Вы находитесь на странице: 1из 26

PROGRAM KESEHATAN KELUARGA BERENCANA

Disusun Oleh :
Kelompok X
Dhea Fernindi 1515371012
Larasati Aulia Puteri Asya 1515371018
Yeni Rahmayanti 1515371037

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGKARANG
PROGRAM STUDI DIV KEBIDANAN METRO
TAHUN 2017/2018
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut World Health Organization (WHO) (2014)


penggunaan kontrasepsi telah meningkat di banyak bagian
dunia, terutama di Asia dan Amerika Latin dan terendah di Sub-
Sahara Afrika. Secara global, pengguna kontrasepsi modern
telah meningkat tidak signifikan dari 54% pada tahun 1990
menjadi 57,4% pada tahun 2014. Secara regional, proporsi
pasangan usia subur 15-49 tahun melaporkan penggunaan
metode kontrasepsi modern telah meningkat minimal 6 tahun
terakhir. Di Afrika dari 23,6% menjadi 27,6%, di Asia telah
meningkat dari 60,9% menjadi 61,6%, sedangkan Amerika latin
dan Karibia naik sedikit dari 66,7% menjadi 67,0%. Diperkiraan
225 juta perempuan di negara-negara berkembang ingin
menunda atau menghentikan kesuburan tapi tidak menggunakan
metode kontrasepsi apapun dengan alasan sebagai berikut:
terbatas pilihan metode kontrasepsi dan pengalaman efek
samping. Kebutuhan yang belum terpenuhi untuk kontrasepsi
masih terlalu tinggi. Ketidakadilan didorong oleh pertumbuhan
populasi (WHO, 2014).
Indonesia merupakan sebuah negara berkembang dengan
jumlah penduduk sebanyak 252.124.458 jiwa dengan luas
wilayah 1.913.378,68 km2 dan kepadatan penduduk sebesar
131,76 jiwa/km2 (Depkes RI, 2014). Masalah yang terdapat di
Indonesia adalah laju pertumbuhan penduduk yang relatif masih
tinggi. Perkiraan penduduk pertengahan (2013) sebesar 248,8
juta jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk sebesar 1,48%.
Laju pertumbuhan ditentukan oleh kelahiran dan kematian
dengan adanya perbaikan pelayanan kesehatan menyebabkan
tingkat kematian rendah, sedangkan tingkat kelahiran tetap
tinggi hal ini penyebab utama ledakan penduduk. Menekan
jumlah penduduk dengan menggalakan program Keluarga
Berencana (KB) (BPS, 2013).
Penggunaan metode kontrasepsi menjadi perhatian
khususnya saat ini, survei Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN) 2013 menunjukan kondisi bahwa
PUS (Pasangan Usia Subur) yang mengetahui semua alat
kontrasepsi modern, seperti IUD (Intra Uterine Device)/AKDR
(Alat Kontrasepsi Dalam Rahim)/Spiral, MOP (Metode Operasi
Pria), MOW (Metode Operasi Wanita), Implan, Suntik, pil KB dan
kondom hanya 10,6%. Ini artinya masih 80,4% PUS belum
mengetahui semua alat kontrasepsi modern dan yang
mengetahui sedikitnya 6 (enam) jenis alat kontrasepsi modern
hanya 59,2%. Disisi lain, PUS yang mengetahui semua alat atau
cara KB (IUD/AKDR/Spiral, MOP, MOW, dan Implan) ternyata
hanya 40,2%. Ini artinya masih ada sekitar 59,8% PUS yang
belum mengetahui semua jenis alat kontrasepsi.
KPP-KB (Kantor Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga
Berencana) memiliki tujuan dalam melaksanakan penyusunan
dan pelaksanaan kebijakan daerah dibidang pemberdayaan
perempuan dan keluarga berencana. Sedangkan PLKB/PKB
(Penyuluhan Lapangan Keluarga Berencana/ Penyuluhan
Keluarga Berencana) merupakan ujung tombak sebagai juru
penerang ataupun agent of change pada keluarga dan
masyarakat luas menuju perubahan dari tidak mendukung
menjadi mendukung program KB dan sebagai upaya
peningkatan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat.
PLKB memiliki fungsi untuk merencanakan,
mengorganisasikan, mengembangkan, melaporkan dan
mengevaluasi program KB Nasional dan program pembangunan
lainnya di tingkat Desa/Kelurahan.

