Вы находитесь на странице: 1из 11

6

BAB 2

TINJAUAN TEORITIS

2.1 Defenisi Pengetahuan

2.1.1 Pengetahuan (Knowledge)

Pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang

melakukan pengindaraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindaraan terjadi melalui

pancaindara manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa,dan raba.

Sebagaian besar pengetahuan manusia dipeoleh melalui mata dan telinga.

(Notoadmojo, 2003)

2.1.2 Tingkat pengetahuan

Pengetahuan dibagi menjadi 6 tingkatan yakni:

1. Tahu (know)

Di artikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelum.

Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah meningkat kembali

terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau

rangsangan yang telah diterima.

2. Memahami (Comprehension )

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar

tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasi materi tersebut

secara benar. Orang yang telah paham terhadap suatu materi harus dapat

6
7

menjelaskan, menyebutkan, menyimpulkan, dan meramalkan terhadap objek

atau materi yang dipelajari.

3. Aplikasi (Application )

Kemampuan untuk menggunakan suatu materi yang telah dipelajari pada

suatu real. Kondisi real maksudnya maupun menggunakan rumus-rumus

metode dan prinsip dalam suatu situasi.

4. Analisis (Analysis )

Kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek dalam strukrur

organisasi dan masih ada hubungan satu dengan yang lain.

5. Sintesis (Syntesis)

Menunjukkan kemampuan untuk meletakan atau menghubungan bagian-

bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru atau kemampuan

menyusun formulasi baru dari formulasi lama.

6. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian

terhadap suatu materi atau objek. Berdasarkan suatu kriteria yang

ditentukan sendiri atau menggunakan kritera-kritera yang sudah ada

(Notoadmojo, 2003).
8

2.2 Variabel

2.2.1 Umur

Umur adalah variabel yang selalu diperhatikan di dalam penyelidikan-

penyelidikan epidemiologi. Angka-angka kesakitan maupun kematian di dalam hampir

semua keadaan menunjukkan hubungan dengan umur. (Notoatmodjo, 2003)

2.2.2. Pendidikan

Pendidikan kesehatan adalah suatu penerapan konsep pendidikan dalam bidang

kesehatan. Proses pertumbuhan, perkembangan, atau perubahan kearah yang lebih

dewasa, lebih baik, dan lebih matang pada diri individu, kelompok atau

masyarakat.Seseorang dapat dikatakan belajar apabila dalam dirinya terjadi perubahan,

dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak dapat mengerjakan menjadi dapat mengerjakan

sesuatu. (Notoatmodjo, 2007)

2.2.3. Sumber Informasi

Media pendidikan kesehatan pada hakekatnya adalah alat bantu pendidikan

disebut median pendidikan karena alat tersebut digunakan untuk mempermudah

penerimaan pesan-pesan kesehatan bagi masyarakat. Berdasarkan fungsi informasi di

bedakan atas keluarga, media cetak, media elektronik, dan tenaga kesehatan

(Notoatmodjo, 2007)
9

2.2.4. Pekerjaan

Pekerjaan adalah merupakan suatu syarat atau aktifitas seseorang untuk

memperoleh penghasilan guna memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari.

Jenis-jenis pekerjaan pegawai negri sipil, polri, wiraswasta, buruh, petani,

nelayan, pegawai swasta dan lain sebagainya.

2.2.5. Paritas

Paritas adalah tingkat paritas telah menarik perhatian para peneliti dalam

hubungan kesehatan ibu maupun anak. Dikatakan umpamanya bahwa terhadap

kecenderungan kesehatan ibu yang berparitas rendah lebih baik dari yang berparitas

tinggi.
10

2.3 Postpartum blues

Ibu nifas disebut juga masa post partum atau puerperium adalah masa atau

waktu sejak bayi dilahirkan dan plasenta keluar lepas dari rahim, sampai enam minggu

berikutnya, disertai dengan pulihnya kembali organ-organ yang berkaitan dengan

kandungan, yang mengalami perubahan seperti perlukaan dan lain sebagainya

berkaitan saat melahirkan (Suherni, 2009)

