Вы находитесь на странице: 1из 8

TUGAS ADMINISTRASI KESEHATAN

KEBIJAKAN JKN KIS ( KARTU INDONESIA SEHAT )

Oleh Kelompok :

1. Khairul Ihsan ( 015.01.3194 )


2. Anggi Rindang Qorian ( 015.01.3171 )
3. Muhammad Asnul Husni ( 015.01.3205 )
4. Dita Oktapiani ( 015.01.3178 )
5. Donnava Celia ( 015.01.3179 )
6. Arum Paramita ( 015.01.3173 )

PROGARAM STUDI S – 1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) MATARAM

2018
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang,Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ilmiah tentang “KIS”. Makalah ilmiah ini telah kami susun
dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat
memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak
terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan
makalah ini. Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih
ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini. Akhir kata kami berharap semoga
makalah ilmiah tentang “KIS” ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi
terhadap pembaca.

Mataram, 10 Oktober 2018


Kebijakan JKNKIS ( Jaminan Kesehatan Nasional : Kartu Indonesia Sehat)

A. Sejarah KIS (kartu ndonesia sehat)

Kita mengenal KIS sebagai produk kampanye calon Presiden Republik


Indonesia tahun 2014, Joko Widodo. Setelah dilantik menjadi Presiden ke-7
Indonesia, para pihak berwenang menjelaskan KIS adalah program perluasan
keanggotaan JKN untuk masyarakat miskin dan Penyadang Masalah
Kesejahteraan Sosial (PMKS) yang belum terdaftar sebagai peserta JKN
Penerima Bantuan Iuran (PBI). Pada masa tersebut masyarakat masih
menganggap KIS adalah kartu gratisan untuk warga miskin sesuai penjelasan
para pihak berwenang. Kemudian bahwa pada tanggal 1 Maret 2015 telah
ditetapkan bahwa KIS adalah kartu identitas peserta JKN. Pemerintah berharap
KIS tidak lagi dianggap sebagai kartu milik orang miskin.
Pada tanggal 24 Agustus 2015 beredar KIS untuk peserta JKN yang mendaftar
secara online. Kartu lama masih tetap berlaku.

B. Pengertian KIS (Kartu Indonesia Sehat)

Kartu Indonesia Sehat (KIS) sendiri adalah kartu yang memiliki fungsi untuk
memberikan jaminan kesehatan kepada masyarakat untuk mendapatkan
pelayanan kesehatan secara gratis. Penggunanya sendiri dapat menggunakan
fungsi KIS ini di setiap fasilitas kesehatan tingkat pertama dan tingkat lanjut.
Kartu ini sendiri merupakan program yang bertujuan untuk melakukan perluasan
dari program kesehatan yang sebelumnya yaitu BPJS Kesehatan yang telah
diluncurkan oleh mantan presiden SBY (Susilo Bambang Yudhoyono) pada
tanggal 1 Maret 2014 kemarin KIS (Kartu Indonesia Sehat) adalah kartu yang
memberikan jaminan pada pemegangnya untuk mendapat manfaat pelayanan
kesehatan seperti yang dilaksanakan dalam Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).
Ini bertujuan untuk meringankan beban masyarakat miskin terhadap kesehatan.
KIS akan diberikan kepada anggota Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
sehingga tidak menggeser Sistem JKN. Dalam pelaksanaannya, pemerintah telah
menunjuk BPJS Kesehatan sebagai penyelenggaranya. “KIS hanya kartunya,
dan tidak akan menggantikan JKN. Bahkan para anggota JKN yang memegang
KIS akan mendapatkan sejumlah benefit, salah satunya edukasi.” kata Menteri
Kesehatan, Nila Moeloek. Adapun keluarga miskin yang menjadi penerima
bantuan iuran JKN, yaitu sebanyak 86,4 jiwa, akan tetap ditanggung dengan
Kartu Indonesia Sehat. Namun, anak dari keluarga miskin bisa langsung
menggunakan Kartu Indonesia Sehat tanpa harus mendaftar lagi.
Pada tahap pertama sampai akhir 2014 itu, KIS akan dibagikan ke 19 provinsi.
Sedangkan provinsi lainnya akan disalurkan pada tahap selanjutnya. Pada 2015,
diharapkan seluruh penduduk prasejahtera di Indonesia sudah memiliki kartu
tersebut. Pendistribusian akan dibantu oleh PT Pos Indonesia dan perbankan
nasional yaitu Bank Mandiri. Terkait dengan biaya premi KIS, Direktur Jenderal
Bina Upaya Kesehatan Kementerian Kesehatan, Akmal Taher mengatakan,
untuk saat ini biaya premi di Kartu Indonesia Sehat sama dengan JKN.
“Sama untuk preminya karena sementara ini memakai anggaran 2014,” ujar
Akmal seperti dikutip Tempo, Minggu (02/11/2014) kemarin. Karena itu, biaya
untuk menanggung mereka yang ikut dalam KIS tidak berubah sampai akhir
2014. “Sesuai anggaran,” ujar beliau. Biaya premi yang dibayarkan masyarakat
di JKN akan sama dengan KIS. JKN terbagi dalam tiga kelas, yakni Kelas 1
dengan harga Rp 59.500, kelas 2 Rp 42.500, dan kelas 3 Rp 25.500. “Jadi,
sementara akan sama,” kata dia. Masyarakat akan membayar harga sesuai kelas
mana dan kesanggupan mereka membayar premi per bulan. Bagaimana cara
menggunakannya? Ternyata sangat mudah, pemilik kartu hanya tinggal
menunjukkan Kartu Indonesia Sehat saat sedang berobat di puskemas dan rumah
sakit.