B. Tujuan
1. Mengetahui dan memahami apa itu keluarga berencana.
2. Mengetahui dan memahami AKDR dan Implant.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Keluarga Berencana
Keluarga berencana (KB) adalah upaya peningkatan
kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan
usia perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan
keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga untuk
mewujudkan keluarga kecil, bahagia, dan sejahtera (Yuhedi dan
Kurniawati, 2013). Pada hakekatnya KB bertujuan untuk
mewujudkan keluarga dengan anak ideal, sehat, berpendidikan,
sejahtera, berketahanan dan terpenuhi hak-hak reproduksinya.
Secara garis besar dalam pelayanan kependudukan atau KB
mencakup beberapa komponen yaitu: (1) komunikasi, informasi
dan edukasi (KIE), (2) konseling, (3) pelayanan kontrasepsi, (4)
pelayanan infertilitas, (5) pendidikan seks, (6) konsultasi pra-
perkawinan dan konsultasi perkawinan, (7) konsultasi genetik,
(8) tes keganasan, dan (9) adopsi (Pinem,2009).
Kontrasepsi
Kontrasepsi berasal dari kata “kontra” yang berarti
mencegah atau melawan dan “konsepsi” yang berarti
pertemuan antara sperma dan sel telur yang matang dan sel
sperma yang menyebabkan kehamilan. Secara singkat
Kontrasepsi adalah pencegahan terbuahinya sel telur oleh
sel sperma (konsepsi) atau pencegahan menempelnya telur
yang dibuahi ke dinding rahim (Mulyani dan Rinawati, 2013).
Tujuan kontrasepsi adalah mengindari atau mencegah
kehamilan akibat pertemuan sel telur dan sperma tersebut
(Dewi dan Sunarsih, 2011).
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Program KB
1. Umur
Umur adalah usia individu yang dihitung mulai dari
dilahirkan sampai saat sekarang ini. Umur sangat erat
hubungannya dengan pengetahuan seseorang karena
dengan semakin bertambahnya umur, maka semakin
banyak juga pengetahuannya (Notoatmodjo, 2007).
Menurut Hurlock (1998) semakin cukup umur, tingkat
kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang
dalam berfikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan
masyarakat seseorang lebih dewasa akan lebih dipercaya
dari pada orang yang belum cukup tinggi kedewasaannya.
Hal ini sebagai akibat dari pengalaman dan kematangan
jiwa.
Faktor umur sangat berpengaruh pada aspek reproduksi
manusia terutama dalam pengaturan jumlah anak yang
dilahirkan yang akan berhubungan dengan pola kesehatan
ibu, dimana untuk Pasangan Usia Subur yang berumur
dibawah 20 tahun dianjurkan menunda kehamilan dengan
menggunakan pil KB, suntik, susuk, kondom atau intravag.
Pasangan Usia Subur yang berumur diatas 35 tahun atau
pada fase mengakhiri kesuburan. Dianjurkan
menggunakan Kontrasepsi Mantap, IUD/AKDR,
susuk/AKBK. (Wiknjosastro, 2005).
2. Pendidikan
Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku
seseorang atau kelompok orang dalam usaha
mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan
pelatihan (Alwi,2003).
Menurut Suwarno yang dikutip oleh Nursalam (2001),
pendidikan berarti bimbingan yang diberikan oleh
seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju
kearah cita-cita tertentu. Pendidikan merupakan salah satu
faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang, karena
dapat membuat seseorang untuk lebih mudah menerima
ide-ide atau teknologi baru (Notoatmodjo, 2003).
Tingkat pendidikan seseorang akan mempengaruhi
pandangannya terhadap sesuatu yang datang dari luar.
Orang yang mempunyai pendidikan lebih tinggi akan
memberikan tanggapan yang rasional dibandingkan
dengan orang yang tidak berpendidikan sama sekali. Oleh
karena itu mereka yang berpendidikan lebih tinggi dalam
menghadapi sesuatu tantangan dan gagasan baru akan
lebih banyak menggunakan rasio dibandingkan
perasaannya. Sedangkan bagi mereka yang berpendidikan
lebih rendah lebih banyak menggunakan perasaan dari
pada rasio (BKKBN, 2005).

