjadi stabil. Selanjutnya larutan formalin diukur
absorbansinya pada panjang gelombang maksimumnya yaitu 412 nm.
Suhu dan lama pemanasan mempengaruhi stabilitas formalin. Pemanasan pada suhu larutan 96 0 C
selama 40 menit dapat menguraikan formalin sebanyak 88,1%. Kinetika degradasi formalin mengikuti
orde reaksi 1 dengan tetapan laju reaksi sebesar 0,053 μg/mL menit dan waktu paruh selama 13,08 menit.
Kata kunci: formalin, stabilitas, suhu pemanasan , lama pemanasan, spektrofotometri visibel.
1. PENDAHULUAN
Formalin merupakan suatu senyawa aldehid Pemanasan pada suhu diatas titik didih
yang memiliki potensi sebagai desinfektan dan formalin (Td = 96 0 C) akan menyebabkan
agen bakterial yang baik. Formalin merupakan formalin terurai menjadi karbondioksida dan
campuran dari larutan jenuh (saturated solution) karbonmonoksida (Siong, 2007).
formaldehid, metanol dan air dengan Pada umumnya, bahan makanan yang akan
perbandingan 37 % : 13 % : 50 %, sehingga dijadikan makanan akan melewati proses
formalin yang beredar di pasaran adalah formalin pemanasan, seperti dibakar, direbus dan digoreng,
dengan kadar formaldehid 37% (Siong, 2007).
yang suhunya berada diatas suhu 100 0 C. Dengan
Larutan ini memiliki efek berbahaya bagi demikian bahan makanan yang mengandung
kesehatan tubuh, dimana jika berada di dalam pengawet formalin yang telah melewati proses
tubuh manusia, maka formalin dapat pemanasan akan mengalami proses penguraian
menimbulkan iritasi pada membran mukosa, formalin yang dikandungnya (Siong, 2006).
sesak nafas, kanker hidung, kanker tenggorokan, Sejauh mana tingkat penguraian formalin tersebut,
hipotermia, koma dan bahkan kematian maka perlu dilakukan uji stabilitas formalin
(Nuryasin, 2006). Menurut WHO (2007) maupun dengan menggunakan metode deteksi formalin
US-EPA, Reference dose (Rfd) untuk sehingga stabilitas formalin dapat ditentukan.
Formaldehid adalah 0,2 mg per kg berat badan
per hari. 2. BAHAN DAN METODE
76
Stabilitas Formalin Terhadap Pengaruh Suhu dan Lama Pemanasan
(Laksmiani, N. P. L., Widjaja, I. N. K.., Sonia)
77
Stabilitas Formalin Terhadap Pengaruh Suhu dan Lama Pemanasan
(Laksmiani, N. P. L., Widjaja, I. N. K.., Sonia)
b. Variasi Waktu Pemanasan Larutan reaksi dan waktu paruh formalin dapat
Standar Formalin ditentukan.
Dilakukan percobaan yang sama seperti pada
poin a pada suhu 96 0 C (suhu dimana formalin 3. HASIL
paling banyak terdegradasi) dengan variasi waktu Tujuan penelitian ini adalah untuk
20, 30, dan 40 menit. Selanjutnya masing-masing mengetahui harga masing-masing variabel
larutan yang telah dipanaskan diukur metode validasi dalam penentuan stabilitas
absorbansinya pada panjang gelombang 412 nm. formalin dengan menggunakan metode
c. Analisis Data spektrofotometri visibel dengan pereaksi Nash,
Dengan menggunakan metode one step point serta mengetahui stabilitas formalin itu sendiri
yaitu dengan menggunakan rumus Lambert-Beer terhadap pengaruh suhu dan lama pemanasan.
langsung dan dengan melalui persamaan garis Dalam validasi metode, digunakan beberapa
regresi linear/ kurva kalibrasi, maka konsentrasi variabel, antara lain: akurasi, presisi, linearitas,
larutan sisa dapat ditentukan. Dengan kinetika LOD dan LOQ. Sedangkan, untuk penentuan
reaksi, maka laju reaksi, orde reaksi, tetapan stabilitas formalin, maka digunakan parameter
kinetika kimia, meliputi orde reaksi, tetapan laju
reaksi dan waktu paruh.
Tabel 1. Hasil Analisis Validasi Metode Deteksi Formalin Menggunakan Spektrofotometri Visibel
Absorbansi
Ca Seri Seri Seri Rata- Cb Akurasi Presisi r LOD LOQ
I II III rata (%) (%KV)
(y1) (y2) (y3)
2 0,194 0,193 0,209 0,199 2,17 8,5 4,68
4 0,349 0,369 0,354 0,357 3,87 3,25 2,95
6 0,570 0,543 0,560 0,558 6,04 0,67 2,42
8 0,749 0,749 0,754 0,751 8,12 1,5 0,43 0,999 0,43 1,44
10 0,932 0,906 0,951 0,930 10,05 5 2,40
Rata-rata 3,78 2,58
Keterangan : persamaan regresi linear y = 0,0928x-0,002; Ca = konsentrasi yang dibuat; Cb = konsentrasi
yang terukur/terhitung
78
Stabilitas Formalin Terhadap Pengaruh Suhu dan Lama Pemanasan
(Laksmiani, N. P. L., Widjaja, I. N. K.., Sonia)
No. Lama waktu Jumlah Log jumlah Laju reaksi Laju reaksi
pemanasan (t) formalin formalin rata-rata rata-rata
(menit) sisa (a) sisa r r
(b) − Δa − Δb
v= v= (x: t, y: (x: t, y:
Δt Δt a) b)
1 0 2000 3,301
Keterangan : Pemanasan formalin dilakukan pada suhu 96 0C; Persamaaan regresi linear Orde 0, y = -
45,06 x + 1892,33; Orde 1, y= - 0,023 x + 3,327
79
Stabilitas Formalin Terhadap Pengaruh Suhu dan Lama Pemanasan
(Laksmiani, N. P. L., Widjaja, I. N. K.., Sonia)
yang terdegradasi. Proses pemanasan pada suhu waktu pemanasan selama 13,08 menit, maka
didih formalin yaitu 960C selama 40 menit formalin terdegradasi sebanyak 50% atau
memang belum dapat menghilangkan seluruh setengahnya. Dengan menggunakan kinetika
formalin (100%), sehingga dibutuhkan waktu kimia, dapat pula dicari lama waktu pemanasan
pemanasan yang lebih lama untuk menguraikan larutan formalin agar formalin terdegradasi
formalin secara sempurna. sempurna (100%). Setelah dilakukan
perhitungan, maka dengan waktu selama
c. Laju, Orde , Tetapan Reaksi dan Waktu 144,65 menit formalin dapat terdegradasi
Paruh Formalin sempurna.