C. perbedaan KIS dengan BPJS

Sama-sama sebagai program fasilitas kesehatan dari negara, ternyata KIS dan
BPJS Kesehatan memang memiliki perbedaan. Perbedaan utamanya sebenarnya
nampak dengan jelas pada sasaran atau orang yang menerimanya. Jika BPJS
merupakan sebuah program yang anggotanya harus mendaftar dan membayar
iuran, maka KIS anggotanya diambil dari masyarakat yang tidak mampu dan
pemberian kartunya ditetapkan oleh pemerintah serta pembayaran iurannya
ditanggung oleh pemerintah. Perbedaan lain dari BPJS dan KIS adalah:
KIS merupakan jaminan kesehatan yang diperuntukan bagi masyarakat yang
tidak mampu, sedangkan BPJS yaitu sebuah badan atau lembaga yang
menyelenggarakan dan mengelola jaminan kesehatan tersebut.
KIS hanya diperuntukan bagi seseorang yang di mana kondisi ekonominya
sangat lemah, sedangkan BPJS merupakan jaminan kesehatan yang diwajibkan
bagi setiap warga Negara Indonesia baik yang mampu atau pun tidak mampu.
Bagi rakyat yang tidak mampu, iurannya ditanggung oleh pemerintah.
Pemakaian KIS dapat dilakukan di mana saja, baik di klinik, puskesmas atau di
rumah sakit mana pun yang ada di Indonesia. Sedangkan pemakaian BPJS hanya
berlaku di klinik atau puskesmas yang telah didaftarkan saja. KIS dapat
digunakan tidak hanya untuk pengobatan saja, tetapi juga dapat digunakan untuk
melakukan pencegahan. Sedangkan penggunaan BPJS hanya dapat digunakan
jika kondisi kesehatan peserta sudah benar-benar sakit atau harus dirawat.
KIS merupakan jenis jaminan kesehatan yang mendapatkan subsidi dari
pemerintah, sedangkan pengguna BPJS diwajibkan untuk membayar iuran setiap
bulannya dengan jumlah yang telah ditentukan.

D. Tata Cara Mengurus Kartu Indonesia Sehat (KIS) dan Kartu Keluarga
Sejahtera (KKS)

Berikut tahapan mengurus Kartu Indonesia Sehat (KIS) dan Kartu Keluarga
Sejahtera (KKS):

1. Datang ke kantor pos terdekat dengan membawa Kartu Tanda Penduduk,


Kartu Keluarga dan Kartu Perlindungan Sosial (KPS) yang masih berlaku.
Jika KPS hilang, akan dilakukan proses pemeriksaan tambahan oleh Dinas
Sosial (Dinsos) atau aparat atau petugas pemda yang ditunjuk.
2. Petugas kantor pos kemudian akan memverifikasi data yang bersangkutan
dengan data milik kantor pos. Jika cocok, maka petugas akan langsung
memberikan KIS, KIP, dan KKS, dan satu SIM card untuk diaktifkan pada
telepon seluler yang mereka miliki. Jumlah kartu juga akan disesuaikan
dengan jumlah anggota keluarga. Misal, untuk satu keluarga dengan anggota
seorang bapak, ibu, dan dua anak usia sekolah, akan diberikan satu KKS,
empat KIS, dan dua KIP.
3. Apabila anak yang masih bersekolah belum menerima KIP, maka orang tua
cukup membawa identitas diri/KTP dan KKS, ke pihak sekolah, dan pihak
sekolah akan meneruskan data itu ke dinas pendidikan hingga kementerian
pendidikan.
4. Petugas akan memberikan Kartu Keluarga Sejahtera (KKS), Simcard atau e-
Cash Mandiri yang berisi uang elektronik.Juga diberikan KIS dan KIP.
Masyarakat akan tahu saldo simpanan dari handphone miliknya. Nomor
telepon di SIM card berfungsi ganda sebagai nomor rekening untuk
penyaluran simpanan keluarga sejahtera (KKS). Setiap keluarga mendapat
dana Rp 200.000 per bulan yang disalurkan melalui nomor rekening tersebut.
Jika warga ingin mengambil dana tersebut secara tunai, mereka bisa datang
ke kantor pos atau ke beberapa agen yang ditunjuk nantinya seperti
minimarket atau sejenisnya. Warga bisa melihat penyaluran dana tersebut
melalui aplikasi *141*6# dari ponsel masing-masing.