3. Paritas
Paritas adalah jumlah anak yang dilahirkan baik hidup
maupun mati, persalinan yang pernah dialami oleh seorang
wanita dari kehamilan yang pertama sampai kehamilan
sekarang. Tingkat paritas telah menarik perhatian peneliti
dalam hubungan kesehatan Pasangan Usia Subur. Tingkat
paritas yang lebih tinggi mempunyai pengetahuan dan
pengalaman yang lebih, dibandingkan dengan tingkat
paritas yang lebih rendah ( Notoatmojo, 2003).
Paritas 2-3 merupakan paritas yang aman ditinjau dari
sudut kematian maternal. Paritas >3 mempunyai angka
kematian maternal lebih tinggi. Resiko pada paritas
pertama dapat ditangani dengan asuhan obstetrik yang
lebih tinggi, sedangkan resiko pada paritas tinggi dapat
dikurangi dengan menggunakan KB. (Wiknjosastro, 2005).
Wanita usia subur dianjurkan menggunakan alat
kontrasepsi untuk mencegah terlalu, yaitu : terlalu banyak,
seorang wanita dengan jumlah anak lebih dari 4 orang
akan lebih sering mengalami kematian karena perdarahan
setelah persalinan atau penyebab yang lain (Hartanto,
2004).
4. Sumber Informasi
Sumber Informasi adalah media yang digunakan seseorang
untuk memperoleh informasi pesan. Semakin banyak
informasi yang didapat, semakin banyak pula pengetahuan
yang didapat tentang kesehatan, salah satunya tentang
Alat Kontrasepsi IUD (Meliono, 2009).
Sumber Informasi dapat diperoleh secara :
a. Intern yaitu Sumber Informasi yang didapat dari
Keluarga dan Petugas Kesehatan (instansi
kesehatan). Pada umumnya pendekatan yang dilakukan
oleh tenaga kesehatan adalah dengan cara ceramah
atau Penyuluhan Kesehatan.
b. Extern yaitu Sumber Informasi yang didapat dari Media
Elektronik (televisi, radio, CD, dan lain-lain), ataupun
Media Cetak ( majalah, koran, buku, dan lain-lain).
Sumber informasi kesehatan yang tepat mempunyai
peran yang besar dalam meningkatkan pengetahuan
seseorang (Notoatmodjo, 2003)
B. Metode KB IUD dan Implan
1. Pengertian Metode implant
Kontrasepsi Implan adalah metode kontrasepsi yang diinsersikan
pada bagian subdermal, yang hanya mengandung levonorgestrel
yang dibungkus dalam kapsul silastic silicon polidymetri silicon
dilepaskan kedalam darah secara difusi melalui dinding kapsul.
Levonorgestrel ( LNG ) adalah suatu progestin yang dipakai
juga dalam pil KB seperti mini pil atau pil kombinasi dengan
masa kerja panjang, dosis rendah, dan reversibel untuk wanita.

2 Jenis – jenis Kontrasepsi Implan


a. Norplant
Dipakai sejak tahun 1987, terdiri dari 6 batang silastik lembut
berongga dengan panjang 3,4 cm, dengan diameter 2,4 mm,
yang diisi dengan 36 mg levonorgestrel dan lama kerjanya 5
tahun. Pelepasan hormon setiap harinya berkisar antara 50 –
85 mcg pada tahun pertama penggunaan, kemudian menurun
sampai 30 – 35 mcg per hari untuk lima tahun berikunya. Saat
ini norplant yang paling banyak dipakai. Norplant merupakan
nama dagang kontrasepsi implan subdermal yang mengandung
levonorgestrel yaitu suatu hormon progestin yang merupakan
derivat dari 19- nortetosteron. LNG terdapat dalam bentuk
kristal yang ditempatkan pada bagian interior dari kapsul. Pada
Norplant, levonorgestrel akan dilepaskan sebanyak 50-80
mcg/hari selama satu tahun pertama pemasangan. Jumlah ini
sama dengan yang didapat dari pil kontrasepsi yang hanya
mengandung progestin dan kira-kira sepertiga sampai setengah
dari dosis harian pil kontrasepsi kombinasi (estrogen dan
progestin). Pelepasan pada tahun berikutnya sampai dengan
tahun ke 6 pemakaian adalah 30-35 mcg/hari.
b. Implanon
Terdiri dari satu batang putih lentur yang berisi progestin
generasi ketiga, yang dimasukkan kedalam inserter steril dan
sekali pakai/disposable, dengan panjang kira-kira 40 mm, dan
diameter 2 mm, terdiri dari suatu inti EVA (Ethylene Vinyl
Acetate) yang berisi 68 mg 3-keto-desogestrel dan lama
kerjanya 3 tahun. Pada permulaannya kecepatan pelepasan
hormonnya adalah 60 mcg per hari, yang perlahan-lahan
turun menjadi 30 mcg per hari selama masa kerjanya.
c. Indoplant
Terdiri dari 2 batang yang diisi dengan 75 mg levonorgestrel
dengan lama kerja 3 tahun. Indoplant adalah jenis-jenis implan
LNG terbaru yang terdiri dari dua batang lentur dan di
dalamnya berisi campuran dalam jumlah yang sama antara
LNG dengan elastomer silikon. Batang implan dibungkus tabung
silikon berdinding tipis yang pada ujung-ujungnya ditutup
dengan Silastic (polydimetyl-siloxane) Medical Grade Adhesive.
Indoplant dan Duplant, terdiri dari dua batang kapsul silastik
masing-masing mempunyai panjang 44 mm dengan diameter
2,4 mm, setiap batang berisi 75 mg LNG. Baik pada Indoplant
maupun Duplant akan melepaskan hormon levonorgestrel 30
mcg/hari.
d. Duplant
Duplant terdiri dari dua batang kapsul silastik masing-
masing mempunyai panjang 44 mm dengan diameter 2,4 mm,
setiap batang berisi 75 mg LNG Duplant merupakan implan
baru yang sedang dalam tahap fase III uji coba klinis dan
merupakan copy dari Sinoimplan yaitu implan 2 batang dengan
ukuran, kandungan dan cara kerja yang identik dengan
Indoplant. Sebagai zat aktif kontrasepsi implan,
levonorgestrel merupakan hormon steroid dengan aktivitas
progesteron yang kuat dan aktivitas androgen yang lemah.
e. Uniplant
Terdiri dari 1 batang putih silastic dengan panjang 4 cm, yang
mengandung 38 mg nomegestrol asetat dengan kecepatan
pelepasan sebesar 100 μg per hari dan lama kerja 1 tahun.
f. Capronor
Terdiri dari 1 kapsul biodegradable. Biodegradable implan
melepaskan progestin dari bahan pembawa/pengangkut yang
secara perlahan-lahan larut dalam jaringan tubuh. Bahan
pembawanya sama sekali tidak perlu dikeluarkan lagi misal pada
norplant. Tetapi sekali bahan pembawa tersebut mulai larut, ia
tidak mungkin dikeluarkan lagi. Tingkat penggunaan kontrasepsi
implan dapat diperbaiki dengan menghilangkan kebutuhan
terhadap pengangkatan secara bedah. Kapsul ini mengandung
levonorgestrel dan terdiri dari polimer E- kaprolakton.
Mempunyai diameter 0,24 cm, terdiri dari dua ukuran dengan
panjang 2,5 cm mengandung 16 mg levonorgestrel, dan kapsul
dengan panjang 4 cm yang mengandung 26 mg
levonorgestrel. Lama kerja 12-18 bulan. Kecepatan
pelepasan levonorgestrel dari kaprolakton adalah 10 kali lebih
cepat dibandingkan silastic.
Jenis-jenis implan mempengaruhi lama kerja alat kontrasepsi
tersebut. Lama kerja ini dipengaruhi oleh jenis hormon
yang digunakan serta dosis hormon yang terkandung dalam
kapsul implan. Implan yang dapat mengalami biodegradasi
menghantar progestin dalam kadar konstan untuk suatu periode
waktu yang bervariasi dari sebuah wahana yang larut dalam
jaringan tubuh. Tingkat penggunaan kontrasepsi implan dapat
diperbaiki dengan menghilangkan kebutuhan terhadap
pengangkatan secara bedah.
3. Cara Kerja Kontrasepsi Implan :
a. Lendir serviks menjadi kental
Kadar levonorgestrel yang konstan mempunyai efek nyata
terhadap mucus serviks. Mukus tersebut menebal dan
jumlahnya menurun, yang membentuk sawar untuk penetrasi
sperma.
b. Mengganggu proses pembentukan endometrium sehingga
sulit terjadi implantasi.
Levonorgestrel menyebabkan supresi terhadap maturasi siklik
endometrium yang diinduksi estradiol, dan akhirnya
menyebabkan atrofi. Perubahan ini dapat mencegah implantasi
sekalipun terjadi fertilisasi, meskipun demikian tidak ada bukti
mengenai fertilisasi yang dapat dideteksi pada pengguna implan.
c. Mengurangi transportasi sperma
Perubahan lendir serviks menjadi lebih kental dan sedikit,
sehingga menghambat pergerakan sperma.
d. Menekan ovulasi
Levonorgestrel menyebabkan supresi terhadap lonjakan
luteinizing hormone (LH), baik pada hipotalamus maupun
hipofisis, yang penting untuk ovulasi.