Kinetika kimia formalin dikarakterisasi
dengan orde reaksi, tetapan laju reaksi serta KESIMPULAN
waktu paruhnya. Penentuan orde reaksi dapat Suhu dan lama pemanasan mempengaruhi
dicari dengan mengamati nilai laju reaksi rata- stabilitas formalin. Pemanasan pada suhu
rata dan nilai koefisien korelasi (r) pada larutan 960C selama 40 menit dapat
persamaan garis regresi linear antara waktu menguraikan formalin sebanyak 88,1 %.
pemanasan (x) dan jumlah formalin sisa setelah Kinetika degradasi formalin mengikuti orde
pemanasan (y) atau antara waktu pemanasan reaksi 1 dengan tetapan laju reaksi sebesar
(x) dan log jumlah formalin sisa setelah 0,053 μg/mL menit dan waktu paruh selama
pemanasan (y). Laju reaksi rata-rata dicari 13,08 menit
dengan membandingkan selisih konsentrasi
setelah pemanasan dengan konsentrasi sebelum
pemanasan dibandingkan dengan selisih lama UCAPAN TERIMAKASIH
waktu pemanasan ⎛⎜ v = Δc ⎞⎟ .
− Kepada grup riset jurusan farmasi FMIPA
⎝ Δt ⎠ Udayana; seluruh dosen pengajar, serta staf
Orde reaksi dikatakan mengikuti orde 0 pegawai di Jurusan Farmasi Fakultas MIPA
apabila laju reaksi rata-ratanya per satuan Universitas Udayana atas dukungan yang telah
waktu adalah konstan dan peningkatan diberikan.
konsentrasi tidak mempengaruhi laju.
PUSTAKA
Sedangkan, orde reaksi dikatakan mengikuti
Alhusin, S. 2002. Aplikasi Statistik Praktis
orde 1 apabila konsentrasi sebanding dengan
dengan SPSS 10 for Windows, Edisi I.
laju, dan apabila nilai koefisien korelasi yang
Yogyakarta: J & J Learning.
didapat dari persamaan regresi linear antara
waktu dengan log konsentrasi (jumlah Gandjar, Ibnu Gholib dan Abdul Rohman.
formalin) sisa mendekati 1. Pada tabel 2 2008. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta:
didapatkan laju reaksi rata-rata dan nilai Pustaka Pelajar.
koefisien korelasi formalin dan diketahui
bahwa proses degradasi formalin adalah Harmita. 2004. Petunjuk Validasi Metode dan
mengikuti orde 1 karena laju reaksi rata-ratanya Cara Perhitungannya. Jakarta:
persatuan waktu adalah tidak konstan, dan Departemen Farmasi FMIPA-UI.
koefisien korelasi yang didapat dengan
memasukkan nilai y yaitu log jumlah formalin Martin, A, J. Swarbrick, A. Cammarata. 2008.
sisa lebih besar dibanding dengan memasukkan Farmasi Fisik. Jakarta. UI Press.
nilai y yaitu jumlah formalin sisa.
Setelah diketahui orde reaksinya, maka Nash, T. 1953. The Colorimetric Estimation of
tetapan laju reaksi dan waktu paruh proses Formaldehyde by Means of Hantzsch
degradasi formalin dapat ditentukan. Dari hasil Reaction. Available at:
perhitungan didapatkan tetapan laju reaksinya http://www.biochemj.org/bj/055/0416/0550
416.pdf Opened: 01/09/2009
adalah 0,053 μg dan waktu paruhnya
mL menit
adalah 13,08 menit. Waktu paruh selama 13,08 Nuryasin, Achmad. 2006. Bahaya Formalin.
menit ini menunjukkan bahwa dengan lama Available at: http://www.disnakkeswan-
80
Stabilitas Formalin Terhadap Pengaruh Suhu dan Lama Pemanasan
(Laksmiani, N. P. L., Widjaja, I. N. K.., Sonia)
lampung.go.id/index2.php?option=com_co
ntent&do_pdf=1&id=246 Opened:
07/09/2009
81
Pengembangan Metode Refluks untuk Ekstraksi Andrografolid dari Herba Sambiloto
(Andrographis paniculata (Burm.f.) Nees)
(Laksmiani, N. P. L., Susanti, N.M.P., Widjaja, I. N. K.., Rismayanti, A. A. M. I.)