E. Pro dan Kontra Kartu Sakti Jokowi

Senin (13/11/14) pemerintah Joko Widodo (Jokowi) meluncurkan tiga kartu


'sakti'. Yaitu, Kartu Indonesia Sehat (KIS), Kartu Indonesia Pintar (KIP), dan
Kartu Keluarga Sejahtera (KKS). Baru diluncurkan, tapi program ini sudah
mengundang pro dan kontra. Antara lain, mengenai payung hukumnya.
Mengingat, peluncurannya terkesan mendadak dan terburu-buru.
Seperti disampaikan Menko Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Puan
Maharani beberapa waktu lalu. Menurutnya, saat ini masih dalam proses
menyiapkan payung hukum untuk program perlindungan sosial tersebut.
“Nantinya payung hukum untuk KIS, KIP, dan KKS dapat berbentuk instruksi
presiden (inpres) atau keputusan presiden (keppres)” ,ujar beliau.
Pakar hukum tata negara Margarito menyarankan Jokowi segera menangguhkan
program KIS, KIP dan KKS yang telah diluncurkan pada (3/11/14). Karena tiga
kartu itu tidak memiliki payung hukum yang jelas. Margarito menjelaskan,
program Jokowi itu digulirkan tanpa mengacu pada program yang tertera di
APBN. Atas dasar itu, pelaksanaan KIS dan KIP harusnya ditangguhkan untuk
terhindar dari masalah pada kemudian hari. Sementara itu, anggota DPR Fraksi
Demokrat Ruhut Sitompul (kanan) dan Melani Leimena Suharli (kiri)
melambaikan tangan usai Sidang Paripurna terakhir di Gedung Parlemen
Senayan, Jakarta, Selasa (30/9/14). Sidang Paripurna tersebut merupakan sidang
terakhir bagi anggota DPR RI periode 2009-2014 yang akan digantikan oleh
anggota DPR terpilih yang akan dilantik pada Rabu (1/10/14). Politikus Partai
Demokrat Ruhut Sitompul mengatakan penerbitan Kartu Indonesia Sehat (KIS),
Kartu Keluarga Sejahtera (KKS), dan Kartu Indonesia Pintar (KIP) tak perlu
diperdebatkan. “Demokrat tak mempersoalkan terbitnya kartu itu”, ujar beliau.
“Kami positive thinking saja,” kata Ruhut di Gedung DPR, Jakarta, Jumat
(7/11/14). “Kartu ini penjelmaan dari SBY yang dulu.” DPR adalah salah satu
sumber pengkritik kebijakan yang diluncurkan Presiden Joko Widodo pada awal
pekan ini. Menurut Ruhut, kalangan DPR mestinya instropeksi diri karena kartu
itu memang harus direalisasikan. Tapi Imam Nasef, peneliti pada Divisi Kajian
Hukum Tata Negara SIGMA, menilai penerbitan KIS, KKS, dan KIP oleh
Presiden Jokowi telah mengabaikan konstitusi. Menurutnya kebijakan itu tak
memiliki dasar hukum. Menurut Imam sangat tabu dan tidak mungkin suatu
tindakan dilakukan lebih dulu ketimbang dasar hukumnya. Sebab itu bisa saja
membuat tindakan atau kebijakan Presiden melanggar hukum.
“Pasal 1 ayat (3) UUD 1945 sangat jelas menyebutkan, maka konsekuensinya
seluruh tindakan pemerintah wajib tunduk pada peraturan perundang-undangan
yang berlaku, termasuk tindakan menerbitkan KIS, KIP dan KKS, itu harus
memiliki dasar hukum,” ujar beliau. Tapi Menteri Kesehatan Nila Moeloek
mengatakan program itu sudah punya dasar hukum. Sebab KIS hanyalah
program Jaminan Kesehatan Nasional yang diperbaiki. "Yang berubah nama
kartunya, dan cakupan serta manfaatnya diperluas," kata Menteri Nila, di
Jakarta, pada Rabu (5/11/14). Kepala Badan Pendidikan dan Pengembangan
Sumber Daya Manusia Kesehatan Kementerian Kesehatan Usman Sumantri
mengatakan dasar hukum program itu sama dengan JKN, yakni Undang-Undang
Nomor 40 tahun 2004 soal Sistem Jaminan Sosial, Undang-Undang Nomor 24
Tahun 2011 soal BPJS, dan UUD 45 pasal 34 memperoleh-kartu-sakti.
Kasus : Kebijakan JKN KIS

 Kasus : Kebijakan JKN KIS ( Kartu Indonesia Sehat )


 Konteks : Kondisi ekonomi
 Konten : Tujuan di buat Kartu Indonesia Sehat untuk memberikan jaminan
kesehatan kepada masyarakat secara gratis.
 Aktor/pelaku : pro dan kontra pembuatan KIS, masyarakat dengan latar ekonomi
rendah setuju dengan pembuatan KIS, sedangkan anggota DPR menolak KIS
karena di rasa terburu buru dan tidak memiliki paying hokum yang jelas.
 Proses : Penggunanya sendiri dapat menggunakan fungsi KIS ini di setiap
fasilitas kesehatan tingkat pertama dan tingkat lanjut. Pengguna hanya perlu
menunjukan kartu yang di pegang untuk bias mengakses layanan kesehatan.

Вам также может понравиться