4. Keuntungan dan Efek samping Kontrasepsi Implan


a. Keuntungan Kontrasepsi Implan, meliputi :
1)Daya guna tinggi
Kontrasepsi implan merupakan metode kontrasepsi
berkesinambungan yang aman dan sangat efektif.
2)Perlindungan jangka panjang (sampai 5 tahun)
Kontrasepsi implan memberikan perlindungan jangka
panjang. Masa kerja paling pendek yaitu satu tahun pada
jenis implan tertentu (contoh : uniplant) dan masa kerja
paling panjang pada jenis norplant.

3)Pengembalian kesuburan yang cepat


Kadar levonorgestrel yang bersirkulasi menjadi terlalu
rendah untuk dapat diukur dalam 48 jam setelah
pengangkatan implan. Sebagian besar wanita
memperoleh kembali siklus ovulatorik normalnya dalam
bulan pertama setelah pengangkatan. Angka kehamilan
pada tahun pertama setelah pengangkatan sama dengan
angka kehamilan pada wanita yang tidak menggunakan
metode kontrasepsi dan berusaha untuk hamil. Tidak
ada efek pada jangka panjang kesuburan di masa depan.
Kembalinya kesuburan setelah pengangkatan implan
terjadi tanpa penundaan dan kehamilan berada dalam
batas-batas normal.
Implan memungkinkan penentuan waktu kehamilan yang
tepat karena kembalinya ovulasi setelah pengangkatan
implan demikian cepat.
4)Tidak memerlukan pemeriksaan dalam
Implan diinsersikan pada bagian subdermal di bagian
dalam lengan atas.
5)Bebas dari pengaruh estrogen
Tidak mengandung hormon estrogen. Kontrasepsi implan
mengandung hormon progestin dosis rendah. Wanita
dengan kontraindikasi hormon estrogen, sangat tepat
dalam penggunaan kontrasepsi implan.
6)Tidak mengganggu kegiatan sanggama
Kontrasepsi implan tidak mengganggu kegiatan sanggama,
karena diinsersikan pada bagian subdermal di bagian
dalam lengan atas.
7)Tidak mengganggu ASI
Implan merupakan metode yang paling baik untuk wanita
menyusui. Tidak ada efek terhadap kualitas dan kuantitas
air susu ibu, dan bayi tumbuh secara normal. Jika ibu yang
baru menyusui tidak sempat nantinya (dalam tiga
bulan), implan dapat diisersikan segera Postpartum.
8)Klien hanya kembali ke klinik bila ada keluhan
9)Dapat dicabut setiap saat
10)Mengurangi jumlah darah haid
Terjadi penurunan dalam jumlah rata-rata darah haid yang
hilang.
11)Mengurangi / memperbaiki anemia
Meskipun terjadi peningkatan dalam jumlah
spotting dan hari perdarahan di atas pola haid pra-
pemasangan, konsentrasi hemoglobin para pengguna
implan meningkat karena terjadi penurunan dalam
jumlah rata-rata darah haid yang hilang.