Post partum blues merupakan kesedihan atau kemurungan setelah melahirkan,

biasanya hanya muncul sementara waktu yakni sekitar dua hari hingga dua minggu

sejak kelahiran bayi. Beberapa penyesuaian dibutuhkan oleh wanita dalam menghadapi

aktivitas dan peran barunya sebagai ibu pada minggu-minggu atau bulan-bulan pertama

setelah melahirkan, baik dari segi fisik maupun segi psikologis. Sebagai wanita berhasil

menyesuaikan diri dengan baik, tetapi sebagai lainnya tidak berhasil menyesuaikan diri

dan mengalami gangguan-gangguan psikologis, salah satunya yang disebut post

partum blues (Marmi, 2011)

2.4 Gejala-gejala Depresi post partum (post partumblues)

Menurut Suherni dkk, 2009 gejala dari postpartum blues adalah sebagai

berikut:

1. Reaksi depresi/ sedih/ disforia.

2. Sering menangis.

3. Mudah tersinggung (iritabilitas).

4. Cemas
11

5. Labilitas perasaan.

6. Cenderung menyalahkan diri sendiri.

7. Gangguan tidur dan gangguan nafsu makan.

8. Kelelahan.

9. Mudah sedih.

10. Cepat marah.

11. Mood mudah berubah, cepat menjadi sedih dan cepat pula gembira.

12. Perasaan terjebak, marah kepada pasangan bayinya.

13. Perasaan bersalah .

14. Sangat pelupa.

2.5 Faktor-faktor yang mempengaruhi Post partum blues

Menurut Suherni, dkk. 2009.yang merupakan faktor-faktor penyebab

timbulnya post partum adalah sebagai berikut :

1. Faktor hormonal berupa perubahan kadar estrogen, progesteron, prolaktif dan

estriol yang terlalu rendah. Kadar estrogen turut secara bermakna setelah

melahirkan ternyata estrogen memiliki efek supresi aktifitas enzim

nonadreanalin maupu serotin yang berperan dalam suasana hati dan kejadian

depresi.

2. Ketidak nyaman fisik yang dialami wanita menimbulkan gangguan pada

emosional seperti payudara bengkak, nyeri jahitan, rasa mules.


12

3. Ketidak mampu beradaptasi terhadap perubahan fisik dan emosional yang

kompleks.

4. Faktor umur dan patitas (jumlah anak).

5. Pengalaman dalam proses kehamilan dan persalinan.

6. Latar belakang psikososial wanita yang bersangkutan seperti tingkat

pendidikan, status perkawinan, kehamilan yang tidak diinginkan, riwayat

gangguan kejiwaan sebelumnya, sosial ekonomi.

2.6 Tahapan Kesedihan

Menurut Davidson (1984), Tahapan kesedihan dibagi atas :

a. Shock dan Numbrese (mati rasa)

Pasangan merasa terpukul, tidak percaya,panik,stress dan marah.

Pengalaman ini dapat diintervensi dengan emosi.Fase ini terjadi selama

2minggu pertama setelah kesedihan itu datang.Pasangan merasa tidak

percaya dengan apa yang terjadi dan akhirnya mereka akan berbuat

sesuatu yang lebih baik.

b. Keingintahuan dan kerinduan (Mencari-cari)

Fase ini terjadi setelah 2 minggu sampai dengan 4 bulan setelah kejadian.

Hal ini dapat diidentifikasi dengan kurangnya istirahat, marah, merasa

bersalah. Pasangan merasa menggendong bayinya, terbangun karena

tangisan dan sering memimpikannya. Mereka sering membahayakan

kejadian yang membuat mereka sedih dan bagaimana itu terjadi.


13

c. Disorganisasi

Fase ini berlangsung sekitar 5 sampai 9 bulan setelah kehilangan secara

perlahan akan terlupakan. Perasaan yang mungkin terjadi adalah depresi,

kesulitan berkonsentrasi terhadap pekerjaan atau menghadapi masalah

dengan dan gangguan fisik serta emosinya. Beberapa pasangan merasa

tidak akan bias untuk melupakan kejadian yang menyedihkan itu dan

secara fisik mereka akan merasa sakit.

d. Reorganisasi

Situasi dimana pasangan akan merasa lebih baik dan dapat beraktifitas

seperti sediakala dan mereka kembali mendapatkan kekuatan untuk

menghadapi kesedihan yang dialaminya dengan hal baru yang lebih

menyenangkan, yaitu mulai menikmati hiburan, sehingga mendapatkan

ketenangan tanpa diikuti rasa bersalah seperti sebelumnya. Reorganisasi

berlangsung sampai dengan tahun pertama dari awal kesedihan dan

pasangan dapat menjalani kehidupannya kembali secara normal.