ABSTRAK
Refluks merupakan metode ekstraksi dengan bantuan pemanasan. Faktor yang mempengaruhi proses
ekstraksi diantaranya jumlah pelarut dan waktu ekstraksi. Penelitian ini bertujuan mengetahui jumlah
pelarut dan waktu ekstraksi andrografolid yang optimum menggunakan metode refluks.
Optimasi jumlah pelarut dalam ekstraksi andrografolid menggunakan metode refluks dengan
perbandingan jumlah pelarut etanol 96% sebanyak 1:2, 1:3, 1:4, 1:5 dan 1:6. Optimasi waktu ekstraksi
dengan variasi waktu 3, 6, 9 dan 12 jam. Penentuan jumlah pelarut dan waktu ekstraksi optimum
dilakukan dengan perhitungan kadar andrografolid menggunakan metode KLT-spektrofotodensitometri
yang tervalidasi. Fase diam plat silika gel 60 GF254 dielusi dengan campuran pelarut kloroform dan
metanol (9:1) v/v kemudian dipindai menggunakan TLC Scanner 3 (CAMAG).
Seluruh parameter telah memenuhi persyaratan validasi yaitu rata-rata perolehan kembali 85,68%
(80-110%); rentang linieritas dengan r = 0,9938 (r > 0,95); nilai LOD 133,273 ng/µL; nilai LOQ 444,122
ng/µL; presisi <2%; spesifisitas dengan kemurnian puncak >0,99 dan nilai Rs >1,5. Jumlah pelarut
optimum yaitu pada perbandingan 1:3 dan waktu ekstraksi optimum yaitu 6 jam.
Kata kunci: refluks, andrografolid, jumlah pelarut, waktu ekstraksi, KLT- Spektrofotodensitometri
1. PENDAHULUAN
Sambiloto (Andrographis paniculata 2010; Mohan, 2013). Beberapa faktor yang
(Burm.f.) Nees) merupakan salah satu tanaman dapat mempengaruhi proses ekstraksi
yang saat ini penggunaannya sedang diantaranya jumlah pelarut dan waktu ekstraksi.
berkembang dalam pengobatan tradisional. Jumlah pelarut menjadi faktor kritis dalam
Andrographis paniculata (Burm.f.) Nees ekstraksi karena pada prinsipnya volume
mengandung diterpen lakton yang terdiri dari pelarut harus mencukupi untuk melarutkan
andrografolid, neoandrografolid, 14- senyawa yang akan diekstraksi. Dengan
deoksiandrografolid, deoksi-11- demikian, perlu dilakukan penelitian lebih
oksoandrografolid (Chao, 2010; Niranjan, lanjut mengenai pengembangan metode refluks
2010; Sudarsono, 2006). Andrografolid dengan variasi jumlah pelarut dan waktu
merupakan komponen mayor dari pemanasan untuk ekstraksi andrografolid dari
Andrographis paniculata yang telah dilaporkan herba sambiloto (Andrographis paniculata
memiliki beragam efek farmakologi (Chao, (Burm.f.) Nees) sehingga diperoleh kadar
2010). Andrografolid dapat diambil atau andrografolid yang optimal dengan jumlah
dipisahkan dari tanamannya melalui proses pelarut dan waktu yang lebih efisien.
yang disebut dengan ekstraksi (Depkes, 1986;
Pratiwi, 2010). Refluks merupakan metode
ekstraksi dengan bantuan pemanasan dan
mampu mengekstraksi andrografolid yang
merupakan senyawa tahan panas (Pratiwi,
82
Pengembangan Metode Refluks untuk Ekstraksi Andrografolid dari Herba Sambiloto
(Andrographis paniculata (Burm.f.) Nees)
(Laksmiani, N. P. L., Susanti, N.M.P., Widjaja, I. N. K.., Rismayanti, A. A. M. I.)
2. BAHAN DAN METODE 2.2.4 Pemilihan jumlah pelarut dalam ekstraksi
2.1 Bahan andrografolid dengan metode refluks
Sampel tanaman yang digunakan adalah Ekstraksi andrografolid dilakukan dengan
serbuk kering herba sambiloto (Andrographis metode refluks menggunakan pelarut etanol
paniculata (Burm.f.) Nees) yang diperoleh dari 96%. Dilakukan ekstraksi menggunakan
Kulonprogo, Yogyakarta. Bahan kimia dan perbandingan serbuk herba sambiloto dengan
pelarut yang digunakan pada penelitian ini jumlah pelarut sebanyak 1:2, 1:3, 1:4, 1:5 dan
yaitu etanol 96% (Brataco), metanol p.a. 1:6 pada suhu 70˚C selama 3 jam. Hasil
(Merck) dan kloroform p.a. (Merck) sebagai ekstraksi disaring dengan kertas saring
fase gerak, standar andrografolid dengan kemudian ditera dengan etanol 96% hingga
kemurnian 98% (Sigma-Aldrich) serta fase diperoleh volume sesuai dengan masing-masing
diam yang digunakan adalah plat KLT silika jumlah pelarut. Diambil sebanyak 5 mL dan
gel 60 F254 (Merck-Germany). disimpan dalam vial untuk dianalisis.