b. Efek samping Kontrasepsi Implan, meliputi:


1) Perubahan pola haid
Kerugian atau efek samping kontrasepsi implan pada
kebanyakan klien dapat menyebabkan perubahan pola
haid berupa perdarahan bercak (spotting), hipermenorea,
atau meningkatkan jumlah darah haid, serta amenorea
Sejumlah perubahan pola haid akan terjadi pada tahun
pertama penggunaan, kira-kira 80% pengguna. Perubahan
tersebut meliputi perubahan pada interval antar
perdarahan, durasi dan volume aliran darah, serta spotting
(bercak-bercak perdarahan). Oligomenore dan amenore
juga terjadi, tetapi tidak sering, kurang dari 10% setelah
tahun pertama. Perdarahan yang tidak teratur dan
memanjang biasanya terjadi pada tahun pertama.
Walaupun terjadi jauh lebih jarang setelah tahun kedua,
masalah perdarahan dapat terjadi pada waktu kapan pun.
Efek samping yang paling sering terjadi pada pemakaian
implan LNG adalah perubahan pola perdarahan haid.
Perdarahan bercak atau perdarahan terus-menerus sering
terjadi terutama pada 6-9 bulan pertama pemakaian. Dari
hasil penelitian didapatkan pola perdarahan tersebut
lebih sering dijumpai pada siklus dimana kadar estrogen
rendah (yaitu pada siklus anovulasi atau siklus ovulasi
terganiggu). Sebaliknya perdarahan yang tidak teratur
jarang dijumpai pada siklus yang berovulasi. Rata-rata
jumlah darah yang keluar biasanya lebih sedikit
dibandingkan saat memakai implan. Kadar hemoglobin
meningkat dengan dilanjutkannya pemakaian implan dan
jarang sekali yang mengalami perdarahan berat sehingga
menyebabkan penurunan kadar hemoglobin. Dalam
pengamatan selama 3 tahun tidak didapatkan angka
penghentian pemakaian yang disebabkan oleh perubahan
pola perdarahan pada kedua jenis implan tersebut.
Perubahan perdarahan yang sering terjadi terutama
adalah perdarahan yang lama dan tidak teratur.
Perubahan tersebut akan berkurang sejalan dengan waktu
pemakaian. Penghentian pemakaian selama 5 tahun yang
disebabkan oleh perubahan pola perdarahan haid secara
kumulatif adalah 4,2-30,7 per 100 pemakai implan,
meskipun demikian tahun pertama kelangsungan pemakai
implan LNG berkaitan dengan efek samping tersebut lebih
baik dari IUD, pil KB dan kontrasepsi suntik.
2) Nyeri kepala
Timbulnya keluhan seperti nyeri kepala yang dialami
oleh pengguna kira-kira 20% wanita menghentikan
penggunaan karena nyeri kepala.
3) Peningkatan berat badan
Wanita yang menggunakan implan lebih sering
mengeluhkan peningkatan berat badan dibandingkan
penurunan berat badan. Penilaian perubahan berat
badan pada pengguna implan dikacaukan oleh perubahan
olahraga, diet, dan penuaan. Walaupun peningkatan nafsu
makan dapat dihubungkan dengan aktivitas androgenik
levonorgestrel, kadar rendah implan agaknya tidak
mempunyai dampak klinis apapun. Yang jelas,
pemantauan lanjutan lima tahun pada 75 wanita yang
menggunakan implan Norplant dapat menunjukkan tidak
adanya peningkatan dalam indeks masa tubuh (juga tidak
ada hubungan antara perdarahan yang tidak teratur
dengan berat badan).
4) Jerawat
Jerawat, dengan atau tanpa peningkatan produksi minyak,
merupakan keluhan kulit yang paling umum di antara
pengguna implan. Jerawat disebabkan oleh aktivitas
androgenik levonorgestrel yang menghasilkan suatu
dampak langsung dan juga menyebabkan penurunan
dalam kadar globulin pengikat hormon seks (SHBG, sex
hormonne binding globulin), menyebabkan peningkatan
kadar steroid bebas (baik levonorgestrel maupun
testosteron). Hal ini berbeda dengan kontrasepsi oral
kombinasi yang mengandung levonorgestrel, yang efek
estrogen pada kadar SHBG-nya (suatu peningkatan)
menghasilkan penurunan dalam androgen bebas yang
tidak berikatan. Tetapi umum untuk keluhan jerawat
mencakup pengubahan makanan, praktik higiene kulit
yang baik dengan menggunakan sabun atau pembersih
kulit, dan pemberian antibiotik topikal (misalnya larutan
atau gel klindamisin 1%, atau reitromisin topikal).
Penggunaan antibiotik lokal membantu sebagian besar
pengguna untuk terus menggunakan implan.
5) Perubahan perasaan (mood) atau kegelisahan
(nervousness)
Pemasangan dan pengangkatan implan menjadi
pengalaman baru bagi sebagian besar wanita.
Sebagaimana dengan pengalaman baru manapun,
wanita akan menghadapinya dengan berbagai
derajat keprihatinan serta kecemasan. Walaupun
ketakutan akan rasa nyeri saat pemasangan implan
merupakan sumber kecemasan utama banyak wanita,
nyeri yang sebenarnya dialami tidak separah yang
dibayangkan. Pada kenyataannya, sebagian besar
pasien mampu menyaksikan dengan santai proses
pemasangan atau pengangkatan implannya. Wanita
harus diberitahu bahwa insisi yang dibuat untuk
prosedur tersebut kecil dan mudah sembuh,
meninggalkan jaringan parut kecil yang biasanya sukar
dilihat karena lokasi dan ukurannya.
6) Membutuhkan tindak pembedahan minor untuk insersi dan
pencabutan.
Implan harus dipasang (diinsersikan) dan diangkat melalui
prosedur pembedahan yang dilakukan oleh personel
terlatih. Wanita tidak dapat memulai atau menghentikan
metode tersebut tanpa bantuan klinisi. Insiden
pengangkatan yang mengalami komplikasi adalah kira-
kira 5%,suatu insiden yang dapat dikurangi paling baik
dengan cara pelatihan yang baik dan pengalaman dalam
melakukan pemasangan serta pencabutan implan.
7) Tidak memberikan efek protektif terhadap infeksi
menular seksual termasuk AIDS.
Implan tidak diketahui memberikan perlindungan terhadap
penyakit menular seksual seperti herpes, human papiloma
virus, HIV AIDS, gonore atau clamydia. Pengguna yang
berisiko menderita penyakit menular seksual harus
mempertimbangkan untuk menambahkan metode
perintang (kondom) guna mencegah infeksi.
8) Klien tidak dapat menghentikan sendiri pemakaian
kontrasepsi.
Dibutuhkan klinisi terlatih dalam melakukan pengangkatan
implan.
9) Efektivitas menurun bila menggunakan obat-obat
tuberculosis (rifampisin) atau obat epilepsy (fenitoin dan
barbiturat).
Obat-obat ini sifanya menginduksi enzim mikrosom hati.
Pada kasus ini, penggunaan implan tidak dianjurkan
karena cenderung menigkatkan risiko kehamilan akibat
kadar levonorgestrel yang rendah di dalam darah
Pada pemakaian implan LNG umumnya akan
mengalami satu atau beberapa efek samping tetapi
jarang menjadi masalah yang berat. Kebanyakan efek
samping yang terjadi ringan tetapi pada kenyataanya
dapat menyebabkan beberapa pemakai menghentikan
pemakaian implan.