( Anggraini, 2010).

2.7 Cara Mencegah Post Partum Blues

Menurut para ahli, stres dalam keluarga dan kepribadian si ibu, memengaruhi

terjadinya depresi post partum. Stres di keluarga bisa akibat faktor ekonomi yang buruk

atau kurangnya dukungan kepada sang ibu. Hampir semua wanita, setelah melahirkan
14

akan mengalami stres yang tak menentu, seperti sedih atau takut. Perasaan emosional

inilah yang mempengaruhi kepekaan seorang ibu pasca melahirlkan. ( Marmi, 2011).

Berikut ini beberapa kiat yang mungkin dapat mengurangi resiko post partum blues :

1. Pelajari diri sendiri

Pelajari dan mencari informasi mengenai Postpartum Blues, sehingga ibu sadar

terhadap kondisi ini. Apabila terjadi, ibu akan segera mendapatkan bantuan

secepatnya.

2. Tidur dan makan yang cukup

Diet nutrisi cukup penting untuk kesehatan, lakukan usaha yang terbaik dengan

makan dan tidur yang cukup. Keduanya penting selama periode postpartum dan

kehamilan.

3. Olahraga

Olahraga adalah kunci untuk mengurangi postpartum. Lakukan peregangan

selama 15 menit dengan berjalan setiap hari, sehingga membuat ibu merasa

lebih baik dan menguasai emosi berlebihan dari dalam diri ibu.

4. Hindari perubahan hidup sebelum atau sesudah melahirkan

Jika memungkinkan, hindari membuat keputusan besar seperti membeli rumah

atau pindah kerja, sebelum atau setelah melahirkan. Tetaplah hidup secara

sederhana dan menghindari stres, sehingga dapat segera dan lebih mudah

menyembuhkan postpartum yang diderita.

5. Beritahukan perasaan
15

Jangan takut untuk berbicara dan mengekspresikan perasaan yang ibu inginkan

dan butuhkan demi kenyamanan ibu sendiri. Jika ibu memiliki masalah dan

merasa tidak nyaman terhadap sesuatu, segera beritahukan pada pasangan atau

orang terdekat.

6. Dukungan keluarga dan orang lain diperlukan

Dukungan dari keluarga atau orang yang ibu cintai selama melahirkan, sangat

diperlukan. Ceritakan pada pasangan atau orangtua ibu, atau siapa saja yang

bersedia menjadi pendengar yang baik. Yakinkan diri ibu, bahwa mereka akan

selalu berada di sisi ibu setiap mengalami kesuliutan.

7. Persiapkan diri dengan baik

Persiapan sebelum melahirkan sangat diperlukan.

8. Senam Hamil

Kelas senam hamil akan sangat membantu ibu dalam mengetahui berbagai

informasi yang diperlukan, sehingga nantinya ibu tak akan terkejut setelah

keluar dari kamar bersalin. Jika ibu tahu apa yang diinginkan, pengalaman

traumatis saat melahirkan akan dapat dihindari.

9. Lakukan pekerjaan rumah tangga

Pekerjaan rumah tangga sedikitnya dapat membantu ibu melupakan golakan

perasaan yang terjadi selama periode postpartum. Kondisi ibu yang belum

stabil, bisa ibu curahkan dengan memasak atau membersihkan rumah. Mintalah

dukungan dari keluarga dan lingkungan ibu, meski pembantu rumah tangga ibu

telah melakukan segalanya.

10. Dukungan emosional


16

Dukungan emosi dari lingkungan dan juga keluarga, akan membantu ibu dalam

mengatasi rasa frustasi yang menjalar. Ceritakan kepada mereka bagaimana

perasaan serta perubahan kehidupan ibu, hingga ibu merasa lebih baik

setelahnya.

11. Dukungan kelompok post partum blues

Dukungan terbaik datang dari orang-orang yang ikut mengalami dan merasakan

hal yang sama dengan ibu. Carilah informasi mengenai adanya kelompok

Postpartum Blues yang bisa ibu ikuti, sehingga ibu tidak merasa sendirian

menghadapi persoalan (Marmi, 2011).

Вам также может понравиться