2.2.5 Pemilihan waktu ekstraksi andrografolid
2.2 Prosedur Penelitian dengan metode refluks
2.2.1 Determinasi tanaman sambiloto Ekstraksi andrografolid dilakukan dengan
Determinasi tanaman dilakukan dengan metode refluks menggunakan pelarut etanol
cara membandingkan sampel sambiloto 96%. Dilakukan ekstraksi dengan variasi waktu
(Andrographis paniculata (Burm.f.) Nees) yang selama 3, 6, 9 dan 12 jam pada suhu 70˚C.
akan digunakan dengan data pustaka acuan. Hasil ekstraksi disaring dengan kertas saring
Determinasi tanaman dilakukan di UPT Balai kemudian ditera dengan etanol 96% hingga
Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Eka Karya diperoleh volume sesuai dengan jumlah pelarut
Bali–LIPI. yang digunakan. Diambil sebanyak 5 mL dan
2.2.2 Penetapan kadar air serbuk sambiloto
disimpan dalam vial untuk dianalisis.
Lebih kurang 1 gram herba sambiloto
2.2.6 Validasi metode penetapan kadar
ditimbang menggunakan botol timbang yang
andrografolid dengan KLT-
telah diketahui beratnya. Serbuk yang telah
Spektrofotodensitometri
ditimbang kemudian dikeringkan dalam oven
a. Rentang dan Linieritas Dibuat rentang
pada suhu 105°C selama 30 menit. Kemudian
larutan konsentrasi 50 ng, 100 ng, 200 ng, 400
dinginkan dalam desikator dan ditimbang.
ng, 800 ng dan 1000 ng. Ditotolkan pada plat
Selanjutnya dilakukan pemanasan kembali
KLT silika gel 60 F254. Dielusi dengan fase
dalam oven selama 30 menit, dinginkan dalam
gerak kloroform:metanol (9:1). Di scan pada
desikator dan ditimbang kembali. Dilakukan
panjang gelombang maksimum andrografolid
pekerjaan yang sama sampai berat konstan
pada 230 nm. Dibuat kurva kalibrasi hubungan
yaitu perbedaan antara dua penimbangan
antara AUC dengan Rf. Dibuat persamaan
berturut-turut tidak lebih dari 0,25% (DepKes
regresi linier dari larutan seri konsentrasi
RI, 1986).
andrografolid y = bx + a.
2.2.3 Ekstraksi andrografolid dengan metode
b. Akurasi Dibuat larutan sampel yang
maserasi
ditambahkan dengan standar andrografolid
Ekstraksi andrografolid dilakukan dengan
dengan konsentrasi 500 ng kemudian ditotolkan
metode maserasi menggunakan pelarut etanol
diatas plat KLT silika gel 60 F254 dengan
96%. Sebanyak 1 kg serbuk sambiloto
volume 10 µL. Dielusi dengan fase gerak
(Andrographis paniculata (Burm.f.) Nees)
kloroform:metanol (9:1). Di scan pada panjang
dimaserasi dengan 5 L etanol 96% selama 2
gelombang maksimum andrografolid pada 230
hari. Kemudian disaring dan ampasnya
nm. Dilakukan penetapan kadar andrografolid.
diremaserasi sebanyak dua kali dengan 2,5 L
Persen perolehan kembali ditentukan dengan
etanol 96% masing-masing selama 1 hari.
menentukan berapa persen analit yang
Maserat dijadikan satu kemudian diuapkan
ditambahkan dapat ditemukan.
dengan vacum rotary evaporator pada suhu
60˚C hingga diperoleh ekstrak kental.
83
Pengembangan Metode Refluks untuk Ekstraksi Andrografolid dari Herba Sambiloto
(Andrographis paniculata (Burm.f.) Nees)
(Laksmiani, N. P. L., Susanti, N.M.P., Widjaja, I. N. K.., Rismayanti, A. A. M. I.)
c. LOD dan LOQ Dimasukkan nilai AUC ke pada masing-masing plat dengan volume
dalam persamaan regresi linier, y=bx+a. penotolan sebanyak 10 µL menggunakan
Ditentukan nilai LOD dan LOQ. penotol automatic TLC sampler 4. Plat dielusi
d. Presisi Dilakukan uji presisi dengan pada chamber yang telah jenuh dengan fase
membuat larutan dengan konsentrasi 100 ng, gerak campuran kloroform:metanol (9:1). Plat
400 ng dan 800 ng. Ditotolkan pada plat KLT yang telah dielusi kemudian dimasukkan ke
silika gel 60 F254. Setelah dielusi dengan fase dalam oven pada suhu 60oC selama 5 menit
gerak kloroform:metanol (9:1), discan pada untuk menghilangkan pelarut pada plat.
panjang gelombang maksimum andrografolid Diamati pemisahan tiap bercak pada plat secara
pada 230 nm. Dilakukan pengulangan visual, di bawah sinar UV 254 nm dan UV 366
penotolan pada masing-masing konsentrasi nm. Plat discan dengan menggunakan
sebanyak 3 kali pada plat KLT silika gel 60 densitometer CAMAG TLC Scanner 4 pada
F254. Dilakukan perhitungan standar deviasi panjang gelombang maksimum andrografolid
(SD) dan koefisien variasi (KV) berdasarkan dan rentang panjang gelombang 200-400 nm.
perolehan nilai AUC pada masing-masing Dilakukan penetapan kadar dengan membuat
konsentrasi. kurva kalibrasi dari larutan seri konsentrasi
e. Selektivitas/Spesifisitas Selektivitas dapat andrografolid dan persamaan regresi linier y =
dilakukan dengan menganalisis standar bx + a, dan ditentukan nilai r, dimana y adalah
andrografolid dan sampel hasil ekstraksi nilai AUC dan x adalah kadar.