5. Metode IUD
a. Pengertian IUD
IUD (Intras Uterin Devices) atau nama lain adalah AKDR (Alat
Kontrasepsi Dalam Rahim) disebut juga spiral, alat ini
dipasang dalam rahim wanita. IUD atau AKDR adalah suatu
alat kontrasepsi yang efektif, aman, dan nyaman bagi banyak
wanita. Alat ini merupakan metode kontrasepsi reversibel
yang paling sering digunakan diseluruh dunia dengan pemakai
saat ini mencapai sekitar 100 juta wanita. AKDR memiliki
efektifitas lebih dari 99% dalam mencegah kehamilan pada
pemakaian 1 tahun atau lebih. (Anna, 2006).
b. Mekanisme Kerja IUD
Mekanisme kerja IUD yaitu :
1. Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba
pallopi.
2. Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum
uteri.
3. IUD mencegah sperma dan ovum bertemu, walaupun IUD
membuat sperma sulit masuk ke dalam alat reproduksi
perempuan dan mengurangi kemampuan sperma untuk
pembuahan.
4. Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam
uterus. (Hidayati, 2009).
Sejarah mula IUD/AKDR tidak begitu jelas. Akan tetapi
terungkap bahwa pada zaman dahulu orang arab memasukkan
batu kedalam rahim unta mereka dan ternyata unta mereka
memang tidak hamil. IUD/AKDR mulai dikembangkan pada
tahun 1909 di polandia, yaitu ketika Richter membuat suatu
alat kontrasepsi dari benang sutra tebal yang dimasukkan
kedalam rahim. Kemudian pada tahun 1930 berkembang
dengan dibuatnya cincin perak yang juga dimasukkan kedalam
rahim dan hasilnya memuaskan. Pada tahun 1962 Dr.Lippes
membuat IUD/AKDR dari plastik yang disebut lippes loop
(Niken, 2010).
c. Efektifitas IUD/AKDR
Sebagai kontrasepsi yang efektifitasnya tinggi
Sangat efektif 0,6-0,8 kehamilan/100 perempuan dalam 1
tahun pertama (1 kegagalan dalam 125 – 170 kehamilan).
(Hidayati, 2009).
Pada prinsipnya semua kontrasepsi efektif apabila digunakan
dengan baik dan benar, namun ada beberapa metode yang
tingkat ketergantungannya cukup tinggi. Kontrasepsi ini Jika
tidak dibina dengan baik maka angka kegagalannya akan
tinggi. Salah satu metode tersebut adalah alat kontrasepsi
dalam rahim (AKDR) atau (IUD).
IUD/AKDR juga dapat mencegah kehamilan mencapai 98%
hingga 100% tergantung pada jenis IUD/AKDR . IUD/AKDR
terbaru seperti copper T380A memiliki efektifitas cukup tinggi,
bahkan selama 8 tahun pengguna tidak ditemukan adanya
kehamilan. Pada penelitian yang lain ditemukan setelah
penggunaan 12 tahun ditemukan 2,2 kehamilan per 100
pengguna dan 0,4 diantaranya terjadi kehamilan (Niken,
2010).

d. Jenis IUD/AKDR Yang Beredar


Jenis-jenis IUD/AKDR yang beredar atau dipakai di indonesia
terdiri dari:
1. Inert, terbuat dari plastik (lippes loop) atau baja anti karat
(the Chinese ring).
2. Mengandung tembaga, seperti Cu T380A, Cu T200C,
Multiload (Cu ML250 dan 375), Nova T. Cu T380A
berbentuk kerangka plastik, kecil, fleksibel, menyerupai
huruf T diselubungi oleh kawat tembaga halus, sangat
efektif, reversible, dan berjangka panjang (dapat sampai
10 tahun).
3. Mengandung hormon steroid, seperti progestasert (hormon
progesterone), dan levonol (levonolgestrel) ,(Hidayati,
2009).

e. Keuntungan Menggunakan IUD/AKDR


Penggunaan IUD mempunyai beberapa keuntungan yaitu :
1. Sebagai kontrasepsi yang efektifitasnya tinggi yaitu :
Sangat efektif —> 0,6 - 0,8 kehamilan/100 perempuan
dalam 1 tahun pertama (1 kegagalan dalam 125 - 170
kehamilan).
2. IUD/AKDR dapat efektif segera setelah pemasangan.
3. Metode jangka panjang (sampai 10 tahun dan tidak perlu
diganti).
4. Sangat efektif karena tidak perlu lagi mengingat-ingat.
5. Tidak mempengaruhi hubungan seksual.
6. Meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak perlu
takut hamil.
7. Tidak ada efek samping hormonal dengan Cu AKDR (Cu
T380A).
8. Tidak mempengaruhi produksi ASI (Niken, 2010).
9. Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah
abortus (apabila tidak terjadi infeksi).
10. Dapat digunakan sampai menopause (1 tahun atau lebih
setelah haid terakhir).
11. Tidak ada interaksi dengan obat-obatan.
12. Membantu mencegah kehamilan ektopik (Sarwono, 2006).
f. Kerugian Menggunakan IUD/AKDR
1. Efek samping yang umum terjadi :
a. Perubahan siklus haid (umumnya terjadi pada 3 bulan
pertama pemasangan dan akan berkurang setelah 3
bulan)
b. Haid lebih lama dan banyak.
c. Perdarahan (spotting)
d. Saat haid lebih sakit.
2. Komplikasi lain :
a. Merasakan sakit dan kejang selama 3 sampai 5 hari
setelah pemasangan.
b. Perdarahan berat pada waktu haid.
3. Tidak mencegah IMS termasuk HIV/AIDS.
4. Tidak baik digunakan pada wanita yang mempunyai
penyakit IMS atau pada perempuan yang sering berganti
pasangan.
5. Penyakit radang panggul.
6. Klien tidak dapat melepas sendiri IUD nya.
7. Perempuan juga harus rajin memeriksa benang IUD dari
waktu kewaktu dengan cara memasukkan jarinya kedalam
vagina.

g. Yang dapat Menggunakan IUD


1. Usia reproduktif
2. Keadaan nulipara
3. Menginginkan menggunakan alat kontrasepsi jangka
panjang
4. Menyusui yang menginginkan menggunakan alat
kontrasepsi
5. Setelah melahirkan dan tidak menyusui bayinya
6. Setelah mengalami abortus yang tidak terlihat adanya
infeksi
7. Tidak menyukai mengingat-ingat seperti Pil dan Suntik
8. Tidak menghendaki kehamilansetelah 1-5 hari senggama
yang tidak dilindungi.