menggunakan parameter resolusi (Rs). Spot
andrografolid pada sampel dikonfirmasi dengan 3. HASIL
membandingkan nilai Rf pada spot dan standar. 3.1 Determinasi Tanaman
Kemurnian puncak andrografolid diuji dengan Tanaman herba sambiloto dan serbuk
membandingkan spektrum pada tingkat yang kering herba sambiloto yang digunakan dalam
berbeda yaitu posisi peak start (S), peak apex penelitian ini diperoleh dari Kulonprogo,
(M) dan peak end (E). Yogyakarta. Sampel yang telah terkumpul
2.2.7 Penetapan kadar andrografolid dengan dideterminasi di UPT Balai Konservasi
metode KLT-Spektrofotodensitometri Tumbuhan Kebun Raya Eka Karya Bali–LIPI
Identifikasi andrografolid dilakukan dengan untuk mengetahui kebenaran spesies tanaman
menggunakan KLT Spektrofotodensitometri. yang diteliti. Hasil determinasi menyatakan
Digunakan plat KLT silika gel 60 F254, bahwa sampel yang digunakan benar spesies
kemudian plat dicuci dengan metanol dan Andrographis paniculata (Burm. f.) Nees.
diaktivasi pada suhu 110oC selama 30 menit.
Sampel dan standar andrografolid ditotolkan
Tabel 1. Penetapan kadar air serbuk simplisia herba sambiloto (Andrographis paniculata (Burm. f.) Nees)
Persentase Kadar Air
Percobaan
Rata-Rata Standar Deviasi (SD)
1 2 3
9,78 % 10,15 % 9,33 % 9,75 % 0,41%
84
Pengembangan Metode Refluks untuk Ekstraksi Andrografolid dari Herba Sambiloto
(Andrographis paniculata (Burm.f.) Nees)
(Laksmiani, N. P. L., Susanti, N.M.P., Widjaja, I. N. K.., Rismayanti, A. A. M. I.)
Tabel 2. Data %recovery dengan metode standar adisi menggunakan larutan standar andrografolid
Kadar analit
Kadar Kadar
yang Rata-rata
sampel Replikasi terukur %recovery
ditambahkan %recovery
(ng) (ng)
(ng)
1 779,800 79,45%
382,531 500 2 789,772 81,44% 85,68%
3 863,296 96,15%
AUC
Konsentrasi
Replikasi Replikasi Replikasi SD KV
analit (ng)
1 2 3
100 1184,9 1193,3 1170,7 11,423 0,965%
400 3412,1 3447,5 3455,9 23,245 0,676%
800 5971,3 5974 5974,7 1,795 0,03%
Keterangan: AUC = luas area puncak; SD = standar deviasi; KV = koefisien variasi
85
Pengembangan Metode Refluks untuk Ekstraksi Andrografolid dari Herba Sambiloto
(Andrographis paniculata (Burm.f.) Nees)
(Laksmiani, N. P. L., Susanti, N.M.P., Widjaja, I. N. K.., Rismayanti, A. A. M. I.)
UV 254 nm UV 366 nm
T1 T2 T3 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S2 S2 S2 S2 S2 S2 S3 S3 S3 S3 S3 S3 T1 T4 T5 T1 T2 T3 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S2 S2 S2 S2 S2 S2 S3 S3 S3 S3 S3 S3T1T4 T5
Gambar 2. Hasil pemisahan standar andrografolid dan sampel pada UV 254 dan 366 nm. T1= sampel
ekstraksi dengan maserasi; T2, T3, T4, T5 = sampel ekstraksi dengan refluks selama 3, 6, 9 dan 12 jam; S1
= standar andrografolid 100 ng; S2 = standar andrografolid 400 ng; S3 = standar andrografolid 800 ng
86
Pengembangan Metode Refluks untuk Ekstraksi Andrografolid dari Herba Sambiloto
(Andrographis paniculata (Burm.f.) Nees)
(Laksmiani, N. P. L., Susanti, N.M.P., Widjaja, I. N. K.., Rismayanti, A. A. M. I.)
Gambar 3. Perbandingan spektrum standar andrografolid dan spektrum sampel pada panjang gelombang
230 nm. Keterangan: A = spektrum standar andrografolid; B = spektrum sampel hasil ekstraksi dengan
maserasi dan refluks pada variasi jumlah pelarut dan waktu ekstraksi
Gambar 5. Grafik hubungan antara perbandingan jumlah pelarut dan kadar andrografolid
87
Pengembangan Metode Refluks untuk Ekstraksi Andrografolid dari Herba Sambiloto
(Andrographis paniculata (Burm.f.) Nees)
(Laksmiani, N. P. L., Susanti, N.M.P., Widjaja, I. N. K.., Rismayanti, A. A. M. I.)
Gambar 7. Kromatogram ekstrak etanol herba sambiloto (Andrographis paniculata (Burm. f.) Nees pada
variasi jumlah pelarut
Gambar 8. Kromatogram ekstrak etanol herba sambiloto (Andrograhis paniculata (Burm. f.) Nees pada
variasi waktu ekstraksi
88
Pengembangan Metode Refluks untuk Ekstraksi Andrografolid dari Herba Sambiloto
(Andrographis paniculata (Burm.f.) Nees)
(Laksmiani, N. P. L., Susanti, N.M.P., Widjaja, I. N. K.., Rismayanti, A. A. M. I.)
4. PEMBAHASAN
4.1 Validasi Metode Penetapan Kadar andrografolid ditandai dengan warna spot
Andrografolid dengan KLT- keabu-abuan seperti yang terlihat pada UV
Spektrofotodensitometri 366 nm. Kromatogram yang diperoleh
a. Rentang dan linearitas Hasil yang kemudian dilakukan scan pada panjang
diperoleh menyatakan bahwa konsentrasi gelombang 230 nm untuk dapat mengetahui
andrografolid tersebut memenuhi parameter kemiripan spektrum antara senyawa standar
akurasi, presisi, dan linearitas, sehingga dan sampel ekstrak seperti pada gambar 3.
diperoleh rentang pada konsentrasi 50-1000 ng. Gambar 3 menunjukkan nilai korelasi
Dari kurva kalibrasi seri larutan standar spektrum sampel dengan standar andrografolid
pembanding andrografolid diperoleh persamaan sebesar 0,991.
regresi linearnya yaitu y = 7,5513x + 572,79 a. Jumlah pelarut optimum dalam ekstraksi
dengan nilai koefisien regresi linear (r) = andrografolid dengan metode refluks
0,9938 seperti yang terlihat pada gambar 1. Hasil menunjukkan bahwa semakin besar
b. Akurasi Pada penelitian ini diperoleh perbandingan jumlah pelarut maka kadar
%recovery pada konsentrasi 500 ng dari adisi andrografolid yang terdapat pada bahan akan
larutan standar andrografolid yang dilakukan semakin meningkat, akan tetapi setelah
sebanyak 3 kali replikasi dengan rata-rata mencapai jumlah pelarut yang optimum
perolehan kembali sebesar 85,68%, nilai komponen yang terambil dari bahan
tersebut menunjukkan %recovery telah mengalami penurunan (Gambar 4). Gambar 6
memenuhi kriteria yang dipersyaratkan (tabel menunjukkan pada kromatogram adanya
2). penambahan satu puncak mulai dari jumlah
c. LOD & LOQ Hasil perhitungan pelarut dengan perbandingan 1:4 hingga 1:6
menunjukkan bahwa nilai LOD adalah 133,273 disertai dengan nilai AUC pada puncak
ng/µL dan LOQ adalah 444,122 ng/µL. andrografolid yang semakin berkurang dan
d. Presisi Dalam penelitian ini %KV pada mengakibatkan penurunan kadar
konsentrasi standar andrografolid yang andrografolid. Hal ini dapat disebabkan oleh
ditentukan pada 3 replikasi menunjukkan komponen-komponen yang terdapat dalam
bahwa seluruh konsentrasi memenuhi kriteria bahan jumlahnya terbatas dan pelarut yang
penerimaan seperti terlihat pada tabel 3. digunakan memiliki batas kemampuan untuk
e. Spesifisitas/Selektivitas Hasil yang melarutkan bahan yang ada meskipun
diperoleh menunjukkan bahwa nilai resolusi dilakukan penambahan jumlah pelarut.
yang diperoleh >1,5 (tabel 4 dan 5). Hal ini b. Waktu ekstraksi andrografolid optimum
menunjukkan bahwa metode dapat memisahkan dengan metode refluks
senyawa dengan matriks lainnya dalam suatu Hasil menunjukkan kadar andrografolid
larutan sehingga memenuhi parameter yang dihasilkan berbeda dalam berbagai waktu
selektivitas. Spesifisitas dilakukan dengan ekstraksi. Kelarutan komponen dalam sampel
membandingkan spektra pada posisi awal (s), secara perlahan sebanding dengan peningkatan
tengah (m) dan akhir puncak (e) menunjukkan waktu ekstraksi, akan tetapi setelah mencapai
korelasi > 0,99, hal ini dapat dikatakan bahwa waktu optimum jumlah komponen yang
noda/puncak kromatogram murni dan terambil dari bahan akan mengalami
memenuhi parameter spesifisitas. penurunan (Gambar 5). Gambar 7
menunjukkan bahwa adanya penambahan
4.2 Penetapan Kadar Andrografolid dengan puncak senyawa yang terbentuk ketika
Metode KLT-Spektrofotodensitometri dilakukan peningkatan waktu ekstraksi. Pada
Gambar 2 menunjukkan hasil pemisahan kajian ini, diduga senyawa andrografolid
andrografolid pada plat KLT yang diamati mempunyai kelarutan yang lebih besar jika
pada UV 254 dan 366 nm dengan nilai Rf dibandingkan dengan kelarutan senyawa
sampel 0,37-0,39 dan Rf pada standar 0,38- lainnya, namun dengan bertambahnya waktu,
0,41. Nilai Rf sampel dan Rf pada standar jumlah senyawa lain yang terlarut semakin
89
Pengembangan Metode Refluks untuk Ekstraksi Andrografolid dari Herba Sambiloto
(Andrographis paniculata (Burm.f.) Nees)
(Laksmiani, N. P. L., Susanti, N.M.P., Widjaja, I. N. K.., Rismayanti, A. A. M. I.)
UCAPAN TERIMAKASIH
Kepada DIKTI atas bantuan dana pada
hibah bersaing serta seluruh dosen pengajar,
serta staf pegawai di Jurusan Farmasi Fakultas
MIPA Universitas Udayana atas dukungan
yang telah diberikan.
PUSTAKA
Chao, W., dan B. Fong Lin.2010. Review
Isolation and Identification of Bioactive
Compounds in Andrographis paniculata
(Chuanxinlian). Chinese Medicine. Vol. 5:
17.
DepKes RI. 1986. Sediaan Galenik. Jakarta:
Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.
Depkes RI. 2010. Farmakope Herbal
Indonesia. Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.
Mohan, M., S. Khanam, B.G. Shivananda.