h. Tidak di Perkenankan Menggunakan IUD


1. Diketahui hamil atau dicurigai hamil.
2. Perdarahan yang tidak diketahui sebabnya.
3. Dicurigai mengidap keganasan saluran genital,(Anna,
2006)
4. Infeksi panggul, erosi serviks, perdarahan pervaginam
yang tidak diketahui penyebabnya, alergi logam dan
kelainan pada rahim (Hidayati, 2009).
5. Menoragia dan anemia, memiliki banyak pasangan seksual,
usia dan nuliparitas, (Anna, 2006).
6. Kelainan bawaan uterus yang abnormal atau tumor jinak
rahim yang dapat mempengaruhi kavum uteri (dinding
uterus) .
7. Ukuran rongga rahim kurang dari 5cm (Sarwono, 2006)

i. Waktu Pemasangan IUD


1. Setiap waktu dalam siklus haid, yang dipastikan klien tidak
hamil
2. Hari pertama sampai ke-7 siklus haid.
3. Segera setelah melahirkan, selama 48 jam pertama atau
setelah 4 minggu pasca persalinan.
4. Setelah menderita abortus (segera atau dalam waktu 7
hari) apabila tidak ada gejala infeksi
5. Selama 1 sampai 5 hari setelah senggama yang tidak
lindungi, (Sarwono, 2006).
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kontrasepsi adalah pencegahan terbuahinya sel telur
oleh sel sperma (konsepsi) atau pencegahan menempelnya
telur yang dibuahi ke dinding rahim (Mulyani dan Rinawati,
2013). Tujuan kontrasepsi adalah mengindari atau mencegah
kehamilan akibat pertemuan sel telur dan sperma tersebut.
Faktor-faktor yang mempengaruhi program berKB yaitu umur,
pendidikan, paritas dan sumber informasi.
Kontrasepsi Implan adalah metode kontrasepsi yang
diinsersikan pada bagian subdermal, yang hanya mengandung
levonorgestrel yang dibungkus dalam kapsul silastic silicon
polidymetri silicon dilepaskan kedalam darah secara difusi
melalui dinding kapsul. Levonorgestrel ( LNG ) adalah suatu
progestin yang dipakai juga dalam pil KB seperti mini pil atau
pil kombinasi dengan masa kerja panjang, dosis rendah, dan
reversibel untuk wanita.
IUD (Intras Uterin Devices) atau nama lain adalah AKDR
(Alat Kontrasepsi Dalam Rahim) disebut juga spiral, alat ini
dipasang dalam rahim wanita. IUD atau AKDR adalah suatu alat
kontrasepsi yang efektif, aman, dan nyaman bagi banyak wanita.
Alat ini merupakan metode kontrasepsi reversibel yang paling
sering digunakan diseluruh dunia dengan pemakai saat ini
mencapai sekitar 100 juta wanita. AKDR memiliki efektifitas lebih
dari 99% dalam mencegah kehamilan pada pemakaian 1 tahun
atau lebih.
B. Saran
1 Bagi Masyarakat (Sasaran)
Dengan dibuatnya makalah ini, dapat menambah informasi
dan pengetahuan yang bermanfaat untuk melakukan
program keluarga berncana.
2 Bagi instansi dinas kesehatan
Dengan dibuatnya makalah ini, dapat menjadi sumber
informasi terkini terkait dengan keluarga berencana.
DAFTAR PUSTAKA

Anna, Dkk. 2006. Keluarga Berencana dan Kesehatan


Reproduksi. Jakarta : Buku Kedokteran, EGC.
BKKBN. 2007. Kebijakan Keluarga Berencana Nasional. Jakarta
Hidayati, Ratna. 2009. Metode dan Teknik Penggunaan Alat
Kontrasepsi. Jakarta : Salemba Medika.
Humaniraya. 2009. Penduduk Indonesia, http://jurnalnet.com.
Diakses oleh fitria ulfah, 20 Mei, 14.15 wib.
Moehqadri. 2009. Repitulasi Laporan Bulanan Pengendalian
Lapangan, http://www.waspada.com. Diakses oleh Fitria
Ulfah. 23 Mei, 15.20 wib.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat.
Jakarta : Rineka Cipta.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu
Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta.
Prawirohardjo, Sarwono. 2006. Buku Panduan Praktis Pelayanan
Kontrasepsi. Jakarta : Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Saroha, Dkk. 2009. Pelayanan Keluarga Berencana. Jakarta :
Trans Info Media.
Stratfield . 2002. Pelaksanaan KB, http://bataviase.co.id.
Diakses oleh fitria ulfah. 20 Mei, 15.00 wib.
Suratun, Dkk. 2008. Pelayanan Keluarga Berencana dan
Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta : Trans Info Media.
Winkjosastro, Hanifa. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Вам также может понравиться