2013. Optimization of Microwave Assisted
Extraction of Andrographolide from
Andrographis paniculata and its
Comparison with Refluxation Extraction
Method. Journal of Pharmacognosy and
Phytochemistry Vol. 2. 342-348.
Niranjan, A., Tewari, S.K., Lehry, A. 2010.
Biological Activities of Kalmegh (A.
Paniculata Ness) and Its Active Principles.
Indian J. of Nat. Prod. And Res. 1(2): 125-
135.
Nurasiah, E. S. 2010. “Pengoptimuman
Ekstraksi Andrografolida dari Sambiloto
dengan Rancangan Fraksional Faktorial”
(Skripsi). Bogor: Institut Pertanian
Bogor.
Pratiwi, E. 2010. “Perbandingan Metode
Maserasi, Remaserasi, Perkolasi dan
90
Uji Sitotoksisitas Ekstrak Etanol Limbah Kulit Buah Naga Merah (Hylocereus polyrhizus)
pada Sel Kanker Payudara Secara In Vitro dan In Silico
(Sarasmita, M.A, Laksmiani, N.P.L.)
ABSTRAK
Kanker payudara merupakan salah satu penyakit yang menimbulkan angka kesakitan
dan kematian tertinggi. Penderita kanker payudara pada stadium lanjut menggunakan
sitostatika yang meningkatkan resiko adverse drug reaction. Buah naga (Hylocereus
polyrhizus) mengandung senyawa yang diduga berperan sebagai antioksidan. Kandungan
flavonoid dalam kulit buah naga diduga memiliki aktivitas antioksidan yang mampu
menurunkan ROS sehingga dapat mencegah kanker. Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis aktivitas sitotoksik ekstrak etanol kulit buah naga pada sel kanker payudara
MCF-7 secara in vitro dan mengkaji mekanisme molekuler dari komponen aktif ekstrak
ethanol kulit buah naga secara in silico dengan protein target PgP, IKK dan HER-2. Uji
sitotoksisitas ekstrak ethanol kulit buah naga merah dilakukan dengan metode MTT. IC50
ekstrak kulit buah naga merah diukur terhadap sel MCF-7. Uji docking molekular (in silico)
dilakukan dengan preparasi protein, preparasi senyawa uji, validase metode molecular
docking dan docking betasianin pada HER-2, Pgp dan IKK. Hasil penelitian menunjukkan
ekstrak kulit buah naga memiliki potensi sebagai agen sitotoksik pada sel MCF-7 dengan
nilai IC50 387,49 μg/mL. Potensi sitotoksik dari kulit buah naga merah diperantarai oleh
kemampuan betasianin menghambat protein target IκB kinase (IKK) dengan afinitas -6,15
kkal/mol, sehingga NF-κB terinaktivasi dan proliferasi sel MCF-7 dapat terhambat.
91
Uji Sitotoksisitas Ekstrak Etanol Limbah Kulit Buah Naga Merah (Hylocereus polyrhizus)
pada Sel Kanker Payudara Secara In Vitro dan In Silico
(Sarasmita, M.A, Laksmiani, N.P.L.)
100 µl media kontrol atau sampel, 3.1 Bobot dan pH esktrak etanol
inkubasi selama 24 jam. Pada akhir kulit buah naga
inkubasi, media kultur yang Bobot ekstrak kulit buah
mengandung sampel dibuang, naga yang diperoleh sebesar
dicuci dengan 100 µl PBS. 268,5448 gram dengan rentang
Kemudian ke dalam masing- pH ekstrak kulit buah naga
masing sumuran ditambahkan 100 yaitu 5,10 – 5,27.
µl media kultur yang mengandung 3.2 Uji Sitotoksisitas dengan
MTT 5 mg/ml, inkubasi lagi metode MTT
selama 4 jam pada suhu 37°C. Sel Ekstrak etanol kulit buah
yang hidup akan bereaksi dengan naga merah mempunyai
MTT membentuk kristal formazan aktivitas sitotoksik pada sel
berwarna ungu. Setelah 4 jam, MCF-7 dengan nilai IC50
media yang mengandung MTT 387,49 μg/mL. Efek sitotoksik
dibuang, dicuci PBS kemudian ekstrak etanol kulit buah naga
ditambahkan larutan asam merah terjadi mulai konsentrasi
isopropanol 200 µl untuk 200 μg/mL pada sel MCF-7
melarutkan kristal formazan. dimana mulai terlihat adanya
Digoyang di atas shaker selama 10 sel yang mati yang terbentuk
menit kemudian dibaca dengan bulat mengambang dan rata-
ELISA reader pada panjang rata persentase viabilitas selnya
gelombang 550 nm. ±standard error (SE) dari 3
2.5 Uji docking dengan Autodock kali eksperimen adalah 66,1 %
Uji docking dimulai dengan ± 7,1.
preparasi protein HER-2, IKK, dan
PgP yang berikatan dengan native
ligand. Optimasi struktur senyawa
uji dilakukan dengan program
Marvin Sketch. Pada tahap validasi
metode docking molekuler, native
ligand di-docking-kan kembali
pada protein yang telah dihilangkan
native ligand-nya. Hasil analisis
menunjukkan Root Mean Square
Distances (RMSD) Heavy Atoms
senyawa hasil docking
dibandingkan dengan referensi.
Docking senyawa uji betasianin
pada protein yang sudah
dihilangkan native ligand-nya
menggunakan program Autodock
Gambar 3.1. Efek perlakuan
4.2.
ekstrak etanolik kulit buah naga
merah terhadap viabilitas sel MCF-
7.
93
Uji Siitotoksisitas Ekstrak Etaanol Limbah Kulit Buah Naga Merahh (Hylocereuus polyrhizus)
pada Sel
S Kanker Payudara
P Seccara In Vitro
o dan In Silicco
(Sarasmita, M.A, Laksmmiani, N.P.LL.)
(a) (b)
94
Uji Sitotoksisitas Ekstrak Etanol Limbah Kulit Buah Naga Merah (Hylocereus polyrhizus)
pada Sel Kanker Payudara Secara In Vitro dan In Silico
(Sarasmita, M.A, Laksmiani, N.P.L.)
vitromenggunakan kultur sel yang dengan ligan memiliki nilai RMSD 1,49,
digunakan dalam evaluasi keamanan obat, sedangkan IKK dengan ligan memiliki
kosmetika, zat tambahan makanan dan RMSD 0,74 dan HER-2 dengan ligannya,
digunakan juga untuk mendeteksi adanya menghasilkan RMSD 2,62. Bila dilihat
aktivitas antineoplastik dari suatu senyawa dari nilai RMSD maka interaksi molekuler
(Ricci, 2006). Uji ini digunakan secara dapat dilanjut ke tahap berikut.
luas untuk menggantikan uji toksisitas Potensi sitotoksik dari kulit buah
secara in vivo yang menggunakan hewan. naga merah diperantarai oleh kemampuan
Beberapa alasan penggantian uji ini antara betasianin menghambat protein target IκB
lain adalah uji sitotoksisitas in vitro lebih kinase (IKK) sehingga NF-κB terinaktivasi
ekonomis daripada uji toksisitas dan proliferasi sel MCF-7 dapat terhambat.
menggunakan hewan, keterbatasan model Namun afinitasnya masih lebih rendah dari
hewan untuk dapat dikorelasikan hasilnya native ligannya untuk protein target IKK
pada manusia karena adanya perbedaan yaitu -6,15 kkal/mol sedangkan native
antar spesies, dan adanya dorongan moral ligan dengan IKK sebesar -9,82 kkal/mol.
untuk mengurangi percobaan yang Sedangkan ikatan antara betasianin
menggunakan hewan (Ricci, 2006). dengan Pgp afinitasnya lebih besar
Sampai saat ini, aktivitas antioksidan (+15,90 kkal/mol) dibandingkan dengan
kulit buah naga merah diketahui masih native ligan yaitu -8,88 kkal/mol dan
terbatas pada pengujian tingkat ekstrak dan HER-2 dengan betasianin memiliki nilai
fraksi. Penelitian menyebutkan bahwa energi ikatan sebesar +14,19 kkal/mol.
aktivitas antioksidan ekstrak etanol kulit HER-2 dengan ligannya sendiri, nilai
buah naga (IC50 0,3 mg/ml) lebih tinggi energi ikatannya -7,01 kkal/mol. Hal ini
daripada aktivitas antioksidan pada daging menunjukkan ekstrak etanol kulit buah
buahnya (IC50> 1 mg/ml) (Nurliyana, naga merah memiliki potensi sitotoksik
2012). terhadap sel MCF-7 melalui penghambatan
Penelitian lain juga melakukan uji protein IKK sehingga proliferasi sel
aktivitas ekstrak kulit buah naga dengan kanker payudara MCF-7 dapat dihambat.
beberapa pelarut yang tingkat Berdasarkan hasil penelitian
kepolarannya berbeda-beda. Ekstrak kulit menunjukkan bahwa ekstrak kulit buah
buah naga merah dalam pelarut n-heksana naga merah memiliki potensi sebagai agen
diketahui memiliki aktivitas antioksidan sitotoksik pada sel kanker payudara
dengan nilai IC50 sebesar 853,543 µg/ml melalui uji sitotoksisitas secara invitro dan
(Putra, 2012). Ekstrak kulit buah naga insilico. Hal ini dapat disebabkan karena
merah dalam pelarut methanol memiliki ekstrak kulit buah naga banyak
aktivitas antioksidan dengan nilai IC50 mengandung senyawa flavonoid yang
sebesar 634,292 µg/ml (Romadhona, memiliki aktivitas anti oksidan dan
2012). sedangkan pengujian ekstrak kulit mencegah pembentukan radikal bebas.
buah naga dengan pelarut kloroform Penelitian Rebecca (2010) menguji
menunjukkan aktivitas antioksidan yang identifikasi pigmen dan aktivitas
cukup besar yaitu nilai IC50 sebesar 43,836 antioksidan ekstrak buah naga merah
µg/ml (Mitasari, 2012). (Hylocereus polyrhizus). Dari hasil
Sebelum dilakukan analisa docking penelitian menggunakan instrument HPLC
molekuler dipastikan terlebih dahulu disebutkan buah naga merah mengandung
validitas dari metode yang digunakan betanin. Selain itu, nilai total fenolik buah
dengan melihat nilai RMSD antara native naga sebesar 86,10 mg dari total 0,5 gram
ligan dengan protein target. Nilai RMSD ekstrak kering buah naga. Aktivitas
yang dapat diterima dan metode antioksidan dengan metode DPPH
dinyatakan valid bila RMSD 1-3 Å. Pgp
95
Uji Sitotoksisitas Ekstrak Etanol Limbah Kulit Buah Naga Merah (Hylocereus polyrhizus)
pada Sel Kanker Payudara Secara In Vitro dan In Silico
(Sarasmita, M.A, Laksmiani, N.P.L.)
97